BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diabetes melitus telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di
pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sekitar
347 juta orang saat ini terkena diabetes di seluruh dunia, dimana pada tahun 2012
diperkirakan sekitar 1,5 juta orang meninggal disebabkan dari diabetes, serta lebih
dari 80% kematian tersebut terjadi di negara dengan pendapatan rendah dan sedang
(WHO, 2014). Kasus diabetes di seluruh dunia mencapai 171 juta orang pada tahun
2000 (Wild et al., 2004).
Indonesia diperkirakan menempati posisi ke empat dalam jumlah
penderita diabetes tertinggi di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Tahun
2000 jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 8,4 juta dan diperkirakan
jumlahnya meningkat menjadi 21,3 juta orang di tahun 2030. Apabila level dari
obesitas konstan terus terjadi, maka “wabah/epidemik diabetes” akan terjadi.
Kenaikan jumlah prevalensi obesitas bisa menggambarkan prevalensi diabetes
dimasa depan. Data yang disediakan merupakan data kuantitatif terbaru dari
pertumbuhan jumlah penduduk (Wild et al., 2004).
Data yang diperlihatkan tersebut tentunya lebih kecil daripada jumlah yang
sebenarnya terjadi dipopulasi. Menurut Center for Disease Control and Prevention
(2014), fakta tahun 2012 mengenai jumlah populasi yang terkena diabetes adalah
berjumlah 29,1 juta orang atau sekitar 9,3% , terdiri dari 21,0 juta terdiagnosa
2
diabetes dan sisanya tidak terdiagnosa diabetes. Hal ini dikarenakan banyak
terdapat penderita diabetes yang tidak pergi ke pelayanan kesehatan atau tidak
terdata.
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak bisa efektif menggunakan
insulin yang diproduksi. Insulin adalah hormon yang mengatur gula darah.
Hiperglikemia atau tingginya kadar gula darah adalah efek biasa dari diabetes yang
tidak terkontrol dan pada waktu yang lama akan menyebabkan kerusakan serius
dari sistem tubuh, khususnya syaraf dan pembuluh darah (WHO, 2014).
Tipe diabetes dapat dibedakan menjadi 4 yaitu diabetes tipe 1, diabetes
tipe 2, gestasional diabetes mellitus (GDM), dan diabetes tipe lain. Diabetes tipe 2
dapat menyebabkan komplikasi kronis yang mengancam jiwa. Komplikasi diabetes
melitus bisa dibagi menjadi 2 kategori yaitu makrovaskular dan mikrovaskular.
Makrovaskular termasuk kardiovaskular, cerebvaskular, obstruksi arteri perifer,
sedangkan mikrovaskular termasuk retinopati, nepropati, dan neuropati (Kim et al.,
2012).
Biaya yang ditimbulkan dari komplikasi diabetes merupakan beban
ekonomi yang harus diperhitungkan sebagai konsekuensi dari komplikasi diabetes.
Tingginya prevalensi diabetes maupun komplikasinya menjadi beban bagi
kesehatan publik dunia. Biaya kemanusiaan dan ekonomi dari endemik ini tentunya
sangat besar (Wild et al., 2004). Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang
diakui pemerintah Indonesia sebagai masalah kesehatan masyarakat, dengan
konsekuensi tidak hanya pada efek yang tidak dikehendaki, tetapi juga menjadi
3
beban ekonomi pada sistem pelayanan kesehatan (Andayani, 2006). Epidemik
diabetes telah berkembang di seluruh dunia dan berpotensi mengakibatkan kerugian
pada sistem kesehatan dan ekonomi di negara-negara berkembang, baik dari segi
biaya langsung perawatan kesehatan maupun kehilangan produktivitas diri
(Soewondo et al., 2013).
