BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Akuntansi Pertanggungjawaban
1.
Definisi dan Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari akuntansi
manajemen dan merupakan suatu sistem dalam akuntansi yang dihubungkan dan
disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban. Konsep ini memusatkan
perhatian pada penyajian informasi untuk keperluan internal perusahaan dan
sekaligus melihat seberapa baik manajer pusat pertanggungjawaban mengendalikan
pekerjaan yang langsung dibawah pengawasannya dan yang merupakan tanggung
jawabnya.
Munculnya tanggung jawab merupakan akibat dari pelimpahan wewenang, di
mana orang yang menerima wewenang mempunyai suatu kewajiban untuk
melaksanakan serangkaian tindakan sesuai dengan batas wewenang yang diberikan,
kemudian mempertanggungjawabkan kepada atasan yang memberikan wewenang
tersebut. Inti dari akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa setiap pusat
pertanggungjawaban ini harus bertanggung jawab atas segala hal yang berada di
bawah pengendaliannya. Apabila terjadi penyimpangan, maka dapat dilakukan
analisa untuk mencari apa sebabnya, siapa yang harus bertanggung jawab dan semua
1
ini merupakan input bagi manajemen dalam pembuatan keputusan untuk tindakan
koreksi.
Akuntansi pertanggungjawaban menurut Krisna (2006:105) ”Merupakan suatu
sistem
yang
mengukur
hasil-hasil
dari
pusat
pertanggungjawaban
dan
membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang diproyeksikan”. Hansen dan
Mowen (2005:116) mengatakan bahwa “Akuntansi pertanggungjawaban merupakan
sistem yang mengukur setiap pusat pertanggungjawaban dan membandingkan hasilhasil tersebut dengan hasil yang diharapkan atau dianggarkan”.
Akuntansi pertanggungjawaban dititikberatkan pada pertanggungjawaban
biaya. Setiap biaya dari tiap-tiap unit organisasi harus dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan anggaran yang ditetapkan oleh masing-masing unit tersebut. Dengan
membandingkan realisasi biaya dengan anggaran biaya dapat dilakukan penilaian atas
pusat-pusat biaya dalam perusahaan.
Penerapan akuntansi pertanggungjawaban tidaklah semata-mata hanya untuk
menemukan di mana biaya tersebut menyimpang, besarnya penyimpangan biaya yang
terjadi dan siapa yang bertanggung jawab atas keadaan itu. Pada dasarnya yang paling
utama adalah untuk menginformasikan kepada manajer bagaimana dia telah
melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Melalui informasi
tersebut diharapkan para manajer termotivasi untuk bekerja lebih efisien dan efektif
serta melakukan tindakan-tindakan koreksi jika diperlukan. Kemampuan para
manajer untuk mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam
rangka memperoleh laba usaha dalam jangka pendek dan jangka panjang dinamakan
2
kinerja atau kinerja manajer. Pengukuran hasil kinerja para manajer perusahaan itulah
yang disebut dengan penilaian kinerja perusahaan. Menurut Rudianto (2006:311)
“Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu
organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Jadi jelaslah bahwa akuntansi pertanggungjawaban dalam hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah manajer dan pusat pertanggungjawaban yang berada
dibawah kendalinya telah melaksanakan tugas seperti yang direncanakan sebelumnya
dan apakah hasil yang mereka capai telah sesuai dengan yang dianggarkan. Hasil
yang dicapai tersebut dapat dijadikan sebagai alat dalam penilai kinerja pusat
pertanggungjawaban tersebut. Dengan demikian setiap penyimpangan yang terjadi
dapat segera ditindaklanjuti.
Menurut Mulyadi (2006:17) ”Akuntansi pertanggungjawaban mempunyai
empat karakteristik yaitu: adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban, adanya
standar sebagai tolok ukur kinerja, kinerja diukur dengan membandingkan realisasi
dengan anggaran, dan adanya hukuman dan penghargaan”. Dari kutipan tersebut
dapat dijelaskan karakteristik akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut:
a. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban
Sistem
akuntansi
pertanggungjawaban
mengidentifikasi
pusat
pertanggungjawaban sebagai unit organisasi seperti departemen, tim kerja, atau
individu. Apapun satuan pusat pertanggungjawaban yang dibentuk, akuntansi
3
pertanggungjawaban membebankan tanggung jawab kepada individu yang diberi
wewenang.
b. Adanya standar yang ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja
Setelah pusat pertanggungjawaban di identifikasi dan ditetapkan, akuntansi
pertanggungjawaban menghendaki ditetapkannya biaya standar sebagai dasar untuk
menyusun anggaran. Anggaran berisi biaya standar yang diperlukan untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan. Biaya standar dan anggaran inilah yang merupakan
ukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang
telah ditetapkan anggaran.
c. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran
Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber daya oleh manajer pusat
pertanggungjawaban untuk mencapai sasaran. Penggunaan sumber daya ini diukur
dengan
informasi
akuntansi
pertanggungjawaban.
Informasi
akuntansi
pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai biaya sesungguhnya dan biaya
yang dianggarkan kepada setiap manajer yang bertanggung jawab untuk
memungkinkan mereka mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggarannya.
Dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan,
dapat diukur kinerja manajer pusat pertanggungjawaban.
d. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan
kebijakan manajemen yang lebih tinggi.
Sistem penghargaan dan hukuman dirancang untuk memacu para manajer
dalam mengelola biaya sehingga tercapai target standar biaya yang dicantumkan
4
dalam anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab terjadinya penyimpangan biaya yang
direalisasi dari biaya yang dianggarkan, para manajer secara individual diberi
penghargaan atau hukuman berdasarkan standar yang ditetapkan.
2.
Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban
Manajemen dari berbagai jenjang organisasi suatu perusahaan memerlukan
informasi keuangan untuk mengambil keputusan mengenai perusahaan itu sendiri
atau bagiannya. Informasi keuangan ini merupakan masukan yang penting bagi para
manajer dalam mengelola perusahaan. Berbeda dengan pihak luar yang memerlukan
informasi keuangan guna mengambil keputusan untuk menentukan hubungan mereka
dengan suatu perusahaan, para manajer memerlukan informasi keuangan sebagai
dasar untuk mengambil keputusan mengenai perusahaan atau bagian yang dipimpin
oleh manajer yang bersangkutan. Informasi keuangan yang dibutuhkan oleh para
manajer tersebut diolah dan disajikan oleh bagian akuntansi.
Oleh karena karakteristik keputusan yang dibuat oleh pihak luar berbeda
dengan karakteristik keputusan yang dibuat oleh para manajer, maka hal ini
mempunyai dampak terhadap karakteristik sistem pengolahan informasi akuntansi
yang
menghasilkan
informasi
keuangan
tersebut.
Informasi
akuntansi
pertanggungjawaban merupakan informasi biaya, pendapatan, dan aktiva yang
dihubungkan
dengan
manajer
yang
bertanggung
jawab
terhadap
pusat
pertanggungjawaban tertentu. Dalam penyusunan anggaran, tiap manajer dalam
organisasi merencanakan biaya dan pendapatan yang menjadi tanggungjawabnya
5
dibawah koordinasi manajemen puncak. Pelaksanaan anggaran tersebut memerlukan
informasi akuntansi guna memantau sampai seberapa jauh tiap manajer tersebut
melaksanakan rencananya.
Informasi akuntansi
pertanggungjawaban dengan
demikian merupakan dasar untuk menganalisis kinerja manajer dan sekaligus untuk
memotivasi para manajer dalam melaksanakan rencana mereka yang dituangkan
dalam anggaran mereka masing-masing.
Menurut Ghozali (2004:10) “Akuntansi pertanggungjawaban mempunyai
manfaat sebagai alat pengendalian manajemen, dasar penyusunan anggaran, alat
memotivasi manajer dan alat penilai kinerja manajer”.
