JURNAL EKSPRESI SENI

advertisement
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November2014, hlm. 168-335
Terbit dua kalisetahun pada bulanJuni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan subsistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia(ISI) Padangpanjang.
Penanggung Jawab
Rektor ISI Padangpanjang
Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang
Pengarah
KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang
Ketua Penyunting
Dede Pramayoza
TimPenyunting
Elizar
Sri Yanto
Surherni
Roza Muliati
Emridawati
Harisman
Rajudin
Penterjemah
Adi Khrisna
Redaktur
Meria Eliza
Dini Yanuarmi
Thegar Risky
Ermiyetti
Tata Letak danDesainSampul
Yoni Sudiani
Web Jurnal
Ilham Sugesti
______________________________________________._________________________________
Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang
Jalan Bahder JohanPadangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803,
e-mail;[email protected]
Catatan.Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis.
Diterbitkan oleh
Institut Seni Indonesia Padangpanjang
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November2014, hlm. 168-335
DAFTAR ISI
PENULIS
JUDUL
HALAMAN
Aji Windu Viatra &
Slamet Triyanto
Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di
Indralaya, Palembang
168- 183
Nofroza Yelli
Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen
dalam Acara Baralek Kawin
di Kabupaten Solok
184-198
Evadila
Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga
Melalui Koreografi “Pilihan Andami”
199–218
Nurmalinda
Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam
Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual
219–238
Mukhsin Patriansyah
Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya
Patung Rajudin Berjudul Manyeso Diri
239–252
Nike Suryani
Tubuh Perempuan Hari Ini Melalui Koreografi
“Aku dan Sekujur Manekin”
253–269
Nora Anggarini &
Nursyirwan
Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam
Pengembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo
270–284
Dede Pramayoza
Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto:
Sebuah Diskursus Seni Poskolonial
285–302
Yulimarni &
Yuliarni
Suntiang Gadang dalam Adat
Masyarakat Padang Pariaman
Perkawinan
303–313
Pandu Birowo
Teater ‘Tanpa-Kata’ dan ‘Minim-Kata’ di Kota
Padang Dekade 90-An dalam Tinjauan Sosiologi
Seni
314–335
_____________________________________________________________________________
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi
Terbitan Berkala Ilmiah. JurnalEkspresi SeniTerbitan Vol.16, No.2 November2014Memakaikan
Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut.
i
MEREFLEKSIKAN KABA ANGGUN
NAN TONGGA
MELALUI KOREOGRAFI
“PILIHAN ANDAMI”
Evadila
Program Studi Sendratasik
FKIP Universitas Islam Riau (UIR)
[email protected]
ABSTRAK
Anggun Nan Tongga Magek Jabang sebagai seni tradisi sangat lekat dengan budaya
matriarki. Namun demikian oleh Evadila dijadikan media untuk menyampaikan
gagasan pemahaman terhadap dunia keperempuanan. Melalui kaba tersebut,
pengkarya memandang bahwa sifat keperkasaan tidak hanya milik laki-laki.
Perempuan dengan keperkasaan yang dimilikinya ternyata mampu menjadi
pemimpin dan pahlawan yang disegani oleh kawan maupun lawan. Selain itu, juga
menyikapi kekerasan terhadap perempuan pada saat bersamaan berperan sebagai
istri, yang mewarisi tradisi dan budaya Minangkabau. Metode yang digunakan studi
pustaka,. Artikel ini diharapkan dapat berguna menyampaikan pesan terhadap
kepedulian dan pandangannya tentang perempuan. Artikel ini mampu menghapus
streotip dimana perempuan selalu menjadi pihak yang dirugikan, bahkan mampu
menjadi pimpinan yang disegani.. Koreografi “Pilihan Andami” merupakan
koreografi yang menggali nilai-nilai kehidupan yang ada dalam kaba Anggun Nan
Tungga Magek Jabang. Cerita cinta segi tiga Andami Sutan, Anggun Nan Tungga
dan Gondan Gondoriah dalam episode Ka Taluak Koto Tanau diinterpretasikan
sebagai keikhlasan sekaligus perlawanan.
Kata Kunci: Refleksi, Anggun Nan Tongga, Koreografi, “Andami”
ABSTRACT
Anggun Nan Tongga Magek Jabang as a traditional art is closely related to
matriarchal culture. But Evadila has turned it into media to express ideas
about the world of women. Through this story, the creator sees that audacity
does not only belong to men. With their audacity, women can be leaders or
heroes respected by both friends and enemies. In addition,they also respond to
violence against women and at the same time play a role as housewives,
inherited the tradition and culture of Minangkabau. The methode used was
library study. This article is expected to deliver messages on care and views
about women. It can eliminate the stereotype where women are always on the
disadvantageous side, and they can even become respected leaders. The
199
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
coreography of “Pilihan Andami” is to explore the values of life existing in
the story of Anggun Nan Tungga Magek Jabang. This is a story of love
triangle between Andami Sutan, Anggun Nan Tungga dan Gondan Gondoriah
in the epidose of Ka Taluak Koto Tanau interpreted as submission and
resistance as well.
Keyword: Reflection, Anggun Nan Tongga, Choreography, Andami
Salah
PENDAHULUAN
Kaba Minangkabau mengandung
satu
kaba
klasik
Minangkabau yang
popular, adalah
nilai-nilai falsafah hidup masyarakat
kaba
Tungga.
Minangkabau, yaitu ajaran-ajaran agama
Anggun Nan Tungga merupakan epos
Islam, dan ajaran adat Minangkabau
dengan tokoh Anggun Nan Tungga,
yang sarat akan estetika lokal, sehingga
Gondan
sangat menarik untuk dijadikan sumber
(dalam versi Sijobang disebut sebagai
penciptaan karya seni. Namun situasi
Dondomi Sutan), dan lain-lain. Menurut
kehidupan modern
Hajizar
sekarang, sudah
jarang sekali koreografer muda
Anggun
Nan
Gondoriah,
(1988:
Andami
142-149),
Kaba
Sutan
dalam
yang
skripsinya yang berjudul “Studi Tekstual
Menurut
dan Musikologis Kesenian Tradisional
Widaryanto (2007: 354), Modernisasi
Minangkabau Sijobang: Kaba Anggun
dan globalisasi bisa mengakibatkan
Nan Tungga Magek Jabang”, terdapat
budaya-budaya tradisional tidak lagi
14
mempunyai
episode Ka Taluak Koto Tanau, yang
terinspirasi
dari
kaba.
kesempatan
untuk
episode.
