Militer Sudah Laik Dapat Hak Pilih

advertisement
PolMark Indonesia-Political Consulting
Militer Sudah Laik Dapat Hak Pilih
22 November 2011 - Proses reformasi di internal TNI dan Polri telah berjalan dengan baik. Dengan demikian, sudah
saatnya bagi personel kedua institusi itu untuk mendapatkan hak pilih dalam pemilu.
Pakar pertahanan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kusnanto Anggoro di Jakarta, kemarin, menilai dalam
era reformasi, institusi TNI dan Polri harus mendapatkan tanggung jawab politik dalam menentukan arah pembangunan
nasional.
Tujuannya agar mereka juga belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap perpolitikan Indonesia. “Sehingga bila
ada kekeliruan keputusan politik, seperti salah memilih presiden atau pemimpin terpilih tidak bagus, mereka bisa
merasa ikut bertanggung jawab,” kata dia.
Selain itu, lanjut dia, dalam era reformasi, kontrol masyarakat terhadap perpolitikan sudah jauh lebih ketat ketimbang
zaman Orde Baru. Menurut dia, masyarakat juga harus bisa melupakan masa-masa TNI dijadikan alat oleh penguasa
di zaman Orde Baru. “Masyarakat harus bisa melupakan trauma masa lalu. Sekarang militer sudah bagus dan
berganti wajah,“ katanya.
Apalagi, lanjut dia, hak memilih adalah hak asasi setiap warga negara yang diakui secara universal tanpa melihat latar
belakang profesi. “Saya kira TNI dan Polri sudah dewasa dan siap untuk menggunakan hak pilih mereka. Tapi,
saat ini bolanya ada di DPR,“ katanya.
Personel TNI dan Polri terakhir kali menikmati hak pilih pada Pemilu 1955. Sejak memasuki Orde Baru, atau sejak
Pemilu 1971, TNI dan Polri sudah tidak memiliki hak pilih. Artinya, dari 10 kali pemilu di Indonesia, TNI dan Polri
kehilangan hak pilih dalam sembilan pemilu.
Dalam rapat dengar pendapat Panitia Khusus (Pansus) Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pemilu pada 16
November, Kepala Bagian Pembinaan Hukum (Kababinkum) Mabes TNI Mayjen S Supriyatna dan Kepala Divisi
Hukum Mabes
Polri Irjen Mudji Waluyo menegaskan sikap institusi mereka untuk tetap bersikap netral dalam pemilu. Meskipun
demikian, mereka tetap menyerahkan keputusan kepada DPR.
Tergantung kesiapan
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menyatakan wacana pemberian hak pilih bagi TNI harus dicermati dari dua
sisi, yaitu kesiapan prajurit TNI dan kesiapan masyarakat dalam menerima TNI sebagai partisipan dalam pemilu.
“Jangan sampai penggunaan hak pilih itu memecah soliditas TNI dan jangan sampai masyarakat Indonesia jadi
menarik-narik TNI dalam perpolitikan. Jadi dua-duanya harus siap,“ ujar Agus seusai menutup lomba menembak
Panglima TNI Cup 2011 di Markas Divisi Infanteri-1 Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Cilodong,
Jawa Barat, kemarin.
Panglima TNI menambahkan bila memang dua-duanya belum siap, diperlukan evaluasi dan analisis lebih lanjut.
“Jangan sampai kami menggunakan hak pilih, tapi malah merugikan kesatuan dan persatuan bangsa,“
imbuhnya.
Ia mengaku masih mengkhawatirkan sesama prajurit TNI akan terjadi perpecahan dengan adanya hak pilih tersebut.
(sumber: Media Indonesia)
http://www.polmarkindonesia.com
Powered by Joomla!
Generated: 2 November, 2017, 12:48
Download