BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya adalah segala sesuatu yang merupakan aset perusahaan untuk mencapai tujuannya. Sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat dikategorikan atas empat tipe sumber daya, seperti finansial, fisik, manusia dan kemampuan teknologi. Hal ini penting untuk diketahui, karena akan bisa membedakan pengertian yang sama dengan pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), yaitu administrasi karyawan atau juga manajemen karyawan. Untuk lebih menjelaskan pengertian tentang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), penulis akan menguraikan pendapat dari beberapa ahli, antara lain : Menurut Salidi Samsudin (2005 : 22) “ Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu kegiatan pengelolaan yang meliputi pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa bagi manusia sebagai individu anggota organisasi atau perusahaan”. 10 11 Sedangkan menurut Mutiara S. (2005 : 15) “Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu proses yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisa pekerjaan, pengadaan pengembangan, kompensasi, promosi dan pemutusan hubungan kerja, guna mencapai tujuan yang ditetapkan”. Sementara itu, Gary Dessler (2003 : 9) berpendapat bahwa “Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses memperoleh, melatih, dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan dan keamanan serta masalah keadilan.” Berdasarkan uraian tersebut di atas, Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) di dalam organisasi perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting dan sangat menentukan dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Jadi, Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan manajemen yang menitikberatkan perhatiannya kepada faktor produksi manusia dengan segala kegiatannya untuk mencapai tujuan perusahaan. 2.1.1 Fungsi Manajerial Fungsi Manajerial dari Manajemen Sumber Daya Manusia, menurut Husein Umar (2005) terdiri dari : a. Perencanaan (Planning), berarti penentuan terlebih dahulu program manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan membantu dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. 12 b. Pengorganisasian (Organizing), merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Bagi seorang manajer sumber daya manusia, membentuk suatu organisasi haruslah dengan merencanakan hubungan antara pekerjaan dan faktor-faktor fisik, hubungan antara sesama kelompok dan hubungan antara pimpinan secara keseluruhaan. c. Pengarahan (Directing), fungsi ini meliputi bagaimana cara melaksanakan pekerjaan atau bagaimana mengusahakan agar karyawannya mau bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan dengan efektif dan efisien. d. Pengawasan/ pengendalian (Controlling), merupakan fungsi manajeman yang menyangkut masalah pengaturan terhadap berbagai kegiatan sesuai dengan rencana manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang sudah dirumuskan. 2.1.2 Fungsi Operasional Fungsi Operasional dari Manajemen Sumber Daya Manusia, menurut Husein Umar (2005) terdiri dari : a. Pengadaan (Procurement), merupakan usaha untuk memperoleh karyawan baik dari segi jenis, jumlah, mutu atau pun kualitas karyawan serta seleksi dan penempatan yang dibutuhkan guna menyelesaikan tujuan organisasi. b. Pengembangan (Development), merupakan peningkatan keterampilan dan pengetahuan karyawan melalui pelatihan yang diperlukan agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. 13 c. Kompensasi (Compensation), fungsi ini berhubungan dengan pemberian imbalan atau penghargaan yang adil dan layak bagi kehidupan manusia dan diberikan kepada karyawan atas jasa atau pekerjaan yang telah diberikan untuk mencapai tujuan perusahaan. d. Integrasi (Integration), merupakan usaha untuk menghasilkan suatu rekonsiliasi atau kecocokan yang layak atas kepentingan individu, masyarakat dan organisasi. e. Pemeliharaan (Maintenance), merupakan usaha untuk mengabadikan keadaan di mana terpeliharanya kemauan dan keinginan para karyawan. Hal ini sangat dipengaruhi komunikasi antar karyawan, kesehatan, keadaan jasmani dan keselamatan kerja karyawan. f. Pemutusan Hubungan Kerja (Separation), merupakan suatu proses pemisahan karyawan dari organisasi untuk mengembalikan karyawan ke lingkungan masyarakat kembali yang dapat berbentuk pensiun, pemberhentian, pemecatan, atau penempatan di luar perusahaan. 