UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI IMUNOMODULATOR POLISAKARIDA HASIL EKSTRAKSI DARI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP TOTAL LEUKOSIT, JUMLAH LIMFOSIT DAN MONOSIT, SERTA INTERLEUKIN-1β PADA MENCIT BALB/C Skripsi Diajukan untuk memenuhi syarat gelar sarjana farmasi (S.Far) TEGUH PRIYANTO NIM : 108102000074 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI IMUNOMODULATOR POLISAKARIDA HASIL EKSTRAKSI DARI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP TOTAL LEUKOSIT, JUMLAH LIMFOSIT DAN MONOSIT, SERTA INTERLEUKIN-1β PADA MENCIT BALB/C Skripsi Diajukan untuk memenuhi syarat gelar sarjana farmasi (S.Far) TEGUH PRIYANTO NIM : 108102000074 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 i ii iii iv ABSTRAK Judul : Uji imunomodulator polisakarida hasil ekstraksi dari jinten hitam (nigella sativa L.) terhadap total leukosit, jumlah limfosit dan monosit , serta interleukin-1β pada mencit BALB/C Nigella sativa L merupakan tanaman yang banyak mengandung zat-zat yang sangat ampuh dalam mengobati penyakit. Bahkan tanaman ini direkomendasikan oleh Rasulullah SAW penggunaanya terutama dalam hal medisinal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek imunomodulator polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. melalui pengukuran total leukosit, jumlah limfosit dan monosit, serta kadar Interlekuin 1β pada mencit Balb/c. Sebanyak 20 mencit yang diuji dibagi menjadi 4 kelompok: kontrol, dosis rendah (1,25 mg/BB mencit ), dosis sedang (2,5 mg/BB mencit), dan dosis tinggi ( 5 mg/BB mencit). Polisakarida diberikan secara oral selama 14 hari dan sampel darah diambil pada hari ke-7, ke-14 dan ke-21. Hasil rata-rata analisis statistik ANOVA menunjukan bahwa pemberian ekstrak polisakarida pada ketiga dosis mampu meningkatkan total leukosit dan jumlah limfosit secara signifikan dibandingkan kontrol, namun tidak mampu mempengaruhi jumlah monosit. Dosis tinggi 5 mg / BB mencit memiliki aktifitas imunomodulator terbaik. Sedangkan pada uji interlekuin 1β, mencit diberikan polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. secara oral selama 5 hari. Pada hari kelima, dua jam setelah pemberian hasil ekstraksi Nigella sativa L. disuntikan secara i.p LPS 20 ug / BB mencit lalu diambil sampel darahnya setelah 6 jam. Hasil uji statistik kruskal Wallis menunjukan bahwa pemberian polisakarida Nigella sativa L. tidak mempengaruhi kadar interleukin -1β secara signifikan (p >0.05) Kata kunci : Nigella sativa L., polisakarida, imunomodulator, mencit Balb/C. v ABSTRACT Title : The immunomodulator assay of polysaccharide, the result extraction of black seed (Nigella sativa L.) toward the total number of leukocytes, lymphocytes and monocytes, and interleukin 1β on mice BalB/C Nigella sativa L. is a plant that contains many substances that very effective to treat the disease. Moreover this plant was recommended by Rasulullah SAW to use especially in medicinal treatment. This research is aim to test the effect of immunomodulator polysaccharide, the result extraction of black seed (Nigella sativa L.) through measuring the total number of leukocytes, lymphocytes and monocytes, and the level of interleukin 1β on mice BALB/C. as many as 20 mice that have to test were divided into 4 groups : control, low doses (1,25 mg/BW mice), medium doses (2,5 mg/BW mice), and high doses (5 mg/BW mice). Polysaccharide extract was given orally during 14 days and the blood sample was taken in day 7th, 14th, and 21th. The average result of statistical analysis ANOVA indicate that the giving of polysaccharide extract on high doses can increase the total number of leukocytes and lymphocytes significantly (P>0,05) if compared with control group, however it can not give effect to total number of monocytes. The high doses (5 mg/BW mice) have the best immunomodulator activity. While for The test of interleukin-1β, mice was given polysaccharide the result extraction Nigella sativa L. orally during 5 days. In day 5th, two hours after giving the result extraction Nigella sativa L. that have been injection by i.p LPS 20 µg/BW mice then the blood sample was taken after 6 hours. The result of statistical Kruskal Wallis showed that the treatment of polysaccharides Nigella sativa L. not affect levels of interleukin 1β significantly. (P>0,05). Keyword : Nigella sativa L., Polysaccharide extract, Immunomodulator, Balb/C mice. vi KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, yang telah memberikan pertolongan dan kasih sayang-Nya sehingga kami penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Makalah skripsi yang berjudul “Uji Imunomodulator Polisakarida hasil ekstraksi Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Terhadap Total Leukosit, Jumlah Limfosit, Jumlah Monosit, Dan Jumlah Interleukin-1β Pada Mencit Balb/C” dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Skripsi, salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penulisan ini, penulis juga ingin mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: (1) Farida Sulistiawati M.Si,Apt selaku dosen pembimbing pertama yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam menuntun penulis dalam penyusunan skripsi ini. (2) Drs. Umar Mansur M.Sc selaku dosen pembimbing kedua sekaligus Kepala Program Studi Farmasi UIN Syarif hidayatullah Jakarta (3) Zilhadia M.Si, Apt selaku dosen pembimbing akademik selama pendidikan. (4) Para dosen Farmasi UIN yang telah memberikan ilmu, pengalaman dan wawasannya. (5) Kementrian Agama dan pemerintah kabupaten Musi banyuasin yang telah memberikan dukungan moril dan materil selama pendidikan. Ucapan beribu terimakasih, semoga ilmu yang saya terima dapat bermanfaat. (6) Orangtua, kakak, adik dan keluarga besar yang selalu memberi dukungan, semangat dan doa, Love you all. (7) Rekan penelitian Zikriah, Sinti ayesa, Nia yuliani dewi, dan Azhari zikro yang telah bersama dalam suka dan duka. Sahabat-sahabat Sukron, Farhan, Lukman dll, yang telah memberikan dukungan dan keceriaan sehingga saya bersemangat dan bisa menyelesaikan tugas akhir ini. (8) Teman-teman seangkatan Farmasi 2008 yang telah menempuh pendidikan bersama selama empat tahun, Semoga semangat dan kesuksesan bersama-sama dengan kita semua. vii (9) Semua pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi, Saya ucapkan terimakasih. Saya menyadari bahwa dalam makalah skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini dan melaksanakan perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan. Ciputat, 3 April 2015 TEGUH PRIYANTO viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. HALAMAN PERNTAAN ORISINALITAS ............................................. HALAMAN PERSETUJUAN PPEMBIMBING ...................................... LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... ABSTRAK ................................................................................x ABSTRACT .............................................................................. xi KATA PENGANTAR................................................................................ i DAFTAR ISI .............................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................v DAFTAR TABEL .............................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1 1.1 Latar Belakang ................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................3 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................3 1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................4 2.1 DESKRIPSI TANAMAN JINTAN HITAM (Nigella sativa L.).....4 2.1.1 Klasifikasi Tanaman .............................................................4 2.1.2 Nama Daerah .......................................................................4 2.1.3 Ciri-ciri tanaman ..................................................................4 2.1.4 Kandungan tanaman ............................................................5 2.1.5 Khasiat dan Kegunaan .........................................................7 2.2 EKSTRAK ................................................................................7 2.3 METODE EKSTRAKSI .................................................................8 2.3.1 Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut..............................8 2.3.2 Metode Ekstraksi Lainnya ..................................................9 2.4 IMUNOMODULATOR.................................................................10 2.5 LEUKOSIT ...................................................................................11 2.5.1 Limfosit ...........................................................................13 2.5.2 Monosit ...........................................................................13 2.5.3 Neutrofil ..........................................................................14 2.6 Interleukin 1β .................................................................................15 2.7 ELISA .....................................................................................16 2.8 HEWAN UJI (MENCIT/ Mus Muskulus) .....................................17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................19 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN.....................................19 3.2 BAHAN DAN ALAT ..................................................................19 3.2.1 Bahan ...................................................................................19 a. bahan uji ..............................................................................19 b. bahan kimia ........................................................................19 ix c. hewan uji ............................................................................19 3.2.2 Alat .....................................................................................19 3.3 PROSEDUR PENELITIAN ........................................................20 3.3.1 Optimasi Ekstraksi Polisakarida Nigella sativa L................20 a. Metode Ekstraksi Pertama (Hailat, et al. 1998 ) ..........20 b. Metode Ekstraksi Kedua (Toneli, et al. 2008 ) 3.3.2 Preparasi sampel ................................................................20 1. Pembuatan Larutan Na-CMC 5 % ...............................20 2. Penentuan Dosis (hussein el-taher, et al. 2006) ...........20 3.3.3 Perlakuan Hewan Uji .........................................................21 a. Perlakuan Untuk Uji Total Leukosit, persentase Limfosit Dan Persentase Monosit ..................................................21 b. Perlakuan Untuk Uji Interlekuin 1 β.................................22 c. Pengambilan Darah (permatasari, 2012) ..........................23 3.3.4 Metode Uji ..........................................................................23 a. Uji Total Leukosit, persentase limfosit, dan persentase Monosit ..........................................................................23 b. uji kadar Uji Interlekuin 1 β..............................................25 3.4 ANALISA DATA .........................................................................25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................26 4.1 HASIL OPTIMASI EKSTRAKSI ................................................26 4.2 TOTAL LEUKOSIT .....................................................................29 4.3 JUMLAH LIMFOSIT ...................................................................33 4.4 JUMLAH MONOSIT ...................................................................37 4.5 KADAR INTERLEUKIN 1β ........................................................40 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................42 5.1 KESIMPULAN ..............................................................................42 5.2 SARAN ..............................................................................42 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................43 LAMPIRAN ..............................................................................47 x DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2. 1 Bentuk batang dan bunga Nigella sativa L .............................. 5 Gambar 2.2 Komponen terbesar Nigella sativa L. (Paarrakh M, 2010) ........ 7 Gambar 2.3 Beberapa jenis penampakan mikroskop dari leukosit (Anonim, 2013) ......................................................................... 11 Gambar 2.4 Bagan Pembentukan Sel Darah Dari Stema Sel (Theml, et al, 2004). ................................................................................................... 12 Gambar 2.5 Limfosit (Theml, H et all, 2004) ............................................. 13 Gambar 2.6 Monosit (Theml, H et all, 2004) ............................................. 14 Gambar 2.7 Monosit (Theml, H et all, 2004) ............................................. 15 Gambar 2.8 Skema Ilustrasi Uji ELISA (Sino biological.inc, 2015)........... 16 Gambar 2.9 Mencit Balb/C (Sino biological.inc, 2015) .............................. 17 Gambar 3.1 Kamar hitung neubauer (Eki Putra, 2008) ............................... 24 Gambar 3.2 Alur pengamatan microskop pada gelas objek ........................ 24 Gambar 4.1 Hasil Ekstraksi Polisakarida Nigella sativa L metode pertama ... ................................................................................................ 24 Gambar 4.2 Hasil uji Barfoed polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L .. ........................................................................................................ 27 Gambar 4.3 Hasil uji benedict polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L (terbentuk warna merah bata pada tabung tengah).................... 27 Gambar 4.4 Hasil ekstraksi polisakarida metode kedua ............................. 28 Gambar 4.5 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-7............................. 30 Gambar 4.6 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-14........................... 31 Gambar 4.7 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-21 .......................... 32 Gambar 4.8 Grafik peningkatan jumlah hari ke-7 ...................................... 34 Gambar 4.9 Grafik peningkatan jumlah limfosit hari ke-14 ...................... 34 Gambar 4.10 Grafik peningkatan jumlah limfosit hari ke-21 .................... 35 Gambar 4.11 Grafik peningkatan jumlah monosit hari ke-7...................... 38 Gambar 4.12 Grafik peningkatan jumlah monosit hari ke-14.................... 38 Gambar 4.13 Grafik Peningkatan Monosit hari ke-21 ................................. 39 Gambar 4.14 Grafik hasil uji interleukin 1β ................................................ 41 xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Konstituen Umum Nigella sativa L. (Hussein El- taher, et al 2006) .......................................................................................................... 6 Tabel 2.2 Konstituen Minyak Nigella sativa (Hussein El- taher, et al 2006) ................................................................................................................... 6 Tabel 3.1. Perlakuan kelompok uji total leukosit, limfosit, dan monosit ................................................................................................................. 21 Tabel 3.2 Perlakuan Kelompok Uji Interlekuin 1β ..................................... 22 Tabel 4.1 Hasil perhitungan total leukosit ................................................... 29 Tabel 4.2 Rataan Jumlah Limfosit. .............................................................. 33 Tabel 4.3 Rataan Jumlah Monosit................................................................ 