11 BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teori 1. Teori Signaling

advertisement
BAB II
KERANGKA TEORI
A.
Landasan Teori
1. Teori Signaling
Teori signaling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan
untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam (insiders)
perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih
cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan
dibandingkan dengan investor luar. Munculnya asymmetric information
tersebut menyulitkan investor dalam menilai secara objektif berkaitan
dengan kualitas perusahaan.
Perusahaan yang berkualitas bagus tentu saja memiliki insentif
untuk meyakinkan investor luar bahwa perusahaannya memang benarbenar bagus. Permasalahannya adalah bagaimana perusahaan tersebut
dapat menyampaikan informasi tentang keunggulan kinerja perusahaan
ke investor luar namun tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang berkinerja
buruk. Salah satu caranya adalah dengan memberi sinyal (signal) yang
membutuhkan biaya yang relatif mahal, yang tidak memungkinkan
perusahaan berkualitas rendeh untuk menirunya namun perusahaan
mereka yang berkinerja bagus masih tetap dapat membiayainya.
Perusahaan berani mengambil dana eksternal untuk membiayai
suatu proyek merupakan sinyal bahwa proyek tersebut memiliki nilai
intrinsik yang tinggi. Penambahan hutang baru juga menjadi sinyal
11
12
karena hanya perusahaan yang prospek pendapatannya relative stabil
yang berani menambah hutang.1
2. Pasar Modal
a. Pengertian Pasar Modal
Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentng Pasar
Modal
mendefinisikan
pasar
modal
sebagai
“kegiatan
yang
bersangkutan dengan penwaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal
adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan
penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih
dari satu tahun.
Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang
terorganisir dimana efek-efek diperdgangkan yang disebut Bursa Efek.
Bursa Efek atau Stock Exchange adalah suatu tempat yang
terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang
dilakukan baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya.
Fungsi Bursa Efek ini antara lain adalah menjaga kontinuitas pasar
dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme
permintaan dan penawaran.
Fungsi pasar modal, pertama sebagai sarana bagi pendanaan
usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana
1
11-12
. Zaenal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal (Yogyakarta: EKONISIA, 2007), hlm.
13
dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar
modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi,
penambahan modal kerja, dan lain-lain. Kedua pasar modal menjadi
sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan
seperti saham, obligasi, raksadana dan lain-lainnya.2
b. Peranan Pasar Modal dalam Suatu Negara
Peranan pasar modal pada suatu negara adalah:
1) Sebagai fasilitas dalam melakukan interaksi antara pembeli dan
penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang
diperjualbelikan.
2) Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk
memperoleh hasil (return) yang diharapkan.
3) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.
5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat
berharga.3
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar modal
adalah:
2
. Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang: UIN Maliki Press, 2010),
hlm. 33.
3
. Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah............................................. hlm. 38.
14
1) Supply sekuritas. Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang
bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal.
2) Demand sekuritas. Faktor ini berarti harus ada anggota masyarakat
yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk digunakan
membeli sekuritas yang ditawarkan.
3) Kondisi politik dan ekonomi. Faktor ini akan mempengaruhi
Supply dan Demand atas sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan
membantu
pertumbuhan
ekonomi
yang
pada
akhirnya
mempengaruhi Supply dan Demand sekuritas.
4) Masalah hukum dan peraturan. Peraturan yang melindungi pemodal
dari investasi yang tidak benar mutlak diperlukan, karena pembeli
sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang
disediakan oleh perusahaan yang menerbitkan sekuritas.
5) Peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal. Lembagalembaga
seperti
BAPEPAM,
bursa
efek,
akuntan
publik,
underwriter, wali amanat, notaris, konsultan hukum, lembaga
clearing dan lain-lain, perlu bekerja dengan proporsional dan bisa
diandalkan sehingga kegiatan emisi dan transaksi di bursa efek bisa
berlangsung dengan cepat, efisien dan bisa dipercaya.4
d. Bentuk Instrumen di Pasar Modal
1) Saham,
2) Obligasi,
4
. Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah.............................................. hlm. 39
15
3) Bukti right,
4) Waran,
5) Produk turunan atau derivative.5
e. Pelaku Pasar Modal
1) Emiten,
2) Perantara Emisi, meliputi tiga pihak yaitu:
a) Penjamin Emisi (underwriter),
b) Akuntan Publik,
c) Perusahaan Penilai (appraisal)
3) Badan Pelaksana Pasar Modal,
4) Bursa Efek,
5) Perantara Perdagangan Efek,
6) Investor.6
3. Pasar Modal Syariah
a. Pengertian Pasar Modal Syariah
Pasar Modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi
dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian,
spekulasi dan lain-lain. Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan
pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan
5
6
. Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah.............................................. hlm. 40
. Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah.............................................. hlm. 41
16
MOU antara BAPEPAM-LK dengan Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI).7
b. Fungsi Keberadaan Pasar Modal Syariah
Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah adalah:
1) Memungkinkn bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan
bisnis dengan memperoleh keuntungan dan risikonya.
2) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan link produksinya.
3) Harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal
konvensional.
4) Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis sebagaimana tercermin dalam harga saham.8
c. Prinsip Pasar Modal Syariah
Tabel 2.1.
Prinsip Pasar Modal Syariah
Penyebab Haramnya
Transaksi
Li Dzatihi
Tadlis
Riba Fadhl
Li Ghairi
Riba Nasiah
Riba
7
8
Implikasi di Pasar Modal
Efek yang diperjualbelikan harus merupakan
representasi dari barang dan jasa yang halal.
1. Keterbukaan/transparansi informasi.
2. Larangan terhadap informasi yang
menyesatkan.
Larangan
terhadap
transaksi
yang
mengandung ketidakjelasan objek yang
ditransaksikan, baik dari sisi pembeli
maupun penjual.