2.1.3 Manfaat Manajemen Sumber Daya Manusia Manfaat dari Sumber Daya Manusia menurut Gauzali Saydan (2005 : 66) antara lain sebagai berikut : a. Perusahaan akan berkemampuan menyesuaikan diri dengan kebutuhan sekarang. b. Perusahaan akan mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) yang selalu tampil meyakinkan dalam melaksanakan pekerjaan. 14 c. Perusahaan akan mampu menjawab tantangan perkembangan keadaan masa depan. d. Program perusahaan akan tidak pernah ketinggalan dari para pesaingnya. e. Perusahaan dapat meningkatkan prestasi karyawan secara individual maupun kelompok. f. Mekanisme perusahaan lebih fleksibel dan tidak kaku dalam menggunakan teknologi baru. g. Biaya produksi yang dikeluarkan lebih efisien. h. Perusahaan dapat mempersiapkan karyawan – karyawan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. Suatu perusahaan yang ingin maju dan tumbuh berkembang, harus melaksanakan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) secara terus menerus agar pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan karyawan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dilakukan. 2.2 Pengertian Budaya Organisasi Kata budaya (culture) sebagai suatu konsep berakar dari kajian atau disiplin ilmu antropologi; yang oleh Killman, Saxton, dan Serpa dalam Nimran (2000:134) diartikan sebagai falsafah, ideologi, nilai-nilai, anggapan, keyakinan, harapan, sikap, dan norma yang dimiliki bersama dan mengikat 15 suatu masyarakat. Kini konsep tersebut telah pula mendapat tempat dalam perkembangan ilmu perilaku organisasi, dan menjadi bahasan yang penting dalam literatur ilmiah di bidang manajemen dan perilaku organisasi dengan memakai istilah budaya organisasi. Menurut Bounds, et al. (2001:101), budaya mengandung berbagai aspek pokok, seperti : 1. Budaya merupakan konstruksi sosial unsur-unsur budaya seperti nilai nilai, keyakinan, dan pemahaman, yang dianut oleh semua anggota kelompok. 2. Budaya memberikan tuntunan bagi para anggotanya dalam memahami suatu kejadian. 3. Budaya berisi kebiasaan atau tradisi. 4. Dalam suatu budaya, pola nilai-nilai, keyakinan, harapan, pemahaman, dan perilaku timbul dan berkembang sepanjang waktu. 5. Budaya mengarahkan perilaku : kebiasaan atau tradisi merupakan perekat yang mempersatukan suatu organisasi dan menjamin bahwa para anggotanya berperilaku sesuai dengan norma. 6. Budaya masing-masing organisasi bersifat unik. Menurut Robbins (Pujaatmaka, 1999:282) semua organisasi mempunyai budaya yang tak tertulis yang mendefinisikan standar perilaku yang dapat diterima baik dan yang tidak untuk para karyawan. Setelah beberapa bulan, kebanyakan karyawan akan memahami budaya organisasi 16 mereka. Mereka mengetahui hal-hal seperti bagaimana berpakaian untuk kerja, apakah aturan-aturan dijalankan dengan ketat, perilaku yang dipertanyakan macam apakah yang pasti menyulitkan mereka, dan mana yang kemungkinan besar akan diabaikan, pentingnya kejujuran (honesty) dan integritas, dan yang serupa. Budaya organisasi (Organizational Culture) akhir-akhir ini sering muncul ke permukaan, dan menjadi bahan pembicaraan dan kajian, baik di kalangan praktisi maupun ilmuwan. Gejala tersebut secara sederhana menunjukkan bahwa budaya organisasi itu dirasakan penting, dan tentunya dirasakan memiliki manfaat langsung maupun tak langsung bagi perkembangan perusahaan atau organisasi. Budaya organisasi menurut Tjiptono (2002:74) adalah perwujudan sehari-hari dari nilai-nilai dan tradisi yang mendasari organisasi tersebut. Hal ini terlihat pada bagaimana karyawan berperilaku, harapan karyawan terhadap organisasi, dan sebaliknya, serta apa yang dianggap wajar dalam hal bagaimana karyawan melaksanakan pekerjaannya. Sedangkan menurut Gibson dalam Ardiani (1997:372) mendefinisikan budaya organisasi sebagai sistem yang menembus nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang ada di setiap organisasi. Kultur organisasi dapat mendorong atau menurunkan efektivitas tergantung dari sifat nilai-nilai, keyakinan, dan norma-norma yang dianut. 