JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November2014, hlm. 168-335 Terbit dua kalisetahun pada bulanJuni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan subsistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia(ISI) Padangpanjang. Penanggung Jawab Rektor ISI Padangpanjang Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang Pengarah KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang Ketua Penyunting Dede Pramayoza TimPenyunting Elizar Sri Yanto Surherni Roza Muliati Emridawati Harisman Rajudin Penterjemah Adi Khrisna Redaktur Meria Eliza Dini Yanuarmi Thegar Risky Ermiyetti Tata Letak danDesainSampul Yoni Sudiani Web Jurnal Ilham Sugesti ______________________________________________._________________________________ Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder JohanPadangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803, e-mail;[email protected] Catatan.Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis. Diterbitkan oleh Institut Seni Indonesia Padangpanjang JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November2014, hlm. 168-335 DAFTAR ISI PENULIS JUDUL HALAMAN Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya, Palembang 168- 183 Nofroza Yelli Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen dalam Acara Baralek Kawin di Kabupaten Solok 184-198 Evadila Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami” 199–218 Nurmalinda Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual 219–238 Mukhsin Patriansyah Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin Berjudul Manyeso Diri 239–252 Nike Suryani Tubuh Perempuan Hari Ini Melalui Koreografi “Aku dan Sekujur Manekin” 253–269 Nora Anggarini & Nursyirwan Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam Pengembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo 270–284 Dede Pramayoza Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: Sebuah Diskursus Seni Poskolonial 285–302 Yulimarni & Yuliarni Suntiang Gadang dalam Adat Masyarakat Padang Pariaman Perkawinan 303–313 Pandu Birowo Teater ‘Tanpa-Kata’ dan ‘Minim-Kata’ di Kota Padang Dekade 90-An dalam Tinjauan Sosiologi Seni 314–335 _____________________________________________________________________________ Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. JurnalEkspresi SeniTerbitan Vol.16, No.2 November2014Memakaikan Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut. i MEREFLEKSIKAN KABA ANGGUN NAN TONGGA MELALUI KOREOGRAFI “PILIHAN ANDAMI” Evadila Program Studi Sendratasik FKIP Universitas Islam Riau (UIR) [email protected] ABSTRAK Anggun Nan Tongga Magek Jabang sebagai seni tradisi sangat lekat dengan budaya matriarki. Namun demikian oleh Evadila dijadikan media untuk menyampaikan gagasan pemahaman terhadap dunia keperempuanan. Melalui kaba tersebut, pengkarya memandang bahwa sifat keperkasaan tidak hanya milik laki-laki. Perempuan dengan keperkasaan yang dimilikinya ternyata mampu menjadi pemimpin dan pahlawan yang disegani oleh kawan maupun lawan. Selain itu, juga menyikapi kekerasan terhadap perempuan pada saat bersamaan berperan sebagai istri, yang mewarisi tradisi dan budaya Minangkabau. Metode yang digunakan studi pustaka,. Artikel ini diharapkan dapat berguna menyampaikan pesan terhadap kepedulian dan pandangannya tentang perempuan. Artikel ini mampu menghapus streotip dimana perempuan selalu menjadi pihak yang dirugikan, bahkan mampu menjadi pimpinan yang disegani.. Koreografi “Pilihan Andami” merupakan koreografi yang menggali nilai-nilai kehidupan yang ada dalam kaba Anggun Nan Tungga Magek Jabang. Cerita cinta segi tiga Andami Sutan, Anggun Nan Tungga dan Gondan Gondoriah dalam episode Ka Taluak Koto Tanau diinterpretasikan sebagai keikhlasan sekaligus perlawanan. Kata Kunci: Refleksi, Anggun Nan Tongga, Koreografi, “Andami” ABSTRACT Anggun Nan Tongga Magek Jabang as a traditional art is closely related to matriarchal culture. But Evadila has turned it into media to express ideas about the world of women. Through this story, the creator sees that audacity does not only belong to men. With their audacity, women can be leaders or heroes respected by both friends and enemies. In addition,they also respond to violence against women and at the same time play a role as housewives, inherited the tradition and culture of Minangkabau. The methode used was library study. This article is expected to deliver messages on care and views about women. It can eliminate the stereotype where women are always on the disadvantageous side, and they can even become respected leaders. The 199 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014 coreography of “Pilihan Andami” is to explore the values of life existing in the story of Anggun Nan Tungga Magek Jabang. This is a story of love triangle between Andami Sutan, Anggun Nan Tungga dan Gondan Gondoriah in the epidose of Ka Taluak Koto Tanau interpreted as submission and resistance as well. Keyword: Reflection, Anggun Nan Tongga, Choreography, Andami Salah PENDAHULUAN Kaba Minangkabau mengandung satu kaba klasik Minangkabau yang popular, adalah nilai-nilai falsafah hidup masyarakat kaba Tungga. Minangkabau, yaitu ajaran-ajaran agama Anggun Nan