Dari
kutipan
tersebut
dapat
dijelaskan
manfaat
dari
akuntansi
pertanggungjawaban sebagai berikut:
a. Sebagai alat dalam pengendalian manajemen
Informasi
akuntansi pertanggungjawaban
berguna
dalam pengendalian
manajemen, karena menekankan pada hubungan antara informasi dengan manajer
yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaan. Dalam hal ini
akuntansi pertanggungjawaban penting dalam proses perencanaan dan pengendalian
kegiatan organisasi, karena dapat menekankan hubungan antara informasi dengan
jasa yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi manajer untuk merencanakan
pendapatan atau biaya yang menjadi tanggung jawabnya dan kemudian menyajikan
informasi realisasi pendapatan dan biaya tersebut menurut manajer yang bertanggung
jawab. Dengan demikian informasi yang ada melalui akuntansi pertangungjawaban
6
dapat mencerminkan nilai yang dibuat oleh setiap manajer dalam menggunakan
berbagai sumber ekonomi untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam
mencapai tujuan perusahaan.
b. Sebagai dasar dalam penyusunan anggaran
Semua perusahaan pada umumnya memiliki anggaran karena anggaran
perusahaan berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian perusahaan. Perencanaan
melihat ke depan yaitu menetapkan tindakan tertentu dan pengendalian melihat ke
belakang yaitu menilai apa yang telah dihasilkan. Dari perbandingan yang dihasilkan
maka dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran. Pada proses penganggaran,
perencanaan dilakukan dengan menggunakan data historis, termasuk data informasi
keuangan yang telah lalu sebagai dasar pembuatannya. Proses penyusunan anggaran
pada dasarnya merupakan proses penetapan peranan (role setting) dalam usaha
pencapaian tujuan perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa
yang akan berperan dalam melaksanakan sebagian aktivitas pencapaian sasaran
perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan bagi pemegang peran
tersebut untuk memungkinkannya melaksanakan peranannya. Sumber daya yang
disediakan untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran
perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter. Oleh karena sistem akuntansi
pertanggungjawaban ini merupakan sistem akuntansi yang dipola sesuai dengan
tanggung jawab dari setiap bagian dalam organisasi, maka sistem ini didesain untuk
menyediakan informasi keuangan secara terpisah bagi setiap unit organisasi yaitu
berdasarkan wewenang dan tanggung jawabnya. Aspek penting sistem akuntansi
7
pertanggungjawaban dalam penganggaran terutama karena didalamnya mencakup
struktur akuntansi, klasifikasi biaya, pendapatan dan data/informasi lainnya yang
relevan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
c. Sebagai alat untuk memotivasi manajer
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu tipe informasi
akuntansi
manajemen
pertanggungjawaban.
dan
merupakan
keluaran
sistem
akuntansi
Konsep informasi akuntansi pertanggungjawaban telah
mengalami perkembangan, sejalan dengan metode pengendalian biaya yang
digunakan dalam perusahaan. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban
tradisional, informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi aktiva,
pendapatan, dan biaya, yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung jawab
atas pusat pertanggungjawaban tertentu.
Dalam activity-based responsibility accounting system, informasi akuntansi
pertanggungjawaban adalah informasi aktiva, pendapatan, dan biaya yang
dihubungkan dengan aktivitas penambah dan bukan penambah nilai.
Akuntansi pertangungjawaban dapat digunakan sebagai pemotivasi manajer
karena dalam akuntansi pertanggungjawaban, dikenal adanya sistem reward and
punishment (penghargaan dan hukuman). Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007:99)
”Motivasi adalah proses prakarsa dilakukannya suatu tindakan secara sadar dan
mempunyai tujuan, sedangkan pemotivasi adalah sesuatu yang digunakan untuk
mendorong timbulnya prakarsa seseorang untuk melakukan tindakan secara sadar dan
bertujuan”. Seseorang akan termotivasi untuk bekerja jika ia yakin kinerjanya akan
8
mendapat penghargaan. Penghargaan yang diberikan akan membuat setiap manajer
termotivasi secara sadar untuk berusaha mencapai sasarannya. Pemberian
penghargaan atas kinerja manajer akan berpengaruh langsung pada motivasi manajer
untuk meningkatkan kinerjanya. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berisi
laporan pertanggungjawaban manajer dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk
menilai kinerja manajer yang tentunya akan memotivasi manajer untuk lebih
meningkatkan kinerjanya.
d. Sebagai alat penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban
Informasi akuntansi adalah salah satu hal informasi terpenting bagi perusahaan.
Namun informasi akuntansi bukanlah merupakan satu-satunya informasi formal yang
digunakan
oleh perusahaan.
Selain
informasi
akuntansi,
perusahaan
juga
menggunakan informasi manajemen. Tujuannya adalah untuk menyajikan kepada
manajer mengenai informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan. Informasi
akuntansi sangat berguna, baik untuk pihak internal organisasi perusahaan maupun
untuk pihak eksternal perusahaan. Bagi pihak internal perusahaan informasi akuntansi
sangat diperlukan untuk mengetahui hasil kerja dari para manajer, hasil kerja tersebut
dapat berupa laporan. Sistem pelaporan pertanggungjawaban menyajikan informasi
untuk pengendalian manajemen.
Pada hakekatnya, sistem pelaporan pertanggungjawaban juga dikenal sebagai
sistem akuntansi pertanggungjawaban yang terdiri dari seperangkat laporan didalam
suatu perusahaan. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban, manajer pusat
pertanggungjawaban akan diberi wewenang dalam menjalankan tanggung jawab dan
9
mencapai sasaran yang diberikan manajemen puncak. Dengan tanggung jawab dan
sasaran yang jelas, maka kinerja manajer akan lebih mudah dinilai. Penilaian kinerja
dilakukan dengan menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan karakteristik setiap
unit organisasi. Secara umum, karakteristik yang menonjol dalam laporan kinerja
dinyatakan dengan unit moneter, karena unit moneter dianggap sebagai denominator
umum, dapat dijumlahkan dan diperbandingkan. Biaya, penghasilan, laba, return on
investment atau residual income menjadi ukuran kinerja yang secara luas digunakan.
Dalam mengevaluasi pengukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban,
ada tiga kriteria yang digunakan yaitu:
a. Efisiensi adalah perbandingan antara output yang dihasilkan dengan
besarnya input yang digunakan.
b. Efektifitas adalah hubungan antara output suatu pusat pertanggungjawaban
yang sasarannya harus dicapai.
c. Ekonomis adalah penggunaan sumber dana seminimal mungkin.
Suatu pusat pertanggungjawaban dalam melaksanakan operasinya harus
memenuhi ketiga kriteria di atas. Pusat pertanggungjawaban diukur kinerjanya
berdasarkan karakteristik masukan dan keluarannya. Biaya merupakan tolak ukur
kinerja bagi manajer pusat biaya, sedangkan pendapatan merupakan tolak ukur
kinerja pusat pendapatan. Dalam pusat investasi rasio laba dengan investasi atau
residual
income
dipakai
sebagai
tolak
pertanggungjawaban tersebut.
10
ukur
kinerja
manajer
pusat
3.
Faktor-Faktor yang Menunjang Efektifitas Penerapan Sistem Akuntansi
Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan proses penyusunan laporan-laporan
kinerja yang dikaitkan kepada individu atau anggota-anggota kelompok sebuah
organisasi dengan suatu cara yang menekankan pada faktor-faktor yang dapat
dikendalikan oleh individu-individu atau anggota-anggota kelompok tersebut. Fokus
dari akuntansi pertanggungjawaban ini adalah unit-unit organisasi yang bertanggung
jawab untuk menyelesaikan kegiatan atau mencapai tujuan tertentu.
Supriyono (2005:374) mengemukakan bahwa: Akuntansi pertanggung jawaban
dapat digunakan dengan baik jika didukung oleh faktor-faktor berikut:
a. Luas wewenang dan tanggung jawab pembuatan keputusan harus ditentukan
dengan baik melalui struktur organisasi.
b. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berperan serta dalam penentuan
tujuan yang digunakan untuk mengukur kinerjanya.
c. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berusaha untuk mencapai tujuan
yang ditentukan untuknya dan untuk pusat pertanggungjawabannya.
d. Manajer pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas kegiatan
pusat pertanggungjawaban yang dapat dikendalikannya.
e. Hanya biaya, pendapatan, laba, dan investasi yang terkendalikan oleh
manajer pusat pertanggungjawaban yang harus dimasukkan kedalam laporan
kinerjanya.
11
f. Laporan kinerja dan umpan baliknya untuk manajer pusat pertanggung
jawaban harus disajikan tepat waktu.
g. Laporan kinerja menyajikan secara jelas selisih yang terjadi, tindakan
koreksi, dan tindakan lanjutannya sehingga memungkinkan diterapkannya
prinsip pengecualian.
h. Harus ditentukan dengan jelas peranan kinerja manajemen terhadap struktur
balas jasa atau perangsang dalam perusahaan.
i. Sistem akuntansi pertanggungjawaban hanya mengukur salah satu kinerja
manajer pusat pertanggungjawaban, yaitu kinerja keuangan.
Selain kinerja keuangan, seorang manajer dapat dinilai kinerjanya atas dasar
tingkat kepuasan karyawan, moral dan sebagainya.
B.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan hasil dari pertimbangan dan kesadaran tentang
pentingnya perencanaan atas penentuan kekuasaan, tanggung jawab, dan spesialisasi
dari setiap anggota organisasi. Struktur organisasi adalah sistem hubungan antara
posisi-posisi kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi.
Penentuan struktur organisasi harus meliputi penentuan hirarki dalam
organisasi. Hirarki organisasi tersebut adalah hirarki vertikal dan hirarki horizontal.