Salah
satunya
berkembang, perlahan tetapi semakin
mengisahkan
lama semakin tersapu bersih. Oleh sebab
percintaan antara Anggun Nan Tungga
itu, dirasa perlu untuk mengangkat
dan Andami Sutan. Sijobang merupakan
kembali
klasik
seni tutur tradisi Payakumbuh, yang
Minangkabau, yang merupakan warisan
memiliki melodi melankolik dan meter
dari masa lalu agar tetap dapat dikenal
(sukatan) ganjil (meter tiga, lima dan
dalam kehidupan modern sekarang ini.
tujuh).
karya
sastra
Bertitik
tentang
adalah
tolak
perjalanan
dari
musik
Sijobang yang memainkan episode Ka
200
Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”
Taluak Koto Tanau inilah lahirnya karya
Walaupun dengan hati sedih dan dalam
Pilihan Andami.
keadaan
Episode Ka Taluak Koto Tanau
mengisahkan
mengizinkannya.
Sesudah
Sutan
beberapa
bulan Anggun Nan Tungga berangkat,
mencari
akhirnya Andami Sutan melahirkan
mamaknya, yaitu Patiah Maudun, Tuak
seorang anak laki-laki yang diberi nama
Mangguang Kayo, dan mencari burung
Mandu Gombak.
dalam
Anggun
Andami
Nan
Tungga
tentang
hamil,
perjalanan
nuri yang pandai berbicara merupakan
Andami
Sutan
sesungguhnya
salah satu kandak seratuih duo puluah
bukan tokoh utama dalam kaba Anggun
(kehendak seratus dua puluh macam)
Nan Tungga, namun pada episode Ka
Gondoriah.
Taluak Koto Tanau tokoh Andami dapat
Anggun
dapat
bertemu
dengan mamaknya Tuak Manggung
dikatakan
Kayo, yang memiliki anak perempuan
perempuan. Pengalaman hidup Andami
bernama
sebagai
Andami
Sutan.
Ternyata
sebagai
perempuan
tokoh
yang
utama
menerima
Andami Sutan inilah yang mempunyai
dinikahi oleh Anggun bukan karena
salah satu kehendak Gondoriah berupa
cinta, tetapi hanya ingin memiliki
burung nuri yang pandai berbicara.
burung nuri kesayangannya. Andami
Permintaan Anggun untuk memiliki
ditinggalkan
burung tersebut disanggupi Andami
keadaan
dengan
bersedia
kekasihnya Gondoriah. Kedua hal inilah
menikahinya. Maka menikahlah Anggun
yang ditafsirkan sebagai keikhlasan
dengan Andami. Setelah Anggun Nan
Andami. Pemilihan Andami sebagai
Tungga
tokoh utama, karena dapat mewakili
mamaknya
syarat
bertemu
dan
Anggun
dengan
sudah
dapat
semua
pula
salah
satu
oleh
hamil
Anggun
untuk
ikonisitas
Perempuan
dalam
menemui
perempuan
mengumpulkan kandak seratuih duo
Minang.
puluah (kehendak seratus dua puluh
diinterpretasikan
macam) tunangannya Gondoriah, ia
yang ikhlas menjalani kehidupannya,
minta izin kepada Andami Sutan untuk
walaupun ikhlas dalam pengertian yang
sementara waktu kembali ke Pariaman.
pasif. Dengan kata lain, pemilihan
sebagai
yang
perempuan
201
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
terhadap tokoh Andami, secara tidak
Musik
Sijobang,
merupakan
langsung mewakili sesuatu yang lain di
nyanyian narasi puitis tentang pahlawan
luar dirinya, yaitu tingkah lakunya, adat
legendaris Anggun Nan Tungga. Selain
istiadat yang dipakainya, dan budaya
itu musik Sijobang, adalah bentuk
yang melatar-belakanginya.
hiburan yang populer di daerah sekitar
Perempuan yang ikhlas seperti
Payakumbuh, di dataran tinggi Sumatera
Andami Sutan dalam kaba mungkin
Barat. Meskipun kisah yang ada sebagai
tidak dapat ditemukan pada perempuan
teks tertulis, namun yang terbaik adalah
Minang masa kini. Oleh sebab itu dirasa
dikenal secara lokal sebagai drama dan
perlu
narasi yang dinyanyikan.
menginterpretasikan
kembali
episode Ka Taluak Koto Tanau menjadi
episode ‘baru’ dengan tokoh Andami
sebagai perempuan yang ikhlas ‘masa
kini’, yaitu menolak ketidakadilan yang
dilakukan oleh orang lain kepadanya,
dan berjuang untuk mendapatkan yang
menjadi hak atas dirinya, serta meminta
pertolongan
hanya
kepada
Keikhlasan
Andami
yang
semaksimal
mungkin
Tuhan.
berjuang
Gambar 1.
Basijobang
(Foto: Asril Muchtar, Desember 2010)
untuk
Kekuatan narasi dan musikologis
mendapatkan apa yang menjadi haknya
Sijobang
inilah yang diangkat ke dalam karya tari
sebuah karya tari “Pilihan Andami”.
yang berjudul Pilihan Andami.
Musik
episode
diinterpretasikan
Sijobang
Ka
yang
Taluak
menjadi
memainkan
Koto
Tanau
PEMBAHASAN
ditampilkan di awal karya, sebagai
Musik Sijobang: Kaba Anggun Nan
Tungga Sebagai Titik Tolak Karya
Tari “Pilihan Andami”
pengantar karya ini. Kemudian narasi
pada episode Ka Taluak Koto Tanau
direinterpretasi
menjadi
keikhlasan
Andami.
202
Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”
Secara umum, tokoh Andami
Namun dalam kaba diceritakan, meski
Sutan dalam kaba Anggun Nan Tungga
Gondoriah kemudian memang tergugah
yang
berbagai
untuk menggugat kesetiaan Anggun,
genre kesenian, adalah perempuan yang
namun Andami tidak pernah memiliki
ikhlas, menerima takdirnya ditinggal
suaminya kembali.
oleh
diekspresikan
Anggun.
