Teguh Priyanto-fkik - Institutional Repository UIN Syarif

advertisement
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI IMUNOMODULATOR POLISAKARIDA HASIL
EKSTRAKSI DARI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.)
TERHADAP TOTAL LEUKOSIT, JUMLAH LIMFOSIT
DAN MONOSIT, SERTA INTERLEUKIN-1β PADA
MENCIT BALB/C
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syarat gelar sarjana farmasi (S.Far)
TEGUH PRIYANTO
NIM : 108102000074
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI IMUNOMODULATOR POLISAKARIDA HASIL
EKSTRAKSI DARI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.)
TERHADAP TOTAL LEUKOSIT, JUMLAH LIMFOSIT
DAN MONOSIT, SERTA INTERLEUKIN-1β PADA
MENCIT BALB/C
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syarat gelar sarjana farmasi (S.Far)
TEGUH PRIYANTO
NIM : 108102000074
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Judul : Uji imunomodulator polisakarida hasil ekstraksi dari jinten hitam
(nigella sativa L.) terhadap total leukosit, jumlah limfosit dan monosit
, serta interleukin-1β pada mencit BALB/C
Nigella sativa L merupakan tanaman yang banyak mengandung zat-zat yang sangat
ampuh dalam mengobati penyakit. Bahkan tanaman ini direkomendasikan oleh
Rasulullah SAW penggunaanya terutama dalam hal medisinal. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji efek imunomodulator polisakarida hasil ekstraksi Nigella
sativa L. melalui pengukuran total leukosit, jumlah limfosit dan monosit, serta
kadar Interlekuin 1β pada mencit Balb/c. Sebanyak 20 mencit yang diuji dibagi
menjadi 4 kelompok: kontrol, dosis rendah (1,25 mg/BB mencit ), dosis sedang (2,5
mg/BB mencit), dan dosis tinggi ( 5 mg/BB mencit). Polisakarida diberikan secara
oral selama 14 hari dan sampel darah diambil pada hari ke-7, ke-14 dan ke-21.
Hasil rata-rata analisis statistik ANOVA menunjukan bahwa pemberian ekstrak
polisakarida pada ketiga dosis mampu meningkatkan total leukosit dan jumlah
limfosit secara signifikan dibandingkan kontrol, namun tidak mampu
mempengaruhi jumlah monosit. Dosis tinggi 5 mg / BB mencit memiliki aktifitas
imunomodulator terbaik. Sedangkan pada uji interlekuin 1β, mencit diberikan
polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. secara oral selama 5 hari. Pada hari
kelima, dua jam setelah pemberian hasil ekstraksi Nigella sativa L. disuntikan
secara i.p LPS 20 ug / BB mencit lalu diambil sampel darahnya setelah 6 jam. Hasil
uji statistik kruskal Wallis menunjukan bahwa pemberian polisakarida Nigella
sativa L. tidak mempengaruhi kadar interleukin -1β secara signifikan (p >0.05)
Kata kunci : Nigella sativa L., polisakarida, imunomodulator, mencit Balb/C.
v
ABSTRACT
Title : The immunomodulator assay of polysaccharide, the result extraction of
black seed (Nigella sativa L.) toward the total number of leukocytes,
lymphocytes and monocytes, and interleukin 1β on mice BalB/C
Nigella sativa L. is a plant that contains many substances that very effective to treat
the disease. Moreover this plant was recommended by Rasulullah SAW to use
especially in medicinal treatment. This research is aim to test the effect of
immunomodulator polysaccharide, the result extraction of black seed (Nigella
sativa L.) through measuring the total number of leukocytes, lymphocytes and
monocytes, and the level of interleukin 1β on mice BALB/C. as many as 20 mice
that have to test were divided into 4 groups : control, low doses (1,25 mg/BW mice),
medium doses (2,5 mg/BW mice), and high doses (5 mg/BW mice). Polysaccharide
extract was given orally during 14 days and the blood sample was taken in day 7th,
14th, and 21th. The average result of statistical analysis ANOVA indicate that the
giving of polysaccharide extract on high doses can increase the total number of
leukocytes and lymphocytes significantly (P>0,05) if compared with control group,
however it can not give effect to total number of monocytes. The high doses (5
mg/BW mice) have the best immunomodulator activity. While for The test of
interleukin-1β, mice was given polysaccharide the result extraction Nigella sativa
L. orally during 5 days. In day 5th, two hours after giving the result extraction
Nigella sativa L. that have been injection by i.p LPS 20 µg/BW mice then the blood
sample was taken after 6 hours. The result of statistical Kruskal Wallis showed that
the treatment of polysaccharides Nigella sativa L. not affect levels of interleukin
1β significantly. (P>0,05).
Keyword : Nigella sativa L., Polysaccharide extract, Immunomodulator, Balb/C
mice.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, yang telah memberikan
pertolongan dan kasih sayang-Nya sehingga kami penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Makalah skripsi yang berjudul “Uji Imunomodulator
Polisakarida hasil ekstraksi Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Terhadap Total
Leukosit, Jumlah Limfosit, Jumlah Monosit, Dan Jumlah Interleukin-1β Pada
Mencit Balb/C” dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Skripsi, salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada penulisan ini, penulis juga ingin mengucapkan penghargaan dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
(1) Farida Sulistiawati M.Si,Apt selaku dosen pembimbing pertama yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam menuntun penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
(2) Drs. Umar Mansur M.Sc selaku dosen pembimbing kedua sekaligus Kepala
Program Studi Farmasi UIN Syarif hidayatullah Jakarta
(3) Zilhadia M.Si, Apt selaku dosen pembimbing akademik selama pendidikan.
(4) Para dosen Farmasi UIN yang telah memberikan ilmu, pengalaman dan
wawasannya.
(5) Kementrian Agama dan pemerintah kabupaten Musi banyuasin yang telah
memberikan dukungan moril dan materil selama pendidikan. Ucapan beribu
terimakasih, semoga ilmu yang saya terima dapat bermanfaat.
(6) Orangtua, kakak, adik dan keluarga besar yang selalu memberi dukungan,
semangat dan doa, Love you all.
(7) Rekan penelitian Zikriah, Sinti ayesa, Nia yuliani dewi, dan Azhari zikro yang
telah bersama dalam suka dan duka. Sahabat-sahabat Sukron, Farhan, Lukman
dll, yang telah memberikan dukungan dan keceriaan sehingga saya
bersemangat dan bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
(8) Teman-teman seangkatan Farmasi 2008 yang telah menempuh pendidikan
bersama selama empat tahun, Semoga semangat dan kesuksesan bersama-sama
dengan kita semua.
vii
(9) Semua pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran pembuatan skripsi, Saya ucapkan terimakasih.
Saya menyadari bahwa dalam makalah skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini dan melaksanakan perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi
dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Ciputat, 3 April 2015
TEGUH PRIYANTO
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
HALAMAN PERNTAAN ORISINALITAS .............................................
HALAMAN PERSETUJUAN PPEMBIMBING ......................................
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................
ABSTRAK
................................................................................x
ABSTRACT
.............................................................................. xi
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI
.............................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................v
DAFTAR TABEL
.............................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................4
2.1 DESKRIPSI TANAMAN JINTAN HITAM (Nigella sativa L.).....4
2.1.1 Klasifikasi Tanaman .............................................................4
2.1.2 Nama Daerah .......................................................................4
2.1.3 Ciri-ciri tanaman ..................................................................4
2.1.4 Kandungan tanaman ............................................................5
2.1.5 Khasiat dan Kegunaan .........................................................7
2.2 EKSTRAK
................................................................................7
2.3 METODE EKSTRAKSI .................................................................8
2.3.1 Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut..............................8
2.3.2 Metode Ekstraksi Lainnya ..................................................9
2.4 IMUNOMODULATOR.................................................................10
2.5 LEUKOSIT ...................................................................................11
2.5.1 Limfosit ...........................................................................13
2.5.2 Monosit ...........................................................................13
2.5.3 Neutrofil ..........................................................................14
2.6 Interleukin 1β .................................................................................15
2.7 ELISA
.....................................................................................16
2.8 HEWAN UJI (MENCIT/ Mus Muskulus) .....................................17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................19
3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN.....................................19
3.2 BAHAN DAN ALAT ..................................................................19
3.2.1 Bahan ...................................................................................19
a. bahan uji ..............................................................................19
b. bahan kimia ........................................................................19
ix
c. hewan uji ............................................................................19
3.2.2 Alat .....................................................................................19
3.3 PROSEDUR PENELITIAN ........................................................20
3.3.1 Optimasi Ekstraksi Polisakarida Nigella sativa L................20
a. Metode Ekstraksi Pertama (Hailat, et al. 1998 ) ..........20
b. Metode Ekstraksi Kedua (Toneli, et al. 2008 )
3.3.2 Preparasi sampel ................................................................20
1. Pembuatan Larutan Na-CMC 5 % ...............................20
2. Penentuan Dosis (hussein el-taher, et al. 2006) ...........20
3.3.3 Perlakuan Hewan Uji .........................................................21
a. Perlakuan Untuk Uji Total Leukosit, persentase Limfosit
Dan Persentase Monosit ..................................................21
b. Perlakuan Untuk Uji Interlekuin 1 β.................................22
c. Pengambilan Darah (permatasari, 2012) ..........................23
3.3.4 Metode Uji ..........................................................................23
a. Uji Total Leukosit, persentase limfosit, dan persentase
Monosit ..........................................................................23
b. uji kadar Uji Interlekuin 1 β..............................................25
3.4 ANALISA DATA .........................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................26
4.1 HASIL OPTIMASI EKSTRAKSI ................................................26
4.2 TOTAL LEUKOSIT .....................................................................29
4.3 JUMLAH LIMFOSIT ...................................................................33
4.4 JUMLAH MONOSIT ...................................................................37
4.5 KADAR INTERLEUKIN 1β ........................................................40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................42
5.1 KESIMPULAN ..............................................................................42
5.2 SARAN
..............................................................................42
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................43
LAMPIRAN
..............................................................................47
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1 Bentuk batang dan bunga Nigella sativa L .............................. 5
Gambar 2.2 Komponen terbesar Nigella sativa L. (Paarrakh M, 2010) ........ 7
Gambar 2.3 Beberapa jenis penampakan mikroskop dari leukosit
(Anonim, 2013) ......................................................................... 11
Gambar 2.4 Bagan Pembentukan Sel Darah Dari Stema Sel (Theml, et al, 2004).
................................................................................................... 12
Gambar 2.5 Limfosit (Theml, H et all, 2004) ............................................. 13
Gambar 2.6 Monosit (Theml, H et all, 2004) ............................................. 14
Gambar 2.7 Monosit (Theml, H et all, 2004) ............................................. 15
Gambar 2.8 Skema Ilustrasi Uji ELISA (Sino biological.inc, 2015)........... 16
Gambar 2.9 Mencit Balb/C (Sino biological.inc, 2015) .............................. 17
Gambar 3.1 Kamar hitung neubauer (Eki Putra, 2008) ............................... 24
Gambar 3.2 Alur pengamatan microskop pada gelas objek ........................ 24
Gambar 4.1 Hasil Ekstraksi Polisakarida Nigella sativa L metode pertama ...
................................................................................................ 24
Gambar 4.2 Hasil uji Barfoed polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L ..
........................................................................................................ 27
Gambar 4.3 Hasil uji benedict polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L
(terbentuk warna merah bata pada tabung tengah).................... 27
Gambar 4.4 Hasil ekstraksi polisakarida metode kedua ............................. 28
Gambar 4.5 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-7............................. 30
Gambar 4.6 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-14........................... 31
Gambar 4.7 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-21 .......................... 32
Gambar 4.8 Grafik peningkatan jumlah hari ke-7 ...................................... 34
Gambar 4.9 Grafik peningkatan jumlah limfosit hari ke-14 ...................... 34
Gambar 4.10 Grafik peningkatan jumlah limfosit hari ke-21 .................... 35
Gambar 4.11 Grafik peningkatan jumlah monosit hari ke-7...................... 38
Gambar 4.12 Grafik peningkatan jumlah monosit hari ke-14.................... 38
Gambar 4.13 Grafik Peningkatan Monosit hari ke-21 ................................. 39
Gambar 4.14 Grafik hasil uji interleukin 1β ................................................ 41
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Konstituen Umum Nigella sativa L. (Hussein El- taher, et al 2006)
.......................................................................................................... 6
Tabel 2.2 Konstituen Minyak Nigella sativa (Hussein El- taher, et al 2006)
................................................................................................................... 6
Tabel 3.1. Perlakuan kelompok uji total leukosit, limfosit, dan monosit
................................................................................................................. 21
Tabel 3.2 Perlakuan Kelompok Uji Interlekuin 1β ..................................... 22
Tabel 4.1 Hasil perhitungan total leukosit ................................................... 29
Tabel 4.2 Rataan Jumlah Limfosit. .............................................................. 33
Tabel 4.3 Rataan Jumlah Monosit................................................................ 37
Tabel 4.4 Rata-rata Jumlah Nilai Il-1β........................................................ 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kerangka Konsep Penelitian ...........................................................47
Lampiran 2. Bagan ekstraksi pertama ....................................................................... 48
Lampiran 3. Bagan ekstraksi kedua .....................................................................49
Lampiran 4. Surat keterangan mencit ...................................................................50
Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Abu Dan Kadar Air. ...............................................51
Lampiran 6. Kegiatan Pengukuran Kadar Abu Dan Kadar Air ............................52
Lampiran 7. Hasil Uji Karbohidran Total ekstraksi pertama ..............................53
Lampiran 8: Hasil Uji Karbohidran Total ekstraksi kedua ..................................54
Lampiran 9. Penentuan Besar Dosis .....................................................................55
Lampiran 10. Pembuatan Larutan Induk................................................................56
Lampiran 11. Kegitan penelitian : Pengambilan Darah .........................................57
Lampiran 12. Kegitan penelitian : Pembuatan sediaan apus..................................60
Lampiran 13. Kegitan penelitian : Penghitungan Leukosit....................................62
Lampiran 14. Metode Uji ELISA .............................................................................63
Lampiran 15. Hasil Pengamatan Mikroskop................................................................... 65
Lampiran 16. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit Dan
Limfosit hari ke -7................................................................................... 68
Lampiran 17. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit Dan
Limfosit hari ke-14 .........................................................................69
Lampiran 18. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit Dan
Limfosit hari ke-21 .........................................................................70
Lampiran 19. Hasil uji interleukin 1-beta .............................................................71
Lampiran 20. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit hari ke-7......................72
Lampiran 21. Hasil Uji ANOVA Total Leukosit hari ke-7 ..................................73
Lampiran 22. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) total leukosit
hari ke-7..........................................................................................74
Lampiran 23. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit hari ke-14....................75
Lampiran 24. Hasil Uji ANOVA Total Leukosit hari ke-14 .................................76
Lampiran 25. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) total leukosit
hari ke-14........................................................................................77
Lampiran 26. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit pada hari ke-21. .........78
Lampiran 27. Hasil Uji non parametrik kruskal wallis Total Leukosit Hari ke21 ....................................................................................................79
Lampiran 28. Uji homogenitas perbandingan uji total leukosit perminggu...........80
Lampiran 29. Uji ANOVA total leukosit per minggu...........................................81
Lampiran 30. Uji Turkey HSD total leukosit perbandingan antar kelompok
perminggu ......................................................................................82
Lampiran 31. Hasil uji homogenitas data jumlah limfosit hari ke-7......................83
Lampiran 32. Hasil Uji ANOVA jumlah limfosit hari ke-7 ..................................84
Lampiran 33. Hasil uji turkey HSD jumlah limfosit hari ke-7 ..............................85
Lampiran 34. Hasil uji homogenitas data limfosit hari ke-14................................86
Lampiran 35. Hasil uji Anova jumlah limfosit hari ke-14 ....................................87
Lampiran 36. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) jumlah
limfosit hari ke-14 .........................................................................88
Lampiran 37. Hasil uji homogenitas jumlah limfosit hari ke-21. ..........................89
xiii
Lampiran 38. Hasil uji kruskal wallis jumlah limfosit hari ke-21 .........................90
Lampiran 39. Uji homogenitas data rata-rata limfosit perminggu.........................91
Lampiran 40. Uji ANOVA data rata-rata perminggu limfosit...............................92
Lampiran 41. Uji Turkey HSD rata-rata perminggu limfosit. ..............................93
Lampiran 42. Uji homogenitas data monosit hari ke-7..........................................94
Lampiran 43. Uji ANOVA Monosit hari ke-7 .......................................................95
Lampiran 44. Uji kruskal walis monosit hari ke-7 ................................................96
Lampiran 45. Uji Homogenitas Hari Ke-14 .........................................................97
Lampiran 46. Uji ANOVA monosit hari ke-14 .....................................................98
Lampiran 47. Uji kruskal walis monosit ke-14......................................................99
Lampiran 48. Uji homogenitas data monosit hari ke-21......................................100
Lampiran 49. Uji ANOVA monosit hari ke-21 ..................................................101
Lampiran 50. Uji kruskal walis monosit hari ke-21.............................................102
Lampiran 51. Uji homogenitas interleukin 1β .....................................................103
Lampiran 52. Uji kruskal wallis interleukin 1β ...................................................104
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Tubuh manusia memiliki suatu sistem keamanan yang melindungi
tubuh dari bahaya lingkungan luar tubuh. Lingkuangan di sekitar manusia
banyak mengandung berbagai jenis patogen, seperti : jamur, bakteri, virus,
protozoa, dan, parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Infeksi yang terjadi pada manusia pada umumnya terjadi dalam waktu yang
singkat dan jarang menimbulkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan
karena adanya sistem imun yang melindungi tubuh dari unsur-unsur patogen
tersebut.
Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan
memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan
yang
fungsinya
berlebihan
(Handayani,
2010).
Penggunaan
imunomodulator sering digunakan saat tubuh terserang suatu infeksi.
Senyawa ini diharapkan dapat membantu sistem imun tubuh dalam
mengatasi patogen yang masuk kedalam tubuh manusia.
Nigella sativa L. yang telah dikenal dengan nama jinten hitam
termasuk dalam family Ranunculaceae, telah banyak digunakan di berbagai
negara sebagai imunomodulator, termasuk negara-negara barat maupun
negara-negara timur (Haq A. et al, 1995). Berdasarkan sejarah, penelitian
mendalam mengenai jinten hitam (Nigella sativa L.) pertama kali
dikemukakan oleh Grenish melalui publikasi jurnalnya pada tahun 1880.
Dalam Nigella sativa L. terkandung 37 % minyak dan 4,1 % abu (garam
kalsium) (Hussein, et al., 2006).
Penggunaan jinten hitam (Nigella sativa L.) sebagai bahan obat
memang sudah tidak diragukan lagi, bahkan dalam suatu hadits Nabi
Muhammad SAW disebutkan bahwa jinten hitam (Nigella sativa L.) dapat
mengobati berbagai macam penyakit, kecuali kematian. Disebutkan di
dalam kitab Ath-thibun Nabawi, karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dari
riwayat Ibnu Umar, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda :
1
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
2
، ‫َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ ﺑِﮭ ِﺬ ِه ا ْﻟ َﺤﺒﱠﺔَ اﻟﺴﱠﻮْ دَاء ﻓَﺈ ِنﱠ ﻓِ ْﯿﮭَﺎ ِﺷﻔَﺎ ُء ﻣِﻦْ ُﻛ ﱢﻞ دَا ِء إِﻻﱠ اﻟﺴﱠﺎ َم‬
. ُ‫اْﻟﻤَﻮْ ت‬
“Hendaklah
kalian
mengkonsumsi
jinten
‫وَاﻟﺴﱠﺎ ُم ھُ َﻮ‬
hitam,
karena
sesungguhnya terkandung obat penyembuh dari segala macam penyakit,
kecuali kematian” (HR. Ibnu Majah dan Nasa’i) (Ibn Qayyim Al-Jauziyah.
2003).
Jinten hitam (Nigella sativa L.) dapat meningkatkan jumlah, mutu,
kualitas dan aktivitas sel yang berfungsi sebagai imun tubuh. Sebagai
contoh pada pengujian tiga macam frase jinten hitam (Nigella sativa L.)
(ekstrak etanol, polisakarida, dan, volatil oil) terhadap respon antibodi tikus
yang telah divaksinasi dengan vaksin Brucella menunjukkan hasil yang
signifikan sebagai bahan tambahan vaksin Brucella Melitensis. Dari
percobaan tersebut ketiga fraksi
memiliki peran yang signifikan
meningkakan titer antibodi, meskipun sebagai bahan tambahan dalam
vaksin. Hasil dari penelitian tiga frase diperoleh polisakarida sebagai fraksi
hasil ekstraksi yang paling paling efektif (Hailat, et al 1998).
Penelitian Nabil Hailat pada tahun 1998 menunjukkan
bahwa
polisakarida jinten hitam (Nigella sativa L.) sebagai adjuvan memiliki
kemampuan yang lebih signifikan dibanding ekstrak lain. Sejauh ini
penelitian imunomodulator frase
polisakarida tunggal belum pernah
dilakukan.
Polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa L.)
diharapkan dapat berkhasiat sebagai imunomodulator yang
dapat
meningkatan sistem respon imun secara humoral maupun selular dan
menurunkan reaksi sistem imun yang berlebih sehingga sistem imun tubuh
berada dalam kondisis seimbang.
Peningkatan jumlah leukosit total
menunjukkan respon imun secara humoral dan selular dalam mengatasi
adanya zat asing (Erlinger, 2004). Pada penelitian Camalia G Michael dkk
tahun 2010 juga menyebutkan bahwa jinten hitam (Nigella sativa L.) juga
dapat menurunkan kadar interleukin-1β yang diinduksi CCl4. Senyawa ini
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
3
merupakan salah satu turunan sitokin yang berfungsi sebagai mediator
inflamasi.
Pada penelitian ini kami akan mencoba mengetahui efektifitas
imunomodulator polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa
L.) terhadap mencit Balb/C melalui penghitungan total leukosit, jumlah
limfosit dan monosit serta pengukuran kadar IL-1β.
1.2
PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa L.)
mempengaruhi total leukosit, jumlah limfosit, jumlah monosit dan IL1β?
2. Dosis polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella sativa L.)
manakah yang akan memberikan efek imunomodulator yang lebih baik?
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kemampuan polisakarida hasil ekstraksi
jinten hitam
(Nigella sativa L.) sebagai imunomodulator.
2. Mengetahui dosis polisakarida hasil ekstraksi jinten hitam (Nigella
sativa L.) yang memiliki efek imunomodulator terbaik.
1.4
MANFAAT PENELITIAN
Mengetahui gambaran umum tentang manfaat jinten hitam (Nigella sativa
L.) terhadap respon imun melalui total leukosit, jumlah limfosit dan
monosit, serta kadar IL-1β.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DESKRIPSI TANAMAN JINTEN HITAM (Nigella sativa L.)
2.1.1. Klasifikasi Tanaman
Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman jinten hitam
adalah sebagai berikut (Junaidi, et al 2011):
Kingdom
: Plantae
Sub Kingdom
: Traceabionta
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Magnoliopsida dicotyledon
Subkelas
: Magnolidae
Ordo
: Ranunculales
Famili
: Ranunculaceae
Genus
: Nigella L.
Spesies
: Nigella sativa L.
2.1.2. Nama Daerah
Jinten hitam
dikenal dengan banyak nama, beberapa negara
mengenalnya dengan sebutan Black cummin atau Black caraway seed. Nabi
Muhammad SAW menyebutnya dengan sebutan Habbat Al-Baroka,
sedangkan di Rusia dan Rumania dikenal dengan sebutan Charmuska. Di
India dan Pakistan jinten hitam dikenal dengan nama Kalonji (Goreja,
2003). Bahasa yang akan digunakan agar tidak membingungkan dalam
bahasan ini adalah Nigella sativa L.
2.1.3. Ciri-Ciri Tanaman
Nigella sativa L. merupakan tanaman terna setahun berbatang tegak.
Batang tanaman biasanya berusuk dan berbulu kasar, rapat atau jarangjarang dan disertai dengan bulu. Daun bulu berkelenjar. Bentuk daun lanset
terbentuk garis panjang 1,5 cm sampai 2 cm. Ujung lancip terdapat tulang
daun. Daun bagian bawah bertangkai dan bagian atas duduk.
4
Daun
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
5
pembalut bunga kecil. Kelopak bunga 5, bundar telur ujungnya agak
melancip sampai agak tumpul pangkal mengecil membentuk sudut yang
pendek dan besar. Mahkota bunga pada umumnya berjumlah 8, agak
memanjang lebih kecil dari kelopak bunga, berbulu jarang dan pendek;
berbibir dua, bibir bagian atas pendek, lanset, ujung memanjang berbentuk
benang. Ujung bibir bunga bagian bawah tumpul, benang sari banyak,
gundul; kepala sari jorong dan sedikit tajam, berwarna kuning. Buah bulat
telur atau agak bulat. Biji hitam, jorong bersudut tiga tak beraturan dan
sedikit berbentuk kerucut, panjang 3 mm berkelenjar (Junaidi, et al 2011).
Gambar 2. 1 Bentuk batang dan bunga Nigella sativa L.
2.1.4. Kandungan Tanaman
Nigella sativa L. mengandung banyak sekali zat-zat aktif
yang sangat berguna dalam
termasuk
golongan
kehidupan manusia. Zat-zat tersebut
antioksidan,
antihistamin dan zat-zat lainnya.
imunomodulator,
antikanker,
Berdasarkan penelitian Greenish
melalui publikasi jurnalnya pada tahun 1880, dalam Nigella sativa L.
terkandung 37 % minyak dan 4,1 % abu / garam kalsium. Komposisi
secara umum Nigella sativa L. adalah sebagai berikut:
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
6
Tabel 2.1 Konstituen Umum Nigella sativa L. (Hussein El- taher, et al
2006).
Konstituen
% Range (w/w)
Oil
31 – 35,5
Protein
16 - 19,5
Karbohidrat
33 – 34
Fibrate
4,5 – 6,5
Ash
3,7 – 7
Saponin
0,013
Moisture
5–7
Sedangkan komposisi minyak dari Nigella sativa L. termasuk
senyawa volatilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Konstituen Minyak Nigella sativa L. (Hussein El- taher, et al
2006).
Konstituen
% range (w/w)
Linoleic acid
44,7 – 56
Oleic acid
20,7 – 24,6
Linolenic acid
0,6 – 1,8
Arachidic acid
2–3
Palmitoleic acid
3
Eicosadic Acid
2 – 2,5
Palmitic acid
12 – 14,3
Stearic acid
2,7 – 3
Myristic acid
0,16
Sterol
0,5
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
7
Nigella sativa L. juga dilaporkan mengandung nigellone, Struktur
dari konstituen terbesar yang terisolasi seperti yang terlihat pada gambar
struktur di bawah ini :
Gambar 2.2 Komponen terbesar Nigella sativa L. (Paarrakh M,
2010).
2.1.5
Khasiat dan Kegunaan
Penelitian tentang manfaat Nigella sativa L. telah banyak dilakukan
dan banyak juga yang telah dipublikasikan. Dari sekian jurnal yang telah
dipublikasikan membuktikan efek positif yang menunjukkan betapa
besarnya potensi kegunaan dari Nigella sativa L.
Biji dari Nigella sativa L. yang telah dibuat bubuk yang diberikan
ke beberapa volunter pada dosis 1 g dua kali sehari selama 4 minggu
memberikan efek peningkatan rasio dari sel T helper ke sel T supressor
hingga 72 % dan meningkatkan fungsi dan jumlah dari Sel T Killer (Hussein
El- taher, et al 2006).
2.2.
EKSTRAK
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati dan simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang ditentukan, Sedangkan ekstraksi adalah kegiatan
penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
8
yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes RI, 2010). Senyawa aktif
yang terdapat dalam simplisia dapat di golongkan dalam golongan minyak
asiri, alkaloid, flavanoid, dan lain-lain.
2.3. METODE EKSTRAKSI
Ekstraksi memiliki banyak metode tergantung pada sifat-sifat ekstrak
yang akan diambil.
2.3.1 Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut
1. Maserasi
Maserasi adalah metode ekstraksi simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhause extraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan. Proses biasanya terdiri dari tahapan pengembangan
bahan tahap maserasi antara tahap perkolasi sebenarnya, terus menerus
hingga diperoleh ekstrak yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
3. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut dengan titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.
Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3 -5 kali sehingga dapat
termasuk proses ekstraksi sempurna.
4. Sokhlet
Sokhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstaksi
kontinu. Dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
9
5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi
dari temperatur ruangan yaitu biasanya dilakukan pada temperatur 40–
500C.
6. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur pemanas
air (bejana infus tercelup dalam bejana mendidih, temperatur terukur 9698o C) selama waktu tertentu. Selama waktu tertentu (15-20 menit).
7. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (> 30 menit) dan
temperatur sampai pada titik didih air.
2.3.2 Metode Ekstraksi Lainnya
Beberapa cara ekstraksi dengan menggunakan cara-cara yang telah
dibahas di atas, ada juga ekstraksi yang lain sebagai cara penarik zat aktif
dari simplisianya, cara-cara yang digunakan diantaranya adalah: destilasi
uap, ekstraksi energi listrik, ekstraksi ultrasonik,dan superkritikal
karbondioksida.
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak
asiri) dari bahan (segar atau simplisianya) dengan uap air berdasarkan
peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air
dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi
fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi
destilat air bersama kandungan senyawa yang memisah sempurna atau
memisah sebagian. Simplisia benar benar tidak larut dalam air namun benarbenar dilalui uap air sehingga senyawa kandungan ikut terdestilasi (Depkes
RI, 2000).
Ekstraksi energi menggunakan medan listrik, ultrasonik dan
superkritikal karbon dioksida memiliki tujuan untuk memberikan tekanan
dan peningkatan permeabilitas dinding sel dari simplisia sehingga sehingga
zat aktif dari simplisia dapat di ambil.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
10
2.4 IMUNOMODULATOR
Sistem imun dibagi atas dua jenis, yaitu sistem imun kongenital atau
non spesifik dan sistem imun didapat atau adaptif atau spesifik. Mekanisme
pertahanan tubuh oleh sistem imun kongenital bersifat spontan, tidak spesifik,
dan tidak berubah baik secara kualitas maupun kuantitas bahkan setelah
paparan berulang dengan patogen yang sama. Sedangkan sistem imun didapat
muncul setelah proses mengenal oleh limfosit (clonal selection), yang
tergantung pada paparan terhadap patogen sebelumnya. Adanya sistem imun
kongenital memungkinkan respons imun dini untuk melindungi tubuh selama
4-5 hari, yang merupakan waktu yang diperlukan untuk mengaktifkan limfosit
(Bratawidjaja, 2002).
Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan
memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang
fungsinya berlebihan. Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara,
yaitu melalui:

Imunorestorasi
Imunorestorasi adalah suatu cara mengembalikan fungsi sistim
imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistim imun,
seperti : imunoglobulin dalam bentuk immune serum globulin (ISG),
hyperimmune serum globulin (HSG), plasma, transplantasi sumsum tulang,
jaringan hati, timus, plasmaferesis, dan leukoferesis (Djajakusumah, 2010).

Imunostimulasi
Imunostimulasi adalah cara memperbaiki fungsi sistim imun dengan
menggunakan bahan yang merangsang sistim tersebut. Bahan yang
termasuk imunostimulator itu dapat dibagi sebagai berikut :
1. Biologik, seperti hormon timus, limfokin, interferon, antibodi
monoklonal, transfer factor/ekstrak leukosit, sel LAK, bahan biologik
asal bakteri dan asal jamur.
2. Sintetik seperti levamisol, isoprinosin, muramil dipeptid (MDP),
biological respons modifier (BRM), hidroksiklorokuin, arginin,
antioksidan dan bahan-bahan lain seperti bahan yang masih dalam
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
11
percobaan klinik antara lain azimekson, siamekson, bestati, tuftsin,
maleic anhydride,divynil ether copolymer, dan 6-phenyl-pyrimidinole
(Djajakusumah, 2010).

Imunosupresi
Merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun.
Kegunaannyadi klinik terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi
penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan
kerusakan atau gejala sistemik, seperti autoimun atau auto-inflamasi
(Bratawidjaja, 2002).
Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up
regulation, sedangkan imunosupresi disebut down regulation (Bratawidjaja,
2002).
2.5 LEUKOSIT.
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel
darah putih. Di dalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit ratarata 5000-9000 sel/mm3 (Efendi,Z 2003). Jika dilihat dalam mikroskop
cahaya maka akan terlihat inti dalam sitoplasmanya yang mempunyai bentuk
inti
bermacam-macam,
Ada kalanya
tidak mempunyai
granula,
sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal.
Gambar 2.3 Beberapa jenis penampakan mikroskop dari leukosit (Anonim,
2013)
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
12
Menurut dr Zurkesti Efendi, leukosit terbagi menjadi 2 jenis yaitu
granular (memiliki granula) dan agranular
(tidak memiliki granula).
Leukosit granular terbagi menjadi 3 macam turunan leukosit (diferensial
leukosit) yaitu: neutrofil, basofil dan eusinofil. Sedangkan leukosit agranular
Terdapat dua: limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel agak besar
mengandung sitoplasma lebih banyak.
Pada dasarnya seluruh sistem darah dalam tubuh manusia berasal
dari turunan stema sel. Dengan adanya faktor tempat terbentuknya dan faktor
humoral, stema sel berubah menjadi beberapa bentuk sel. erythropoiesis dan
thrombopoiesis dibentuk secara tersendiri setelah fase stema sel, sedangkan
monocytopoiesis dan granulocytopoiesis berkaitan antara keduanya.
Pembentukan limfosit tidak terkait dengan pembentukan sel-sel lainnya.
Granulosit, monosit dan limfosit secara bersamaan membentuk sel leukosit
(Theml, H et al, 2004).
Gambar 2.4 Bagan pembentukan sel darah dari stema sel (theml, H
et al, 2004).
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
13
2.5.1 Limfosit
Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8 um, 20-30%
leukosit darah. Normal, inti relatif besar, bulat sedikit cekungan pada satu
sisi, kromatin inti padat, anak inti baru terlihat dengan elektron mikroskop.
Limfosit dalam sirkulasi darah normal dapat berukuran 10-12 um ukuran
yang lebih besar disebabkan sitoplasmanya yang lebih banyak (Efendi,Z
2003).
Gambar 2.5 Limfosit (Theml, H et al, 2004)
Leukosit mempunyai peran dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asing. Leukosit dapat melakukan gerakan
amuboid dan melalui proses diapedisis leukosit dapat meninggalkan kapiler
dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus jaringan
penyambung. Jumlah leukosit pada manusia permikroliter adalah 400011000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari keempat turun sampai
12000. Pada usia 4 tahun jumlah leukosit akan sesuai kadar normal
(Efendi,Z 2003).
2.5.2 Monosit
Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit
normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai
20 um atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam
berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini
merupakan sifat tetap monosit Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan
wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan
lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
14
sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Aparatus
Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus
pada daerah identasi inti (Efendi,Z 2003).
Gambar 2.6 Monosit (Theml, H et al, 2004)
Monosit dapat ditemukan di dalam darah, jaringan penyambung, dan
rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong mononuklear fagosit (sistem
retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan
membrannya untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit memfagosit
mikroorganisme, sel mati, partikel asing (contohnya debu yang masuk ke
dalam paru-paru). Monosit beredar melalui aliran darah, menembus dinding
kapiler kemudian masuk ke dalam jaringan penyambung.
Monosit dalam sistem imun berfungsi sebagai makrophage, yaitu
menelan dan menghancurkan sel, mikroorganisme dan benda asing yang
bersifat patogen dengan cara menelan dan menghancurkannya. Monosit
akan merespon adanya tanda-tanda inflamasi dengan cara bergerak cepat
(kira-kira 8-12 jam) ke tempat yang terinfeksi, mengirimkan makrofag
untuk merangsang respons imun, dan mengeluarkan substansi yang
mempengaruhi terjadinya proses peradangan kronik (Lestari, et al, 1993).
2.5.3 Neutrofil
Neutrofil berkembang dalam sumsum tulang dikeluarkan dalam
sirkulasi, sel-sel ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis
tengah sekitar 12 um, satu inti dan 2-5 lobus (Efendi, Z, 2003).
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
15
Gambar 2.7 Neutrofil (Theml, H et al, 2004)
Neutrofil berfungsi untuk fagositosis yaitu menghancurkan benda
asing dari luar tubuh. Proses ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu kemotaksis,
perlekatan, penelanan, dan pencernaan. Apabila ada infeksi neutrofil akan
bergerak menuju tempat infeksi. Pergerakan ini dinamakan proses
kemotaksis. Respons terjadi apabila ada substansi yang dihasilkan oleh
bakteri sehingga merangsang neutrofil untuk mendekat, selain itu opsonin
atau antibodi juga akan merangsang proses kemotaksis.
2.6 INTERLEUKIN 1β
Interleukin-1 secara umum pada mulanya dikenal sebagai polipeptida
yang merupakan derivat dari fagosit mononuklear yang meningkatkan
respons dari timosit terhadap aktivator poliklonal khususnya sebagai kostimulasi dari aktifasi sel T (Syamhudi, et la 2005). IL-1 diproduksi
terutama antara lain oleh : makrofag, sel endotel, limfosit granuler, sel B,
fibroblas, sel epitel, astrosit, dan osteoblas. IL-1 juga dapat disintesis oleh
hampir semua sel berinti. IL-1 bekerja terutama sebagai mediator pada
imunitas non-spesifik bersama interferon dan tumor necrosis factor. IL-1
termasuk dalam golongan Sitokinin.
Saat ini telah jelas bahwa fungsi IL-1 secara umum adalah sebagai
mediator dari respons inflamasi imunitas natural yaitu mengaktifkan sel T,
merangsang sel T untuk memproduksi limfokin, co-factor untuk haemoptik
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
16
growth factor, menimbulkan panas, pelepasan ACTH, neutrofil dan respons
akut sistemik lainnya, merangsang sintesis limfokin kolagen dan
kolagenase, mengaktifkan sel endotel dan makrofag, perantara dalam
inflamasi, proses katabolik dan resistensi non spesifik terhadap bakteri.
2.7 ELISA
ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay) merupakan metode
analisis yang diguanakan untuk menganalisa sitokin dan sejenisnya secara
spesifik dan mempunyai sensitifitas yang tinggi. Metode ini pertam kali
diterapkan pada tahun 1971 dan semenjak tahun tersebut metode ini banyak
digunkan secara luas.
Uji ini menyertakan monoclonal antibody yang digunakan sebagai
pelapis microtiter plate. Setelah penambahan sampel, antibodi yang spesifik
yang ada di plate akan menangkap protein yang yang sesuai. (misal : sitokin)
lalu monoclonal antibody yang digunakan sebagai pendeteksi akan mengikat
epitop yang lain pada protein tersebut. Deteksi antibodi diberi label dengan
biotin, yang memungkinkan ikatan subsquen enzim streptavidin-terkonjugasi.
reagen yang tidak berikatan akan terbuang saat proses “washing”. Setelah
penambahan substrat, reaksi warna yang terbentuk berbanding lurus dengan
jumlah protein terikat. Konsentrasi protein dalam sampel ditentukan denagn cara
dibandingkan dengan kurva standar konsentrasi protein yang telah dibuat
berdasarkan standar (Sino biological.inc, 2015).
Gambar 2.8 Skema ilustrasi uji ELISA (Sino biological.inc, 2015).
Ada beberapa macam jenis ELISA yang biasa digunakan dalam analisis,
diantaranya yaitu :
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
17
1. Direct ELISA
Teknik ELISA ini merupakan teknik ELISA yang paling sederhana. Teknik
ini seringkali digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi
antigen pada sampel ELISA direct menggunakan suatu antibodi spesifik
(monoklonal) untuk mendetaksi keberadaan antigen yang diinginkan pada
sampel yang diuji.
2. Indirect ELISA
ELISA indirect menggunakan suatu antigen spesifik (monoklonal) serta
antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal untuk mendeteksi keberadaan
antibodi yang diinginkan pada sampel yang diuji.
3. Competitive ELISA
Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menambahkan suatu competitor
ke dalam lubang mikrotiter. Teknik ELISA kompetitif ini dapat
diaplikasikan untuk mendeteksi keberadaan antigen atau antibodi.
4. Sandwich ELISA
Teknik ELISA yang menggunakan dua antibodi (primer dan sekunder). Pada
teknik ELISA ini, antibodi kedua (sekunder) akan dikonjugasikan dengan
enzim yang berfungsi sebagai signal.
2.8
HEWAN UJI ( Mencit / Mus Muskulus )
Penggunaan hewan uji dalam penelitian terus digunakan hingga massa
sekarang, penggunaannya bertujuan sebagai model dari subjek yang
sebenarnya. Dalam penelitian ini hewan yang akan digunakan sebagai objek
percobaan adalah mencit.
Gambar 2.9 Mencit Balb/C (Sino biological.inc, 2015)
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
18
Mencit adalah hewan pengerat, yang termasuk golongan mamalia. Hal
tersebut akan lebih jelas pada taksonomi mencit berikut :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Cordata
Sub phylum
: Vertebrta
Class
: Mamalia
Ordo
: Rodentin
Sub ordo
: Myomorpha
Family
: Muridae
Sub family
: Murinae
Genus
: Mus
Spesies
: Musculus
Morfologi mencit yang kecil memiliki panjang tubuh 75 – 100
milimeter dan luas permukaan tubuh 36 cm2 pada berat badan 20 gram
sehingga dalam ruangan yang relatif kecil dapat dipelihara atau digunakan
untuk penelitian dalam jumlah yang banyak (Harkness, 1983).
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Animal House FKIK UIN
Jakarta, laboratorium Bioavaibility & Bioequivalensi (PBB) UIN Jakarta dan
laboratorium Drugs Research & Development (PDR) UIN Jakarta pada Bulan
Oktober sampai Bulan Desember 2013.
3.2 BAHAN DAN ALAT
3.2.1 Bahan
a. Bahan Uji
Bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah biji
Nigella sativa L yang diperoleh dari PT. Lantabura Internasional, Depok,
berasal dari negara Etiopia.
b. Bahan Kimia
n-heksan, etanol p.a 96 %, eter, larutan NaCl, pewarna giemsa,
minyak emersi, metanol, pewarna
gentian violet, asam asetat glasial,
aquadest, Na-CMC, LPS (lipopolysacharide) dari bakteri E coli (Sigma
aldrich).
c. Hewan Uji
Sebanyak 20 Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mencit galur balb/c berumur 6 – 8 minggu dengan berat badan 25 – 30 gram
yang diperoleh dari laboratorium terpadu UGM dan diberikan makan berupa
berupa butiran (pelet) dan minuman ad libitum.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan adalah perangkat gelas yang biasa digunakan
dalam laboratorium, Elysa kit (Foster biological Technology.,LTD),
timbangan analitik (wiggen hauser), mikroskop (nikon), kamar hitung
(hematocyte) (mariendfeld germany), pipet Micro, timbangan hewan,
kandang hewan uji, pipa kapiler (hematokrit), Rotary evaporator (eyela),
sentrifugator (ependorf centrifuge 5417 R), blender, tabung EDTA, tabung
ependorf.
19
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
20
3.3
PROSEDUR PENELITIAN
3.3.1 Optimasi Ekstraksi Polisakarida Nigella sativa L
a. Metode Ekstraksi pertama (Hailat, et al. 1998 ).
Sebanyak 500 mg biji jinten hitam (Nigella sativa L.) yang telah
dikeringkan diblender (dihaluskan) kemudian diekstraksi dengan
menggunakan sodium bicarbonat 5% (perbandingan pelarut dan serbuk
jinten hitam adalah 3 : 1) pada suhu ruangan selama 24 jam. Larutan
hasil ekstraksi 24 jam disaring dan hasil saringanya di endapkan dengan
etanol 96 % sebanyak 3 liter (perbandingan larutan dan etanol adalah 1
: 1)
b. Metode Eksraksi kedua (Toneli, et al 2008)
Polisakarida diperoleh dengan cara 30 gram serbuk Nigella
sativa L. (telah dihilangkan lemaknya dengan n-heksan) dipanaskan
dengan 2,1 L aquadest (1 :70) dalam waterbath suhu 800C selama 1 jam
dan biarkan semalam. Larutan disentrifus pada 5000 rpm selam 20
menit dan disaring. Supernatan ditambahkan etanol 90 % (1 : 1) dan
dibiarkan semalam hingga terbentuk endapan. Endapan kemudian
diuapkan dengan evaporator.
3.3.2 Preparasi sampel
1. Pembuatan Larutan Na CMC 5 %
Sebanyak 500 mg Na CMC ditimbang dan dilarutkan dengan
aquadest hangat. Kemuadian larutan terus diaduk dan ditambahkan
aquadest hingga diperoleh volume 100 ml.
2. Penentuan Dosis (Hussein El- taher, et al 2006)
Penentuan besar dosis polisakarida Nigella sativa L. Diperoleh
dari penelitian terhadap rasio sel limposit T helper. Serbuk Nigella sativa
L. diberikan kepada beberapa volunter pada dosis 1 g dua kali sehari
yang diberikan selama 4 minggu. Hasil dari penelitian tersebut Nigella
sativa L terbukti dapat meningkatkan rasio sel limposit T helper. Dari
hasil penelitian tersebut dijadikan dasar penentuan dosis. Dosis manusia
2 gram sehari diubah kedalam dosis mencit, kemudian setelah diperoleh
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
21
dosis mencit lalu disesuaikan dengan hasil rendemen polisakarida hasil
ekstraksi (Lampiran 10).
3.3.3 Perlakuan Hewan Uji Dan Metode Uji
Sebelum digunakan sebagai hewan percobaan, mencit balb/c
diaklimatisasi terlebih dahulu selama 30 hari agar dapat beradaptasi dengan
lingkungan laboratorium hewan dan dapat dikontrol kondisi kesehatannya.
a. Perlakuan Untuk Uji Total Leukosit, Limfosit, Dan Monosit
Jumlah sampel setiap kelompok berdasarkan Research Guidelines
For Evaluation The Safety And Efficiacy Of Herbal Medicines dari WHO
tiap kelompok adalah 5 ekor, sehingga mencit balb/c yang digunakan untuk
penelitian uji leukosit, limfosit dan monosit adalah 5 ekor perkelompok.
Mencit yang telah diaklimatisasi ditimbang berat badanya dan
dicatat untuk ditentukan besar dosis ekstrak yang diberikan. Setelah data
berat badan mencit diperoleh, mencit diberi polisakarida hasil ekstraksi
Nigella sativa L berdasarkan kelompok dosis dan berat badannya selama 14
hari percobaan. Setelah itu dilakukan pengambilan darah pada hari ke-7, ke14, dan ke-21.
Tabel 3.1. Perlakuan kelompok uji total leukosit, limfosit, dan monosit
No
Kelompok
Perlakuan
1
Kontrol negatif
Hanya diberi Na Cmc
2
Dosis rendah
Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L
dengan dosis 1,25 mg / g BB mencit selama