American Diabetes Association pada Mei tahun 2013 merilis jumlah
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk diabetes sebesar $245 juta sebagai total beban
ekonomi penyakit diabetes di Amerika Serikat tahun 2012, terdiri dari $176 juta
untuk biaya medik langsung (seperti biaya perawatan di rumah sakit dan kondisi
gawat darurat, kunjungan rutin ke dokter, dan obat-obatan); dan $69 juta biaya tidak
langsung (meliputi biaya tidak masuk kerja, hilangnya produktivitas, dan kematian
dini)(Alex et al., 2014). Biaya medik langsung terbesar pada penyakit diabetes di
pusat pelayanan kesehatan terdiri dari biaya rawat inap dan biaya obat; dimana
komplikasi mikrovaskular dan komplikasi makrovaskular, menaikkan biaya
langsung per pasien jika dibandingkan dengan tanpa komplikasi (DomeikienÄ— et al.,
2014). Biaya medik langsung pasien diabetes terdiri atas biaya obat, konsultasi, tes
laboratorium, penegakkan diagnosis, prosedur rawat jalan, serta biaya rawat inap di
rumah sakit (Koopmann et al., 2004).
Di Indonesia, pembiayaan pelayanan kesehatan semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan semakin sulit diatasi oleh
kemampuan penyediaan dana pemerintah maupun masyarakat. Peningkatan biaya
tersebut dapat mengancam akses dan mutu pelayanan kesehatan dan karenanya
harus dicari solusi untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan ini. Analisis
4
farmakoekonomi merupakan cara yang komprehensif menentukan pengaruh
ekonomi dari alternatif terapi obat atau intervensi kesehatan lain. Farmakoekonomi
didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi pada masyarakat atau
sistem pelayanan kesehatan (Andayani, 2013).
Cost-of-illness (COI) merupakan teknik evaluasi ekonomi pertama di
bidang kesehatan. Maksud utamanya adalah mengukur beban dari penyakit di
masyarakat. COI lebih digunakan untuk membuat keputusan di kemudian hari dan
mana yang menjadi skala prioritas. Rancangan metode COI harus inovatif, tepat
mengukur biaya yang terjadi di masyarakat; memperkirakan manajemen klinik
yang aktual pada suatu penyakit; dan bisa menjelaskan biaya variabel. Penelitian
COI dapat mengukur beban ekonomi dari sebuah penyakit dan memperkirakan
sumber daya potensial yang bisa disimpan atau diperoleh jika penyakit tersebut
diatasi (Tarricone, 2006).
Mulai 1 Januari 2014, Indonesia telah memasuki era baru yaitu era Jaminan
Kesehatan Nasional. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 12
tahun 2013, Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) mempunyai multi manfaat, secara medik maupun non medik. JKN
mempunyai manfaat secara komprehensif; yakni pelayanan yang diberikan bersifat
paripurna mulai dari preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Seluruh
pelayanan tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya iuran bagi peserta.
5
Promotif dan preventif yang diberikan bagi upaya kesehatan perorangan (personal
care). Oleh sebab itulah penelitian mengenai biaya penyakit sangat diperlukan
dalam membuat kebijakan di era JKN seperti ini.
Yogyakarta merupakan provinsi dengan prevalensi tertinggi diabetes
melitus yang terdiagnosis dokter berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2013
(Kemenkes, 2013). Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta merupakan
salah satu rumah sakit swasta yang bekerja sama dengan BPJS. Menurut evaluasi
internal dari pihak RS, selisih negatif biaya terapi rawat jalan tertinggi terjadi pada
penyakit diabetes melitus. Hal ini salah satunya dikarenakan prevalensi diabetes
yang cukup tinggi di RS. Diabetes melitus masuk dalam 10 penyakit dengan
prevalensi tertinggi baik rawat jalan maupun rawat inap di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Prevalensi diabetes melitus yang tinggi dan
bagaimana distribusi biaya terapi diabetes melitus merupakan faktor yang
mendasari penulis tertarik melakukan penelitian mengenai biaya langsung medik
pasien diabetes melitus pada pasien rawat jalan dan rawat inap di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2014, khususnya biaya medik
langsung. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai dasar para pengambil
kebijakan dalam membuat kebijakan yang optimal dikemudian hari. Penelitian ini
juga diharapkan bisa menjadi data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat disusun beberapa rumusan
masalah yaitu :
6
1. Komponen biaya apakah yang paling berpengaruh terhadap biaya medik
langsung diabetes melitus rawat jalan dan inap?
2. Komplikasi apakah yang menimbulkan biaya medik langsung paling besar
pada diabetes melitus?