Muhammad
dalam
Keikhlasan
Ramadhan
menurut
(2009:
31),
Sepintas, pilihan Andami Sutan
versi
kaba
justru
biasanya diartikan sebagai keinginan
keikhlasan
yang
untuk
mempersembahkan
Namun
jika
hanya
kepada
Allah,
ketaatan
utuh,
sebagai
dan
dilihat
penuh.
lebih
jauh,
untuk
keikhlasan Andami Sutan adalah ikhlas
selainNya. Ikhlas dalam hati manusia
yang terlalu cepat (prematur). Ia tidak
mewujud
melakukan
melalui
tidak
terlihat
perasaan-perasaan
usaha
yang
damai, sabar, mudah bersyukur, tawakal,
terlebih
dan menyerahkan urusan pada Tuhan
menyerahkannya kepada takdir, atau
ketika
maksimal.
ketentuan Ilahi. Dengan kata lain,
Dengan kata lain, tidak memaksakan
keikhlasan Andami Sutan versi kaba,
kehidupan untuk selalu berjalan sesuai
justru keikhlasan yang tidak hakiki
kehendak diri.
sifatnya,
sudah
berusaha
Pada konteks Andami Sutan
dalam kaba, keiklasan itu cenderung
perjuangan
dahulu
maksimal
sebab
sebelum
tidak
sekuat
diawali
tenaga
dari
terlebih
dahulu.
pasif. Andami, tidak melakukan apa-apa
Padahal, kaba selain merupakan
untuk mengubah nasibnya. Ia merelakan
kekayaan
saja Anggun suaminya pergi untuk
pembelajaran informal, bahkan salah
menikahi perempuan lain. Satu-satunya
satu
usaha yang dilakukan Andami untuk
Andami Sutan dalam kaba, secara tidak
tetap memiliki suaminya, adalah dengan
langsung akan turut membangun citra
meminta
untuk
tidak baik perempuan Minangkabau.
menceritakan kisahnya pada Gondoriah,
Jika perubahan tidak dilakukan terhadap
dengan harapan Gondoriah tergugah.
episode
burung
nuri
budaya,
instrumen
juga
pencitraan.
Andami,
maka
sebagai
Episode
setiap
203
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
pembacaan terhadap teks kaba Anggun
adalah sesuatu yang tercipta karena
Nan Tungga akan membangun citra
keberadaan konsep materilineal yang
negatif, bahwa sebagian perempuan
ada, atau dengan kata lain sesuatu yang
Minangkabau, adalah perempuan yang
telah tercipta dengan sendirinya. Namun
pasrah secara membabi buta, ketika ia
hal tersebut tidak terlihat pada kisah
menjadi korban ketidakadilan.
Andami Sutan dalam kaba, seperti yang
Hal
itu,
tentunya
bertolak
telah diuraikan sebelumnya.
belakang dengan berbagai pernyataan
Untuk itu, penggarap tertarik
yang menyiratkan bahwa perempuan
melakukan interpretasi terhadap episode
Minangkabau memiliki kedudukan yang
tersebut,
setara dengan kaum laki-laki. Salah
dilakukan untuk mengubah pencitraan
satunya
tersebut. Salah satu bentuk interpretasi
adalah
pernyataan
Hajizar
(2006: vi), bahwa:
yang
Kemuliaan
dilakukan
dapat
dan
adalah
perlu
dengan
Bundo
mengubah episode yang menceritakan
Kanduang dan keistimewaan konsep
mengenai Andami, dan menambahkan
matrilineal
kaum
beberapa peristiwa sebagai lanjutan
perempuan memiliki hak-hak istimewa
cerita kehidupan Andami Sutan, yang
dalam
masyarakat
tidak diceritakan dalam kaba. Adapun
Minangkabau. Tersirat di sini bahwa
genre kesenian yang dapat digunakan
kaum perempuan Minang tidak perlu
untuk
lagi menggunakan hak azasinya untuk
mengkomunikasikan hasil interpretasi
memperjuangkan ‘emansipasi wanita’
tersebut, dapat beragam. Salah satunya
dalam
adalah seni tari, seperti yang dilakukan
telah
mitos
karena
menjadikan
sosio-kultural
konteks
gerakan
jender
masyarakat dunia.
Memperhatikan
mengekpresikan
dan
dalam karya berjudul Pilihan Andami.
pernyataan
Wawancara dengan Asrul (58
Hajizar tersebut, terlihat bahwa kaum
tahun) seniman Sijobang dari Sungai
perempuan
yang
Tolang, kabupaten 50 kota menjelaskan,
masyarakat
bahwa sesungguhnya cinta Anggun
Minangkabau. Posisi istimewa tersebut,
hanya untuk Gondoriah, tidak untuk
istimewa
memiliki
dalam
posisi
204
Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”
Andami
Sutan
yang
dinikahinya
tenaga dan waktu. Hal tersebut sesuai
(wawancara, 10 Oktober 2010 di Sungai
dengan
Tolang). Hal ini memberikan inspirasi
Murgiyanto (1986: 124), bahwa ruang,
pada bagian Anggun di ‘kamar rumah
waktu, dan tenaga adalah elemen-
gadang’
dengan
yang
dikemukakan
Sal
Gondoriah
yang
elemen dasar dari gerak. Kepekaan
lebih
intim,
terhadap elemen-elemen tersebut, dan
dibandingkan dengan gerak ‘percintaan’
pemilihan secara khas, serta pemikiran
Anggun dengan Andami yang agak
akan penyusunanya, yang berdasarkan
berjarak.
pertimbangan-pertimbangan mendalam,
adegannya
dibuat
merupakan alasan utama kenapa tari
menjadi ekspresi seni. Sementara media
Media
Proses pengejawantahan gagasan
musik bertolak dari kesenian Sijobang.
tari “Pilihan Andami” ke dalam bentuk
Sijobang
karya, mengimplikasikan setidaknya tiga
Payakumbuh
media, yang merupakan hasil eksplorasi
sebuah kaba, salah satu kaba yang
terhadap gagasan dengan kondisi pentas.