Hirarki vertikal menunjukkan diferensiasi kekuasaan dan tanggung jawab, karena
setiap peringkat vertikal dalam struktur organisasi menggambarkan tingkat kekuasaan
dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Sedangkan hirarki horizontal menunjukkan
12
diferensiasi spesialisasi antar unit-unit yang ada dalam struktur organisasi. Hirarki
horizontal ini lebih menekankan pada perbedaan spesialisasi daripada perbedaan
kekuasaan. Perkembangan, pertumbuhan, ruang lingkup, dan jenis suatu organisasi
akan mempengaruhi struktur organisasi yang digunakannya.
Ada tiga jenis struktur organisasi yang umum digunakan oleh perusahaan yaitu:
1. Struktur Fungsional (function structure)
Struktur fungsional (function structure) mengelompokkan tugas dan aktivitas
berdasarkan fungsi bisnis, seperti produksi/operasi, pemasaran, keuangan/ akuntansi,
litbang dan sistem informasi manajemen. Organisasi fungsional merupakan bentuk
organisasi yang biasanya dipakai oleh perusahaan besar yang ditandai dengan adanya
jumlah karyawan yang besar, spesialisai kerja tinggi, wilayah kerja luas, serta
komando yang tidak lagi berada pada satu tangan pimpinan.
Organisasi fungsional memiliki kelemahan dan keuntungan, tetapi yang
menjadi keuntungan terpenting dari struktur organisasi fungsional adalah efisiensi.
Contohnya: seorang manajer pemasaran dan seorang manajer produksi yang terampil
kemungkinan besar akan mampu mengambil keputusan yang lebih baik di bidangnya
masing-masing dibandingkan dengan seorang manajer yang bertanggung jawab atas
kedua bidang itu sekaligus.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:119), kelemahan-kelemahan pada
struktur organisasi fungsional adalah:
13
a. Ketidakjelasan dalam menentukan efektifitas manajer fungsional secara
terpisah. Hal ini disebabkan tiap fungsi tersebut sama-sama memberikan
kontribusi pada hasil akhir.
b. Jika organisasi terdiri dari beberapa manajer yang bekerja dalam satu fungsi
yang melapor ke beberapa manajer pada tingkat yang lebih tinggi dari
fungsi tersebut, maka perselisihan antar para manajer dari fungsi-fungsi
berbeda hanya dapat diselesaikan di tingkat atas, meskipun perselisihan itu
berasal dari tingkatan organisasi yang lebih rendah.
c. Struktur fungsional tidak memadai untuk diterapkan pada sebuah
perusahaan dengan produk dan pasar yang beragam.
d. Organisasi fungsional cenderung menciptakan ”sekat-sekat” bagi tiap fungsi
yang dimilikinya sedemikian rupa sehingga menghambat kemungkinan
diadakannya
koordinasi
lintas
pengembangan produk baru.
14
fungsi
di
bidang-bidang
seperti
CEO
Staf
Manajer
Manufaktur
Manajer Pemasaran
Staf
Manajer
Pabrik 1
Manajer
Pabrik 2
Staf
Manajer
Pabrik 3
Manajer
Wilayah
1
Manajer
Wilayah
2
Manajer
Wilayah
3
Gambar 2.1
Struktur organisasi fungsional
Sumber: Anthony dan Govindarajan (2005:118)
2. Struktur Divisional/Unit Bisnis
Bentuk organisasi unit bisnis dari organisasi dirancang untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang terdapat pada struktur fungsional. Suatu unit bisnis, yang juga
disebut sebagai suatu divisi, bertanggung jawab atas seluruh fungsi yang ada dalam
produksi dan pemasaran sebuah produk. Unit bisnis tersebut bertanggung jawab
untuk melakukan perencanaan dan koordinasi kerja dari berbagai fungsi yang
terpisah. Dalam pengoperasiannya setiap manajer unit bisnis mempunyai wewenang
yang sangat luas terhadap unit-unitnya, tetapi kantor pusat tetap memiliki sejumlah
hak perogratif dalam pengelolaan unit-unit bisnisnya. Fungsi kantor pusat ini
15
sangatlah penting, tanpa peranan kantor pusat maka unit-unit bisnis akan lebih
berfungsi sebagai perusahaan-perusahaan yang terpisah.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:121), ada beberapa keuntungan dan
kerugian dari organisasi unit bisnis, yakni:
Keuntungan dari bentuk perusahaan unit bisnis ini adalah:
a. Struktur ini bisa berfungsi sebagai tempat pelatihan bagi manajemen secara
umum. Seorang manajer unit bisnis dituntut untuk bisa menunjukkan
semangat kewirausahaan yang sama seperti yang dipunyai oleh CEO dari
perusahaan independen.
b. Karena
unit
bisnis
lebih
dekat
dengan
pasar
dari
produk-
produknyadibandingkan dengan kantor pusat, maka para manajer unit bisnis
dapat membuat keputusan-keputusan produksi dan pemasaran yang lebih
baik dibandingkan dengan cara yang diputuskan oleh kantor pusat.
c. Dapat memberikan reaksi yang cepat terhadap ancaman-ancaman atau
peluang baru.
Kerugian dari unit bisnis ini adalah:
a. Kemungkinan bahwa masing-masing staf unit bisnis menduplikasi sejumlah
pekerjaan yang dalam organisasi fungsional, dikerjakan di kantor pusat.
b. Perselisihan yang terjadi di antara spesialis fungsional dalam organisasi
perusahaan fungsional digantikan dengan perselisihan diantara unit-unit
bisnis dalam organisasi unit bisnis. Hal ini bisa mendorong terjadinya
pelanggaran oleh suatu unit bisnis terhadap program unit bisnis yang lain
16
bisa juga terjadi konflik antara pegawai unit bisnis dengan para staf di kantor
pusat.
3. Struktur Organisasi Matriks
Struktur organisasi matriks adalah yang paling kompleks dari semua desain
yang ada karena struktur matriks bergantung pada alur kewenangan dan komunikasi
vertikal maupun horizontal. Struktur Organisasi matriks dapat mengakibatkan
overhead yang lebih besar karena menciptakan posisi-posisi manajemen yang baru.
Karakteristik lain dari suatu struktur matriks yang berkontribusi pada seluruh
kompleksitas yang ada meliputi kewenangan anggaran dua lini, dua sumber dalam
pemberian penghargaan dan sanksi, pembagian kewenangan, dua saluran pelaporan,
dan kebutuhan sistem komunikasi yang ekstensif dan efektif. Meski kompleks,
struktur matriks digunakan secara luas dalam banyak industri termasuk konstruksi,
kesehatan, riset dan pertahanan.
Beberapa keuntungan dari struktur matriks adalah tujuan proyek yang jelas,
terdapat banyak saluran komunikasi, karyawan dapat melihat hasil dari pekerjaan
mereka, dan penghentian proyek dapat dilakukan relatif lebih mudah.
C.
Pusat Pertanggungjawaban
1.
Pengertian Pusat Pertanggungjawaban
Untuk meningkatkan efisiensi manajerial dan operasional, secara struktural
perusahaan dibagi menjadi unit-unit yang lebih kecil. Unit-unit ini sering disebut
sebagai pusat pengambilan keputusan atau pusat tanggung jawab (responsibility
17
center). Pusat tanggung jawab dapat didefinisikan sebagai suatu unit organisasi (sub
unit) yang dikepalai oleh seorang manajer (responsibility manager) yang prestasinya
atau kinerjanya diukur dengan wewenang dan tanggung jawab tertentu.
Menurut Hansen dan Mowen (2005:116) “Pusat pertanggungjawaban
merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap
serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu”. Dengan pusat pertanggungjawaban maka
akan tercipta kondisi di mana rencana yang disusun oleh manajemen dapat terealisir
dan mampu mendorong setiap pelaku organisasi untuk bekerja dengan benar dan
bertanggung jawab. Sistem ini tidak hanya sekedar menghendaki bahwa organisasi
dapat mencapai tujuannya dengan biaya yang efisien, mengarahkan biaya sesuai
dengan rencana akan tetapi sekaligus dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja
setiap pusat pertanggungjawaban.
Menurut Krisna (2006:105), terdapat dua sifat dari pusat pertanggungjawaban:
a. Tujuan suatu pusat pertanggungjawaban secara individual diharapkan dapat
membantu pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan (goal
congruence)
b. Penggunaan input menjadi output pada tiap-tiap pusat pertanggung
jawaban. Yang perlu diperhatikan adalah adanya hubungan langsung dan
tidak langsung antara input dengan output yang dihasilkan oleh pusat
pertanggungjawaban. Contoh: departemen produksi, antara input yang
digunakan dengan output yang dihasilkan berhubungan langsung, yang
berarti terdapat ukuran yang pasti dari input yang dibutuhkan untuk
membuat suatu output. Sedangkan pada biaya iklan dengan output yang akan
dihasilkan yaitu pendapatan yang meningkat dari iklan tidak dapat diukur
secara pasti.
