aspek-aspek revitalisasi kawasan situs kali raja kabupaten raja ampat

advertisement
Sri Chiirullia Sukandar
Aspek-Aspek Revitalisasi Kawasan Situs Kali Raja
ASPEK-ASPEK REVITALISASI KAWASAN SITUS KALI RAJA
KABUPATEN RAJA AMPAT
Sri Chiirullia Sukandar
(Balai Arkeologi Jayapura)
Abstrak
Kali Raja site has the potential to be developed as a tourist destination. Thus
it is necessary to revitalize the cultural heritage sites in the Kali Raja. As for
the goal of this research is the potential for archaeological sites in Kampung
Wawiyai, District of South Waigeo like of them in the cliff wall paintings, and
Telur Raja as part of the origin of Raja Ampat, which is located on the banks
of Kali Raja. Research targets primarily spatial sites, cultural potential around
the site, the potential of natural resources, public opinion and the role of
government as policy makers. Kali Raja revitalization site is intended to regrow
important values ​​such as cultural sites. Kali Raja order site is also useful for
the general public and in particular to the Raja Ampat current generation and
the generations to come the following aspects have been identified, namely
the aspect of value, ideological aspects, aspects of knowledge is science,
socio-cultural, economic aspects, public participation aspects, and aspects of
development.
Key words: Kali Raja sites, revitalization, aspect of value
Latar Belakang
Kabupaten Raja Ampat terdiri dari empat pulau besar, yaitu Waigeo, Batanta,
Salawati dan Misool, dan lebih dari 600 buah pulau kecil, 34 pulau diantaranya sudah
berpenghuni. Posisi Kabupaten Raja Ampat cukup strategis karena berada di bagian
barat Pulau Papua dan menghubungkan dengan wilayah Indonesia lainnya, sehingga
memungkinkan di wilayah tersebut akan banyak ditemukan beragam jenis warisan
budaya, baik yang berasal dari masa prasejarah maupun masa sejarah.
Papua TH. IV NO. 2 / November 2012
67
Sri Chiirullia Sukandar
Aspek-Aspek Revitalisasi Kawasan Situs Kali Raja
Sejak jaman dahulu manusia telah mengekspresikan dirinya dalam berbagai
bentuk karya cipta seperti dalam bentuk seni cadas, penguburan ceruk dan Situs Kali
Raja yang terletak di wilayah Kampung Wawiyai, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten
Raja Ampat. Peninggalan-peninggalan tersebut berdasarkan hasil penelitian arkeologi
memiliki arti penting bagi perjalanan sejarah peradaban manusia di wilayah Raja Ampat,
sehingga perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya, serta dapat juga dimanfaatkan dengan
dikembangkan menjadi salah satu objek daya tarik wisata karena memiliki keunikan
dan kekhasan maupun cerita-cerita yang melekat padanya yang mampu memikat orang
untuk mengunjunginya. Seperti Situs Kali Raja yang memiliki kaitan erat dengan cerita
asal usul terbentuknya Raja Ampat. Situs ini masih difungsikan untuk kegiatan-kegiatan
ziarah maupun ritul dalam hubungannya dengan penggantian kelambu dan pemandian
telur ‘raja’. Jika ditinjau dari keadaan situs maupun ceritanya menunjukkan bahwa Situs
Kali Raja memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata.
Dengan demikian diperlukan adanya revitalisasi terhadap peninggalan sejarah
budaya di kawasan situs Kali Raja. Sesuai dengan amanat dalam UU No. 11 Tahun 2010,
bahwa revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan
kembali nilai-nilai penting cagar budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang
tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat. Selain
itu juga harus memberi manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
mempertahankan ciri budaya lokal. Oleh sebab itu ada beberapa aspek yang diperlukan
guna menunjang rencana revitalisasi kawasan Situs Kali Raja di Kampung Wawiyai bagi
kepentingan publik.
Permasalahan
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang
diajukan adalah:
1. Aspek-aspek apa saja yang berkaitan dengan revitalisasi kawasan situs potensial di
Kampung Wawiyai, Distrik Waigeo Selatan bagi kepentingan publik?