37 Tabel 4.4 Rata-rata Jumlah Nilai Il-1β........................................................ 40 xii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Kerangka Konsep Penelitian ...........................................................47 Lampiran 2. Bagan ekstraksi pertama ....................................................................... 48 Lampiran 3. Bagan ekstraksi kedua .....................................................................49 Lampiran 4. Surat keterangan mencit ...................................................................50 Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Abu Dan Kadar Air. ...............................................51 Lampiran 6. Kegiatan Pengukuran Kadar Abu Dan Kadar Air ............................52 Lampiran 7. Hasil Uji Karbohidran Total ekstraksi pertama ..............................53 Lampiran 8: Hasil Uji Karbohidran Total ekstraksi kedua ..................................54 Lampiran 9. Penentuan Besar Dosis .....................................................................55 Lampiran 10. Pembuatan Larutan Induk................................................................56 Lampiran 11. Kegitan penelitian : Pengambilan Darah .........................................57 Lampiran 12. Kegitan penelitian : Pembuatan sediaan apus..................................60 Lampiran 13. Kegitan penelitian : Penghitungan Leukosit....................................62 Lampiran 14. Metode Uji ELISA .............................................................................63 Lampiran 15. Hasil Pengamatan Mikroskop................................................................... 65 Lampiran 16. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit Dan Limfosit hari ke -7................................................................................... 68 Lampiran 17. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit Dan Limfosit hari ke-14 .........................................................................69 Lampiran 18. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit Dan Limfosit hari ke-21 .........................................................................70 Lampiran 19. Hasil uji interleukin 1-beta .............................................................71 Lampiran 20. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit hari ke-7......................72 Lampiran 21. Hasil Uji ANOVA Total Leukosit hari ke-7 ..................................73 Lampiran 22. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) total leukosit hari ke-7..........................................................................................74 Lampiran 23. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit hari ke-14....................75 Lampiran 24. Hasil Uji ANOVA Total Leukosit hari ke-14 .................................76 Lampiran 25. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) total leukosit hari ke-14........................................................................................77 Lampiran 26. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit pada hari ke-21. .........78 Lampiran 27. Hasil Uji non parametrik kruskal wallis Total Leukosit Hari ke21 ....................................................................................................79 Lampiran 28. Uji homogenitas perbandingan uji total leukosit perminggu...........80 Lampiran 29. Uji ANOVA total leukosit per minggu...........................................81 Lampiran 30. Uji Turkey HSD total leukosit perbandingan antar kelompok perminggu ......................................................................................82 Lampiran 31. Hasil uji homogenitas data jumlah limfosit hari ke-7......................83 Lampiran 32. Hasil Uji ANOVA jumlah limfosit hari ke-7 ..................................84 Lampiran 33. Hasil uji turkey HSD jumlah limfosit hari ke-7 ..............................85 Lampiran 34. Hasil uji homogenitas data limfosit hari ke-14................................86 Lampiran 35. Hasil uji Anova jumlah limfosit hari ke-14 ....................................87 Lampiran 36. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) jumlah limfosit hari ke-14 .........................................................................88 Lampiran 37. Hasil uji homogenitas jumlah limfosit hari ke-21. ..........................89 xiii Lampiran 38. Hasil uji kruskal wallis jumlah limfosit hari ke-21 .........................90 Lampiran 39. Uji homogenitas data rata-rata limfosit perminggu.........................91 Lampiran 40. Uji ANOVA data rata-rata perminggu limfosit...............................92 Lampiran 41. Uji Turkey HSD rata-rata perminggu limfosit. ..............................93 Lampiran 42. Uji homogenitas data monosit hari ke-7..........................................94 Lampiran 43. Uji ANOVA Monosit hari ke-7 .......................................................95 Lampiran 44. Uji kruskal walis monosit hari ke-7 ................................................96 Lampiran 45. Uji Homogenitas Hari Ke-14 .........................................................97 Lampiran 46. Uji ANOVA monosit hari ke-14 .....................................................98 Lampiran 47. Uji kruskal walis monosit ke-14......................................................99 Lampiran 48. Uji homogenitas data monosit hari ke-21......................................100 Lampiran 49. Uji ANOVA monosit hari ke-21 ..................................................101 Lampiran 50. Uji kruskal walis monosit hari ke-21.............................................102 Lampiran 51. Uji homogenitas interleukin 1β .....................................................103 Lampiran 52. Uji kruskal wallis interleukin 1β ...................................................104 xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tubuh manusia memiliki suatu sistem keamanan yang melindungi tubuh dari bahaya lingkungan luar tubuh. Lingkuangan di sekitar manusia banyak mengandung berbagai jenis patogen, seperti : jamur, bakteri, virus, protozoa, dan, parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada manusia pada umumnya terjadi dalam waktu yang singkat dan jarang menimbulkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan karena adanya sistem imun yang melindungi tubuh dari unsur-unsur patogen tersebut. Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan (Handayani, 2010). Penggunaan imunomodulator sering digunakan saat tubuh terserang suatu infeksi. Senyawa ini diharapkan dapat membantu sistem imun tubuh dalam mengatasi patogen yang masuk kedalam tubuh manusia. Nigella sativa L. yang telah dikenal dengan nama jinten hitam termasuk dalam family Ranunculaceae, telah banyak digunakan di berbagai negara sebagai imunomodulator, termasuk negara-negara barat maupun negara-negara timur (Haq A. et al, 1995). Berdasarkan sejarah, penelitian mendalam mengenai jinten hitam (Nigella sativa L.) pertama kali dikemukakan oleh Grenish melalui publikasi jurnalnya pada tahun 1880. Dalam Nigella sativa L. terkandung 37 % minyak dan 4,1 % abu (garam kalsium) (Hussein, et al., 2006). Penggunaan jinten hitam (Nigella sativa L.) sebagai bahan obat memang sudah tidak diragukan lagi, bahkan dalam suatu hadits Nabi Muhammad SAW disebutkan bahwa jinten hitam (Nigella sativa L.) dapat mengobati berbagai macam penyakit, kecuali kematian. Disebutkan di dalam kitab Ath-thibun Nabawi, karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dari riwayat Ibnu Umar, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda : 1 UIN Syarif hidayatullah Jakarta 2 ، َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ ﺑِﮭ ِﺬ ِه ا ْﻟ َﺤﺒﱠﺔَ اﻟﺴﱠﻮْ دَاء ﻓَﺈ ِنﱠ ﻓِ ْﯿﮭَﺎ ِﺷﻔَﺎ ُء ﻣِﻦْ ُﻛ ﱢﻞ دَا ِء إِﻻﱠ اﻟﺴﱠﺎ َم . ُاْﻟﻤَﻮْ ت “Hendaklah kalian mengkonsumsi jinten وَاﻟﺴﱠﺎ ُم ھُ َﻮ hitam, karena sesungguhnya terkandung obat penyembuh dari segala macam penyakit, kecuali kematian” (HR. Ibnu Majah dan Nasa’i) (Ibn Qayyim Al-Jauziyah. 2003). Jinten hitam (Nigella sativa L.) dapat meningkatkan jumlah, mutu, kualitas dan aktivitas sel yang berfungsi sebagai imun tubuh. Sebagai contoh pada pengujian tiga macam frase jinten hitam (Nigella sativa L.) (ekstrak etanol, polisakarida, dan, volatil oil) terhadap respon antibodi tikus yang telah divaksinasi dengan vaksin Brucella menunjukkan hasil yang signifikan sebagai bahan tambahan vaksin Brucella Melitensis. Dari percobaan tersebut ketiga fraksi memiliki peran yang signifikan meningkakan titer antibodi, meskipun sebagai bahan tambahan dalam vaksin. Hasil dari penelitian tiga frase diperoleh polisakarida sebagai fraksi hasil ekstraksi yang paling paling efektif (Hailat, et al 1998). Penelitian Nabil Hailat pada tahun 1998 menunjukkan bahwa polisakarida jinten hitam (Nigella sativa L.) sebagai adjuvan memiliki kemampuan yang lebih signifikan dibanding ekstrak lain. Sejauh ini penelitian imunomodulator frase polisakarida tunggal belum pernah dilakukan. Polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa L.) diharapkan dapat berkhasiat sebagai imunomodulator yang dapat meningkatan sistem respon imun secara humoral maupun selular dan menurunkan reaksi sistem imun yang berlebih sehingga sistem imun tubuh berada dalam kondisis seimbang. Peningkatan jumlah leukosit total menunjukkan respon imun secara humoral dan selular dalam mengatasi adanya zat asing (Erlinger, 2004). Pada penelitian Camalia G Michael dkk tahun 2010 juga menyebutkan bahwa jinten hitam (Nigella sativa L.) juga dapat menurunkan kadar interleukin-1β yang diinduksi CCl4. Senyawa ini UIN Syarif hidayatullah Jakarta 3 merupakan salah satu turunan sitokin yang berfungsi sebagai mediator inflamasi. Pada penelitian ini kami akan mencoba mengetahui efektifitas imunomodulator polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa L.) terhadap mencit Balb/C melalui penghitungan total leukosit, jumlah limfosit dan monosit serta pengukuran kadar IL-1β. 1.2 PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa L.) mempengaruhi total leukosit, jumlah limfosit, jumlah monosit dan IL1β? 2. Dosis polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa L.) manakah yang akan memberikan efek imunomodulator yang lebih baik? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kemampuan polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa L.) sebagai imunomodulator. 2. Mengetahui dosis polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa L.) yang memiliki efek imunomodulator terbaik. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Mengetahui gambaran umum tentang manfaat jinten hitam (Nigella sativa L.) terhadap respon imun melalui total leukosit, jumlah limfosit dan monosit, serta kadar IL-1β. UIN Syarif hidayatullah Jakarta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DESKRIPSI TANAMAN JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) 2.1.1. Klasifikasi Tanaman Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman jinten hitam adalah sebagai berikut (Junaidi, et al 2011): Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Traceabionta Divisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida dicotyledon Subkelas : Magnolidae Ordo : Ranunculales Famili : Ranunculaceae Genus : Nigella L. Spesies : Nigella sativa L. 2.1.2. Nama Daerah Jinten hitam dikenal dengan banyak nama, beberapa negara mengenalnya dengan sebutan Black cummin atau Black caraway seed. Nabi Muhammad SAW menyebutnya dengan sebutan Habbat Al-Baroka, sedangkan di Rusia dan Rumania dikenal dengan sebutan Charmuska. Di India dan Pakistan jinten hitam dikenal dengan nama Kalonji (Goreja, 2003). Bahasa yang akan digunakan agar tidak membingungkan dalam bahasan ini adalah Nigella sativa L. 2.1.3. Ciri-Ciri Tanaman Nigella sativa L. merupakan tanaman terna setahun berbatang tegak. Batang tanaman biasanya berusuk dan berbulu kasar, rapat atau jarangjarang dan disertai dengan bulu. Daun bulu berkelenjar. Bentuk daun lanset terbentuk garis panjang 1,5 cm sampai 2 cm. Ujung lancip terdapat tulang daun. Daun bagian bawah bertangkai dan bagian atas duduk. 4 Daun UIN Syarif hidayatullah Jakarta 5 pembalut bunga kecil. Kelopak bunga 5, bundar telur ujungnya agak melancip sampai agak tumpul pangkal mengecil membentuk sudut yang pendek dan besar. Mahkota bunga pada umumnya berjumlah 8, agak memanjang lebih kecil dari kelopak bunga, berbulu jarang dan pendek; berbibir dua, bibir bagian atas pendek, lanset, ujung memanjang berbentuk benang. Ujung bibir bunga bagian bawah tumpul, benang sari banyak, gundul; kepala sari jorong dan sedikit tajam, berwarna kuning. Buah bulat telur atau agak bulat. Biji hitam, jorong bersudut tiga tak beraturan dan sedikit berbentuk kerucut, panjang 3 mm berkelenjar (Junaidi, et al 2011). Gambar 2. 1 Bentuk batang dan bunga Nigella sativa L. 2.1.4. Kandungan Tanaman Nigella sativa L. mengandung banyak sekali zat-zat aktif yang sangat berguna dalam termasuk golongan kehidupan manusia. Zat-zat tersebut antioksidan, antihistamin dan zat-zat lainnya. imunomodulator, antikanker, Berdasarkan penelitian Greenish melalui publikasi jurnalnya pada tahun 1880, dalam Nigella sativa L. terkandung 37 % minyak dan 4,1 % abu / garam kalsium. Komposisi secara umum Nigella sativa L. adalah sebagai berikut: UIN Syarif hidayatullah Jakarta 6 Tabel 2.1 Konstituen Umum Nigella sativa L. (Hussein El- taher, et al 2006). Konstituen % Range (w/w) Oil 31 – 35,5 Protein 16 - 19,5 Karbohidrat 33 – 34 Fibrate 4,5 – 6,5 Ash 3,7 – 7 Saponin 0,013 Moisture 5–7 Sedangkan komposisi minyak dari Nigella sativa L. termasuk senyawa volatilnya adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Konstituen Minyak Nigella sativa L. (Hussein El- taher, et al 2006). Konstituen % range (w/w) Linoleic acid 44,7 – 56 Oleic acid 20,7 – 24,6 Linolenic acid 0,6 – 1,8 Arachidic acid 2–3 Palmitoleic acid 3 Eicosadic Acid 2 – 2,5 Palmitic acid 12 – 14,3 Stearic acid 2,7 – 3 Myristic acid 0,16 Sterol 0,5 UIN Syarif hidayatullah Jakarta 7 Nigella sativa L. juga dilaporkan mengandung nigellone, Struktur dari konstituen terbesar yang terisolasi seperti yang terlihat pada gambar struktur di bawah ini : Gambar 2.2 Komponen terbesar Nigella sativa L. (Paarrakh M, 2010). 2.1.5 Khasiat dan Kegunaan Penelitian tentang manfaat Nigella sativa L. telah banyak dilakukan dan banyak juga yang telah dipublikasikan. Dari sekian jurnal yang telah dipublikasikan membuktikan efek positif yang menunjukkan betapa besarnya potensi kegunaan dari Nigella sativa L. Biji dari Nigella sativa L. yang telah dibuat bubuk yang diberikan ke beberapa volunter pada dosis 1 g dua kali sehari selama 4 minggu memberikan efek peningkatan rasio dari sel T helper ke sel T supressor hingga 72 % dan meningkatkan fungsi dan jumlah dari Sel T Killer (Hussein El- taher, et al 2006). 2.2. EKSTRAK Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati dan simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditentukan, Sedangkan ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan UIN Syarif hidayatullah Jakarta 8 yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes RI, 2010). Senyawa aktif yang terdapat dalam simplisia dapat di golongkan dalam golongan minyak asiri, alkaloid, flavanoid, dan lain-lain. 2.3. METODE EKSTRAKSI Ekstraksi memiliki banyak metode tergantung pada sifat-sifat ekstrak yang akan diambil. 2.3.1 Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut 1. Maserasi Maserasi adalah metode ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. 2. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhause extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses biasanya terdiri dari tahapan pengembangan bahan tahap maserasi antara tahap perkolasi sebenarnya, terus menerus hingga diperoleh ekstrak yang jumlahnya 1-5 kali bahan. 3. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut dengan titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3 -5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. 4. Sokhlet Sokhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstaksi kontinu. Dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 9 5. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu biasanya dilakukan pada temperatur 40– 500C. 6. Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur pemanas air (bejana infus tercelup dalam bejana mendidih, temperatur terukur 9698o C) selama waktu tertentu. Selama waktu tertentu (15-20 menit). 7. Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (> 30 menit) dan temperatur sampai pada titik didih air. 2.3.2 Metode Ekstraksi Lainnya Beberapa cara ekstraksi dengan menggunakan cara-cara yang telah dibahas di atas, ada juga ekstraksi yang lain sebagai cara penarik zat aktif dari simplisianya, cara-cara yang digunakan diantaranya adalah: destilasi uap, ekstraksi energi listrik, ekstraksi ultrasonik,dan superkritikal karbondioksida. Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak asiri) dari bahan (segar atau simplisianya) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama kandungan senyawa yang memisah sempurna atau memisah sebagian. Simplisia benar benar tidak larut dalam air namun benarbenar dilalui uap air sehingga senyawa kandungan ikut terdestilasi (Depkes RI, 2000). Ekstraksi energi menggunakan medan listrik, ultrasonik dan superkritikal karbon dioksida memiliki tujuan untuk memberikan tekanan dan peningkatan permeabilitas dinding sel dari simplisia sehingga sehingga zat aktif dari simplisia dapat di ambil. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 10 2.4 IMUNOMODULATOR Sistem imun dibagi atas dua jenis, yaitu sistem imun kongenital atau non spesifik dan sistem imun didapat atau adaptif atau spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh oleh sistem imun kongenital bersifat spontan, tidak spesifik, dan tidak berubah baik secara kualitas maupun kuantitas bahkan setelah paparan berulang dengan patogen yang sama. Sedangkan sistem imun didapat muncul setelah proses mengenal oleh limfosit (clonal selection), yang tergantung pada paparan terhadap patogen sebelumnya. Adanya sistem imun kongenital memungkinkan respons imun dini untuk melindungi tubuh selama 4-5 hari, yang merupakan waktu yang diperlukan untuk mengaktifkan limfosit (Bratawidjaja, 2002). Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan. Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui: Imunorestorasi Imunorestorasi adalah suatu cara mengembalikan fungsi sistim imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistim imun, seperti : imunoglobulin dalam bentuk immune serum globulin (ISG), hyperimmune serum globulin (HSG), plasma, transplantasi sumsum tulang, jaringan hati, timus, plasmaferesis, dan leukoferesis (Djajakusumah, 2010). Imunostimulasi Imunostimulasi adalah cara memperbaiki fungsi sistim imun dengan menggunakan bahan yang merangsang sistim tersebut. Bahan yang termasuk imunostimulator itu dapat dibagi sebagai berikut : 1. Biologik, seperti hormon timus, limfokin, interferon, antibodi monoklonal, transfer factor/ekstrak leukosit, sel LAK, bahan biologik asal bakteri dan asal jamur. 2. Sintetik seperti levamisol, isoprinosin, muramil dipeptid (MDP), biological respons modifier (BRM), hidroksiklorokuin, arginin, antioksidan dan bahan-bahan lain seperti bahan yang masih dalam UIN Syarif hidayatullah Jakarta 11 percobaan klinik antara lain azimekson, siamekson, bestati, tuftsin, maleic anhydride,divynil ether copolymer, dan 6-phenyl-pyrimidinole (Djajakusumah, 2010). Imunosupresi Merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun. Kegunaannyadi klinik terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan atau gejala sistemik, seperti autoimun atau auto-inflamasi (Bratawidjaja, 2002). Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up regulation, sedangkan imunosupresi disebut down regulation (Bratawidjaja, 2002). 2.5 LEUKOSIT. Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Di dalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit ratarata 5000-9000 sel/mm3 (Efendi,Z 2003). Jika dilihat dalam mikroskop cahaya maka akan terlihat inti dalam sitoplasmanya yang mempunyai bentuk inti bermacam-macam, Ada kalanya tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Gambar 2.3 Beberapa jenis penampakan mikroskop dari leukosit (Anonim, 2013) UIN Syarif hidayatullah Jakarta 12 Menurut dr Zurkesti Efendi, leukosit terbagi menjadi 2 jenis yaitu granular (memiliki granula) dan agranular (tidak memiliki granula). Leukosit granular terbagi menjadi 3 macam turunan leukosit (diferensial leukosit) yaitu: neutrofil, basofil dan eusinofil. Sedangkan leukosit agranular Terdapat dua: limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Pada dasarnya seluruh sistem darah dalam tubuh manusia berasal dari turunan stema sel. Dengan adanya faktor tempat terbentuknya dan faktor humoral, stema sel berubah menjadi beberapa bentuk sel. erythropoiesis dan thrombopoiesis dibentuk secara tersendiri setelah fase stema sel, sedangkan monocytopoiesis dan granulocytopoiesis berkaitan antara keduanya. Pembentukan limfosit tidak terkait dengan pembentukan sel-sel lainnya. Granulosit, monosit dan limfosit secara bersamaan membentuk sel leukosit (Theml, H et al, 2004). Gambar 2.4 Bagan pembentukan sel darah dari stema sel (theml, H et al, 2004). UIN Syarif hidayatullah Jakarta 13 2.5.1 Limfosit Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8 um, 20-30% leukosit darah. Normal, inti relatif besar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat, anak inti baru terlihat dengan elektron mikroskop. Limfosit dalam sirkulasi darah normal dapat berukuran 10-12 um ukuran yang lebih besar disebabkan sitoplasmanya yang lebih banyak (Efendi,Z 2003). Gambar 2.5 Limfosit (Theml, H et al, 2004) Leukosit mempunyai peran dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedisis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus jaringan penyambung. Jumlah leukosit pada manusia permikroliter adalah 400011000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari keempat turun sampai 12000. Pada usia 4 tahun jumlah leukosit akan sesuai kadar normal (Efendi,Z 2003). 2.5.2 Monosit Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20 um atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat tetap monosit Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma UIN Syarif hidayatullah Jakarta 14 sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Aparatus Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti (Efendi,Z 2003). Gambar 2.6 Monosit (Theml, H et al, 2004) Monosit dapat ditemukan di dalam darah, jaringan penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong mononuklear fagosit (sistem retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit memfagosit mikroorganisme, sel mati, partikel asing (contohnya debu yang masuk ke dalam paru-paru). Monosit beredar melalui aliran darah, menembus dinding kapiler kemudian masuk ke dalam jaringan penyambung. Monosit dalam sistem imun berfungsi sebagai makrophage, yaitu menelan dan menghancurkan sel, mikroorganisme dan benda asing yang bersifat patogen dengan cara menelan dan menghancurkannya. Monosit akan merespon adanya tanda-tanda inflamasi dengan cara bergerak cepat (kira-kira 8-12 jam) ke tempat yang terinfeksi, mengirimkan makrofag untuk merangsang respons imun, dan mengeluarkan substansi yang mempengaruhi terjadinya proses peradangan kronik (Lestari, et al, 1993). 2.5.3 Neutrofil Neutrofil berkembang dalam sumsum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, sel-sel ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12 um, satu inti dan 2-5 lobus (Efendi, Z, 2003). UIN Syarif hidayatullah Jakarta 15 Gambar 2.7 Neutrofil (Theml, H et al, 2004) Neutrofil berfungsi untuk fagositosis yaitu menghancurkan benda asing dari luar tubuh. Proses ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu kemotaksis, perlekatan, penelanan, dan pencernaan. Apabila ada infeksi neutrofil akan bergerak menuju tempat infeksi. Pergerakan ini dinamakan proses kemotaksis. Respons terjadi apabila ada substansi yang dihasilkan oleh bakteri sehingga merangsang neutrofil untuk mendekat, selain itu opsonin atau antibodi juga akan merangsang proses kemotaksis. 2.6 INTERLEUKIN 1β Interleukin-1 secara umum pada mulanya dikenal sebagai polipeptida yang merupakan derivat dari fagosit mononuklear yang meningkatkan respons dari timosit terhadap aktivator poliklonal khususnya sebagai kostimulasi dari aktifasi sel T (Syamhudi, et la 2005). IL-1 diproduksi terutama antara lain oleh : makrofag, sel endotel, limfosit granuler, sel B, fibroblas, sel epitel, astrosit, dan osteoblas. IL-1 juga dapat disintesis oleh hampir semua sel berinti. IL-1 bekerja terutama sebagai mediator pada imunitas non-spesifik bersama interferon dan tumor necrosis factor. IL-1 termasuk dalam golongan Sitokinin. Saat ini telah jelas bahwa fungsi IL-1 secara umum adalah sebagai mediator dari respons inflamasi imunitas natural yaitu mengaktifkan sel T, merangsang sel T untuk memproduksi limfokin, co-factor untuk haemoptik UIN Syarif hidayatullah Jakarta 16 growth factor, menimbulkan panas, pelepasan ACTH, neutrofil dan respons akut sistemik lainnya, merangsang sintesis limfokin kolagen dan kolagenase, mengaktifkan sel endotel dan makrofag, perantara dalam inflamasi, proses katabolik dan resistensi non spesifik terhadap bakteri. 2.7 ELISA ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay) merupakan metode analisis yang diguanakan untuk menganalisa sitokin dan sejenisnya secara spesifik dan mempunyai sensitifitas yang tinggi. Metode ini pertam kali diterapkan pada tahun 1971 dan semenjak tahun tersebut metode ini banyak digunkan secara luas. Uji ini menyertakan monoclonal antibody yang digunakan sebagai pelapis microtiter plate. Setelah penambahan sampel, antibodi yang spesifik yang ada di plate akan menangkap protein yang yang sesuai. (misal : sitokin) lalu monoclonal antibody yang digunakan sebagai pendeteksi akan mengikat epitop yang lain pada protein tersebut. Deteksi antibodi diberi label dengan biotin, yang memungkinkan ikatan subsquen enzim streptavidin-terkonjugasi. reagen yang tidak berikatan akan terbuang saat proses “washing”. Setelah penambahan substrat, reaksi warna yang terbentuk berbanding lurus dengan jumlah protein terikat. Konsentrasi protein dalam sampel ditentukan denagn cara dibandingkan dengan kurva standar konsentrasi protein yang telah dibuat berdasarkan standar (Sino biological.inc, 2015). Gambar 2.8 Skema ilustrasi uji ELISA (Sino biological.inc, 2015). Ada beberapa macam jenis ELISA yang biasa digunakan dalam analisis, diantaranya yaitu : UIN Syarif hidayatullah Jakarta 17 1. Direct ELISA Teknik ELISA ini merupakan teknik ELISA yang paling sederhana. Teknik ini seringkali digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antigen pada sampel ELISA direct menggunakan suatu antibodi spesifik (monoklonal) untuk mendetaksi keberadaan antigen yang diinginkan pada sampel yang diuji. 2. Indirect ELISA ELISA indirect menggunakan suatu antigen spesifik (monoklonal) serta antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal untuk mendeteksi keberadaan antibodi yang diinginkan pada sampel yang diuji. 3. Competitive ELISA Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menambahkan suatu competitor ke dalam lubang mikrotiter. Teknik ELISA kompetitif ini dapat diaplikasikan untuk mendeteksi keberadaan antigen atau antibodi. 4. Sandwich ELISA Teknik ELISA yang menggunakan dua antibodi (primer dan sekunder). Pada teknik ELISA ini, antibodi kedua (sekunder) akan dikonjugasikan dengan enzim yang berfungsi sebagai signal. 2.8 HEWAN UJI ( Mencit / Mus Muskulus ) Penggunaan hewan uji dalam penelitian terus digunakan hingga massa sekarang, penggunaannya bertujuan sebagai model dari subjek yang sebenarnya. Dalam penelitian ini hewan yang akan digunakan sebagai objek percobaan adalah mencit. Gambar 2.9 Mencit Balb/C (Sino biological.inc, 2015) UIN Syarif hidayatullah Jakarta 18 Mencit adalah hewan pengerat, yang termasuk golongan mamalia. Hal tersebut akan lebih jelas pada taksonomi mencit berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Cordata Sub phylum : Vertebrta Class : Mamalia Ordo : Rodentin Sub ordo : Myomorpha Family : Muridae Sub family : Murinae Genus : Mus Spesies : Musculus Morfologi mencit yang kecil memiliki panjang tubuh 75 – 100 milimeter dan luas permukaan tubuh 36 cm2 pada berat badan 20 gram sehingga dalam ruangan yang relatif kecil dapat dipelihara atau digunakan untuk penelitian dalam jumlah yang banyak (Harkness, 1983). UIN Syarif hidayatullah Jakarta BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Animal House FKIK UIN Jakarta, laboratorium Bioavaibility & Bioequivalensi (PBB) UIN Jakarta dan laboratorium Drugs Research & Development (PDR) UIN Jakarta pada Bulan Oktober sampai Bulan Desember 2013. 3.2 BAHAN DAN ALAT 3.2.1 Bahan a. Bahan Uji Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji Nigella sativa L yang diperoleh dari PT. Lantabura Internasional, Depok, berasal dari negara Etiopia. b. Bahan Kimia n-heksan, etanol p.a 96 %, eter, larutan NaCl, pewarna giemsa, minyak emersi, metanol, pewarna gentian violet, asam asetat glasial, aquadest, Na-CMC, LPS (lipopolysacharide) dari bakteri E coli (Sigma aldrich). c. Hewan Uji Sebanyak 20 Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit galur balb/c berumur 6 – 8 minggu dengan berat badan 25 – 30 gram yang diperoleh dari laboratorium terpadu UGM dan diberikan makan berupa berupa butiran (pelet) dan minuman ad libitum. 3.2.2 Alat Alat yang digunakan adalah perangkat gelas yang biasa digunakan dalam laboratorium, Elysa kit (Foster biological Technology.,LTD), timbangan analitik (wiggen hauser), mikroskop (nikon), kamar hitung (hematocyte) (mariendfeld germany), pipet Micro, timbangan hewan, kandang hewan uji, pipa kapiler (hematokrit), Rotary evaporator (eyela), sentrifugator (ependorf centrifuge 5417 R), blender, tabung EDTA, tabung ependorf. 19 UIN Syarif hidayatullah Jakarta 20 3.3 PROSEDUR PENELITIAN 3.3.1 Optimasi Ekstraksi Polisakarida Nigella sativa L a. Metode Ekstraksi pertama (Hailat, et al. 1998 ). Sebanyak 500 mg biji jinten hitam (Nigella sativa L.) yang telah dikeringkan diblender (dihaluskan) kemudian diekstraksi dengan menggunakan sodium bicarbonat 5% (perbandingan pelarut dan serbuk jinten hitam adalah 3 : 1) pada suhu ruangan selama 24 jam. Larutan hasil ekstraksi 24 jam disaring dan hasil saringanya di endapkan dengan etanol 96 % sebanyak 3 liter (perbandingan larutan dan etanol adalah 1 : 1) b. Metode Eksraksi kedua (Toneli, et al 2008) Polisakarida diperoleh dengan cara 30 gram serbuk Nigella sativa L. (telah dihilangkan lemaknya dengan n-heksan) dipanaskan dengan 2,1 L aquadest (1 :70) dalam waterbath suhu 800C selama 1 jam dan biarkan semalam. Larutan disentrifus pada 5000 rpm selam 20 menit dan disaring. Supernatan ditambahkan etanol 90 % (1 : 1) dan dibiarkan semalam hingga terbentuk endapan. Endapan kemudian diuapkan dengan evaporator. 3.3.2 Preparasi sampel 1. Pembuatan Larutan Na CMC 5 % Sebanyak 500 mg Na CMC ditimbang dan dilarutkan dengan aquadest hangat. Kemuadian larutan terus diaduk dan ditambahkan aquadest hingga diperoleh volume 100 ml. 2. Penentuan Dosis (Hussein El- taher, et al 2006) Penentuan besar dosis polisakarida Nigella sativa L. Diperoleh dari penelitian terhadap rasio sel limposit T helper. Serbuk Nigella sativa L. diberikan kepada beberapa volunter pada dosis 1 g dua kali sehari yang diberikan selama 4 minggu. Hasil dari penelitian tersebut Nigella sativa L terbukti dapat meningkatkan rasio sel limposit T helper. Dari hasil penelitian tersebut dijadikan dasar penentuan dosis. Dosis manusia 2 gram sehari diubah kedalam dosis mencit, kemudian setelah diperoleh UIN Syarif hidayatullah Jakarta 21 dosis mencit lalu disesuaikan dengan hasil rendemen polisakarida hasil ekstraksi (Lampiran 10). 