Daily Industry Update

advertisement
Global Markets Group
SUm
Daily Industry Update
Economic Research
30 Juni 2016
Info Industri
Pengesahan UU Pengampunan Pajak diprediksi ikut membantu pertumbuhan ekonomi nasional hingga bergerak di kisaran 5,1%5,2% pada tahun ini dan selanjutnya merangkak naik 5,5% pada 2017. Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan tax
amnesty akan memperbaiki kinerja ekonomi nasional karena ada potensi masuknya dana hasil repatriasi. Namun, dampak ke perekonomian
paling besar pada 2017. Dari pengampunan pajak, sambungnya, ada uang tebusan yang akan masuk kas negara. Uang ini pada gilirannya
akan dibelanjakan sehingga menjadi stimulus fiskal yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, dana repatriasi juga akan
memperbaiki beberapa indikator makro lainnya, mulai dari penguatan nilai tukar rupiah, penekanan inflasi sehingga lebih rendah. Selain itu,
adanya tambahan likuditas akan diikuti dengan peningkatan pertumbuhan kredit dan investasi swasta. Dengan adanya tax amnesty,
pertumbuhan kredit tahun ini diperkirakan tumbuh 12%, lebih tinggi dari outlook sebelumnya – tanpa tax amnesty – sebesar 10%. Tahun
depan, laju kredit diperkirakan mencapai 16%-17%, lebih tinggi dari proyeksi tanpa tax amnesty 13%. Otoritas Moneter juga akan menambah
dan menyiapkan instrumen wadah dana repatriasi. Pertama, BI akan memperbanyak instrumen-instrumen di pasar keuangan terkait dengan
simpanan valas maupun Sertifikat Bank Indonesia (SBI) valas. Kedua, instrumen di pasar uang yang termasuk di dalamnya commercial paper,
negotiable certificate of deposit (NCD), dan beberapa turunan lainnya yang ada di deposit. Ketiga, instrumen lindung nilai atau hedging.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan besaran subsidi bahan bakar minyak dalam APBNP 2016
diperkirakan cukup hingga akhir tahun jika harga minyak mentah stabil seperti posisi saat ini. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja mengatakan pihaknya berharap besaran subsidi bahan bakar minyak seiring dengan turunnya
subsidi Solar sebesar Rp500 per liter akan cukup hingga akhir tahun. Dia menjelaskan pada semester I/2016 rata-rata harga minyak mentah
Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) hanya US$36 per barel, sedangkan ketetapan di APBNP 2016 ICP sebesar US$40 per barel.
Menurutnya, harga ICP biasanya US$5 lebih rendah ketimbang harga minyak di pasar Brent. Oleh karena itu, jika harga minyak Brent stabil
seperti saat ini di level US$50 per barel, maka ICP akan stabil di level US$45 per barel. Berkaitan dengan harga Solar, lanjutnya, dia
menjamin tidak ada kenaikan harga hingga September 2016, karena ada saving pada April, Mei dan Juni. Namun, jika ada lonjakan tinggi
pada harga minyak mentah pasca September, maka diprediksi aka nada kenaikan harga. Badan Anggaran (Banggar) DPR dan Pemerintah
menyepakati hasil besaran yang dibahas dalam rapat internal Komisi VII yang memutuskan besaran pemangkasan subsidi tetap pada bahan
bakar minyak (BBM) jenis Solar dari Rp1.000 menjadi Rp500 per liter. Pada pekan lalu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian
Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan dalam usulan awal di mana pemotongan sebesar Rp650 per liter dengan pertimbangan
penghematan anggaran belanja terutama pos belanja subsidi. Sehingga anggaran untuk jenis BBM tertentu dalam Anggaran Pendpatan
Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 sebesar Rp12,43 triliun. Dengan pemotongan Rp500 per liter dan asumsi ICP US$40 per barel,
maka total belanja subsidi BBM disetujui Rp43,68 triliun atau membengkak dibanding RAPBN-P 2016 sebesar Rp40,63 triliun.
Para pengusaha smelter mengeluh pihak perbankan masih ogah memberikan pinjaman untuk proyek pembangunan smelter.
Padahal, program hilirisasi mineral ini sudah menjadi program strategis pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas sumber
daya alam mineral. Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (Apemindo) Ladjiman Damanik mengungkapkan, perbankan
dalam negeri, masih enggan untuk memberi pinjaman kepada perusahaan lokal yang ingin membangun smelter. Ia menilai, perbankan
nasional masih cenderung lebih nyaman untuk memberi pinjaman pada sektor-sektor yang mereka anggap memberi keuntungan pasti seperti
properti atau perkebunan. Selama ini perusahaan-perusahaan lokal yang membangun smelter hanya bergantung pada modal asing.