Larangan atas pertukaran efek sejenis
dengan nilai nominal berbeda.
Larangan atas
short
selling
yang
. Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah.............................................. hlm. 45
. Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah.............................................. hlm. 46
17
Penyebab Haramnya
Transaksi
Jahiliyah
Ba’i Najasy
Ikhtikar
Ta’alluq
Tidak sah
akad
2 in 1
Implikasi di Pasar Modal
menetapkan bunga atas pinjaman.
Larangan melakukan rekayasa permintaan
untuk mendapatkan keuntungan diatas laba
normal, dengan cara menciptakan false
demand.
Larangan melakukan rekayasa penawaran
untuk mendapatkan keuntungan diatas
normal, dengan cara mengurangi supply agar
harga jual naik.
Transaksi yang settlement-nya dikaitkan
dengan transaksi lainnya (menjual saham
dengan syarat).
Dua transaksi dalam satu akad, dengan
syarat:
1. Objek sama,
2. Pelaku sama,
3. Periode sama.9
4. Jakarta Islamic Index
Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak
diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun nonsyariah, melainkan
berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip
syariah. Di Bursa Efek Jakarta terdapat Jakarta Islamic Index (JII) yang
merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan
Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa
Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Invesment
Management (DIM).
Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak
ukur untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis
9
. Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 31
18
syariah. Melalui index ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah.
Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari
saham-saham yang sesuai dengan syariah islam. Penentuan kriteria
pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan
Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management.
Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten
yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah, seperti:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan
dan asuransi konvensional.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Selain kriteria tersebut, dalam proses pemilihan saham yang maasuk JII
Bursa
Efek
Jakarta
melakukan
tahap-tahap
pemilihan
yang
juga
mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu:
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan mudah tercatat lebih dari tiga
bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).
19
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahun terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap asset maksimal
sebesar 90 %.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas ratarata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan enam bulan sekali dengan
penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap
tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan diawasi
secara terus-menerus berdasarkan data-data public yang tersedia.10
5. Investasi
a. Pengertian Investasi
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah
dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di
masa mendatang.
b. Tujuan Investasi
1) Terciptanya keberlangsungan (continuity) dalam investasi tersebut.
2) Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang
diharapkan.
3) Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham.
4) Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
10
. Darmadji Tjiptono Dan Fakhruddin Hendy, Pasar Modal Diindonesia: Pendekatan
Tanya Jawab (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hlm. 185
20
c. Bentuk Investasi
1) Real Investment
Investasi nyata secara umum melibatkan asset berwujud,
seperti tanah, mesin-mesin atau pabrik.
2) Financial Investment
Investasi keuangan melibatkan kontrak tertulis, seperti saham
biasa dan obligasi.
d. Tipe-tipe Investasi
1) Direct Investment
Direct Investment (investasi langsung) adalah mereka yang
memiliki dana dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara
langsung suatu aktiva keuangan dari suatu perusahaan yang dapat
dilakukan baik melalui perantara atau berbagai cara lainnya.
2) Indirect Investment
Indirect Investment (investasi tidak langsung) adalah
mereka yang memiliki kelebihan dana dapat melakukan keputusan
investasi dengan tidak terlibat secara langsung atau pembelian
aktiva keuangan cukup hanya dengan memegang dalam bentuk
saham atau obligasi saja.
e. Proses Investasi
1) Menetapkan Sasaran Investasi
2) Membuat Kebijakan Investasi
3) Memilih Strategi Portofolio
21
4) Memilih Aset
5) Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja11
6. Risiko
a. Pengertian Risiko
Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat
pengembalian yang diharapkan dengan pengembalian yang dicapai
secara nyata. Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar
tingkat risikonya.12
Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat antara risk
dan return, yaitu jika risiko tinggi maka return (keuntungan) juga akan
tinggi begitu pula sebaliknya jika return rendah maka risiko juga akan
rendah.13
Variabel ini diukur dengan menggunakan standar deviasi.
Adapun persamaannya sebagai berikut:
( )
∑(
√
( ))
Dimana:
11
Rij
= tingkat keuntungan yang terjadi pada kondisi j
E (Ri)
= tingkat keuntungan yang diharapkan
n
= banyaknya kondisi
. Irham Fahmi, Pengantar Pasar Modal (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 3
. Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang: UIN Maliki Press, 2010),
hlm. 106
13
. Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan (Teori dan Soal Jawab) (Bandung:
Alfabeta, 2014), hlm. 359
12
22
Sedangkan
tingkat
keuntungan
saham
dihitung
dengan
persamaan sebagai berikut:
E (Ri) = Pt – Pt-1
Pt-1
Dimana:
Pt
= harga saham pada tahun ke t
Pt-1 = harga saham pada tahun ke t-114
b. Jenis-jenis Risiko
1) Risiko bisnis (business risk), merupakan risiko yang timbul akibat
menurunnya profitabilitas perusahaan emiten.
2) Risiko likuiditas (liquidity risk), risiko ini berkaitan dengan
kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera
diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.
3) Risiko tingkat bunga (interst rate risk), merupakan risiko yang
timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar.
4) Risiko pasar (market risk), merupakan risiko yang timbul akibat
kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi
resesi dan kondisi perekonomian lain.
5) Risiko daya beli (purchasing power market), merupakan risiko
yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi, dimana
perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang
yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi.
14
. Makaryanawati dan Misbachul Ulum, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat
Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham yang Terdaftar pada Jakarta Islamic
Index” (Malang: Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun 14, Nomor 1, 2009), hlm. 55
23
6) Risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul
akibat perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang
negara lain.
Sedangkan dalam konteks portofolio, risiko dikelompokkan
menjadi dua kelompok:
1) Risiko yang dapat dihindari (unsystematic risk), yaitu risiko yang
dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini
hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu.