Tungga merupakan epos Islam, dan ajaran adat Minangkabau dengan tokoh Anggun Nan Tungga, yang sarat akan estetika lokal, sehingga Gondan sangat menarik untuk dijadikan sumber (dalam versi Sijobang disebut sebagai penciptaan karya seni. Namun situasi Dondomi Sutan), dan lain-lain. Menurut kehidupan modern Hajizar sekarang, sudah jarang sekali koreografer muda Anggun Nan Gondoriah, (1988: Andami 142-149), Kaba Sutan dalam yang skripsinya yang berjudul “Studi Tekstual Menurut dan Musikologis Kesenian Tradisional Widaryanto (2007: 354), Modernisasi Minangkabau Sijobang: Kaba Anggun dan globalisasi bisa mengakibatkan Nan Tungga Magek Jabang”, terdapat budaya-budaya tradisional tidak lagi 14 mempunyai episode Ka Taluak Koto Tanau, yang terinspirasi dari kaba. kesempatan untuk episode. Salah satunya berkembang, perlahan tetapi semakin mengisahkan lama semakin tersapu bersih. Oleh sebab percintaan antara Anggun Nan Tungga itu, dirasa perlu untuk mengangkat dan Andami Sutan. Sijobang merupakan kembali klasik seni tutur tradisi Payakumbuh, yang Minangkabau, yang merupakan warisan memiliki melodi melankolik dan meter dari masa lalu agar tetap dapat dikenal (sukatan) ganjil (meter tiga, lima dan dalam kehidupan modern sekarang ini. tujuh). karya sastra Bertitik tentang adalah tolak perjalanan dari musik Sijobang yang memainkan episode Ka 200 Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami” Taluak Koto Tanau inilah lahirnya karya Walaupun dengan hati sedih dan dalam Pilihan Andami. keadaan Episode Ka Taluak Koto Tanau mengisahkan mengizinkannya. Sesudah Sutan beberapa bulan Anggun Nan Tungga berangkat, mencari akhirnya Andami Sutan melahirkan mamaknya, yaitu Patiah Maudun, Tuak seorang anak laki-laki yang diberi nama Mangguang Kayo, dan mencari burung Mandu Gombak. dalam Anggun Andami Nan Tungga tentang hamil, perjalanan nuri yang pandai berbicara merupakan Andami Sutan sesungguhnya salah satu kandak seratuih duo puluah bukan tokoh utama dalam kaba Anggun (kehendak seratus dua puluh macam) Nan Tungga, namun pada episode Ka Gondoriah. Taluak Koto Tanau tokoh Andami dapat Anggun dapat bertemu dengan mamaknya Tuak Manggung dikatakan Kayo, yang memiliki anak perempuan perempuan. Pengalaman hidup Andami bernama sebagai Andami Sutan. Ternyata sebagai perempuan tokoh yang utama menerima Andami Sutan inilah yang mempunyai dinikahi oleh Anggun bukan karena salah satu kehendak Gondoriah berupa cinta, tetapi hanya ingin memiliki burung nuri yang pandai berbicara. burung nuri kesayangannya. Andami Permintaan Anggun untuk memiliki ditinggalkan burung tersebut disanggupi Andami keadaan dengan bersedia kekasihnya Gondoriah. Kedua hal inilah menikahinya. Maka menikahlah Anggun yang ditafsirkan sebagai keikhlasan dengan Andami. Setelah Anggun Nan Andami. Pemilihan Andami sebagai Tungga tokoh utama, karena dapat mewakili mamaknya syarat bertemu dan Anggun dengan sudah dapat semua pula salah satu oleh hamil Anggun untuk ikonisitas Perempuan dalam menemui perempuan mengumpulkan kandak seratuih duo Minang. puluah (kehendak seratus dua puluh diinterpretasikan macam) tunangannya Gondoriah, ia yang ikhlas menjalani kehidupannya, minta izin kepada Andami Sutan untuk walaupun ikhlas dalam pengertian yang sementara waktu kembali ke Pariaman. pasif. Dengan kata lain, pemilihan sebagai yang perempuan 201 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014 terhadap tokoh Andami, secara tidak Musik Sijobang, merupakan langsung mewakili sesuatu yang lain di nyanyian narasi puitis tentang pahlawan luar dirinya, yaitu tingkah lakunya, adat legendaris Anggun Nan Tungga. Selain istiadat yang dipakainya, dan budaya itu musik Sijobang, adalah bentuk yang melatar-belakanginya. hiburan yang populer di daerah sekitar Perempuan yang ikhlas seperti Payakumbuh, di dataran tinggi Sumatera Andami Sutan dalam kaba mungkin Barat. Meskipun kisah yang ada sebagai tidak dapat ditemukan pada perempuan teks tertulis, namun yang terbaik adalah Minang masa kini. Oleh sebab itu dirasa dikenal secara lokal sebagai drama dan perlu narasi yang dinyanyikan. menginterpretasikan kembali episode Ka Taluak Koto Tanau menjadi episode ‘baru’ dengan tokoh Andami sebagai perempuan yang ikhlas ‘masa kini’, yaitu menolak ketidakadilan yang dilakukan oleh orang lain kepadanya, dan berjuang untuk mendapatkan yang menjadi hak atas dirinya, serta meminta pertolongan hanya kepada Keikhlasan Andami yang semaksimal mungkin Tuhan. berjuang Gambar 1. Basijobang (Foto: Asril Muchtar, Desember 2010) untuk Kekuatan narasi dan musikologis mendapatkan apa yang menjadi haknya Sijobang inilah yang diangkat ke dalam karya tari sebuah karya tari “Pilihan Andami”. yang berjudul Pilihan Andami. Musik episode diinterpretasikan Sijobang Ka yang Taluak menjadi memainkan Koto Tanau PEMBAHASAN ditampilkan di awal karya, sebagai Musik Sijobang: Kaba Anggun Nan Tungga Sebagai Titik Tolak Karya Tari “Pilihan Andami” pengantar karya ini. Kemudian narasi pada episode Ka Taluak Koto Tanau direinterpretasi menjadi keikhlasan Andami. 