18
2.
Klasifikasi Pusat Pertanggungjawaban
Menurut Hansen dan Mowen (2005:116) ”Ada 4 pusat pertanggungjawaban
yaitu pusat biaya, pusat laba, pusat pendapatan, dan pusat investasi”.
a. Pusat Biaya (Cost Center)
Menurut Krisna (2006:115) “Pusat biaya (cost center) adalah suatu pusat
tanggung jawab di mana manajer bertanggung jawab untuk mengendalikan biaya
yang terjadi di unit tersebut, dan tidak bertanggung jawab dari segi keuangan, untuk
laba maupun investasi dari unitnya”.
Pusat tanggung jawab ini secara finansial hanya bertanggung jawab atas
terjadinya biaya. Pusat biaya tidak memiliki tanggung jawab untuk memperoleh
penghasilan. Dalam pusat biaya seorang manajer diberi tanggung jawab untuk
mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan otoritas untuk mengambil keputusankeputusan yang mempengaruhi biaya tersebut. Kemampuan dalam mengendalikan
biaya sesuai rencana merupakan ukuran kinerja manajer pusat biaya.
b. Pusat Pendapatan (Revenue Center)
Menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:21) “Pusat pendapatan (revenue
center) adalah suatu pusat tanggung jawab di mana manajer bertanggung jawab untuk
mengendalikan pendapatan yang terfokus pada tugas atas timbulnya penghasilan,
baik dari penjualan barang ataupun jasa”. Suatu pusat pendapatan dapat terdiri atas
pusat pendapatan kecil-kecil berupa segmen jenis produk tertentu atau konsumen
tertentu. Dalam pusat pendapatan tidak berarti tidak ada pengeluaran biaya sama
sekali, namun biaya yang terjadi umumnya tidak menunjang secara langsung terhadap
19
prestasi yang dicapai. Kinerja manajer pusat pendapatan diukur dengan cara
menganalisis selisih pendapatan. Selisih pendapatan adalah perbedaan antara
anggaran pendapatan dengan realisasinya. Selisih pendapatan dianalisis untuk
mengetahui penyebab timbulnya selisih tersebut.
c. Pusat Laba (Profit Center)
Menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:22) “Pusat laba (profit center) adalah
suatu pusat tanggung jawab di mana manajer dinilai kinerjanya atau tanggung
jawabnya untuk mengendalikan penghasilan, biaya, dan laba yang terjadi di unit
tersebut”.
Pusat laba umumnya terdapat pada organisasi yang dibagi-bagi berdasarkan
divisi-divisi penghasil laba (organisasi divisional). Organisasi divisional biasanya
ditetapkan pada perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam produk atau
jasa. Dalam hal ini manajer divisi menetapkan harga jual, strategi pemasaran dan
kebijakan produksi. Pusat pertanggungjawaban ini bertanggung jawab terhadap laba
yakni selisih antara penghasilan dan biaya.
d. Pusat Investasi (Investment Center)
Pusat investasi (investment center) adalah suatu pusat tanggung jawab yang
setingkat lebih tinggi dibanding pusat laba. Dalam suatu pusat investasi, manajer
dinilai kinerjanya atau tanggung jawabnya terhadap biaya, pendapatan, laba dan
jumlah sumber dana yang diinvestasikan dalam harta yang digunakan oleh pusat
pertanggungjawaban tersebut. Perencanaan dan pengendalian difokuskan pada
pengembalian investasi yang dihasilkan oleh pusat tanggung jawab tersebut.
20
Ukuran pusat investasi yang paling umum digunakan adalah Return On
Investment (ROI). ROI merupakan persentasi, dan semakin besar persentasi tersebut,
semakin baik ROI-nya. Adapun alat pengukur kinerja lainnya adalah Economic Value
Added (EVA). Dibanding dengan pusat-pusat tanggung jawab yang lain, pusat
investasi merupakan pusat tanggung jawab yang paling luas cakupannya. Organisasi
secara keseluruhan menggambarkan sebagai pusat investasi, dengan direktur dan
wakil direktur-direktur pelaksana sebagai manajemen pusat investasi. Mereka
mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar dibanding manajermanajer yang lain.
Mereka bertanggung jawab terhadap perencanaan, pengorganisasian dan
pengendalian aktivitas perusahaan. Keputusannya yang berkenaan dengan besar
kecilnya perusahaan menentukan jumlah investasi yang menjadi tanggung jawabnya.
3.
Hubungan Struktur Organisasi dengan Pusat Pertanggungjawaban
Organisasi dibangun untuk mencapai suatu tujuan yang pencapaiannya hanya
dapat diwujudkan melalui usaha bersama melibatkan banyak individu.
Efektifitas organisasi untuk mewujudkan tujuan bersama ini sangat ditentukan
oleh pengorganisasian sumber daya manusia di dalam memanfaatkan berbagai
sumber daya lain (sumber daya modal, uang, dan alam) untuk mewujudkan tujuan
organisasi. Oleh karena itu kemudian dikembangkan struktur organisasi yang
mencerminkan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas demi
terlaksananya fungsi koordinasi dan pengendalian untuk mencapai tujuan perusahaan.
21
Dengan struktur organisasi dan pendelegasian wewenang ini, organisasi dapat
membuat kerangka yang jelas di mana tujuan organisasi bias dicapai secara
terkoordinasi, efektif, dan berkesinambungan.
Menurut Sofyandi dan Gurniwa (2007:14) ”Struktur organisasi adalah pola
formal bagaimana orang dan pekerjaan dikelompokkan”. Struktur organisasi
merupakan kerangka hubungan antar satuan organisasi yang di dalamnya terdapat
pejabat, tugas dan wewenang yang masing-masing mempunyai peran tertentu dalam
kesatuan yang utuh. Pusat pertanggungjawaban merupakan dasar untuk seluruh
sistem
akuntansi
pertanggungjawaban,
oleh
karena
itu
kerangka
pusat
pertanggungjawaban harus dirancang secara seksama.
Struktur organisasi harus dianalisis untuk mengetahui kemungkinan adanya
kelemahan dalam pendelegasian wewenang. Struktur organisasi merupakan syarat
utama dalam penerapan konsep akuntansi pertanggungjawaban di mana struktur
organisasi merupakan gambaran dari pusat-pusat pertanggungjawaban sehingga
terdapat hubungan yang kuat antara struktur organisasi dan sistem akuntansi
pertanggungjawaban. Penyusunan sistem akuntansi pertanggungjawaban dan
penyusunan struktur organisasi merupakan pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan dan
saling
mempengaruhi.
Struktur
organisasi
untuk
suatu
sistem
akuntansi
pertanggungjawaban harus memisahkan secara tegas batas-batas antara wewenang
dan tanggung jawab dari setiap individu. Penentuan batas pertanggungjawaban ini
akan menjalin hubungan kerja yang baik sehingga tercapai keharmonisan antara
tujuan pusat pertanggungjawaban dan tujuan organisasi secara keseluruhan. Oleh
22
karena itu pusat pertanggungjawaban dapat menjadi alat yang efektif untuk
mengendalikan organisasi jika struktur organisasi disusun secara rasional.
D.
Pusat Pertanggungjawaban Biaya
1.
Pengertian dan Klasifikasi Pusat Pertanggungjawaban Biaya
Menurut Gunawan dan Yunita (2007:50) ”Pusat biaya (cost center) adalah
suatu pusat tanggung jawab di mana manajernya bertanggung jawab untuk
mengendalikan biaya yang terjadi di unit tersebut, dan tidak bertanggung jawab dari
segi keuangan, untuk laba maupun investasi dari unitnya”. Pusat tanggung jawab ini
secara finansial hanya bertanggung jawab atas terjadinya biaya. Pusat biaya tidak
memiliki tanggung jawab untuk memperoleh penghasilan.
Dalam pusat
biaya
seorang
manajer
diberi
tanggung
jawab untuk
mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan otoritas untuk mengambil keputusankeputusan yang mempengaruhi biaya tersebut. Kemampuan dalam mengendalikan
biaya sesuai rencana merupakan ukuran kinerja manajer pusat biaya.