Unsystematic risk meliputi: risiko bisnis, risiko likuiditas dan risiko
tingkat bunga.
2) Risiko yang tidak dapat dihindari (systematic risk), yaitu risiko
yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi,
karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro
yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Systematic
risk meliputi: risiko pasar, risiko daya beli dan risiko mata uang.15
c. Mengelola Risiko
1) Memperkecil risiko
Keputusan untuk memperkecil risiko adalah dengan cara
tidak memperbesar setiap keputusan yang mengandung risiko
tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisirnya guna agar
risiko tersebut tidak menambah menjadi diluar dari control pihak
manajemen perusahaan.
15
. Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang: UIN Maliki Press, 2010),
hlm. 107
24
2) Mengalihkan risiko
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko
yang kita terima tersebut kita alihkan ke tempat lain sebagian.
3) Mengontrol risiko
Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan
kebijakan mengantisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko
itu terjadi.
4) Pendanaan risiko
Keputusan pendanaan risiko adalah menyangkut dengan
menyediakan sejumlah dana sebagai reserve (cadangan) guna
mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari.
7. Tingkat Suku Bunga
Yang dimaksud tingkat suku bunga adalah tingkat presentase dari
pokok pinjaman yang harus dibayar oleh peminjam kepada pemberi
pinjaman sebagai imbal jasa yang dilakukan dalam suatu periode tertentu
yang telah disepakati kedua belah pihak. Suku bunga yang digunakan
adalah tingkat suku bunga SBI. Variabel ini diukur dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:16
∑
16
(
)
. Makaryanawati dan Misbachul Ulum, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat
Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham yang Terdaftar pada Jakarta Islamic
Index” (Malang: Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun 14, Nomor 1, 2009), hlm. 55
25
Tingkat
suku
bunga
pinjman
mencerminkan
biaya
yang
dikeluarkan perusahaan sebagai akibat dari meminjam uang dan hal ini
akan mempengaruhi kinerja bisnis melalui dua cara. Pertama, interest
rate akan mempengaruhi dalam menentukan harga dimana perusahaan
harus
membayar
pinjaman
yang
telah
diterimanya.
Dengan
mengsumsikan ceteris paribus maka tingkat suku bunga yang rendah
berarti berkurangnya biaya bunga dan meningkatnya profit. Perubahan
dalam interest rate akan mempengaruhi pola pembelanjaan dari
konsumen. Interest rate tidak hanya mencerminkan biaya konsumsi saat
ini dan masa akan datang, tetapi mencerminkan harapan inflasi dan risiko
kredit.17
Kondisi pasar saham yang berfluktuasi menyebabkan tingkat risiko
memiliki posisi tersendiri, tingkat return yang diharapkan juga penuh
dengan kondisi yang berfluktuasi, dengan kata lain jika estimasi
keuntungan yang diharapkan tidak tercapai atau actual returnnya adalah
tidak diperoleh bahkan terlalu jauh maka kerugian financialnya yang
akan diperoleh.
Pada saat suku bunga mengalami kenaikan dan harga saham
dipasar
mengalami
penurunan,
maka
investor
akan
cenderung
memindahkan dananya dari saham ke deposito.18
17
. Werner R. Murhadi, Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Valuasi Saham (Jakarta:
Salemba Empat, 2013), hlm. 74
18
. Irham Fahmi, Menejemen Risiko (Teori, Kasus dan Solusi) (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 40
26
Pengaruh yang terjadi pada moneter suatu negara yang masih
menerapkan suku bunga tinggi adalah dimana bank sentral negara
tersebut mencoba terus mempertahankan kondisi suku bunga tinggi
dengan maksud agar surplus transaksi terus terjaga.19
Kondisi stabilitas suku bunga yang bersifat tidak stabil yaitu
berubah dari yang diharapkan oleh banyak pihak khususnya para pelaku
ekonomi seperti pebisnis (baik kelas atas, menengah dan bawah) akan
berunjuk kepada penurunan pendapatan yang akan diperoleh.
Namun sebaliknya jika suku bunga cenderung stabil dan berada
pada kondisi yang diharapkan maka artinya risiko yang akan diterima
adalah lebih kecil dari yang diperkirakan. Kecilnya risiko menyebabkan
pihak pelaku bisnis cenderung akan mampu memperbesar profit secara
sistematis.20
8. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi.21 Contoh membayar
listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi, gaji lembur,
tagihan telepon, dan sebagainya.
Rasio likuiditas secara umum ada 2 (dua) yaitu current ratio dan
quick ratio.
19
. Irham Fahmi, Menejemen Risiko (Teori, Kasus dan Solusi).................................. hlm. 48
. Irham Fahmi, Menejemen Risiko (Teori, Kasus dan Solusi).................................. hlm. 49
21
. Budi Rahardjo, Laporan Keuangan Perusahaan (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2003), hlm. 138
20
27
a. Current Ratio
Rasio lancar (current ratio) adalah ukuran yang umum
digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan
memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo.22
Menurut Subramanyam dan John J. Wild “Alasan digunakannya
rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencangkup
kemampuannya untuk mengukur:
1) Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Makin tinggi jumlah
(kelipatan) aset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar
keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar.
2) Penyangga kerugian. Makin besar penyangga, makin kecil
resikonya. Rasio lancar menunjukan tingkat keamanan yang
tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar non kas pada
saat aset tersebut dilepas atau dilikuidasi.
3) Cadangan dana lancar. Rasio lancar merupakan ukuran tingkat
keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas
perusahaan. 23
Kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang baik
adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika
current ratio (rasio lancar) terlalu tinggi juga dianggap tidak baik. Ini
22
. Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 121
. Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 121
23
28
sebagaimana dikatakan oleh Samuel C. Weaver dan J. Fred Weston
bahwa “setiap nilai ekstrem dapat mengindikasikan adanya masalah.