202 Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami” Secara umum, tokoh Andami Namun dalam kaba diceritakan, meski Sutan dalam kaba Anggun Nan Tungga Gondoriah kemudian memang tergugah yang berbagai untuk menggugat kesetiaan Anggun, genre kesenian, adalah perempuan yang namun Andami tidak pernah memiliki ikhlas, menerima takdirnya ditinggal suaminya kembali. oleh diekspresikan Anggun. Muhammad dalam Keikhlasan Ramadhan menurut (2009: 31), Sepintas, pilihan Andami Sutan versi kaba justru biasanya diartikan sebagai keinginan keikhlasan yang untuk mempersembahkan Namun jika hanya kepada Allah, ketaatan utuh, sebagai dan dilihat penuh. lebih jauh, untuk keikhlasan Andami Sutan adalah ikhlas selainNya. Ikhlas dalam hati manusia yang terlalu cepat (prematur). Ia tidak mewujud melakukan melalui tidak terlihat perasaan-perasaan usaha yang damai, sabar, mudah bersyukur, tawakal, terlebih dan menyerahkan urusan pada Tuhan menyerahkannya kepada takdir, atau ketika maksimal. ketentuan Ilahi. Dengan kata lain, Dengan kata lain, tidak memaksakan keikhlasan Andami Sutan versi kaba, kehidupan untuk selalu berjalan sesuai justru keikhlasan yang tidak hakiki kehendak diri. sifatnya, sudah berusaha Pada konteks Andami Sutan dalam kaba, keiklasan itu cenderung perjuangan dahulu maksimal sebab sebelum tidak sekuat diawali tenaga dari terlebih dahulu. pasif. Andami, tidak melakukan apa-apa Padahal, kaba selain merupakan untuk mengubah nasibnya. Ia merelakan kekayaan saja Anggun suaminya pergi untuk pembelajaran informal, bahkan salah menikahi perempuan lain. Satu-satunya satu usaha yang dilakukan Andami untuk Andami Sutan dalam kaba, secara tidak tetap memiliki suaminya, adalah dengan langsung akan turut membangun citra meminta untuk tidak baik perempuan Minangkabau. menceritakan kisahnya pada Gondoriah, Jika perubahan tidak dilakukan terhadap dengan harapan Gondoriah tergugah. episode burung nuri budaya, instrumen juga pencitraan. Andami, maka sebagai Episode setiap 203 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014 pembacaan terhadap teks kaba Anggun adalah sesuatu yang tercipta karena Nan Tungga akan membangun citra keberadaan konsep materilineal yang negatif, bahwa sebagian perempuan ada, atau dengan kata lain sesuatu yang Minangkabau, adalah perempuan yang telah tercipta dengan sendirinya. Namun pasrah secara membabi buta, ketika ia hal tersebut tidak terlihat pada kisah menjadi korban ketidakadilan. Andami Sutan dalam kaba, seperti yang Hal itu, tentunya bertolak telah diuraikan sebelumnya. belakang dengan berbagai pernyataan Untuk itu, penggarap tertarik yang menyiratkan bahwa perempuan melakukan interpretasi terhadap episode Minangkabau memiliki kedudukan yang tersebut, setara dengan kaum laki-laki. Salah dilakukan untuk mengubah pencitraan satunya tersebut. Salah satu bentuk interpretasi adalah pernyataan Hajizar (2006: vi), bahwa: yang Kemuliaan dilakukan dapat dan adalah perlu dengan Bundo mengubah episode yang menceritakan Kanduang dan keistimewaan konsep mengenai Andami, dan menambahkan matrilineal kaum beberapa peristiwa sebagai lanjutan perempuan memiliki hak-hak istimewa cerita kehidupan Andami Sutan, yang dalam masyarakat tidak diceritakan dalam kaba. Adapun Minangkabau. Tersirat di sini bahwa genre kesenian yang dapat digunakan kaum perempuan Minang tidak perlu untuk lagi menggunakan hak azasinya untuk mengkomunikasikan hasil interpretasi memperjuangkan ‘emansipasi wanita’ tersebut, dapat beragam. Salah satunya dalam adalah seni tari, seperti yang dilakukan telah mitos karena menjadikan sosio-kultural konteks gerakan jender masyarakat dunia. Memperhatikan mengekpresikan dan dalam karya berjudul Pilihan Andami. pernyataan Wawancara dengan Asrul (58 Hajizar tersebut, terlihat bahwa kaum tahun) seniman Sijobang dari Sungai perempuan yang Tolang, kabupaten 50 kota menjelaskan, masyarakat bahwa sesungguhnya cinta Anggun Minangkabau. Posisi istimewa tersebut, hanya untuk Gondoriah, tidak untuk istimewa memiliki dalam posisi 204 Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami” Andami Sutan yang dinikahinya tenaga dan waktu. Hal tersebut sesuai (wawancara, 10 Oktober 2010 di Sungai dengan Tolang). Hal ini memberikan inspirasi Murgiyanto (1986: 124), bahwa ruang, pada bagian Anggun di ‘kamar rumah waktu, dan tenaga adalah elemen- gadang’ dengan yang dikemukakan Sal Gondoriah yang elemen dasar dari gerak. Kepekaan lebih intim, terhadap elemen-elemen tersebut, dan dibandingkan dengan gerak ‘percintaan’ pemilihan secara khas, serta pemikiran Anggun dengan Andami yang agak akan penyusunanya, yang berdasarkan berjarak. pertimbangan-pertimbangan mendalam, adegannya dibuat merupakan alasan utama kenapa tari menjadi ekspresi seni. Sementara media Media Proses pengejawantahan gagasan musik bertolak dari kesenian Sijobang. tari “Pilihan Andami” ke dalam bentuk Sijobang karya, mengimplikasikan setidaknya tiga Payakumbuh media, yang merupakan hasil eksplorasi sebuah kaba, salah satu kaba yang terhadap gagasan dengan kondisi pentas. sering dimainkan adalah kaba Anggun Media-media tersebut adalah: gerak, Nan Tungga. Musik Sijobang memiliki musik, warna dan rupa. Media gerak melodi-melodi yang khas dan sangat sebagai bahan baku pada karya tari ini, unik, dilahirkan pada bagian ke dua berangkat dari tari tradisi Sado. Filosofi karya ini. Selain itu penggarap