BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis dengan jumlah penderita yang semakin bertambah. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 171 juta orang di dunia dan sekitar 8,4 juta orang di Indonesia yang terdiagnosis dengan DM. Hal itu memungkinkan terjadinya peningkatan menjadi 366 juta orang di dunia dan 21,3 juta orang di Indonesia pada tahun 2030. Di negara berkembang seperti Indonesia, penderita diabetes melitus mayoritas berada pada rentang usia 45-64 tahun (Wild et al., 2004). Pengaruh terhadap sistem pembuluh darah merupakan sumber utama morbiditas dan mortalitas pada diabetes melitus. Diabetes melitus kronis dapat menyebabkan terjadinya komplikasi dalam sistem pembuluh darah yang melibatkan sistem makroangiopati dan mikroangiopati pada tubuh, terutama pada otak, jantung, dan tungkai (makro) termasuk juga mata, ginjal, dan saraf tepi (mikro)(Fowler, 2008). Hiperglikemia proses diabetes adalah patogenesis melitus. pembentukan berbagai salah komplikasi satu pembuluh Hiperglikemia macam pencetus reaksi mampu darah dalam pada menginduksi oksidasi di dalam tubuh seperti peroksidasi lipid yang bertanggung jawab dalam pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) yang memiliki afinitas tinggi terhadap molekul lipid (Suhartono et al., 2005). 1 2 Malondialdehid (MDA) merupakan salah satu produk peroksidasi lipid yang terjadi di dalam tubuh. Dalam sistem biologi, MDA dapat dihasilkan dari berbagai macam bentuk reaksi. Oleh karena MDA merupakan salah satu produk peroksidasi lipid, maka kadarnya dalam plasma sering digunakan sebagai parameter peroksidasi lipid (Hajar et al., 2005). Advanced senyawa Glycation hasil End reaksi Product (AGE) Maillard merupakan yang bersifat irreversible. Reaksi ini dicirikan dengan terjadinya reaksi nonenzimatik antara gula pereduksi dan asam amino bebas yang reaktif dari protein (Baynes et al., 1999). Di diduga bidang turut melitus. kedokteran, mendasari Akumulasi mempercepat neuropati, AGE pembentukan komplikasi akibat terjadinya retinopati, reaksi pada diabetes serta katarak diabetes secara aterosklerosis, AGE umum nefropati, (Ueno et al., 2002). Penelitian dengan penggunaan hewan coba semakin banyak digunakan. berbagai macam Pada model beberapa hewan coba tahun telah terakhir, dikembangkan untuk penelitian penyakit diabetes melitus. Salah satu model hewan secara coba kimia. yang Dalam digunakan adalah penginduksian manipulasi secara kimiawi, beberapa obat yang dapat digunakan antara lain aloksan monohidrat, streptozotocin, ditizona, dan diabetes yang serum ferric nitrilotriacetate, anti-insulin. paling banyak Obat penginduksi digunakan adalah streptozotocin (Etuk, 2010). Di antara komplikasi pengobatan diabetes yang melitus ada salah untuk mengatasi satunya adalah 3 pemberian antioksidan. Pemberian antioksidan terbukti bermanfaat mengatasi efek dari pembentukan radikal bebas. Antioksidan dapat diperoleh dari alam. Indonesia memiliki lebih dari 180 spesies tanaman yang dapat digunakan untuk tujuan pengobatan. Salah satunya adalah buah delima memiliki (Punica granatum). konstituen bioaktif Ekstrak yang buah delima terdiri dari anthocyanins, cathecins, ellagic tannins, gallic, dan asam ellagics. Kandungan flavonoid dalam buah delima memiliki sifat adalah antioksidan, Punicalagin. mengindikasikan antioksidan sebagai tiga bahwa kali salah Penelitian buah lebih delima kuat satunya sebelumnya mempunyai jika sifat dibandingkan dengan anggur merah dan teh hijau (Maria, 2000). I.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah pemberian jus delima (Punica granatum) dapat menurunkan kadar Malondialdehid (MDA) serum tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi streptozotocin? 2. Apakah pemberian jus delima (Punica granatum) dapat menurunkan kadar Advanced Glycation End Product (AGE) serum tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi streptozotocin? 4 I.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pemberian jus delima (Punica granatum) terhadap kadar Glycation End Malondialdehid Product (AGE) (MDA) serum dan Advanced tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi streptozotocin. I.4 Keaslian Penelitian Berdasarkan sumber-sumber yang tersedia, baik dari buku dan jurnal, menunjukkan telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai fungsi buah delima sebagai antioksidan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Maria (2000), delima penelitian memiliki kadar tersebut antioksidan menyatakan bahwa tiga lebih kali tinggi bila dibandingkan dengan anggur merah dan teh hijau. Kemudian pada penelitian Hora (2003), menyatakan bahwa buah delima dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan sel kanker kulit pada tikus. Faria et al., (2007) melakukan penelitian tentang efek jus delima terhadap stres oksidatf hepar. Penelitian tersebut mengukur enzim antioksidan hepatik meliputi transferase, glutathione glutathione reductase, glutathoune-S- peroxidase, catalase, dan superoxide dismutase. Huang et al., (2005) melakukan penelitian tentang pengaruh bunga delima terhadap peningkatan metabolisme lipid dan penurunan lipid yang bersikulasi pada tikus diabetik. Penelitian ini mengukur kadar trigliserid dan kolesterol total pada hewan coba. 5 Bhaskar untuk dan Kumar menginvestigasi hipolipidemia, dan (2012) melakukan efek antioksidan penelitian antihiperglikemia, dari aqueous dan ethanolic ekstrak bunga delima (Punica granatum) pada tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin. I.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti ilmiah dari pengaruh jus delima (Punica granatum) terhadap kadar MDA dan AGE serum pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi streptozotocin. Diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai landasan penelitian lanjutan mengenai manfaat diabetes jus delima melitus sebagai dan dapat penanganan dijadikan pengetahuan tambahan oleh masyarakat luas. alternatif sebagai