Sebagai contoh, rasio lancar sebesar 8,00 dapat mengindikasikan:
1) Penimbunan kas
2) Banyaknya piutang yang tidak tertagih
3) Penumpukan persediaan
4) Tidak efisiennya pemanfaatan “pembiayaan” gratis dari pemsok
5) Rendahnya pinjaman jangka pendek.
Memang bagi manajer perusahaan memiliki current ratio yang
tinggi dianggap baik, bahkan bagi para kreditur dipandang perusahaan
tersebut berada dalam keadaan yang kuat. Namun bagi para pemegng
saham ini dianggap tidak baik, dalam artian para manajer perusahaan
tidak mendayagunakan current asset secara baik dan efektif atau
dengan kata lain tingkat kreatifitas manajer perusahaan adalah rendah.
Risiko likuiditas bertujuan menaksir kemampuan keuangan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan komitmen
pembayaran keuangannya. Semakin tinggi angka rasio likuiditas, akan
semakin baik bagi investor. Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas
tinggi akan diminati para investor dan akan berimbas pula pada harga
saham yang cenderung naik karena tingginya permintaan. Kenaikan
harga saham ini mengindikasi meningkatnya kinerja perusahaan dan
29
hal ini juga akan berdampak pada para investor karena mereka akan
memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi dari investasinya.24
b. Quick ratio
Quick ratio sering disebut dengan istilah rasio cepat. Rasio cepat
adalah ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti daripada
rasio lancar karena pembilangannya mengeliminasi persediaan yang
dinggap aktiva lancar yang sedikit tidak likuid dan kemungkinan
menjadi sumber kerugian. Adapun rumus quick ratio adalah:
Keterangan:
Current Asset
= Aset lancar
Current liabilities
= Utang lancar
Inventories
= Persediaan
Persediaan terdiri dari persediaan alat-alat kantor, persediaan
bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang
jadi. Tujuan manajemen persediaan adalah mengadakan persediaan
yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang
minimum.
Menurut bambang Riyanto, “apabila kita menggunakan “quick
ratio” untuk menentukan tingkat likuiditas, maka secara umum
dapatlah dikatakan bahwa suatu perusahaan yang mempunyai “quick
24
. Ida Roza, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Tingkat Likuiditas Terhadap Risiko
Investasi Saham Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2011” (Semarang: Skripsi
IAIN Walisongo, 2012), hlm. 18
30
ratio” kurang dari 1:1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat
likuiditasnya.
9. Struktur Modal
a. Pengertian Struktur Modal
Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi
finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber
dari utang jangka panjang dan modal sendiri yang menjadi sumber
pembiayaan suatu perusahaan.
Struktur modal diukur menggunakan Long Term Debt Equity
Ratio yaitu rasio yang menunjukan perbandingan antara hutang jangka
panjang dengan jumlah modal sendiri. Persamaanya sebagai berikut:25
Kebutuhan dana yang memperkuat struktur modal suatu
perusahaan dapat bersumber dari internal dan eksternal, dengan
ketentuan sumber dana yang dibutuhkan tersebut bersumber dari
tempat-tempat yang dianggap aman dan jika dipergunakan memiliki
nilai dorong dalam memperkuat struktur modal keuangan perusahaan.
Dalam artian ketika dana itu dipakai untuk memperkuat struktur
modal perusahaan, maka perusahaan mampu mengendalikan modal
tersebut secara efektif dan efisien serta tepat sasaran.
25
. Kasmir. Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), hlm :
154
31
b. Pembagian Struktur Modal
Struktur modal itu sendiri dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Simple
Capital
Structure,
yaitu
jika
perusahaan
hanya
menggunakan modal sendiri saja dalam struktur modalnya.
2) Complex Capital Strukture, yaitu jika perusahaan tidak hanya
menggunakan modal sendiri tetapi juga menggunakan modal
pinjaman dalam struktur modalnya.
c. Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal suatu
perusahaan, yaitu:
1) Bentuk atau karakteristik bisnis yang dijalankan.
2) Ruang lingkup aktivitas operasi bisnis yang dijalankan.
3) Karakteristik manajemen yang diterapkan di organisasi bisnis
tersebut.
4) Karakteristik, kebijakan dan keinginan pemilik.
5) Kondisi micro and macro economy yang berlaku didalam negeri
dan luar negeri yang turut mempengaruhi pengambilan keputusan
perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston26 bahwa, kebijakan struktur
modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara risiko dan
pengembalian:
26
. Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 187
32
1) Penggunaan lebih banyak utang akan meningkatkan risiko yang
ditanggung oleh para pemegang saham.
2) Penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan
terjadinya ekspektasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang lebih
tinggi.
d. Struktur Modal dan Kebijakan Perusahaan
Bagi sebuah perusahaan yang bersifat profit oriented keputusan
pencarian sumber pendanaan dalam rangka memperkuat struktur
modal menjadi keputusan penting yang harus dikaji dengan mendalam
serta berbagai dampak pengaruh yang mungkin terjadi dimasa yang
akan datang. Secara umum sumber modal ada 2 (dua) sumber
alternatif, yaitu modal yang bersumber dari modal sendiri atau dari
eksternal seperti pinjaman/utang. Pendanaan dengan modal sendiri
dapat dilakukan dengan menerbitkan saham, sedangkan pendanaan
dengan utang dapat dilakukan dengan menerbitkan obligasi, right
issue atau berutang ke bank, bahkan ke mitra bisnis.
Jadi biaya modal suatu perusahaan bukanlah biaya tunai, karena
merupakan ongkos kesempatan. Semakin tinggi risiko perusahaan
yang
ditanggung
investor,
maka
semakin
tinggi
pula
total
pengembalian yang diharapkan. Risiko suatu perusahaan salah satunya
dapat dilihat dari struktur modal yang dimiliki perusahaan. Semakin
tinggi tingkat utang yang dimiliki perusahaan, maka semakin berisiko
33
perusahaan tersebut, sebaliknya semakin rendah tingkat pengembalian
utangnya maka risikopun semakin rendah.
