hubungan antara sense of humor dengan kepercayaan diri pada

advertisement
HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN KEPERCAYAAN
DIRI PADA GURU PPL DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat
Sarjana S-1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Diajukan oleh :
YUSLAM SUNGKAR
F. 100 040 194
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar mengajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponenkomponen yang saling mempengaruhi, yakni instruksional yang ingin dicapai,
materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peran dalam
hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana
belajar mengajar yang tersedia. Oleh karena strategi belajar mengajar merupakan
sarana atau alat untuk mencapai tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan
alat pula untuk mencapai tujuan belajar (Hasibuan, 2002).
Guru selalu menjadi tokoh yang paling disorot dalam setiap proses belajar
mengajar. Segala tindakannya akan menjadi suatu hal yang dipantau oleh orang
lain khususnya siswa. Bahkan dalam hal ini adalah dalam gaya mengajar. Jika
seorang guru mengajar dengan gaya yang otoriter, maka siswa akan mencontoh
tindakannya tersebut. Guru yang memiliki gaya mengajar yang variatif akan
mendapat penilaian yang lain dari para siswa, dan biasanya akan dijadikan teladan
ketika siswa mulai dewasa (Slameto, dalam Safitri, 2007) .
Danim (dalam Safitri, 2007) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis
pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work
performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum
sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai.
1
2
Mulyasa (2003) mengemukakan adanya lima model pembelajaran, yang salah
satunya adalah model pembelajaran partisipatif. Pembelajaran Partisipatif
(Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran dengan
melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran. Knowles (Mulyasa, 2003) menyebutkan indikator
pembelajaran partisipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental
peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi
dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang
menguntungkan peserta didik.
Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, guru seringkali kehilangan
kepercayaan diri dalam proses belajar mengajar. Hal ini seringkali disebabkan
karena adanya tekanan dari lingkungan yang dirasa tidak mampu bagi guru untuk
menghadapinya (Suryani, 2009). Ketika tingkat percaya diri yang rendah
berhubungan dengan proses belajar maka masalah yang muncul dapat menjadi
lebih meningkat (Santrock, 2003).
3
Diagraam 1. Tingkaat Kepercayaaan Diri Gurru PPL
Dalam Prooses belajar Mengajar
20
percaaya diri
kurang percaya diri
80
Diiagram 2. Peenyebab Kurrangnya Keppercayaan Diiri Guru PPL
L
Dalam Prooses belajar Mengajar
20
pertama kali men
ngajar
15
55
10
cem
mas/tegang
tidak nyaman did
dalam kelas
kurangnya pengu
uasaan materi
4
Diagram
m 3. Hal yangg Dilakukann oleh Guru PPL
P ketika K
Kurang Percaaya Diri
Dalam Prooses belajar Mengajar
25
30
mengajar den
ngan duduk
mengajak sisw
wa bercanda
45
memberi tugaas pada siswa
Berdaasarkan hasill penelitian awal yang dilakukan
d
paada 20 orang
g guru PPL
dapat
d
diketaahui bahwa 80%
8
guru teersebut menggalami rendaahnya keperccayaan diri
ketika
k
prosees belajar meengajar. 55%
% disebabkann karena perttama kali meengajar. 10
% disebabkaan karena cemas
c
atau ttegang ketikka didalam kkelas. 15% disebabkan
d
karena
k
tidak
k nyaman ketika
k
didalaam kelas dann 20% kareena penguasaan materi
yang
y
kurangg. Ketika meengalami maasalah kuran
ng kepercayaaan diri, 30%
% dari guru
PPL
P tersebuut mengajar dengan
d
duduuk, 45% denngan mengajaak siswa berrcanda, dan
25%
2
dengann memberi tuugas pada sisswa-siswanyya.
Sebagian orang tidak menyyadari bahw
wa rendahnyya percaya diri dapat
menimbulka
m
an hambatann besar dalaam menjalaankan kegiattan sehari hari.
h
Sikap
seseorang yaang menunjuukan dirinyaa tidak percaaya diri antarra lain didalaam berbuat
5
sesuatu yang penting dan penuh tantangan selalu dihinggapi keragu raguan,
mudah cemas, tidak yakin, cenderung menghindar, tidak punya inisiatif, mudah
patah semangat, tidak berani tampil didepan orang banyak, dan gejala kejiwaan
lain yang menghambat seseorang untuk melakukan sesuatu (Hakim, 2002).
Percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi berbagai
kebutuhan sendiri. Seseorang mempunyai kebutuhan untuk kebebasan berfikir dan
berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berfikir dan
berperasaan akan tumbuh menjadi manusia dengan rasa percaya diri. Salah satu
langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya diri dengan
memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan
kelemahan masing masing. Kelebihan yang ada didalam diri seseorang harus
dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif dan berguna bagi orang
lain (Hakim, 2002).
Menurut George Shinn (dalam Safitri, 2007) percaya diri merupakan dasar
dari motivasi diri untuk berhasil. Agar termotivasi seseorang harus percaya diri.
