BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1 Manajemen 2.1.1 Definisi Manajemen Ada beberapa pendapat tentang manajemen, menurut Hasibuan (2009:2) Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan Menurut Robbins dan Coulter (2010:7) mendefinisikan bahwa manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan kooordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. Kemudian menurut Harold Koontz dan Cyril O’donnel dalam (Hasibuan, 2009:3) Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manager mengadakan koordinasi atas semua aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian. Berdasarkan definisi dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa definisi manajemen adalah sebagai suatu ilmu dalam mengatur dan mendayagunakan seluruh aspek penting guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan terarah dan terorganisir. 2.1.2 Fungsi-fungsi Manajemen Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaanya. Sebagaimana diterangkan oleh Nickels, Mc Hugh and McHugh (1997), terdiri dari empat fungsi, yaitu: 13 14 1. Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan stategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. 2. Pengorganisasi atau Organizing, yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi. 3. Pengimplementasian atau Directing, yaitu proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi. 4. Pengendalian dan Pengawasan, atau Controlling, yaitu proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi. Beberapa literatur mengemukakan pengertian yang berbeda, namun memiliki esensi yang sama. Misalnya saja, Griffin mengemukakan bahwa fungsi-fungsi manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan. Griffin berbeda pendapat dalam hal kepemimpinan (leading), di mana Griffin bermaksud untuk mengemukakan bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh kuat agar kegiatan 15 manajemen dapat dilaksanakan dengan baik. Pendapat Giffin sejalan dengan James AF Stoner yang menempatkan fungsi leading sebagai ganti dari directing. Selain planning, organizing, directing, dan controlling. Ernest Dale, misalnya, mengungkapkan bahwa inovasi merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilakukan jika manajemen ingin berfungsi baik dalam meraih tujuan organisasi. Di sisi lain, Gullick memandang bahwa koordinasi merupakan fungsi yang harus dilakukan orang-orang dalam organisasi agar dapat meraih tujuanya. Sekalipun para ahli manajemen tersebut memiliki perbedaan pandangan dalam melihat fungsi-fungsi manajemen, akan tetapi esensinya tetap sama, bahwa: 1. Manajemen terdiri dari berbagai proses yang terdiri dari tahapan-tahapan tertentu yang berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi. 2. Setiap tahapan memiliki keterkaitan satu sama lain dalam pencapaian tujuan organisasi (Sule dan Saefullah, 2005:8-10). 2.1.3 Fungsi Operasional dan Manajemen Pada pelaksanaanya, fungsi-fungsi manajemen yang dijalankan menurut tahapan tertentu akan sangat berbeda-beda jika didasarakan pada fungsi operasionalnya, fungsi perencanaan (planning) untuk sumber daya manusia akan sangat berbeda dengan fungsi perencanaan untuk sumber daya fisik/alam atau untuk keuangan demikian juga akan berbeda jika dilihat dalam fungsi pengorganisasianya, pengarahanya, hingga pengawasanya. Belum lagi jika dilihat dari jenis organisasinya fungsi perencanaan, pengorganisasian pengarahan, dan pengawasan bagi organisasi politik akan berbeda dengan organisasi bisnis maupun organisasi sosial. Dalam hal ini organisasi yang dimaksudkan adalah organisasi bisnis. Maka manajemen organisasi bisnis dapat dibedakan secara garis besar menjadi fungsi-fungsi sebagai berikut: 16 a. Manajemen Sumber Daya Manusia b. Manajemen Produksi c. Manajemen Keuangan d. Manajemen Pemasaran (Sule dan Saefullah, 2005:12-13). 2.2 Manajemen Pemasaran 2.2.1 Definisi Pemasaran Kebutuhan yang beragam telah mendorong pemasaran saat ini, komunikasi dalam menyampaikan informasi kepada konsumen terhadap barang dan jasa yang sedang berkembang sangat lah penting. Bagaimana pemasar mencari kebutuhan tersebut dan mewujudkanya serta mendorong lebih jauh produk dan jasa yang dihasilkan menjadi sesuatu yang diinginkan. Hal itu senada dengan definisi dari beberapa ahli berikut. Ujang Sumarwan (2011:17), berpendapat bahwa: Pemasaran adalah suatu proses bagaimana mengidentifikasi kebutuhan konsumen kemudian memproduksi barang atau jasa yang dibutuhan konsumen tersebut dan meyakinkan konsumen bahwa mereka membutuhkan barang atau jasa tersebut, sehingga terjadi transaksi atau pertukaran antara produsen dengan konsumen. Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2008:6) “Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain.” Kemudian menurut Kotler dan Keller (2009:5) Inti pemasaran (marketing) adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang baik dan singkat dari pemasaran adalah ”Memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan.” 17 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan identifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen untuk memproduksi barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan, melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain berupa produk dan jasa. 2.2.2 Ruang Lingkup Pemasaran Di dalam berbagai literatur banyak sekali dibahas materi pemasaran, yang antara lain mencakup: 1. Fenomena kehidupan masyarakat dilihat dari segi kebutuhan serta keinginan yang beraneka ragam. Masyarakat ingin memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut dengan cara yang memuaskan, mereka perlu perusahaan yang memproduksi dan menyalurkan hasil produksinya pada waktu, jumlah, mutu, dan harga yang tepat. 