Struktur modal adalah bertujuan memadukan sumber dana
permanen yang selanjutnya digunakan perusahaan dengan cara yang
diharapkan akan mampu memaksimumkan nilai perusahaan. Bagi
sebuah perusahaan sangat dirasa penting untuk memperkuat kestabilan
keuangan yang dimilikinya, karena perubahan dalam struktur modal
diduga bisa menyebabkan perubahan nilai perusahaan.
Melakukan analisa struktur modal dianggap suatu hal yang
penting karena dapat mengevaluasi risiko jangka panjang dan prospek
dari
tingkat
penghasilan
yang didapatkan
perusahaan
selam
menjalankan aktivitasnya.
e. Teori Struktur Modal
Teori struktur modal ada 2 yaitu:
1) Balancing theories, merupakan suatu kebijakan yang ditempuh
oleh perusahaan untuk mencari dana tambahan dengan cara
mencari pinjaman baik ke perbankan atau juga dengan menerbitkan
obligasi.
Ada beberapa bentuk risiko yang harus ditanggung oleh
perusahaan pada saat kebijakan balancing theories diterapkan,
yaitu:
a) Jika
perusahaan
meminjam
dana
ke
perbankan,
maka
dibutuhkan jaminan atau agunan seperti tanah, gedung,
34
kendaraan dan sejenisnya. Dan jika angsuran kredit tersebut
terlambat dibayar perbankan akan memberikan teguran dalam
bentuk lisan dan tulisan. Persoalannya adalah seandainya
perusahaan tidak mampu lagi membayar angsuran diatas batas
waktu yang ditentukan/ditolerir maka agunan tersebut diambil
dan dilelang oleh perbankan untuk menutupi kerugian sejumlah
nilai pinjaman.
b) Jika kebutuhan dana dengan cara menjual obligasi. Bentuk
risiko yang dihadapi adalah jika seandainya tidak sanggup
membayar bunga obligasi secara tepat waktu atau bergeser dari
waktu yang disepakati maka perusahaan harus melakukan
berbagai kebijakan untuk mengatasi ini, termasuk mengonversi
dari pemegang obligasi ke pemegang saham.
c) Risiko selanjutnya terhadap masalah yang dialami oleh
perusahaan tersebut adalah telah menyebabkan nilai perusahaan
di mata publik terjadi penurunan, karna publik menilai kinerja
keuangan perusahaan tidak baik khususnya dalam kemampuan
manajemen struktur modal.
2) Pecking Order Theory, merupakan suatu kebijakan yang ditempuh
oleh suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara
menjual aset yang dimilikinya. Seperti menjual gedung, tanah,
peralatan yang dimilikinya dan aset-aset lainnya, termasuk dengan
35
menerbitkan dan menjual saham di pasar modal dan dana yang
berasal dari laba ditahan.
pada kebijakan pecking order theories artinya perusahaan
melakukan kebijakan dengan cara mengurangi kepemilikan aset
yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan penjualan. Dampak
lebih jauh perusahaan akan mengalami kekurangan aset karena
dipakai untuk membiayai rencana aktivitas perusahaan baik yang
sedang maupun yang akan. Yang sedang seperti untuk membayar
utang yang jatuh tempo dan yang datang seperti untuk
pengembangan produk baru dan ekspansi perusahaan dalam
membuka kantor cabang dan berbagai kantor cabang pembantu.27
B.
Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Restian David Pambudi yang berjudul
“Analisis Pengaruh Variabel Makro Dan Mikro Terhadap Risiko Investasi
Saham (Studi Pada Perusahaan Non-Lembaga Keuangan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2004)”. Hasil penelitiannya menunjukan
bahwa secara simultan variabel inflasi, kurs, suku bunga SBI (variabel
makro) dan deviden payout, likuiditas, financial leverage (variabel mikro)
pada pengujian gabungan berpengaruh secara signifikan terhadap beta
saham sedangkan secara simultan variabel inflasi, kurs, suku bunga SBI
27
. Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 179
36
(variabel makro) pada pengujian terpisah berpengaruh secara signifikan
terhadap beta saham.28
Penelitian yang dilakukan oleh Raudatul Farida yang berjudul
“Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan Dan Dividend Payout Terhadap
Risiko Investasi Saham Pada Perusahaan LQ-45 Yang Listing Di BEJ”.
Hasil penelitian menunjukan secara simultan variabel leverage, ukuran
perusahaan dan dividend payout berpengaruh signifikan terhadap risiko
investasi saham dengan menggunakan signifikansi sebesar 5% secara parsial
variabel leverage, ukuran perusahaan dan dividend payout tidak
berpengaruh terhadap risiko investasi saham, tetapi jika menggunakan
signifikansi 10% secara parsial hanya variabel leverage yang berpengaruh
terhadap risiko investasi saham.29
Penelitian yang dilakukan oleh Ida Roza yang berjudul “Pengaruh
Tingkat Suku Bunga Dan Tingkat Likuiditas Terhadap Risiko Investasi
Saham Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2011”. Hasil
penelitian menunjukan bahwa variabel tingkat suku bunga secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi. Variabel tingkat likuiditas
secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap risiko investasi
28
. Restian David Pambudi, “Analisis Pengaruh Variabel Makro Dan Mikro Terhadap
Risiko Investasi Saham (Studi Pada Perusahaan Non-Lembaga Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Jakarta Tahun 2001-2004)” (Surakarta: Skripsi Universitas Sebelas Maret, 2006).
29
. Raudatul Farida, “Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan Dan Dividend Payout
Terhadap Risiko Investasi Saham Pada Perusahaan LQ-45 Yang Listing Di BEJ” (Malang: Skripsi
Universitas Negeri Malang, 2007).