pernah keikhlasan Andami dilahirkan dengan memiliki pengalaman estetis terhadap gerak-gerak simbolis, yang berasal dari musik pengembangan idiom-idiom gerak yang menarikan tari Piriang Itiak Patah karya menjadi ciri dari tari tradisi ini, antara Syahril Alek. Kekuatan musik Sijobang lain pada dari bentuk kakinya ketika merupakan yang Sijobang, hitungan musik tradisi mendendangkan yaitu ganjilnya, pada saat memiliki melangkah selalu tumit yang menapak keunikan tersendiri apabila dilahirkan ke terlebih dalam gerakan, sehingga pengalaman dahulu, berdasarkan unsur ruang, waktu, dan tenaga, namun lebih banyak pada pengembangan tersebut sangat membekas dan unsur 205 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014 dituangkan dalam karya tari Pilihan lahan Andami. pertunjukan tari. Selanjutnya digunakan Media warna dan rupa dimaksud, berupa: (1) pelaminan adat turun menutupi tempat sebagi properti tari; (5) galuak terbuat dari batok kelapa yg biasanya digunakan (Minangkabau) yang terdiri dari warna sebagai merah, kuning dan hitam. Pelaminan ini Minangkabau. Galuak ini diikatkan pada sebagai Minagkabau pergelangan tangan, pergelangan kaki, tempo dulu, sesuai dengan ruang dan dan pinggang. Tujuannya adalah agar waktu penampilan kesenian Sijobang. dari setiap gerakan penarinya akan Selain itu, pelaminan tersebut biasa menghadirkan bunyi, yang disimbolkan digunakan untuk dekorasi acara adat, sebagai suara kemarahan dan kebencian seperti: Andami. penggambaran pengangkatan datuak, alek properti tari tradisi nagari, pesta perkawinan; (2) jerami kering yang disusun membentuk jalan, sebagai simbol “pilihan” Wujud Karya Andami. Karya Pilihan Andami dalam Penonton yang berjalan di atas jerami penggarapanya tersebut memberikan kesan koreografi Gedung tersendiri, Gedung Teater sampai ke Teater Arena sehingga penonton juga Teater, mulai lobby Mursal sebagai alas tempat duduk terbuat dari tempat pertunjukan. Pemilihan tempat pandan, saat pertunjukan karya ini, adalah sebagai Sijobang. perwujudan dari mata kuliah tata ruang. Pemilihan lapik ini juga disesuaikan Pengetahuan yang didapat dari mata dengan musik kuliah tersebut dirasakan sangat berguna Sijobang; (4) kain putih yang berukuran dalam penggarapan karya ini. Alasan besar sebagai simbol sublimasi perasaan lain marah Andami menuju keikhlasan. Kain adalah ini pada awalnya sebagai artistic dari dengan membalikan pentas merupakan penampilam kesenian konteks pada pertunjukan pemilihan dengan dari ruang menjadi bagian karya; (3) lapiak pandan digunakan Esten memanfaatkan tempat penggarapan membalikan pertunjukan, ruang pentas karya, yang kemudian secara perlahan206 Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami” inovasi baru bagi seni pertunjukan tari di minuman kawa. 15 menit sebelum ISI Padangpanjang. pertunjukan jam 19.45 wib gong Selain itu, dengan adanya ruang berbunyi satu kali, 10 menit kemudian yang berlevel, ruang kecil berjendela, jam 19.55 wib berbunyi gong dua kali, dan melahirkan dan tepat pada jam 20.00 wib gong gerakan sesuai dengan konteks ruang berbunyi tiga kali. Setelah itu MC dan tempat. Hal tersebut sejalan dengan memulai acara dengan memberikan pendapat Alma M. Hawkins (2003: 66), keterangan mengenai musik Sijobang. bahwa semua gerakan yang dilakukan Dimulailah bagian pertama karya tari oleh penari terjadi dalam konteks ruang “Pilihan Andami”, di lobby Gedung dan dengan Teater menampilkan musik Sijobang pembatasan dan penggunaan secara yang merupakan titik tolak karya ini. khusus dari ruang akan membentuk Dari musik Sijobang yang merupakan sebuah gesture ataupun pola gerak yang nyanyian narasi puitis tentang pahlawan lebih rumit. legendaris Anggun pengkarya melahirkanya ruang datar tempat, dapat sehingga Ruang-ruang yang memang Nan ke Tungga dalam sudah terbentuk di Teater Arena (ruang bentuk karya tari yang ditampilkan di penonton dan lantai pembatas antara Teater Arena Mursal Esten. Penonton pentas arena dengan ruang penonton) juga merupakan bagian dari pertunjukan diolah suasana- karya, sebab pertunjukannya memakai suasana yang diinginkan pada tiap-tiap prosesi yang dipandu oleh Among bagiannya. Penonton masuk pun tidak Tamu. Selain itu, pertunjukan musik seperti pintu Sijobang juga bertujuan membangun samping kiri Gedung Teater, langsung suasana dan memperkuat karya tari yang menuju pentas arena sebagai ruang ditampilkan di Teater Arena Mursal penonton. Esten. lobby untuk biasa, memperkuat yaitu melalui Pertunjukan dimulai Gedung Teater dari menampilkan pertunjukan musik Sijobang, namun sebelumnya penonton disediakan 207 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014 Gambar 2. Pentas Bagian Pertama: Basijobang (Foto: Antoni Putra, Desember 2010) Pemusik Basijobang dan Sijobang mulai selesai memukul Gambar 3. Ruang menuju Teater Arena (Foto: Antoni Putra, Desember 2010) momongan, MC membacakan sinopsis karya. Among penonton untuk Tamu mengarahkan memasuki Gedung Teater menuju Pentas Arena Mursal Esten, sepanjang perjalanan ke dalam dipasang enam buah obor panjang dan momongan juga mengantar penonton sampai ke pentas. Namun, dalam sebuah ruangan menuju pentas di dindingdindingnya terpajang foto-foto proses karya “Pilihan Andami”. Setelah penonton masuk dan duduk di tempat yang telah disediakan mulailah bagian kedua yang diberi judul: “Api Percintaan”, yang fokus pada ruang Andami. menggambarkan Andami dan Bagian suasana Anggun. menggambarkan ini pertemuan Dan Gondan juga Gondoriah yang berjuang melawan penyakitnya, serta berkehendak boneka buatan tangan. Tokoh tengah Andami bermain ditampilkan dengan boneka kesayangannya dengan satu orang penari perempuan. Setelah itu fokus berganti ke ruang tengah yang berjendela 208 Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami” menampilkan adegan Gondoriah dan menghadapi kenyataan, Anggun. perjuangan Andami Gondoriah menghadapi juga memperoleh penyakitnya berkehendak agar Anggun suaminya mencarikan tangan. digunakan, yaitu galuak. Galuak sebagai Pemilihan boneka sebagai pengganti simbol suara hati Andami Sutan, yang burung sebab diliputi oleh api amarah dan kebencian. ditampilkannya karya tari ini pada Selain itu, pemilihan properti galuak zaman ‘sekarang’ agar terlihat lebih dilakukan agar dalam mengekspresikan realistis teks lama atau klasik (kaba Anggun Nan boneka nuri buatan bisa bicara, penggambarannya, maka kembali. dan tersebut Properti dilakukan yang Andami ‘masa kini’ memilik boneka Tungga) dengan buatan tangan bukan burung nuri bisa “sarana yang membuat sesuatu jadi aneh bicara. dan ganjil”, seperti menurut Echo (2009: 395), bahwa untuk mendeskripsikan sesuatu yang sudah pernah dilihat atau dikenal, dengan menggunakan kata-kata (atau tanda-tanda jenis lain) dengan cara yang berbeda. Gambar 4. Bagian Kedua: “Api Percintaan” (Foto: Asril Muchtar, Desember 2010) Pada bagian ketiga karya ini, berjudul: “Gelombang Perjuangan”. Gambar 5. Bagian Ketiga: “Gelombang Perjuangan” (Foto: Antoni Putra, Desember 2010) Bagian ini menggambarkan suasana hati Andami setelah Kemarahannya, suaminya Bagian keempat diberi judul: pergi. ketidaksiapannya “Angin Kesadaran”. menggunakan 209 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014 properti kain putih belakang kain dengan gerak melilitkan penyebab kain putih ke tubuh dan bergerak berdiri perubahan pemahaman kehidupan yang mengeksplorasi kain. Ruang tengah dialami oleh Andami. Kain putih ini berjendela menutupi ruang Andami, dan penari dengan pose tangan kanan serong dan menari di dalam kain putih tersebut. jari telunjuk ke atas membentuk angka Pergerakan penari di dalam kain putih satu (diambil dari gerak tari Sado) yang seperti menyimbolkan sikap Anggun yang ingin merupakan putih. simbol Kain dari gelombang, penggambaran bimbang hati apakah sebagai Andami menuntut yang kembali menampilkan Anggun ke pelukan istrinya. Namun haknya Andami tidak bergeming dengan terus sebagai istri atau pasrah menerima berjalan ke arah penonton dengan tetap ditinggalkan oleh suaminya. memegang kain sampai menghilang dari Bagian kelima, yang diberi judul: pandangan penonton. “Pohon Keikhlasan”. Menggambarkan wujud keikhlasan yang dipahami Andami. Andami mendatangi Gondoriah yang tengah sekarat, ia menyaksikan penderitaan Andami dari kekasih bertemu suaminya. Anggun dan menyatakan bahwa ia telah meikhlaskan apa yang terjadi, tapi bukan karena cintanya pada karena rasa bagian ini, menyadari Anggun, makna sesungguhnya, melainkan kemanusiaannya. Andami satu Gambar 6. Bagian Kelima: “Pohon Keikhlasan” (Foto: Asril Muchtar, Desember 2010) Pada benar-benar Musik Menurut La Meri (1986: 105), keikhlasan yang musik adalah partner tari. Penggarapan orang penari musik dalam karya tari Pilihan Andami, perempuan bergerak di atas kain putih, dimaksudkan kemudian duduk di bagian tengah pengertian di atas, bahwa musik bukan untuk memenuhi 210 Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami” saja sebagai pengiring, tetapi juga perempuan, dan empat orang penari sebagai partner yang bisa mendukung laki-laki sebagai penggambaran hati terciptanya suasana yang diinginkan. Gondoriah. Musik yang digarap berangkat dari menimbulkan musik Firasat Gondoriah kegelisahan ketika tradisi Minangkabau, yaitu tunanganya Anggun bertemu dengan dari Payakumbuh, yang perempuan lain (Andami), seakan-akan Sijobang memiliki ciri khas pada hitungan atau Gondoriah metriknya, seperti metrik tiga, lima, dan ‘pengkhianatan’ tujuh. Penggarapan musik dalam karya Pengembangan gerak hitungan ganjil ini ini dipercayakan kepada Susandra Jaya dilakukan berdasarkan hitungan yang dan ada Hajizar sebagai penulis syair dalam dapat melihat Anggun. musik Sijobang dan Sijobang. Alat musik yang digunakan, pertimbangan yang mendalam, sehingga adalah djembe, kecapi Payakumbuh, sesuai dengan kebutuhan karya tari. kecapi Sunda, mbira, momongan, gong, gendang tambua, gendang katindiak, galuak, dan alat tiup Bali. Tahap Eksplorasi Eksplorasi yang dilakukan untuk Aksen-aksen pada musik, dan karya ini, berawal dari pemilihan tema. hitungan pada musik mempengaruhi Tema yang dipilih adalah keikhlasan pengembangan gerakan dalam tari, yang dari episode Ka Taluak Koto Tanau, biasanya dilakukan delapan hitungan yang ditafsirkan dari kaba Anggun Nan menjadi hitungan tiga, lima, dan tujuh, Tungga Magek Jabang versi Sijobang. khususnya pada bagian pertama yaitu Tahap yang dilakukan adegan pertemuan