BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teori 1. Teori Signaling Teori signaling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam (insiders) perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar. Munculnya asymmetric information tersebut menyulitkan investor dalam menilai secara objektif berkaitan dengan kualitas perusahaan. Perusahaan yang berkualitas bagus tentu saja memiliki insentif untuk meyakinkan investor luar bahwa perusahaannya memang benarbenar bagus. Permasalahannya adalah bagaimana perusahaan tersebut dapat menyampaikan informasi tentang keunggulan kinerja perusahaan ke investor luar namun tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang berkinerja buruk. Salah satu caranya adalah dengan memberi sinyal (signal) yang membutuhkan biaya yang relatif mahal, yang tidak memungkinkan perusahaan berkualitas rendeh untuk menirunya namun perusahaan mereka yang berkinerja bagus masih tetap dapat membiayainya. Perusahaan berani mengambil dana eksternal untuk membiayai suatu proyek merupakan sinyal bahwa proyek tersebut memiliki nilai intrinsik yang tinggi. Penambahan hutang baru juga menjadi sinyal 11 12 karena hanya perusahaan yang prospek pendapatannya relative stabil yang berani menambah hutang.1 2. Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentng Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penwaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisir dimana efek-efek diperdgangkan yang disebut Bursa Efek. Bursa Efek atau Stock Exchange adalah suatu tempat yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Fungsi Bursa Efek ini antara lain adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Fungsi pasar modal, pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana 1 11-12 . Zaenal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal (Yogyakarta: EKONISIA, 2007), hlm. 13 dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja, dan lain-lain. Kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, raksadana dan lain-lainnya.2 b. Peranan Pasar Modal dalam Suatu Negara Peranan pasar modal pada suatu negara adalah: 1) Sebagai fasilitas dalam melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. 2) Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan. 3) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. 5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.3 c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar modal adalah: 2 . Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 33. 3 . Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah............................................. hlm. 38. 14 1) Supply sekuritas. Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. 2) Demand sekuritas. Faktor ini berarti harus ada anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk digunakan membeli sekuritas yang ditawarkan. 3) Kondisi politik dan ekonomi. Faktor ini akan mempengaruhi Supply dan Demand atas sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi Supply dan Demand sekuritas. 4) Masalah hukum dan peraturan. Peraturan yang melindungi pemodal dari investasi yang tidak benar mutlak diperlukan, karena pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang disediakan oleh perusahaan yang menerbitkan sekuritas. 5) Peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal. Lembagalembaga seperti BAPEPAM, bursa efek, akuntan publik, underwriter, wali amanat, notaris, konsultan hukum, lembaga clearing dan lain-lain, perlu bekerja dengan proporsional dan bisa diandalkan sehingga kegiatan emisi dan transaksi di bursa efek bisa berlangsung dengan cepat, efisien dan bisa dipercaya.4 d. Bentuk Instrumen di Pasar Modal 1) Saham, 2) Obligasi, 4 . Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah.............................................. hlm. 39 15 3) Bukti right, 4) Waran, 5) Produk turunan atau derivative.5 e. Pelaku Pasar Modal 1) Emiten, 2) Perantara Emisi, meliputi tiga pihak yaitu: a) Penjamin Emisi (underwriter), b) Akuntan Publik, c) Perusahaan Penilai (appraisal) 3) Badan Pelaksana Pasar Modal, 4) Bursa Efek, 5) Perantara Perdagangan Efek, 6) Investor.6 3. Pasar Modal Syariah a. Pengertian Pasar Modal Syariah Pasar Modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain. Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan 5 6 . Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah.............................................. hlm. 40 . Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah.............................................. hlm. 41 16 MOU antara BAPEPAM-LK dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).7 b. Fungsi Keberadaan Pasar Modal Syariah Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah adalah: 1) Memungkinkn bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh keuntungan dan risikonya. 2) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan mengembangkan link produksinya. 3) Harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional. 4) Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin dalam harga saham.8 c. Prinsip Pasar Modal Syariah Tabel 2.1. Prinsip Pasar Modal Syariah Penyebab Haramnya Transaksi Li Dzatihi Tadlis Riba Fadhl Li Ghairi Riba Nasiah Riba 7 8 Implikasi di Pasar Modal Efek yang diperjualbelikan harus merupakan representasi dari barang dan jasa yang halal. 1. Keterbukaan/transparansi informasi. 2. Larangan terhadap informasi yang menyesatkan. Larangan terhadap transaksi yang mengandung ketidakjelasan objek yang ditransaksikan, baik dari sisi pembeli maupun penjual. Larangan atas pertukaran efek sejenis dengan nilai nominal berbeda. Larangan atas short selling yang . Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah.............................................. hlm. 45 . Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah.............................................. hlm. 46 17 Penyebab Haramnya Transaksi Jahiliyah Ba’i Najasy Ikhtikar Ta’alluq Tidak sah akad 2 in 1 Implikasi di Pasar Modal menetapkan bunga atas pinjaman. Larangan melakukan rekayasa permintaan untuk mendapatkan keuntungan diatas laba normal, dengan cara menciptakan false demand. Larangan melakukan rekayasa penawaran untuk mendapatkan keuntungan diatas normal, dengan cara mengurangi supply agar harga jual naik. Transaksi yang settlement-nya dikaitkan dengan transaksi lainnya (menjual saham dengan syarat). Dua transaksi dalam satu akad, dengan syarat: 1. Objek sama, 2. Pelaku sama, 3. Periode sama.9 4. Jakarta Islamic Index Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun nonsyariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah. Di Bursa Efek Jakarta terdapat Jakarta Islamic Index (JII) yang merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Invesment Management (DIM). Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis 9 . Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 31 18 syariah. Melalui index ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management. Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah, seperti: a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Selain kriteria tersebut, dalam proses pemilihan saham yang maasuk JII Bursa Efek Jakarta melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu: a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mudah tercatat lebih dari tiga bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar). 19 b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap asset maksimal sebesar 90 %. c. Memilih 60 saham dari susunan saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir. d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas ratarata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir. Pengkajian ulang akan dilakukan enam bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan diawasi secara terus-menerus berdasarkan data-data public yang tersedia.10 5. Investasi a. Pengertian Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. b. Tujuan Investasi 1) Terciptanya keberlangsungan (continuity) dalam investasi tersebut. 2) Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan. 3) Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham. 4) Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa. 10 . Darmadji Tjiptono Dan Fakhruddin Hendy, Pasar Modal Diindonesia: Pendekatan Tanya Jawab (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hlm. 185 20 c. Bentuk Investasi 1) Real Investment Investasi nyata secara umum melibatkan asset berwujud, seperti tanah, mesin-mesin atau pabrik. 2) Financial Investment Investasi keuangan melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa dan obligasi. d. Tipe-tipe Investasi 1) Direct Investment Direct Investment (investasi langsung) adalah mereka yang memiliki dana dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva keuangan dari suatu perusahaan yang dapat dilakukan baik melalui perantara atau berbagai cara lainnya. 2) Indirect Investment Indirect Investment (investasi tidak langsung) adalah mereka yang memiliki kelebihan dana dapat melakukan keputusan investasi dengan tidak terlibat secara langsung atau pembelian aktiva keuangan cukup hanya dengan memegang dalam bentuk saham atau obligasi saja. e. Proses Investasi 1) Menetapkan Sasaran Investasi 2) Membuat Kebijakan Investasi 3) Memilih Strategi Portofolio 21 4) Memilih Aset 5) Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja11 6. Risiko a. Pengertian Risiko Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan pengembalian yang dicapai secara nyata. Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya.12 Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat antara risk dan return, yaitu jika risiko tinggi maka return (keuntungan) juga akan tinggi begitu pula sebaliknya jika return rendah maka risiko juga akan rendah.13 Variabel ini diukur dengan menggunakan standar deviasi. Adapun persamaannya sebagai berikut: ( ) ∑( √ ( )) Dimana: 11 Rij = tingkat keuntungan yang terjadi pada kondisi j E (Ri) = tingkat keuntungan yang diharapkan n = banyaknya kondisi . Irham Fahmi, Pengantar Pasar Modal (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 3 . Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 106 13 . Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan (Teori dan Soal Jawab) (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 359 12 22 Sedangkan tingkat keuntungan saham dihitung dengan persamaan sebagai berikut: E (Ri) = Pt – Pt-1 Pt-1 Dimana: Pt = harga saham pada tahun ke t Pt-1 = harga saham pada tahun ke t-114 b. Jenis-jenis Risiko 1) Risiko bisnis (business risk), merupakan risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten. 2) Risiko likuiditas (liquidity risk), risiko ini berkaitan dengan kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti. 3) Risiko tingkat bunga (interst rate risk), merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. 