37
sedangkan secara bersama-sama tingkat suku bunga dan tingkat likuiditas
berpengaruh terhadap risiko investasi.30
Penelitian yang dilakukan oleh Nailatun Ni’mah yang berjudul
“Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Likuiditas, Profitabilitas
Dan Leverage Perusahaan Terhadap Risiko Investasi (Beta) Saham Yang
Masuk Dalam Daftar Efek Syariah”. Hasil penelitiannya menunjukan
bahwa secara simultan tingkat suku bunga, current ratio, earning per share
dan dept to total asset ratio mempunyai pengaruh terhadap beta saham
syariah. sedangkan secara parsial, variabel tingkat suku bunga, dept to total
asset ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham
sedangkan variabel current ratio dan earning per share tidak berpengaruh
terhadap beta saham.31
Penelitian yang dilakukan oleh Vina Rahmatika Coryaina yang
berjudul “Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Dan Ekonomi Makro
Terhadap Risiko Investasi Saham Syariah”. Hasil penelitian menunjukan
variabel fundamental (asset size, current ratio, return on equity, dept equity
ratio dan earning per share) dan makro ekonomi (inflasi dan kurs) secara
simultan atau bersama-sama secara signifikan berpengaruh terhadap risiko
investasi (beta) saham syariah. secara parsial hanya variabel makro yakni
inflasi dan kurs yang mampu berpengaruh signifikan terhadap beta saham
30
. Ida Roza, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Likuiditas terhadap Risiko
Investasi Saham yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2011” (Semarang: Skripsi
IAIN Walisongo, 2012).
31
. Nailatun Ni’mah, “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Likuiditas,
Profitabilitas dan Leverage Perusahaan Terhadap Risiko Investasi (Beta) Saham yang Masuk
Dalam Daftar Efek Syariah” (Yogyakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
2013).
38
syariah sedangkan variabel fundamental perusahaan seperti asset size,
current ratio, return on equity, dept equity ratio dan earning per share tidak
berpengaruh terhadap beta saham syariah.32
Penelitian yang dilakukan oleh Tita Deswira yang berjudul “Pengaruh
Likuiditas, Struktur Modal Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Risiko
Investasi Saham Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index”. Hasil penelitian
menunjukan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap risiko investasi
saham, struktur modal tidak berpengaruh terhadap risiko investasi saham,
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap risiko investasi saham.33
32
. Vina Rahmatika Coryaina, “Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan dan Ekonomi
Makro Terhadap Risiko Investasi Saham Syariah” (Yogyakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, 2013).
33
. Tita Deswira, “Pengaruh Likuiditas, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Risiko Investasi Saham yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index” (Padang: Skripsi Universitas
Negeri Padang, 2013).
39
Tabel 2.2.
Penelitian Terdahulu dari Jurnal
No.
1.
Penelitian
Nor Isnaini,
Nunung
Ghoniyah.
Media
Ekonomi Dan
Manajemen.
Vol 28. No. 2
Juli 2013
Judul Penelitian
Analisis Risiko
Investasi Saham
Pada Perusahaan
Yang Go Publik
Di Jakarta
Islamic Index.
Variabel
Variabel
independen:
tingkat inflasi,
tingkat suku
bunga SBI, nilai
tukar rupiah,
struktur modal,
profitabilitas.
Variabel
dependen: risiko
investasi
Kesimpulan
Persamaan
Perbedaan
tidak berpengaruh signifikan
tingkat inflasi untuk return on
equity
(ROE), tingkat inflasi yang
signifikan terhadap risiko
investasi. BI Rate yang
signifikan terhadap return
on equity (ROE), BI tingkat
risiko investasi yang
signifikan. Kurs signifikan
terhadap return on equity
(ROE), nilai tukar risiko
investasi yang signifikan. Debt
to equity ratio (DER)
berpengaruh signifikan
terhadap return on equity
(ROE), debt to equity ratio
(DER) tidak signifikan
terhadap risiko investasi.
Return on equity (ROE) tidak
Penggunaan pada
tingkat suku bunga SBI
dan struktur modal
terhadap risiko
investasi.
Alat analisis
menggunakan anlisis
jalur. Adanya
variabel inflasi, nilai
tukar rupiah dan
profitabilitas sebagai
variabel independen.
40
No.
Penelitian
2.
Makarynawati,
Misbachul
Ulum.
Jurnal Ekonomi
Bisnis Tahun
14 Nomor 1
Maret 2009
3.
Nur Alifah
Fajariyah,
Bambang
Subroto,
Bambang
Purnomosidhi.
Judul Penelitian
Pengaruh
Tingkat Suku
Bunga Dan
Tingkat
Likuiditas
Perusahaan
Terhadap Risiko
Investasi Saham
Yang Terdaftar
Pada Jakarta
Islamic Index.
Pengaruh
Informasi
Akuntansi
Terhadap Risiko
Investasi Di
Pasar Modal: Uji
Empiris Pada
Bank Umum Di
Bank Indonesia
Variabel
Variabel
independen:
tingkat suku
bunga dan tingkat
likuiditas
perusahaan.
Variabel
dependen: risiko
investasi
Variabel
independen:
- informasi
akuntansi
(likuiditas,
leverage,
profitabilitas)
variabel dependen:
risiko investasi
Kesimpulan
signifikan terhadap risiko
investasi.
Tingkat suku bunga yang
ditunjukan oleh tingkat suku
bunga SBI sebagai tingkat
kenaikan bunga bebas risiko
terbukti berpengaruh
signifikan terhadap risiko
investasi. Tingkat likuiditas
perusahaan yang ditunjukan
oleh rasio lancar tidak
berpengaruh signifikan
terhadap risiko investasi.
secara simultan
informasi akuntansi
berpengaruh terhadap risiko
investasi.