Pusat pertanggungjawaban biaya dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Pusat Biaya Teknik
Menurut Krisna (2006:106) ”Pusat biaya teknik (engineered cost center) adalah
pusat biaya yang sebahagian besar biayanya mempunyai hubungan fisik optimal (erat
dan nyata) dengan keluarannya”. Contoh: departemen produksi dimana masukan
(input) dapat diukur dengan biaya, dan keluaran (output) dapat diukur dengan ukuran
23
fisik. Untuk pengendalian pusat biaya teknik dapat ditempuh dengan menggunakan
penentuan biaya standar.
b. Pusat biaya kebijakan
Menurut Krisna (2006:106) ”Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang
biayanya tidak mempunyai hubungan fisik secara optimal (erat dan nyata) dengan
keluarannya dan tidak dapat atau sulit diukur secara kuantitatif”. Departemen
administrasi dan umum, SDM, departemen penelitian dan pengembangan,
departemen pemasaran merupakan pusat biaya kebijakan di mana biaya yang terjadi
ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen. Pusat biaya kebijakan dapat diukur
efektifitasnya dengan cara menilai kontribusinya terhadap tujuan perusahaan yang
telah ditetapkan. Pengukuran kinerja manajer pusat administrasi, pusat penelitian dan
pengembangan, pusat pemasaran dengan menggunakan laporan pertanggungjawaban
biaya yang membandingkan antara biaya sesungguhnya dengan anggarannya. Selisih
atau varian tersebut dapat menguntungkan (favorable) yang berarti pusat biaya
kebijakan tersebut bekerja secara efektif dan tidak menguntungkan (unfavorable)
yakni pusat biaya tersebut bekerja tidak efektif.
2.
Biaya yang Terkendali dan Biaya yang tidak Terkendali
Dalam pusat pertanggungjawaban pemisahan biaya menjadi terkendali dan
tidak terkendali bagi manajer pusat pertanggungjawaban sejak penetapan anggaran
adalah sangat penting agar tidak terjadi tanggung jawab ganda terhadap biaya tertentu
dan agar setiap pimpinan pusat biaya dapat mengetahui dengan jelas batas-batas
24
tanggung jawabnya. Terjadinya biaya dalam suatu pusat pertanggungjawaban tidak
selalu sebagai akibat dari keputusan yang diambil oleh manajer yang bersangkutan,
karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu pusat pertanggungjawaban dapat
dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam pengumpulan
dan pelaporan biaya setiap pusat pertanggungjawaban harus dipisahkan antara biayabiaya yang terkendali dan biaya-biaya yang tidak terkendali. Suatu pusat biaya hanya
bertanggung jawab atas biaya-biaya yang dapat dikendalikannya, sedangkan biayabiaya yang tidak dapat dikendalikannya bukan merupakan tanggung jawabnya. Biaya
yang dapat dikendalikan (controllable cost) adalah biaya dapat diatur secara langsung
pada tingkat pimpinan tertentu atau dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer
pusat pertanggungjawaban dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan biaya tidak
terkendali (uncontrollable cost) adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh
seorang manajer atau pejabat tingkatan tertentu berdasarkan wewenang yang
dimilikinya atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang manajer tertentu dalam jangka
waktu tertentu.
Biaya
yang
terjadi
dalam
suatu
pusat
pertanggungjawaban
dapat
diklasifikasikan sebagai biaya langsung dan tidak langsung. Biaya tak langsung
adalah alokasi dari pusat pertanggungjawaban lain dan karena itu tidak dapat
dikendalikan. Seluruh biaya terkendali adalah biaya langsung, namun tidak seluruh
biaya langsung merupakan biaya terkendali. Contoh: biaya bahan baku merupakan
biaya terkendali manajer produksi, tetapi dalam situasi tertentu biaya tersebut dapat
diluar pengaruh manajer produksi. Jadi menentukan suatu biaya terkendali atau tidak,
25
memerlukan pemeriksaan yang hati-hati untuk memastikannya. Selain itu, banyak
manajer cenderung membantah bahwa suatu biaya merupakan biaya terkendali bagi
dirinya, sekedar untuk menghindarkan tanggung jawab jika terjadi sesuatu.
Contoh biaya terkendali dan biaya tidak terkendali antara lain adalah:
a. Biaya asuransi mesin-mesin pabrik adalah biaya yang terkendali
(controllable cost) oleh pejabat yang diberi wewenang untuk melindungi
kekayaan perusahaan dan tentu saja tidak terkendali (uncontrollable cost)
oleh mandor produksi.
b. Biaya iklan surat kabar menjadi biaya terkendalikan (controllable cost) oleh
manajer pemasaran jika ia memiliki kekuasaan untuk mengotorisasi biaya
dan jenis iklan surat kabar. Di lain pihak biaya penyusutan mesin dan
perlengkapan pabrik tidak akan terkendalikan (uncontrollable cost) oleh
manajer pemasaran jika ia tidak memiliki wewenang untuk mengotorisasi
pemakaian mesin pabrik.
E.
Anggaran Biaya
1.
Definisi dan Klasifikasi Anggaran
Pengertian anggaran menurut Bustami dan Nurlela (2006:01) ”Adalah
pernyataan-pernyataan dalam kuantitas yang dinyatakan secara formal, disusun secara
sistematis, dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu
dimasa yang datang”. Anggaran induk atau anggaran komprehensif merupakan
26
jaringan anggaran yang terdiri dari beberapa anggaran terpisah yang saling
bergantungan satu sama lain.
Salah satu bentuk kegunaan penyusunan anggaran komprehensif adalah untuk
menghitung besarnya modal yang diperlukan oleh perusahaan. Pada awal periode
anggaran ini berfungsi sebagai rencana atau standar, sedangkan pada akhir periode
anggaran ini berfungsi sebagai alat pengendali untuk membantu manajemen
mengukur kinerja dan rencana yang telah dibuat sehingga kinerja yang akan datang
dapat lebih ditingkatkan.
Penganggaran (budgeting) menunjukkan suatu proses sejak tahap persiapan
yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai
data dan informasi yang perlu, pembagian tugas perencanaan, penyusunan
rencananya sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai akhirnya pada tahap
pengawasan dan evaluasi dari rencana itu. Hasil dari kegiatan penganggaran
(budgeting) adalah anggaran (budget). Anggaran inilah yang merupakan komitmen
dari masing-masing pihak dalam perusahaan untuk bekerja sama untuk mewujudkan
rencana jangka pendek guna mencapai tujuan jangka panjang perusahaan.
2.
Organisasi Penyusunan Anggaran
Menurut Nafarin (2007:31-35) ”Anggaran dapat diklasifikasikan dari beberapa
segi yaitu: segi dasar penyusunan, cara penyusunan, jangka waktu, segi bidang,
kemampuan menyusun, segi fungsi, dari segi metode penentuan harga pokok produk
dan dari segi klasifikasi pusat biaya”.
27
a. Dari segi dasar penyusunan
1) Anggaran variabel atau disebut juga dengan anggaran fleksibel adalah
anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisaran) kapasitas tertentu
dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan
pada tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. Contoh: anggaran
penjualan disusun berkisar antara 500 unit sampai 1.000 unit.
2) Anggaran tetap (fixed budget) adalah anggaran yang disusun berdasarkan
suatu tingkat kapasitas tertentu. Contoh: penjualan direncanakan
sebanyak 1.000 unit, dengan demikian anggaran lainnya dibuat
berdasarkan anggaran penjualan 1.000 unit tersebut. Anggaran tetap
disebut juga dengan anggaran statis.
b. Dari segi cara penyusunan
1) Anggaran periodik (periodic budget) adalah anggaran yang disusun untuk
satu periode tertentu. Pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun
setiap akhir periode anggaran.
2) Anggaran kontinu (continuous budget) adalah anggaran yang dibuat untuk
mengadakan perbaikan atas anggaran yang pernah dibuat. Misalnya tiap
bulan diadakan perbaikan sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun
mengalami perubahan.
c. Dari segi jangka waktu
1) Anggaran jangka pendek (short-range budget) adalah anggaran yang
dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran
28
untuk keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek.
Anggaran jangka pendek disebut juga dengan anggaran taktis.
2) Anggaran jangka panjang (long-range budget) adalah anggaran yang
dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran untuk
keperluan investasi barang modal merupakan anggaran jangka panjang
yang disebut dengan anggaran modal (capital budget). Anggaran jangka
panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek.
Anggaran jangka panjang disebut juga dengan anggaran strategis.
d. Dari segi bidang
1) Anggaran operasional (operational budget) adalah anggaran untuk
menyusun anggaran laba rugi. Contoh: anggaran penjualan, anggaran
biaya pabrik, anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja
langsung, anggaran biaya overhead pabrik, dan anggaran beban usaha.
2) Anggaran keuangan (financial Budget) adalah anggaran untuk menyusun
anggaran neraca. Contoh: anggaran kas, anggaran piutang, anggaran
persediaan, dan anggaran utang.
e. Dari segi kemampuan menyusun
1) Anggaran komprehensif (comprehensive budget) adalah rangkaian dari
berbagai jenis anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran
komprehensif merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan
anggaran keuangan yang disusun secara lengkap.