3. Apakah terdapat perbedaan signifikan biaya rata-rata per episode rawat
jalan dan inap antara biaya terapi diabetes tanpa komplikasi dan biaya terapi
diabetes dengan komplikasi?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui komponen biaya yang paling berpengaruh terhadap biaya
medik langsung diabetes melitus rawat jalan dan inap.
2. Mengetahui jenis komplikasi yang menimbulkan biaya medik paling besar
pada diabetes melitus.
3. Mengetahui adakah terdapat perbedaan signifikan biaya rata-rata per
episode rawat jalan dan inap antara biaya terapi diabetes tanpa komplikasi
dan biaya terapi diabetes dengan komplikasi.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait dan sebagai sumber informasi
biaya penyakit diabetes melitus.
2.
Bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagai bahan pertimbangan
dalam membuat kebijakan maupun program.
7
3.
Bagi peneliti, dapat memberikan pemahaman dan pedalaman dari ilmu
farmakoekonomi dan farmakoepidemiologi yang diperoleh pada program
Magister Manajemen Farmasi melalui penerapan penelitian di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
4.
Bagi pembuat kebijakan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi dalam review kebijakan yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
5.
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dapat bermanfaat sebagai acuan
untuk penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai analisis biaya medik langsung telah dilakukan oleh
beberapa peneliti lain, akan tetapi terdapat perbedaan pada subjek, waktu, dan
tempat yang akan di teliti dengan penelitian ini (Tabel 1). Penelitian ini juga
mendeskripsikan biaya berdasarkan komplikasi secara spesifik dan data diambil
dati pasien diabetes melitus tipe 1 dan 2 baik rawat jalan maupun inap. Data
penelitian ini akan diambil dari pasien diabetes melitus yang menjalani perawatan
pada periode Januari-Juni 2014 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
8
Tabel 1. Penelitian mengenai Analisis Biaya Medik Langsung
NO
Nama
Judul Penelitian
Peneliti
Tujuan
Hasil Penelitian
Penelitian
dan Tahun
1
Andayani,
Analisis biaya
Untuk
Biaya terapi total setiap
2006
terapi diabetes
mendapatkan
pasien adalah Rp 208.500
mellitus di
gambaran biaya
per bulan, nilai terbesar
Rumah Sakit
terapi pada pasien
adalah Rp 754.500. Biaya
Dr.Sardjito
diabetes mellitus
tertinggi adalah biaya obat
Yogyakarta
tipe 2 termasuk
(59,5%), diikuti biaya
biaya untuk
untuk mengatasi
mengatasi
komplikasi (31%). Kontrol
komplikasi
gula darah dengan
menggunakan terapi
kombinasi, terbesar adalah
dengan sulfonilurea dan
biguanid (44,62%).
Kombinasi biguanid, aglukosidase inhibitor, dan
insulin menunjukkan
biaya obat terbesar, yaitu
Rp571.000.
Hipertensi,neuropati dan
hiperlipidemia adalah
komplikasi yang sering
terjadi. Biaya untuk
mengatasi komplikasi
terbesar adalah pasien
dengan komplikasi
hipertensi dan retinopati,
yaitu sebesar Rp 754.500.
9
NO
Nama
Judul Penelitian
Tujuan
Peneliti
Hasil Penelitian
Penelitian
dan Tahun
2
Domeikiene
Direct cost of
Untuk
Komplikasi
et al., 2014
patients with
memperkirakan
mikrovaskular dan
type 2 diabetes
biaya rata-rata
makrovaskular dapat
mellitus
medik langsung
meingkatkan biaya terapi
healthcare and
dan
per pasien dibandingkan
complications in
komplikasinya
diabetes melitus tanpa
Lithuania
pada populasi di
komplikasi
Lithuania.
3
Kim et al.,
Direct medical
Untuk
Biaya rata-rata medik
2012
costs for patients
menganalisis
langsung per pasien DM
with type 2
biaya medik
dengan komplikasi
diabetes and
langsung pasien
makrovaskular,
related
diabetes tipe 2
mikrovaskular dan
complications:
tanpa komplikasi
makrovaskular sekaligus
prospective
dan dengan
mikrovaskular naik 2,7;
cohort study
komplikasi
1,5 dan 2 kali lebih
based on the
mikrovaskular
tinggi dibanding DM
Korean National
dan
tanpa komplikasi.
Diabetes
makrovaskular di
Program
Korea.
Download