antara Andami dan selanjutnya adalah pengumpulan data Anggun. Alat musik yang digunakan yang digunakan untuk proses karya tari. pada kecapi Data-data tersebut di antaranya skripsi Payakumbuh dengan memainkan melodi yang berjudul “Studi Tekstual dan Sijobang. Musikologis bagian ini, Gerakan adalah hitungan ganjil Kesenian Tradisional (hitungan tiga, lima, dan tujuh) ini Minangkabau Sijobang: Kaba Anggun dilakukan Nan Tungga Magek Jabang”, yang oleh lima orang penari 211 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014 ditulis oleh Hajizar. Buku komposisi dan menjadi sesuatu yang baru. Akhirnya koreografi, buku masalah agama Islam didapat pengembangan gerak yang lebih mengenai keikhlasan, dan data-data domiman dengan memberi aksen atau audio, berupa VCD tari Sado, VCD tekanan pada gerak itu sendiri. Gerak karya tari Susasrita Loravianti yang yang didapat belum tentu semuanya berangkat dipakai pada karya ini, tentunya harus dari kaba Anggun Nan Tungga, VCD musik-musik tradisional disesuaikan Sijobang. sentuhan-sentuhan imajinasi, sehingga Eksplorasi yang dilakukan dengan suasana serta cocok dipakai dalam karya tari ini. selanjutnya, adalah eksplorasi gerak. Improvisasi awal dilakukan Eksplorasi gerak atau penjelajahan gerak penggarap bersama satu orang penari menurut, yakni pencarian secara sadar tokoh perempuan, latihan dilakukan kemungkinan-kemungkinan gerak baru lebih kurang empat kali. Setelah didapat dengan mengembangkan dan mengolah beberapa tiga elemen dasar gerak, yaitu ruang, bersama-sama dengan lima orang penari waktu, dan tenaga. Adapun gerak yang perempuan dieksplorasi, adalah gerak-gerak tari dengan enam orang penari perempuan Sado. Gerak dasar tari Sado lebih dilakukan lebih kurang delapan kali. ditekankan pada sebagian kecil dari Kemudian baru latihan gabungan antara motif geraknya. penari perempuan dengan penari laki- gerakan, lainnya. barulah Latihan latihan hanya laki. Gerakan-gerakan yang dilatihkan Tahap Improvisasi kepada seluruh penari sangat berguna Tahap ini adalah melakukan percobaan-percobaan terhadap apa yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Improvisasi dilakukan untuk memperoleh gerakan-gerakan baru yang untuk tahapan berkarya, selanjutnya namun dalam dalam tahapan improvisasi apa yang telah didapat belum tentu terpakai ke tahap pembentukan. segar dan spontan. Tahap ini mencoba mengembangkan gerak tari Sado 212 Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami” koreografinya. Menyususun tiap gerakan Tahap Konstruksi Tahap ini adalah penyusunan sesuai dengan struktur garapan. Mode terhadap materi-materi yang didapat dari penyajian yang digunakan dalam karya kedua tahapan di atas. Pada tahap ini, ini adalah penggabungan dua kombinasi, segala dengan yaitu simbolis-representasional. Menurut dibentuk Jacqueline Smith (1985: 29), penetapan yang berkaitan pertunjukkan karya menjadi kesatuan satu tari yang utuh. mode atau cara penyajian juga sangat Komunikasi yang baik antara penata diperlukan tari, dengan seluruh pendukung tari dan penyajian musik sangat dibutuhkan pada tahapan representasional ini. Representasional adalah cara penyajian Pada awal proses pembentukan, adalah latihan dalam berkarya. terbagi mode dua, dan yaitu simbolis. dalam suatu tari untuk mengungkapkan gerak-gerak penari gerak manusia persis seperti dalam digunakan pada bagian kehidupan nyata. Simbolis, adalah cara pertama, kedua, ketiga dan keempat. penyajian gerak memakai tanda atau Proses tersebut berlangsung selama dua simbol minggu. Setelah itu baru latihan dengan penonton. penari laki-laki dan perempuan untuk Sumandiyo Hadi 2003: 91) penyajian gerak bagian pertemuan antara Anggun secara representasional pada sebuah dan Andami. Pada bagian ini memakan karya diperlukan, agar dapat dipahami. waktu selama tiga minggu, sebab gerak Pada umumnya satu sajian tari agar yang diberikan tidak memakai hitungan tidak membosankan terdiri dari dua seperti biasa (delapan hitungan), tetapi kombinasi, memakai hitungan ganjil (tiga, lima, dan representasional. perempuan, tujuh). sehingga bermakna Sedangkan yaitu bagi menurut simbolis- Pada tahap ini juga dilakukan Selanjutnya latihan gerak-gerak tahap evaluasi yang merupakan proses untuk penari tokoh, yaitu tokoh Andami, yang tidak pernah berhenti, dan terus Anggun, dan Gondoriah. Setelah didapat belajar dari apa yang telah dilakukan semua sebelumnya. Saran dan kritikan dari gerakan, mulai membentuk 213 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014 pembimbing yang bersifat membangun memiliki peranan yang penting sebagai terhadap karya yang digarap sangat pemeran pembantu utama. diperlukan, sehingga bisa dilihat Berdasarkan saran dan masukan kelebihan dan kekurangan yang ada dari bimbingan dilakukan perubahan dalam karya ini, guna terwujud sebuah pada karya tari ini. Setelah karya diubah karya yang lebih sempurna. karya tari komposer melihat karya tari untuk “Pilihan Andami” mencari materi musik dan penambahan Pembimbing karya, Arison Ibnur (Tom Ibnur) dan yang terjadi pada musik. Penggabungan pembimbing antara tari dan musik dilakukan setelah pendamping Syaiful Erman. Banyak karya ini selesai empat bagian. Namun catatan yang perlu