29
2) Anggaran parsial (partially budget) adalah anggaran yang disusun secara
tidak lengkap atau anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran
tertentu saja. Contoh: karena keterbatasan kemampuan, maka hanya dapat
menyusun anggaran operasional.
f. Dari segi fungsi
1) Anggaran tertentu (appropriation budget) adalah anggaran yang
diperuntukkan bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk
manfaat lain.
2) Anggaran kinerja (performance budget) adalah anggaran yang disusun
berdasarkan
fungsi
kegiatan
yang
dilakukan
dalam
organisasi
(perusahaan), misalnya untuk menilai apakah biaya (beban) yang
dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas.
g. Dari segi metode penentuan harga pokok produk
1) Anggaran berdasar fungsional (functional based budget) adalah anggaran
yang dibuat dengan menggunakan metode penghargapokokan penuh (full
costing) dan berfungsi untuk menyusun anggaran induk atau anggaran
tetap.
2) Anggaran berdasar sifat (characteristic budget) adalah anggaran yang
dibuat
dengan menggunakan metode penghargapokokan variabel
(variable costing) dan berfungsi untuk menyusun anggaran variabel.
3) Anggaran berdasar kegiatan (activity based budget) adalah anggaran yang
dibuat dengan menggunakan metode penghargapokokan berdasar
30
kegiatan (activity based costing) dan berfungsi untuk menyusun anggaran
variable dan anggaran induk.
h. Berdasarkan klasifikasi pusat biaya
1) Anggaran biaya teknik yaitu anggaran yang terdiri dari biaya-biaya yang
bersifat engineered, yaitu biaya (input) yang memiliki hubungan yang
jelas
dengan
outputnya.
Anggaran
ini
digunakan
oleh
pusat
pertanggungjawaban yang outputnya dapat diukur.
2) Anggaran biaya kebijakan merupakan anggaran yang terdiri dari biayabiaya yang bersifat discretionary, yaitu biaya (input) yang tidak
mempunyai hubungan yang jelas dengan keluaran. Jenis anggaran ini
digunakan oleh pusat pertanggungjawaban yang keluarannya (output)
tidak bisa diukur.
Komite anggaran adalah suatu unit organisasi yang mengkoordinasikan
berbagai jenis usulan anggaran dari berbagai pusat pertanggungjawaban untuk
kemudian disusun menjadi rancangan anggaran induk. Komite anggaran mempunyai
tugas sebagai berikut:
a. Merumuskan sasaran anggaran dan kebijakan pokok perusahaan untuk tahun
anggaran.
b. Menyampaikan informasi mengenai tujuan dan kebijakan pokok tersebut
kepada para manajer pusat pertanggungjawaban.
c. Menelaah rancangan anggaran yang diajukan oleh para manajer pusat
pertanggungjawaban.
31
d. Melakukan negosiasi dengan para manajer pusat pertanggungjawaban
mengenai rancangan anggaran yang mereka ajukan.
e. Mengajukan rancangan anggaran final perusahaan kepada dewan komisaris
dan rapat umum pemegang saham (RUPS).
f. Menelaah anggaran yang telah disetujui oleh dewan komisaris dan RUPS.
g. Melakukan negosiasi dengan para manajer di pusat pertanggungjawaban
mengenai anggaran yang telah disahkan oleh RUPS.
h. Melakukan revisi anggaran, sesuai dengan kebijakan RUPS. Penyusunan dan
pengawasan anggaran memerlukan unit organisasi yang menangani
administrasi anggaran.
Fungsi ini dipegang oleh departemen anggaran yang mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. Menerbitkan prosedur dan formulir untuk penyiapan rancangan anggaran
setiap pusat pertanggungjawaban.
b. Mengkoordinasikan dan menerbitkan asumsi-asumsi yang dipakai sebagai
dasar penyusunan rancangan anggaran perusahaan.
c. Membantu setiap manajer pusat pertanggungjawaban dalam menyusun
rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban.
d. Mengolah
rancangan
anggaran
pusat
pertanggungjawaban
menjadi
rancangan anggaran induk.
e. Menganalisis rancangan anggaran dan memberikan rekomendasi kepada
komite anggaran.
32
f. Menganalisis realisasi anggaran, menafsirkan hasil-hasilnya dan membuat
laporan ringkas mengenai hasil analisanya kepada direksi.
g. Mengadministrasikan
proses
perubahan
dan
penyesuaian
anggaran
perusahaan.
3.
Manfaat, Tujuan, dan Fungsi Anggaran
Menurut Krisna (2006:81), terdapat sejumlah manfaat yang dapat diperoleh
dalam penyusunan anggaran, antara lain:
a. Memaksa manajer untuk membuat rencana, memotivasi manajer untuk
mengembangkan arah,
meramalkan kesulitan,
dan mengembangkan
kebijakan masa depan.
b. Memberikan informasi sumber daya yang dapat meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan.
c. Sebagai standar bagi evaluasi kinerja dan dapat mendorong karyawan untuk
berprestasi lebih baik.
d. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi yaitu dengan membiasakan
menyusun anggaran yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh staf
sehingga secara tidak langsung menciptakan komunikasi yang efektif dan
sekaligus juga memudahkan manajemen untuk melakukan koordinasi atas
kegiatan-kegiatan masing-masing bagian yang terpisah dalam mencapai
tujuan perusahaan.
Menurut Haruman dan Rahayu (2007:5) beberapa fungsi anggaran dalam
proses manajemen adalah sebagai berikut:
33
a. Dibidang perencanaan (planning)
1) Membantu manajemen meneliti dan mempelajari segala masalah yang
berkaitan dengan aktivitas yang akan dilaksanakan.
2) Membantu mengarahkan seluruh sumber daya yang ada diperusahaan
dalam menentukan arah atau aktivitas yang paling menguntungkan.
3) Membantu arah atau menunjang kebijaksanaan perusahaan.
4) Membantu manajemen memilih tujuan perusahaan.
5) Membantu menstabilkan kesempatan kerja yang tersedia.
6) Membantu pemakaian alat-alat fisik secara lebih efektif.
b. Dibidang Pelaksanaan (coordinating)
1) Membantu
mengkoordinir
faktor
sumber
daya
manusia dengan
perusahaan.
2) Membantu menilai kesesuaian antara rencana aktivitas perusahaan dengan
keadaan lingkungan usaha yang dihadapi.
3) Membantu menempatkan pemakaian modal pada saluran-saluran yang
menguntungkan sesuai dan seimbang dengan program perusahaan.
4) Membantu mengetahui kelemahan dalam organisasi.
c. Dibidang Pengawasan (controlling)
1) Membantu mengawasi kegiatan dan pengeluaran
2) Membantu mencegah pemborosan
3) Membantu menetapkan standar baru
34
1.
Penyusunan Anggaran untuk Pusat Biaya
Semua perusahaan pada umumnya memiliki anggaran karena anggaran
perusahaan berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian perusahaan. Perencanaan
melihat ke depan yaitu menetapkan tindakan tertentu dan pengendalian melihat ke
belakang yaitu menilai apa yang telah dihasilkan. Dari perbandingan yang dihasilkan
maka dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran. Anggaran (budget) adalah
perencanaan keuangan untuk masa depan, anggaran memuat tujuan dan tindakan
dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut. Sebelum menyusun anggaran organisasi
harus mengembangkan rencana strategis (strategic plan) yaitu mengidentifikasi
strategi aktivitas dan operasi masa depan, yang biasanya berjangka lima tahun.
Keseluruhan strategi diterjemahkan dalam tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang. Tujuan inilah yang menjadi dasar penyusunan anggaran.
F.
Sistem Pelaporan Pusat Biaya
Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan (performance report) adalah sebuah
laporan yang umumnya disajikan secara berkala dan mengikuti bentuk yang sudah
distandarisasi yang dirancang secara khusus untuk mempermudah manajemen
melakukan pengendalian intern. Dengan disusunnya performance report dapat
ditentukan sampai seberapa jauh tujuan dan sasaran yang direncanakan sebelumnya
telah tercapai. Ciri khas dari sebuah performance report adalah bahwa laporan
tersebut dapat menunjukkan varian antara hasil sesungguhnya dan standar yang
dianggarkan serta menunjukkan varian yang signifikan yang perlu diteliti secara
35
seksama oleh manajemen untuk menentukan sebab-sebab yang mendasari terjadinya
varian. Dalam rangka menilai dan meneliti suatu varian untuk menentukan
penyebabnya, beberapa kemungkinan yang harus dipertimbangkan adalah: varian
tidak material, varian disebabkan kesalahan pelaporan, varian disebabkan keputusan
manajemen tertentu, atau varian disebabkan faktor yang tidak dapat dikendalikan
tetapi dapat ditentukan.