14 hari. Kemudian diambil darahnya hari ke7, ke-14, dan ke-21
3
Dosis sedang
Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L
dengan dosis 2,5 mg / g BB mencit selama 14
hari. Kemudian diambil darahnya pada hari
ke-7, ke-14, dan ke-21
4
Dosis tinggi
Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L
dengan dosis 5 mg / g BB mencit selama 14
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
22
hari. Kemudian diambil darahnya pada hari
ke-7, ke-14, dan ke-21
b. Perlakuan untuk uji interlekuin 1β
Untuk uji interlekuin 1β jumlah mencit untuk tiap kelompok jumlah
sampel 5. Setelah diaklitimasi selama 1 minggu, mencit diberikan ekstrak
polisakarida secara oral selama 5 hari. Pada hari ke-5 mencit disuntik
dengan LPS 20 μg/mencit setelah 2 jam pemberian ekstrak, kemudian 6
jam sesudahnya diambil darahnya untuk diambil plasmanya. Tabung yang
digunakan untuk menampung darahnya adalah tabung EDTA. Kemudian
ditentukan nilai Il-1 β menggunakan ELISA kit.
Tabel 3.2. Perlakuan Kelompok Uji Interlekuin 1β.
No
1
Kelompok
Normal
Perlakuan
Hanya diberi Na Cmc secara oral, pada hari
ke-5 diambil darahnya.
2
Kontrol negatif
Diberi Na Cmc secara oral disuntikan secara
i.p LPS. setelah 6 jam diambil darahnya.
2
Dosis rendah
Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L
dengan dosis 1,25 mg / g BB mencit selama 5
hari. Pa da hari ke-5 disuntikkan i.p LPS lalu
setelah 6 jam diambil darahnya.
3
Dosis sedang
Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L
dengan dosis 2,5 mg / g BB mencit selama 5
hari. Pa da hari ke-5 disuntikkan i.p LPS lalu
setelah 6 jam diambil darahnya.
4
Dosis tinggi
Diberikan oral polisakarida Nigella sativa L
dengan dosis 5 mg / g BB mencit selama 5
hari. Pa da hari ke-5 disuntikkan i.p LPS lalu
setelah 6 jam diambil darahnya.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
23
c. Pengambilan Darah (Permatasari, 2012 )
1. Sebelum pengambilan darah persiapkan terlebih dahulu eter, handscon,
kapas dan tisu.
2. Mencit yang akan diambil darahnya dianestesi menggunakan eter.
3. Posisikan mencit dengan nyaman dengan memegang tengkuk dan
kepala agar tidak banyak bergerak, kemudian Mikrohematokrit
digoreskan pada medial canthus mata di bawah bola mata ke arah
foramen opticus.
4. Mikrohematokrit diputar sampai melukai plexus, jika diputar 5 kali
maka harus dikembalikan 5 kali.
5. Tampung darah yang keluar melalui kapiler di tabung EDTA hingga
mencapai 500ul. Setelah mikrohematokrit dilepas mata mencit dilap
dengan tisu agar darah yang masih keluar segera berhenti.
3.3.3 Metode Uji
a. Uji Total Leukosit, Persentase Limfosit, dan Presentase Monosit
Darah dihisap dengan pipet leukosit sampai pada tanda 0,5 pada
pipet dan disusul dengan larutan turk sampai pada tanda 11, kemudian
salah satu ujung pipet ditutup dengan menggunakan satu ibu jari dan
yang lain dengan telunjuk selama 1- 3 menit, satu sampai dua tetes
pertama dibuang kemudian pipet ujung mikro ditempelkan pada salah
satu sisi bilik hitung yang telah diberi gelas penutup dan kertas tisu pada
sisi lawannya. Darah yang ada pada 4 bilik W (white) diamati di bawah
microskop dengan perbesaran 400. Perhitungan terhadap leukosit yang
terdapat dalam persegi 1, 2, 3, 4 atau kamar hitung hemacytometer.
Jumlah leukosit tersebut dihitung per mm3 dengan ketentuan rumus yang
telah ditentukan rumus untuk menghitung jumlah leukosit per mm3 darah
dengan ketentuan :
Luas persegi panjang
: 4 mm2
tinggi kamar hitung
: 0,1 mm
pengenceran
: 20 kali
N
: Jumlah Total Leukosit
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
24
jumlah leukosit per mm3 adalah
et al 2010)
,
x 20 x N = 50 N (Suharti,
Gambar 3.1 Kamar hitung neubauer (Eki putra, 2008)
Untuk uji limfosit dan monosit Sampel darah segar diteteskan pada
gelas obyek dan dibuat preparat hapus dengan menggunakan tangan kanan
diletakkan gelas obyek lain di depan tetesan darah tersebut dengan sudut 30
- 400 C. Gelas obyek kedua didorong ke depan hingga membentuk hapus
tipis. Setelah kering preparat hapus tersebut difiksasi dengan metanol
selama 3-5 menit, dibiarkan mengering di udara. Preparat kemudian
diwarnai dengan larutan Giemza dengan pengenceran 1 : 9 selama 30 menit
(pH bufer fosfat 6,8 - 7,2). Selanjutnya preparat dicuci dengan aquades dan
dibiarkan mengering di atas rak. Setelah kering preparat diperiksa di bawah
mikroskop dengan perbesaran 100x dihitung setiap jenis leukosit
menggunakan blood counter tabulator. Sel yang dihitung paling sedikit 100
sel dan dilakukan perhitungan jumlah monosit dan limfosit (Suharti, et al
2010).
Gambar 3.2 Alur pengamatan mikroskop pada gelas objek
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
25
b. Uji Kadar Il-1β
Untuk menentukan kadar Interlekuin-1β dalam penelitian ini
digunakan ELISA Kit (Mouse IL-1β ELISA Kit, Foster biological
Technology.,LTD). Prosedur ELISA pada tahap ini mengikuti Protokol For
ELISA Kit yang disertakan pada paket ELISA Kit.
3.4 ANALISA DATA
Untuk mengetahui efektivitas imunomodulator polisakarida Nigella
sativa L melalui pengukuran jumlah Interleukin 1β , jumlah total leukosit,
limfosit, dan monosit mencit balb/c digunakan uji analisa varian (ANOVA)
satu arah. Sebelum diuji menggunakan ANOVA data terlebih dahulu diuji
tingkat kenormalan homogenitas data dan varian datanya terlebih dahulu.
Kemudian dilihat tingkat signifikan datanya menggunakan uji turkey HSD
(Pratisto, 2010).
Hipotesis :
Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antar tiap kelompok
Hi : Terdapat perbedaan yang signifikan antar tiap kelompok
Kriteria Pengujian :
Bila nilai sig < 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan yang signifikan
Bila nilai sig > 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL OPTIMASI EKSTRAKSI
Bahan Nigella sativa L. yang digunakan untuk penelitian ini telah diuji
pada penelitian sebelumnya dan telah dideterminasi di Herbarium Bogoriense,
pusat penelitian biologi LIPI, Bogor Jawa barat. Hasil determinasi menunjukan
bahwa sampel yang digunakan adalah jinten hitam (Nigella sativa L.) famili
Ranunculae (Alawiyah, 2012 ).
Metode ekstraksi pertama dilakukan dengan menggunakan metode
penelitian Nabil Hailat tahun 1998. Dari 500 gram Nigella sativa L yang
digunakan untuk proses ekstraksi
didapat rendemen sebanyak 200 gram
polisakarida. Hasil ekstraksi polisakarida hitam pekat dengan bau khas Nigella
sativa L.
Gambar 4.1 Hasil ekstraksi polisakarida Nigella sativa L metode pertama.
Identifikasi awal polisakarida hasil ekstraksi ini adalah dengan uji
kualitatif. Uji pertama yang digunakan adalah metode reaksi Barfoed. Uji ini
dilakukan dengan cara menambahkan 1 ml larutan polisakarida dengan larutan
Barfoed sebanyak 2 ml, kemudian dipanaskan hingga beberapa saat. Jika
terdapat kandungan sakarida akan terbentuk endapan warna merah bata.
Semakin lama terbentuknya lapisan merah bata menunjukan semakin komplek
susunan sakarida yang ada di dalam larutan. Hasil uji ini menunjukan bahwa
ada warna merah bata pada lapisan ekstrak. Hal ini menunjukan adanya
karbohidrat jenis tertentu.
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
Gambar 4.2 Hasil uji Barfoed polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L.
Warna merah bata terbentuk karena adanya gugus aldehid atau keton
(gula pereduksi) bebas dalam molekul karbohidrat. Umumnya yang
teridentifikasi dengan uji ini adalah golongan monosakarida dan disakarida.
Selain uji Barfoed dilakukan juga uji Benedict. Uji ini tidak berbeda
jauh hasilnya dengan uji barfoed. Hasil uji ini juga menunjukan hasil warna
merah bata pada hasil ekstraksi polisakarida yang diperoleh.
Gambar 4.3 Hasil uji Benedict polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L.
(terbentuk warna merah bata pada tabung tengah)
Uji selanjutnya dengan metode kuantitatif. Pengujian ini dilakukan di
laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech, Bogor. Metode yang digunakan
untuk mengetahui kadar polisakarida terutama karbohidratnya adalah dengan
menggunakan metode luff schoorl. Hasil uji menunjukan kadar karbohidrat
total yang diperoleh dari metode ekstraksi ini adalah sebesar : 3,81 %,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
sedangkan kadar inulin sebesar : 0,08 % yang diperoleh dengan metode
pengukuran dengan alat HPLC.
Metode ekstraksi polisakarida yang kedua menggunakan metode
penelitian Toneli pada tahun 2008. Ekstraksi polisakarida Nigella sativa L.
dilakukan sebanyak 3 kali (90 gram) ekstraksi, hasil dari ekstraksi sebanyak
14,5 gram polisakarida (rendemen hasil ekstraksi sebesar16,5 %). Polisakarida
hasil ekstraksi yang dihasilkan berwarna putih keabu-abuan memiliki bau
khas Nigella sativa L.
Gambar 4.4 Hasil Ekstraksi Polisakarida Nigella sativa L.
Pengukuran kadar air yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah
18,12 %. Pengujian kadar air dilakukan untuk menetapkan residu air setelah
proses pengentalan atau pengeringan. Kadar air merupakan standar acuan
sebagai indikasi mutu ekstrak. Hasil ekstraksi polisakarida Nigella sativa L ini
merupakan ekstrak kental sesuai dengan kriteria dari VOIG yaitu 5 – 30 %.
Kadar abu polisakarida yang diperoleh dari hasil ekstraksi ini
adalah sebesar 6,8 %. Kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberi gambaran
kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari Kadar abu yang
diperoleh dari proses awal sampai akhir terbentuknya ekstrak. Pada proses ini
ekstrak dipanaskan pada suhu senyawa organik terdekstruksi hingga tersisa
unsur mineral dan anorganik saja. Data ini menunjukkan bahwa kadar abu
polisakarida jinten hitam (Nigella sativa L.) dibawah kadar maksimal
persentase kadar abu untuk ekstrak berdasarkan materia medika indonesia
sebesar 14 % (Depkes, 1980).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
Dari hasil uji analisa di laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech
bogor diperoleh hasil kadar karbohidrat dari metode ekstraksi kedua ini adalah
sebesar 3,98 %, sedangkan inulin sebesar 3,19 %. Hasil ini lebih besar
dibandingkan dengan metode ekstraksi pertama, sehingga dalam penelitian ini
metode yang kedua digunakan sebagai metode baku yang dipakai untuk
ekstraksi
polisakarida karena diduga inulin merupakan zat aktif yang
berkhasiat sebagai imunomodulator.
4.2 TOTAL LEUKOSIT
Setelah dilakukan penelitian selama 21 hari maka diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil perhitungan total leukosit
Dosis
Rata-rata jumlah total leukosit (x 103 per mm3)
Hari ke-7
Hari ke-14
Hari ke-21
Kontrol
3,8 + 0,4
4,1 + 1,3
4,1 + 0,6
Dosis rendah
5,4 + 0,6
6,2 + 0,7
6,7 + 2,6
Dosis sedang
5,7 + 1,5
6,9 + 1,2
6,9 + 4,4
Dosis tinggi
7,0 + 1,2
7,9 + 1,1
8,6 + 3,0
Setelah dilakukan penghitungan, jumlah total leukosit berkisar antara
3,8 + 0,4 hingga 8,6 + 3,0 x 103 per mm3. Jumlah terkecil terlihat pada
kelompok kontrol pada hari ke-7, sedangkan nilai tertinggi terlihat pada
kelompok dosis tinggi hari ke-21. Peningkatan tersebut sesuai dengan
peningkatan dosis yang diberikan dan lamanya pemberian ekstrak.
Berdasarkan penelitian Arrington tahun 1972, kisaran normal jumlah total
leukosit pada mencit Balb/C adalah 4 – 12 x 103 per mm3.
Hasil penghitungan jumlah total leukosit hari ke-7 dianalisa dengan
menggunakan program SPSS 16. Hasil uji homogenitas data menunjukkan
bahwa homogenitas data hari ke-7 memenuhi syarat untuk dilakukan uji
ANOVA (p>0,05). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok uji p=0,000
(p<0,05). Kemudian uji dilanjutkan dengan Uji Turkey HSD. Hasil uji ini
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok
kontrol dengan dosis rendah (p=0,049), kelompok kontrol dengan dosis sedang
(p=0,016), dan kelompok kontrol dengan kelompok dosis tinggi (p=0,000).
8000
7030
7000
per mm3
6000
5705
5400
5000
3830
4000
3000
2000
1000
0
hari ke 7
perbandingan kelompok dosis
kontrol
dosis rendah
dosis sedang
dosis tinggi
Gambar 4.5 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-7
Jumlah total leukosit pada hari ke-14 pemberian polisakarida hasil
ekstraksi Nigella sativa L. pada dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi
yang dibandingkan dengan kelompok kontrol berada dalam kisaran jumlah
normal total leukosit. Kenaikan jumlah total leukosit sejalan dengan
peningkatan dosis polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. yang diberikan
ke mencit. Pada kelompok dosis tinggi menghasilkan jumlah total leukosit
tertinggi dibanding kelompok dosis lainya.
Hasil uji homogenitas data untuk analisa hari ke-14 menunjukkan nilai
probabilitas lebih besar dari 0,05 (p=0,602). Hasil ini menunjukkan bahwa
semua kelompok uji memiliki varian yang sama sehingga memenuhi syarat
untuk uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai probabilitasnya lebih
kecil dari 0,05 (p=0,000). Hasil uji ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang bermakna antara kontrol dengan kelompok uji. Kemudian untuk
mengetahui tingkat kemaknaan antar kelompok dilakukan uji turkey HSD.
Hasil uji ini menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
kontrol dengan dosis rendah (p=0,015), kelompok kontrol dengan dosis sedang
(p=0,001), dan kelompok kontrol dengan dosis tinggi (p=0,000).
9000
7975
8000
7000
6890
6185
per mm3
6000
5000
4120
4000
3000
2000
1000
0
hari ke 14
kontrol
dosis rendah
dosis sedang
dosis tinggi
Gambar 4.6 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-14
Pemberian ekstrak diberikan selama 14 hari, setelah itu pemberian
ekstrak dihentikan. Namun pengambilan darah dilakukan hingga hari ke 21.
Jumlah total leukosit pada hari ke 21 memiliki kisaran yang masih normal. Jika
diperhatikan jumlah total leukosit meningkat berdasarkan besar dosis dan lama
hari pemberian. Kelompok dosis tinggi memiliki jumlah total leukosit paling
tinggi dibanding kelompok lainya.
Hasil uji total leukosit hari ke-21 dianalisa menggunakan uji
homogenitas data. Hasil uji menunjukkan
nilai homogenitas hari ke-21
memiliki nilai lebih kecil dari 0,05 (p=0,022). Nilai probabilitas uji
homogenitas data hari ke-21 tidak memenuhi syarat untuk uji ANOVA. Uji
analisa dilakukan dengan metode kruskal wallis agar diketahui kemaknaan
nilai total leukosit kontrol dengan dosis uji. Hasil Uji
Kruskal Wallis
menunjukkan nilai dibawah 0,05 (p=0,037). Hasil uji ini menunjukkan bahwa
pemberian kelompok dosis pada hari ke-21 memiliki efek yang bermakna
terhadap kelompok kontrol mencit Balb/C.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
10000
8640
9000
8000
6695
per mm3
7000
6935
6000
5000
4170
4000
3000
2000
1000
0
hari ke 21
perbandingan perlakuan kelompok dosis
kontrol
dosis rendah
dosis sedang
dosis tinggi
Gambar 4.7 Grafik peningkatan total leukosit hari ke-21
Perbandingan rata-rata kelompok total leukosit pada hari ke-7 hari ke14 dan hari ke-21 yang di analisa dengan uji ANOVA memiliki nilai bermakna
tiap minggunya (p=0,001). Setelah dilakukan analisa tingkat kemaknaan ratarata antar kelompok menggunakan turkey HSD diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan dosis rendah
(p=0,025), kelompok dosis rendah dengan kelompok dosis tinggi (p=0,045),
dan kelompok kontrol dengan dosis tinggi (p=0,001).
Dari pemaparan data diatas menunjukkan
bahwa pemberian
polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L pada mencit Balb/C mampu
meningkatkan jumlah total leukosit, dan semakin tinggi dosis pemberian
ekstrak jumlah total leukosit semakin meningkat. Peningkatan jumlah sel ini
tidak melebihi rentang jumlah sel leukosit normal untuk mencit Balb/C.
Leukosit merupakan mekanisme pertahanan imun non spesifik tubuh.
Umumnya sel ini berperan dalam mempertahankan tubuh dari penyusupan
benda asing (Sadikin, 2002). Jumlah total leukosit yang berada pada batas