2. Lingkungan yang mempengaruhi pemasaran, serta banyak definisi tentang manajemen pemasaran. Lingkungan yang mempengaruhi pemasaran adalah lingkungan demografi, lingkungan ekonomi, lingkungan alam, lingkungan teknologi, lingkungan politik/hukum dan lingkungan sosial budaya. 3. Membangun kepuasan pelanggan, melalui penekanan pada mutu produk, pelayanan, dan memberikan nilai pelanggan yang superior. 4. Sistem informasi pasar, dalam rangka menganalisa peluang pasar, mengambil keputusan pemasaran dengan menggunakan hasil riset pemasaran. 5. Menganalisa konsumen dan perilaku pembeli, memelihara langganan, dan munculnya loyalitas pelanggan. 6. Menganalisa persaingan, dan strategi yang dilakukan oleh penguasa pasar: leader, follower, challenger, dan niecher. Leader adalah perusahaan dengan produk kuat menguasai pasar, follower mendampingi leader, mencoba mencari 18 keseimbangan di pasar, challenger pesaing penantang, yang sewaktu-waktu bisa menyerang leader, dan niecher adalah perusahaan yang berusaha mengisi relung-relung pasar yang belum diisi oleh perusahaan lain, misalnya niecher memberi layanan khusus kepada orang-orang istimewa dalam bentuk menjahit pakaian, butik, dan sebagainya. 7. Pasar bisnis, atau bisnis marketing, artinya pemasaran barang industri, yaitu barang yang akan digunakan oleh perusahaan yang akan menghasilkan barang baru, misalnya pasaran bahan mentah untuk pabrik, atau spare-parts untuk mobil. 8. Pasar jasa, ini makin berkembang sejalan dengan kemajuan pendidikan dan pendapatan masyarakat/banyak jasa yang diminta oleh konsumen misalnya, jasa pendidikan, sekolah, jasa kesehatan, perhotelan, rekreasi, pusat belanja, transportasi, perbankan, asuransi, komunikasi, dan sebagainya. 9. Product Development dengan segala kreativitas dalam mutu, desain, model, dan sebagainya. 10. PLC= Product Life Cycle atau Siklus Kehidupan Produk bahwa produk memiliki daya hidup sekian lama, yang jika tidak diperbaharui, maka konsumen akan jenuh dan produk tersebut tidak bisa dipasarkan lagi. 11. Usaha-usaha dalam lini produk, merek, pembungkus. 12. Kebijaksanaan penetapan harga. 13. Mengelola saluran pemasaran, atau channels of distribution, agen, grosir, toko eceran besar hypermarket, supermarket, mall, plaza, shopping center, trade center pemasaran langsung, internet, dan sebagainya. 14. Komunikasi pemasaran, personal selling, iklan, sales promotions, publikasi, marketing and public relation. 19 15. Pemasaran global, ekspor, impor dengan berbagai peraturan, kendala dan peluang, terbentuknya multy national corporation, aliansi strategis dari beberapa perusahaan besar antar negara. 16. Berbagai strategi yang dikembangkan dalam pemasaran melalui marketing mix, costomer relationship management, marketing public relation, mega marketing turbo turbo marketing, dan sebagainya (Alma, 2012:286-288). 2.2.3 Definisi Manajemen Pemasaran Konsumen yang beragam dengan kebutuhan dan keinginan yang beragam pula, telah mendorong pola pemasaran saat ini, oleh sebab itu manajemen pemasaran harus berusaha dalam mengindentifikasi hal yang dibutuhkan konsumen dan mewujudkanya. Sehingga peran manajemen pemasaran sangat penting dalam sebuah organisasi. Berikut definisi manajemen pemasaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli: Erni Tisnawati (2005:14) mendefinisikan “Manajemen pemasaran adalah kegiatan manajemen berdasarakan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk mengindentifikasi apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh konsumen, dan bagaimana cara pemenuhanya dapat diwujudkan.” Selain itu Kotler dan Keller (2009:5) menjelaskan bahwa manajemen Pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan—meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Sedangkan definisi sederhana menurut Kotler dan Armstrong (2008:11) manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan target pasar itu. Dari definisi di atas peneliti mendefiniskan bahwa manajemen pemasaran ialah fungsi manajemen untuk identifikasi kebutuhan dan keinginan dalam memilih pasar 20 sasaran. Untuk dapat mengidentifikasi apa yang dibutuhkan konsumen, maka pebisnis perlu melakukan riset pemasaran, di antaranya berupa survey tentang keinginan konsumen sehingga pebisnis bisa mendapatkan informasi mengenai apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh konsumen. Informasi mengenai kebutuhan konsumen ini kemudian diteruskan ke bagian produksi untuk dapat diwujudkan. Setelah output produk terwujud, maka manajemen pemasaran kemudian juga melakukan kegiatan dalam proses penyampaian produk kepada konsumen (Sule dan Saefullah, 2010:14). 2.3 Jasa Tak diragukan lagi bahwa lapangan usaha jasa sekarang berkembang dan memberikan pengaruh yang besar akibat didorong oleh tingginya kebutuhan jasa, seperti transportasi, pendidikan, hiburan, dan lain sebagainya. 