Persamaan
Perbedaan
Penggunaan tingkat
suku bunga dan tingkat
likuiditas sebagai
variabel-variabel yang
diduga berhubungan
terhadap risiko
investasi.
Sampel penelitian
mulai tahun 2004
sampai dengan akhir
desember 2007, yaitu
59 perusahaan.
Penggunaan likuiditas
sebagai variabel
independen
berpengaruh terhadap
risiko investasi sebagai
variabel dependen.
Sempel yang
digunakan dalam
penelitian ini
dilakukan terhadap
23 perusahaan
perbankan yang
sahamnya telah
listing di Bursa Efek
Indonesia dengan
rentang waktu
41
No.
Penelitian
Judul Penelitian
Variabel
4.
Siti Komariah,
Julenah, M.
Chudori
Jurnal
Keuangan Dan
Perbankan,
Vol.15, No.3
September
2011,
Return Saham,
Inflasi, Dan
Struktur
Kepemilikan
Terhadap Risiko
Investasi
Variabel
independen:
return saham,
inflasi, struktur
kepemilikan.
Variabel
dependen: risiko
investasi
5.
Elisa Marisa,
Dian Indudewi.
Juraksi Vol.1
No.1 Januari
2012 ISSN:
2301-9328.
Pengaruh
Tingkat Suku
Bunga Dan
Tingkat
Likuiditas
Perusahaan
Terhadap Risiko
Investasi Saham.
Variabel
independen:
tingkat suku
bunga dan tingkat
likuiditas
perusahaan.
Variabel
dependen: risiko
investasi.
Kesimpulan
Return saham, inflasi dan
struktur kepemilikan secara
bersama berpengaruh terhadap
risiko investasi saham. Secara
persial return saham
berpengaruh positif terhadap
risiko investasi. Inflasi tidak
berpengaruh terhadap risiko
investasi. Struktur
kepemilikan tidak
berpengaruh terhadap risiko
investasi.
Tingkat bunga memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap risiko investasi
saham dengan arah positif
sementara tingkat likuiditas
perusahaan tidak menunjukan
pengaruh yang signifikan
terhadap risiko investasi
saham.
Persamaan
Penggunaan risiko
investasi sebagai
variabel dependen.
Tingkat suku bunga dan
likuiditas perusahaan
sebagai variabel
independen sama-sama
berpengaruh terhadap
risiko investasi sebagai
variabel dependen.
Perbedaan
penelitian dari tahun
2001-2007.
Populasi pada
penelitian ini adalah
perusahaan industri
manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada
tahun 2003-2009.
Sampel yang diambil
ada 128 perusahaan.
Populasi yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
perusahaan yang
terdaftar dalam Index
LQ-45 mulai tahun
2008 sampai akhir
desember 2010.
42
No.
Penelitian
Judul Penelitian
Variabel
Kesimpulan
Persamaan
Perbedaan
6.
Helena
Oktaviana
Simamora, I
Gusti Bagus
Wiksuana
(Universitas
Udayana)
Variabel Yang
Mempengaruhi
Risiko Investasi
Saham Pada
Perusahaan
Farmasi Di
Bursa Efek.
Penelitian ini
menggunakan sampel
sebesar 7 perusahaan
farmasi yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia periode
2009-2013.
Ni Putu Ayu
Dewi Yanti,
Ni Ketut
Rasmini
ISSN: 23028556 E-Jurnal
Akuntansi
Universitas
Udayana 8.3
(2014): 569583
Analisis Faktorfaktor Yang
Mempengaruhi
Risiko Investasi
Saham Pada
Perusahaan
Telekomunikasi.
Struktur modal dan likuiditas
perusahaan berpengaruh
positif terhadap risiko
investasi saham, operating
leverage tidak berpengaruh
positif terhadap risiko
investasi saham dan inflasi,
bunga deposito, nilai tukar
rupiah serta financial leverage
secara parsial berpengaruh
negatif terhadap risiko
investasi saham.
Operating leverage dan
likuiditas perusahaan
berpengaruh positif dan
signifikan pada risiko investasi
saham sedangkan tingkat
bunga deposito, nilai tukar
rupiah dan struktur modal
berpengaruh negatif atau tidak
signifikan pada risiko investasi
saham.
Penggunaan pada
struktur modal dan
likuiditas perusahaan
sebagai variabel
independen
berpengaruh terhadap
risiko investasi sebagai
variabel dependen.
7.
Variabel
independen:
inflasi, bunga
deposito, nilai
tukar rupiah,
struktur modal,
financial leverage,
likuiditas
perusahaan.
Variabel
dependen: risiko
investasi
Variabel
independen:
tingkat bunga
deposito, nilai
tukar rupiah,
struktur modal,
operating leverage
dan likuiditas
perusahaan.
Variabel
dependen: risiko
Pengunaan struktur
modal dan likuiditas
perusahaan sebagai
variabel independen
terhadap risiko investasi
sebagai variabel
dependen.
Sampel penelitian
ditentukan dengan
metode sensus yaitu
sebanyak 6
perusahaan
telekomunikasi yang
terdaftar di PT. Bursa
Efek Indonesia dari
tahun 2008-2012.
43
No.
8.
Penelitian
Antonius Heru
Santoso,
Aris Budi
Setiawan
Universitas
Gunadarma.
Judul Penelitian
Variabel
Analisis Risiko
Investasi Saham
Pada Sektor
Properti Di
Bursa Efek
Indonesia
Periode 20032008.
investasi.
Variabel
independen: suku
bunga deposito,
struktur modal,
struktur aktiva,
rasio likuiditas.
Variabel
dependen: risiko
investasi.
Kesimpulan
Persamaan
Perbedaan
Secara simultan suku bunga
deposito (faktor sistematis)
dan struktur modal, struktur
aktiva serta rasio likuiditas
(faktor non sistematis)
memiliki pengaruh yang
signifikan sedangkan secara
parsial hanya variabel struktur
aktiva tidak memiliki
pengaruh yang signifikan.