tertinggi normal menunjukkan sistem imun memproduksi jumlah total leukosit
yang cukup dalam sirkulasi darah untuk melawan infeksi. Peningkatan jumlah
total leukosit menunjukkan kemampuan sistem imun untuk melawan infeksi
atau benda asing (Viera, 2011 ).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
4.3 JUMLAH LIMFOSIT
Setelah penghitungan total leukosit penelitian dilanjutkan dengan
menghitung kembali jumlah limfosit. Dari pengamatan didapatkan hasil dalam
bentuk persentase lalu dikalikan dengan jumlah total leukosit. Sehingga
didapatkan data jumlah limfosit dalam bentuk rata-rata perkelompok sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Limfosit.
Rata-rata jumlah total limfosit (x 103 per mm3)
Dosis
Hari ke-7
Hari ke-14
Hari ke-21
Kontrol
3,4 + 0,5
3,8 + 0,5
4,4 + 0,6
Dosis rendah
4,8 + 0,7
5,5 + 1,4
6,6 + 0,8
Dosis sedang
4,8 + 1,2
5,5 + 1,08
6,8 + 2,5
Dosis tinggi
6,2 + 1,1
7,0 + 1,2
8,5 + 4,3
Hasil uji menunjukkan bahwa nilai limfosit mencit Balb/C pada tabel
diatas berada pada kisaran normal jumlah limfosit pada mencit Balb/C. yaitu
3.300 - 14.250 per mm3 (research animal resources university of minnesota).
Jumlah limfosit hari ke-7 dianalisa menggunakan SPSS 16. Analisa
dimulai dengan uji homogenitas. Uji ini untuk mengetahui uji yang sesuai
dipakai untuk melihat kemaknaan antara kontrol dengan kelompok pemberian
dosis.
Hasil uji homogenitas data hari ke-7 menunjukkan
nilai
probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p=0,449). Hal ini menunjukkan dari
setiap kelompok uji memiliki varian yang sama, sehingga bisa dilakukan uji
ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai probabilitas data yang
diperoleh lebih kecil dari 0,05 (p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna antara kelompok uji dengan kelompok kontrol.
Kemudian untuk mengetahui kemaknaaan antar kelompok masing masing hasil
penelitian dianalisa menggunakan uji Turkey HSD. Hasil uji ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan
kelompok dosis renda (p=0,043), kontrol dengan dosis sedang (p=0,039), dan
kontrol dengan dosis tinggi (p=0,000).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
7000,0
6256,7
6000,0
per mm3
4894,9
4827,6
5000,0
4000,0
3416,4
3000,0
2000,0
1000,0
0,0
hari ke 7
perbandingan antar kelompok dosis limfosit
kontrol
dosis rendah
dosis sedang
dosis tinggi
Gambar 4.8 Grafik peningkatan jumlah hari ke-7
Pada uji homogenitas data hari ke-14 diperolah nilai probabilitas
data sebesar 0,935, sehingga bisa dilakukan Uji ANOVA. Setelah dilakukan
uji ANOVA didapatkan hasil nilai probabilitas datanya lebih kecil dari 0,05
(p=0,003). Hasil ini menunujukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis. Kemudian uji dilanjutkan
dengan uji Turkey HSD untuk mengetahui tingkat kemaknaan antar
kelompoknya. Hasil analisis Turkey HSD yang diperoleh menunjukkan bahwa
kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok dosis tinggi
(p=0,001).
8000
7114
7000
5542
per mm3
6000
5000
5526
3807
4000
3000
2000
1000
0
hari ke 14
perbandingan antar kelompok dosis limfosit
kontrol
dosis rendah
dosis sedang
dosis tinggi
Gambar 4.9 Grafik peningkatan jumlah limfosit hari ke-14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
Hasil uji homogenitas data hari ke-21 menunjukkan bahwa nilai
homogenitas datanya dibawah 0,05 (p=0,039), hal ini menunjukkan bahwa
hasil pengamatan hari ke-21 tidak dapat diuji menggunakan Uji ANOVA,
alternatif uji yang digunakan untuk mengetahui kemaknaan suatu analis setelah
Uji ANOVA adalah uji Krusskal Wallis. Hasil uji kruskal wallis menunjukkan
bahwa nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p=0,063). Data hasil uji
ANOVA dan Kruskal Wallis tidak menunjukkan hasil yang signifikan untuk
pengamatan hari ke-21, namun jika diamati hasil grafiknya hasil uji hari ke-21
memiliki grafik yang meningkat.
10000
8588,16
9000
8000
6641,44
per mm3
7000
6879,52
6000
5000
4119,96
4000
3000
2000
1000
0
hari ke 21
perbandingan antar kelompok dosis limfosit
kontrol
dosis rendah
dosis sedang
dosis tinggi
Gambar 4.10 Grafik peningkatan jumlah limfosit hari ke-21
Perbandingan rata-rata peningkatan limfosit tiap kelompok hari ke7, hari ke-14 dan hari ke-21 diuji menggunakan ANOVA menunujukan hasil
yang signifikan (p=0,011). Dari beberapa dosis yang diberikan ke mencit
Balb/C, dosis tinggi (5mg/g BB mencit) memberikan efek yang paling
signifikan (p=0,007). Peningkatan efek imunostimulan tersebut berbanding
lurus dengan besar dosis yang diberikan.
Limfosit adalah sel yang menghasilkan antibodi terhadap berbagai
benda atau senyawa asing (Sadikin, 2002). Sel-sel limfosit ini mempunyai
peran yang sangat penting dalam mekanisme pertahanan atau imunitas spesifik.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
Sel limfosit tubuh terdiri dari tiga macam sel yaitu: natural killer cell, limfosit
T, dan limfosit B (lichman, et al. 2007). Sel-sel ini dihasilkan di sumsum
tulang, namun tempat pematangan selnya berbeda. Limfosit T dimatangakan
di timus setelah keluar dari sumsum tulang. Sel ini akan bekerja secara selular
dan akan menyerang antigen yang ada di sel. Berdasarkan fungsinya limfosit T
dibedakan menjadi 3 macam : sel T helper,sel T killer, dan supresor sel T. Sel
B yang dimatangkan di susmsum tulang mempunyai fungsi imunitas secara
humoral. Sel ini menghasilkan antibodi serta dapat menyimpan memori untuk
mengenali antigen yang pernah masuk dalam tubuh. Sedangkan sel natural
killer memiliki sifat yang tidak spesifik, sel ini kan mendestruksi sel sel yang
terinfeksi.
Pada penelitian ini polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L.
dapat meningkatkan jumlah dari sel limfosit secara signifikan. Dari pemaparan
sebelumnya peningkatan sel limfosit terlihat mulai dari pengamatan hari ke-7.
Hal ini menunjukan bahwa polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. sangat
efektif dalam peningkatan imun spesifik. Pada pengamatan hari ke-14 jumlah
limfosit terus meningkat berbanding lurus dengan jumlah dosis yang diberikan.
Sedangakan pada hari ke-21 jumlah limfosit terus meningkat namun secara
statistik nlainya tidak bermakna. Hal ini disebabkan karena jumlah limfosit
pada beberapa individu mencit mulai mencapai jumlah maksimal nilai normal
limfosit, sedangkan limfosit memiliki rentang umur yang panjang yaitu
berkisar antara 1 minggu hingga beberapa bulan (Britanica, 2015). Nilai
limfosit terus berada pada kisaran normal karena jumlah limfosit dijaga
kestabilanya oleh limfosit T supresor, jumlah limfosit akan terus pada kondisi
normal selama tidak ada paparan patogen.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
4.4 JUMLAH MONOSIT
Penghitungan jumlah monosit yang dilakukan dengan metode yang sama
pada penghitungan limfosit didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rata-rata Jumlah Monosit.
Rata-rata jumlah jumlah monosit (x 103 per
mm3)
Dosis
Hari ke-7
Hari ke-14
Hari ke-21
Kontrol
0,25 + 0,08
0,26 + 0,23
0,05 + 0,08
Dosis rendah
0,51 + 0,28
0,50 + 0,283
0,053 + 0,156
Dosis sedang
0,45 + 0,27
0,52 + 1,174
0,055 + 0,08
Dosis tinggi
0,49 + 0,314
0,54 + 0,527
0,034 + 0,034
Hasil perhitungan jumlah monosit dari pengamatan hari ke-7, hari ke14, dan hari ke-21 menunjukkan bahwa Jumlah monosit terkecil terlihat pada
kelompok dosis tinggi hari ke-21, sedangkan nilai tertinggi terlihat pada
kelompok dosis tinggi hari ke-14. Rata-rata jumlah monosit mencit normal
berada pada kisaran antara 0,060 – 0,600 x103 per mm3 (Research animal
resources, University Of Minnesota). Untuk mengetahui pengaruh aktifitas
polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. terhadap jumlah monosit mencit
Balb/C maka dilakukan analisa uji statistik. Uji ini diawali dengan uji
homogenitas data kemudian jika memenuhi syarat dilakukan uji ANOVA, dan
jika nilai homogenitas data tidak memenuhi syarat uji ANOVA, maka
dilakukan uji kruskal wallis (Sopiyudin, 2001).
Hasil uji honogenitas data hari ke-7 menunjukkan nilai probabilitas uji
homogenitas data hasil pengamatan lebih besar dari 0,05 (p=0,166), nilai ini
memenuhi untuk uji
ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan
nilai
probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p=380). Karena nilai probabilitas data
lebih besar dai 0,05 uji dilanjutkan ke uji non parametrik kruskal wallis. Hasil
uji kruskal wallis menunjukkan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05
(p=0,555). Hal ini menunjukkan tingkat dosis hari ke-7 tidak mempengaruhi
jumlah monosit.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
600
518,4
per mm3
500
456,4
492,1
400
300
252,78
200
100
0
hari ke 7
perbandingan antar kelompok dosis monosit
kontrol
dosis rendah
dosis sedang
dosis tinggi
Gambar 4.11 Grafik peningkatan jumlah monosit hari ke-7
Uji homogenitas data hari ke-14 menunjukkan nilai probabilitas
datanya lebih besar dari 0,05 (p=0,075). Kemudian dilanjutkan uji ANOVA.
Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai probabilitas datanya lebih besar dari
0,05 (p=0368). Karena nilai uji anova tidak memenuhi syarat, maka uji
dilanjutakn ke uji non parametrikKruskal wallis. Hasil uji kruskal wallis
menunjukkan nilai probabilitas datanya lebih besar dari 0,05 (p=0,128). Hasil
uji ini menunjukkan bahwa Variasi dosis yang diberikan ke mencit Balb/C
tidak mempengaruhi kadar jumlah monosit.
600
507,17
per mm3
500
523,64
542,3
400
263,68
300
200
100
0
hari ke 14
perbandingan antar kelompok dosis monosit
kontrol
dosis rendah
dosis sedang
dosis tinggi
Gambar 4.12 Grafik peningkatan jumlah monosit hari ke-14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
Uji homogenitas data hari ke-21 menunjukkan
bahwa nilai
probabilitas datanya lebih besar dari 0,243. Hasil uji ini memenuhi syarat uji
ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai probabilitas datanya lebih
besar dari 0,05 (p=0,910). Karena hasil uji ANOVA nilai probabilitasnya
terlalu besar, maka uji dilanjutkan ke uji non parametrik kruskal wallis. Hasil
uji kruskall wallis menunjukkan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05
(p=0,128). Hai ini menunjukan bahwa pengujian polisakarida hasil ekstraksi
Nigella sativa L. pada hari ke-21 tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap jumlah monosit mencit Balb/C.
60
50,04
per mm3
50
53,56
55,48
40
34,56
30
20
10
0
hari ke 21
perbandingan antar kelompok dosis monosit
kontrol
dosis rendah
dosis sedang
dosis tinggi
Gambar 4.13 Grafik Peningkatan Monosit hari ke-21
Monosit berfungsi sebagai fagosistik mononuklear. Sel ini
dimatangkan di sum-sum tulang selama 1 sampai 3 hari, kemudian bersirkulasi
di darah sangat singkat (kurang lebih 1,5 hari) dan akhirnya berpindah ke
jaringan untuk mengambil peranya sebagai makrofag (Nicholis, et al 1971).
Sel makrofag memiliki peran melakukan fagositosis dan menghancurkan
partikel asing dan jaringan mati serta mengolah bahan asing tersebut untuk
dapat merangsang sistem tanggap kebal di tubuh sehingga terbentuk komplek
antigen antibodi (Eki Putra, 2008). Hal inilah yang diindikasikan mengapa
jumlah leukosit pada hari ke-21 mengalami penurunan. Sel-sel monosit yang
ada di darah telah berpindah ke jaringan karena siklus hidup monosit memang
sangat pendek ada di darah. Selain itu, lamanya penelitian (selama 21 hari)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
memicu mencit menjadi lemah sehingga mempercepat proses perpindahan
monosit ke jaringan.
4.5 KADAR INTERLEUKIN 1β
Analisa Interlekuin 1 β tidak dilakukan pengulangan seperti pada uji
total leukosit. Pengujian hanya dilakukan pada hari ke 5 saja.
Tabel 4.4 Rata-rata Jumlah Nilai Il-1β
Dosis
Normal
Rata-rata jumlah total Interleukin 1β
(ρg/ml)
7,8 (+ 0,0)
Kontrol negatif
27,2 ( + 25,9)
Dosis rendah
33,8 ( + 22,0)
Dosis sedang
158,4 ( + 136,2)
Dosis tinggi
262,5 ( + 264,1)
Hasil uji ELISA menunjukan bahwa polisakarida hasil ekstraksi Nigella
sativa L. terlihat meningkatkan kadar interleukin 1β dalam darah mencit.
Peningkatan ini berbanding lurus dengan bertambah besarnya dosis yang
diberikan. Kelompok kontrol negatif yang telah diinduksi dengan LPS
menunjukan peningkatan jumlah interleukin-1β sebesar 71,3 % (27,2 ρg/ml)
dari jumlah total interleukin kelompok kontrol (7,8 ρg/ml). Peningkatan ini
karena pemberian lipopolisakarida dari dinding sel yang memicu terjadinya
inflamasi dalam tubuh mencit. Pada reaksi inflamasi dalam sistem imun terjadi
pelepasan sitokin pro inflamasi (TNF dan IL 1). Pelepasan sel-sel ini dalam
tubuh dimaksudkan untuk memacu vasodilatasi, melonggarkan hubungn selsel endotel, meningkatkan adhesi neutrofil dan migrasi sel-sel ke jaringan
sekitar untuk memakan mikroba (bratawijaya, 2010). Meskipun perkembangan
respon inflamasi efektif berperan penting pada pertahanan tubuh namun respon
tersebut menimbulkan kerusakan. Alergi, penyakit auto imun, infeksi mikroba,
transplantasi dan luka bakar dapat mengawali respon inflamasi kronis
(Bratawijaya, 2010). Dalam penelitian ini diharapkan pemberian ekstrak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. diharapkan dapat menekan
produksi interleukin 1 β pada mencit balb/c yang telah diinduksi dengan LPS.
Pada pemberian polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. kelompok
dosis rendah menunjukkan bahwa ekstrak ini tidak dapat menurunkan jumlah
kadar interleukin-1β. Hasil pengamatan pada dosis rendah ini justru
menunjukan hasil sebaliknya. Hasil pengamatan menunjukan peningkatan
kadar sebesar 33,8 (ρg/ml). Peningkatan kadar interleukin-1β juga terjadi pada
kelompok dosis sedang dan pada dosis tinggi sebesar 158,4 (ρg/ml) dan 262,5
(ρg/ml).
300,0
262,5
250,0
(ρg/ml)
200,0
158,4
150,0
100,0
50,0
33,8
27,2
7,8
0,0
kadar interleukin
normal
kontrol negatif
dosis 1
dosis 2
dosis 3
Gambar 4.14 Grafik hasil uji interleukin 1β.
Jika dianalisa berdasarkan hasil uji statistika, nilai homogenitas data
uji kadar interleukin 1β memiliki nilai lebih kecil dari alfa (p=0,000). Hal ini
mengindikasikan bahwa data tidak dapat dilakukan uji ANOVA. Uji statistik
untuk data yang homogenitasnya tidak normal adalah menggunakan krusial
Wallis.
Namun
setelah
dilakukan
uji
statistik
krusial-Wallis
nilai
probabilitasnya lebih besar dari alfa (P=0,319), sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. tidak memiliki
pengaruh yang bermakna terhadap jumlah kadar interleukin 1β.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
KESIMPULAN
1. polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. dosis 1,25 mg/BB mencit,
2,5 mg /BB mencit dan 5 mg /BB mencit mampu mempengaruhi jumlah
total leukosit dan jumlah limfosit dan tidak mempengaruhi jumlah
monosit.
2. Dosis polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L. yang memiliki efek
imunomodulator paling baik adalah dosis tinggi (5 mg/BB mencit).
3. Pada uji
interleukin 1β
belum bisa disimpulkan datanya, karena
berdasarkan analisa statistika datanya tidak sigifikan.
5.2
SARAN
Perlu dilakukan uji lanjutan terhadap hewan percobaan yang lebih
besar seperti tikus guna melihat terjadinya penurunan jumlah total leukosit
dan limfosit setelah pemberian polisakarida hasil ekstraksi Nigella sativa L.
42
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
43
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah arifiani, Aulina. 2012.
Karakterisasi Simplisia Dan Standardisasi
Ekstrak Etanol Biji Jinten Hitam (Nigella Sativa L.). Program Studi
Farmasi, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta
Bratawidjaja, Imunologi dasar. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI ;2002.
Bratawidjaja, Immunologi Dasar. Edisi 9 Jakarta: Balai Penerbit FKUI ;2010.
Britanica,