2.3.1 Definisi Jasa Lovelock, Wirtz dan Musri mendefinisikan “Jasa adalah suatu aktivitas ekonomi yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain. Sering kali kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu (time based), dalam bentuk suatu kegiatan (performance) yang akan membawa hasil yang diinginkan kepada penerima, obyek, maupun aset-aset lainya yang menjadi tanggung jawab dari pembeli. Sebagai pertukaran dari uang, waktu, dan upaya, pelanggan jasa berharap akan mendapatkan nilai (value) dari suatu akses ke barang-barang tenaga kerja, tenaga ahli, fasilitas, jejaring dan sistem tertentu; tetapi para pelanggan biasanya tidak akan mendapatkan hak milik dari unsur-unsur fisik yang terlibat dalam penyediaan jasa tersebut.” Menurut Ratih Hurriyati (2010:28) yang menjelaskan bahwa: Jasa pada dasarnya adalah sesuatu yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Suatu yang tidak bewujud, tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen 21 b. Proses produksi jasa dapat menggunakan atau tidak menggunakan bantuan suatu produk fisik. c. Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan. d. Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa. Kotler dan Armstorng (2008:266) juga menjelaskan “Jasa merupakan semua kegiatan atau manfaat yang dapat ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tak berwujud (intangible) dan tidak mengahasilkan kepemilikan sesuatu.” Dan secara khusus Kotler dan Armstong (2008:266) menjelaskan Bahwa “Jasa adalah bentuk produk yang terdiri dari aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan utuk dijual dan pada dasarnya tak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan akan sesuatu. Contohnya, perbankan, hotel, maskapai penerbangan, pengecer, persiapan pajak, dan jasa perbaikan rumah.” Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan suatu yang tidak berwujud dan konsumen dapat merasakan akan tetapi tidak menghasilkan kepemilikan. 2.3.2 Model Tiga Tahap Konsumsi Jasa Memahami perilaku konsumen adalah jantung pemasaran. Kita harus memahami bagaimana orang mengambil keputusan mengenai pembelian dan penggunaan sebuah layanan, dan apa yang menentukan kepuasan mereka setelah mengonsumsi jasa tersebut. Tanpa pemahaman ini, tidak ada organisasi yang dapat berharap untuk menciptakan dan menghantarkan jasa yang menghasilkan para pelanggan yang puas. Konsumsi jasa dapat dibagi menjadi tiga tahap utama: pra pembelian, transaksi interaksi jasa (service encounter), dan pasca transaksi interaksi jasa. Tahap prapembelian terdiri dari empat langkah: (1) kesadaran akan kebutuhan, (2) pencarian informasi, (3) pengevaluasian alternatif-alternatif, dan (4) pengambilan keputusan pembelian. Selama tahap tansaksi interaksi jasa, pelanggan akan mengawali, mengalami, dan mengonsumsi jasa tersebut. Tahap pasca transaksi interaksi jasa meliputi pengevaluasian 22 penyelenggaraan layanan, yang akan menentukan maksud di masa mendatang seperti keinginan untuk membeli lagi dari perusahaan yang sama dan merekomendasikan layanan tersebut kepada orang lain (Lovelock, Wirtz and Mussry, 2010:41-42). 2.4 Perilaku Konsumen 2.4.1 Definisi Perilaku Konsumen Menurut AMA (American Marketing Association) dalam (Supranto dan Limakrisna, 2011:3) Perilaku konsumen sebagai “Dinamika interaksi antar pengaruh dan kesadaran perilaku, dan lingkungan di mana manusia melakukan pertukaran aspekaspek kehidupan.” Definisi yang sederhana “Perilaku Konsumen” yang dijelaskan oleh Supranto dan Limakrisna (2011:3) merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, menggunakan (memakai, mengkonsumsi) dan menghabiskan produk (barang dan jasa ) termasuk proses yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Schiffman dan Kanuk (2010) dalam (Sumarwan, 2011:4) mendefiniskan perilaku konsumen sebagai berikut. “The term consumer behavior regers to the behavior that consumers display searching for, purchashing, using, evaluating, dan disposing of products dan services that they expect will satisfy theirs needs:” (hal 7). Maksudnya istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevalusi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Kemudian Ujang Sumarwan (2011:4) menyimpulkan dari beberapa definisi yang ia kutif bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika 23 membeli, menggunakan menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.” Hawkins dan Mothersbaugh dalam (Suryani, 2013:6) juga berpendapat bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi serta proses yang dilakukan untuk memilih, mengamankan, menggunakan, dan menghentikan produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhanya dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat. Dengan demikian definisi konseptual perilaku konsumen dalam penelitian ini adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi berinteraksi dalam semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis yang diperlihatkanya dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk (barang dan jasa) yang diharapkan untuk memuaskan kebutuhan mereka. 2.4.2 Perspektif Riset Perilaku Konsumen Disiplin perilaku konsumen adalah salah satu cabang dari ilmu sosial, ia memanfaatkan metode riset yang berasal dari disiplin psikologi, sosiologi, ekonomi, dan antropologi eksperiensial (pengalaman), perspektif pengaruh perilaku. Ketiga perspektif ini sangat mempengaruhi cara berpikir dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. a. Perspektif Pengambilan Keputusan Konsumen melakukan serangkaian aktivitas dalam membuat keputusan pembelian. Perspektif ini mengasumsikan bahwa konsumen memiliki masalah dan melakukan proses pengambilan keputusan rasional untuk memecahkan masalah tersebut. 