Seseorang yang mendapatkan ketenangan dan kepercayaan diri haruslah
menginginkan dan termotivasi dirinya. Banyak orang yang mengalami
kekurangan tetapi bangkit melampaui kekurangan sehingga benar benar
mengalahkan kemalangan dengan mempunyai kepercayaan diri dan motivasi
untuk terus tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan. Sebagai contoh,
Napoleon Bonaparte yang tinggi badannya hanya mencapai lima kaki dan dua
inci. Tak satu haripun merasa pendek dan kerdil dihadapan lawan lawannya dan
pasukannya. Namun, melihat dirinya menjadi raksasa diantara laki-laki lainnya,
6
meskipun sebenarnya tidak demikian. Kepercayaan diri dan kebesaran hati
membuatnya bersikap, bergaul, bersama orang lain dengan penuh percaya diri dan
kemampuan menghadapi segala kesulitan dengan kepercayaan diri yang besar.
Ketika seseorang dalam menghadapi masalah berusaha untuk mengatasinya
bukan menghindarinya maka seseorang akan lebih mampu untuk menghadapi
masalah secara nyata, jujur, dan tidak menjauhinya merupakan salah satu motivasi
dalam meningkatkan kepercayaan diri (Sayyid, 2003). Dalam hal ini yang menjadi
permasalahan adalah rendahnya kepercayaan diri pada guru ketika proses belajar
mengajar.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang
adalah lingkungan dan pengalaman hidup. Lingkungan disini merupakan
lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari
lingkungan keluarga seperti anggota keluarga yang saling berinteraksi dengan
baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan
lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh
masyarakat, maka semakin lancar harga diri berkembang (Centi, 1995). Selain
lingkungan keluarga, lingkungan ketika dikampus juga akan mempengaruhi
tingkat kepercayaan diri pada guru PPL. Sebelum melaksanakan PPL, tentunya
calon guru sudah sering melakukan presentasi didepan kelas. Hal ini dapat
memupuk kepercayaan diri kepercayaan diri pada calon guru tersebut ketika
mengajar didalam kelasnya.
Salah satu cara untuk mengatasi krisis kepercayaan diri, seorang guru dapat
menggunakan gaya mengajar yang menggunakan sistem humor. O’Connel (dalam
7
Noviyanti, 1994) menyatakan bahwa melalui humor, individu dapat menjauhkan
diri dari ancaman situasi bermasalah saat itu dan memandang masalah dari
perspektif yang berbeda yaitu dari segi kejenakaannya untuk mengurangi perasaan
cemas dan tidak berdaya. Dengan humor, orang bisa tertawa kalau memang
mampu memahaminya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang menurut
Centi (1995) yaitu konsep diri. Konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya
sendiri. Martalima (2003) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan sesuatu
yang ada dalam diri individu dan mempunyai pengaruh besar terhadap
keseluruhan perilaku yang ditampilkan seseorang. Terbentuknya kepercayaan diri
seseorang diawali dengan perkembangan Sense of Humor yang diperoleh dalam
pergaulan suatu kelompok.
Ramli, dkk (1997) mengungkapkan bahwa orang yang memiliki rasa humor
yang tinggi, yakni orang yang mudah tersenyum atau tertawa bila mendengar
sesuatu yang humoristis disebut seorang humoris. Untuk merasakan kelucuan
akibat humor diperlukan kepekaan, setiap individu sebenarnya memiliki kepekaan
menangkap kelucuan-kelucuan yang lebih dikenal sebagai sense of humor, hanya
saja tarafnya berbeda-beda, sehingga bagi yang merasa hal itu lucu memunculkan
reaksi senyum atau bahkan tertawa.
Setiawan (1992) juga mengemukakan bahwa sense of humor merupakan
sifat yang dapat menambah penerimaan seorang individu terhadap individu lain
dari segala usia. Individu yang kurang mampu untuk memfungsikan sense of
humor dalam dirinya akan selalu kelihatan tegang dan tidak menunjukkan adanya
8
kesegaran jiwa dalam dirinya. Lain dengan orang yang mampu memunculkan dan
memfungsikan sense of humor, orang itu akan kelihatan humoris jika bersense of
humor dengan orang lain dan dalam situasi apapun akan tetap kelihatan segar
tanpa kelihatan tegang. Sense of humor merupakan aspek penting untuk
membantu manusia beradaptasi, dan juga membantu mengatasi stress. Individu
yang memiliki sense of humor tinggi diharapkan dapat memperoleh reaksi yang
lebih menyenangkan dan juga lebih dapat mengatasi stres dalam dirinya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menarik permasalahan yaitu
”Apakah ada hubungan antara Sense of Humor dengan kepercayaan diri pada guru
PPL?”. Oleh karena itu penulis mengajukan judul penelitian Hubungan Antara
Sense of Humor Dengan Kepercayaan Diri Pada Guru PPL dalam Proses
Belajar Mengajar.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan
antara sense of humor dengan kepercayaan diri pada guru PPL dalam proses
belajar mengajar.
C. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan hasilnya akan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru PPL, dapat dijadikan pertimbangan dalam upaya meningkatkan
kepercayaan diri ketika berada di dalam kelas..
9
2. Kepala Sekolah, dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
dalam meningkatkan kualitas kepercayaan diri pada guru ketika proses belajar
mengajar.
3. Peneliti
selanjutnya,
sumbangan
teoritik
bagi
pengembangan
ilmu
pengetahuan dan untuk memperkaya khasanah ilmu psikologi khususnya
psikologi pendidikan.
Download