Ensiklopedia.
2015.
Lymphocyte,
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/352799/lymphocyte.
diakses pada tanggal 08 mei 2015.
Boseila Abeer A.H, Afaf A.H. Messalam. 2011. Immunostimulant Effect Of
Different Fraction Of Nigella Sativa L. Seed Against Rabies Vaccine.
Departement of virology, departement of phytochemistry, National
Organization For Drugs Control And Research: Gizza, Egypt.
Burmester, gerd-rudiger, antonio pezzuto, M.D. 2003. Color Atlas Immunology,
Humboldt University Of Berlin, Berlin, Germany.
Departemen Kesehatan RI. 1985. Tanaman Obat Indonesia Jilid I. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta. Hal. 33.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.
Djajakusumah,Tony S.2010. The Role Of Immunomodulator In The Treatment Of
Sexually Transmitted Infections.Medical Faculty of Padjadjaran University /
Dr.Hasan Sadikin Hospital Medical Faculty of Bandung Islamic University.
Bandung
Effendi, zukesti. Dr. 2003, Peranan Leukosit Sebagai Anti-inflamasi Alergik Dalam
Tubuh, Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Eki Putra, Sutrisno. Gambaran Sel Darah Putih (Leukosit) Domba Lokal (Ovis
aries) yang diimmunisasi dengan Ekstrak Caplak Rhipicephalus
sanguineus. 2008
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
44
Edi Sukmayadi. Asep, Sri Adi Sumuwi, Melisa Intan B, Aktivitas Imunomodulator
Ekstrak Etanol Daun Tempuyung
(Sonchus arvensis Linn.) Terhadap
Peningkatan IL-2 Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Fakultas Farmasi,
Universitas Padjadjaran, Jatinangor. 2014
Erlinger thomas P.2004. WBC count and the risk of cancer mortality in a national
sample of U.S. addults: result from the scon national heath and nutrition
examination survey mortality study. Cancer epidemology, biomarkers &
prevention.
Ghonime, Mohammed, et al. 2011 Evaluation Of Immunomodulatory Effect Of
Tree Herbal Plants Growing In Egypt. Immunopharmacology And
Immunotoxicology.
Goreja, W.G, Black Seed nature’s miracle remedy, United State of America.2003
Hailat, Nabil et al. 1998. Effect of Nigella Sativa extracts on antibody respone of
rats vaccinated with brucella vaccine (rev-1). Pharmaucetical Biology,
Irbid, Jordan.
Haq, Afrozul et al. 1995. Nigella Sativa Effect On Human Lymphocytes And
Polymorfonuclear Leukocyte Phagocytic Activity. riyadh, saudi arabia
Haq, Afrozul et al. 1999. Immunomodulatory Effect Of Nigella Sativa Protein By
Ion Exchange Chromatography. riyadh, saudi arabia.
Harborne, J. B. Metode fitokimia : penentuan cara modern menganalisis tumbuhan
.1987, Bandung: ITB Press.
Harkness, Wagner's. 2010 Biology and Medicine of Rabbits and Rodents, fifth
edition willey blackwell publising, state avenue, ames jowa, USA
Hussein El- taher Ph D, Kamal El-din, dana M bakeet. 2006. The black seed Nigella
Sativa Linnaeus - a mine cures: a plea for urgent clnical evaluation of its
vollatil oil. Departement Of Pharmacology, Coleg Of Pharmacy, King Saud
University Riyadh Saudi Arabia.
Ibn Qayyim Al-Jauziyah. 2003. Healing With The Medicine of The Prophet,
Second Edition. Riyadh: Maktaba Dar-us-Salam.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
45
Junaidi, Eti, Ir. Juliati, sufrida,Ir. Suty, surnahika,Cr. Kedahsytan habbatusauda’
mengobati berbagai penyakit. PT. Agro mula pustaka. Jakarta selatan
2011
Lestari, Siti Hilda A. Ismoyowati, indradji mohandas. Kajian jumlah leukosit pada
berbagai jenis itik lokal betina yang pakanya disuplementasi probiotik.
Fakultas peternakan universitas jenderal Sudirman, Purwokerto 2013.
Lichman, marshall A., Ernest beutler, Uri selighsohn, Kenneth kaushansky,
Thomas O.kipss,. 2007. Williams, Hematology. Seven edition. Mcraw-hill
medicall.
Mayer G. 2008. Innate (Non-Spesifik) Immunity. Microbiologi and Biology on line.
The Board of Trustees of the University of South Carolina.
Michael CG. Et al. 2010. Phytochemical And Biological Investigation Of The
Ekstracts Of Nigella Sativa L. Seeds Waste . Pharmacology Departement,
Faculty Of Pharmacy, Cairo University, Egipt.
Nicholis, barbara A., Dorothy Ford Bainton, marilyn g . farquhar. 1971.
Differentiation of monocytes. Origin, Nature, and Fate of Their Azurophil
Granules. From the Department of Pathology, University of California, San
Francisco, California 94122. University, New York 10021
Nurhayati, Diana. 2001. Imunomodulator Pada Infeksi Bakteri. Universitas
Dipenogero. Semarang.
Paarrakh,M, Nigella satifa Lim, A Comprehensive review.departement of
pharmacognosy, karnataka, India 2009
Permatasari, Nur M.kes. Dr. drg, 2012. Instruksi Kerja Pengambilan Darah,
Perlakuan, Dan Injeksi Pada Hewan Coba. Laboratorium Biosains,
Universitas Brawijaya, Malang.
Pratisto, Arif, S.Hut, M.sc. Statistik Mudah Dengan Spss 17. Kompas Gramedia,
2010
Salem, Mohamed labib. 2005. Immunomodulatory and therapeutic properties of
the Nigella sativa L. Seed. Int journal immunopharmacology.
Sadikin,mohamad, DSc. Dr. H Seri Biokimia Biokimia Darah. Widya medika 2002
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
46
Singleton P, Sainsbury D. 2001. Dictionary of Microbiology and Molecular
Biology. 3th edition. Canada: John Wiley&Sons, LTD.
Sino biological inc, The enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) is a sensitive
method for quantification of proteins that is suitable for numerous
applications. 21 Januari 2015 .
https://www.mabtech.com/knowledge-
center/assay-principles/elisa-assay-principle.
Sopiyudin dahlan , muhammad. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi ke4 Salemba medika.2001
Suharti, Yufri Aldi. 2010. Aktivitas Ekstrak Etanol Biji Jintan (Nigella Sativa Linn.)
Terhadap Titter Anti Bodi Jumlah Sel Leukosit Pada Mencit Putih Jantan.
Fakultas farmasi universitas andalas.
Theml, H,M.D et all. Color Atlas of Hematology, PracticalMicroscopic and
Clinical Diagnosis, 2004
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani
N. S., UGM Press, Yogyakarta.
World Health Organization, 1993. Guidelines for the assessment of herbal
medicine. programme on traditional medicine. Geneva.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
47
Lampiran 1. Kerangka Konsep Penelitian
Nigella sativa L memiliki efek imunomodulator dalam berbagai macam jenis ekstrak,
namun belum banyak diketahui efek imunumodulatornya dalam bentuk ekstrak
polisakarida.
Ekstraksi poliksakarida dari biji jinten hitam yang telah dibuat serbuk.
Dilakukan pengujian Imunomodulator Ekstrak Polisakarida Nigella sativa L Pada
Mencit Balb/C terhadap Total Leukosit, jumlah Limfosit, jumlah Monosit , Dan kadar
Il-1β
Mencit balb/c diuji dengan Ekstrak
polisakarida Nigella sativa dosis
1,25 mg/20 BB mencit, 2,5 mg /20
BB mencit, 5 mg / 20 BB mencit
Mencit Balb/C diaklitimasi.
Uji terhadap kadar
Il-1β
Uji terhadap Total Leukosit,
jumlah Limfosit, jumlah
Monosit
pemberian ekstrak
selama 5 hari
pemberian ekstrak selama
14 hari
Pada hari ke-5, dua jam setelah
pemberian ekstrak disuntik LPS
secara IP. Pengambilan darah
dilakukan 6 jam setelah
penyuntikan LPS
Pengambilan darah
pada hari ke-7, ke-14
dan ke-21
Penghitungan terhadap
Total Leukosit, jumlah
Limfosit, jumlah
Monosit
Penghitungan terhadap kadar
Analisa Statistik
Il-1β dengan
menggunakan ELISA kit
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
48
Lampiran 2. Bagan Ekstraksi pertama
Biji Nigella sativa L
90 gr serbuk Nigella sativa
Dipanaskan dalam aquadest 70:1
(aquadest : serbuk Nigella sativa)
Dihilangkan lemaknya dengan
n-heksan
Pemanasan dengan waterbatch
pada suhu 800C selam 1 jam
Larutan disentrifus pada 5000 rpm
selama 20 menit
Supernatan ditambahkan etanol 90
%
Dibiarkan selama semalam
Etanol diuapkan dengan vacum
evaporator
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
49
Lampiran 3. Bagan Ekstraksi Kedua
500 mg Nigella Sativa L.
Dihaluskan
Dimaserasi menggunakan sodium bicarbonat
5 % selama 24 jam dengan perbandingan 3:1
(pelarut : ekstrak)
Disaring menggunakan kapas.
Hasil saringan diendapkan menggunakan
etanol 96 % selama 24 jam
Dipekatkan menggunakan rotari evaporator
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
50
Lampiran 4. Surat keterangan mencit
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
51
Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Abu Dan Kadar Air.
a. Kadar abu
% kadar abu total =
W1−W2
W
x 100 %
Keterangan :
W
=
bobot ekstrak awal (gram)
W1
=
bobot cawan + ekstrak setelah diabukan (gram)
W2
=
bobot cawan kosong (gram)
W
= 1,075 gram
W1
= 25,999 gram
W2
= 24,997 - 1,075
= 24,924 Gram
% kadar abu total
=
=
24,997−24,924
1,075
0,073
1,075
x 100 %
x 100 %
= 6,8 %
b. Kadar air
% kadar air =
W1−W2
W1−W
x 100 %
Keterangan :
W
=
cawan kosong
W1
=
bobot cawan + ekstrak sebelum diuapkan
W2
=
bobot cawan + ekstrak setelah diuapkan
W
= 20,551 gram
W1
= 20,551 + 1,1199 = 21,6709 gram
W2
= 21,468 gram
% kadar abu total
=
21,6709−21,468
21,6709−20,551
x 100 %
0,2029
= 1,1199 )x 100 %
= 18,12 %
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
52
Lampiran 6. Kegiatan Pengukuran Kadar Abu Dan Kadar Air
Uji kadar abu
Berat Ekstrak Awal
Berat ekstrak + ekstrak
sebelum diabukan
Berat Ekstrak Setelah
Diabukan
Berat ekstrak setelah
penguapan
Berat cawan kosong
Uji kadar air
Berat ekstrak awal
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
53
Lampiran 7. Hasil Uji Karbohidran Total ekstraksi pertama
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
54
Lampiran 8: Hasil Uji Karbohidran Total ekstraksi kedua
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
55
Lampiran 9. Penentuan Besar Dosis
Hasil rendemen dari 90 gram serbuk polisakarida
: 14,8 gram ekstrak PS
Dosis manusia perhari
: 2 gram / hari
Dosis manusia sesuai Rendemen
:
14,8
90
x 2 = 0,32 gr / hari
Dosis untuk mencit :
Dik :
Dosis Manusia
: 0,32 gr / hari / 60 kg BB
Km (manusia)
: 37
Km (mencit)
:3
Berat rata-rata mencit
: 20 gram
HED = Animal Dose x
𝐾𝑚 𝐻𝑒𝑤𝑎𝑛
𝐾𝑚 𝑀𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎
3
0,32 gr / hari / 60 kg berat = animal dose x 37
Animal dose =
0,32 gr / hari / 60 kg bb
0,081
= 3,945 gr / 60 kg bb
Animal dose = (3,945 gr / 60 kg bb) x (20 gr/1000 gr)
Animal dose = 0,00125 gr / 20 gr b mencit = 1,25 mg / 20 gr berat mencit
Jadi dosis yang akan diberikan adalah
Dosis rendah
: 1,25 mg / 20 gr berat mencit
Dosis sedang
: 2,5 mg / 20 gr berat mencit
Dosis tinggi
: 5 mg / 20 gr berat mencit
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
56
Lampiran 10. Pembuatan Larutan Induk
A. Larutan Induk Ekstrak Polisakarida Untuk Uji Total Leukosit Dan
Jumlah Limfosit Dan Monosit
1. Dosis rendah 1,25 mg/ g BB atau 62,5 mg /kg BB
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 (
Vao mencit
=
𝑚𝑔
𝐵𝐵)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
𝑘𝑔
𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑚𝑔
62,5 (
𝐵𝐵) 𝑥 0,02 (𝑘𝑔)
𝑘𝑔
0,5 ml
=
Konsentrasi
= 2,5 mg
Vao TOTAL
= Vao x jumlah mencit x lama pemberian
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
= 0,5 ml x 8 x 14
= 56 ml X 2 (dibuat dua kali nya untuk cadangan induk)
= 112 ml
Jumlah ekstrak yang ditimbang
= Vao total x konsentrasi
= 112 x 2,5 mg
= 285 mg
2. Dosis sedang 2,5 mg /g BB atau 125 mg /kg BB
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 (
Vao mencit
=
𝑚𝑔
𝐵𝐵)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
𝑘𝑔
𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
125 (
𝑚𝑔
𝐵𝐵) 𝑥 0,02 (𝑘𝑔)
𝑘𝑔
0,5 ml
=
Konsentrasi
= 5 mg
Vao TOTAL
= Vao x jumlah mencit x lama pemberian
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
= 0,5 ml x 8 x 14
= 56 ml X 2 (dibuat dua kali nya untuk cadangan induk)
= 112 ml
Jumlah ekstrak yang ditimbang = Vao total x konsentrasi
= 112 x 5 mg
= 560 mg
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
57
3. Dosis tinggi 5 mg /g BB atau 250 mg/kg BB
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 (
Vao mencit
=
𝑚𝑔
𝐵𝐵)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
𝑘𝑔
𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
250 (
𝑚𝑔
𝐵𝐵) 𝑥 0,02 (𝑘𝑔)
𝑘𝑔
0,5 ml
=
Konsentrasi
= 10 mg
Vao TOTAL
= Vao x jumlah mencit x lama pemberian
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
= 0,5 ml x 8 x 14
= 56 ml X 2 (dibuat dua kali nya untuk cadangan induk)
= 112 ml
Jumlah ekstrak yang ditimbang = Vao total x konsentrasi
= 112 x 10 mg
= 1120 mg
B. Larutan Induk Ekstrak Polisakarida Untuk Uji Total Leukosit Dan
Jumlah Limfosit Dan Monosit
1. Dosis rendah 1,25 mg/ g BB atau 62,5 mg /kg BB
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 (
Vao mencit
=
𝑚𝑔
𝐵𝐵)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
𝑘𝑔
𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
62,5 (
𝑚𝑔
𝐵𝐵) 𝑥 0,02 (𝑘𝑔)
𝑘𝑔
0,5 ml
=
Konsentrasi
= 2,5 mg
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
Vao TOTAL = Vao x jumlah mencit x lama pemberian
= 0,5 ml x 8 x 14
= 56 ml X 2 (dibuat dua kali nya untuk cadangan
induk)
= 112 ml
Jumlah ekstrak yang ditimbang
= Vao total x konsentrasi
= 112 x 2,5 mg
= 285 mg
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
58
2. Dosis sedang 2,5 mg /g BB atau 125 mg /kg BB
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 (
Vao mencit
=
𝑚𝑔
𝐵𝐵)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
𝑘𝑔
𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
125 (
0,5 ml
=
Konsentrasi
= 5 mg
𝑚𝑔
𝐵𝐵) 𝑥 0,02 (𝑘𝑔)
𝑘𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
Vao TOTAL = Vao x jumlah mencit x lama pemberian
= 0,5 ml x 8 x 14
= 56 ml X 2 (dibuat dua kali nya untuk cadangan
induk)
= 112 ml
Jumlah ekstrak yang ditimbang
= Vao total x konsentrasi
= 112 x 5 mg
= 560 mg
3. Dosis tinggi 5 mg /g BB atau 250 mg/kg BB
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 (
Vao mencit
=
𝑚𝑔
𝐵𝐵)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
𝑘𝑔
𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
250 (
𝑚𝑔
𝐵𝐵) 𝑥 0,02 (𝑘𝑔)
𝑘𝑔
0,5 ml
=
Konsentrasi
= 10 mg
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
Vao TOTAL = Vao x jumlah mencit x lama pemberian
= 0,5 ml x 8 x 14
= 56 ml X 2 (dibuat dua kali nya untuk cadangan induk)
= 112 ml
Jumlah ekstrak yang ditimbang
= Vao total x konsentrasi
= 112 x 10 mg
= 1120 mg
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
59
Lampiran 11. Kegitan penelitian : Pengambilan Darah
Mencit yang akan diambil
darahnya
Mencit yang telah
dibersihkan
Mencit dianestesi
Mencit diposisikan untuk
diambil darahnya
Mencit yang sudah diambil
darahnya dibersihkan darahnya
Mencit diambil darahnya dengan
menggunakan hematokrit
Darah yang telah diambil
dari mencit
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
60
Lampiran 12. Kegitan penelitian : Pembuatan sediaan apus
Darah yang telah disiapkan, yang telah
diambil dari mencit.
letakan setetes darah mencit yang telah
diperoleh dari mencit ke kaca objek.
Dengan menggunakan gelas objek yang
lain buat sudut 45o geser perlahan
hingga terbentuj lapisan darah yang rata.
Usahakan sediaan darahnya merata
ketebalanya.
Hasil pembuatan sediaan darah hapus
Pewaranna sediaan darah hapus
menggunakan giemsa.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
61
Setelah diwarnai bilas dengan aquadest
lalu dikeringkan.
Preparat hasil Pengamatan.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
62
Lampiran 13. Kegitan penelitian : Penghitungan Leukosit
Sediaan darah yang siap
akan diuji
Sediaan darah yang
siap akan diuji
Darah dihisap menggunakan
pipet hematoma sampai tanda
0,5. Lalu hisap larutan turk
hingga batas angka 11.
Sediaan darah yang telah
siap untuk diamati.
Sediaan siap untuk diamati
pada mikroskop pada
perbesaran 100
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
63
Lampiran 14. Metode Uji ELISA
Pada ELISA Kit terdapat beberapa komponen, yaitu:

Lyophilized recombinan mouse IL-1β standard: 10 ng /tube

One well 96 well plate precoated with anti-mouse IL-1β
antibody.

Sampel diluent buffer 30 ml.

Biotinylated anti-mouse IL-1β antibody: 130 µl, dilution 1 :
100.

Antibody diluent buffer

Avidin-biotin-peroxidase complex (ABC) : 130 µl, dilution 1 :
100.

ABC diluent buffer : 12 ml.

TMB color developing agent : 10ml.

TMB stop solution: 10 ml.
Dalam pelaksanaan uji menggunakan ELISA melalui beberapa tahap sebagai
berikut :
PREPARASI
1.
Tahap pengenceran : Karena serum yang dihasilkan berkisar
antara 500-5000 pg/ml. Pengenceran dilakukan sebanyak
1:10 (tambhkan 10 ul sampel kedalam 90 ul sampel diluent
buffer).
2.
Persiapan reagen :

Larutan standar 500 pg/ml IL-1β mencit : tambahkan
0.05 ml larutan standar IL-1β
10 ng /ml diatas ke
dalam 0.95 ml pelarut buffer sampel dan campur
merata. ( Catatan : sebaiknya preparasi dilakukan tidak
lebih dari 2 jam sebelum pengerjaan)

Preparasi biotynillated anti-mouse IL-1β anti-body.
i. Total semua larutan harus 0,1 dikali banyak
sumur yang akan digunakan.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
64
biotynillated anti-mouse IL-1β anti-body harus
ii.
di larutkan pada 1 : 100 dengan anti-body diluet
buffer dan dicampur merata.

