BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Laba Akuntansi Kinerja akuntansi dari suatu perusahaan dapat diukur dengan laba akuntansi dan total arus kas. FASB Statemenet dalam Sofyan (2003:241) mendefenisikan “accounting income atau laba akuntansi sebagai perubahan dalam ekuitas (net asset) dari suatu entity selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari pemilik”. Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen pokok yaitu: laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak. Sehingga dalam menentukan besarnya laba akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. Sofyan (2003:299) menyatakan bahwa “Accounting Income adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu”. Arus Kas Operasi Stice dan Skousen (2004: 320) menjelaskan berbagai aktivitas yang termasuk dalam aktivitas operasi adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Aktivitas Operasi Kas Diterima dari: 1. penjualan barang atau jasa, 2. penjualan efek yang diperdagangkan, 3. pendapatan bunga, 4. pendapatan dividen. Sumber Stice dan Skousen (2004:320 Kas dikeluarkan untuk: 1. pembelian persediaan, 2. gaji dan upah, 3. pajak, 4. beban bunga, Universitas Sumatera Utara Dalam PSAK No. 2 paragraf 12 (IAI : 2002) dinyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pandanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Menurut Sofyan (2003:258) ada 2 bentuk dalam menyajikan laporan arus kas, yaitu sebagai berikut: 1. Direct Method Dalam metode ini pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi secara lengkap (gross), dan baru dilanjutkan dengan kegiatan investasi dan pembiayaan. 2. Indirect Method Dalam metode ini net income disesuaikan (reconcile) dengan menghilangkan: a. pengaruh transaksi yang masih belum direalisasi (deferral) dari arus kas masuk dan keluar yang accrued seperti Piutang dan Utang. b. Pengaruh perkiraan yang terdapat dalam kelompok investasi dan pembiyaan yang tidak mempengaruhi kas seperti: Penyusustan, Amortisasi, Laba Rugi dari Penjualan Aktiva Tetap dan dari operasi yang dihentikan (yang berkaitan dengan investasi), Laba Rugi pembatalan utang (transaksi pembiayaan). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan arus kas operasi yang berasal dari perhitungan metode tidak langsung (indirect methode). Universitas Sumatera Utara Pengertian Deviden Stice at al (2004:902) menyatakan bahwa “Deviden adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”. Besarnya dividen yang dibagikan biasanya tercermin dalam devidend pay out ratio (DPR). DPR merupakan ratio hasil perbandingan antara deviden dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa. Deviden yang bisa diperoleh investor ada dua jenis, yaitu deviden kas dan deviden non kas. Deviden kas (cash deviden) adalah deviden yang dibayarkan perusahaan kepada investor dalam bentuk uang tunai. Deviden non kas adalah deviden yang dibayarkan kepada investor dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu, misalnya seperti deviden saham dan deviden aktiva. Pada kenyataannya para investor lebih tertarik pada pembayaran deviden dalam bentuk uang tunai, sebab dapat meminimalisir ketidakpastian atas investasinya terhadap suatu perusahaan. Menurut Lukas (Lukas 2008:351) “Kebijakan pembagian dividen adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian laba akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan ditahan dalam perusahaan selanjutnya diinvestasikan kembali”. Kebijakan pembagian dividen tergantung pada keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS). Kebijakan dividen penting bagi perusahaan dengan dua alasan, yaitu: a. Pembayaran dividen mungkin akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut. Universitas Sumatera Utara b. Laba ditahan biasanya merupakan sumber dana internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan perusahaan. Teori Kebijakan Deviden Menurut Lukas (2008:352) beberapa teori yang relevan dalam kebijakan deviden adalah : a. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller Menurut Modigliani dan Miller (MM) , nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak ( EBIT ) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan. Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah seperti : 1. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional. 2. tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru. 3. Tidak ada pajak 4. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah. Pada praktiknya : a).Pasar modal yang sempurna sulit ditemui ; b). biaya emisi saham baru pasti ada ; c). pajak pasti ada ; d). kebijakan investasi perusahaan tidak mungkin tidak berubah. Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen adalah tidak relevan dengan menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan mempengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. Beberapa ahli menyoroti asumsi tidak adanya pajak. Jika ada pajak maka penghasilan investor dari dividen dan dari capital gains ( kenaikan harga saham ) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak untuk dividen dan capital gains adalah sama, investor cenderung lebih suka menerima capital gains dari pada dividen karena pajak pada capital gains baru dibayar saat saham dijual dan keuntungan diakui / dinikmati. Dengan kata lain, investor lebih untung karena dapat menunda pembayaran pajak. Investor lebih suka bila Universitas Sumatera Utara perusahaan menetapkan DPR yang rendah, menginvestasikan kembali keuntungan dan menaikkan nilai perusahaan atau harga saham. b. Teori The Bird in the Hand Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri (Ks) perusahaan akan naik jika DPR rendah karena investor lebih suka menerima dividen dari pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield (D1/Po) lebih pasti dari pada capital gains yield (g). Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan ( KS ) adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. KS adalah keuntungan dari dividen ( dividend yield ) ditambah keuntungan dari capital gains ( capital gains yield ). Modigliani dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan Lintner ini merupakan suatu kesalahan ( MM menggunakan istilah “ The Bierd in the hand Fallacy “ ) . Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama. c. Teori Perbedaan Pajak Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. Jika manajemen percaya bahwa teori “ Dividen tidak relevan “ dari MM adalah benar, maka perusahaan tidak perlu memperdulikan berapa besar dividen yang harus dibagi, Jika mereka menganut teori “ The Bird in the Hand “, mereka harus membagi seluruh EAT dalam bentuk dividen. Dan bila manajemen cenderung mempercayai teori perbedaan pajak ( Tax Differential Theory ), mereka harus menahan seluruh EAT atau DPR = 0 %. Jadi ke 3 teori yang telah dibahas mewakili kutub – kutub ekstrim dari teori tentang Universitas Sumatera Utara kebijakan dividen. Sayangnya test secara empiris belum memberikan jawaban yang pasti tentang teori mana yang paling benar. d. Teori Signaling Hypothesis Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan diveden pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu “ sinyal “ kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik diveden masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau keanikan dividen yang dibawah keanaikan normal ( biasanya ) diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diveden waktu mendatang. Seperti teori dividen yang lain , teori Signaling Hypotesis ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau disebabkan karena efek sinyal dan preferensi terhadap dividen. e. Teori Clientele Effect Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu ( misalnya orang lanut usia dikenai pajak lebih ringan ) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar. Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih Universitas Sumatera Utara baik dari dividen kecil, demikian sebaliknya. Efek Clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka . B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahun Penelitian 2004 Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Hasil Penelitian Hermi 2004 Murtanto 2000 Elizabeth Analisis Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi terhadap deviden kas Pada penelitiannya yang menganalisis hubungan laba bersih dan arus kas operasi terhadap deviden kas pada perusahaan manufaktur di BEJ pada periode 19992002 (dengan korelasi spearman rank. Hermi (2004) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara laba bersih dengan deviden kas. Analisis Pada penelitian yang Hubungan menganalisis hubungan Antara antara laba akuntansi dan laba tunai dengan deviden Laba Akuntansi kas pada perusahaan industri dan Laba Barang Konsumsi pada Tunai tahun 1999-2001 dengan Dengan menggunakan korelasi Deviden spearman rank, Kas menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang positif dan kuat antara laba akuntansi dan deviden kas. Analisis Penelitiannya yang hubungan menganalisis hubungan laba laba akuntansi dan arus kas akuntansi operasi dengan dividen kas, dan arus dengan menggunakan kas koefisien korelasi Spearman operasi Rank, ia menganalisa 25 dengan perusahaan yang go publik deviden di BEJ pada tahun 1992, kas pada 1993 dan 1994. Berdasarkan Universitas Sumatera Utara perusahaa n yang go publik di BEJ penelitiannya itu disimpulkan bahwa ada konsistensi hubungan yang signifikan antara laba akuntansi dan arus kas operasi dengan dividen kas. Pada umumnya laba akuntansi lebih mempengaruhi besarnya deviden kas yang dibagikan daripada arus kas operasi. Sumber: Diolah oleh peneliti (2011) C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Laba Akuntansi (X1) H1 Deviden Tunai yang diterima Arus Kas Operasi (X2) oleh pemegang saham(Y) H2 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Besar kecilnya dividen yang dibagikan perusahaan tergantung dari kebijakan dividen yang ditempuh oleh perusahaan. Dalam menentukan deviden yang akan diberikan kepada pemegang saham tentunya perusahaan akan memperhatikan laba akuntansi yang diperoleh, karena dividen yang dibagikan kepada pemegang saham merupakan bagian dari laba. Jika suatu perusahaan bisa memperoleh laba yang semakin besar, maka secara teoritis Universitas Sumatera Utara perusahaan akan mampu menetapkan deviden yang makin besar. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar dividen yang telah ditetapkan dalam kebijakan dividen. Semakin besar arus kas operasi perusahaan maka semakin besar deviden yang ditetapkan karena perusahaan memiliki kas untuk membayar dividen dan semakin kecil arus kas yang dihasilkan perusahaan dari aktivitas operasinya maka akan semakin kecil devidennya. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Dari kerangaka konseptual yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H01 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara laba akuntansi dengan deviden tunai, HA1 : terdapat hubungan yang signifikan antara laba akuntansi dengan deviden tunai, H02 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara arus kas operasi dengan deviden tunai, HA2 : terdapat hubungan yang signifikan antara arus kas operasi dengan deviden tunai Universitas Sumatera Utara