4) Risiko pasar (market risk), merupakan risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi resesi dan kondisi perekonomian lain. 5) Risiko daya beli (purchasing power market), merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi, dimana perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi. 14 . Makaryanawati dan Misbachul Ulum, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index” (Malang: Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun 14, Nomor 1, 2009), hlm. 55 23 6) Risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul akibat perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang negara lain. Sedangkan dalam konteks portofolio, risiko dikelompokkan menjadi dua kelompok: 1) Risiko yang dapat dihindari (unsystematic risk), yaitu risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Unsystematic risk meliputi: risiko bisnis, risiko likuiditas dan risiko tingkat bunga. 2) Risiko yang tidak dapat dihindari (systematic risk), yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Systematic risk meliputi: risiko pasar, risiko daya beli dan risiko mata uang.15 c. Mengelola Risiko 1) Memperkecil risiko Keputusan untuk memperkecil risiko adalah dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang mengandung risiko tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisirnya guna agar risiko tersebut tidak menambah menjadi diluar dari control pihak manajemen perusahaan. 15 . Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 107 24 2) Mengalihkan risiko Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima tersebut kita alihkan ke tempat lain sebagian. 3) Mengontrol risiko Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan mengantisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi. 4) Pendanaan risiko Keputusan pendanaan risiko adalah menyangkut dengan menyediakan sejumlah dana sebagai reserve (cadangan) guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari. 7. Tingkat Suku Bunga Yang dimaksud tingkat suku bunga adalah tingkat presentase dari pokok pinjaman yang harus dibayar oleh peminjam kepada pemberi pinjaman sebagai imbal jasa yang dilakukan dalam suatu periode tertentu yang telah disepakati kedua belah pihak. Suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga SBI. Variabel ini diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:16 ∑ 16 ( ) . Makaryanawati dan Misbachul Ulum, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index” (Malang: Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun 14, Nomor 1, 2009), hlm. 55 25 Tingkat suku bunga pinjman mencerminkan biaya yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat dari meminjam uang dan hal ini akan mempengaruhi kinerja bisnis melalui dua cara. Pertama, interest rate akan mempengaruhi dalam menentukan harga dimana perusahaan harus membayar pinjaman yang telah diterimanya. Dengan mengsumsikan ceteris paribus maka tingkat suku bunga yang rendah berarti berkurangnya biaya bunga dan meningkatnya profit. Perubahan dalam interest rate akan mempengaruhi pola pembelanjaan dari konsumen. Interest rate tidak hanya mencerminkan biaya konsumsi saat ini dan masa akan datang, tetapi mencerminkan harapan inflasi dan risiko kredit.17 Kondisi pasar saham yang berfluktuasi menyebabkan tingkat risiko memiliki posisi tersendiri, tingkat return yang diharapkan juga penuh dengan kondisi yang berfluktuasi, dengan kata lain jika estimasi keuntungan yang diharapkan tidak tercapai atau actual returnnya adalah tidak diperoleh bahkan terlalu jauh maka kerugian financialnya yang akan diperoleh. Pada saat suku bunga mengalami kenaikan dan harga saham dipasar mengalami penurunan, maka investor akan cenderung memindahkan dananya dari saham ke deposito.18 17 . Werner R. Murhadi, Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Valuasi Saham (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm. 74 18 . Irham Fahmi, Menejemen Risiko (Teori, Kasus dan Solusi) (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 40 26 Pengaruh yang terjadi pada moneter suatu negara yang masih menerapkan suku bunga tinggi adalah dimana bank sentral negara tersebut mencoba terus mempertahankan kondisi suku bunga tinggi dengan maksud agar surplus transaksi terus terjaga.19 Kondisi stabilitas suku bunga yang bersifat tidak stabil yaitu berubah dari yang diharapkan oleh banyak pihak khususnya para pelaku ekonomi seperti pebisnis (baik kelas atas, menengah dan bawah) akan berunjuk kepada penurunan pendapatan yang akan diperoleh. Namun sebaliknya jika suku bunga cenderung stabil dan berada pada kondisi yang diharapkan maka artinya risiko yang akan diterima adalah lebih kecil dari yang diperkirakan. Kecilnya risiko menyebabkan pihak pelaku bisnis cenderung akan mampu memperbesar profit secara sistematis.20 8. Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi.21 Contoh membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi, gaji lembur, tagihan telepon, dan sebagainya. Rasio likuiditas secara umum ada 2 (dua) yaitu current ratio dan quick ratio. 19 . Irham Fahmi, Menejemen Risiko (Teori, Kasus dan Solusi).................................. hlm. 48 . Irham Fahmi, Menejemen Risiko (Teori, Kasus dan Solusi).................................. hlm. 49 21 . Budi Rahardjo, Laporan Keuangan Perusahaan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), hlm. 138 20 27 a. Current Ratio Rasio lancar (current ratio) adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo.22 Menurut Subramanyam dan John J. Wild “Alasan digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencangkup kemampuannya untuk mengukur: 1) Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Makin tinggi jumlah (kelipatan) aset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar. 2) Penyangga kerugian. Makin besar penyangga, makin kecil resikonya. Rasio lancar menunjukan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar non kas pada saat aset tersebut dilepas atau dilikuidasi. 