sering dimainkan adalah kaba Anggun
Media-media tersebut adalah: gerak,
Nan Tungga. Musik Sijobang memiliki
musik, warna dan rupa. Media gerak
melodi-melodi yang khas dan sangat
sebagai bahan baku pada karya tari ini,
unik, dilahirkan pada bagian ke dua
berangkat dari tari tradisi Sado. Filosofi
karya ini. Selain itu penggarap pernah
keikhlasan Andami dilahirkan dengan
memiliki pengalaman estetis terhadap
gerak-gerak simbolis, yang berasal dari
musik
pengembangan idiom-idiom gerak yang
menarikan tari Piriang Itiak Patah karya
menjadi ciri dari tari tradisi ini, antara
Syahril Alek. Kekuatan musik Sijobang
lain
pada
dari
bentuk
kakinya
ketika
merupakan
yang
Sijobang,
hitungan
musik
tradisi
mendendangkan
yaitu
ganjilnya,
pada
saat
memiliki
melangkah selalu tumit yang menapak
keunikan tersendiri apabila dilahirkan ke
terlebih
dalam gerakan, sehingga pengalaman
dahulu,
berdasarkan
unsur
ruang, waktu, dan tenaga, namun lebih
banyak
pada
pengembangan
tersebut
sangat
membekas
dan
unsur
205
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
dituangkan dalam karya tari Pilihan
lahan
Andami.
pertunjukan tari. Selanjutnya digunakan
Media warna dan rupa dimaksud,
berupa:
(1)
pelaminan
adat
turun
menutupi
tempat
sebagi properti tari; (5) galuak terbuat
dari batok kelapa yg biasanya digunakan
(Minangkabau) yang terdiri dari warna
sebagai
merah, kuning dan hitam. Pelaminan ini
Minangkabau. Galuak ini diikatkan pada
sebagai
Minagkabau
pergelangan tangan, pergelangan kaki,
tempo dulu, sesuai dengan ruang dan
dan pinggang. Tujuannya adalah agar
waktu penampilan kesenian Sijobang.
dari setiap gerakan penarinya akan
Selain itu, pelaminan tersebut biasa
menghadirkan bunyi, yang disimbolkan
digunakan untuk dekorasi acara adat,
sebagai suara kemarahan dan kebencian
seperti:
Andami.
penggambaran
pengangkatan
datuak,
alek
properti
tari
tradisi
nagari, pesta perkawinan; (2) jerami
kering yang disusun membentuk jalan,
sebagai
simbol
“pilihan”
Wujud Karya
Andami.
Karya Pilihan Andami dalam
Penonton yang berjalan di atas jerami
penggarapanya
tersebut memberikan kesan koreografi
Gedung
tersendiri,
Gedung Teater sampai ke Teater Arena
sehingga
penonton
juga
Teater,
mulai
lobby
Mursal
sebagai alas tempat duduk terbuat dari
tempat pertunjukan. Pemilihan tempat
pandan,
saat
pertunjukan karya ini, adalah sebagai
Sijobang.
perwujudan dari mata kuliah tata ruang.
Pemilihan lapik ini juga disesuaikan
Pengetahuan yang didapat dari mata
dengan
musik
kuliah tersebut dirasakan sangat berguna
Sijobang; (4) kain putih yang berukuran
dalam penggarapan karya ini. Alasan
besar sebagai simbol sublimasi perasaan
lain
marah Andami menuju keikhlasan. Kain
adalah
ini pada awalnya sebagai artistic dari
dengan membalikan pentas merupakan
penampilam
kesenian
konteks
pada
pertunjukan
pemilihan
dengan
dari
ruang
menjadi bagian karya; (3) lapiak pandan
digunakan
Esten
memanfaatkan
tempat
penggarapan
membalikan
pertunjukan,
ruang
pentas
karya, yang kemudian secara perlahan206
Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”
inovasi baru bagi seni pertunjukan tari di
minuman kawa. 15 menit sebelum
ISI Padangpanjang.
pertunjukan
jam
19.45
wib
gong
Selain itu, dengan adanya ruang
berbunyi satu kali, 10 menit kemudian
yang berlevel, ruang kecil berjendela,
jam 19.55 wib berbunyi gong dua kali,
dan
melahirkan
dan tepat pada jam 20.00 wib gong
gerakan sesuai dengan konteks ruang
berbunyi tiga kali. Setelah itu MC
dan tempat. Hal tersebut sejalan dengan
memulai acara dengan memberikan
pendapat Alma M. Hawkins (2003: 66),
keterangan mengenai musik Sijobang.
bahwa semua gerakan yang dilakukan
Dimulailah bagian pertama karya tari
oleh penari terjadi dalam konteks ruang
“Pilihan Andami”, di lobby Gedung
dan
dengan
Teater menampilkan musik Sijobang
pembatasan dan penggunaan secara
yang merupakan titik tolak karya ini.
khusus dari ruang akan membentuk
Dari musik Sijobang yang merupakan
sebuah gesture ataupun pola gerak yang
nyanyian narasi puitis tentang pahlawan
lebih rumit.
legendaris
Anggun
pengkarya
melahirkanya
ruang
datar
tempat,
dapat
sehingga
Ruang-ruang
yang
memang
Nan
ke
Tungga
dalam
sudah terbentuk di Teater Arena (ruang
bentuk karya tari yang ditampilkan di
penonton dan lantai pembatas antara
Teater Arena Mursal Esten. Penonton
pentas arena dengan ruang penonton)
juga merupakan bagian dari pertunjukan
diolah
suasana-
karya, sebab pertunjukannya memakai
suasana yang diinginkan pada tiap-tiap
prosesi yang dipandu oleh Among
bagiannya. Penonton masuk pun tidak
Tamu. Selain itu, pertunjukan musik
seperti
pintu
Sijobang juga bertujuan membangun
samping kiri Gedung Teater, langsung
suasana dan memperkuat karya tari yang
menuju pentas arena sebagai ruang
ditampilkan di Teater Arena Mursal
penonton.
Esten.
lobby
untuk
biasa,
memperkuat
yaitu
melalui
Pertunjukan dimulai
Gedung
Teater
dari
menampilkan
pertunjukan musik Sijobang, namun
sebelumnya
penonton
disediakan
207
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
Gambar 2.
Pentas Bagian Pertama: Basijobang
(Foto: Antoni Putra, Desember 2010)
Pemusik
Basijobang
dan
Sijobang
mulai
selesai
memukul
Gambar 3.
Ruang menuju Teater Arena
(Foto: Antoni Putra, Desember 2010)
momongan, MC membacakan sinopsis
karya.
Among
penonton
untuk
Tamu
mengarahkan
memasuki
Gedung
Teater menuju Pentas Arena Mursal
Esten, sepanjang perjalanan ke dalam
dipasang enam buah obor panjang dan
momongan juga mengantar penonton
sampai ke pentas. Namun, dalam sebuah
ruangan menuju pentas di dindingdindingnya terpajang foto-foto proses
karya “Pilihan Andami”.