24 b. Perspektif Eksperiensial (Pengalaman) Perspektif ini mengemukakan bahwa konsumen sering kali mengambil keputusan membeli suatu produk tidak selalu berdasarkan proses keputusan rasional untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Konsumen sering kali membeli suatu produk atau jasa karena alasan untuk kegembiraan, fantasi, ataupun emosi yang diinginkan. c. Perspektif Pengaruh Behavioral Perspektif ini menyatakan bahwa seorang konsumen membeli suatu produk atau jasa sering kali bukan karena alasan rasional atau emosional yang berasal dari dalam dirinya. Perilaku konsumen dalam perspektif ini menyatakan bahwa perilaku konsumen sangat dipengaruhi faktor luar seperti program pemasaran yang dilakukan oleh produsen, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, faktor ekonomi dan undangundang serta pengaruh lingkungan yang kuat membuat konsumen melakukan pembelian. 2.4.3 Faktor-faktor Perilaku Konsumen Dalam memahami perilaku pembelian konsumen, pemasar harus memahami pentingnya faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian, hal itu telah dijelaskan oleh beberapa ahli diantanya: Menurut Hawkins, Best dan Coney Mc Graw Hill, 2001, Di dalam buku “Consumer Behaviour” yang terdapat dalam (Supranto dan Limakrisna, 2011:3): Faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor eksternal meliputi: budaya (culture), sub budaya (sub culture), demografis (demographics), status sosial (social status), kelompok rujukan (reference groups), family (family), kegiatan pemasaran (marketing activities), sedangkan faktor internal meliputi: Persepsi (perception), 25 pembelajaran (learning), memori (memory), motiv (motives), kepribadian (personality), emosi (emotion), sikap (attitudes). Kotler dan Armstrong (2008:159) juga menjelaskan pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik/faktor budaya (budaya, sub budaya, kelas sosial), faktor sosial (Kelompok rujukan kecil, keluarga, serta peran dan status sosial), faktor pribadi (usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri), dan faktor psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap). Biasanya pemasar tidak dapat mengendalikan faktor-faktor semacam itu, tetapi mereka harus memperhitungkanya. Selain itu Buchari Alma (2012:291) menjelaskan faktor lain yang mempengaruhi keputusan membeli para konsumen diantaranya: Budaya—dan sub budaya, social class, reference groups, self image, dan situational factors. Sedangkan Solomon dalam (Suryani, 2013:6) menjelaskan bahwa perilaku konsumen merupakan proses pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor internal, sosial, situasional, dan eksternal. Beberapa faktor-faktor perilaku konsumen dari para ahli di atas dapat disimpulkan dan dibedakan menjadi dua faktor, yakni faktor eksternal meliputi; budaya, sub budaya, kelas sosial, kelompok referensi, keluarga, peran dan status sosial. Faktor internal meliputi; usia dan tahap siklus hidup, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian, situational factor, motivasi, persepsi, pembelajaran, kepercayaan dan sikap. 1. Faktor Eksternal a. Budaya Budaya biasanya dianalisis pada tingkatan suatu negara atau suatu masyarakat secara keseluruhan (Supranto dan Limakrisna, 2011:47). Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam pada perilaku konsumen (Kotler dan Armstrong, 26 2008:159). Karena merupakan penyebab paling mendasar dari keinginan dan tingkah laku seseorang, oleh karena itu budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah laku yang dilajari oleh seseorang anggota masyarakat dari kelaurga dan lembaga penting lainya (Hurriyati, 2010:94). b. Sub budaya Sub budaya merupakan segmen atau bagian dari masyarakat, sub budaya dan kelas sosial merupakan kelompok sosial dimana anggota-anggotanya sama-sama mempunyai makna budaya yang sama (“share common cultural meanings”), akan tetapi keduanya merupakan bagian dari masyarakat yang lebih luas, jadi akan dipengaruhi oleh budaya secara kerseluruhan (Supranto dan Limakrisna, 2011:47). Sub budaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis (Kotler dan Armstrong, 2008:160). Banyak sub budaya membentuk segmen pasar penting, dan pemasar seringkali merangcang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka (Hurriyati, 2010:95). c. Kelas Sosial Kelas sosial merujuk pada suatu hirarki status nasional dengan mana kelompok dan individu-individu dibedakan dalam penghargaan (esteem) dan prestise (prestige) (Supranto, 2011:55). Kelas sosial tertentu cenderung memperlihatkan perilaku pembelian yang sama (Kotler dan Armstrong, 2008:163). Dengan kata lain kelas sosial adalah bentuk lain dari pengelompokan masyarakat ke dalam kelas atau kelompok yang berbeda. Kelas sosial akan mempengaruhi jenis produk, jenis jasa, dan merek yang dikonsumsi konsumen. Kelas sosial juga mempengaruhi pemilihan toko, tempat pendidikan, dan tempat berlibur dari seorang konsumen. Konsumen juga sering memiliki persepsi mengenai kaitan antara satu jenis produk atau sebuah merek dengan kelas sosial konsumen. 