Kebanyakan dana yang diperoleh berasal dari perusahaan rekanan yang selama ini menerima pasokan ekspor bijih tembaga yang mereka
produksi. Hanya saja pemerintah tak memberikan respon keluhan pengusaha smelter ini. Jurubicara Kementerian ESDM Sujatmiko hanya
bilang Kementerian ESDM berupaya mengidentifikasi dan evaluasi peraturan kewajiban membangun smelter, agar bisa sejalan dengan upaya
percepatan pembangunan smelter. Dalam catatan Kementerian ESDM hingga awal Juni 2016 yang lalu sudah mulai terbangun 23 smelter.
Proyek smelter ini terdiri dari 6 nikel, 1 bauksit, 1 mangan, 11 zirkon, 2 kaolin dan 2 zeolit.
Perusahaan konsultan properti, PT Colliers International Indonesia melansir penjualan lahan industri hingga paruh pertama tahun ini
mencapai 48,42 hektare atau hanya 14% dari realisasi penjualan lahan industri sepanjang tahun lalu. Collier mencatat, per kuartal
II/2016, penjualan lahan industri di Jakarta Raya mencapai 29,03 hektare, sedikit meningkat dibandingkan capaian kuartal I/2016 sebanyak
19,39 hektare. Namun, secara tahunan, penjualan lahan di kuartal II/2016 turun 81% secara tahunan. Per kuartal I/2015, penjulahan lahan
industri mencapai 150,13 hektare. Penjualan lahan industri di paruh kedua tahun ini akan menghadapi tantangan berat menyusul tingkat
permintaan yang belum pulih. Permintaan lahan industri yang masih lemah menyusul perlambatan pertumbuhan ekonomi. Minat dari calon
investor untuk membeli lahan memang belum surut. Namun, peningkatan minat belum berujung pada transaksi penjualan lahan. Sepanjang
tahun lalu, penjualan lahan industri mencapai 347,51 hektare. Secara khusus, di kuartal II/2015, penjualan lahan industri terbilang signifikan
karena ada transaksi besar di Serang sebanyak 108,61 hektare. Di sisi lain, berdasarkan segmen, industri logistik menyumbang 48%
penjualan lahan industri. Ferry menyebut, industri logistik mendapat berkah dari kelesuan sektor otomotif. Penjualan otomotif yang melambat
membuat para pelaku usaha di sektor itu membutuhkan ruang gudang yang lebih banyak untuk menyimpan persediaan barang.
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) harus menombok Rp28 triliun jika penghapusan subsidi bagi 18 juta pelanggan 900 VA
belum berjalan hingga akhir tahun. Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan perusahaan pelat merah tersebut telah menomboki
subsidi bagi 18 juta pelanggan 900 VA sejak awal tahun ini. Dari Januari 2016, PLN telah menambal subsidi sebesar Rp2,3 triliun per bulan
atau sekitar Rp18 triliun hingga Juni 2016. Jika pencabutan subsidi bagi 18 juta pelanggan 900 VA belum juga diberlakukan hingga akhir
tahun, PLN harus menambal subsidi Rp26 triliun hingga Rp28 triliun. PLN akan mencari pinjaman dari perbankan untuk menambal subsidi
tersebut. Seharusnya, pencabutan subsidi 900 VA terhadap 18 juta pelanggan dengan mengalihkan menjadi pelanggan 1.300 VA dilakukan
per 1 Juli 2016. Hal ini sesuai dengan penetapan subsidi listrik dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara RpRp50,67 triliun. Besaran
subsidi tersebut dengan asumsi penghapusan subsidi bagi 18 juta pelanggan 900 VA yang mampu mulai diterapkan pada 1 Juli 2016 dan
kenaikan tarif dilakukan secara bertahap selama 4 kali. Namun, Sofyan menuturkan pencabutan subsidi belum akan dilakukan pada 1 Juli
besok. Ditemui dalam kesempatan berbeda, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Monty
Giriana menjelaskan pemerintah masih memverifikasi data pelanggan 900 VA yang tidak berhak menerima subsidi. Pihaknya masih belum
bisa membeberkan kapan proses verifikasi rampung.