Setelah penonton masuk dan
duduk di tempat yang telah disediakan
mulailah bagian kedua yang diberi judul:
“Api Percintaan”, yang fokus pada
ruang
Andami.
menggambarkan
Andami
dan
Bagian
suasana
Anggun.
menggambarkan
ini
pertemuan
Dan
Gondan
juga
Gondoriah
yang berjuang melawan penyakitnya,
serta
berkehendak
boneka
buatan
tangan.
Tokoh
tengah
Andami
bermain
ditampilkan
dengan
boneka
kesayangannya dengan satu orang penari
perempuan. Setelah itu fokus berganti ke
ruang
tengah
yang
berjendela
208
Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”
menampilkan adegan Gondoriah dan
menghadapi
kenyataan,
Anggun.
perjuangan
Andami
Gondoriah
menghadapi
juga
memperoleh
penyakitnya berkehendak agar Anggun
suaminya
mencarikan
tangan.
digunakan, yaitu galuak. Galuak sebagai
Pemilihan boneka sebagai pengganti
simbol suara hati Andami Sutan, yang
burung
sebab
diliputi oleh api amarah dan kebencian.
ditampilkannya karya tari ini pada
Selain itu, pemilihan properti galuak
zaman ‘sekarang’ agar terlihat lebih
dilakukan agar dalam mengekspresikan
realistis
teks lama atau klasik (kaba Anggun Nan
boneka
nuri
buatan
bisa
bicara,
penggambarannya,
maka
kembali.
dan
tersebut
Properti
dilakukan
yang
Andami ‘masa kini’ memilik boneka
Tungga)
dengan
buatan tangan bukan burung nuri bisa
“sarana yang membuat sesuatu jadi aneh
bicara.
dan ganjil”, seperti menurut Echo (2009:
395), bahwa untuk mendeskripsikan
sesuatu yang sudah pernah dilihat atau
dikenal, dengan menggunakan kata-kata
(atau tanda-tanda jenis lain) dengan cara
yang berbeda.
Gambar 4.
Bagian Kedua: “Api Percintaan”
(Foto: Asril Muchtar, Desember 2010)
Pada bagian ketiga karya ini,
berjudul:
“Gelombang
Perjuangan”.
Gambar 5.
Bagian Ketiga: “Gelombang Perjuangan”
(Foto: Antoni Putra, Desember 2010)
Bagian ini menggambarkan suasana hati
Andami
setelah
Kemarahannya,
suaminya
Bagian keempat diberi judul:
pergi.
ketidaksiapannya
“Angin
Kesadaran”.
menggunakan
209
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
properti
kain
putih
belakang kain dengan gerak melilitkan
penyebab
kain putih ke tubuh dan bergerak berdiri
perubahan pemahaman kehidupan yang
mengeksplorasi kain. Ruang tengah
dialami oleh Andami. Kain putih ini
berjendela
menutupi ruang Andami, dan penari
dengan pose tangan kanan serong dan
menari di dalam kain putih tersebut.
jari telunjuk ke atas membentuk angka
Pergerakan penari di dalam kain putih
satu (diambil dari gerak tari Sado) yang
seperti
menyimbolkan sikap Anggun yang ingin
merupakan
putih.
simbol
Kain
dari
gelombang,
penggambaran
bimbang
hati
apakah
sebagai
Andami
menuntut
yang
kembali
menampilkan
Anggun
ke pelukan istrinya. Namun
haknya
Andami tidak bergeming dengan terus
sebagai istri atau pasrah menerima
berjalan ke arah penonton dengan tetap
ditinggalkan oleh suaminya.
memegang kain sampai menghilang dari
Bagian kelima, yang diberi judul:
pandangan penonton.
“Pohon Keikhlasan”. Menggambarkan
wujud
keikhlasan
yang
dipahami
Andami. Andami mendatangi Gondoriah
yang tengah sekarat, ia menyaksikan
penderitaan
Andami
dari
kekasih
bertemu
suaminya.
Anggun
dan
menyatakan bahwa ia telah meikhlaskan
apa yang terjadi, tapi bukan karena
cintanya
pada
karena
rasa
bagian
ini,
menyadari
Anggun,
makna
sesungguhnya,
melainkan
kemanusiaannya.
Andami
satu
Gambar 6.
Bagian Kelima: “Pohon Keikhlasan”
(Foto: Asril Muchtar, Desember 2010)
Pada
benar-benar
Musik
Menurut La Meri (1986: 105),
keikhlasan
yang
musik adalah partner tari. Penggarapan
orang
penari
musik dalam karya tari Pilihan Andami,
perempuan bergerak di atas kain putih,
dimaksudkan
kemudian duduk di bagian tengah
pengertian di atas, bahwa musik bukan
untuk
memenuhi
210
Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”
saja sebagai pengiring, tetapi juga
perempuan, dan empat orang penari
sebagai partner yang bisa mendukung
laki-laki sebagai penggambaran hati
terciptanya suasana yang diinginkan.
Gondoriah.
Musik yang digarap berangkat dari
menimbulkan
musik
Firasat
Gondoriah
kegelisahan
ketika
tradisi
Minangkabau,
yaitu
tunanganya Anggun bertemu dengan
dari
Payakumbuh,
yang
perempuan lain (Andami), seakan-akan
Sijobang
memiliki ciri khas pada hitungan atau
Gondoriah
metriknya, seperti metrik tiga, lima, dan
‘pengkhianatan’
tujuh. Penggarapan musik dalam karya
Pengembangan gerak hitungan ganjil ini
ini dipercayakan kepada Susandra Jaya
dilakukan berdasarkan hitungan yang
dan
ada
Hajizar
sebagai
penulis
syair
dalam
dapat
melihat
Anggun.
musik
Sijobang
dan
Sijobang. Alat musik yang digunakan,
pertimbangan yang mendalam, sehingga
adalah djembe, kecapi Payakumbuh,
sesuai dengan kebutuhan karya tari.
kecapi Sunda, mbira, momongan, gong,
gendang tambua, gendang katindiak,
galuak, dan alat tiup Bali.