3) Cadangan dana lancar. Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. 23 Kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio (rasio lancar) terlalu tinggi juga dianggap tidak baik. Ini 22 . Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 121 . Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 121 23 28 sebagaimana dikatakan oleh Samuel C. Weaver dan J. Fred Weston bahwa “setiap nilai ekstrem dapat mengindikasikan adanya masalah. Sebagai contoh, rasio lancar sebesar 8,00 dapat mengindikasikan: 1) Penimbunan kas 2) Banyaknya piutang yang tidak tertagih 3) Penumpukan persediaan 4) Tidak efisiennya pemanfaatan “pembiayaan” gratis dari pemsok 5) Rendahnya pinjaman jangka pendek. Memang bagi manajer perusahaan memiliki current ratio yang tinggi dianggap baik, bahkan bagi para kreditur dipandang perusahaan tersebut berada dalam keadaan yang kuat. Namun bagi para pemegng saham ini dianggap tidak baik, dalam artian para manajer perusahaan tidak mendayagunakan current asset secara baik dan efektif atau dengan kata lain tingkat kreatifitas manajer perusahaan adalah rendah. Risiko likuiditas bertujuan menaksir kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan komitmen pembayaran keuangannya. Semakin tinggi angka rasio likuiditas, akan semakin baik bagi investor. Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas tinggi akan diminati para investor dan akan berimbas pula pada harga saham yang cenderung naik karena tingginya permintaan. Kenaikan harga saham ini mengindikasi meningkatnya kinerja perusahaan dan 29 hal ini juga akan berdampak pada para investor karena mereka akan memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi dari investasinya.24 b. Quick ratio Quick ratio sering disebut dengan istilah rasio cepat. Rasio cepat adalah ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti daripada rasio lancar karena pembilangannya mengeliminasi persediaan yang dinggap aktiva lancar yang sedikit tidak likuid dan kemungkinan menjadi sumber kerugian. Adapun rumus quick ratio adalah: Keterangan: Current Asset = Aset lancar Current liabilities = Utang lancar Inventories = Persediaan Persediaan terdiri dari persediaan alat-alat kantor, persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Tujuan manajemen persediaan adalah mengadakan persediaan yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang minimum. Menurut bambang Riyanto, “apabila kita menggunakan “quick ratio” untuk menentukan tingkat likuiditas, maka secara umum dapatlah dikatakan bahwa suatu perusahaan yang mempunyai “quick 24 . Ida Roza, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Tingkat Likuiditas Terhadap Risiko Investasi Saham Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2011” (Semarang: Skripsi IAIN Walisongo, 2012), hlm. 18 30 ratio” kurang dari 1:1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya. 9. Struktur Modal a. Pengertian Struktur Modal Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjang dan modal sendiri yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan. Struktur modal diukur menggunakan Long Term Debt Equity Ratio yaitu rasio yang menunjukan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri. Persamaanya sebagai berikut:25 Kebutuhan dana yang memperkuat struktur modal suatu perusahaan dapat bersumber dari internal dan eksternal, dengan ketentuan sumber dana yang dibutuhkan tersebut bersumber dari tempat-tempat yang dianggap aman dan jika dipergunakan memiliki nilai dorong dalam memperkuat struktur modal keuangan perusahaan. Dalam artian ketika dana itu dipakai untuk memperkuat struktur modal perusahaan, maka perusahaan mampu mengendalikan modal tersebut secara efektif dan efisien serta tepat sasaran. 25 . Kasmir. Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), hlm : 154 31 b. Pembagian Struktur Modal Struktur modal itu sendiri dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Simple Capital Structure, yaitu jika perusahaan hanya menggunakan modal sendiri saja dalam struktur modalnya. 2) Complex Capital Strukture, yaitu jika perusahaan tidak hanya menggunakan modal sendiri tetapi juga menggunakan modal pinjaman dalam struktur modalnya. c. Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan, yaitu: 1) Bentuk atau karakteristik bisnis yang dijalankan. 2) Ruang lingkup aktivitas operasi bisnis yang dijalankan. 3) Karakteristik manajemen yang diterapkan di organisasi bisnis tersebut. 4) Karakteristik, kebijakan dan keinginan pemilik. 5) Kondisi micro and macro economy yang berlaku didalam negeri dan luar negeri yang turut mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan. Menurut Brigham dan Houston26 bahwa, kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara risiko dan pengembalian: 26 . Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 187 32 1) Penggunaan lebih banyak utang akan meningkatkan risiko yang ditanggung oleh para pemegang saham. 2) Penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan terjadinya ekspektasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggi. d. Struktur Modal dan Kebijakan Perusahaan Bagi sebuah perusahaan yang bersifat profit oriented keputusan pencarian sumber pendanaan dalam rangka memperkuat struktur modal menjadi keputusan penting yang harus dikaji dengan mendalam serta berbagai dampak pengaruh yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Secara umum sumber modal ada 2 (dua) sumber alternatif, yaitu modal yang bersumber dari modal sendiri atau dari eksternal seperti pinjaman/utang. Pendanaan dengan modal sendiri dapat dilakukan dengan menerbitkan saham, sedangkan pendanaan dengan utang dapat dilakukan dengan menerbitkan obligasi, right issue atau berutang ke bank, bahkan ke mitra bisnis. Jadi biaya modal suatu perusahaan bukanlah biaya tunai, karena merupakan ongkos kesempatan. Semakin tinggi risiko perusahaan yang ditanggung investor, maka semakin tinggi pula total pengembalian yang diharapkan. Risiko suatu perusahaan salah satunya dapat dilihat dari struktur modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi tingkat utang yang dimiliki perusahaan, maka semakin berisiko 33 perusahaan tersebut, sebaliknya semakin rendah tingkat pengembalian utangnya maka risikopun semakin rendah. Struktur modal adalah bertujuan memadukan sumber dana permanen yang selanjutnya digunakan perusahaan dengan cara yang diharapkan akan mampu memaksimumkan nilai perusahaan. Bagi sebuah perusahaan sangat dirasa penting untuk memperkuat kestabilan keuangan yang dimilikinya, karena perubahan dalam struktur modal diduga bisa menyebabkan perubahan nilai perusahaan. Melakukan analisa struktur modal dianggap suatu hal yang penting karena dapat mengevaluasi risiko jangka panjang dan prospek dari tingkat penghasilan yang didapatkan perusahaan selam menjalankan aktivitasnya. e. Teori Struktur Modal Teori struktur modal ada 2 yaitu: 1) Balancing theories, merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh perusahaan untuk mencari dana tambahan dengan cara mencari pinjaman baik ke perbankan atau juga dengan menerbitkan obligasi. Ada beberapa bentuk risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan pada saat kebijakan balancing theories diterapkan, yaitu: a) Jika perusahaan meminjam dana ke perbankan, maka dibutuhkan jaminan atau agunan seperti tanah, gedung, 34 kendaraan dan sejenisnya. Dan jika angsuran kredit tersebut terlambat dibayar perbankan akan memberikan teguran dalam bentuk lisan dan tulisan. Persoalannya adalah seandainya perusahaan tidak mampu lagi membayar angsuran diatas batas waktu yang ditentukan/ditolerir maka agunan tersebut diambil dan dilelang oleh perbankan untuk menutupi kerugian sejumlah nilai pinjaman. b) Jika kebutuhan dana dengan cara menjual obligasi. Bentuk risiko yang dihadapi adalah jika seandainya tidak sanggup membayar bunga obligasi secara tepat waktu atau bergeser dari waktu yang disepakati maka perusahaan harus melakukan berbagai kebijakan untuk mengatasi ini, termasuk mengonversi dari pemegang obligasi ke pemegang saham. c) Risiko selanjutnya terhadap masalah yang dialami oleh perusahaan tersebut adalah telah menyebabkan nilai perusahaan di mata publik terjadi penurunan, karna publik menilai kinerja keuangan perusahaan tidak baik khususnya dalam kemampuan manajemen struktur modal. 2) Pecking Order Theory, merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara menjual aset yang dimilikinya. Seperti menjual gedung, tanah, peralatan yang dimilikinya dan aset-aset lainnya, termasuk dengan 35 menerbitkan dan menjual saham di pasar modal dan dana yang berasal dari laba ditahan. pada kebijakan pecking order theories artinya perusahaan melakukan kebijakan dengan cara mengurangi kepemilikan aset yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan penjualan. Dampak lebih jauh perusahaan akan mengalami kekurangan aset karena dipakai untuk membiayai rencana aktivitas perusahaan baik yang sedang maupun yang akan. Yang sedang seperti untuk membayar utang yang jatuh tempo dan yang datang seperti untuk pengembangan produk baru dan ekspansi perusahaan dalam membuka kantor cabang dan berbagai kantor cabang pembantu.27 B. Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Restian David Pambudi yang berjudul “Analisis Pengaruh Variabel Makro Dan Mikro Terhadap Risiko Investasi Saham (Studi Pada Perusahaan Non-Lembaga Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2004)”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa secara simultan variabel inflasi, kurs, suku bunga SBI (variabel makro) dan deviden payout, likuiditas, financial leverage (variabel mikro) pada pengujian gabungan berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham sedangkan secara simultan variabel inflasi, kurs, suku bunga SBI 27 . Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 179 36 (variabel makro) pada pengujian terpisah berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham.28 Penelitian yang dilakukan oleh Raudatul Farida yang berjudul “Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan Dan Dividend Payout Terhadap Risiko Investasi Saham Pada Perusahaan LQ-45 Yang Listing Di BEJ”. Hasil penelitian menunjukan secara simultan variabel leverage, ukuran perusahaan dan dividend payout berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham dengan menggunakan signifikansi sebesar 5% secara parsial variabel leverage, ukuran perusahaan dan dividend payout tidak berpengaruh terhadap risiko investasi saham, tetapi jika menggunakan signifikansi 10% secara parsial hanya variabel leverage yang berpengaruh terhadap risiko investasi saham.29 Penelitian yang dilakukan oleh Ida Roza yang berjudul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Tingkat Likuiditas Terhadap Risiko Investasi Saham Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2011”. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel tingkat suku bunga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi. Variabel tingkat likuiditas secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap risiko investasi 28 . Restian David Pambudi, “Analisis Pengaruh Variabel Makro Dan Mikro Terhadap Risiko Investasi Saham (Studi Pada Perusahaan Non-Lembaga Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2004)” (Surakarta: Skripsi Universitas Sebelas Maret, 2006). 29 . Raudatul Farida, “Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan Dan Dividend Payout Terhadap Risiko Investasi Saham Pada Perusahaan LQ-45 Yang Listing Di BEJ” (Malang: Skripsi Universitas Negeri Malang, 2007). 37 sedangkan secara bersama-sama tingkat suku bunga dan tingkat likuiditas berpengaruh terhadap risiko investasi.30 Penelitian yang dilakukan oleh Nailatun Ni’mah yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Likuiditas, Profitabilitas Dan Leverage Perusahaan Terhadap Risiko Investasi (Beta) Saham Yang Masuk Dalam Daftar Efek Syariah”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa secara simultan tingkat suku bunga, current ratio, earning per share dan dept to total asset ratio mempunyai pengaruh terhadap beta saham syariah. sedangkan secara parsial, variabel tingkat suku bunga, dept to total asset ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham sedangkan variabel current ratio dan earning per share tidak berpengaruh terhadap beta saham.31 Penelitian yang dilakukan oleh Vina Rahmatika Coryaina yang berjudul “Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Dan Ekonomi Makro Terhadap Risiko Investasi Saham Syariah”. Hasil penelitian menunjukan variabel fundamental (asset size, current ratio, return on equity, dept equity ratio dan earning per share) dan makro ekonomi (inflasi dan kurs) secara simultan atau bersama-sama secara signifikan berpengaruh terhadap risiko investasi (beta) saham syariah. secara parsial hanya variabel makro yakni inflasi dan kurs yang mampu berpengaruh signifikan terhadap beta saham 30 . Ida Roza, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Likuiditas terhadap Risiko Investasi Saham yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2011” (Semarang: Skripsi IAIN Walisongo, 2012). 31 . Nailatun Ni’mah, “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Likuiditas, Profitabilitas dan Leverage Perusahaan Terhadap Risiko Investasi (Beta) Saham yang Masuk Dalam Daftar Efek Syariah” (Yogyakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2013). 38 syariah sedangkan variabel fundamental perusahaan seperti asset size, current ratio, return on equity, dept equity ratio dan earning per share tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah.32 Penelitian yang dilakukan oleh Tita Deswira yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Struktur Modal Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Risiko Investasi Saham Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index”. Hasil penelitian menunjukan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap risiko investasi saham, struktur modal tidak berpengaruh terhadap risiko investasi saham, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap risiko investasi saham.33 32 . Vina Rahmatika Coryaina, “Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan dan Ekonomi Makro Terhadap Risiko Investasi Saham Syariah” (Yogyakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2013). 33 . Tita Deswira, “Pengaruh Likuiditas, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan Terhadap Risiko Investasi Saham yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index” (Padang: Skripsi Universitas Negeri Padang, 2013). 39 Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu dari Jurnal No. 1. Penelitian Nor Isnaini, Nunung Ghoniyah. Media Ekonomi Dan Manajemen. Vol 28. No. 2 Juli 2013 Judul Penelitian Analisis Risiko Investasi Saham Pada Perusahaan Yang Go Publik Di Jakarta Islamic Index. Variabel Variabel independen: tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, struktur modal, profitabilitas. Variabel dependen: risiko investasi Kesimpulan Persamaan Perbedaan tidak berpengaruh signifikan tingkat inflasi untuk return on equity (ROE), tingkat inflasi yang signifikan terhadap risiko investasi. BI Rate yang signifikan terhadap return on equity (ROE), BI tingkat risiko investasi yang signifikan. Kurs signifikan terhadap return on equity (ROE), nilai tukar risiko investasi yang signifikan. Debt to equity ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER) tidak signifikan terhadap risiko investasi. Return on equity (ROE) tidak Penggunaan pada tingkat suku bunga SBI dan struktur modal terhadap risiko investasi. Alat analisis menggunakan anlisis jalur. Adanya variabel inflasi, nilai tukar rupiah dan profitabilitas sebagai variabel independen. 40 No. Penelitian 2. Makarynawati, Misbachul Ulum. Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun 14 Nomor 1 Maret 2009 3. Nur Alifah Fajariyah, Bambang Subroto, Bambang Purnomosidhi. Judul Penelitian Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Tingkat Likuiditas Perusahaan Terhadap Risiko Investasi Saham Yang Terdaftar Pada Jakarta Islamic Index. Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Risiko Investasi Di Pasar Modal: Uji Empiris Pada Bank Umum Di Bank Indonesia Variabel Variabel independen: tingkat suku bunga dan tingkat likuiditas perusahaan. Variabel dependen: risiko investasi Variabel independen: - informasi akuntansi (likuiditas, leverage, profitabilitas) variabel dependen: risiko investasi Kesimpulan signifikan terhadap risiko investasi. Tingkat suku bunga yang ditunjukan oleh tingkat suku bunga SBI sebagai tingkat kenaikan bunga bebas risiko terbukti berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi. Tingkat likuiditas perusahaan yang ditunjukan oleh rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi. secara simultan informasi akuntansi berpengaruh terhadap risiko investasi. Persamaan Perbedaan Penggunaan tingkat suku bunga dan tingkat likuiditas sebagai variabel-variabel yang diduga berhubungan terhadap risiko investasi. Sampel penelitian mulai tahun 2004 sampai dengan akhir desember 2007, yaitu 59 perusahaan. Penggunaan likuiditas sebagai variabel independen berpengaruh terhadap risiko investasi sebagai variabel dependen. Sempel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan terhadap 23 perusahaan perbankan yang sahamnya telah listing di Bursa Efek Indonesia dengan rentang waktu 41 No. Penelitian Judul Penelitian Variabel 4. Siti Komariah, Julenah, M. Chudori Jurnal Keuangan Dan Perbankan, Vol.15, No.3 September 2011, Return Saham, Inflasi, Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Risiko Investasi Variabel independen: return saham, inflasi, struktur kepemilikan. Variabel dependen: risiko investasi 5. Elisa Marisa, Dian Indudewi. Juraksi Vol.1 No.1 Januari 2012 ISSN: 2301-9328. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Tingkat Likuiditas Perusahaan Terhadap Risiko Investasi Saham. Variabel independen: tingkat suku bunga dan tingkat likuiditas perusahaan. Variabel dependen: risiko investasi. Kesimpulan Return saham, inflasi dan struktur kepemilikan secara bersama berpengaruh terhadap risiko investasi saham. Secara persial return saham berpengaruh positif terhadap risiko investasi. Inflasi tidak berpengaruh terhadap risiko investasi. Struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap risiko investasi. Tingkat bunga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap risiko investasi saham dengan arah positif sementara tingkat likuiditas perusahaan tidak menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap risiko investasi saham. Persamaan Penggunaan risiko investasi sebagai variabel dependen. Tingkat suku bunga dan likuiditas perusahaan sebagai variabel independen sama-sama berpengaruh terhadap risiko investasi sebagai variabel dependen. Perbedaan penelitian dari tahun 2001-2007. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003-2009. Sampel yang diambil ada 128 perusahaan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam Index LQ-45 mulai tahun 2008 sampai akhir desember 2010. 42 No. Penelitian Judul Penelitian Variabel Kesimpulan Persamaan Perbedaan 6. Helena Oktaviana Simamora, I Gusti Bagus Wiksuana (Universitas Udayana) Variabel Yang Mempengaruhi Risiko Investasi Saham Pada Perusahaan Farmasi Di Bursa Efek. Penelitian ini menggunakan sampel sebesar 7 perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Ni Putu Ayu Dewi Yanti, Ni Ketut Rasmini ISSN: 23028556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 8.3 (2014): 569583 Analisis Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Risiko Investasi Saham Pada Perusahaan Telekomunikasi. Struktur modal dan likuiditas perusahaan berpengaruh positif terhadap risiko investasi saham, operating leverage tidak berpengaruh positif terhadap risiko investasi saham dan inflasi, bunga deposito, nilai tukar rupiah serta financial leverage secara parsial berpengaruh negatif terhadap risiko investasi saham. Operating leverage dan likuiditas perusahaan berpengaruh positif dan signifikan pada risiko investasi saham sedangkan tingkat bunga deposito, nilai tukar rupiah dan struktur modal berpengaruh negatif atau tidak signifikan pada risiko investasi saham. Penggunaan pada struktur modal dan likuiditas perusahaan sebagai variabel independen berpengaruh terhadap risiko investasi sebagai variabel dependen. 7. Variabel independen: inflasi, bunga deposito, nilai tukar rupiah, struktur modal, financial leverage, likuiditas perusahaan. Variabel dependen: risiko investasi Variabel independen: tingkat bunga deposito, nilai tukar rupiah, struktur modal, operating leverage dan likuiditas perusahaan. Variabel dependen: risiko Pengunaan struktur modal dan likuiditas perusahaan sebagai variabel independen terhadap risiko investasi sebagai variabel dependen. Sampel penelitian ditentukan dengan metode sensus yaitu sebanyak 6 perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2012. 43 No. 8. Penelitian Antonius Heru Santoso, Aris Budi Setiawan Universitas Gunadarma. Judul Penelitian Variabel Analisis Risiko Investasi Saham Pada Sektor Properti Di Bursa Efek Indonesia Periode 20032008. investasi. Variabel independen: suku bunga deposito, struktur modal, struktur aktiva, rasio likuiditas. Variabel dependen: risiko investasi. Kesimpulan Persamaan Perbedaan Secara simultan suku bunga deposito (faktor sistematis) dan struktur modal, struktur aktiva serta rasio likuiditas (faktor non sistematis) memiliki pengaruh yang signifikan sedangkan secara parsial hanya variabel struktur aktiva tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Penggunaan struktur modal dan likuiditas sebagai variabel independen terhadap risiko investasi sebagai variabel dependen. Metode pengambilan sempel menggunakan purposive sampling methode dari 24 perusahaan hanya dipilih 16 perusahaan. 