Laporan pertanggungjawaban biaya (cost performance report) merupakan suatu
laporan yang digunakan untuk menunjukkan hasil kerja sekaligus sebagai dasar
pengukuran kinerja manajer pusat biaya. Laporan ini berisi perbandingan antara
jumlah biaya yang dianggarkan dengan realisasinya. Perbedaan antara jumlah yang
dianggarkan dengan realisasinya disebut dengan varian (penyimpangan). Dalam
pengumpulan biaya yang bertujuan untuk penyusunan laporan pertanggungjawaban,
semua biaya yang terjadi di setiap pusat biaya harus dipisahkan antara biaya yang
terkendali dengan biaya yang tidak terkendali.
Berikut ini akan diuraikan mengenai dasar-dasar penyusunan laporan
pertanggungjawaban pusat biaya menurut Mulyadi (2006:25) :
a. Jenjang terbawah yang diberi laporan adalah tingkat manajer bagian.
b. Manajer jenjang terbawah diberi laporan pertanggungjawaban biaya yang
berisi rincian realisasi biaya dibandingkan dengan anggarannya.
c. Manajer
jenjang
diatasnya
diberi laporan
mengenai
pusat
pertanggungjawabannya sendiri dan ringkasan biaya yang dikeluarkan oleh
manajer-manajer
dibawah
pengawasannya,
36
disajikan
dalam
bentuk
perbandingan dengan anggaran yang disusun oleh masing-masing manajer
yang bersangkutan.
d. Semakin keatas, laporan pertanggungjawaban biaya disajikan semakin
ringkas.
Berkaitan dengan pelaporan kepada manajer pusat biaya ada tiga jenis laporan
yang digunakan sesuai dengan jenjang organisasi, yaitu:
a. Laporan pertanggungjawaban biaya-manajer bagian disajikan untuk para
manajer bagian.
b. Laporan pertanggungjawaban biaya-manajer departemen, disajikan untuk
para manajer departemen
c. Laporan pertanggungjawaban biaya-direksi disajikan kepada direktur
Laporan kinerja yang telah dibuat harus dianalisis oleh para manajer dengan
cermat, untuk mengetahui sepenuhnya tentang kinerja yang tinggi dan rendah dalam
pusat pertanggungjawabannya masing-masing. Selanjutnya berdasarkan analisis yang
diperoleh, harus dilakukan tahap tindak lanjut yang sangat penting bagi proses
pengawasan dan pengendalian.
G.
Pengendalian Biaya
1.
Pengertian dan Tujuan Pengendalian Biaya
a. Pengertian Pengendalian Biaya
Pengertian biaya menurut Hansen (2004 : 40) dikemukakan bahwa, ”Biaya
adalah kas yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
37
diharapkan
memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi”. Dari
pengertian biaya diatas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan
yang dapat diukur dengan satuan uang atas kepemilikan barang atau jasa untuk suatu
tujuan tertentu dan jangka waktu atau masa manfaat dari pengorbanan tersebut
melebihi satu periode akuntansi. Berdasarkan uraian tersebut, maka biaya adalah
pengorbanan yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1) Merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2) Diukur dalam satuan uang
3) Yang terjadi atau yang secara potensial terjadi
4) Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
5) Berkurangnya aktiva
6) Adanya kewajiban yang berakibat pada penurunan ekuitas
Jadi pengorbanan yang mencakup syarat tersebut dapat dianggap sebagai
biaya sedangkan pengorbanan yang tidak menghasilkan manfaat dapat dianggap
sebagai
pemborosan
(kerugian
pada
perusahaan).
Sedangkan,
pengertian
pengendalian menurut Garrison (2003 : 97) ”Pengendalian dapat didefenisikan
sebagai proses penentuan, apa yang dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan
yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan, sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar”. Menurut pengertian
tersebut, pengendalian merupakan fungsi yang dijalankan manajer untuk menjamin
bahwa organisasi dan tindakan-tindakan anggotanya bergerak kearah tujuan yang
sudah ditetapkan.
38
Pertama sekali yang dilakukan dalam pengendalian adalah menetapkan standar
kinerja, mengukur kinerja nyata dan membandingkannya dengan standar yang sudah
ditentukan. Jika ternyata terjadi penyimpangan maka dilakukan tindakan perbaikan.
Jadi, pengendalian biaya adalah untuk membandingkan biaya yang seharusnya
(dianggarkan) dengan biaya-biaya yang sesungguhnya terjadi dan bila terjadinya
selisih maka selisihnya perlu dianalisis lebih jauh, sehingga diketahui faktor
penyebab penyimpangan yang terjadi sampai pada dilakukannya tindakan koreksi.
b. Tujuan Pengendalian Biaya
Pengendalian dilakukan manajemen bertujuan antara lain:
1) Untuk mengetahui apakah suatu pelaksanaan itu berjalan sesuai
dengan rencana yang digariskan
2) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu yang dilaksanakan sesuai
dengan instruksinya
3) Untuk mengetahui kualitas-kualitas dan kelemahan dalam bekerja
4) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan secara berdaya guna
5) Untuk mencari jalan keluar, bilamana ditemui kesulitan-kesulitan
Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan, tetapi berusaha untuk
menghindari terjadinya kesalahan serta memperbaikinya jika terdapat kesalahan. Jadi,
pengendalian biaya dilakukan sebelum proses, saat proses, setelah proses yakni
hingga hasil akhir diketahui.
39
2.
Proses Pengendalian Biaya
Menurut Trisnawati (2006 : 20), proses pengendalian dilakukan secara bertahap
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan
standar-standar
yang
akan
digunakan
sebagai
dasar
pengendalian biaya.
b. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
c. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan
penyimpangan bila ada.
d. Melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan
dan tujuan sesuai dengan rencana.
3.
Penentuan Pengendalian (Kontrolabilitas) Biaya
Terjadinya biaya pada pusat pertanggungjawaban tidak selalu sebagai akibat
dari keputusan yang diambil oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang
bersangkutan. Karena tidak semua biaya yang terjadi dapat dikendalikan oleh
manajer,
maka
dalam
pengumpulan
dan
pelaporan
biaya
setiap
pusat
pertanggungjawaban harus dipisahkan antara biaya terkendalikan dan biaya tidak
terkendalikan.
Hanya
biaya-biaya
yang terkendalikan oleh manajer
pusat
pertanggungjawaban, yang disajikan dalam laporan biaya dan dimintakan
pertanggungjawaban dari padanya. Oleh karena itu, akuntansi pertanggungjawaban
biasanya menitik beratkan pada pertanggungjawaban biaya pusat.
Menurut Samryn (2001 : 264) biaya dapat digolongkan atas dasar pengaruh
manajer terhadap biaya, penggolongannya adalah sebagai berikut:
40
1. Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh
seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu.
2. Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh
seorang pimpinan atau pejabat tertentu berdasarkan wewenang yang
dimilikinya atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam jangka
waktu tertentu.
Biaya-biaya yang sepenuhnya tidak dapat dikendalikan tidak akan memerlukan
keputusan dan pertimbangan manajer karena hal itu tidak dapat mempengaruhi biaya,
diabaikan dalam evaluasi manajer. Sebaliknya biaya-biaya yang dapat dikendalikan
memberikan bukti tentang kinerja seorang manajer, sehingga memberikan manfaat
dalam
pengambilan
keputusan.
Untuk
memisahkan
biaya
kedalam
biaya
terkendalikan dan tidak terkendalikan pada kenyataannya seringkali ditemui
kesulitan. Hanya sedikit biaya yang terjadinya menjadi tanggung jawab seseorang.
Pedoman untuk menetapkan apakah suatu biaya dapat dibebankan sebagai tanggung
jawab seorang manajer pusat pertanggungjawaban, menurut Larosa (2004 : 26)
adalah sebagai berikut:
a. Jika seorang manajer memiliki wewenang, baik dalam perolehan maupun
penggunaan jasa, ia harus dibebani dengan biaya jasa tersebut. Seseorang
manajer jelas dapat mempengaruhi jumlah suatu biaya jika ia memiliki
wewenang dalam memperoleh dan menggunakan jasa. Manajer pemasaran
yang mempunyai wewenang memutuskan media promosi dan jumlah
biayanya, bertanggung jawab penuh terhadap terjadinya biaya tersebut.
41
b. Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya
tertentu melalui tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya
tersebut. Seorang manajer mungkin tidak mempunyai wewenang dalam
memutuskan pemerolehan barang atau jasa, baik harga maupun jumlahnya,
namun dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah pemakainya. Dalam
hal ini, ia dapat dibebani tanggung jawab pemakaian barang atau jasa
tersebut.
c. Meskipun
seorang
manajer
tidak
dapat
secara
signifikan
dapat
mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakan langsungnya sendiri,
ia dapat juga dibebani biaya tersebut, jika manajemen puncak menghendaki
agar ia menaruh perhatian sehingga ia dapat membantu manajer lain yang
bertanggungjawab untuk mempengaruhi biaya tersebut.