Sumber: bisnis.com, kontan.co.id
PT Bank Maybank Indonesia – Global Markets Group
1
Global Markets Group
Economic Research
Indikator Konsumsi Indonesia
10
7.5
Indeks Harga Properti di 16 Kota Besar
Residential Property Price Index: 16 City: Small (Indonesia)
BI Rate (%)
Inflation (% YoY)
Core Inflation (% YoY)
Residential Property Price Index: 16 City: Medium (Indonesia)
220.0
200.0
Residential Property Price Index: 16 City: Large (Indonesia)
Residential Property Price Index: 16 City (Indonesia)
180.0
5
160.0
2.5
140.0
120.0
0
May-11
May-12
May-13
May-14
May-15
May-16
Sumber: CEIC
Sumber: CEIC
Data Penjualan Otomotif
Harga Komoditas
Total Penjualan Mobil (Ribu Unit)
240
Total Penjualan Motor (Ribu Unit) (Kanan)
800
210
180
600
150
120
90
400
Satuan
Harga
Minyak Brent
USD/bbl
50
CPO
MYR/ton
2,455
Batubara
(4,200 kcal)
USD/ton
Nikel 3 Bulan
USD/MT
9,440
USd/lb
219
USD/TOunce
1,316
Tembaga
60
30
Komoditas
200
Emas Dunia
31
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
Perkembangan Ekspor Indonesia
Sumber: BPS
PT Bank Maybank Indonesia – Global Markets Group
2
Global Markets Group
Economic Research
Indikator Ekonomi Makro
Indicators
Inflation (%YoY)
Inflation (% avg)
Core Inflation (%YoY)
Core Inflation (% avg)
Exchange Rate Eop (Rp/US$)
Exchange Rate Avg (Rp/US$)
Curent Account (% GDP)
Fiscal Balance (% GDP)
Interest Rate
BI Rate (% p.a)
Time Deposit 3 month (% p.a)
Lending rate working capital (% p.a)
2013
2014
2015
2016F
8.08
6.40
4.32
4.20
12189
10564
-3.19
-2.33
8.36
6.42
4.93
4.53
12440
11885
-3.09
-2.20
3.35
6.38
3.95
4.89
13795
13458
-2.06
-2.80
3.15
3.53
3.44
3.48
13150
13377
-2.45
-2.50
7.50
7.61
12.12
7.75
8.95
12.81
7.50
7.99
12.46
6.25
6.29
11.37
26.53
13.67
20.43
34.95
21.60
13.60
1.77
1230
10.18
7744
9.62
180.9
6.25
99.4
5.58
17.29
11.51
10.83
13.16
11.58
12.29
2.16
1208
-1.78
7867
1.59
147.3
5.94
111.9
5.02
11.86
9.09
9.04
14.69
10.44
7.26
2.49
1006
-16.69
6480
-17.63
209.0
6.18
105.9
4.79
12.95
10.38
10.65
14.54
11.57
8.14
2.77
1076
6.90
6451
-0.46
324.5
5.70
110.6
5.09
Credit
Growth (% YoY)
Property Credit
Consumer credit
Working Capital Credit
Investment Credit
Total Credit
Deposit
NPL Commercial Banks (%)
Car Sales (1000 Units)
Car Sales Growth (%)
Motorcycle Sales (1000 Units)
Motorcycle Sales Growth (%)
Government Capex (Rp tn)
Unemployment Rate (%)
International Reserve (US$ bn)
GDP Growth (%)
Note : the red numbers are forecas t
Source : Maybank Indones ia Economic Res earch
MAYBANK INDONESIA ECONOMIC RESEARCH DIVISION
Sentral Senayan III, 8th Floor
Jl. Asia Afrika No. 8, Gelora Bung Karno - Senayan
Jakarta 10270, Indonesia
Ph: +62 (021) 29228888
Fax: +62 (021) 29228849
Juniman
Chief Economist
[email protected]
Anup Kumar
Bond Analyst
[email protected]
Myrdal Gunarto
Economist
[email protected]
DISCLAIMER: The information contained has been taken from sources we deem reliable. PT Bank Maybank Indonesia and/or its affiliated
companies and/or their respective employees and/or agents disclaim any liabilities including the accuracy or completeness of the
information and opinions contained in this report or as to any information contained in this report or any other such information or opinions
thereof. The information contained in this report is not to be taken as any recommendation made by PT Bank Maybank Indonesia or any
other person to enter any agreement with regard to any investment mentioned in this document. This report is prepared for general
circulation. It does not have regards to the specific person who may receive this report. In considering any investments you should make
your own independent assessment and seek your own professional financial and legal advice.
ANALYST CERTIFICATION: Each contributor to this report hereby certifies that all the views expressed accurately reflect our views3about
of 3
the companies, securities and all pertinent variables. It is also certified that the biews and recommendations contained in this report are not
and will not be influenced by any part or all of our compensation.
Download