Penggunaan struktur
modal dan likuiditas
sebagai variabel
independen terhadap
risiko investasi sebagai
variabel dependen.
Metode pengambilan
sempel menggunakan
purposive sampling
methode dari 24
perusahaan hanya
dipilih 16 perusahaan.
44
C.
Kerangka Berpikir
Dari kerangka teori diatas terdapat pengaruh yang positif antara
tingkat suku bunga, tingkat likuiditas dan struktur modal terhadap risiko
investasi. Maka kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1.
Kerangka Berpikir
Tingkat Suku Bunga
(X1)
Likuiditas
(X2)
Risiko Investasi Saham
(Y)
Struktur Modal
(X3)
1.) Hubungan Tingkat Suku Bunga Terhadap Risiko Investasi
Pada saat suku bunga mengalami kenaikan dan harga saham
dipasar
mengalami
penurunan,
maka
investor
akan
cenderung
memindahkan dannya dari saham ke deposito.
Tingkat suku bunga pinjaman mencerminkan biaya
yang
dikeluarkan perusahaan sebagai akibat dari meminjam uang dan hal ini
45
akan mempengaruhi kinerja bisnis melalui dua cara. Pertama, interest
rate akan mempengaruhi dalam menentukan harga dimana perusahaan
harus
membayar
pinjaman
yang
telah
diterimanya
dengan
mengasumsikan ceteris paribus maka tingkat suku bunga yang rendah
berarti berkurangnya biaya bunga dan meningkatnya profit. Perubahan
dalam interest rate akan mempengaruhi pola pembelanjaan dari
konsumen.34
Ketika tingkat suku bunga tinggi akan mengakibatkan harga saham
turun dan akan mengakibatkan return yang diterima investor menjadi
berkurang serta return yang rendah akan mengakibatkan risiko investasi
juga rendah.35
2.) Hubungan Likuiditas Terhadap Risiko Investasi
Bagi manajer perusahaan memiliki current ratio yang tinggi
dianggap baik, bahkan bagi para kreditur dipandang perusahaan tersebut
berada dalam keadaan yang kuat. Namun bagi para pemegang saham ini
dianggp tidak baik, dalam artian para manajer perusahaan tidak
mendayagunakan cuirrent asset secara baik dan efektif atau dengan kata
lain tingkat kreativitas manajemen perusahaan rendah.36
Risiko likuiditas bertujuan menaksir kemampuan keuangan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan komitmen
pembayaran keuangannya. Semakin tinggi angka rasio likuiditas, akan
34
. Werner R. Murhadi, Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Valuasi Saham (Jakarta:
Salemba Empat, 2013), hlm. 74
35
. Irham Fahmi, Manajemen Risiko (Teori, Kasus dan Solusi) (Bandung: Alfabeta, 2011),
hlm. 40
36
. Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 69
46
semakin baik bagi investor. Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas
tinggi akan diminati para investor dan akan berimbas pula pada harga
saham yang cenderung naik karena tingginya permintaan. Kenaikan
harga saham ini mengindikasi meningkatnya kinerja perusahaan dan hal
ini juga akan berdampak pada para investor karena merekaa akan
memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi dari investasinya.37
3.) Hubungan Struktur Modal Terhadap Risiko Investasi
Perusahaan dengan struktur modal yang didominasi oleh hutang
cenderung dijauhi investor, disebabkan tingginya hutang merupakan
beban yang akan mereka tanggung ketika menjadi pemegang saham.38
Semkin tinggi risiko perusahaan yang ditanggung investor, maka
semakin tinggi pula total pengembalian yang diharapkan. Risiko suatu
perusahaan salah satunya dapat dilihat dari struktur modal yang dimiliki
perusahaan. Semakin tinggi tingkat utang yang dimiliki perusahaan,
maka semakin berisiko perusahaan tersebut, sebaliknya semakin rendah
tingkat pengembalian utangnya maka risikopun semkin rendah.39
37
. Ida Roza, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Likuiditas terhadap Risiko
Investasi Saham yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2011” (Semarang: Skripsi
IAIN Walisongo, 2012), hlm. 18
38
. Tita Deswira, “Pengaruh Likuiditas, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Risiko Investasi Saham yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index” (Padang: Skripsi Universitas
Negeri Padang, 2013), hlm. 3
39
. Irham Fahmi, Analisis Laaporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 181
47
D.
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang kebenarannya masih harus
diuji atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan
pustaka.40 Sehubungan dengan hal tersebut maka pengembangan hipotesis
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Hipotesis secara persial adalah sebagai berikut:
1. Ha1: Tingkat suku bunga berpengaruh terhadap risiko investasi saham
yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index.
H01: Tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap risiko investasi
saham yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index.
2. Ha2: Likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap risiko investasi saham
yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index.
H02: Likuiditas perusahaan tidak berpengaruh terdapat risiko investasi
saham yang terdapat pada Jakarta Islamic Index.
3. Ha3: Struktur modal berpengaruh terhadap risiko investasi saham yang
terdaftar pada Jakarta Islamic Index.
H03: Struktur modal tidak berpengaruh terhadap risiko investasi saham
yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index.
Hipotesis secara bersama-sama/simultan adalah sebagai berikut:
1. Ha: Tingkat suku bunga, likuiditas perusahaan dan struktur modal
berpengaruh terhadap risiko investasi yang terdaftar pada Jakarta
Islamic Index.
40
. Nanang Martono. Metode Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Rajawali Press. 2012) Hal: 63
48
2. H0: Tingkat suku bunga, likuiditas perusahaan dan struktur modal tidak
berpengaruh terhadap risiko investasi saham yang terdaftar pada
Jakarta Islamic Index.
Download