Tahap Eksplorasi
Eksplorasi yang dilakukan untuk
Aksen-aksen pada musik, dan
karya ini, berawal dari pemilihan tema.
hitungan pada musik mempengaruhi
Tema yang dipilih adalah keikhlasan
pengembangan gerakan dalam tari, yang
dari episode Ka Taluak Koto Tanau,
biasanya dilakukan delapan hitungan
yang ditafsirkan dari kaba Anggun Nan
menjadi hitungan tiga, lima, dan tujuh,
Tungga Magek Jabang versi Sijobang.
khususnya pada bagian pertama yaitu
Tahap
yang
dilakukan
adegan pertemuan antara Andami dan
selanjutnya adalah pengumpulan data
Anggun. Alat musik yang digunakan
yang digunakan untuk proses karya tari.
pada
kecapi
Data-data tersebut di antaranya skripsi
Payakumbuh dengan memainkan melodi
yang berjudul “Studi Tekstual dan
Sijobang.
Musikologis
bagian
ini,
Gerakan
adalah
hitungan
ganjil
Kesenian
Tradisional
(hitungan tiga, lima, dan tujuh) ini
Minangkabau Sijobang: Kaba Anggun
dilakukan
Nan Tungga Magek Jabang”, yang
oleh
lima
orang
penari
211
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
ditulis oleh Hajizar. Buku komposisi dan
menjadi sesuatu yang baru. Akhirnya
koreografi, buku masalah agama Islam
didapat pengembangan gerak yang lebih
mengenai keikhlasan, dan data-data
domiman dengan memberi aksen atau
audio, berupa VCD tari Sado, VCD
tekanan pada gerak itu sendiri. Gerak
karya tari Susasrita Loravianti yang
yang didapat belum tentu semuanya
berangkat
dipakai pada karya ini, tentunya harus
dari
kaba
Anggun
Nan
Tungga, VCD musik-musik tradisional
disesuaikan
Sijobang.
sentuhan-sentuhan imajinasi, sehingga
Eksplorasi
yang
dilakukan
dengan
suasana
serta
cocok dipakai dalam karya tari ini.
selanjutnya, adalah eksplorasi gerak.
Improvisasi
awal
dilakukan
Eksplorasi gerak atau penjelajahan gerak
penggarap bersama satu orang penari
menurut, yakni pencarian secara sadar
tokoh perempuan, latihan dilakukan
kemungkinan-kemungkinan gerak baru
lebih kurang empat kali. Setelah didapat
dengan mengembangkan dan mengolah
beberapa
tiga elemen dasar gerak, yaitu ruang,
bersama-sama dengan lima orang penari
waktu, dan tenaga. Adapun gerak yang
perempuan
dieksplorasi, adalah gerak-gerak tari
dengan enam orang penari perempuan
Sado. Gerak dasar tari Sado lebih
dilakukan lebih kurang delapan kali.
ditekankan pada sebagian kecil dari
Kemudian baru latihan gabungan antara
motif geraknya.
penari perempuan dengan penari laki-
gerakan,
lainnya.
barulah
Latihan
latihan
hanya
laki. Gerakan-gerakan yang dilatihkan
Tahap Improvisasi
kepada seluruh penari sangat berguna
Tahap ini adalah melakukan
percobaan-percobaan terhadap apa yang
telah dilakukan pada tahap sebelumnya.
Improvisasi
dilakukan
untuk
memperoleh gerakan-gerakan baru yang
untuk
tahapan
berkarya,
selanjutnya
namun
dalam
dalam
tahapan
improvisasi apa yang telah didapat
belum
tentu
terpakai
ke
tahap
pembentukan.
segar dan spontan. Tahap ini mencoba
mengembangkan
gerak
tari
Sado
212
Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”
koreografinya. Menyususun tiap gerakan
Tahap Konstruksi
Tahap ini adalah penyusunan
sesuai dengan struktur garapan. Mode
terhadap materi-materi yang didapat dari
penyajian yang digunakan dalam karya
kedua tahapan di atas. Pada tahap ini,
ini adalah penggabungan dua kombinasi,
segala
dengan
yaitu simbolis-representasional. Menurut
dibentuk
Jacqueline Smith (1985: 29), penetapan
yang
berkaitan
pertunjukkan
karya
menjadi
kesatuan
satu
tari
yang
utuh.
mode atau cara penyajian juga sangat
Komunikasi yang baik antara penata
diperlukan
tari, dengan seluruh pendukung tari dan
penyajian
musik sangat dibutuhkan pada tahapan
representasional
ini.
Representasional adalah cara penyajian
Pada awal proses pembentukan,
adalah
latihan
dalam
berkarya.
terbagi
mode
dua,
dan
yaitu
simbolis.
dalam suatu tari untuk mengungkapkan
gerak-gerak
penari
gerak manusia persis seperti dalam
digunakan pada
bagian
kehidupan nyata. Simbolis, adalah cara
pertama, kedua, ketiga dan keempat.
penyajian gerak memakai tanda atau
Proses tersebut berlangsung selama dua
simbol
minggu. Setelah itu baru latihan dengan
penonton.
penari laki-laki dan perempuan untuk
Sumandiyo Hadi 2003: 91) penyajian
gerak bagian pertemuan antara Anggun
secara representasional pada sebuah
dan Andami. Pada bagian ini memakan
karya diperlukan, agar dapat dipahami.
waktu selama tiga minggu, sebab gerak
Pada umumnya satu sajian tari agar
yang diberikan tidak memakai hitungan
tidak membosankan terdiri dari dua
seperti biasa (delapan hitungan), tetapi
kombinasi,
memakai hitungan ganjil (tiga, lima, dan
representasional.
perempuan,
tujuh).
sehingga
bermakna
Sedangkan
yaitu
bagi
menurut
simbolis-
Pada tahap ini juga dilakukan
Selanjutnya latihan gerak-gerak
tahap evaluasi yang merupakan proses
untuk penari tokoh, yaitu tokoh Andami,
yang tidak pernah berhenti, dan terus
Anggun, dan Gondoriah. Setelah didapat
belajar dari apa yang telah dilakukan
semua
sebelumnya. Saran dan kritikan dari
gerakan,
mulai
membentuk
213
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
pembimbing yang bersifat membangun
memiliki peranan yang penting sebagai
terhadap karya yang digarap sangat
pemeran pembantu utama.