17 Robbins dalam Udaya (1999:480) menuliskan bahwa budaya organisasi mempunyai beberapa karakteristik, yaitu inisiatif individual, toleransi terhadap resiko, arah, integrasi, dukungan manajemen, kontrol, identitas, sistem, imbalan, toleransi terhadap konflik, dan pola-pola komunikasi. a. Insiatif individual; merupakan tingkat tanggung jawab kebebasan dan independen yang dipunyai individu. b. Toleransi terhadap resiko; sejauhmana para karyawan dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif, dan mengambil resiko. c. Arah; sejauhmana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi. d. Integrasi; seberapa jauh unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. e. Dukungan manajemen; sejauhmana manajer memberi komunikasi yang jelas, bantuan yang jelas, serta dukungan terhadap bawahan mereka. f. Kontrol; jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengendalikan perilaku karyawannya. g. Identitas; sejauh mana peran anggota untuk dapat mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya dibanding dengan kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian profesinya. 18 h. Sistem imbalan; adalah alokasi imbalan seperti kenaikan gaji, promosi yang didasarkan atas kriteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasih, dan lain-lain. i. Toleransi terhadap konflik; tingkat toleransi terhadap konflik dan kritik keterbukaan yang muncul dalam organisasi. j. Pola-pola komunikasi; tingkat komunikasi organisasi yang dibatasi oleh hierarkhi kewenangan yang formal. Robbins dalam Udaya (1999:292) membedakan budaya kuat dan budaya lemah telah menjadi makin populer. Disini diartikan bahwa budaya kuat mempunyai dampak yang lebih besar pada perilaku karyawan. Untuk mengetahui sejauhmana budaya mempengaruhi keefektifan organisasi, kita perlu membedakan budaya yang kuat dan yang lemah. Menurut Atmosoeprapto (2001:72-73), dalam proses pengembangannya, budaya organisasi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kebijakan perusahaan (Corporate Wisdom), gaya perusahaan (Corporate Style), dan jati diri perusahaan (Corporate Identity). 1. Kebijakan perusahaan (Corporate Wisdom) ditunjang oleh Filosofi Perusahaan (serangkaian nilai-nilai yang menjelaskan bagaimana perusahaan berhubungan dengan pelanggan, produk, atau pelayanannya, bagaimana karyawan berhubungan satu sama lain, sikap, perilaku, gaya pakaian, dan lain-lain serta apa yang bisa mempengaruhi semangat), 19 ketrampilan yang dimiliki, dan pengetahuan yang terakumulasi dalam perusahaan. 2. Gaya perusahaan (Corporate Style) ditunjang oleh profil karyawan, pengembangan SDM-nya, dan masyarakat perusahaan (Corporate Community), atau bagaimana penampilan perusahaan tersebut di lingkungan perusahaan lainnya. 3. Jati diri perusahaan (Corporate Identity) ditunjang oleh Citra perusahaan, Kredo (semboyan) perusahaan, dan Proyeksi perusahaan atau apa yang ditonjolkan oleh perusahaan. Jati diri perusahaan diperlukan untuk menumbuhkan kebanggaan yang akan mengembangkan budaya kerja yang tidak hanya meningkatkan kinerja perusahaan tetapi juga membentuk “citra” baik perusahaan. 2.2.1 Fungsi Budaya Organisasi Fungsi budaya pada umumnya sukar dibedakan dengan fungsi budaya kelompok atau budaya organisasi, karena budaya merupakan gejala sosial. Menurut Ndraha (2005:21) ada beberapa fungsi budaya, yaitu : a. Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat. Identitas ini terbentuk oleh berbagai faktor seperti sejarah, kondisi dan sisi geografis, sistem-sistem sosial, politik dan ekonomi, dan perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat. b. Sebagai pengikat suatu masyarakat. Kebersamaan (sharing) adalah faktor pengikat yang kuat seluruh anggota masyarakat. 20 c. Sebagai sumber. Budaya merupakan sumber inspirasi, kebanggaan, dan sumber daya d. Sebagai kekuatan penggerak. Karena jika budaya terbentuk melalui proses belajar mengajar, maka budaya itu dinamis, resilient, tidak statis, dan tidak kaku. e. Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah. f. Sebagai pola perilaku. Budaya berisi norma tingkah laku dan menggariskan batas-batas toleransi sosial. g. Sebagai warisan. Budaya disosialisasikan dan diajarkan kepada generasi berikutnya. h. Sebagai pengganti formalisasi, sehingga tanpa diperintah orang melakukan tugasnya. i. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan. Dilihat dari sudut ini, pembangunan seharusnya merupakan proses budaya. j. Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan negara sehingga terbentuk nation-state. Sedangkan menurut Robbins dalam Pujaatmaka (1999:294) fungsi budaya di dalam sebuah organisasi adalah : 1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas ; artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan organisasi yang lain. 21 2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota organisasi. 3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang. 4. Budaya itu meningkatkan kemantapan sistem sosial. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Akhirnya, budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan. 2.2.2 Membangun Dan Membina Budaya Organisasi Kebiasaan pada saat ini, tradisi, dan cara-cara umum untuk melaksanakan pekerjaan kebanyakan berasal dari apa yang telah dilaksanakan sebelumnya dan tingkat keberhasilan dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Hal ini membawa kita ke sumber utama dari budaya sebuah organisasi yaitu para pendirinya. Para pendiri organisasi secara tradisional mempunyai dampak yang penting dalam pembentukan budaya awal organisasi. Mereka mempunyai visi atau misi tentang bagaimana bentuk organisasi tersebut seharusnya. Mereka tidak dirintangi oleh kebiasaan-kebiasaan sebelumnya atau oleh ideologi. Ukuran kecil yang biasanya menjadi ciri setiap organisasi baru selanjutnya membantu para pendiri untuk menerapkan visi mereka pada anggota organisasi. Karena para pendiri tersebut adalah orang-orang yang mempunyai 22 ide awal, mereka juga biasanya mempunyai bias tentang bagaimana ide-ide tersebut harus dipenuhi. Budaya organisasi merupakan hasil dari interaksi antara (1) bias dan asumsi para pendirinya, dan (2) apa yang dipelajari oleh para anggota pertama organisasi, yang dipekerjakan oleh para pendiri. Robbins dalam Pujaatmaka (1999:296). Tahapan-tahapan pembangunan budaya organisasi dapat diidentifikasikan sebagai berikut (Nimran, 2000:137) : a. Seseorang (biasanya pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah usaha baru. b. Pendiri membawa orang-orang kunci yang merupakan para pemikir, dan menciptakan kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri. c. Kelompok inti memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan organisasi, mengumpulkan dana, menentukan jenis dan tempat usaha, dan lain-lain hal yang relevan. d. Orang-orang lain dibawa ke dalam organisasi untuk berkarya bersamasama dengan pendiri dan kelompok inti, memulai sebuah sejarah bersama. 23 Budaya organisasi yang terbentuk banyak ditentukan oleh beberapa unsur, yaitu (Atmosoeprapto, 2001:71) : 1. Lingkungan usaha; lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapai keberhasilan. 2. Nilai-nilai (values); merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu organisasi. 3. Panutan/keteladanan; orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya karena keberhasilannya. 4. Upacara-upacara (rites dan ritual); acara-acara rutin yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan pada karyawannya. 5. “Network”; jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat menjadi sarana penyebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan. Begitu juga Nimran (2000:138) menulis bahwa pembinaan budaya organisasi dapat dilakukan dengan serangkaian langkah sosialisasi berikut: a. Seleksi pegawai yang obyektif. b. Penempatan orang dalam pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan dan bidangnya (the right man in the right place). c. Perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman. d. Pengukuran prestasi dan pemberian imbalan yang sesuai. e. Penghayatan akan nilai-nilai kerja atau lainnya yang penting. 