Reparasi Avidin-biotin-peroxidase complex (ABC) :
i. Total volume harus sama dengan 0,1 ml dikali
jumlah sumuran yang digunakan.
ii. Avidin-biotin-peroxidase
complex
harus
dilarutkan pada 1 : 100 dengan larutan buffer
ABC. Dan dicampur merata.
PROSEDUR PELAKSANAAN UJI
1. Serum diambil dan diencerkan dengan pengencer standart
dengan perbandingan 1 : 100 ( 1 μl serum + 99 μl
pengencer standart ).
2. Serum
diteteskan
pada
microtitre
plate
kemudian
diinkubasi selama 60 menit pada suhu 370C.
3. Dicuci dengan buffer pencuci sebanyak 3 kali.
4. Microtitre plate ditetesi 0,1 ml ABC working Solutions
diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar ( 20-25
derajad Celcius ).
5. Dicuci dengan buffer pencuci sebanyak 5 kali.
6. Ditetesi 90 ul dengan TMB Color developing agen dan
didiamkan selama 30 menit pada suhu ruangan di tempat
yang gelap.
7. Dicuci dengan buffer pencuci sebanyak 5 kali.
8. Ditambahkan substrat pre-mix TMB.
9. Ditetesi dengan 100 μl stop solution.
10. Ditutup dengan plate covers dan dibaca dengan ELISA
reader ( spectrophotometer ) yang diatur pada 450 nm.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
65
Lampiran 15. Hasil Pengamatan Mikroskop

Hasil Pengamatan Monosit
Penampakan Monosit
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
66

Hasil Pengamatan Limfosit
Penampakan Limfosit
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
67

Hasil Pengamatan Leukosit
Pengamatan mikroskopik
untuk perhitungan leukosit
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
68
Lampiran 16. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit
Dan Limfosit hari ke -7.
NO
1
Sampel
Kontrol
I
II
2
3
72,5
86%
9%
3625
3117,5
326,3
91
90
90,5
92%
7%
4525
4163,0
316,8
66
80
73
91%
5%
3650
3321,5
182,5
64
83
73,5
88%
8%
3675
3234,0
294,0
37
110
73,5
89%
4%
3675
3270,8
147,0
76,6
89%
7%
3830
3416,4
252,8
128
118
123
88%
8%
6150
5412,0
492,0
100
118
109
98%
2%
5450
5341,0
109,0
118
104
111
89%
10%
5550
4939,5
555,0
101
92
96,5
81%
19%
4825
3908,3
916,8
115
86
100,5
91%
9%
5025
4572,8
452,3
108
89%
10%
5400
4827,6
518,4
130
102
130
79%
12%
5800
4582,0
696,0
150
125
150
87%
4%
6875
5981,3
275,0
71
74
71
94%
4%
3625
3407,5
145,0
120
142
120
84%
12%
6550
5502,0
786,0
110
117
110
85%
8%
5675
4823,8
454,0
114,1
86%
8%
5705
4894,9
456,4
183
163
173
82%
10%
8650
7093,0
865,0
155
130
142,5
94%
2%
7125
6697,5
142,5
117
125
121
79%
10%
6050
4779,5
605,0
127
144
135,5
87%
10%
6775
5894,3
677,5
104
158
131
97%
3%
6550
6353,5
196,5
140,6
89%
7%
7030
6256,7
492,1
RATA-RATA / KELOMPOK
4
PS dosis
tinggi
mon
JML diferensial
leukosit / klpok
lim
Mon
86
RATA-RATA / KELOMPOK
PS dose
sedang
limp
jml rt2
leukosit
per mm3
% diferensial leukosit
59
RATA-RATA / KELOMPOK
ps dose
rendah
total ratarata
RATA-RATA / KELOMPOK
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
69
Lampiran 17. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit
Dan Limfosit hari ke-14.
NO
1
sampel
II
limp
JML diferensial
leukosit / klpok
Mon
jml rt2
leukosit per
mm3
lim
Mon
75
96
85,5
97%
2%
4275
4146,8
85,5
121
17
69,0
79%
18%
3450
2725,5
621,0
62
55
58,5
97%
3%
2925
2837,3
87,8
137
98
117,5
96%
2%
5875
5640,0
117,5
89
74
81,5
93%
7%
4075
3789,8
285,3
RATA-RATA / KELOMPOK
82,4
92%
6%
4120
3806,9
263,7
2
kontrol
I
% diferensial
leukosit
total
ratarata
ps dose
rendah
100,0
131,0
112,0
129,0
106,0
130,0
90%
94%
5%
5%
5300
6500
4770,0
6110,0
265,0
325,0
169,0
111,0
140,0
93%
6%
7000
6510,0
390,6
131,0
112,0
121,5
77%
20%
6075
4677,8
935,6
131,0
111,0
121,0
94%
5%
6050
5687,0
284,4
123,7
90%
8%
6185
5541,8
507,2
RATA-RATA / KELOMPOK
3
PS dose
sedang
182,0
126,0
154,0
55%
40%
7700
4235,0
3080,0
133,0
120,0
126,5
85%
12%
6325
5376,3
759,0
144,0
183,0
163,5
85%
5%
8175
6948,8
408,8
114,0
115,0
114,5
91%
6%
5725
5209,8
343,5
137,0
124,0
130,5
85%
5%
6525
5546,3
326,3
137,8
80%
14%
6890
5525,8
937,0
RATA-RATA / KELOMPOK
4
PS
dosis
tinggi
207,0
127,0
167,0
74%
16%
8350
6179,0
1336,0
128,0
153,0
140,5
97%
2%
7025
6814,3
140,5
182,0
183,0
182,5
95%
4%
9125
8668,8
365,0
127,0
153,0
140,0
90%
6%
7000
6300,0
420,0
182,0
153,0
167,5
90%
6%
8375
7537,5
502,5
159,5
89%
7%
7975
7113,7
542,3
RATA-RATA / KELOMPOK
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
70
Lampiran 18. Hasil Penghitungan total leukosit, Jumlah Presentase Monosit
Dan Limfosit hari ke-21.
NO
1
sampel
kontrol
I
II
2
3
4
Mon
68,5
99%
1%
3425
3390,8
34,3
85
76
80,5
100%
0%
4025
4025,0
0,0
86
86
86,0
96%
4%
4300
4128,0
172,0
98
94
96,0
100%
0%
4800
4800,0
0,0
86
86
86,0
99%
1%
4300
4257,0
43,0
83,4
99%
1%
4170
4120,0
50,0
165
162
163,5
100%
0%
8175
8175,0
0,0
146
94
120,0
100%
0%
6000
6000,0
0,0
137
147
142,0
100%
0%
7100
7100,0
0,0
15
122
68,5
100%
0%
3425
3425,0
0,0
191
160
175,5
96%
4%
8775
8424,0
351,0
133,9
99%
1%
6695
6641,4
53,6
122
80
101,0
99%
1%
5050
4999,5
50,5
42
47
44,5
99%
1%
2225
2202,8
22,3
128
132
130,0
100%
0%
6500
6500,0
0,0
219
203
211,0
100%
0%
10550
10550,0
0,0
191
223
207,0
98%
2%
10350
10143,0
207,0
138,7
99%
1%
6935
6879,5
55,5
Rata-Rata / Kelompok
PS
dosis
tinggi
lim
61
Rata-Rata / Kelompok
PS dose
sedang
JML diferensial
leukosit / klpok
76
Rata-Rata / Kelompok
ps dose
rendah
total ratarata
%
jml rt2
diferensial
leukosit
leukosit
per mm3
limp mon
120
125
122,5
98%
1%
6125
6002,5
61,3
173
146
159,5
100%
0%
7975
7975,0
0,0
146
120
133,0
99%
1%
6650
6583,5
66,5
223
203
213,0
100%
0%
10650
10650,0
0,0
260
212
236,0
100%
0%
11800
11800,0
0,0
172,8
99%
0%
8640
8588,2
34,6
Rata-Rata / Kelompok
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
71
Lampiran 19. Hasil uji interleukin 1-beta
no
kelompok
1 kontrol negatif
2 kontrol positif
3 dosis 1
4 dosis 2
5 dosis 3
nilai
interleukin 1
beta
7,8
7,8
7,8
7,8
4,4
6,0
55,2
43,1
3,3
33,9
43,5
54,6
106,0
1,7
320,0
206,0
505,0
31,4
36,5
477,0
rerata
stdev
7,8
0,0
27,2
25,9
33,8
22,0
158,4
136,2
262,5
264,1
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
72
Lampiran 20. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit hari ke-7
Tujuan
: Untuk menguji apakah varian dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis
rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda.
Hipotesis
:

Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama.

H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil uji homogenitas data total leukosit hari ke-7 :
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
Hari _ke_7
Keputusan
1.119
df1
df2
3
Sig.
16
.371
:
Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.371 >
0.05, sehingga H0 diterima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki
varian yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
73
Lampiran 21. Hasil Uji ANOVA Total Leukosit hari ke-7
Tujuan
: Untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah,
dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama.
Hipotesis
:
 Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap
total leukosit mencit Balb/C.

H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
total leukosit mencit Balb/C.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil ANOVA total leukosit hari ke-7 :
ANOVA
Sum of
Squares
Hari
_ke_7
df
Mean Square
Between Groups
2.591E7
3
8635864.583
Within Groups
1.197E7
16
748296.875
Total
3.788E7
19
Keputusan
F
11.541
Sig.
.000
:
Nilai probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak, artinya dosis pemberian ekstrak
polisakarida memberikan pengaruh yang berbeda terhadap total leukosit mencit
Balb/C.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
74
Lampiran 22. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) total
leukosit hari ke-7
Tujuan : Untuk melihat dosis terbaik dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah,
dosis sedang dan dosis tinggi).
Hasil uji turkey HSD total leukosit hari ke-7 :
(I)
(J)
95% Confidence Interval
Dependent
kelom kelomp
Variable
pok
ok
hari_ke_7
1
2
-1570.00000* 5.47100E2
.049
-3135.2648
-4.7352
3
-1875.00000* 5.47100E2
.016
-3440.2648
-309.7352
4
-3200.00000* 5.47100E2
.000
-4765.2648
-1634.7352
1
1570.00000* 5.47100E2
.049
4.7352
3135.2648
3
-305.00000 5.47100E2
.943
-1870.2648
1260.2648
4
-1630.00000* 5.47100E2
.040
-3195.2648
-64.7352
1
1875.00000* 5.47100E2
.016
309.7352
3440.2648
2
305.00000 5.47100E2
.943
-1260.2648
1870.2648
4
-1325.00000 5.47100E2
.113
-2890.2648
240.2648
1
3200.00000* 5.47100E2
.000
1634.7352
4765.2648
2
1630.00000* 5.47100E2
.040
64.7352
3195.2648
3
1325.00000 5.47100E2
.113
-240.2648
2890.2648
2
3
4
Mean
Difference (I-J) Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
Ket :
Tanda bintang (*) atau Nilai sig. Lebih kecil dari 0,05 berarti perbedaan
signifikan.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
75
Lampiran 23. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit hari ke-14
Tujuan
: Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis
rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda.
Hipotesis
:

Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama.

H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil uji homogenitas data total leukosit hari ke-14 :
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
hari_ke_14
Keputusan
.638
df1
df2
3
Sig.
16
.602
:
Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.602 >
0.05, sehingga H0 diterima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki
varian yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
76
Lampiran 24. Hasil Uji ANOVA Total Leukosit hari ke-14.
Tujuan
: Untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah,
dosis sedang dan dosis tinggi) memiliki rata-rata/mean yang sama.
Hipotesis
:
 Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap
total leukosit mencit Balb/C.

H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
total leukosit mencit Balb/C.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil ANOVA total leukosit hari ke-14 :
hari_ke_ Between Groups
14
3.960E7
3
1.320E7
Within Groups
1.415E7
16
884578.125
Total
5.375E7
19
Keputusan
14.921
.000
:
Nilai probabilitasnya < dari 0,05 maka H0 ditolak, artinya dosis pemberian
ekstrak polisakarida memberikan pengaruh yang berbeda terhadap total leukosit
mencit Balb/C.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
77
Lampiran 25. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) total
leukosit hari ke-14.
Tujuan
: Untuk melihat dosis terbaik dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis
rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) pada hari ke-14.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 kelompok dosis tidak signifikan

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 kelompok dosis ssignifikan
Hasil uji turkey HSD total leukosit hari ke-14 :
hari_ke_14
1
2
3
4
2
-2065.00000* 5.94837E2
.015
-3766.8409
-363.1591
3
-2770.00000* 5.94837E2
.001
-4471.8409
-1068.1591
4
-3855.00000* 5.94837E2
.000
-5556.8409
-2153.1591
1
2065.00000* 5.94837E2
.015
363.1591
3766.8409
3
-705.00000 5.94837E2
.644
-2406.8409
996.8409
4
-1790.00000* 5.94837E2
.038
-3491.8409
-88.1591
1
2770.00000* 5.94837E2
.001
1068.1591
4471.8409
2
705.00000 5.94837E2
.644
-996.8409
2406.8409
4
-1085.00000 5.94837E2
.299
-2786.8409
616.8409
1
3855.00000* 5.94837E2
.000
2153.1591
5556.8409
2
1790.00000* 5.94837E2
.038
88.1591
3491.8409
3
1085.00000 5.94837E2
.299
-616.8409
2786.8409
Ket :
Tanda bintang (*) atau Nilai sig. Lebih kecil dari 0,05 berarti perbedaan
signifikan.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
78
Lampiran 26. Hasil Uji homogenitas data Total Leukosit pada hari ke-21
Tujuan
: Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis
rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda.
Hipotesis
:

Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama.

H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil uji homogenitas data total leukosit hari ke-21 :
Test of Homogeneity of Variances
hari_ke_21
Keputusan
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
4.225
3
16
.022
:
Data total leukosit hari ke-21 mempunyai varian yang berbeda sehingga tidak bisa
dilakukan uji ANOVA. Untuk melihat apakah pemberian ekstrak polisakarida
pada hari ke-21 mempunyai makna dilakukan uji non parametrik kruskal wallis.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
79
Lampiran 27. Hasil Uji non parametrik kruskal wallis Total Leukosit Hari
ke-21
Tujuan : Untuk Mengetahui Ada Atau Tidaknya Pengaruh
Total Leukosit
Terhadap Kelompok Mencit Balb/C Hari Ke-21.
Hipotesis :

Ho = data total leukosit hari ke-21 tidak berbeda secara bermakna

H1 = data total leukosit hari ke-21 berbeda secara bermakna
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil Uji non parametrik kruskal wallis Total Leukosit Hari ke-21:
Test Statisticsa,b
Leukosit
Chi-Square
Df
Asymp. Sig.
8.511
3
.037
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: dosis
Kesimpulan :
Data total leukosit pada hari ke-21 berbeda secara bermakna, artinya pemberian
kelompok dosis pada hari ke-21 memiliki
efek yang signifikan terhadap
kelompok kontrol total leukosit mencit Balb/C.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
80
Lampiran 28. uji homogenitas perbandingan uji total leukosit perminggu
Tujuan
: Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (hari ke-7, ke-14
dan hari ke-21) tersebut sama atau berbeda.
Hipotesis
:

Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama.

H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil uji homogenitas data total leukosit per 7 hari :
Leukosit
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
.792
3
8
.532
Keputusan
:
Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.532>0.05,
sehingga H0 diterima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian
yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
81
Lampiran 29. Uji ANOVA Total Leukosit Per Minggu
Tujuan
: Untuk menguji apakah kelompok uji (rata-rata perminggu kontrol,
dosis rendah, dosis sedang dan dosis
tinggi) memiliki rata-
rata/mean yang sama.
Hipotesis
:
 Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap
total leukosit mencit Balb/C.

H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
total leukosit mencit Balb/C.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima.

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak.
Hasil ANOVA total leukosit perminggu :
Leukosit
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
Keputusan
df
Mean Square
2.130E7
3
7098775.639
3398618.000
8
424827.250
2.469E7
11
F
16.710
Sig.
.001
:
Nilai probabilitasnya < dari 0,05 maka H0 ditolak, artinya dosis pemberian
ekstrak polisakarida memberikan pengaruh yang berbeda terhadap total leukosit
mencit Balb/C.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
82
Lampiran 30. Uji Turkey HSD Total Leukosit perbandingan antar kelompok
perminggu
Tujuan
: Untuk melihat dosis terbaik dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis
rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) pada tiap minggunya (per 7
hari ).
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 kelompok dosis tidak signifikan

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 kelompok dosis ssignifikan
Hasil uji turkey HSD total leukosit:
(I)
(J)
95% Confidence Interval
minggu minggu Mean Difference
ke
ke
1
2
-1969.66667* 5.32182E2
.025
-3673.9022
-265.4311
3
-2405.33333* 5.32182E2
.008
-4109.5689
-701.0978
4
-3713.33333* 5.32182E2
.001
-5417.5689
-2009.0978
1
1969.66667* 5.32182E2
.025
265.4311
3673.9022
3
-435.66667 5.32182E2
.844
-2139.9022
1268.5689
4
-1743.66667* 5.32182E2
.045
-3447.9022
-39.4311
1
2405.33333* 5.32182E2
.008
701.0978
4109.5689
2
435.66667 5.32182E2
.844
-1268.5689
2139.9022
4
-1308.00000 5.32182E2
.143
-3012.2356
396.2356
1
3713.33333* 5.32182E2
.001
2009.0978
5417.5689
2
1743.66667* 5.32182E2
.045
39.4311
3447.9022
3
1308.00000 5.32182E2
.143
-396.2356
3012.2356
2
3
4
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan :
Tanda bintang (*) atau Nilai sig. Lebih kecil dari 0,05 berarti perbedaan
signifikan.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
83
Lampiran 31. Hasil uji homogenitas data jumlah limfosit hari ke-7
Tujuan
: untuk menguji apakah varian dari kelompok uji hari ke-7 sama
atau berbeda.
Hipotesis
:

Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama.