diperlukan,
sehingga
bisa
dilihat
Berdasarkan saran dan masukan
kelebihan dan kekurangan yang ada
dari bimbingan dilakukan perubahan
dalam karya ini, guna terwujud sebuah
pada karya tari ini. Setelah karya diubah
karya yang lebih sempurna. karya tari
komposer melihat karya tari untuk
“Pilihan Andami”
mencari materi musik dan penambahan
Pembimbing karya, Arison Ibnur
(Tom
Ibnur)
dan
yang terjadi pada musik. Penggabungan
pembimbing
antara tari dan musik dilakukan setelah
pendamping Syaiful Erman. Banyak
karya ini selesai empat bagian. Namun
catatan yang perlu diperbaiki untuk
penggabungan
karya ini, yaitu: pada bagian gerak meter
ketika bimbingan kedua dengan Arison
tiga, lima, tujuh diatur teknik penari
Ibnur, sehingga pada saat bimbingan
pada saat turun naik ruang level agar
tersebut
rampak. Pada bagian ini agar lebih
diperbaiki pada bimbingan selanjutnya.
menarik dengan memecah gerak melalui
permainan
speed,
ruang,
level.
ini
banyak
belum
maksimal
kritikan,
untuk
Bimbingan ketiga dilakukan dua
minggu
setelah
bimbingan
kedua.
Selanjutnya bagian awal ketika Andami
Banyaknya kritikan dan jarak waktu
bermain boneka, Gondoriah bergerak
yang sangat singkat untuk bimbingan
mengikuti
selanjutnya, membuat penggarap harus
gerakan
Andami
namun
dilakukan secara bergantian. Artistiknya
melakukan
bisa dibuat menjadi asimetris, sebab
dilakukan setiap hari selama seminggu,
ruang
membuat
kemudian libur dua hari. Latihan lagi
koreografinya terkesan sama, walaupun
setiap hari sampai bimbingan ketiga,
sudah ada pecaha-pecahan pola lantai
Bimbingan ketiga dilakukan malam hari
dan gerak. Gejolak dua perempuan harus
tepatnya pukul 20.00 wib dan dilakukan
dimunculkan. Walaupun fokus cerita
sebagaimana pertunjukan sebenarnya.
pada Andami namun Gondoriah juga
Pembimbing
pentas
simetris
pengkarya,
kerja
keras.
melihat
sehingga
Latihan
keseriusan
pembimbing
214
Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”
memberikan
masukan
yang
sangat
bergerak
sesuai
dengan
positif untuk karya ini. Walaupun
Selanjutnya
demikian
sebuah
terakhir, eksplorasi kain oleh penari
pertunjukan ada kekurangan yang perlu
tokoh Andami. Dan bagian Andami
ditambah dan diperbaiki.
menuntut haknya sebagai seorang istri
tentunya
dalam
Bimbingan keempat dilakukan,
diperkuat
perbaikan
musik.
dengan
pada
penari
bagian
kelompok
dan pada bimbingan ini perubahan yang
melempar-lempar jerami. Untuk lebih
terjadi adalah gerak meter tiga pada
jelasnya struktur pertunjukannya dapat
bagian tokoh Anggun bergerak lari ke
dilihat pada diagram di bawah ini:
sudut kanan belakang pentas, agar
215
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
luar negeri yang kesemuanya memiliki
Hambatan dan Solusi
Selama proses pembentukan
jadwal yang ketat. Kegiatan itu terkait
karya sampai terbentuk menjadi karya
secara tidak langsung dengan proses
yang utuh tentunya banyak mengalami
terciptanya
hambatan. Begitu juga dengan karya
beberapa penari yang juga mengikuti
“Pilihan Andami”. Pada prosesnya
kegiatan tersebut. Pengaturan jadwal
banyak mengalami hambatan, baik
latihan,
masalah teknis maupun non teknis.
disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan
Hambatan
itu
tersebut, sehingga terjadi pergantian
hambatan
dalam
tentang
musik
diantaranya
proses
adalah,
observasi
Sijobang
dan
penari.
karya
ini,
pemakaian
Walaupun
sebab
ruangan
dengan
ada
harus
adanya
pergantian penari secara tidak langsung
pendokumentasian Tari Sado. Jauhnya
menghambat
lokasi penelitian dan sulitnya menemui
karena mengulang materi yang telah
seniman tradisi, menyebabkan tidak
ada kepada penari baru. Solusi lain
didapatkannya data mengenai kedua
yang pengkarya lakukan adalah tetap
hal
dapat
latihan walaupun dengan penari yang
adalah
tidak lengkap. Selain masalah penari
dan
pemakain ruang juga menjadi habatan
tersebut.
penggarap
menyediakan
Solusi
yang
lakukan
waktu
khusus,
pemanfaatan teknologi (handphone)
sehingga terbangun kerjasama yang
baik
antar
penggarap
dengan
narasumber.
kemajuan
karya
ini,
dalam proses latihan.
Hambatan ruang latihan juga
menjadi kendala dalam proses latihan
dan bimbingan karya ini. Karya ini
Hambatan selanjutnya adalah
tidak menggunakan pentas prosenium,
masalah proses penggarapan, sulitnya
namun menggunakan ruang terbuka
menyusun jadwal latihan, disebabkan
dan ruang berlevel (tangga), sehingga
banyaknya jadwal kegiatan di bulan
memerlukan
November.
sesungguhnya karya ini dipentaskan.
Kegiatan-kegiatanya
latihan
di
tempat
antara lain tugas akhir mahasiswa
Sementara itu
teater arena yang
Strata 1, Porprov (Pekan Olahraga
merupakan tempat pertunjukan juga
Provinsi) Sumatera Barat, belum lagi
digunakan oleh mahasiswa jurusan
pentas-pentas baik di daerah maupun
Teater dan mahasiswa jurusan lainnya
216
Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”
untuk pertunjukan tugas akhir S1 dan
Episode
S2. Akhirnya didapat solusi dengan
didendangkan
mengubah
pertunjukan musik Sijobang, sebagai
jadwal latihan ataupun
bimbingan.
Penyesuaian
Ka
Taluak
Koto
dalam
Tanau
bentuk
jadwal
pengantar karya ditamilkan pada lobby
maupun
Gedung Teater, Jurusan Teater ISI
pertunjukan antara sesama penggarap
Padangpanjang. Fokus karya, yaitu
diperlukan rasa toleransi yang tinggi.
pada
Idealisme penggarap harus disesuaikan
diinterpretasikan sebagai perempuan
dengan kondisi yang ada di lapangan.
yang ikhlas. Karya tari ini berdurasi
latihan,
bimbingan
Selain itu, tepat sehari sebelum
bimbingan ketiga,
Sijobang
tidak
Penggarap
pemusik tradisi
dapat
berasal
lebih kurang 60 menit ditampilkan
dengan melibatkan penonton, sebagai
dengan
berbentuk drama tari ini menampilkan
akhirnya
‘Minangkabau tempo dulu’ dengan
utama,
yang
yang
bagian dari pertunjukan. Karya yang
diputusan mengganti dengan pemusik
lain
Andami
dihubungi.
berkonsultasi
pembimbing
tokoh
dari
‘rasa’ kekinian.