27 Oleh karena itu definisi dari kelas sosial adalah pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas atau strata yang berbeda. Perbedaan kelas atau strata akan menggambarkan perbedaan pendidikan, pendapatan, pemilikan harta benda, gaya hidup, dan nilai-nilai yang dianut. Perbedaan-perbedaan tersebut akan mempengaruhi perilaku konsumsi seorang atau keluarga. Konsumen yang berada pada kelas yang sama akan menunjukan persamaan dalam nilai-nilai yang dianut, gaya hidup, dan perilaku yang sama (Sumarwan, 2011:264-265). d. Kelompok Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil, kelompok mempunyai pegaruh langsung dan tempat di mana seseorang menjadi anggotanya disebut kelompok keanggotaan. Sebaliknya, kelompok referensi bertindak sebagai titik perbandingan atau titik referensi langsung (berhadapan) atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau perilaku seseorang. Orang sering kali dipengaruhi oleh kelompok referensi di mana mereka tidak menjadi anggotanya (Kotler dan Armstrong, 2008:164). Kelompok yang penting meliputi keluarga, kawan dekat, mitra kerja, kelompok sosial formal (assosiasi professional). Kelompok hobi atau santai-santai dan tetangga. Kelompok referensi bisa berapa saja banyaknya (dari satu orang sampai ratusan orang) dan mungkin bisa terwujud (tangible) seperti orang sebenarnya (actual people) atau tak terwujud (intangible) atau simbol (kesuksesan pengusaha/pebisnis atau pahalawan olah raga). Kelompok referensi bisa mempunyai pengaruh/dampak yang posistif atau negatif pada konsumen. Banyak kelompok referensi menyatukan makna budaya posistif yang diinginkan dan menjadi kelompok referensi yang “associative” sehingga konsumen ingin menyamai atau melebihi (emulate) atau berafiliasi denganya! Kelompok sosial lainya mewujudkan makna yang tidak disukai (distasteful) dan membantu sebagai suatu 28 titik referensi dimana orang ingin menghindari, mereka (kelompok sosial tersebut) menjadi kelompok referensi yang “dissociative” (Supranto dan Limakrisna, 2011:59). Dalam kelompok juga dikenal dengan kelompok acuan diantaranya kelompok persahabatan, kelompok belanja, kelompok kerja, kelompok atau masyarakat maya, kelompok pegiat konsumen. Dari beberapa kelompok acuan tersebut, di era internet telah tumbuh berbagai media sosial sehingga membentuk kelompok atau masyarakat maya yang secara cepat berkembang dalam menyebarkan informasi. Perkembangan teknologi komputer dan internet telah melahirkan suatu kelompok atau masyarakat maya, yang tidak dibatasi oleh batas kota , provinsi atau negara, bahkan tidak dibatasi oleh waktu. Melalui internet dan e-mail, seorang konsumen yang masih belajar di sekolah dasar sekarang bisa mencari teman dari kota lain bahkan dari negara lain, ia bisa berhubungan dengan teman sebayanya dari berbagai belahan dunia tersebut, kapan saja ia mau. Seorang konsumen bisa membuka internet dan bergabung dengan masyarakat internet, ia memiliki akses yang luas untuk mencari masyarakat internet yang sesuai dengan kebutuhanya, kemudian bergabung dengan masyarakat tersebut. Sebuah website memberikan akses kepada para anggotanya untuk memperoleh informasi yang lengkap dan banyak mengenai berbagai topik: memasak, perdagangan, politik, seni, teknologi, romantisme, hobi, agama, rekreasi dan liburan, pendidikan, dan sebagainya. Konsumen yang menjadi anggota kelompok maya atau internet tentu akan sering mengakses informasi yang dibutuhkanya untuk mengambil keputusan dalam pemilihan dan pembelian produk. Masyarakat internet memberikan pengaruh besar kepada pengambilan keputusan konsumen (Sumarwan, 2011: 311). 29 e. Keluarga Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga adalah organiasasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Pemasar tertarik pada peran dan pengaruh suami, istri, serta anak-anak dalam pembelian barang dan jasa yang berbeda (Kotler dan Armstrong, 2008:165). Untuk memahami pembuatan keputusan keluarga, harus dipahami istilahistilah berikut: Influencer pihak yang memberikan informasi kepada anggota keluarga lainya tentang barang dan jasa, Gatekeeper pihak yang mengontrol arus informasi ke dalam keluarga, Deciders pihak yang mempunyai kekuatan untuk memutuskan jadi membeli barang/jasa atau tidak, Buyers pihak yang sebenarnya melakukan pembelian, Users pihak yang menggunakan atau mengkonsumsi barang, Disposers pihak yang membuang atau tidak lagi menggunakan produk (Supranto dan Limakrisna, 2011:63-64). f. Peran dan Status Seseorang menjadi anggota banyak kelompok keluarga, klub, dan organisasi. Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat didefinisikan dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang disekitarnya. Masing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum yang diberikan kepadanya oleh masyarakat. Orang bisaanya memilih produk yang sesuai dengan peran dan status mereka (Kotler dan Armstrong, 2008:168). 2. Faktor Internal a. Usia dan Siklus Hidup Pembeli Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup mereka. Selera makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering berhubungan dengan usia. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus hidup keluarga—tahap-tahap yang dilalui 30 keluarga ketika mereka menjadi matang dengan berjalanya waktu. Pemasar sering mendefinisikan pasar sasaran mereka dengan tahap siklus hidup dan mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang sesuai untuk setiap tahap. Tahap siklus hidup keluarga tradisional meliputi bujangan muda dan pasangan menikah dengan anak-anak. Meskipun demikian, saat ini pemasar juga semakin banyak menghantarkan produk untuk sejumlah tahap nontradisional alternatif lain yang semakin banyak, seperti pasangan yang tidak menikah, bujangan yang akan menikah, pasangan tanpa anak, pasangan sesama jenis, orang tua tunggal, orang tua lanjut (orang tua yang memiliki anak dewasa yang kembali ke rumah), dan lain-lain (Kotler dan Armstrong, 2008:169). b. Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli. Pekerja kerah biru cenderung membeli pakaian kerja yang kuat, sementara eksekutif membeli pakaian bisnis. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata pada produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan diri membuat produk yang diperlukan oleh kelompok pekerjaan tertentu (Kotler dan Armstrong, 2008:170). c. Situasi Ekonomi Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk (Kotler dan Armstrong, 2008:170). d. Gaya hidup Orang yang berasal dari sub buaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin mempunyai gaya hidup yang cukup berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam keadaan psikografisnya. Gaya hidup melibatkan pengukuran dimensi AIO utama pelanggan—activities/kegiatan (pekerjaan, hobi, 31 belanja, olah raga, acara sosial), interest /minat (makanan, pakaian, keluarga, rekreasi), dan opinions/pendapat (tentang diri mereka, masalah sosial, bisnis, produk). Gaya hidup menampilkan profil seluruh pola tindakan interaksi seseorang di dunia. Jika digunakan secara cermat, konsep gaya hidup dapat membantu pemasar memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku pembelian (Kotler dan Armstrong, 2008:170). Gaya hidup lebih menunjukan pada bagaimana individu menjalankan kehidupanya. Gaya hidup merupakan pola konsumsi yang mereflesikan pilihan individu dalam hal bagaimana mereka menghabiskan uang dan waktunya (Solomon, 2011) dalam (Suryani, 2013:56-57). Dari perspektif ekonomi, gaya hidup menunjukan pada bagaimana seseorang mengalokasikan pendapatanya, dan memilih produk maupun jasa dan berbagai pilihan lainya ketika memilih alternatif dalam satu kategori jenis produk yang ada. Sedangkan dalam perspektif pemasaran, konsumen yang memiliki gaya hidup yang sama akan mengelompok dengan sendirinya ke dalam satu kelompok berdasarkan minatnya dalam menggunakan waktu senggang, dan membelanjakan uangnya. Terjadinya perubahan gaya hidup dari generasi ke generasi karena adanya perubahan sosial di masyarakat dan lingkungan ekonomi yang berubah, merupakan peluang bagi pemasar untuk menciptakan produk dan menyesuaikan produknya sesuai dengan gaya hidup pasar yang dituju (Suryani, 2013:57). e. Kepribadian Kepribadian konsumen menunjukan dan mengarahkan perilaku yang dipilih untuk mencapai tujuan dalam situasi yang berbeda. Kepribadian merupakan suatu karakteristik individu mengenai kecenderungan merespon lintas situasi yang mirip (Supranto dan Limakrisna, 2011:105). Dan kepribadian mengacu pada karakteristik psikolog unik yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama 32 terhadap lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian biasanya digambarkan dalam karakteristik perilaku seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi, otonomi, cara mempertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan sifat agresif (Kotler dan Armstrong, 2008:171-172). f. Situational Factors Situational factors ini merupakan situasi sesaat yang berkesan pada konsumen, seperti; dalam keadaan terburu-buru, sudah memiliki kupon hadiah, atau saat ulang tahun, hari libur, dan sebagainya (Alma, 2012:291). g. Motivasi Seseorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan. Salah satunya kebutuhan biologis, timbul dari dorongan tertentu seperti rasa lapar, haus, dan ketidaknyamanan. Kebutuhan lainya adalah kebutuhan psikologis, timbul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Kebutuhan menjadi motiv ketika kebutuhan itu mencapai tingkat intensitas yang kuat. Motiv atau dorongan adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mengarahkan seseorang mencari kepuasan (Kotler dan Armstrong, 2008:172). Selain itu emosi memegang peranan penting dalam keputusan konsumen dan strategi pemasaran. Motivasi dan kepribadian sangat erat hubunganya dengan emosi. Oleh sebab itu definisi lain mengenai motivasi merupakan kekuatan yang enerjik yang menggerakan perilaku dan memberikan tujuan dan arah pada perilaku. Kepribadian mencerminkan perilaku (common respon) yang dibuat individu untuk berbagai situasi yang berbeda. Emosi merupakan perasaan yang kuat yang secara relatif tidak terkontrol yang mempengaruhi perilaku (Supranto dan Limakrisna, 2011:93). 33 h. Persepsi Orang yang termotivasi siap beraksi. Cara orang tersebut bertindak dipengaruhi oleh persepsi dirinya tentang sebuah situasi. Kita semua mempelajari aliran informasi melalui lima indera kita: penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan rasa. Meskipun demikian, masing-masing diri kita menerima, mengatur, dan menginterpretasikan informasi sensorik dalam caranya sendiri. Persepsi adalah proses di mana orang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang berarti (Kotler dan Armstrong, 2008:174). i. Pembelajaran Ketika orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dalam perikalu seseorang yang timbul dari pengalaman. Ahli teori pembelajaran mengatakan bahwa perilaku manusia yang paling utama adalah belajar. Pembelajaran terjadi melalui interaksi dorongan (drives), rangsangan, respons, dan penguatan (reinforcement). Dorongan adalah rangsangan internal yang kuat dan memerlukan tindakan. Dorongan menjadi motiv ketika dorongan itu diarahkan menuju objek rangsangan tertentu. Sebagai contoh, dorongan seseorang untuk aktualisasi diri mungkin memotivasinya untuk membeli kamera digital. Respons konsumen terhadap ide membeli kamera dikondisikan oleh pertanda di sekitarnya. Pertanda adalah rangsangan kecil yang menentukan kapan, di mana, dan bagaimana seseorang merespon. Contohnya, seseorang mungkin menemukan beberapa merek kamera di jendela toko, mendengar harga diskon khusus, atau mendiskusikan kamera dengan temanya. Semua ini adalah pertanda yang mungkin mempengaruhi respons konsumen terhadap minatnya dalam membeli produk tersebut. 