H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil uji homogenitas data total limfosit hari ke-7 hari :
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
limposit7
.931
df1
df2
3
Sig.
16
.449
Kesimpulan :
Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.449>0.05,
sehingga H0 diterima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian
yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
84
Lampiran 32. Hasil uji Anova jumlah limfosit hari ke-7
Tujuan
: untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah,
dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama.
Hipotesis
:
 Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap
jumlah limfosit mencit Balb/C.

H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
jumlah limfosit mencit Balb/C.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil ANOVA jumlah limfosit hari ke-7 :
ANOVA
Sum of
Squares
limposit7 Between Groups
Within Groups
Total
Keputusan
df
Mean Square
1.882E7
3
6271856.933
9271662.000
16
579478.875
2.809E7
19
F
10.823
Sig.
.000
:
Nilai probabilitasnya < dari 0,05 maka H0 ditolak, artinya dosis pemberian
ekstrak polisakarida memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah limfosit
mencit Balb/C.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
85
Lampiran 33. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) jumlah
limfosit hari ke-7.
Tujuan
: Untuk melihat dosis terbaik dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis
rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) pada hari ke-7.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 kelompok dosis tidak signifikan

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 kelompok dosis ssignifikan
Hasil uji turkey HSD total leukosit hari ke - 7 :
Depend (I)
ent
(J)
kelomp kelomp
95% Confidence Interval
Mean
Variable ok
ok
limposit 1
2
-1413.40000* 4.81447E2
.043
-2790.8304
-35.9696
3
-1438.00000* 4.81447E2
.039
-2815.4304
-60.5696
4
-2742.20000* 4.81447E2
.000
-4119.6304
-1364.7696
1
1413.40000* 4.81447E2
.043
35.9696
2790.8304
-24.60000 4.81447E2 1.000
-1402.0304
1352.8304
7
2
3
3
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
4
-1328.80000 4.81447E2
.061
-2706.2304
48.6304
1
1438.00000* 4.81447E2
.039
60.5696
2815.4304
24.60000 4.81447E2 1.000
-1352.8304
1402.0304
2
4
Difference (I-J) Std. Error
4
-1304.20000 4.81447E2
.067
-2681.6304
73.2304
1
2742.20000* 4.81447E2
.000
1364.7696
4119.6304
2
1328.80000 4.81447E2
.061
-48.6304
2706.2304
3
1304.20000 4.81447E2
.067
-73.2304
2681.6304
Ket :
Tanda bintang (*) atau Nilai sig. Lebih kecil dari 0,05 berarti perbedaan
signifikan.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
86
Lampiran 34. Hasil uji homogenitas data limfosit hari ke-14
Tujuan
: untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis
rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda
terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C pada hari ke-14.
Hipotesis
:

Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama.

H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil uji homogenitas data jumlah limfosit hari ke-14 :
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
limfosit14
.140
df1
df2
3
Sig.
16
.935
Kesimpulan :
Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.935 >
0.05, sehingga H0 diterima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki
varian yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
87
Lampiran 35. Hasil uji Anova jumlah limfosit hari ke-14
Tujuan
: untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah,
dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama.
Hipotesis
:
 Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap
jumlah limfosit mencit Balb/C.

H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
jumlah limfosit mencit Balb/C.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil ANOVA jumlah limfosit hari ke-14 :
Mean
Sum of Squares
df
Square
F
Sig.
2.290E7
3
7633318.983
7.278
.003
Within Groups
1.678E7
16
1048796.500
Total
3.968E7
19
limfosit14 Between Groups
Keputusan
:
Nilai probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak, artinya dosis pemberian ekstrak
polisakarida memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah limfosit mencit
Balb/C.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
88
Lampiran 36. Hasil Uji Turkey HSD (Honest Significant Different) jumlah
limfosit hari ke-14.
Tujuan
: Untuk melihat dosis terbaik dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis
rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) pada hari ke-14.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 kelompok dosis tidak signifikan

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 kelompok dosis ssignifikan
Hasil uji turkey HSD total leukosit hari ke - 14 :
(I)
(J)
95% Confidence Interval
Dependent
kelomp kelomp Mean Difference
Variable
ok
ok
limfosit14
1
2
-1540.00000 6.47703E2
.122
-3393.0899
313.0899
3
-1601.40000 6.47703E2
.103
-3454.4899
251.6899
4
-3024.80000* 6.47703E2
.001
-4877.8899
-1171.7101
1
1540.00000 6.47703E2
.122
-313.0899
3393.0899
3
-61.40000 6.47703E2
1.000
-1914.4899
1791.6899
4
-1484.80000 6.47703E2
.141
-3337.8899
368.2899
1
1601.40000 6.47703E2
.103
-251.6899
3454.4899
2
61.40000 6.47703E2
1.000
-1791.6899
1914.4899
4
-1423.40000 6.47703E2
.166
-3276.4899
429.6899
1
3024.80000* 6.47703E2
.001
1171.7101
4877.8899
2
1484.80000 6.47703E2
.141
-368.2899
3337.8899
3
1423.40000 6.47703E2
.166
-429.6899
3276.4899
2
3
4
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
Keterangan :
Tanda bintang (*) atau Nilai sig. Lebih kecil dari 0,05 berarti perbedaan
signifikan.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
89
Lampiran 37. Hasil uji homogenitas jumlah limfosit hari ke-21
Tujuan
: Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis
rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda
terhadap jumlah limfosit mencit Balb/C pada hari ke-21.
Hipotesis
:

Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama.

H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil uji homogenitas data jumlah limfosit hari ke - 21 :
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
limfosit21
3.545
df1
df2
3
Sig.
16
.039
Kesimpulan :
Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.039 <
0.05, sehingga H0 ditolak Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian
yang berbeda, Sehingga tidak dapat dilakukan uji ANOVA.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
90
Lampiran 38. Hasil uji kruskal wallis jumlah limfosit hari ke-21.
Tujuan
: Untuk Mengetahui Ada Atau Tidaknya Pengaruh
pemberian
ekstrak Terhadap jumlah limfosit Kelompok Mencit Balb/C Hari
Ke-21.
Hipotesis
:

Ho = data total leukosit hari ke-21 tidak berbeda secara bermakna

H1 = data total leukosit hari ke-21 berbeda secara bermakna
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil Uji non parametrik kruskal wallis jumlah limfosit Hari ke-21:
Test Statisticsa,b
limfosit21
Chi-Square
Df
Asymp. Sig.
7.297
3
.063
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
kelompok
Kesimpulan :
Nilai probabilitas nya > 0,05, artinya tidak ada pengaruh yang bermakna
pemberian ekstrak polisakarida terhadap jumlah jumlah limfosit hari ke-21.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
91
Lampiran 39. uji homogenitas data rata-rata limfosit perminggu.
Tujuan
: untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis
rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda.
Hipotesis
:

Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama.

H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil uji homogenitas data jumlah limfosit rata-rata perminggu.
Test of Homogeneity of Variances
jml_limposit
Levene Statistic
1.095
df1
df2
3
Sig.
8
.405
Kesimpulan :
Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.405 >0.05,
sehingga H0 diterima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian
yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
92
Lampiran 40. uji ANOVA data rata-rata perminggu limfosit.
Tujuan
: untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah,
dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama.
Hipotesis
:
 Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap
jumlah limfosit mencit Balb/C.

H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
jumlah limfosit mencit Balb/C.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil ANOVA jumlah limfosit perbandingan perminggu.
jml_limposit
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
df
Mean Square
1.888E7
3
6292765.444
6758901.333
8
844862.667
2.564E7
11
F
7.448
Sig.
.011
Kesimpulan :
Nilai probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak, artinya dosis pemberian ekstrak
polisakarida memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah limfosit mencit
Balb/C.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
93
Lampiran 41. Uji Turkey HSD rata-rata perminggu limfosit.
Tujuan
: Untuk melihat dosis terbaik dari 4 kelompok uji (kontrol, dosis
rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ).
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 kelompok dosis tidak signifikan

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 kelompok dosis ssignifikan
Hasil uji turkey HSD total limfosit rata-rata perminggu :
(I)
(J)
95% Confidence Interval
kelomp kelomp Mean Difference
ok
ok
1
2
-1889.00000 7.50494E2
.131
-4292.3471
514.3471
3
-1985.33333 7.50494E2
.110
-4388.6804
418.0138
4
-3538.33333* 7.50494E2
.007
-5941.6804
-1134.9862
1
1889.00000 7.50494E2
.131
-514.3471
4292.3471
3
-96.33333 7.50494E2
.999
-2499.6804
2307.0138
4
-1649.33333 7.50494E2
.203
-4052.6804
754.0138
1
1985.33333 7.50494E2
.110
-418.0138
4388.6804
2
96.33333 7.50494E2
.999
-2307.0138
2499.6804
4
-1553.00000 7.50494E2
.241
-3956.3471
850.3471
1
3538.33333* 7.50494E2
.007
1134.9862
5941.6804
2
1649.33333 7.50494E2
.203
-754.0138
4052.6804
3
1553.00000 7.50494E2
.241
-850.3471
3956.3471
2
3
4
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Ket :
Tanda bintang (*) atau Nilai sig. Lebih kecil dari 0,05 berarti perbedaan
signifikan.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
94
Lampiran 42. uji homogenitas data monosit hari ke-7
Tujuan
: Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis
rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda.
Hipotesis
:

Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama.

H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil uji homogenitas data jumlah monosit hari ke-7 :
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
monosit7
1.924
df1
df2
3
Sig.
16
.166
Kesimpulan :
Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.166 >
0.05, sehingga H0 ditrima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian
yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
95
Lampiran 43. Uji ANOVA Monosit hari ke-7
Tujuan
: untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah,
dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama.
Hipotesis
:
 Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap
jumlah limfosit mencit Balb/C.

H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
jumlah limfosit mencit Balb/C.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil ANOVA jumlah monosit hari ke-7 :
ANOVA
Sum of Squares
monosit7
Between Groups
df
Mean Square
215507.400
3
71835.800
Within Groups
1049415.600
16
65588.475
Total
1264923.000
19
F
1.095
Kesimpulan :
Nilai probabilitasnya > 0,05 maka H0 ditrima, artinya dosis pemberian ekstrak
polisakarida tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah monosit
mencit Balb/C hari ke-7.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Sig.
.380
96
Lampiran 44. Uji kruskal walis monosit hari ke-7
Tujuan
: Untuk Mengetahui Ada Atau Tidaknya Pengaruh
pemberian
ekstrak Terhadap jumlah monosit Kelompok Mencit Balb/C.
Hipotesis
:

Ho = data monosit hari ke-7 tidak berbeda secara bermakna

H1 = data total monosit hari ke-7 berbeda secara bermakna
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil Uji non parametrik kruskal wallis jumlah monosit hari ke-7:
monosit7
Chi-Square
df
Asymp. Sig.
2.086
3
.555
Kesimpulan :
Nilai probabilitas nya > 0,05, artinya tidak ada pengaruh yang bermakna
pemberian ekstrak polisakarida terhadap jumlah monosit.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
97
Lampiran 45. Uji Homogenitas Hari Ke-14
Tujuan
: Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis rendah,
dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda.
Hipotesis :

Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama.

H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil uji homogenitas data jumlah monosit hari ke - 14 :
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
monosit14
2.814
df1
df2
3
Sig.
15
.075
Kesimpulan :
Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.075 >
0.05, sehingga H0 ditrima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian
yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
98
Lampiran 46. Uji ANOVA monosit hari ke-14
Tujuan
: untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah,
dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama.
Hipotesis
:
 Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap
jumlah limfosit mencit Balb/C.

H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
jumlah limfosit mencit Balb/C.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil ANOVA jumlah monosit hari ke-14 :
ANOVA
Sum of Squares
monosit14
Df
Mean Square
Between Groups
1558434.155
3
519478.052
Within Groups
6884811.950
15
458987.463
Total
8443246.105
18
F
1.132
Kesimpulan :
Nilai probabilitasnya > 0,05 maka H0 ditrima, artinya dosis pemberian ekstrak
polisakarida tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah monosit
mencit Balb/C hari ke-14.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Sig.
.368
99
Lampiran 47. Uji kruskal walis monosit ke-14
Tujuan
: Untuk Mengetahui Ada Atau Tidaknya Pengaruh
pemberian
ekstrak Terhadap jumlah monosit Kelompok Mencit Balb/C.
Hipotesis
:

Ho = data monosit hari ke-14 tidak berbeda secara bermakna

H1 = data total monosit hari ke-14 berbeda secara bermakna
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil Uji non parametrik kruskal wallis jumlah monosit hari ke-14:
monosit14
Chi-Square
df
Asymp. Sig.
5.688
3
.128
Kesimpulan :
Nilai probabilitas nya > 0,05, artinya tidak ada pengaruh yang bermakna
pemberian ekstrak polisakarida terhadap jumlah monosit.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
100
Lampiran 48. Uji homogenitas data monosit hari ke-21
Tujuan
: Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis rendah,
dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda.
Hipotesis :

Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama.

H1 = keempat kelompok uji mempunyai varian yang berbeda.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil uji homogenitas data jumlah monosit hari ke - 21 :
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
monosit21
1.538
df1
df2
3
Sig.
16
.243
Kesimpulan :
Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.243 >
0.05, sehingga H0 ditrima Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian
yang sama, Sehingga dapat dilakukan uji ANOVA.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
101
Lampiran 49. Uji ANOVA monosit hari ke-21
Tujuan
: Untuk menguji apakah 4 kelompok uji (kontrol, dosis rendah,
dosis sedang dan dosis tinggi ) memiliki rata-rata/mean yang sama.
Hipotesis
:
 Ho = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang sama terhadap
jumlah limfosit mencit Balb/C.

H1 = keempat kelompok uji memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
jumlah limfosit mencit Balb/C.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil ANOVA jumlah monosit hari ke-21:
ANOVA
Sum of Squares
monosit21
Between Groups
Df
Mean Square
5479.000
3
1826.333
Within Groups
164816.000
16
10301.000
Total
170295.000
19
F
Sig.
.177
Kesimpulan :
Nilai probabilitasnya > 0,05 maka H0 ditrima, artinya dosis pemberian ekstrak
polisakarida tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah monosit
mencit Balb/C hari ke-14.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
.910
102
Lampiran 50. Uji kruskal walis monosit hari ke-21
Tujuan
: Untuk Mengetahui Ada Atau Tidaknya Pengaruh
pemberian
ekstrak Terhadap jumlah Kelompok monosit Mencit Balb/C.
Hipotesis
:

Ho = data monosit hari ke-21 tidak berbeda secara bermakna

H1 = data total monosit hari ke-21 berbeda secara bermakna
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil Uji non parametrik kruskal wallis jumlah monosit hari ke-21:
monosit21
Chi-Square
df
Asymp. Sig.
.856
3
.836
Kesimpulan :
Nilai probabilitas nya > 0,05, artinya tidak ada pengaruh yang bermakna
pemberian ekstrak polisakarida terhadap jumlah monosit.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
103
Lampiran 51. Uji homogenitas interleukin 1β
Tujuan
: Untuk menguji apakah varian dari kelompok uji (kontrol, dosis
rendah, dosis sedang dan dosis tinggi ) tersebut sama atau berbeda
terhadap jumlah interleukin 1β mencit Balb/C.
Hipotesis
:

Ho = keempat kelompok uji mempunyai varian yang sama.

H1 = keempat kelompok uaji mempunyai varian yang berbeda.
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil uji homogenitas data jumlah Interleukin 1β :
Test of Homogeneity of Variances
Interlekuin
Levene Statistic
14.838
df1
df2
4
Sig.
15
.000
Kesimpulan :
Dari hasil uji Homogenitas data dapat dilihat probabilitasnya sebesar 0.000 <
0.05, sehingga H0 ditolak. Artinya bahwa keempat populasi dosis memiliki varian
yang berbeda, sehingga tidak dapat dilakukan uji ANOVA.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
104
Lampiran 52. Uji kruskal wallis interleukin 1β
Tujuan
: Untuk Mengetahui Ada Atau Tidaknya Pengaruh
ekstrak Terhadap
jumlah interleukin 1β
pemberian
Kelompok Mencit
Balb/C.
Hipotesis
:

Ho = data interleukin 1β tidak berbeda secara bermakna

H1 = data total interleukin 1β berbeda secara bermakna
Dasar penambilan keputusan :

Jika probabilitasnya (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka H0 ditolak
Hasil Uji non parametrik kruskal wallis jumlah interleukin 1β:
Test Statisticsa,b
interlekuin
Chi-Square
df
Asymp. Sig.
3.515
3
.319
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
kelompok
Kesimpulan :
Nilai probabilitas nya > 0,05, artinya tidak ada pengaruh yang bermakna
pemberian ekstrak polisakarida terhadap jumlah Interleukin 1β mencit Balb/C.
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Download