Menurut Mulyadi (2001 : 169), biaya tidak terkendalikan dapat diubah menjadi
biaya terkendalikan melalui dua cara yang saling berkaitan, yaitu ;
a. Dengan mengubah dasar pembebanan dari alokasi ke pembebanan langsung.
b. Dengan mengubah letak tanggung jawab pengambilan keputusan.
H.
Akuntansi pertanggungjawaban sebagai Alat Bantu Manajemen dalam
Pengendalian Biaya
Menurut Edy Sukarno (2002:52), pada umumnya perusahaan berorientasikan
laba. Pencapaian laba yang maksimal ditentukan oleh adanya pengendalian yang
memadai. Dalam hal ini akuntansi pertanggungjawaban merupakan alat yang dipakai
42
untuk mengendalikan biaya, karena dalam akuntansi pertanggungjawaban biayabiaya dilaporkan menurut pusat pertanggungjawaban tertentu. Informasi akuntansi
pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan
dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi ini menekankan hubungan
antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan
realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi
setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan biaya tersebut menurut manajer
yang bertanggung jawab. Pada awal periode (tahun), setiap manajer harus
melaporkan hasil dari perencanaan yang berupa anggaran, supaya dapat dilakukan
pengendalian. Pada akhir periode, setiap manajer juga harus membuat laporan
pertanggungjawaban yang dinamakan performance report yang berisi tentang
perbandingan anggaran dan realisasi yang merupakan alat bantu pengendalian.
Pada penelitian ini, saya lebih menekankan kepada pengendalian biayanya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya biaya merupakan pengorbanan yang dapat
diukur dengan satuan uang atas kepemilikan barang atau jasa untuk suatu tujuan
tertentu dan jangka waktu atau masa manfaat dari pengorbanan tersebut melebihi satu
periode akuntansi. Dapat disimpulkan biaya sangat mempengaruhi laba operasi
sebuah perusahaan. Oleh karena itu, biaya harus dapat dikendalikan pengeluarannya,
karena tanpa adanya pengendalian terhadap biaya dalam perusahaan, maka akan
mengakibatkan perusahaan menderita kerugian. Salah satu alat untuk mengendalikan
penggunaan biaya dalam perusahaan adalah akuntansi pertanggungjawaban, karena
dalam akuntansi pertanggungjawaban terdapat struktur organisasi perusahaan secara
43
terperinci sehingga memudahkan pimpinan perusahaan untuk mendelegasikan
wewenang kepada manajer yang ada dibawahnya. Apabila terjadi penyimpangan
dalam penggunaan biaya tersebut maka dapat dengan mudah pimpinan perusahaan
untuk mencari siapa yang bertanggungjawab atas penyimpangan yang terjadi dalam
biaya tersebut. Selain untuk memudahkan pendelegasian wewenang, dalam akuntansi
pertanggungjawaban juga terdapat penyusunan anggaran biaya yang dilakukan oleh
tiap-tiap departemen sehingga pihak departemen dapat mengendalikan biaya tersebut
sesuai dengan anggaran yang telah dibuatnya.
I.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian terdahulu sebagai referensi dalam penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Nasution (2003 : 69) yang melakukan penelitian pada
perusahaan jasa yang bergerak di bidang real estate dan kontraktor menyatakan
“sistem akuntansi pertanggungjawaban di perusahaan yang diteliti telah dilakukan
dengan baik dan menerapkan konsep pengawasan manajemen, yaitu dengan adanya
pusat pertanggungjawaban biaya”. Penelitian mengenai hubungan akuntansi
pertanggungjawaban dengan efektivitas pengendalian biaya pada lima hotel di kota
Tasikmalaya yang dilakukan oleh Trisnawati (2006) menunjukkan semakin baik
penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada perusahaan maka akan semakin baik
pula efektivitas pengendalian biaya. Penelitian mengenai peranan akuntansi
pertanggungjawaban sebagai alat pengawasan biaya dan pengukuran kinerja pusat
biaya pada sebuah perusahaan manufaktur di kota Medan yang dilakukan oleh
44
Silalahi (2007) menyatakan akuntansi pertanggungjawaban lebih menekankan kepada
penyusunan anggaran sebagai alat pengendalian dan ditemukan bahwa fungsi
anggaran sebagai alat pengawasan biaya belum terlaksana secara maksimal pada
perusahaan tersebut karena tidak adanya anggaran dari bidang-bidang yang terletak di
bawah pusat pertanggungjawaban biaya.
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tahun
Peneliti
Penelitian
2006
Susi
Trisnawati
2007
Ronald
Silalahi
Judul
Hubungan Antara
Penerapan Akuntansi
Pertanggungjawaban
Dengan Efektivitas
Pengendalian Biaya
(Survei Pada 5 Hotel di
Kota Tasikmalaya)
Peranan Akuntansi
Pertanggungjawaban
Sebagai Alat
Pengawasan Biaya dan
Pengukuran Kinerja
Pusat Biaya Pada PT.
Varia Sekata Pancur
Batu
45
Hasil Penelitian
Terdapat
hubungan
antara
penerapanakuntansi pertanggung
jawaban yang memadai dengan
efektivitas pengendalian biaya
pada
perusahaan.
Dimana
semakin
baik
penerapan
akuntansi pertanggungjawaban
pada perusahaan maka akan
semakin baik pula efektivitas
pengendalian biaya. Sedangkan
pengendalian biaya yang baik
akan memudahkan penerapan
akuntansi pertanggungjawaban
dalam perusahaan sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai.
Akuntansi pertanggungjawaban
lebih
menekankan
kepada
penyusunan anggaran sebagai
alat pengendalian dan ditemukan
bahwa fungsi anggaran sebagai
alat pengawasan biaya belum
terlaksana secara maksimal
karena tidak adanya anggaran
dari bidang-bidang yang terletak
di bawah pusat pertanggung
jawaban biaya.
2006
J.
Sriyanti
Maulina
Peranan Sistem
Akuntansi
Pertanggungjawaban
dalam Mengukur
Kinerja Pusat Biaya
pada PT. Ira Widya
Utama Medan.
Penelitian ini menunjukkan
bahwa PT. Ira Widya Utama
menggunakan sistem organisasi
fungsional, yakni pembagian
unit-unit
organisasi
sesuai
dengan
fungsinya
masingmasing, di mana di perusahaan
telah terdapat unit-unit kerja
yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab masing-masing.
Perusahaan telah menggunakan
suatusistem pertanggungjawaban
dengan cara mendelegasikan
setiap tugas dan tanggung jawab
kepada masing-masing pusat
pertanggungjawaban
tersebut.
Penyusunan anggaran dilakukan
oleh masing-masing departemen
sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing.
Penilaian
kinerja
pada
perusahaan
dengan
cara
membandingkan antara realisasi
dengan standar biaya yang telah
ditetapkan.
Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kerangka konseptual untuk
membantu melakukan pemahaman dan pembahasan masalah seperti dibawah ini:
46
KOPERASI X
GENERAL MANAJER
PUSAT BIAYA
PENGENDALIAN
BIAYA
PROSES AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN
LAPORAN
BIAYA
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
Sumber: Anthony dan Govindarajan Data diolah penulis, 2013
Koperasi Nusantara menganut bentuk organisasi garis dan staf, dimana terdapat
manajer
pada
masing-masing
pusat
pertanggungjawaban
yang
diberi
kepercayaan/wewenang untuk mengelola (kekayaan) koperasi. Salah satu kegiatan
yang dilakukan manajer dalam mengelola (kekayaan) koperasi adalah pengendalian
(pusat) biaya. Dalam mengendalikan pusat biaya ini, dibutuhkan anggaran biaya yang
dibuat pada awal periode (tahun) sebagai alat pengendalinya. Pada setiap akhir
periode
semua
kegiatan
yang
berhubungan
dengan
biaya
harus
dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini akuntansi pertanggungjawaban yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari akuntansi manajemen membantu manajer
dalam membuat sebuah laporan pertanggungjawaban biaya bagi manajemen puncak
(pimpinan tertinggi) yang dinamakan performance report. Laporan biaya ini harus
47
disusun sedemikian rupa sehingga manajemen dapat segera mengetahui apa yang
menjadi masalah dan dapat segera melakukan tindakan koreksi. Jika terdapat
kesalahan yang fatal, maka manajer yang membawahi pusat pertanggungjawaban
tersebut akan diberi sanksi (punishment), dan sebaliknya, jika kinerja manajer
tersebut baik, maka akan diberikan penghargaan (award).
48
Download