2. Bagaimana pandangan masyarakat dengan maksud revitalisasi tersebut?
68
Papua TH. IV NO. 2 / November 2012
Sri Chiirullia Sukandar
Aspek-Aspek Revitalisasi Kawasan Situs Kali Raja
Tujuan dan Sasaran Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah:
(1)Untuk mengetahui aspek-aspek yang berkaitan dengan revitalisasi kawasan situs
potensial di Kampung Wawiyai, Distrik Waigeo Selatan untuk kepentingan publik,
dan
(2)Untuk mengetahui pandangan masyarakat dengan maksud revitalisasi kawasan situs
tersebut.
Adapun yang menjadi sasaran penelitian ini adalah potensi situs arkeologi di
Kampung Wawiyai, Distrik Waigeo Selatan seperti di antaranya berupa lukisan dinding
tebing, dan Telur Raja sebagai bagian dari asal usul Raja Ampat, yang terletak di tepi Kali
Raja. Sasaran penelitian terutama tata ruang situs, potensi budaya sekitar situs, potensi
sumberdaya alam, pandangan masyarakat dan peran pemerintah sebagai pengambil
kebijakan.
Kerangka Pemikiran
Mengacu pada pasal 1 ayat 31 Undang-Undang No.11 Tahun 2010 menyatakan
bahwa revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan
kembali nilai-nilai penting cagar budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang
tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat. Pasal 82
menyatakan revitalisasi Cagar Budaya harus memberi mamfaat untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dan mempertahankan ciri budaya lokal.
Dalam penelitian ini revitalisasi yang dimaksud adalah upaya untuk memelihara
dan melestarikan lingkungan atau aktivitasnya ke arah terpeliharanya kualiatas dan
kesinambungan nilai sejarah, sosial dan budaya situs Kali Raja.
Sehubungan dengan itu, perlu diketahui pandangan masyarakat mengenai situs,
yaitu penilaian atau pemahaman masyarakat terhadap situs Kali Raja. Sejauh mana
mereka mengetahui tentang keberadaan, cerita/sejarah serta aktivitas yang berlangsung
di situs tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam revitalisasi cagar budaya perlu suatu
tujuan yang jelas dan tahap-tahap yang jelas pula untuk mencapai tujuan tersebut, oleh
karena itu diawali dengan tahap identifikasi kondisi situs cagar budaya dan mengenali
jenis masalah maupun bentuk kegiatan yang akan dilakukan (Tanudirjo, 1998: 14-17).
Papua TH. IV NO. 2 / November 2012
69
Sri Chiirullia Sukandar
Aspek-Aspek Revitalisasi Kawasan Situs Kali Raja
Karena ini berhubungan dengan situs cagar budaya yang merupakan warisan masyarakat
maka untuk mencapai tujuan revitalisasi, pelibatan masyarakat sangat penting karena
harus disikapi secara bijaksana dengan tetap berpatokan pada upaya pelestarian (ibid).
Pengidentifikasian aspek-aspek dalam upaya merevitalisasi kawasan situs
ditujukan sebagai arah kebijakan dalam pelaksanaannya. Hal ini sesuai dengan Pasal 82
Undang-Undang No.11 Tahun 2010 bahwa revitalisasi harus memberi manfaat untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mempertahankan ciri budaya lokal.
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Semua data dan informasi yang berhasil dihimpun dalam penelitian ini akan
dijadikan acuan untuk melakukan analisis.
Lokasi penelitian di Kampung Wawiyai, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja
Ampat, Provinsi Papua Barat. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah karena mudah
dijangkau dan posisi objek yang berada dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga
nantinya memudahkan untuk mendiskusikannya dengan masyarakat.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi di lapangan yang meliputi
pengamatan langsung terhadap beberapa objek di situs-situs yang berada di wilayah
Kampung Wawiyai untuk mengidentifikasi jenis-jenis masalah yang ada pada objek
kajian dan lingkungan sekitarnya dan untuk melihat kemungkinan kegiatan yang akan
dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut.
Wawancara dan FGD (Focus Group Discusion) yang melibatkan para stakeholder
yang telah dipilih yang meliputi masyarakat setempat, aparat pemerintah, LSM, siswa
sekolah, dan guru sekolah. Dalam FGD ini lebih mengarahkan pada upaya menggali
berbagai pengetahuan dan pandangan pihak-pihak terkait dalam rencana revitalisasi situs
cagar budaya, di samping itu juga untuk mengenali masalah yang mungkin akan muncul
jika situs kawasan dikembangkan untuk tujuan pariwisata serta memposisikan setiap
stakeholders berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing. Studi pustaka berupa
telaah beberapa literatur, buku, dokumen-dokumen yang berhubungan langsung dengan
kegiatan revitalisasi situs cagar budaya dan studi kasus di daerah lain yang mungkin dapat
dijadikan pembanding.