diperbaiki untuk penggabungan karya ini, yaitu: pada bagian gerak meter ketika bimbingan kedua dengan Arison tiga, lima, tujuh diatur teknik penari Ibnur, sehingga pada saat bimbingan pada saat turun naik ruang level agar tersebut rampak. Pada bagian ini agar lebih diperbaiki pada bimbingan selanjutnya. menarik dengan memecah gerak melalui permainan speed, ruang, level. ini banyak belum maksimal kritikan, untuk Bimbingan ketiga dilakukan dua minggu setelah bimbingan kedua. Selanjutnya bagian awal ketika Andami Banyaknya kritikan dan jarak waktu bermain boneka, Gondoriah bergerak yang sangat singkat untuk bimbingan mengikuti selanjutnya, membuat penggarap harus gerakan Andami namun dilakukan secara bergantian. Artistiknya melakukan bisa dibuat menjadi asimetris, sebab dilakukan setiap hari selama seminggu, ruang membuat kemudian libur dua hari. Latihan lagi koreografinya terkesan sama, walaupun setiap hari sampai bimbingan ketiga, sudah ada pecaha-pecahan pola lantai Bimbingan ketiga dilakukan malam hari dan gerak. Gejolak dua perempuan harus tepatnya pukul 20.00 wib dan dilakukan dimunculkan. Walaupun fokus cerita sebagaimana pertunjukan sebenarnya. pada Andami namun Gondoriah juga Pembimbing pentas simetris pengkarya, kerja keras. melihat sehingga Latihan keseriusan pembimbing 214 Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami” memberikan masukan yang sangat bergerak sesuai dengan positif untuk karya ini. Walaupun Selanjutnya demikian sebuah terakhir, eksplorasi kain oleh penari pertunjukan ada kekurangan yang perlu tokoh Andami. Dan bagian Andami ditambah dan diperbaiki. menuntut haknya sebagai seorang istri tentunya dalam Bimbingan keempat dilakukan, diperkuat perbaikan musik. dengan pada penari bagian kelompok dan pada bimbingan ini perubahan yang melempar-lempar jerami. Untuk lebih terjadi adalah gerak meter tiga pada jelasnya struktur pertunjukannya dapat bagian tokoh Anggun bergerak lari ke dilihat pada diagram di bawah ini: sudut kanan belakang pentas, agar 215 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014 luar negeri yang kesemuanya memiliki Hambatan dan Solusi Selama proses pembentukan jadwal yang ketat. Kegiatan itu terkait karya sampai terbentuk menjadi karya secara tidak langsung dengan proses yang utuh tentunya banyak mengalami terciptanya hambatan. Begitu juga dengan karya beberapa penari yang juga mengikuti “Pilihan Andami”. Pada prosesnya kegiatan tersebut. Pengaturan jadwal banyak mengalami hambatan, baik latihan, masalah teknis maupun non teknis. disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan Hambatan itu tersebut, sehingga terjadi pergantian hambatan dalam tentang musik diantaranya proses adalah, observasi Sijobang dan penari. karya ini, pemakaian Walaupun sebab ruangan dengan ada harus adanya pergantian penari secara tidak langsung pendokumentasian Tari Sado. Jauhnya menghambat lokasi penelitian dan sulitnya menemui karena mengulang materi yang telah seniman tradisi, menyebabkan tidak ada kepada penari baru. Solusi lain didapatkannya data mengenai kedua yang pengkarya lakukan adalah tetap hal dapat latihan walaupun dengan penari yang adalah tidak lengkap. Selain masalah penari dan pemakain ruang juga menjadi habatan tersebut. penggarap menyediakan Solusi yang lakukan waktu khusus, pemanfaatan teknologi (handphone) sehingga terbangun kerjasama yang baik antar penggarap dengan narasumber. kemajuan karya ini, dalam proses latihan. Hambatan ruang latihan juga menjadi kendala dalam proses latihan dan bimbingan karya ini. Karya ini Hambatan selanjutnya adalah tidak menggunakan pentas prosenium, masalah proses penggarapan, sulitnya namun menggunakan ruang terbuka menyusun jadwal latihan, disebabkan dan ruang berlevel (tangga), sehingga banyaknya jadwal kegiatan di bulan memerlukan November. sesungguhnya karya ini dipentaskan. Kegiatan-kegiatanya latihan di tempat antara lain tugas akhir mahasiswa Sementara itu teater arena yang Strata 1, Porprov (Pekan Olahraga merupakan tempat pertunjukan juga Provinsi) Sumatera Barat, belum lagi digunakan oleh mahasiswa jurusan pentas-pentas baik di daerah maupun Teater dan mahasiswa jurusan lainnya 216 Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami” untuk pertunjukan tugas akhir S1 dan Episode S2. Akhirnya didapat solusi dengan didendangkan mengubah pertunjukan musik Sijobang, sebagai jadwal latihan ataupun bimbingan. Penyesuaian Ka Taluak Koto dalam Tanau bentuk jadwal pengantar karya ditamilkan pada lobby maupun Gedung Teater, Jurusan Teater ISI pertunjukan antara sesama penggarap Padangpanjang. Fokus karya, yaitu diperlukan rasa toleransi yang tinggi. pada Idealisme penggarap harus disesuaikan diinterpretasikan sebagai perempuan dengan kondisi yang ada di lapangan. yang ikhlas. Karya tari ini berdurasi latihan, bimbingan Selain itu, tepat sehari sebelum bimbingan ketiga, Sijobang tidak Penggarap pemusik tradisi dapat berasal lebih kurang 60 menit ditampilkan dengan melibatkan penonton, sebagai dengan berbentuk drama tari ini menampilkan akhirnya ‘Minangkabau tempo dulu’ dengan utama, yang yang bagian dari pertunjukan. Karya yang diputusan mengganti dengan pemusik lain Andami dihubungi. berkonsultasi pembimbing tokoh dari ‘rasa’ kekinian. ISI Padangpanjang. Hambatan lain yang KEPUSTAKAAN dialami oleh penari adalah dalam Echo, Umberto. 