3.3.3 Perlakuan Hewan Uji Dan Metode Uji Sebelum digunakan sebagai hewan percobaan, mencit balb/c diaklimatisasi terlebih dahulu selama 30 hari agar dapat beradaptasi dengan lingkungan laboratorium hewan dan dapat dikontrol kondisi kesehatannya. a. Perlakuan Untuk Uji Total Leukosit, Limfosit, Dan Monosit Jumlah sampel setiap kelompok berdasarkan Research Guidelines For Evaluation The Safety And Efficiacy Of Herbal Medicines dari WHO tiap kelompok adalah 5 ekor, sehingga mencit balb/c yang digunakan untuk penelitian uji leukosit, limfosit dan monosit adalah 5 ekor perkelompok. Mencit yang telah diaklimatisasi ditimbang berat badanya dan dicatat untuk ditentukan besar dosis ekstrak yang diberikan. Setelah data berat badan mencit diperoleh, mencit diberi polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L berdasarkan kelompok dosis dan berat badannya selama 14 hari percobaan. Setelah itu dilakukan pengambilan darah pada hari ke-7, ke14, dan ke-21. Tabel 3.1. Perlakuan kelompok uji total leukosit, limfosit, dan monosit No Kelompok Perlakuan 1 Kontrol negatif Hanya diberi Na Cmc 2 Dosis rendah Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L dengan dosis 1,25 mg / g BB mencit selama 14 hari. Kemudian diambil darahnya hari ke7, ke-14, dan ke-21 3 Dosis sedang Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L dengan dosis 2,5 mg / g BB mencit selama 14 hari. Kemudian diambil darahnya pada hari ke-7, ke-14, dan ke-21 4 Dosis tinggi Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L dengan dosis 5 mg / g BB mencit selama 14 UIN Syarif hidayatullah Jakarta 22 hari. Kemudian diambil darahnya pada hari ke-7, ke-14, dan ke-21 b. Perlakuan untuk uji interlekuin 1β Untuk uji interlekuin 1β jumlah mencit untuk tiap kelompok jumlah sampel 5. Setelah diaklitimasi selama 1 minggu, mencit diberikan ekstrak polisakarida secara oral selama 5 hari. Pada hari ke-5 mencit disuntik dengan LPS 20 μg/mencit setelah 2 jam pemberian ekstrak, kemudian 6 jam sesudahnya diambil darahnya untuk diambil plasmanya. Tabung yang digunakan untuk menampung darahnya adalah tabung EDTA. Kemudian ditentukan nilai Il-1 β menggunakan ELISA kit. Tabel 3.2. Perlakuan Kelompok Uji Interlekuin 1β. No 1 Kelompok Normal Perlakuan Hanya diberi Na Cmc secara oral, pada hari ke-5 diambil darahnya. 2 Kontrol negatif Diberi Na Cmc secara oral disuntikan secara i.p LPS. setelah 6 jam diambil darahnya. 2 Dosis rendah Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L dengan dosis 1,25 mg / g BB mencit selama 5 hari. Pa da hari ke-5 disuntikkan i.p LPS lalu setelah 6 jam diambil darahnya. 3 Dosis sedang Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L dengan dosis 2,5 mg / g BB mencit selama 5 hari. Pa da hari ke-5 disuntikkan i.p LPS lalu setelah 6 jam diambil darahnya. 4 Dosis tinggi Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L dengan dosis 5 mg / g BB mencit selama 5 hari. Pa da hari ke-5 disuntikkan i.p LPS lalu setelah 6 jam diambil darahnya. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 23 c. Pengambilan Darah (Permatasari, 2012 ) 1. Sebelum pengambilan darah persiapkan terlebih dahulu eter, handscon, kapas dan tisu. 2. Mencit yang akan diambil darahnya dianestesi menggunakan eter. 3. Posisikan mencit dengan nyaman dengan memegang tengkuk dan kepala agar tidak banyak bergerak, kemudian Mikrohematokrit digoreskan pada medial canthus mata di bawah bola mata ke arah foramen opticus. 4. Mikrohematokrit diputar sampai melukai plexus, jika diputar 5 kali maka harus dikembalikan 5 kali. 5. Tampung darah yang keluar melalui kapiler di tabung EDTA hingga mencapai 500ul. Setelah mikrohematokrit dilepas mata mencit dilap dengan tisu agar darah yang masih keluar segera berhenti. 3.3.3 Metode Uji a. Uji Total Leukosit, Persentase Limfosit, dan Presentase Monosit Darah dihisap dengan pipet leukosit sampai pada tanda 0,5 pada pipet dan disusul dengan larutan turk sampai pada tanda 11, kemudian salah satu ujung pipet ditutup dengan menggunakan satu ibu jari dan yang lain dengan telunjuk selama 1- 3 menit, satu sampai dua tetes pertama dibuang kemudian pipet ujung mikro ditempelkan pada salah satu sisi bilik hitung yang telah diberi gelas penutup dan kertas tisu pada sisi lawannya. Darah yang ada pada 4 bilik W (white) diamati di bawah microskop dengan perbesaran 400. Perhitungan terhadap leukosit yang terdapat dalam persegi 1, 2, 3, 4 atau kamar hitung hemacytometer. Jumlah leukosit tersebut dihitung per mm3 dengan ketentuan rumus yang telah ditentukan rumus untuk menghitung jumlah leukosit per mm3 darah dengan ketentuan : Luas persegi panjang : 4 mm2 tinggi kamar hitung : 0,1 mm pengenceran : 20 kali N : Jumlah Total Leukosit UIN Syarif hidayatullah Jakarta 24 jumlah leukosit per mm3 adalah et al 2010) , x 20 x N = 50 N (Suharti, Gambar 3.1 Kamar hitung neubauer (Eki putra, 2008) Untuk uji limfosit dan monosit Sampel darah segar diteteskan pada gelas obyek dan dibuat preparat hapus dengan menggunakan tangan kanan diletakkan gelas obyek lain di depan tetesan darah tersebut dengan sudut 30 - 400 C. Gelas obyek kedua didorong ke depan hingga membentuk hapus tipis. Setelah kering preparat hapus tersebut difiksasi dengan metanol selama 3-5 menit, dibiarkan mengering di udara. Preparat kemudian diwarnai dengan larutan Giemza dengan pengenceran 1 : 9 selama 30 menit (pH bufer fosfat 6,8 - 7,2). Selanjutnya preparat dicuci dengan aquades dan dibiarkan mengering di atas rak. Setelah kering preparat diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x dihitung setiap jenis leukosit menggunakan blood counter tabulator. Sel yang dihitung paling sedikit 100 sel dan dilakukan perhitungan jumlah monosit dan limfosit (Suharti, et al 2010). Gambar 3.2 Alur pengamatan mikroskop pada gelas objek UIN Syarif hidayatullah Jakarta 25 b. Uji Kadar Il-1β Untuk menentukan kadar Interlekuin-1β dalam penelitian ini digunakan ELISA Kit (Mouse IL-1β ELISA Kit, Foster biological Technology.,LTD). Prosedur ELISA pada tahap ini mengikuti Protokol For ELISA Kit yang disertakan pada paket ELISA Kit. 3.4 ANALISA DATA Untuk mengetahui efektivitas imunomodulator polisakarida Nigella sativa L melalui pengukuran jumlah Interleukin 1β , jumlah total leukosit, limfosit, dan monosit mencit balb/c digunakan uji analisa varian (ANOVA) satu arah. Sebelum diuji menggunakan ANOVA data terlebih dahulu diuji tingkat kenormalan homogenitas data dan varian datanya terlebih dahulu. Kemudian dilihat tingkat signifikan datanya menggunakan uji turkey HSD (Pratisto, 2010). Hipotesis : Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antar tiap kelompok Hi : Terdapat perbedaan yang signifikan antar tiap kelompok Kriteria Pengujian : Bila nilai sig < 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan yang signifikan Bila nilai sig > 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan. UIN Syarif hidayatullah Jakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL OPTIMASI EKSTRAKSI Bahan Nigella sativa L. yang digunakan untuk penelitian ini telah diuji pada penelitian sebelumnya dan telah dideterminasi di Herbarium Bogoriense, pusat penelitian biologi LIPI, Bogor Jawa barat. Hasil determinasi menunjukan bahwa sampel yang digunakan adalah jinten hitam (Nigella sativa L.) famili Ranunculae (Alawiyah, 2012 ). Metode ekstraksi pertama dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Nabil Hailat tahun 1998. Dari 500 gram Nigella sativa L yang digunakan untuk proses ekstraksi didapat rendemen sebanyak 200 gram polisakarida. Hasil ekstraksi polisakarida hitam pekat dengan bau khas Nigella sativa L. Gambar 4.1 Hasil ekstraksi polisakarida Nigella sativa L metode pertama. Identifikasi awal polisakarida hasil ekstraksi ini adalah dengan uji kualitatif. Uji pertama yang digunakan adalah metode reaksi Barfoed. Uji ini dilakukan dengan cara menambahkan 1 ml larutan polisakarida dengan larutan Barfoed sebanyak 2 ml, kemudian dipanaskan hingga beberapa saat. Jika terdapat kandungan sakarida akan terbentuk endapan warna merah bata. Semakin lama terbentuknya lapisan merah bata menunjukan semakin komplek susunan sakarida yang ada di dalam larutan. Hasil uji ini menunjukan bahwa ada warna merah bata pada lapisan ekstrak. Hal ini menunjukan adanya karbohidrat jenis tertentu. 26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 27 Gambar 4.2 Hasil uji Barfoed polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. Warna merah bata terbentuk karena adanya gugus aldehid atau keton (gula pereduksi) bebas dalam molekul karbohidrat. Umumnya yang teridentifikasi dengan uji ini adalah golongan monosakarida dan disakarida. Selain uji Barfoed dilakukan juga uji Benedict. Uji ini tidak berbeda jauh hasilnya dengan uji barfoed. Hasil uji ini juga menunjukan hasil warna merah bata pada hasil ekstraksi polisakarida yang diperoleh. Gambar 4.3 Hasil uji Benedict polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. (terbentuk warna merah bata pada tabung tengah) Uji selanjutnya dengan metode kuantitatif. Pengujian ini dilakukan di laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech, Bogor. Metode yang digunakan untuk mengetahui kadar polisakarida terutama karbohidratnya adalah dengan menggunakan metode luff schoorl. Hasil uji menunjukan kadar karbohidrat total yang diperoleh dari metode ekstraksi ini adalah sebesar : 3,81 %, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 28 sedangkan kadar inulin sebesar : 0,08 % yang diperoleh dengan metode pengukuran dengan alat HPLC. Metode ekstraksi polisakarida yang kedua menggunakan metode penelitian Toneli pada tahun 2008. Ekstraksi polisakarida Nigella sativa L. dilakukan sebanyak 3 kali (90 gram) ekstraksi, hasil dari ekstraksi sebanyak 14,5 gram polisakarida (rendemen hasil ekstraksi sebesar16,5 %). Polisakarida hasil ekstraksi yang dihasilkan berwarna putih keabu-abuan memiliki bau khas Nigella sativa L. Gambar 4.4 Hasil Ekstraksi Polisakarida Nigella sativa L. Pengukuran kadar air yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah 18,12 %. Pengujian kadar air dilakukan untuk menetapkan residu air setelah proses pengentalan atau pengeringan. Kadar air merupakan standar acuan sebagai indikasi mutu ekstrak. Hasil ekstraksi polisakarida Nigella sativa L ini merupakan ekstrak kental sesuai dengan kriteria dari VOIG yaitu 5 – 30 %. Kadar abu polisakarida yang diperoleh dari hasil ekstraksi ini adalah sebesar 6,8 %. Kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberi gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari Kadar abu yang diperoleh dari proses awal sampai akhir terbentuknya ekstrak. Pada proses ini ekstrak dipanaskan pada suhu senyawa organik terdekstruksi hingga tersisa unsur mineral dan anorganik saja. Data ini menunjukkan bahwa kadar abu polisakarida jinten hitam (Nigella sativa L.) dibawah kadar maksimal persentase kadar abu untuk ekstrak berdasarkan materia medika indonesia sebesar 14 % (Depkes, 1980). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 29 Dari hasil uji analisa di laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech bogor diperoleh hasil kadar karbohidrat dari metode ekstraksi kedua ini adalah sebesar 3,98 %, sedangkan inulin sebesar 3,19 %. Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan metode ekstraksi pertama, sehingga dalam penelitian ini metode yang kedua digunakan sebagai metode baku yang dipakai untuk ekstraksi polisakarida karena diduga inulin merupakan zat aktif yang berkhasiat sebagai imunomodulator. 4.2 TOTAL LEUKOSIT Setelah dilakukan penelitian selama 21 hari maka diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil perhitungan total leukosit Dosis Rata-rata jumlah total leukosit (x 103 per mm3) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Kontrol 3,8 + 0,4 4,1 + 1,3 4,1 + 0,6 Dosis rendah 5,4 + 0,6 6,2 + 0,7 6,7 + 2,6 Dosis sedang 5,7 + 1,5 6,9 + 1,2 6,9 + 4,4 Dosis tinggi 7,0 + 1,2 7,9 + 1,1 8,6 + 3,0 Setelah dilakukan penghitungan, jumlah total leukosit berkisar antara 3,8 + 0,4 hingga 8,6 + 3,0 x 103 per mm3. Jumlah terkecil terlihat pada kelompok kontrol pada hari ke-7, sedangkan nilai tertinggi terlihat pada kelompok dosis tinggi hari ke-21. Peningkatan tersebut sesuai dengan peningkatan dosis yang diberikan dan lamanya pemberian ekstrak. Berdasarkan penelitian Arrington tahun 1972, kisaran normal jumlah total leukosit pada mencit Balb/C adalah 4 – 12 x 103 per mm3. Hasil penghitungan jumlah total leukosit hari ke-7 dianalisa dengan menggunakan program SPSS 16. Hasil uji homogenitas data menunjukkan bahwa homogenitas data hari ke-7 memenuhi syarat untuk dilakukan uji ANOVA (p>0,05). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok uji p=0,000 (p<0,05). Kemudian uji dilanjutkan dengan Uji Turkey HSD. Hasil uji ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 30 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan dosis rendah (p=0,049), kelompok kontrol dengan dosis sedang (p=0,016), dan kelompok kontrol dengan kelompok dosis tinggi (p=0,000). 8000 7030 7000 per mm3 6000 5705 5400 5000 3830 4000 3000 2000 1000 0 hari ke 7 perbandingan kelompok dosis kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi Gambar 4.5 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-7 Jumlah total leukosit pada hari ke-14 pemberian polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. pada dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi yang dibandingkan dengan kelompok kontrol berada dalam kisaran jumlah normal total leukosit. Kenaikan jumlah total leukosit sejalan dengan peningkatan dosis polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. yang diberikan ke mencit. Pada kelompok dosis tinggi menghasilkan jumlah total leukosit tertinggi dibanding kelompok dosis lainya. Hasil uji homogenitas data untuk analisa hari ke-14 menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (p=0,602). Hasil ini menunjukkan bahwa semua kelompok uji memiliki varian yang sama sehingga memenuhi syarat untuk uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 (p=0,000). Hasil uji ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol dengan kelompok uji. Kemudian untuk mengetahui tingkat kemaknaan antar kelompok dilakukan uji turkey HSD. Hasil uji ini menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 31 kontrol dengan dosis rendah (p=0,015), kelompok kontrol dengan dosis sedang (p=0,001), dan kelompok kontrol dengan dosis tinggi (p=0,000). 9000 7975 8000 7000 6890 6185 per mm3 6000 5000 4120 4000 3000 2000 1000 0 hari ke 14 kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi Gambar 4.6 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-14 Pemberian ekstrak diberikan selama 14 hari, setelah itu pemberian ekstrak dihentikan. Namun pengambilan darah dilakukan hingga hari ke 21. Jumlah total leukosit pada hari ke 21 memiliki kisaran yang masih normal. Jika diperhatikan jumlah total leukosit meningkat berdasarkan besar dosis dan lama hari pemberian. Kelompok dosis tinggi memiliki jumlah total leukosit paling tinggi dibanding kelompok lainya. Hasil uji total leukosit hari ke-21 dianalisa menggunakan uji homogenitas data. Hasil uji menunjukkan nilai homogenitas hari ke-21 memiliki nilai lebih kecil dari 0,05 (p=0,022). Nilai probabilitas uji homogenitas data hari ke-21 tidak memenuhi syarat untuk uji ANOVA. Uji analisa dilakukan dengan metode kruskal wallis agar diketahui kemaknaan nilai total leukosit kontrol dengan dosis uji. Hasil Uji Kruskal Wallis menunjukkan nilai dibawah 0,05 (p=0,037). Hasil uji ini menunjukkan bahwa pemberian kelompok dosis pada hari ke-21 memiliki efek yang bermakna terhadap kelompok kontrol mencit Balb/C. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 32 10000 8640 9000 8000 6695 per mm3 7000 6935 6000 5000 4170 4000 3000 2000 1000 0 hari ke 21 perbandingan perlakuan kelompok dosis kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi Gambar 4.7 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-21 Perbandingan rata-rata kelompok total leukosit pada hari ke-7 hari ke14 dan hari ke-21 yang di analisa dengan uji ANOVA memiliki nilai bermakna tiap minggunya (p=0,001). Setelah dilakukan analisa tingkat kemaknaan ratarata antar kelompok menggunakan turkey HSD diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan dosis rendah (p=0,025), kelompok dosis rendah dengan kelompok dosis tinggi (p=0,045), dan kelompok kontrol dengan dosis tinggi (p=0,001). Dari pemaparan data diatas menunjukkan bahwa pemberian polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L pada mencit Balb/C mampu meningkatkan jumlah total leukosit, dan semakin tinggi dosis pemberian ekstrak jumlah total leukosit semakin meningkat. Peningkatan jumlah sel ini tidak melebihi rentang jumlah sel leukosit normal untuk mencit Balb/C. Leukosit merupakan mekanisme pertahanan imun non spesifik tubuh. Umumnya sel ini berperan dalam mempertahankan tubuh dari penyusupan benda asing (Sadikin, 2002). Jumlah total leukosit yang berada pada batas tertinggi normal menunjukkan sistem imun memproduksi jumlah total leukosit yang cukup dalam sirkulasi darah untuk melawan infeksi. Peningkatan jumlah total leukosit menunjukkan kemampuan sistem imun untuk melawan infeksi atau benda asing (Viera, 2011 ). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 33 4.3 JUMLAH LIMFOSIT Setelah penghitungan total leukosit penelitian dilanjutkan dengan menghitung kembali jumlah limfosit. Dari pengamatan didapatkan hasil dalam bentuk persentase lalu dikalikan dengan jumlah total leukosit. Sehingga didapatkan data jumlah limfosit dalam bentuk rata-rata perkelompok sebagai berikut: Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Limfosit. Rata-rata jumlah total limfosit (x 103 per mm3) Dosis Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Kontrol 3,4 + 0,5 3,8 + 0,5 4,4 + 0,6 Dosis rendah 4,8 + 0,7 5,5 + 1,4 6,6 + 0,8 Dosis sedang 4,8 + 1,2 5,5 + 1,08 6,8 + 2,5 Dosis tinggi 6,2 + 1,1 7,0 + 1,2 8,5 + 4,3 Hasil uji menunjukkan bahwa nilai limfosit mencit Balb/C pada tabel diatas berada pada kisaran normal jumlah limfosit pada mencit Balb/C. yaitu 3.300 - 14.250 per mm3 (research animal resources university of minnesota). Jumlah limfosit hari ke-7 dianalisa menggunakan SPSS 16. Analisa dimulai dengan uji homogenitas. Uji ini untuk mengetahui uji yang sesuai dipakai untuk melihat kemaknaan antara kontrol dengan kelompok pemberian dosis. Hasil uji homogenitas data hari ke-7 menunjukkan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p=0,449). Hal ini menunjukkan dari setiap kelompok uji memiliki varian yang sama, sehingga bisa dilakukan uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai probabilitas data yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok uji dengan kelompok kontrol. Kemudian untuk mengetahui kemaknaaan antar kelompok masing masing hasil penelitian dianalisa menggunakan uji Turkey HSD. Hasil uji ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis renda (p=0,043), kontrol dengan dosis sedang (p=0,039), dan kontrol dengan dosis tinggi (p=0,000). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 34 7000,0 6256,7 6000,0 per mm3 4894,9 4827,6 5000,0 4000,0 3416,4 3000,0 2000,0 1000,0 0,0 hari ke 7 perbandingan antar kelompok dosis limfosit kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi Gambar 4.8 Grafik peningkatan jumlah hari ke-7 Pada uji homogenitas data hari ke-14 diperolah nilai probabilitas data sebesar 0,935, sehingga bisa dilakukan Uji ANOVA. Setelah dilakukan uji ANOVA didapatkan hasil nilai probabilitas datanya lebih kecil dari 0,05 (p=0,003). Hasil ini menunujukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis. Kemudian uji dilanjutkan dengan uji Turkey HSD untuk mengetahui tingkat kemaknaan antar kelompoknya. Hasil analisis Turkey HSD yang diperoleh menunjukkan bahwa kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok dosis tinggi (p=0,001). 8000 7114 7000 5542 per mm3 6000 5000 5526 3807 4000 3000 2000 1000 0 hari ke 14 perbandingan antar kelompok dosis limfosit kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi Gambar 4.9 Grafik peningkatan jumlah limfosit hari ke-14 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 35 Hasil uji homogenitas data hari ke-21 menunjukkan bahwa nilai homogenitas datanya dibawah 0,05 (p=0,039), hal ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan hari ke-21 tidak dapat diuji menggunakan Uji ANOVA, alternatif uji yang digunakan untuk mengetahui kemaknaan suatu analis setelah Uji ANOVA adalah uji Krusskal Wallis. Hasil uji kruskal wallis menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p=0,063). Data hasil uji ANOVA dan Kruskal Wallis tidak menunjukkan hasil yang signifikan untuk pengamatan hari ke-21, namun jika diamati hasil grafiknya hasil uji hari ke-21 memiliki grafik yang meningkat. 10000 8588,16 9000 8000 6641,44 per mm3 7000 6879,52 6000 5000 4119,96 4000 3000 2000 1000 0 hari ke 21 perbandingan antar kelompok dosis limfosit kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi Gambar 4.10 Grafik peningkatan jumlah limfosit hari ke-21 Perbandingan rata-rata peningkatan limfosit tiap kelompok hari ke7, hari ke-14 dan hari ke-21 diuji menggunakan ANOVA menunujukan hasil yang signifikan (p=0,011). Dari beberapa dosis yang diberikan ke mencit Balb/C, dosis tinggi (5mg/g BB mencit) memberikan efek yang paling signifikan (p=0,007). Peningkatan efek imunostimulan tersebut berbanding lurus dengan besar dosis yang diberikan. Limfosit adalah sel yang menghasilkan antibodi terhadap berbagai benda atau senyawa asing (Sadikin, 2002). Sel-sel limfosit ini mempunyai peran yang sangat penting dalam mekanisme pertahanan atau imunitas spesifik. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 36 Sel limfosit tubuh terdiri dari tiga macam sel yaitu: natural killer cell, limfosit T, dan limfosit B (lichman, et al. 2007). Sel-sel ini dihasilkan di sumsum tulang, namun tempat pematangan selnya berbeda. Limfosit T dimatangakan di timus setelah keluar dari sumsum tulang. Sel ini akan bekerja secara selular dan akan menyerang antigen yang ada di sel. Berdasarkan fungsinya limfosit T dibedakan menjadi 3 macam : sel T helper,sel T killer, dan supresor sel T. Sel B yang dimatangkan di susmsum tulang mempunyai fungsi imunitas secara humoral. Sel ini menghasilkan antibodi serta dapat menyimpan memori untuk mengenali antigen yang pernah masuk dalam tubuh. Sedangkan sel natural killer memiliki sifat yang tidak spesifik, sel ini kan mendestruksi sel sel yang terinfeksi. Pada penelitian ini polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. dapat meningkatkan jumlah dari sel limfosit secara signifikan. Dari pemaparan sebelumnya peningkatan sel limfosit terlihat mulai dari pengamatan hari ke-7. Hal ini menunjukan bahwa polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. sangat efektif dalam peningkatan imun spesifik. Pada pengamatan hari ke-14 jumlah limfosit terus meningkat berbanding lurus dengan jumlah dosis yang diberikan. Sedangakan pada hari ke-21 jumlah limfosit terus meningkat namun secara statistik nlainya tidak bermakna. Hal ini disebabkan karena jumlah limfosit pada beberapa individu mencit mulai mencapai jumlah maksimal nilai normal limfosit, sedangkan limfosit memiliki rentang umur yang panjang yaitu berkisar antara 1 minggu hingga beberapa bulan (Britanica, 2015). Nilai limfosit terus berada pada kisaran normal karena jumlah limfosit dijaga kestabilanya oleh limfosit T supresor, jumlah limfosit akan terus pada kondisi normal selama tidak ada paparan patogen. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 37 4.4 JUMLAH MONOSIT Penghitungan jumlah monosit yang dilakukan dengan metode yang sama pada penghitungan limfosit didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.3 Rata-rata Jumlah Monosit. Rata-rata jumlah jumlah monosit (x 103 per mm3) Dosis Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Kontrol 0,25 + 0,08 0,26 + 0,23 0,05 + 0,08 Dosis rendah 0,51 + 0,28 0,50 + 0,283 0,053 + 0,156 Dosis sedang 0,45 + 0,27 0,52 + 1,174 0,055 + 0,08 Dosis tinggi 0,49 + 0,314 0,54 + 0,527 0,034 + 0,034 Hasil perhitungan jumlah monosit dari pengamatan hari ke-7, hari ke14, dan hari ke-21 menunjukkan bahwa Jumlah monosit terkecil terlihat pada kelompok dosis tinggi hari ke-21, sedangkan nilai tertinggi terlihat pada kelompok dosis tinggi hari ke-14. Rata-rata jumlah monosit mencit normal berada pada kisaran antara 0,060 – 0,600 x103 per mm3 (Research animal resources, University Of Minnesota). Untuk mengetahui pengaruh aktifitas polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. terhadap jumlah monosit mencit Balb/C maka dilakukan analisa uji statistik. Uji ini diawali dengan uji homogenitas data kemudian jika memenuhi syarat dilakukan uji ANOVA, dan jika nilai homogenitas data tidak memenuhi syarat uji ANOVA, maka dilakukan uji kruskal wallis (Sopiyudin, 2001). Hasil uji honogenitas data hari ke-7 menunjukkan nilai probabilitas uji homogenitas data hasil pengamatan lebih besar dari 0,05 (p=0,166), nilai ini memenuhi untuk uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p=380). Karena nilai probabilitas data lebih besar dai 0,05 uji dilanjutkan ke uji non parametrik kruskal wallis. Hasil uji kruskal wallis menunjukkan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p=0,555). Hal ini menunjukkan tingkat dosis hari ke-7 tidak mempengaruhi jumlah monosit. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 38 600 518,4 per mm3 500 456,4 492,1 400 300 252,78 200 100 0 hari ke 7 perbandingan antar kelompok dosis monosit kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi Gambar 4.11 Grafik peningkatan jumlah monosit hari ke-7 Uji homogenitas data hari ke-14 menunjukkan nilai probabilitas datanya lebih besar dari 0,05 (p=0,075). Kemudian dilanjutkan uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai probabilitas datanya lebih besar dari 0,05 (p=0368). Karena nilai uji anova tidak memenuhi syarat, maka uji dilanjutakn ke uji non parametrikKruskal wallis. Hasil uji kruskal wallis menunjukkan nilai probabilitas datanya lebih besar dari 0,05 (p=0,128). Hasil uji ini menunjukkan bahwa Variasi dosis yang diberikan ke mencit Balb/C tidak mempengaruhi kadar jumlah monosit. 600 507,17 per mm3 500 523,64 542,3 400 263,68 300 200 100 0 hari ke 14 perbandingan antar kelompok dosis monosit kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi Gambar 4.12 Grafik peningkatan jumlah monosit hari ke-14 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 39 Uji homogenitas data hari ke-21 menunjukkan bahwa nilai probabilitas datanya lebih besar dari 0,243. Hasil uji ini memenuhi syarat uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai probabilitas datanya lebih besar dari 0,05 (p=0,910). Karena hasil uji ANOVA nilai probabilitasnya terlalu besar, maka uji dilanjutkan ke uji non parametrik kruskal wallis. Hasil uji kruskall wallis menunjukkan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p=0,128). Hai ini menunjukan bahwa pengujian polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. pada hari ke-21 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah monosit mencit Balb/C. 60 50,04 per mm3 50 53,56 55,48 40 34,56 30 20 10 0 hari ke 21 perbandingan antar kelompok dosis monosit kontrol dosis rendah dosis sedang dosis tinggi Gambar 4.13 Grafik Peningkatan Monosit hari ke-21 Monosit berfungsi sebagai fagosistik mononuklear. Sel ini dimatangkan di sum-sum tulang selama 1 sampai 3 hari, kemudian bersirkulasi di darah sangat singkat (kurang lebih 1,5 hari) dan akhirnya berpindah ke jaringan untuk mengambil peranya sebagai makrofag (Nicholis, et al 1971). Sel makrofag memiliki peran melakukan fagositosis dan menghancurkan partikel asing dan jaringan mati serta mengolah bahan asing tersebut untuk dapat merangsang sistem tanggap kebal di tubuh sehingga terbentuk komplek antigen antibodi (Eki Putra, 2008). Hal inilah yang diindikasikan mengapa jumlah leukosit pada hari ke-21 mengalami penurunan. Sel-sel monosit yang ada di darah telah berpindah ke jaringan karena siklus hidup monosit memang sangat pendek ada di darah. Selain itu, lamanya penelitian (selama 21 hari) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 40 memicu mencit menjadi lemah sehingga mempercepat proses perpindahan monosit ke jaringan. 4.5 KADAR INTERLEUKIN 1β Analisa Interlekuin 1 β tidak dilakukan pengulangan seperti pada uji total leukosit. Pengujian hanya dilakukan pada hari ke 5 saja. Tabel 4.4 Rata-rata Jumlah Nilai Il-1β Dosis Normal Rata-rata jumlah total Interleukin 1β (ρg/ml) 7,8 (+ 0,0) Kontrol negatif 27,2 ( + 25,9) Dosis rendah 33,8 ( + 22,0) Dosis sedang 158,4 ( + 136,2) Dosis tinggi 262,5 ( + 264,1) Hasil uji ELISA menunjukan bahwa polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. terlihat meningkatkan kadar interleukin 1β dalam darah mencit. Peningkatan ini berbanding lurus dengan bertambah besarnya dosis yang diberikan. Kelompok kontrol negatif yang telah diinduksi dengan LPS menunjukan peningkatan jumlah interleukin-1β sebesar 71,3 % (27,2 ρg/ml) dari jumlah total interleukin kelompok kontrol (7,8 ρg/ml). Peningkatan ini karena pemberian lipopolisakarida dari dinding sel yang memicu terjadinya inflamasi dalam tubuh mencit. Pada reaksi inflamasi dalam sistem imun terjadi pelepasan sitokin pro inflamasi (TNF dan IL 1). Pelepasan sel-sel ini dalam tubuh dimaksudkan untuk memacu vasodilatasi, melonggarkan hubungn selsel endotel, meningkatkan adhesi neutrofil dan migrasi sel-sel ke jaringan sekitar untuk memakan mikroba (bratawijaya, 2010). Meskipun perkembangan respon inflamasi efektif berperan penting pada pertahanan tubuh namun respon tersebut menimbulkan kerusakan. Alergi, penyakit auto imun, infeksi mikroba, transplantasi dan luka bakar dapat mengawali respon inflamasi kronis (Bratawijaya, 2010). Dalam penelitian ini diharapkan pemberian ekstrak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 41 polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. diharapkan dapat menekan produksi interleukin 1 β pada mencit balb/c yang telah diinduksi dengan LPS. Pada pemberian polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. kelompok dosis rendah menunjukkan bahwa ekstrak ini tidak dapat menurunkan jumlah kadar interleukin-1β. Hasil pengamatan pada dosis rendah ini justru menunjukan hasil sebaliknya. Hasil pengamatan menunjukan peningkatan kadar sebesar 33,8 (ρg/ml). Peningkatan kadar interleukin-1β juga terjadi pada kelompok dosis sedang dan pada dosis tinggi sebesar 158,4 (ρg/ml) dan 262,5 (ρg/ml). 300,0 262,5 250,0 (ρg/ml) 200,0 158,4 150,0 100,0 50,0 33,8 27,2 7,8 0,0 kadar interleukin normal kontrol negatif dosis 1 dosis 2 dosis 3 Gambar 4.14 Grafik hasil uji interleukin 1β. Jika dianalisa berdasarkan hasil uji statistika, nilai homogenitas data uji kadar interleukin 1β memiliki nilai lebih kecil dari alfa (p=0,000). Hal ini mengindikasikan bahwa data tidak dapat dilakukan uji ANOVA. Uji statistik untuk data yang homogenitasnya tidak normal adalah menggunakan krusial Wallis. Namun setelah dilakukan uji statistik krusial-Wallis nilai probabilitasnya lebih besar dari alfa (P=0,319), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap jumlah kadar interleukin 1β. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. dosis 1,25 mg/BB mencit, 2,5 mg /BB mencit dan 5 mg /BB mencit mampu mempengaruhi jumlah total leukosit dan jumlah limfosit dan tidak mempengaruhi jumlah monosit. 2. Dosis polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. yang memiliki efek imunomodulator paling baik adalah dosis tinggi (5 mg/BB mencit). 3. Pada uji interleukin 1β belum bisa disimpulkan datanya, karena berdasarkan analisa statistika datanya tidak sigifikan. 5.2 SARAN Perlu dilakukan uji lanjutan terhadap hewan percobaan yang lebih besar seperti tikus guna melihat terjadinya penurunan jumlah total leukosit dan limfosit setelah pemberian polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. 42 UIN Syarif hidayatullah Jakarta 43 DAFTAR PUSTAKA Alawiyah arifiani, Aulina. 2012. Karakterisasi Simplisia Dan Standardisasi Ekstrak Etanol Biji Jinten Hitam (Nigella Sativa L.). Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta Bratawidjaja, Imunologi dasar. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI ;2002. Bratawidjaja, Immunologi Dasar. Edisi 9 Jakarta: Balai Penerbit FKUI ;2010. Britanica, Ensiklopedia. 2015. Lymphocyte, http://www.britannica.com/EBchecked/topic/352799/lymphocyte. diakses pada tanggal 08 mei 2015. Boseila Abeer A.H, Afaf A.H. Messalam. 2011. Immunostimulant Effect Of Different Fraction Of Nigella Sativa L. Seed Against Rabies Vaccine. Departement of virology, departement of phytochemistry, National Organization For Drugs Control And Research: Gizza, Egypt. Burmester, gerd-rudiger, antonio pezzuto, M.D. 2003. Color Atlas Immunology, Humboldt University Of Berlin, Berlin, Germany. Departemen Kesehatan RI. 1985. Tanaman Obat Indonesia Jilid I. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta. Hal. 33. Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta. Djajakusumah,Tony S.2010. The Role Of Immunomodulator In The Treatment Of Sexually Transmitted Infections.Medical Faculty of Padjadjaran University / Dr.Hasan Sadikin Hospital Medical Faculty of Bandung Islamic University. Bandung Effendi, zukesti. Dr. 2003, Peranan Leukosit Sebagai Anti-inflamasi Alergik Dalam Tubuh, Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Eki Putra, Sutrisno. Gambaran Sel Darah Putih (Leukosit) Domba Lokal (Ovis aries) yang diimmunisasi dengan Ekstrak Caplak Rhipicephalus sanguineus. 2008 UIN Syarif hidayatullah Jakarta 44 Edi Sukmayadi. Asep, Sri Adi Sumuwi, Melisa Intan B, Aktivitas Imunomodulator Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis Linn.) Terhadap Peningkatan IL-2 Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. 2014 Erlinger thomas P.2004. WBC count and the risk of cancer mortality in a national sample of U.S. addults: result from the scon national heath and nutrition examination survey mortality study. Cancer epidemology, biomarkers & prevention. Ghonime, Mohammed, et al. 2011 Evaluation Of Immunomodulatory Effect Of Tree Herbal Plants Growing In Egypt. Immunopharmacology And Immunotoxicology. Goreja, W.G, Black Seed nature’s miracle remedy, United State of America.2003 Hailat, Nabil et al. 1998. Effect of Nigella Sativa extracts on antibody respone of rats vaccinated with brucella vaccine (rev-1). Pharmaucetical Biology, Irbid, Jordan. Haq, Afrozul et al. 1995. Nigella Sativa Effect On Human Lymphocytes And Polymorfonuclear Leukocyte Phagocytic Activity. riyadh, saudi arabia Haq, Afrozul et al. 1999. Immunomodulatory Effect Of Nigella Sativa Protein By Ion Exchange Chromatography. riyadh, saudi arabia. Harborne, J. B. Metode fitokimia : penentuan cara modern menganalisis tumbuhan .1987, Bandung: ITB Press. Harkness, Wagner's. 2010 Biology and Medicine of Rabbits and Rodents, fifth edition willey blackwell publising, state avenue, ames jowa, USA Hussein El- taher Ph D, Kamal El-din, dana M bakeet. 2006. The black seed Nigella Sativa Linnaeus - a mine cures: a plea for urgent clnical evaluation of its vollatil oil. Departement Of Pharmacology, Coleg Of Pharmacy, King Saud University Riyadh Saudi Arabia. Ibn Qayyim Al-Jauziyah. 2003. Healing With The Medicine of The Prophet, Second Edition. Riyadh: Maktaba Dar-us-Salam. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 45 Junaidi, Eti, Ir. Juliati, sufrida,Ir. Suty, surnahika,Cr. Kedahsytan habbatusauda’ mengobati berbagai penyakit. PT. Agro mula pustaka. Jakarta selatan 2011 Lestari, Siti Hilda A. Ismoyowati, indradji mohandas. Kajian jumlah leukosit pada berbagai jenis itik lokal betina yang pakanya disuplementasi probiotik. Fakultas peternakan universitas jenderal Sudirman, Purwokerto 2013. Lichman, marshall A., Ernest beutler, Uri selighsohn, Kenneth kaushansky, Thomas O.kipss,. 2007. Williams, Hematology. Seven edition. Mcraw-hill medicall. Mayer G. 2008. Innate (Non-Spesifik) Immunity. Microbiologi and Biology on line. The Board of Trustees of the University of South Carolina. Michael CG. Et al. 2010. Phytochemical And Biological Investigation Of The Ekstracts Of Nigella Sativa L. Seeds Waste . Pharmacology Departement, Faculty Of Pharmacy, Cairo University, Egipt. Nicholis, barbara A., Dorothy Ford Bainton, marilyn g . farquhar. 1971. Differentiation of monocytes. Origin, Nature, and Fate of Their Azurophil Granules. From the Department of Pathology, University of California, San Francisco, California 94122. University, New York 10021 Nurhayati, Diana. 2001. Imunomodulator Pada Infeksi Bakteri. Universitas Dipenogero. Semarang. Paarrakh,M, Nigella satifa Lim, A Comprehensive review.departement of pharmacognosy, karnataka, India 2009 Permatasari, Nur M.kes. Dr. drg, 2012. Instruksi Kerja Pengambilan Darah, Perlakuan, Dan Injeksi Pada Hewan Coba. Laboratorium Biosains, Universitas Brawijaya, Malang. Pratisto, Arif, S.Hut, M.sc. Statistik Mudah Dengan Spss 17. Kompas Gramedia, 2010 Salem, Mohamed labib. 2005. Immunomodulatory and therapeutic properties of the Nigella sativa L. Seed. Int journal immunopharmacology. Sadikin,mohamad, DSc. Dr. H Seri Biokimia Biokimia Darah. Widya medika 2002 UIN Syarif hidayatullah Jakarta 46 Singleton P, Sainsbury D. 2001. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology. 3th edition. Canada: John Wiley&Sons, LTD. Sino biological inc, The enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) is a sensitive method for quantification of proteins that is suitable for numerous applications. 21 Januari 2015 . https://www.mabtech.com/knowledge- center/assay-principles/elisa-assay-principle. Sopiyudin dahlan , muhammad. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi ke4 Salemba medika.2001 Suharti, Yufri Aldi. 2010. Aktivitas Ekstrak Etanol Biji Jintan (Nigella Sativa Linn.) Terhadap Titter Anti Bodi Jumlah Sel Leukosit Pada Mencit Putih Jantan. Fakultas farmasi universitas andalas. Theml, H,M.D et all. Color Atlas of Hematology, PracticalMicroscopic and Clinical Diagnosis, 2004 Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani N. S., UGM Press, Yogyakarta. World Health Organization, 1993. Guidelines for the assessment of herbal medicine. programme on traditional medicine. Geneva. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 47 Lampiran 1. Kerangka Konsep Penelitian Nigella sativa L memiliki efek imunomodulator dalam berbagai macam jenis ekstrak, namun belum banyak diketahui efek imunumodulatornya dalam bentuk ekstrak polisakarida. Ekstraksi poliksakarida dari biji jinten hitam yang telah dibuat serbuk. Dilakukan pengujian Imunomodulator Ekstrak Polisakarida Nigella sativa L Pada Mencit Balb/C terhadap Total Leukosit, jumlah Limfosit, jumlah Monosit , Dan kadar Il-1β Mencit balb/c diuji dengan Ekstrak polisakarida Nigella sativa dosis 1,25 mg/20 BB mencit, 2,5 mg /20 BB mencit, 5 mg / 20 BB mencit Mencit Balb/C diaklitimasi. Uji terhadap kadar Il-1β Uji terhadap Total Leukosit, jumlah Limfosit, jumlah Monosit pemberian ekstrak selama 5 hari pemberian ekstrak selama 14 hari Pada hari ke-5, dua jam setelah pemberian ekstrak disuntik LPS secara IP. Pengambilan darah dilakukan 6 jam setelah penyuntikan LPS Pengambilan darah pada hari ke-7, ke-14 dan ke-21 Penghitungan terhadap Total Leukosit, jumlah Limfosit, jumlah Monosit Penghitungan terhadap kadar Analisa Statistik Il-1β dengan menggunakan ELISA kit UIN Syarif hidayatullah Jakarta 48 Lampiran 2. Bagan Ekstraksi pertama Biji Nigella sativa L 90 gr serbuk Nigella sativa Dipanaskan dalam aquadest 70:1 (aquadest : serbuk Nigella sativa) Dihilangkan lemaknya dengan n-heksan Pemanasan dengan waterbatch pada suhu 800C selam 1 jam Larutan disentrifus pada 5000 rpm selama 20 menit Supernatan ditambahkan etanol 90 % Dibiarkan selama semalam Etanol diuapkan dengan vacum evaporator UIN Syarif hidayatullah Jakarta 49 Lampiran 3. Bagan Ekstraksi Kedua 500 mg Nigella Sativa L. Dihaluskan Dimaserasi menggunakan sodium bicarbonat 5 % selama 24 jam dengan perbandingan 3:1 (pelarut : ekstrak) Disaring menggunakan kapas. Hasil saringan diendapkan menggunakan etanol 96 % selama 24 jam Dipekatkan menggunakan rotari evaporator UIN Syarif hidayatullah Jakarta 50 Lampiran 4. Surat keterangan mencit UIN Syarif hidayatullah Jakarta 51 Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Abu Dan Kadar Air. a. Kadar abu % kadar abu total = W1−W2 W x 100 % Keterangan : W = bobot ekstrak awal (gram) W1 = bobot cawan + ekstrak setelah diabukan (gram) W2 = bobot cawan kosong (gram) W = 1,075 gram W1 = 25,999 gram W2 = 24,997 - 1,075 = 24,924 Gram % kadar abu total = = 24,997−24,924 1,075 0,073 1,075 x 100 % x 100 % = 6,8 % b. Kadar air % kadar air = W1−W2 W1−W x 100 % Keterangan : W = cawan kosong W1 = bobot cawan + ekstrak sebelum diuapkan W2 = bobot cawan + ekstrak setelah diuapkan W = 20,551 gram W1 = 20,551 + 1,1199 = 21,6709 gram W2 = 21,468 gram % kadar abu total = 21,6709−21,468 21,6709−20,551 x 100 % 0,2029 = 1,1199 )x 100 % = 18,12 % UIN Syarif hidayatullah Jakarta 52 Lampiran 6. Kegiatan Pengukuran Kadar Abu Dan Kadar Air Uji kadar abu Berat Ekstrak Awal Berat ekstrak + ekstrak sebelum diabukan Berat Ekstrak Setelah Diabukan Berat ekstrak setelah penguapan Berat cawan kosong Uji kadar air Berat ekstrak awal UIN Syarif hidayatullah Jakarta 53 Lampiran 7. Hasil Uji Karbohidran Total ekstraksi pertama UIN Syarif hidayatullah Jakarta 54 Lampiran 8: Hasil Uji Karbohidran Total ekstraksi kedua UIN Syarif hidayatullah Jakarta 55 Lampiran 9. Penentuan Besar Dosis Hasil rendemen dari 90 gram serbuk polisakarida : 14,8 gram ekstrak PS Dosis manusia perhari : 2 gram / hari Dosis manusia sesuai Rendemen : 14,8 90 x 2 = 0,32 gr / hari Dosis untuk mencit : Dik : Dosis Manusia : 0,32 gr / hari / 60 kg BB Km (manusia) : 37 Km (mencit) :3 Berat rata-rata mencit : 20 gram HED = Animal Dose x 𝐾𝑚 𝐻𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑚 𝑀𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎 3 0,32 gr / hari / 60 kg berat = animal dose x 37 Animal dose = 0,32 gr / hari / 60 kg bb 0,081 = 3,945 gr / 60 kg bb Animal dose = (3,945 gr / 60 kg bb) x (20 gr/1000 gr) Animal dose = 0,00125 gr / 20 gr b mencit = 1,25 mg / 20 gr berat mencit Jadi dosis yang akan diberikan adalah Dosis rendah : 1,25 mg / 20 gr berat mencit Dosis sedang : 2,5 mg / 20 gr berat mencit Dosis tinggi : 5 mg / 20 gr berat mencit UIN Syarif hidayatullah Jakarta 56 Lampiran 10. Pembuatan Larutan Induk A. Larutan Induk Ekstrak Polisakarida Untuk Uji Total Leukosit Dan Jumlah Limfosit Dan Monosit 1. Dosis rendah 1,25 mg/ g BB atau 62,5 mg /kg BB 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 ( Vao mencit = 𝑚𝑔 𝐵𝐵)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔) 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑔 62,5 ( 𝐵𝐵) 𝑥 0,02 (𝑘𝑔) 𝑘𝑔 0,5 ml = Konsentrasi = 2,5 mg Vao TOTAL = Vao x jumlah mencit x lama pemberian 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = 0,5 ml x 8 x 14 = 56 ml X 2 (dibuat dua kali nya untuk cadangan induk) = 112 ml Jumlah ekstrak yang ditimbang = Vao total x konsentrasi = 112 x 2,5 mg = 285 mg 2. Dosis sedang 2,5 mg /g BB atau 125 mg /kg BB 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 ( Vao mencit = 𝑚𝑔 𝐵𝐵)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔) 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 125 ( 𝑚𝑔 𝐵𝐵) 𝑥 0,02 (𝑘𝑔) 𝑘𝑔 0,5 ml = Konsentrasi = 5 mg Vao TOTAL = Vao x jumlah mencit x lama pemberian 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = 0,5 ml x 8 x 14 = 56 ml X 2 (dibuat dua kali nya untuk cadangan induk) = 112 ml Jumlah ekstrak yang ditimbang = Vao total x konsentrasi = 112 x 5 mg = 560 mg UIN Syarif hidayatullah Jakarta 57 3. Dosis tinggi 5 mg /g BB atau 250 mg/kg BB 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 ( Vao mencit = 𝑚𝑔 𝐵𝐵)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔) 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 250 ( 𝑚𝑔 𝐵𝐵) 𝑥 0,02 (𝑘𝑔) 𝑘𝑔 0,5 ml = Konsentrasi = 10 mg Vao TOTAL = Vao x jumlah mencit x lama pemberian 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = 0,5 ml x 8 x 14 = 56 ml X 2 (dibuat dua kali nya untuk cadangan induk) = 112 ml Jumlah ekstrak yang ditimbang = Vao total x konsentrasi = 112 x 10 mg = 1120 mg B. Larutan Induk Ekstrak Polisakarida Untuk Uji Total Leukosit Dan Jumlah Limfosit Dan Monosit 1. Dosis rendah 1,25 mg/ g BB atau 62,5 mg /kg BB 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 ( Vao mencit = 𝑚𝑔 𝐵𝐵)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔) 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 62,5 ( 𝑚𝑔 𝐵𝐵) 𝑥 0,02 (𝑘𝑔) 𝑘𝑔 0,5 ml = Konsentrasi = 2,5 mg 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 Vao TOTAL = Vao x jumlah mencit x lama pemberian = 0,5 ml x 8 x 14 = 56 ml X 2 (dibuat dua kali nya untuk cadangan induk) = 112 ml Jumlah ekstrak yang ditimbang = Vao total x konsentrasi = 112 x 2,5 mg = 285 mg UIN Syarif hidayatullah Jakarta 58 2. Dosis sedang 2,5 mg /g BB atau 125 mg /kg BB 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 ( Vao mencit = 𝑚𝑔 𝐵𝐵)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔) 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 125 ( 0,5 ml = Konsentrasi = 5 mg 𝑚𝑔 𝐵𝐵) 𝑥 0,02 (𝑘𝑔) 𝑘𝑔 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 Vao TOTAL = Vao x jumlah mencit x lama pemberian = 0,5 ml x 8 x 14 = 56 ml X 2 (dibuat dua kali nya untuk cadangan induk) = 112 ml Jumlah ekstrak yang ditimbang = Vao total x konsentrasi = 112 x 5 mg = 560 mg 3. Dosis tinggi 5 mg /g BB atau 250 mg/kg BB 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 ( Vao mencit = 𝑚𝑔 𝐵𝐵)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔) 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 250 ( 𝑚𝑔 𝐵𝐵) 𝑥 0,02 (𝑘𝑔) 𝑘𝑔 0,5 ml = Konsentrasi = 10 mg 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 Vao TOTAL = Vao x jumlah mencit x lama pemberian = 0,5 ml x 8 x 14 = 56 ml X 2 (dibuat dua kali nya untuk cadangan induk) = 112 ml Jumlah ekstrak yang ditimbang = Vao total x konsentrasi = 112 x 10 mg = 1120 mg UIN Syarif hidayatullah Jakarta 59 Lampiran 11. Kegitan penelitian : Pengambilan Darah Mencit yang akan diambil darahnya Mencit yang telah dibersihkan Mencit dianestesi Mencit diposisikan untuk diambil darahnya Mencit yang sudah diambil darahnya dibersihkan darahnya Mencit diambil darahnya dengan menggunakan hematokrit Darah yang telah diambil dari mencit UIN Syarif hidayatullah Jakarta 60 Lampiran 12. Kegitan penelitian : Pembuatan sediaan apus Darah yang telah disiapkan, yang telah diambil dari mencit. letakan setetes darah mencit yang telah diperoleh dari mencit ke kaca objek. Dengan menggunakan gelas objek yang lain buat sudut 45o geser perlahan hingga terbentuj lapisan darah yang rata. Usahakan sediaan darahnya merata ketebalanya. Hasil pembuatan sediaan darah hapus Pewaranna sediaan darah hapus menggunakan giemsa. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 61 Setelah diwarnai bilas dengan aquadest lalu dikeringkan. Preparat hasil Pengamatan. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 62 Lampiran 13. Kegitan penelitian : Penghitungan Leukosit Sediaan darah yang siap akan diuji Sediaan darah yang siap akan diuji Darah dihisap menggunakan pipet hematoma sampai tanda 0,5. Lalu hisap larutan turk hingga batas angka 11. Sediaan darah yang telah siap untuk diamati. Sediaan siap untuk diamati pada mikroskop pada perbesaran 100 UIN Syarif hidayatullah Jakarta 63 Lampiran 14. Metode Uji ELISA Pada ELISA Kit terdapat beberapa komponen, yaitu: Lyophilized recombinan mouse IL-1β standard: 10 ng /tube One well 96 well plate precoated with anti-mouse IL-1β antibody. Sampel diluent buffer 30 ml. Biotinylated anti-mouse IL-1β antibody: 130 µl, dilution 1 : 100. Antibody diluent buffer Avidin-biotin-peroxidase complex (ABC) : 130 µl, dilution 1 : 100. ABC diluent buffer : 12 ml. TMB color developing agent : 10ml. TMB stop solution: 10 ml. Dalam pelaksanaan uji menggunakan ELISA melalui beberapa tahap sebagai berikut : PREPARASI 1. Tahap pengenceran : Karena serum yang dihasilkan berkisar antara 500-5000 pg/ml. Pengenceran dilakukan sebanyak 1:10 (tambhkan 10 ul sampel kedalam 90 ul sampel diluent buffer). 2. Persiapan reagen : Larutan standar 500 pg/ml IL-1β mencit : tambahkan 0.05 ml larutan standar IL-1β 10 ng /ml diatas ke dalam 0.95 ml pelarut buffer sampel dan campur merata. ( Catatan : sebaiknya preparasi dilakukan tidak lebih dari 2 jam sebelum pengerjaan) Preparasi biotynillated anti-mouse IL-1β anti-body. i. Total semua larutan harus 0,1 dikali banyak sumur yang akan digunakan. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 64 biotynillated anti-mouse IL-1β anti-body harus ii. di larutkan pada 1 : 100 dengan anti-body diluet buffer dan dicampur merata. Reparasi Avidin-biotin-peroxidase complex (ABC) : i. Total volume harus sama dengan 0,1 ml dikali jumlah sumuran yang digunakan. ii. Avidin-biotin-peroxidase complex harus dilarutkan pada 1 : 100 dengan larutan buffer ABC. Dan dicampur merata. PROSEDUR PELAKSANAAN UJI 1. Serum diambil dan diencerkan dengan pengencer standart dengan perbandingan 1 : 100 ( 1 μl serum + 99 μl pengencer standart ). 2. Serum diteteskan pada microtitre plate kemudian diinkubasi selama 60 menit pada suhu 370C. 3. Dicuci dengan buffer pencuci sebanyak 3 kali. 4. Microtitre plate ditetesi 0,1 ml ABC working Solutions diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar ( 20-25 derajad Celcius ). 5. Dicuci dengan buffer pencuci sebanyak 5 kali. 6. Ditetesi 90 ul dengan TMB Color developing agen dan didiamkan selama 30 menit pada suhu ruangan di tempat yang gelap. 7. Dicuci dengan buffer pencuci sebanyak 5 kali. 8. Ditambahkan substrat pre-mix TMB. 9. Ditetesi dengan 100 μl stop solution. 10. Ditutup dengan plate covers dan dibaca dengan ELISA reader ( spectrophotometer ) yang diatur pada 450 nm. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 65 Lampiran 15. Hasil Pengamatan Mikroskop Hasil Pengamatan Monosit Penampakan Monosit UIN Syarif hidayatullah Jakarta 66 Hasil Pengamatan Limfosit Penampakan Limfosit UIN Syarif hidayatullah Jakarta 67 Hasil Pengamatan Leukosit Pengamatan mikroskopik untuk perhitungan leukosit UIN Syarif hidayatullah Jakarta 68 Lampiran 16. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit Dan Limfosit hari ke -7. NO 1 Sampel Kontrol I II 2 3 72,5 86% 9% 3625 3117,5 326,3 91 90 90,5 92% 7% 4525 4163,0 316,8 66 80 73 91% 5% 3650 3321,5 182,5 64 83 73,5 88% 8% 3675 3234,0 294,0 37 110 73,5 89% 4% 3675 3270,8 147,0 76,6 89% 7% 3830 3416,4 252,8 128 118 123 88% 8% 6150 5412,0 492,0 100 118 109 98% 2% 5450 5341,0 109,0 118 104 111 89% 10% 5550 4939,5 555,0 101 92 96,5 81% 19% 4825 3908,3 916,8 115 86 100,5 91% 9% 5025 4572,8 452,3 108 89% 10% 5400 4827,6 518,4 130 102 130 79% 12% 5800 4582,0 696,0 150 125 150 87% 4% 6875 5981,3 275,0 71 74 71 94% 4% 3625 3407,5 145,0 120 142 120 84% 12% 6550 5502,0 786,0 110 117 110 85% 8% 5675 4823,8 454,0 114,1 86% 8% 5705 4894,9 456,4 183 163 173 82% 10% 8650 7093,0 865,0 155 130 142,5 94% 2% 7125 6697,5 142,5 117 125 121 79% 10% 6050 4779,5 605,0 127 144 135,5 87% 10% 6775 5894,3 677,5 104 158 131 97% 3% 6550 6353,5 196,5 140,6 89% 7% 7030 6256,7 492,1 RATA-RATA / KELOMPOK 4 PS dosis tinggi mon JML diferensial leukosit / klpok lim Mon 86 RATA-RATA / KELOMPOK PS dose sedang limp jml rt2 leukosit per mm3 % diferensial leukosit 59 RATA-RATA / KELOMPOK ps dose rendah total ratarata RATA-RATA / KELOMPOK UIN Syarif hidayatullah Jakarta 69 Lampiran 17. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit Dan Limfosit hari ke-14. NO 1 sampel II limp JML diferensial leukosit / klpok Mon jml rt2 leukosit per mm3 lim Mon 75 96 85,5 97% 2% 4275 4146,8 85,5 121 17 69,0 79% 18% 3450 2725,5 621,0 62 55 58,5 97% 3% 2925 2837,3 87,8 137 98 117,5 96% 2% 5875 5640,0 117,5 89 74 81,5 93% 7% 4075 3789,8 285,3 RATA-RATA / KELOMPOK 82,4 92% 6% 4120 3806,9 263,7 2 kontrol I % diferensial leukosit total ratarata ps dose rendah 100,0 131,0 112,0 129,0 106,0 130,0 90% 94% 5% 5% 5300 6500 4770,0 6110,0 265,0 325,0 169,0 111,0 140,0 93% 6% 7000 6510,0 390,6 131,0 112,0 121,5 77% 20% 6075 4677,8 935,6 131,0 111,0 121,0 94% 5% 6050 5687,0 284,4 123,7 90% 8% 6185 5541,8 507,2 RATA-RATA / KELOMPOK 3 PS dose sedang 182,0 126,0 154,0 55% 40% 7700 4235,0 3080,0 133,0 120,0 126,5 85% 12% 6325 5376,3 759,0 144,0 183,0 163,5 85% 5% 8175 6948,8 408,8 114,0 115,0 114,5 91% 6% 5725 5209,8 343,5 137,0 124,0 130,5 85% 5% 6525 5546,3 326,3 137,8 80% 14% 6890 5525,8 937,0 RATA-RATA / KELOMPOK 4 PS dosis tinggi 207,0 127,0 167,0 74% 16% 8350 6179,0 1336,0 128,0 153,0 140,5 97% 2% 7025 6814,3 140,5 182,0 183,0 182,5 95% 4% 9125 8668,8 365,0 127,0 153,0 140,0 90% 6% 7000 6300,0 420,0 182,0 153,0 167,5 90% 6% 8375 7537,5 502,5 159,5 89% 7% 7975 7113,7 542,3 RATA-RATA / KELOMPOK UIN Syarif hidayatullah Jakarta 70 Lampiran 18. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit Dan Limfosit hari ke-21. NO 1 sampel kontrol I II 2 3 4 Mon 68,5 99% 1% 3425 3390,8 34,3 85 76 80,5 100% 0% 4025 4025,0 0,0 86 86 86,0 96% 4% 4300 4128,0 172,0 98 94 96,0 100% 0% 4800 4800,0 0,0 86 86 86,0 99% 1% 4300 4257,0 43,0 83,4 99% 1% 4170 4120,0 50,0 165 162 163,5 100% 0% 8175 8175,0 0,0 146 94 120,0 100% 0% 6000 6000,0 0,0 137 147 142,0 100% 0% 7100 7100,0 0,0 15 122 68,5 100% 0% 3425 3425,0 0,0 191 160 175,5 96% 4% 8775 8424,0 351,0 133,9 99% 1% 6695 6641,4 53,6 122 80 101,0 99% 1% 5050 4999,5 50,5 42 47 44,5 99% 1% 2225 2202,8 22,3 128 132 130,0 100% 0% 6500 6500,0 0,0 219 203 211,0 100% 0% 10550 10550,0 0,0 191 223 207,0 98% 2% 10350 10143,0 207,0 138,7 99% 1% 6935 6879,5 55,5 Rata-Rata / Kelompok PS dosis tinggi lim 61 Rata-Rata / Kelompok PS dose sedang JML diferensial leukosit / klpok 76 Rata-Rata / Kelompok ps dose rendah total ratarata % jml rt2 diferensial leukosit leukosit per mm3 limp mon 120 125 122,5 98% 1% 6125 6002,5 61,3 173 146 159,5 100% 0% 7975 7975,0 0,0 146 120 133,0 99% 1% 6650 6583,5 66,5 223 203 213,0 100% 0% 10650 10650,0 0,0 260 212 236,0 100% 0% 11800 11800,0 0,0 172,8 99% 0% 8640 8588,2 34,6 Rata-Rata / Kelompok UIN Syarif hidayatullah Jakarta 71 Lampiran 19. Hasil uji interleukin 1-beta no kelompok 1 kontrol negatif 2 kontrol positif 3 dosis 1 4 dosis 2 5 dosis 3 nilai interleukin 1 beta 7,8 7,8 7,8 7,8 4,4 6,0 55,2 43,1 3,3 33,9 43,5 54,6 106,0 1,7 320,0 206,0 505,0 31,4 36,5 477,0 rerata stdev 7,8 0,0 27,2 25,9 33,8 22,0 158,4 136,2 262,5 264,1 UIN Syarif hidayatullah Jakarta 72 Lampiran 20. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit hari ke-7 Tujuan : Untuk menguji apakah varian dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama. H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil uji homogenitas data total leukosit hari ke-7 : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic Hari _ke_7 Keputusan 1.119 df1 df2 3 Sig. 16 .371 : Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.371 > 0.05, sehingga H0 diterima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 73 Lampiran 21. Hasil Uji ANOVA Total Leukosit hari ke-7 Tujuan : Untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap total leukosit mencit Balb/C. H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap total leukosit mencit Balb/C. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil ANOVA total leukosit hari ke-7 : ANOVA Sum of Squares Hari _ke_7 df Mean Square Between Groups 2.591E7 3 8635864.583 Within Groups 1.197E7 16 748296.875 Total 3.788E7 19 Keputusan F 11.541 Sig. .000 : Nilai probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak, artinya dosis pemberian ekstrak polisakarida memberikan pengaruh yang berbeda terhadap total leukosit mencit Balb/C. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 74 Lampiran 22. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) total leukosit hari ke-7 Tujuan : Untuk melihat dosis terbaik dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi). Hasil uji turkey HSD total leukosit hari ke-7 : (I) (J) 95% Confidence Interval Dependent kelom kelomp Variable pok ok hari_ke_7 1 2 -1570.00000* 5.47100E2 .049 -3135.2648 -4.7352 3 -1875.00000* 5.47100E2 .016 -3440.2648 -309.7352 4 -3200.00000* 5.47100E2 .000 -4765.2648 -1634.7352 1 1570.00000* 5.47100E2 .049 4.7352 3135.2648 3 -305.00000 5.47100E2 .943 -1870.2648 1260.2648 4 -1630.00000* 5.47100E2 .040 -3195.2648 -64.7352 1 1875.00000* 5.47100E2 .016 309.7352 3440.2648 2 305.00000 5.47100E2 .943 -1260.2648 1870.2648 4 -1325.00000 5.47100E2 .113 -2890.2648 240.2648 1 3200.00000* 5.47100E2 .000 1634.7352 4765.2648 2 1630.00000* 5.47100E2 .040 64.7352 3195.2648 3 1325.00000 5.47100E2 .113 -240.2648 2890.2648 2 3 4 Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound Ket : Tanda bintang (*) atau Nilai sig. Lebih kecil dari 0,05 berarti perbedaan signifikan. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 75 Lampiran 23. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit hari ke-14 Tujuan : Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama. H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil uji homogenitas data total leukosit hari ke-14 : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic hari_ke_14 Keputusan .638 df1 df2 3 Sig. 16 .602 : Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.602 > 0.05, sehingga H0 diterima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 76 Lampiran 24. Hasil Uji ANOVA Total Leukosit hari ke-14. Tujuan : Untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi) memiliki rata-rata/mean yang sama. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap total leukosit mencit Balb/C. H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap total leukosit mencit Balb/C. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil ANOVA total leukosit hari ke-14 : hari_ke_ Between Groups 14 3.960E7 3 1.320E7 Within Groups 1.415E7 16 884578.125 Total 5.375E7 19 Keputusan 14.921 .000 : Nilai probabilitasnya < dari 0,05 maka H0 ditolak, artinya dosis pemberian ekstrak polisakarida memberikan pengaruh yang berbeda terhadap total leukosit mencit Balb/C. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 77 Lampiran 25. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) total leukosit hari ke-14. Tujuan : Untuk melihat dosis terbaik dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) pada hari ke-14. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 kelompok dosis tidak signifikan Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 kelompok dosis ssignifikan Hasil uji turkey HSD total leukosit hari ke-14 : hari_ke_14 1 2 3 4 2 -2065.00000* 5.94837E2 .015 -3766.8409 -363.1591 3 -2770.00000* 5.94837E2 .001 -4471.8409 -1068.1591 4 -3855.00000* 5.94837E2 .000 -5556.8409 -2153.1591 1 2065.00000* 5.94837E2 .015 363.1591 3766.8409 3 -705.00000 5.94837E2 .644 -2406.8409 996.8409 4 -1790.00000* 5.94837E2 .038 -3491.8409 -88.1591 1 2770.00000* 5.94837E2 .001 1068.1591 4471.8409 2 705.00000 5.94837E2 .644 -996.8409 2406.8409 4 -1085.00000 5.94837E2 .299 -2786.8409 616.8409 1 3855.00000* 5.94837E2 .000 2153.1591 5556.8409 2 1790.00000* 5.94837E2 .038 88.1591 3491.8409 3 1085.00000 5.94837E2 .299 -616.8409 2786.8409 Ket : Tanda bintang (*) atau Nilai sig. Lebih kecil dari 0,05 berarti perbedaan signifikan. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 78 Lampiran 26. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit pada hari ke-21 Tujuan : Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama. H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil uji homogenitas data total leukosit hari ke-21 : Test of Homogeneity of Variances hari_ke_21 Keputusan Levene Statistic df1 df2 Sig. 4.225 3 16 .022 : Data total leukosit hari ke-21 mempunyai varian yang berbeda sehingga tidak bisa dilakukan uji ANOVA. Untuk melihat apakah pemberian ekstrak polisakarida pada hari ke-21 mempunyai makna dilakukan uji non parametrik kruskal wallis. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 79 Lampiran 27. Hasil Uji non parametrik kruskal wallis Total Leukosit Hari ke-21 Tujuan : Untuk Mengetahui Ada Atau Tidaknya Pengaruh Total Leukosit Terhadap Kelompok Mencit Balb/C Hari Ke-21. Hipotesis : Ho = data total leukosit hari ke-21 tidak berbeda secara bermakna H1 = data total leukosit hari ke-21 berbeda secara bermakna Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil Uji non parametrik kruskal wallis Total Leukosit Hari ke-21: Test Statisticsa,b Leukosit Chi-Square Df Asymp. Sig. 8.511 3 .037 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: dosis Kesimpulan : Data total leukosit pada hari ke-21 berbeda secara bermakna, artinya pemberian kelompok dosis pada hari ke-21 memiliki efek yang signifikan terhadap kelompok kontrol total leukosit mencit Balb/C. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 80 Lampiran 28. uji homogenitas perbandingan uji total leukosit perminggu Tujuan : Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (hari ke-7, ke-14 dan hari ke-21) tersebut sama atau berbeda. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama. H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil uji homogenitas data total leukosit per 7 hari : Leukosit Levene Statistic df1 df2 Sig. .792 3 8 .532 Keputusan : Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.532>0.05, sehingga H0 diterima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 81 Lampiran 29. Uji ANOVA Total Leukosit Per Minggu Tujuan : Untuk menguji apakah kelompok uji (rata-rata perminggu kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi) memiliki rata- rata/mean yang sama. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap total leukosit mencit Balb/C. H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap total leukosit mencit Balb/C. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima. Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak. Hasil ANOVA total leukosit perminggu : Leukosit Sum of Squares Between Groups Within Groups Total Keputusan df Mean Square 2.130E7 3 7098775.639 3398618.000 8 424827.250 2.469E7 11 F 16.710 Sig. .001 : Nilai probabilitasnya < dari 0,05 maka H0 ditolak, artinya dosis pemberian ekstrak polisakarida memberikan pengaruh yang berbeda terhadap total leukosit mencit Balb/C. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 82 Lampiran 30. Uji Turkey HSD Total Leukosit perbandingan antar kelompok perminggu Tujuan : Untuk melihat dosis terbaik dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) pada tiap minggunya (per 7 hari ). Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 kelompok dosis tidak signifikan Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 kelompok dosis ssignifikan Hasil uji turkey HSD total leukosit: (I) (J) 95% Confidence Interval minggu minggu Mean Difference ke ke 1 2 -1969.66667* 5.32182E2 .025 -3673.9022 -265.4311 3 -2405.33333* 5.32182E2 .008 -4109.5689 -701.0978 4 -3713.33333* 5.32182E2 .001 -5417.5689 -2009.0978 1 1969.66667* 5.32182E2 .025 265.4311 3673.9022 3 -435.66667 5.32182E2 .844 -2139.9022 1268.5689 4 -1743.66667* 5.32182E2 .045 -3447.9022 -39.4311 1 2405.33333* 5.32182E2 .008 701.0978 4109.5689 2 435.66667 5.32182E2 .844 -1268.5689 2139.9022 4 -1308.00000 5.32182E2 .143 -3012.2356 396.2356 1 3713.33333* 5.32182E2 .001 2009.0978 5417.5689 2 1743.66667* 5.32182E2 .045 39.4311 3447.9022 3 1308.00000 5.32182E2 .143 -396.2356 3012.2356 2 3 4 (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound *. The mean difference is significant at the 0.05 level. Keterangan : Tanda bintang (*) atau Nilai sig. Lebih kecil dari 0,05 berarti perbedaan signifikan. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 83 Lampiran 31. Hasil uji homogenitas data jumlah limfosit hari ke-7 Tujuan : untuk menguji apakah varian dari kelompok uji hari ke-7 sama atau berbeda. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama. H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil uji homogenitas data total limfosit hari ke-7 hari : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic limposit7 .931 df1 df2 3 Sig. 16 .449 Kesimpulan : Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.449>0.05, sehingga H0 diterima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 84 Lampiran 32. Hasil uji Anova jumlah limfosit hari ke-7 Tujuan : untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil ANOVA jumlah limfosit hari ke-7 : ANOVA Sum of Squares limposit7 Between Groups Within Groups Total Keputusan df Mean Square 1.882E7 3 6271856.933 9271662.000 16 579478.875 2.809E7 19 F 10.823 Sig. .000 : Nilai probabilitasnya < dari 0,05 maka H0 ditolak, artinya dosis pemberian ekstrak polisakarida memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 85 Lampiran 33. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) jumlah limfosit hari ke-7. Tujuan : Untuk melihat dosis terbaik dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) pada hari ke-7. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 kelompok dosis tidak signifikan Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 kelompok dosis ssignifikan Hasil uji turkey HSD total leukosit hari ke - 7 : Depend (I) ent (J) kelomp kelomp 95% Confidence Interval Mean Variable ok ok limposit 1 2 -1413.40000* 4.81447E2 .043 -2790.8304 -35.9696 3 -1438.00000* 4.81447E2 .039 -2815.4304 -60.5696 4 -2742.20000* 4.81447E2 .000 -4119.6304 -1364.7696 1 1413.40000* 4.81447E2 .043 35.9696 2790.8304 -24.60000 4.81447E2 1.000 -1402.0304 1352.8304 7 2 3 3 Sig. Lower Bound Upper Bound 4 -1328.80000 4.81447E2 .061 -2706.2304 48.6304 1 1438.00000* 4.81447E2 .039 60.5696 2815.4304 24.60000 4.81447E2 1.000 -1352.8304 1402.0304 2 4 Difference (I-J) Std. Error 4 -1304.20000 4.81447E2 .067 -2681.6304 73.2304 1 2742.20000* 4.81447E2 .000 1364.7696 4119.6304 2 1328.80000 4.81447E2 .061 -48.6304 2706.2304 3 1304.20000 4.81447E2 .067 -73.2304 2681.6304 Ket : Tanda bintang (*) atau Nilai sig. Lebih kecil dari 0,05 berarti perbedaan signifikan. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 86 Lampiran 34. Hasil uji homogenitas data limfosit hari ke-14 Tujuan : untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C pada hari ke-14. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama. H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil uji homogenitas data jumlah limfosit hari ke-14 : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic limfosit14 .140 df1 df2 3 Sig. 16 .935 Kesimpulan : Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.935 > 0.05, sehingga H0 diterima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 87 Lampiran 35. Hasil uji Anova jumlah limfosit hari ke-14 Tujuan : untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil ANOVA jumlah limfosit hari ke-14 : Mean Sum of Squares df Square F Sig. 2.290E7 3 7633318.983 7.278 .003 Within Groups 1.678E7 16 1048796.500 Total 3.968E7 19 limfosit14 Between Groups Keputusan : Nilai probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak, artinya dosis pemberian ekstrak polisakarida memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 88 Lampiran 36. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) jumlah limfosit hari ke-14. Tujuan : Untuk melihat dosis terbaik dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) pada hari ke-14. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 kelompok dosis tidak signifikan Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 kelompok dosis ssignifikan Hasil uji turkey HSD total leukosit hari ke - 14 : (I) (J) 95% Confidence Interval Dependent kelomp kelomp Mean Difference Variable ok ok limfosit14 1 2 -1540.00000 6.47703E2 .122 -3393.0899 313.0899 3 -1601.40000 6.47703E2 .103 -3454.4899 251.6899 4 -3024.80000* 6.47703E2 .001 -4877.8899 -1171.7101 1 1540.00000 6.47703E2 .122 -313.0899 3393.0899 3 -61.40000 6.47703E2 1.000 -1914.4899 1791.6899 4 -1484.80000 6.47703E2 .141 -3337.8899 368.2899 1 1601.40000 6.47703E2 .103 -251.6899 3454.4899 2 61.40000 6.47703E2 1.000 -1791.6899 1914.4899 4 -1423.40000 6.47703E2 .166 -3276.4899 429.6899 1 3024.80000* 6.47703E2 .001 1171.7101 4877.8899 2 1484.80000 6.47703E2 .141 -368.2899 3337.8899 3 1423.40000 6.47703E2 .166 -429.6899 3276.4899 2 3 4 (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound Keterangan : Tanda bintang (*) atau Nilai sig. Lebih kecil dari 0,05 berarti perbedaan signifikan. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 89 Lampiran 37. Hasil uji homogenitas jumlah limfosit hari ke-21 Tujuan : Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C pada hari ke-21. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama. H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil uji homogenitas data jumlah limfosit hari ke - 21 : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic limfosit21 3.545 df1 df2 3 Sig. 16 .039 Kesimpulan : Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.039 < 0.05, sehingga H0 ditolak Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian yang berbeda, Sehingga tidak dapat dilakukan uji ANOVA. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 90 Lampiran 38. Hasil uji kruskal wallis jumlah limfosit hari ke-21. Tujuan : Untuk Mengetahui Ada Atau Tidaknya Pengaruh pemberian ekstrak Terhadap jumlah limfosit Kelompok Mencit Balb/C Hari Ke-21. Hipotesis : Ho = data total leukosit hari ke-21 tidak berbeda secara bermakna H1 = data total leukosit hari ke-21 berbeda secara bermakna Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil Uji non parametrik kruskal wallis jumlah limfosit Hari ke-21: Test Statisticsa,b limfosit21 Chi-Square Df Asymp. Sig. 7.297 3 .063 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: kelompok Kesimpulan : Nilai probabilitas nya > 0,05, artinya tidak ada pengaruh yang bermakna pemberian ekstrak polisakarida terhadap jumlah jumlah limfosit hari ke-21. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 91 Lampiran 39. uji homogenitas data rata-rata limfosit perminggu. Tujuan : untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama. H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil uji homogenitas data jumlah limfosit rata-rata perminggu. Test of Homogeneity of Variances jml_limposit Levene Statistic 1.095 df1 df2 3 Sig. 8 .405 Kesimpulan : Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.405 >0.05, sehingga H0 diterima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 92 Lampiran 40. uji ANOVA data rata-rata perminggu limfosit. Tujuan : untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil ANOVA jumlah limfosit perbandingan perminggu. jml_limposit Sum of Squares Between Groups Within Groups Total df Mean Square 1.888E7 3 6292765.444 6758901.333 8 844862.667 2.564E7 11 F 7.448 Sig. .011 Kesimpulan : Nilai probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak, artinya dosis pemberian ekstrak polisakarida memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 93 Lampiran 41. Uji Turkey HSD rata-rata perminggu limfosit. Tujuan : Untuk melihat dosis terbaik dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ). Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 kelompok dosis tidak signifikan Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 kelompok dosis ssignifikan Hasil uji turkey HSD total limfosit rata-rata perminggu : (I) (J) 95% Confidence Interval kelomp kelomp Mean Difference ok ok 1 2 -1889.00000 7.50494E2 .131 -4292.3471 514.3471 3 -1985.33333 7.50494E2 .110 -4388.6804 418.0138 4 -3538.33333* 7.50494E2 .007 -5941.6804 -1134.9862 1 1889.00000 7.50494E2 .131 -514.3471 4292.3471 3 -96.33333 7.50494E2 .999 -2499.6804 2307.0138 4 -1649.33333 7.50494E2 .203 -4052.6804 754.0138 1 1985.33333 7.50494E2 .110 -418.0138 4388.6804 2 96.33333 7.50494E2 .999 -2307.0138 2499.6804 4 -1553.00000 7.50494E2 .241 -3956.3471 850.3471 1 3538.33333* 7.50494E2 .007 1134.9862 5941.6804 2 1649.33333 7.50494E2 .203 -754.0138 4052.6804 3 1553.00000 7.50494E2 .241 -850.3471 3956.3471 2 3 4 (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound *. The mean difference is significant at the 0.05 level. Ket : Tanda bintang (*) atau Nilai sig. Lebih kecil dari 0,05 berarti perbedaan signifikan. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 94 Lampiran 42. uji homogenitas data monosit hari ke-7 Tujuan : Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama. H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil uji homogenitas data jumlah monosit hari ke-7 : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic monosit7 1.924 df1 df2 3 Sig. 16 .166 Kesimpulan : Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.166 > 0.05, sehingga H0 ditrima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 95 Lampiran 43. Uji ANOVA Monosit hari ke-7 Tujuan : untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil ANOVA jumlah monosit hari ke-7 : ANOVA Sum of Squares monosit7 Between Groups df Mean Square 215507.400 3 71835.800 Within Groups 1049415.600 16 65588.475 Total 1264923.000 19 F 1.095 Kesimpulan : Nilai probabilitasnya > 0,05 maka H0 ditrima, artinya dosis pemberian ekstrak polisakarida tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah monosit mencit Balb/C hari ke-7. UIN Syarif hidayatullah Jakarta Sig. .380 96 Lampiran 44. Uji kruskal walis monosit hari ke-7 Tujuan : Untuk Mengetahui Ada Atau Tidaknya Pengaruh pemberian ekstrak Terhadap jumlah monosit Kelompok Mencit Balb/C. Hipotesis : Ho = data monosit hari ke-7 tidak berbeda secara bermakna H1 = data total monosit hari ke-7 berbeda secara bermakna Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil Uji non parametrik kruskal wallis jumlah monosit hari ke-7: monosit7 Chi-Square df Asymp. Sig. 2.086 3 .555 Kesimpulan : Nilai probabilitas nya > 0,05, artinya tidak ada pengaruh yang bermakna pemberian ekstrak polisakarida terhadap jumlah monosit. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 97 Lampiran 45. Uji Homogenitas Hari Ke-14 Tujuan : Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama. H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil uji homogenitas data jumlah monosit hari ke - 14 : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic monosit14 2.814 df1 df2 3 Sig. 15 .075 Kesimpulan : Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.075 > 0.05, sehingga H0 ditrima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 98 Lampiran 46. Uji ANOVA monosit hari ke-14 Tujuan : untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil ANOVA jumlah monosit hari ke-14 : ANOVA Sum of Squares monosit14 Df Mean Square Between Groups 1558434.155 3 519478.052 Within Groups 6884811.950 15 458987.463 Total 8443246.105 18 F 1.132 Kesimpulan : Nilai probabilitasnya > 0,05 maka H0 ditrima, artinya dosis pemberian ekstrak polisakarida tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah monosit mencit Balb/C hari ke-14. UIN Syarif hidayatullah Jakarta Sig. .368 99 Lampiran 47. Uji kruskal walis monosit ke-14 Tujuan : Untuk Mengetahui Ada Atau Tidaknya Pengaruh pemberian ekstrak Terhadap jumlah monosit Kelompok Mencit Balb/C. Hipotesis : Ho = data monosit hari ke-14 tidak berbeda secara bermakna H1 = data total monosit hari ke-14 berbeda secara bermakna Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil Uji non parametrik kruskal wallis jumlah monosit hari ke-14: monosit14 Chi-Square df Asymp. Sig. 5.688 3 .128 Kesimpulan : Nilai probabilitas nya > 0,05, artinya tidak ada pengaruh yang bermakna pemberian ekstrak polisakarida terhadap jumlah monosit. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 100 Lampiran 48. Uji homogenitas data monosit hari ke-21 Tujuan : Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama. H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil uji homogenitas data jumlah monosit hari ke - 21 : Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic monosit21 1.538 df1 df2 3 Sig. 16 .243 Kesimpulan : Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.243 > 0.05, sehingga H0 ditrima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 101 Lampiran 49. Uji ANOVA monosit hari ke-21 Tujuan : Untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil ANOVA jumlah monosit hari ke-21: ANOVA Sum of Squares monosit21 Between Groups Df Mean Square 5479.000 3 1826.333 Within Groups 164816.000 16 10301.000 Total 170295.000 19 F Sig. .177 Kesimpulan : Nilai probabilitasnya > 0,05 maka H0 ditrima, artinya dosis pemberian ekstrak polisakarida tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah monosit mencit Balb/C hari ke-14. UIN Syarif hidayatullah Jakarta .910 102 Lampiran 50. Uji kruskal walis monosit hari ke-21 Tujuan : Untuk Mengetahui Ada Atau Tidaknya Pengaruh pemberian ekstrak Terhadap jumlah Kelompok monosit Mencit Balb/C. Hipotesis : Ho = data monosit hari ke-21 tidak berbeda secara bermakna H1 = data total monosit hari ke-21 berbeda secara bermakna Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil Uji non parametrik kruskal wallis jumlah monosit hari ke-21: monosit21 Chi-Square df Asymp. Sig. .856 3 .836 Kesimpulan : Nilai probabilitas nya > 0,05, artinya tidak ada pengaruh yang bermakna pemberian ekstrak polisakarida terhadap jumlah monosit. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 103 Lampiran 51. Uji homogenitas interleukin 1β Tujuan : Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda terhadap jumlah interleukin 1β mencit Balb/C. Hipotesis : Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama. H1 = keempat kelompok uaji mempunyai varian yang berbeda. Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil uji homogenitas data jumlah Interleukin 1β : Test of Homogeneity of Variances Interlekuin Levene Statistic 14.838 df1 df2 4 Sig. 15 .000 Kesimpulan : Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.000 < 0.05, sehingga H0 ditolak. Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian yang berbeda, sehingga tidak dapat dilakukan uji ANOVA. UIN Syarif hidayatullah Jakarta 104 Lampiran 52. Uji kruskal wallis interleukin 1β Tujuan : Untuk Mengetahui Ada Atau Tidaknya Pengaruh ekstrak Terhadap jumlah interleukin 1β pemberian Kelompok Mencit Balb/C. Hipotesis : Ho = data interleukin 1β tidak berbeda secara bermakna H1 = data total interleukin 1β berbeda secara bermakna Dasar penambilan keputusan : Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak Hasil Uji non parametrik kruskal wallis jumlah interleukin 1β: Test Statisticsa,b interlekuin Chi-Square df Asymp. Sig. 3.515 3 .319 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: kelompok Kesimpulan : Nilai probabilitas nya > 0,05, artinya tidak ada pengaruh yang bermakna pemberian ekstrak polisakarida terhadap jumlah Interleukin 1β mencit Balb/C. UIN Syarif hidayatullah Jakarta