70
Papua TH. IV NO. 2 / November 2012
Sri Chiirullia Sukandar
Aspek-Aspek Revitalisasi Kawasan Situs Kali Raja
Seluruh data yang terkumpul akan dideskripsikan berdasarkan tingkatan
persoalannya, kemudian dianalisis untuk mengetahui penyebabnya dan kemungkinan
jalan keluar yang dapat diambil sebagai hasil keputusan bersama dari para stakeholders
sehingga tujuan revitalisasi situs-situs di wilayah Kampung Wawiyai, Distrik Waigeo
Selatan, Kabupaten Raja Ampat dapat terlaksana dengan baik, yang pada akhirnya
diperoleh suatu model pelaksanaan revitalisasi yang dapat dijadikan acuan atau panduan.
Hasil dan Pembahasan
Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu daerah yang kaya akan keragaman
sumberdaya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya budaya. Disamping potensi
sumberdaya alam bawah lautnya yang menakjubkan, sumberdaya budayanya juga tidak
kalah menarik. Dengan demikian perlu dilakukan upaya pengelolaan terhadap sumberdaya
budaya tersebut agar memiliki nilai yang tinggi.
Cultural Resources Management (CRM) merupakan suatu usaha untuk pengelolaan
suatu sumber daya budaya (Widhi dan Widarto, 1998:19). Dalam ketentuan umum
Undang-Undang Cagar Budaya No.11 Tahun 2010, pengelolaan diartikan sebagai upaya
terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Cagar Budaya melalui
kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan rakyat. Dengan demikian masyarakat luas penting untuk dilibatkan dalam
pengelolaan sumberdaya budaya.
Pengembangan cagar budaya yang termasuk dalam upaya terpadu pengelolaan
diartikan sebagai peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi cagar budaya serta
pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi secara berkelanjutan serta
tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian. Tujuan pelestarian ini tertuang dalam
Undang-Undang Cagar Budaya No.11 Tahun 2010 Bab II tentang asas, tujuan, dan
lingkup. Pada pasal 3 dalam bab tersebut disebutkan mengenai tujuan pelestarian cagar
budaya, yaitu:
a. melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia;
b.
c.
d.
e.
meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya;
memperkuat kepribadian bangsa;
meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan
mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional.
Papua TH. IV NO. 2 / November 2012
71
Sri Chiirullia Sukandar
Aspek-Aspek Revitalisasi Kawasan Situs Kali Raja
Selanjutnya revitalisasi diartikan sebagai upaya untuk memelihara dan melestarikan
lingkungan atau aktivitasnya ke arah terpeliharanya kualitas dan kesinambungan nilai
sejarah, sosial dan budaya situs Kali Raja.
Berkaitan dengan revitalisasi yang bertujuan untuk memelihara dan melestarikan
aktifitas dan nilai-nilai penting situs Kali Raja, maka ada beberapa aspek yang
teridentifikasi untuk dipertimbangkan sebagai arah kebijakan dalam pelaksanaannya.
Aspek-aspek tersebut adalah:
a. Aspek nilai
b. Aspek idiologi
c. Aspek ilmu pengetahuan
d. Aspek sosial budaya
e. Aspek ekonomi
f. Aspek partisipasi masyarakat
g. Aspek pengembangan
Aspek Nilai
Situs Kali Raja dapat megaktualisasikan suatu nilai sejarah terbentuknya Raja
Ampat. Masyarakat Wawiyai meyakini bahwa raja-raja yang berkuasa di wilayah Raja
Ampat berasal dari daerah Wawiyai dimana tempat ditemukannya telur-telur raja. Menurut
legendanya telur-telur tesebut menetas dan menjadi manusia, empat di antaranya menjadi
raja di Raja Ampat. Hanya satu telur yang tidak menetas yang kemudian memiliki sebutan
sebagai Telur Raja.