2009. Teori Semiotika Signifikasi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori Produksi – Tanda. Yogyakarta: Kreasi Wacana Hajizar. 1988. Studi Tekstual dan Musikologis Kesenian Tradisional Minangkabau Sijobang: Kaba Anggun Nan Tungga Magek Jabang. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara Fakultas Sastra ________. 2009. Sekapur Sirih Seulas Pinang (Catatan Editor). Dalam Hajizar (ed). Perempuan-Perempuan Minang Pelaku Seni. Padangpanjang: PUSLIT dan P2M STSI Padangpanjang melakukan gerak bermeter ganjil, sehingga pada bagian ini diperlukan waktu yang lebih lama untuk menguasai gerakan. PENUTUP Karya merupakan tari karya Pilihan tari Andami baru yang menginterpretasikan kaba Anggun Nan Tungga versi Sijobang. Dari 14 episode yang ada dalam kaba tersebut, yang dipilih untuk diinterpretasikan, adalah episode Ka Taluak Koto Tanau. 217 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014 Hawkins, Alma M. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati: Metoda Baru dalam Menciptakan Tar. terjemahan I Wayan Dibia. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia Meri, La. 1986. Komposisi Tari, Elemen-elemen Dasar. terjemahan Soedarsono. Yogyakarta: Laligo Murgiyanto, Sal. 1986. Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Proyek Pengembangan Kesenian. Ramadhan, Muhammad. 2009. Quantum Ikhlas. Solo: Abyan Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta: Ikalasti yogyakarta. Sumandiyo, Y Hadi. 2003. Aspekaspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Lembaga Kajian Pendidikan dan Humaniora Indonesia. Widaryanto, F.X. 2007. Menuju Representasi Dunia Dalam. Bandung: PenerbitKelir. NARA SUMBER Andomo, Datuak. (52). PNS di Kantor Agama. Padangpanjang Bawang Pariangan. Asrul Datuak Nan Kodo. (62). Wiraswasta. Sungai Tolang Kabupaten 50 Kota. Endri, Novi. (42). Wiraswasta. Pariak Mudiak Rampanai Pitalah. 218 Indeks Nama Penulis JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2014 Vol. 13-16, No. 1 Juni dan No. 2 November Admawati, 15 Ahmad Bahrudin, 36 Alfalah. 1 Amir Razak, 91 Arga Budaya, 1, 162 Arnailis, 148 Asril Muchtar, 17 Asri MK, 70 Delfi Enida, 118 Dharminta Soeryana, 99 Durin, Anna, dkk., 1 Desi Susanti, 28, 12 Dewi Susanti, 56 Eriswan, 40 Ferawati, 29 Hartitom, 28 Hendrizal, 41 Ibnu Sina, 184 I Dewa Nyoman Supanida, 82 Imal Yakin, 127 Indra Jaya, 52 Izan Qomarats, 62 Khairunas, 141 Lazuardi, 50 Leni Efendi, Yalesvita, dan Hasnah Sy, 76 Maryelliwati, 111 Meria Eliza, 150 Muhammad Zulfahmi, 70, 94 Nadya Fulzi, 184 Nofridayati, 86 Ninon Sofia, 46 Nursyirwan, 206 Rosmegawaty Tindaon, Rosta Minawati, 122 Roza Muliati, 191 Selvi Kasman, 163 Silfia Hanani, 175 Sriyanto, 225 Susandra Jaya, 220 Suharti, 102 Sulaiman Juned, 237 Wisnu Mintargo, dkk., 115 Wisuttipat, Manop, 202 Yuniarni, 249 Yurnalis, 265 Yusril, 136 JURNAL EKSPRESI SEN Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November 2014 Redaksi Jurnal Ekspresi Seni Mengucapkan terimakasih kepada para Mitra Bebestari 1. Ediwar, S.Sn., M.Hum. Ph.D (ISI Padangpanjang) 2. Dr.G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A (UGM Yogyakarta) 3. Dr. Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn (ISBI Bandung) EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut: 1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir, dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari plagiarisme. 2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt, dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri). 3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt); diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt). 4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt). 5. Sistematika penulisan sebagai berikut: a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan, tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul sesuai dengan sub bahasan. c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang menjadi fokus bahasan. 6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya untuk menjelaskan istilah khusus. Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda, 2012:142). Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan baru; serta (2) tari eksperimen. 7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel. Contoh penulisan kepustakaan: Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang: Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI Press. Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta: Penerbit Ombak. _________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian & Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press. Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni Budaya. Yogyakarta: Jalasutra. Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”, dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI. 8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format JPEG. Artikel berbentuk soft copy dikirim kepada : Redaksi Jurnal Ekspresi Seni ISI Padangpanjang, Jln. Bahder Johan. Padangpanjang Artikel dalam bentuk soft copy dapat dikirim melalui e-mail: [email protected]