34 Anggaplah konsumen membeli kamera digital Nikon. Jika pengalamnya menguntungkan, konsumen mungkin akan terus menggunakan kamera itu, dan responsnya akan diperkuat. Lalu, ketika konsumen ingin membeli kamera, atau teropong atau beberapa produk sejenis, probabilitas bahwa konsumen itu membeli produk Nikon akan lebih besar. Arti penting teori pembelajaran yang paktis bagi pemasar adalah bahwa meraka dapat membangun permintaan untuk sebuah produk melalui pengasosiasian dengan dorongan yang kuat, menggunakan pertanda motivasi dan memberikan penguatan yang positif (Kotler dan Armstrong, 2008:175-176). j. Memori, dan Memori merupakan seluruh akumulasi pengalaman pembelajaran sebelumnya. Terdiri dari dua komponen, yaitu memori jangka pendek dan panjang. Memori jangka pendek merupakan porsi/bagian dari seluruh memori yang pada saat terkirim (currently) diaktifkan atau dipergunakan (kenyataan ini sering disebut sebagai memori yang sedang bekerja (working memory) (Supranto dan Limakrisna, 2011:126). k. Keyakinan dan Sikap Melalui pelaksanaan dan pembelajaran, seseorang mendapatkan keyakinan dan sikap. Pada akhirnya, keyakinan dan sikap ini mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Keyakinan (belief) adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat, atau iman, dan bisa membawa muatan emosi maupun tidak. Pemasar tertarik pada keyakinan yang diformulasikan seseorang tentang produk dan jasa tertentu, karena keyakinan ini membentuk citra produk dan merek yang mempengaruhi perilaku pembelian. Jika ada keyakinan yang tidak sesuai dan mencegah pembelian, pemasar akan meluncurkan kampanye untuk memperbaikinya. 35 Orang mempunyai sikap menyangkut agama, politik, pakaian, musik, makanan, dan hampir semua hal lainya. Sikap (attitude) menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide. Sikap menempatkan orang ke dalam suatu kerangka pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu, untuk bergerak menuju atau menginggalkan sesuatu. Pembeli kamera digital kita mungkin mempunyai sikap seperti “Membeli yang terbaik,” “Orang jepang membuat produk elektronik terbaik di dunia,” dan “Kreativitas dan ekspresi diri adalah beberapa hal terpenting dalam hidup.” Jika demikian kamera Nikon akan sangat sesuai dengan sikap konsumen yang sudah ada. Sikap sulit berubah. Sikap seseorang mempunyai pola, dan untuk mengubah sikap seseorang diperlukan penyesuaian yang rumit dalam banyak hal. Oleh karena itu, perusahaan harus selalu berusaha menyesuaikan produknya dengan sikap yang sudah ada dari pada mencoba mengubah sikap. Tentu saja, ada pengecualian di mana biaya usaha mengubah sikap terbayar dengan hasil yang memuaskan (Kotler dan Armstrong, 2008:176). 2.5 Hasil Penelitian Terdahulu Berdasarkan kajian variabel, yaitu perilaku konsumen. Perlu dikaji dari beberapa sumber penelitian yang terdahulu. Dalam penelitian ini melihat adanya persamaan dan perbedaan dari beberapa penelitian yang sebelumnya sudah pernah dilakukan. Beberapa penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 36 Tabel 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu No Judul 1 Fajar Ramadhan. 2010. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Mengguna kan Internet. SKRIPSI UNSIKA 2 Sangaji. 2012. Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Jasa kredit Mikro (Studi Kasus Pada Micro Bussiness Cluster Karawang 1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.). SKRIPSI UNSIKA Hasil Persamaan Perbedaan Responden menyatakan cukup setuju – sangat setuju bahwa faktor pribadi (62,58% responden), psikologi (85,025% responden), kebudayaan (55,7%responden), dan sosial (65,025% responden) dari total 247 responden. Menggunaka n variabel yang sama, analisis deskriptif. Responden Mahasiswa , Penelitian data Kualitatif. Adapun hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa: Terdapat variabel yang sama, tingkat kesalahan 5%. Analisis hubungan, analisis hipotesis. 1) Perilaku konsumen dengan menggunakan 15 butir pernyataan dari 15 indikator yang berdasarkan hasil olah kuesioner diperoleh nilai rata— ata sebesar 1132,3 hal ini menunjukan bahwa konsumen setuju untuk memilih jasa kredit mikro. 2) Keputusan pembelian jasa kredit mikro dengan menggunakan 15 butir pernyataan dari 15 indikator yang berdasarkan olah kuesioner diperoleh nilai bahwa indikator-indikator tersebut mempengaruhi terhadap keputusan pembelian dalam menggunakan jasa kredit mikro. 3) Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh nilai t hitung 37 Tabel 2.2 Matrik Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No Judul Hasil sebesar 12.048 dan lebih besar dari t tabel dengan nilai 1.960 (t hitung > t tabel : 1.048 > 1.960). Hal ini berarti bahwa Ho ditolak yang menyatakan pengaruh antara perilaku konsumen dengan keputusan pembelian jasa kredit mikro adalah positif (r=0.554) dan signifikan dengan tingkat kesalahan 5% yang mengahasilkan nilai koefisien determinasi sebesar 30.7% dan sisanganya sebesar 69.3% merupakan faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 2 Ayu Ririh Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 21 indikator yang Febriani. 2011. Analisis dimasukkan dalam perhitungan, hanya terdapat 17 indikator Faktor-faktor yang memenuhi syarat untuk yang membentuk indikator-indikator Mempengaru e–consumer Behavior, yang hi Perilaku dikelompokkan ke dalam lima faktor, yaitu Shopping Konsumen Experience, Faktor Sosial, Faktor Online Shop. Situasional, Shoping Ease dan Survey pada Faktor Pribadi dan Sekuritas. Faktor yang paling dominan dalam membentuk E – Consumer Behavior pada Fashionelle Online Store, dilakukan dengan melihat nilai eigenvalue adalah shopping experience. Sumber: Dikaji dari berbagai sumber, 2014. Persamaan Perbedaan Menggunaka n variabel yang sama, menggunaka n analisis faktor Metode eksplorator y survey, purposive sampling, wawancara dan kuesioner. Pengujian validitas dan reliabilitas dengan rumus product moment pearson. Selain itu kajian variabel, yaitu perilaku konsumen pada penelitian terdahulu berupa skripsi. Juga perlu dikaji dari beberapa sumber penelitian dalam jurnal pemasaran sebagai berikut. 38 Tabel 2.4 Tinjauan Jurnal No Judul Hasil Martinus Berdasarkan hasil uji F diperoleh Rukismono. bahwa nilai F hitung > F tabel, terbukti 2011. sebesar 26.465 > 2.64, sehingga Pengaruh dapat disimpulkan bahwa keempat Perilaku variabel bebas (X) yang terdiri dari Konsumen Persepsi (X1), Motivasi (X2), Sikap (X3), Dalam dan Pembelajaran (X4) secara Mengambil simultan (bersama-sama) Keputusan berpengaruh terhadap variabel Memilih Jasa tergantung (Y) yaitu keputusan Transportasi memilih jasa transportasi udara Lion Udara Lion Air di Surabaya. Dengan tingkat Air Di signifikan di bawah 0.05, yaitu Surabaya, sebesar 0.000 pada keempat 2011, LP&PM variabel. Berdasarkan hasil uji t Universitas diperolah data dalam nilai pada Widya kolom Standarized Coefficient Beta Kartika dimana untuk variabel Pembelajaran Surabaya. (X4) sebesar 0.315 lebih besar Jurnal dibandingkan dengan Persepsi (X1) kewirausaha sebesar 0.138, Motivasi (X2) sebesar an Vol. 5 No. 0.274, Sikap (X3) sebesar 0.186. 2 Desember 2011. 2 Gianie Abdu The variables that is mostly affecting Purwanto. the willingness to buy in this research 2013. shows that social factors giving more Analysis of affect more that any variables Consumer among the consumer behavior Behavior variables. The coefficient of Affecting determination (R2) is l 0.405 40.5% of Willingness the variation that occurs in the to Buy in 7willingness to buy is described by Eleven all of the independent variables, Convenience cultural factor, social factor, Store.Univers personal factor, psychological factor, al Journal of while the remaining 100% -40.5% = Management 59.5% are explained by other 1 (2): 69-75. variables which is not described in President this research. University, Indonesia. Sumber: Dikaji dari berbagai sumber, 2014. Persamaan Perbedaan Terdapat variabel yang sama, Objek penelitian adalah jasa penerbang an Analisis regresi berganda. Terdapat variabel yang sama, mengguna kan analisis kuantitatif. Mencari hubungan. 39 2.6 Kerangka Berpikir Suatu kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah riset. Secara teoritis dijelaskan bagaimana variabel dapat menjelaskan persepsi hasil dari penelitian yang telah ditentukan, kerangka pemikiran akan memberikan manfaat berupa persepsi yang sama antara penulis dan pembaca terhadap alur dari pikiran peneliti, dalam rangka membentuk hipotesis-hipotesis risetnya secara logis. Dalam kajian penelitian terdahulu, terdapat beberapa peneliti menggunakan variabel perilaku konsumen. Diantaranya Ririh mengelompokan 5 kelompok dari 17 indikator diantaranya Shopping Experience, Faktor Sosial, Faktor Situasional, Shoping Ease dan Faktor Pribadi dan Sekuritas. Berdasarkan variabel yang Ririh gunakan, peneliti mengambil salah satu faktor yang akan ditambahkan pada kerangka berpikir. Sedangkan Ramadhan, dan Sangaji menggunakan faktor pribadi, psikologi, kebudayaan dan sosial dalam penelitianya. Martinus dalam jurnal penelitian mengenai perilaku konsumen dalam keputusan memilih jasa transportasi udara Lion Air bahwa empat faktor memiliki pengaruh terhadap keputusan memilih jasa transportasi udara Lion Air, yakni; persepsi, motivasi, sikap dan pembelajaran. Sedangkan variabel yang digunakan oleh Purwanto adalah faktor budaya, sosial, kepribadian, dan psikologis dalam menganalisis perilaku konsumen yang mempengaruhi kesediaan untuk membeli di toko 7-Eleven di Jatiwaringin, Jakarta terhadap 110 dari 150 sampel rata-rata populasi. 40 Faktor Ekternal : a. b. c. d. e. f. Budaya Sub budaya Kelas sosial Kelompok Keluarga Peran dan status Faktor Internal : Keputusan Pembelian Konsumen Jasa Penerbangan Low Cost Carrier a. Usia dan tahap siklus hidup b. Pekerjaan c. Situasi ekonomi d. Gaya hidup e. Kepribadian dan konsep diri f. Situational Faktor g. Motivasi h. Persepsi i. Pembelajaran j. Kepercayaan dan sikap Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Perilaku Konsumen Sumber: Kotler dan Armstrong, Supranto dan Limakrisna, Hurriyati, Suryani, Alma, Ririh, Ramadhan, Sangaji, dan Rukismono.