44 C. Kerangka Berpikir Dari kerangka teori diatas terdapat pengaruh yang positif antara tingkat suku bunga, tingkat likuiditas dan struktur modal terhadap risiko investasi. Maka kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Tingkat Suku Bunga (X1) Likuiditas (X2) Risiko Investasi Saham (Y) Struktur Modal (X3) 1.) Hubungan Tingkat Suku Bunga Terhadap Risiko Investasi Pada saat suku bunga mengalami kenaikan dan harga saham dipasar mengalami penurunan, maka investor akan cenderung memindahkan dannya dari saham ke deposito. Tingkat suku bunga pinjaman mencerminkan biaya yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat dari meminjam uang dan hal ini 45 akan mempengaruhi kinerja bisnis melalui dua cara. Pertama, interest rate akan mempengaruhi dalam menentukan harga dimana perusahaan harus membayar pinjaman yang telah diterimanya dengan mengasumsikan ceteris paribus maka tingkat suku bunga yang rendah berarti berkurangnya biaya bunga dan meningkatnya profit. Perubahan dalam interest rate akan mempengaruhi pola pembelanjaan dari konsumen.34 Ketika tingkat suku bunga tinggi akan mengakibatkan harga saham turun dan akan mengakibatkan return yang diterima investor menjadi berkurang serta return yang rendah akan mengakibatkan risiko investasi juga rendah.35 2.) Hubungan Likuiditas Terhadap Risiko Investasi Bagi manajer perusahaan memiliki current ratio yang tinggi dianggap baik, bahkan bagi para kreditur dipandang perusahaan tersebut berada dalam keadaan yang kuat. Namun bagi para pemegang saham ini dianggp tidak baik, dalam artian para manajer perusahaan tidak mendayagunakan cuirrent asset secara baik dan efektif atau dengan kata lain tingkat kreativitas manajemen perusahaan rendah.36 Risiko likuiditas bertujuan menaksir kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan komitmen pembayaran keuangannya. Semakin tinggi angka rasio likuiditas, akan 34 . Werner R. Murhadi, Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Valuasi Saham (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm. 74 35 . Irham Fahmi, Manajemen Risiko (Teori, Kasus dan Solusi) (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 40 36 . Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 69 46 semakin baik bagi investor. Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas tinggi akan diminati para investor dan akan berimbas pula pada harga saham yang cenderung naik karena tingginya permintaan. Kenaikan harga saham ini mengindikasi meningkatnya kinerja perusahaan dan hal ini juga akan berdampak pada para investor karena merekaa akan memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi dari investasinya.37 3.) Hubungan Struktur Modal Terhadap Risiko Investasi Perusahaan dengan struktur modal yang didominasi oleh hutang cenderung dijauhi investor, disebabkan tingginya hutang merupakan beban yang akan mereka tanggung ketika menjadi pemegang saham.38 Semkin tinggi risiko perusahaan yang ditanggung investor, maka semakin tinggi pula total pengembalian yang diharapkan. Risiko suatu perusahaan salah satunya dapat dilihat dari struktur modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi tingkat utang yang dimiliki perusahaan, maka semakin berisiko perusahaan tersebut, sebaliknya semakin rendah tingkat pengembalian utangnya maka risikopun semkin rendah.39 37 . Ida Roza, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Likuiditas terhadap Risiko Investasi Saham yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2011” (Semarang: Skripsi IAIN Walisongo, 2012), hlm. 18 38 . Tita Deswira, “Pengaruh Likuiditas, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan Terhadap Risiko Investasi Saham yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index” (Padang: Skripsi Universitas Negeri Padang, 2013), hlm. 3 39 . Irham Fahmi, Analisis Laaporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 181 47 D. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka.40 Sehubungan dengan hal tersebut maka pengembangan hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Hipotesis secara persial adalah sebagai berikut: 1. Ha1: Tingkat suku bunga berpengaruh terhadap risiko investasi saham yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index. H01: Tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap risiko investasi saham yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index. 2. Ha2: Likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap risiko investasi saham yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index. H02: Likuiditas perusahaan tidak berpengaruh terdapat risiko investasi saham yang terdapat pada Jakarta Islamic Index. 3. Ha3: Struktur modal berpengaruh terhadap risiko investasi saham yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index. H03: Struktur modal tidak berpengaruh terhadap risiko investasi saham yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index. Hipotesis secara bersama-sama/simultan adalah sebagai berikut: 1. Ha: Tingkat suku bunga, likuiditas perusahaan dan struktur modal berpengaruh terhadap risiko investasi yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index. 40 . Nanang Martono. Metode Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Rajawali Press. 2012) Hal: 63 48 2. H0: Tingkat suku bunga, likuiditas perusahaan dan struktur modal tidak berpengaruh terhadap risiko investasi saham yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index.