24 f. Cerita-cerita dan faktor organisasi yang menunmbuhkan semangat dan kebanggaan. g. Pengakuan dan promosi bagi karyawan yang berprestasi. Menurut Hardjosoedarmo (2004:178) hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengadakan perubahan pada budaya organisasi antara lain adalah sebagai berikut: a. Menghayati makna kualitas dan menghayati bagaimana mewujudkannya. b. Selalu memusatkan perhatian pada customer, baik yang intern maupun yang ekstern. c. Melakukan manajemen organisasi sebagai sistem terbuka. d. Menghayati variasi proses organisasi dan kaitannya dengan kualitas output. e. Berjuang untuk mengadakan perbaikan secara kontinu dan mengadakan inovasi proses. f. Pengambilan keputusan lebih banyak didasarkan pada data daripada hanya didasarkan pada firasat atau perasaan. g. Mengerti kesamaan dan perbedaaan di kalangan anggota organisasi. h. Melakukan manajemen kelompok kerja (team) secara efektif dan efisien. i. Kembangkan dan pelihara komunikasi yang jelas dan terbuka. j. Adakan perubahan hubungan : di kalangan manajer dari berbagai fungsi, antara manajer dengan bawahannya, antara manajer dengan customer dan supplier. 25 k. Adakan perubahan atau reorientasi persepsi di kalangan manajer dan karyawan mengenai pekerjaannya : fokus pada customer, hubungan antara customer dengan supplier, perbaikan kontinu dalam proses, produk, dan jasa. l. Pupuk rasa saling percaya di kalangan karyawan dan hilangkan rasa takut. Laksanakan kepemimpinan yang mau melaksanakan perubahan demi perbaikan. 2.3 Produktivitas Produktivitas kadang-kadang dipandang sebagai penggunaan yang lebih intensif mengenai tenaga kerja dan peralatan-peralatan lainya yang diukur secara tepat akan menunjukan suatu efisiensi. Secara umum diyakini bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi upah yang wajar serta meningkatkan kondisi-kondisi kerja perlulah mempertimbangkan produktivitas sebagai penyumbang terbesar. Menurut Muchdarsyah (2003:12) “Produktivitas diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa”. Produktivitas mengutarakan bagaimana cara pemamfaatan baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa. Pruduktivitas karyawan merupakan faktor-faktor penentu dari keberhasilan dan kegagalan target dan tujuan-tujuan perusahaan yang tealah di tetapkan dalam perencanaan meskipun perencanaan telah dibuat sedemikian 26 rupa dan target telah ditetapkan secermat mungkin tanpa adanya dukungan penuh dan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia (SDM) yang memadai, maka segala apa yang telah direncanakan tidak akan dapat dicapai. Konsep produktivitas pada dasarnya bertumpu pada bagaimana output akan berhubungan apabila input berubah. Konsep produktivitas dapat diukur melalui beberapa hal antara lain tenaga kerja, produksi dan pemasaran. Pada hakikatnya secara filosofi produktivitas mengundang pandangan hidup dan sikap mental yang berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan bahwa keadaan sekarang harus lebih baik dari kemarin dan sikap mental tersebut harus selalu tertanam dalam setiap masing-masing individu agar segala aktivitas dan kegiatan yang dihasilkannya merupakan yang terbaik dan maksimal. Terdapat banyak keragaman pandangan. Pengalaman dan konsepkonsep teori yang menawarkan dan mengelola peningkatan produktivitas diantaranya sebagai berikut: Menurut Sinungan (2005:12) “Produktivitas diartikan sebagai tingkat efisiensi dalam memproduksi barang-barang produktivitas juga dapat diarttikan sebagai berikut: a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) umum. 27 Dalam berbagai referensi terdapat banyak sekali Pengertian produktivitas, menurut Pengertian produktivitas tersebut dalam dikelompokan sebagai berikut, yaitu: 1) Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah ratio daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan. 2) Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempengaruhi pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada hari kemarin. 3) Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor Esensial yakni: investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan tekhnologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja. Menurut Ravianto (2005:35) memberikan definisi “ Produktivitas adalah suatu sikap mental yang mementingkan usaha terus untuk menyesuaikan aktivitas ekonomi terhadap kondisi yang berubah sikap mental untuk menerapkan teori-teori serta metode-metode baru dan kepercayaan yang teguh akan kemajuan umat manusia”. Kemudian menurut Malayu S. P Hasibuan (2005:126) “Produktivitas dapat diartikan perbandingan output dengan input, dimana output nya harus mempunyai nilai tambah dan tehknik pengerjaanya yang kebih baik”. 