ISI
Padangpanjang. Hambatan lain yang
KEPUSTAKAAN
dialami oleh penari adalah dalam
Echo, Umberto. 2009. Teori Semiotika
Signifikasi Komunikasi, Teori
Kode, Serta Teori Produksi –
Tanda. Yogyakarta: Kreasi
Wacana
Hajizar. 1988. Studi Tekstual dan
Musikologis
Kesenian
Tradisional
Minangkabau
Sijobang: Kaba Anggun Nan
Tungga Magek Jabang. Skripsi.
Medan: Universitas Sumatera
Utara Fakultas Sastra
________. 2009. Sekapur Sirih Seulas
Pinang
(Catatan
Editor).
Dalam
Hajizar
(ed).
Perempuan-Perempuan
Minang
Pelaku
Seni.
Padangpanjang: PUSLIT dan
P2M STSI Padangpanjang
melakukan
gerak
bermeter
ganjil,
sehingga pada bagian ini diperlukan
waktu
yang
lebih
lama
untuk
menguasai gerakan.
PENUTUP
Karya
merupakan
tari
karya
Pilihan
tari
Andami
baru
yang
menginterpretasikan kaba Anggun Nan
Tungga
versi
Sijobang.
Dari
14
episode yang ada dalam kaba tersebut,
yang dipilih untuk diinterpretasikan,
adalah episode Ka Taluak Koto Tanau.
217
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014
Hawkins, Alma M. 2003. Bergerak
Menurut Kata Hati: Metoda
Baru dalam Menciptakan Tar.
terjemahan I Wayan Dibia.
Jakarta:
Masyarakat
Seni
Pertunjukan Indonesia
Meri, La. 1986. Komposisi Tari,
Elemen-elemen
Dasar.
terjemahan
Soedarsono.
Yogyakarta: Laligo
Murgiyanto, Sal. 1986. Pengetahuan
Elementer Tari dan Beberapa
Masalah
Tari.
Jakarta:
Direktorat
Proyek
Pengembangan Kesenian.
Ramadhan,
Muhammad.
2009.
Quantum Ikhlas. Solo: Abyan
Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi
Tari Sebuah Petunjuk Praktis
Bagi Guru. terjemahan Ben
Suharto. Yogyakarta: Ikalasti
yogyakarta.
Sumandiyo, Y Hadi. 2003. Aspekaspek
Dasar
Koreografi
Kelompok.
Yogyakarta:
Lembaga Kajian Pendidikan
dan Humaniora Indonesia.
Widaryanto, F.X. 2007. Menuju
Representasi Dunia Dalam.
Bandung: PenerbitKelir.
NARA SUMBER
Andomo, Datuak. (52). PNS di Kantor
Agama.
Padangpanjang
Bawang Pariangan.
Asrul Datuak Nan Kodo. (62).
Wiraswasta. Sungai Tolang
Kabupaten 50 Kota.
Endri, Novi. (42). Wiraswasta. Pariak
Mudiak Rampanai Pitalah.
218
Indeks Nama Penulis
JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2014
Vol. 13-16, No. 1 Juni dan No. 2 November
Admawati, 15
Ahmad Bahrudin, 36
Alfalah. 1
Amir Razak, 91
Arga Budaya, 1, 162
Arnailis, 148
Asril Muchtar, 17
Asri MK, 70
Delfi Enida, 118
Dharminta Soeryana, 99
Durin, Anna, dkk., 1
Desi Susanti, 28, 12
Dewi Susanti, 56
Eriswan, 40
Ferawati, 29
Hartitom, 28
Hendrizal, 41
Ibnu Sina, 184
I Dewa Nyoman Supanida, 82
Imal Yakin, 127
Indra Jaya, 52
Izan Qomarats, 62
Khairunas, 141
Lazuardi, 50
Leni Efendi, Yalesvita, dan Hasnah
Sy, 76
Maryelliwati, 111
Meria Eliza, 150
Muhammad Zulfahmi, 70, 94
Nadya Fulzi, 184
Nofridayati, 86
Ninon Sofia, 46
Nursyirwan, 206
Rosmegawaty Tindaon,
Rosta Minawati, 122
Roza Muliati, 191
Selvi Kasman, 163
Silfia Hanani, 175
Sriyanto, 225
Susandra Jaya, 220
Suharti, 102
Sulaiman Juned, 237
Wisnu Mintargo, dkk., 115
Wisuttipat, Manop, 202
Yuniarni, 249
Yurnalis, 265
Yusril, 136
JURNAL EKSPRESI SEN
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November 2014
Redaksi Jurnal Ekspresi Seni
Mengucapkan terimakasih kepada para Mitra Bebestari
1. Ediwar, S.Sn., M.Hum. Ph.D (ISI Padangpanjang)
2. Dr.G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A (UGM Yogyakarta)
3. Dr. Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn (ISBI Bandung)
EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut:
1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian
atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir,
dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari
plagiarisme.
2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk
gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt,
dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri).
3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt);
diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt).
4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan
diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt).
5. Sistematika penulisan sebagai berikut:
a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan,
tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan
b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul
sesuai dengan sub bahasan.
c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang
menjadi fokus bahasan.
6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya
untuk menjelaskan istilah khusus.
Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah
kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan
artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran
karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda,
2012:142).
Atau:
Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari
Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota
Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya
dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan
baru; serta (2) tari eksperimen.
7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel.
Contoh penulisan kepustakaan:
Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang:
Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI
Press.
Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater
Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
_________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem
Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian &
Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press.
Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni
Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.
Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”,
dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas
Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI.
8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format
JPEG.
Artikel berbentuk soft copy dikirim kepada :
Redaksi Jurnal Ekspresi Seni ISI Padangpanjang, Jln. Bahder Johan. Padangpanjang
Artikel dalam bentuk soft copy dapat dikirim melalui e-mail:
[email protected]
Download