Aspek Ideologi
Situs ini menjadi gambaran persatuan, gotong-royong, dan toleransi yang
memperkuat jati diri penduduk asli Raja Ampat. Hal ini dapat dilihat ketika upacara adat
penggantian kelambu berlangsung. Masyarakat bahu membahu untuk melancarkan acara
tersebut. Toleransi telihat dari diijinkannya semua masyarakat yang ingin berpartisipasi
dengan mengikuti aturan-aturan yang ada. Orang yang memandikan telur juga tidak
hanya dari kalangan Muslim saja tetapi pernah juga dari kalangan Kristen. Situs Kali Raja
menjadi simpul pemersatu masyarakat Raja Ampat dalam mewujudkan stabilitas wilayah
yang merupakan modal utama pembangunan.
72
Papua TH. IV NO. 2 / November 2012
Sri Chiirullia Sukandar
Aspek-Aspek Revitalisasi Kawasan Situs Kali Raja
Aspek Ilmu Pengetahuan
Cerita sejarah budaya dan tinggalan-tinggalan budaya yang terdapat di Kali Raja
pada khususnya dan di Raja Ampat pada umumnya dapat dijadikan sebagai sumber bahan
dalam materi muatan lokal bagi anak-anak sekolah. Situs Kali Raja merupakan sarana
pendidikan yang sangat positif bagi pelajar dan generasi muda, terutama dalam upaya
menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah airnya. Pemanfaatan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan, selain untuk kepentingan disiplin arkeologi sendiri,
sumber daya arkeologi dapat pula dimanfaatkan sebagai objek penelitian disiplin lain.
Dari hasil wawancara dan diskusi, para guru dan murid menyambut baik dan merasa
perlu adanya muatan lokal mengenai sejarah budaya dan tinggalan-tinggalan budaya
terutama yang terdapat di Raja Ampat. Dari pihak LSM konservasi laut (CoreMap) juga
membutuhkan informasi tentang keberadaan cagar budaya yang terdapat di Raja Ampat
agar mereka juga dapat ikut melindunginya.
Aspek Sosial Budaya
Situs Kali Raja ini sampai sekarang masih difungsikan sebagai pusat kegiatan
ritual. Kegiatan tersebut berupa acara penggantian kelambu dan pemandian telur raja.
Dalam ritual ini biasanya disertai nyanyi-nyanyian adat dan juga tari-tarian. Dari
nyanyi-nyanyian dan tari-tarian tersebut diharapkan dapat menghidupkan kembali dan
melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat setempat.
Dari hasil diskusi dengan masyarakat Wawiyai sebagai pelaksana kegiatan
ritual, nyanyi-nyanyian adat hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu saja. Di sini perlu
adanya regenerasi untuk menguasai nyanyian adat tersebut agar tidak punah dengan
mengajarkannya pada orang yang dianggap mampu menguasainya.
Aspek Ekonomi
Dilihat dari aspek ekonomi situs Kali Raja ini bisa dijadikan objek wisata budaya
yang dapat dipadu dengan wisata minat khusus seperti menyelam di sekitar daerah Teluk
Kabui. Selain itu masyarakat Wawiyai juga memiliki hasil kerajinan berupa noken dan
senat, yaitu alas duduk seperti tikar yang terbuat dari pelepah daun sagu yang diiris tipis
kulitnya.
Papua TH. IV NO. 2 / November 2012
73
Sri Chiirullia Sukandar
Aspek-Aspek Revitalisasi Kawasan Situs Kali Raja
Pada saat diselenggarakannya upacara penggantian kelambu dan pemandian telur
raja bisa dijadikan sebagai wisata budaya bagi para wisatawan. Momen ini bisa juga
digunakan untuk mempromosikan hasil kerajinan masyarakat Wawiyai berupa noken dan
senat. Pada hari-hari biasa sering juga ada wisatawan yang ingin mengunjungi situs Kali
Raja ini, biasanya mereka minta bantuan orang Wawiyai untuk diantar ke lokasi, namun
mereka dilarang untuk meminta retribusi.