28 Masukan tersebut lazim dinamakan sebagai faktor produksi. Keluaran yang dihasilkan dicapai dari masukan yang melakukan proses kegiatan yang bentuknya dapat berupa tenaga kerja, capital bahan teknologi atau energi. Salah satu masukan seperti tenaga kerja, dapat menghasilkan keluaran yang dikenal dengan produktivitas individu, yang juga desebut sebagai produktivitas parsial. Selanjutnya, pengertian produktivitas menurut Payaman J. Simanjuntak (2006:30) “Produktivitas mengandung Pengertian filosofi definisi kerja tehknis operasional. Secara filosofi, produktivitas kerja mengandung sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja. Untuk definisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluar) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu”. 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan Sumber Daya Manusia (SDM) perlu dikembangkan secara terus menerus agar diperoleh Sumber Daya Manisia (SDM) yang bermutu dan berproduktivitas tinggi dalam arti sebenarnya yaitu pekerjaan yang akan dilaksanakan akan menghasilkan sesuatu yang memang dikehendaki. 29 Bermutu dan berproduktivitas tinggi, bukan hanya berarti pandai saja tetapi memenuhi semua syarat kualitatif yang dituntut pekerjaan itu sehingga pekerjaan itu dapat benar-benar diselesaikan sesuai rencana. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut : 1) Sikap mental, seperti: a. Motivasi kerja Yaitu suatu dorongan kehendak yang mempengaruhi perilaku tenaga kerja untuk berusaha meningkatkan produktivitas keja, karena adanya keyakinan bahwa peningkatan produktivitas mempunyai nilai manfaat. b. Disiplin kerja Yaitu seperangkat sikap atau tingkah laku berupa kepatuhan dan ketaatan sadar terhadap aturan yang berlaku dalam lingkungan kerja adanya keyakinan kerja bahwa dengan aturan-aturan itu tujuan dapat dicapai. c. Etika kerja Yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-norma yang diterima sebagai pedoman, pola tingkah laku tenaga kerja. Jika tenaga kerja mempunyai sikap mental proaktif akan mampu mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk peningkatan produktivitas. 30 2) Pendidikan Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama akan penghayatan arti pentingnya produktivitas. Pendidikan di sini dapat berarti pendidikan formal maupun non formal. 3) Keterampilan Pada aspek tertentu apabila tenaga kerja semakin terampil maka akan lebih mampu bekerja menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pegawai akan lebih teampil apabila mempunyai kecakapan (ability) dan pengalaman (experience) yang cukup. 4) Manajemen Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pemimpin untuk mengelola ataupun memimpin serta mengendalikan staf/bawahan, apabila manajemennya tepat maka akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat mendorong pegawai untuk melakukan tindakan produltifitas. 5) Hubungan industri pancasila Dengan penerapan hubungan industrial pancasila maka akan: a. Menciptakan ketenanga kerja dan memberikan motivasi kerja secara meningkat. produktif sehingga produktifitas 31 b. Menciptakan hubungan kerja yang serasi dan dinamis sehingga menumbuhkan partisipasi aktif dalam usaha untuk meningkatkan produktifitas. c. Menciptakan harkat dan martabat pegawai sehingga mendorong terwujudnya jiwa yang berdedikasi dalam upaya peningkatan produktifitas. 6) Tingkat penghasilan Apabila tingkat penghasilan dapat memadai maka dapat menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. 7) Gizi dan kesehatan Apabila pegawai dapat dipenuhi gizinya dan beradap sehat maka akan lebih kuat bekerja apabila mempunyai semangat yang tinggi maka akan meningkatkan produktivitas kerja kerjanya. 8) Jaminan sosial Diberikan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat bekerja apabila jaminan sosial pegawai mencukupi maka akan dapat menimbilkan kesenangan bekerja sehingga mendorong pemanfaatanya kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktifitas kerja. 32 9) Lingkungan dan iklim Lingkungan kerja dan iklim yang baik dapat mendorong pegawai agar senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik lagi menuju kearah peningkatan produktifitas. 10) Sarana produksi Mutu sarana produksi yang baik sangat memberikan pengaruh terhadap peningkatan produktifitas. 11) Teknologi, apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya maka akan: a. Tepat waktu dalam proses penyelesaian produksi b. Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu c. Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa d. Dituntun adanya perubahan dalam menggunakan teknologi canggih 12) Kesempatan berprestasi Pegawai yang bekerja tentunya mengharapkan peningkatkan karier atau pengembangan potensi pribadi yang nantinya bermanfaat baik bagi dirinya maupun organisasi. Apabila terbuka kesempatan untuk berprestasi, maka akan 33 menimbulkan dorongan psikologi untuk meningkatkan produktifitas Kaitan yang paling erat dengan faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja tersebut bagi setiap perusahaan adalah tergantung dari bagaimana fungsi manajemen sumber daya manusia dalam penerapan dan pelaksanaan di lingkungan tersebut. Usaha yang menuntut keterlibatan seluruh anggota perusahaan dimana setiap orang dapat merasakan pentingnya produktivitas yang meningkat, lalu berperan serta. Jadi, dari pihak karyawan harus Nampak bahwa bagi mereka meningkatkan produktifitas bukan sekedar cerita saja, tetapi harus didukung oleh tindakan di samping dengan adanya komunikasi dan propaganda. Dalam kaitannya dengan produktifitas kerja karyawan, makna produktivitas dalam penelitian ini tidak hanya sekedar rasio antara output dan input, melainkan merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa suatu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Berdasarkan hasil penelitian, Ranftl (Timpe, 1989 : 110-112) berhasil menjaring karakteristik kunci profil karyawan yang produktif. Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Lebih dari sekedar memenuhi kualifikasi pekerjaan. 2. Bermotivasi tinggi. 3. Mempunyai orientasi pekerjaan. 34 4. Dewasa. 5. Dapat bergaul dengan efektif. Pendapat lain tentang ciri-ciri karyawan yang juga produktif juga telah berhasil dijaring oleh Mali (Putti, 1986:23-25) pengarang buku Imporving Total Productivity. Ciri-ciri yang dimaksud adalah : 1. Mengetahui untuk menggunakan waktunya secara efektif. 2. Memahami pekerjaan dengan baik, dan berusaha meminimalisasi kesalahan dalam bekerja. 3. Hubungan antara pribadinya dengan semua tingkatan berlangsung dengan baik. 4. Mempunyai tingkatan kehadiran yang baik. 2.5 Hubungan Antara Budaya Organisasi Dengan Produktivitas Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Pengaruh pemanfaatan budaya perusahaan adalah salah satu solusi dalam menghadapi tantangan yang kian kompleks. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, juga akan 35 menjadi penentu sukses perusahaan. Sehingga budaya organisasi memiliki dampak yang berarti terhadap kinerja karyawan yang menentukan keberhasilan dan kegagalan perusahaan. Sedangkan kinerja merupakan peranan yang sangat penting, karena tanpanya organisasi hanya merupakan sekumpulan aktivitas tanpa tujuan atau kontrol tertentu. Budaya organisasi dipahami sebagai seperangkat nilai, kepercayaan, dan pemahaman yang penting sama – sama dimiliki oleh para anggota yang berpengaruh terhadap pola kerja serta pola manajemen organisasi. Muluk ( Sopiah : 2008 ) menyatakan bahwa “ Budaya Organisasi berpengaruh pada kinerja. Suatu Budaya yang kuat tampak dari adanya kesepakatan yang tinggi dari kalangan karyawan terhadap apa yang harus dipertahankan oleh organisasi dan hal ini akan mengurangi kecendrungan karyawan meninggalkan organisasi”. Secara teoritis budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan, kinerja dalam hal ini diartikan sebagai suatu tingkat proses yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dan tujuan individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun tujuan organisasi dapat bertemu. Dalam lingkup pekerjaan PT. Bukit Surya Mas, yang merupakan suatu instansi swasta memiliki budaya organisasi yang dibentuk, disosialisasikan, dan dievaluasi sebagai strategi perusahaan untuk membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten, tidak hanya kemampuan tekhnis dan 36 ketrampilan yang baik tetapi juga memiliki sifat mental yang positif. Budaya Organisasi yang dibentuk dimasukkan dalam nilai-nilai perusahaan yaitu motivasi positif, jujur, disiplin, aktif, produktif, efektif, efisien, dan kerja sama. Nilai-nilai ini yang akan menjadikan karyawan mempunyai ketangguhan dalam memberikan kinerja terbaiknya.