Aspek Partisipasi Masyarakat
Dalam upaya revitalisasi ini tentu saja memerlukan dukungan dan partisipasi dari
masyarakat di mana situs ini berada. Masyarakat sendiri juga ingin terlibat dalam upaya
ini, misalnya apabila akan dilakukan pembenahan terhadap bangunan pelindung telur raja,
mereka siap membantu. Sikap hidup bagi masyarakat Wawiyai dalam memperlakukan
keberadaan situs Kali Raja, yang pada saat menjelang perayaan pergantian kelambu,
bergotong royong membersihkan situs. Pada saat-saat itulah rasa atau jiwa solidaritas
sosial dan integritas masyarakat akan selalu terbangun dan terbina, yang makin lama akan
semakin kokoh.
Pada hakikatnya pelibatan masyarakat dimaksudkan untuk mengakomodasi
kebutuhan serta aspirasi mereka. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan
terjadinya dampak negatif. Partisipasi masyarakat tidak hanya sebagai cara untuk
menghindari dan meredam berbagai konflik di kemudian hari tetapi juga sebagai upaya
untuk memperoleh masukan dari masyarakat tentang segala sesuatu yang menyangkut
situs Kali Raja.
Aspek Pengembangan
Dalam hal pengembangan situs tidak bisa dilepaskan dari upaya untuk melestarikan
situs itu sendiri, dengan cara antara lain melalui penataan kawasan, penetapan situs
sebagai Cagar Budaya dan penyuluhan.
Penataan kawasan
Penataan kawasan di situs Kali Raja tentu saja harus memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup, terlebih lagi situs ini berada di daerah pinggir sungai. Pada kawasan
74
Papua TH. IV NO. 2 / November 2012
Sri Chiirullia Sukandar
Aspek-Aspek Revitalisasi Kawasan Situs Kali Raja
situs Kali Raja, saat ini terdapat dua bangunan yaitu bangunan pelindung tempat
diletakkannya telur raja dan bangunan rumah yang baru saja selesai dibangun pada tahun
2011 ini. Adanya rumah ini yang terletak di sebelah selatan bangunan situs, menghalangi
pandangan ke arah situs, sehingga pengunjung yang datang dari arah selatan tidak bisa
langsung melihat situs karena terhalang bangunan rumah ini.
Untuk mempertahankan kesakralan situs ada baiknya apabila bangunan rumah
berada di sisi timur sungai. Sehingga di sisi barat sungai hanya diperuntukkan bagi
bangunan pelindung telur raja dan ruang kosong yang ada di sebelah selatannya bisa
dimanfaatkan untuk ruang atraksi budaya, yaitu tempat untuk melaksanakan tari-tarian
saat diadakan acara penggantian kelambu dan pemandian telur. Saat acara berlangsung
ruang kosong yang ada di sekitar situs juga berguna untuk menampung para pengunjung.
Perlu juga dibangun dermaga untuk memudahkan pengunjung menuju lokasi situs.
Penataan kawasan ini sebaiknya dilakukan oleh dinas terkait seperti Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat dan berkoordinasi dengan BP3
Ternate yang wilayah kerjanya juga mencakup daerah Papua Barat. Tidak kalah penting
adalah koordinasi dengan pemilik situs dan masyarakat setempat. Hal ini penting karena
situs ini masih dianggap keramat oleh masyarakat setempat, sehingga pembangunan atau
pengaturan apapun harus sepengetahuan mereka, karena masyarakatlah yang paling tahu
tentang tempat tersebut. Dulu pernah ada rencana untuk membangun pagar mengelilingi
bangunan pelindung telur raja, namun masyarakat menolaknya karena dianggap akan
membatasi ruang keramat.
Papua TH. IV NO. 2 / November 2012
75
Sri Chiirullia Sukandar
Aspek-Aspek Revitalisasi Kawasan Situs Kali Raja
Pembagian
Ruang Sesuai
Peruntukannya
Saat ini
Rencana Penataan
Bangunan
Bangunan
pelindung
rumah (baru)
telur
Sebelah barat Sebelah barat
sungai
sungai
Tetap
Sebelah timur
sungai
Kamar Mandi/
wc
Ruang atraksi
budaya
Tidak ada
Sebelah barat
sungai
Tepi sungai
bagian barat
dan timur
Sebelah timur
sungai
Sekitar
bangunan
pelindung telur
Ruang kosong
di sebelah
selatan
bangunan situs
Dermaga
Tabel Penataan Kawasan Situs Kali Raja
Penetapan Situs Sebagai Cagar Budaya
Situs Kali Raja memiliki arti penting bagi masyarakat Raja Ampat pada umumnya
dan masyarakat Wawiyai pada khususnya karena memiliki makna sejarah mengenai
terbentuknya Raja Ampat. Dengan demikian situs ini dapat diusulkan menjadi Cagar
Budaya. Namun seyogyanya, menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Raja Ampat, pengusulan ini perlu mendapatkan persetujuan dari pemilik situs
yaitu Bapak Taher Arfan.
Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan penting dilakukan guna penyadaran masyarakat terhadap
arti penting suatu cagar budaya. Dengan adanya penyuluhan mengenai cagar budaya
diharapkan masyarakat mampu memahami arti penting tersebut sehingga cagar budaya
yang ada dapat lestari dan terlindungi untuk saat ini dan masa yang akan datang. Sasaran
penyuluhan adalah masyarakat di sekitar situs dan tokoh-tokoh masyarakatnya. Lembaga
atau instansi yang melakukan penyuluhan adalah BP3 Ternate dan Balai Arkeologi
Jayapura bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat dan DinasDinas yang terkait.
Kesimpulan
Saat ini kondisi situs Kali Raja telah mengalami penambahan bangunan baru di
sebelah selatan bangunan pelindung telur raja, berupa bangunan rumah. Pepohonan hutan
tumbuh dengan baik di sekitar situs. Namun situs ini harus tetap dilestarikan pada masa
76
Papua TH. IV NO. 2 / November 2012
Sri Chiirullia Sukandar
Aspek-Aspek Revitalisasi Kawasan Situs Kali Raja
kini maupun pada masa yang akan datang, mengingat nilai penting situs bagi pencitraan
jati diri masyarakat Raja Ampat.
Revitalisasi situs Kali Raja dimaksudkan untuk menumbuhkan kembali nilainilai penting situs seperti budaya yang ada misalnya tari-tarian dan nyanyi-nyanyian,
juga tidak kalah pentingnya untuk dilestarikannya budaya tersebut. Agar situs Kali Raja
ini juga bermanfaat bagi masyarakat umumnya dan masyarakat Raja Ampat khususnya
untuk generasi saat ini dan generasi yang akan datang maka aspek-aspek berikut yang
telah teridentifikasi, yaitu aspek nilai, aspek idiologi, aspek ilmu pengetauan, aspek sosial
budaya, aspek ekonomi, aspek partisipasi masyarakat, dan aspek pengembangan.
Aspek nilai, bahwa situs Kali Raja merupakan situs yang memiliki arti penting
bagi sejarah terbentuknya Raja Ampat; aspek idiologi, bahwa situs ini sebagai gambaran
jati diri penduduk asli Raja Ampat; aspek ilmu pengetahuan, bahwa cerita sejarah budaya
dan tinggalan-tinggalan budaya yang terdapat di wilayah Raja Ampat dapat dijadikan
sebagai materi dalam muatan lokal bagi anak-anak sekolah; aspek sosial budaya, bahwa
situs ini masih tetap difungsikan sebagai pusat kegiatan rutual dalam bentuk acara
penggantian kelambu dan pemandian telur raja; aspek ekonomi, bahwa terdapat beberapa
bentuk kerajinan dari masyarakat Wawiyai seperti noken dan senat yang bisa dipasarkan,
situs ini juga dapat dijadikan objek wisata budaya yang dapat dipadukan dengan wisata
minat khusus; aspek partisipasi masyarakat, bahwa masyarakat ingin terlibat dalam upaya
pelestarian dan pengembangan situs; aspek pengembangan, perlu penataan ulang situs
Kali Raja dengan tetap mempertahankan kelestarian objek.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. 2008. Metode Penelitian
Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional
Tanudirdjo, Daud Aris. 1987. Laporan Penelitian Penerapan Etnoarkeologi di Indonesia.
Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.
Tanudirjo, Daud Aris. 1998. “Cultural Resource Management sebagai Manajemen
Konflik”, dalam Majalah Artefak No.19/Februari 1998, hlm. 14 – 17.
Papua TH. IV NO. 2 / November 2012
77
Sri Chiirullia Sukandar
Aspek-Aspek Revitalisasi Kawasan Situs Kali Raja
Undang-undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Widi, C.P. dan Widarto. 1998. “Cultural Resource Management”, dalam Majalah Artefak
No.19/Februari 1998, hlm. 18 - 20.
78
Papua TH. IV NO. 2 / November 2012
Download