Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele

advertisement
VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk
mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah
usaha yang dilakukan pada kelompok tani LPPMPU memperoleh keuntungan
secara finansial. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteriakriteria penilaian investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit
and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period
(PP). Untuk menganalisis empat kriteria tersebut, digunakan arus kas untuk
mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh
setiap anggota LPPMPU selama umur proyek yaitu 10 tahun. Penentuan umur
proyek tersebut berdasarkan umur ekonomis dari kolam yang digunakan untuk
kegiatan produksi ikan lele, karena kolam merupakan aset yang paling penting
untuk menjalankan pengusahaan ikan lele tersebut.
7.1. Arus Pengeluaran dan Arus Penerimaan
Pada analisis kelayakan pengusahaan ikan lele pada Kelompok Tani
LPPMPU tersebut perlu menghitung manfaat dan biaya yang digunakan dalam
pengusahaan ikan lele. Dalam perhitungan manfaat dan biaya pada analisis
finansial menggunakan harga pasar yang berlaku di daerah tempat penelitian.
7.1.1. Arus Pengeluaran (Outflow)
Arus pengeluaran dalam analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan
lele pada kelompok tani LPPMPU terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional. Analisis biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaranpengeluaran yang akan terjadi selama masa proyek atau usaha yang dilaksanakan.
7.1.2. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal
kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun
kemudian. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali atau lebih,
sebelum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun
kemudian. Jadi biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali untuk
memperoleh beberapa kali manfaat sampai secara ekonomis kegiatan bisnis itu
tidak menguntungkan lagi. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan pengusahaan ikan pada
kelompok tani LPPMPU. Biaya investasi pada pengusahaan pembenihan ikan lele
LPPMPU meliputi lahan yang merupakan lahan sendiri, dan induk ikan lele.
Biaya investasi lain yang diperlukan adalah bak penampungan air, serokan, pipa
paralon, selang, mesin pompa, ember, genteng dan kayu. Sementara itu biaya
investasi yang diperlukan dalam pengusahaan pemesaran ikan lele adalah lahan,
kolam semen, serokan, mesin pompa, blower, pipa paralon, selang dan ember.
Adapun rincian biaya investasi pada pengusahaan pembenihan ikan lele dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada
Kelompok Tani LPPMPU
No
1
2
3
Uraian
Lahan
Jumlah
Satuan
Umur
Ekonomis
(Tahun)
200
Meter
-
Kolam :
a) Kolam induk (Uk. 4 x 5 m2)
1
b) Kolam semen (Uk. 2 x 3 m2)
3
c) Kolam terpal (Uk. 2 x 4 m2)
8
Induk Ikan Lele
50
Buah
Ekor
Harga
Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
250,000.00
50,000,000.00
-
-
-
10
3,100,000.00
3,100,000.00
10
1,500,000.00
4,500,000.00
1
675,000.00
5,400,000.00
2
45,000.00
2,250,000.00
4
Bak penampungan air
1
Buah
5
2,250,000.00
2,250,000.00
5
Serokan : a) Serokan besar
2
Buah
2
25,000.00
50,000.00
2
Buah
2
15,000.00
30,000.00
6
b) Serokan kecil
Pipa Paralon :
a) Pipa (Uk. 0.5 inchi)
b) Pipa (Uk. 3/4 inchi)
2
Batang
5
75,000.00
150,000.00
2
Batang
5
15,000.00
30,000.00
7
Selang
25
Meter
2
5,000.00
125,000.00
8
Mesin pompa
1
Unit
5
450,000.00
450,000.00
9
Ember
10
Genteng
11
Kayu
3
Buah
2
15,000.00
45,000.00
1.000
Buah
10
500.00
500,000.00
60
Batang
10
15,000.00
900,000.00
Total Biaya Investasi
69,780,000.00
Sumber : Data di olah (2009)
Investasi awal yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele
adalah sebesar Rp 69,780,000.00, sedangkan investasi awal yang dikeluarkan
untuk pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp 94,590,000.00 (Tabel
6). Umur ekonomis dari pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU
adalah 10 tahun, hal ini dilihat dari peralatan yang digunakan untuk kegiatan
produksi yang diperkirakan memiliki ketahanan 10 tahun.
Tabel 6. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada
Kelompok Tani LPPMPU
No
Uraian
1
Lahan
2
Kolam :
Jumlah
Satuan
Umur
Ekonomis
(Tahun)
255
Meter
10
a) Kolam semen (Uk 4 x 10 m2)
5
b) Kolam semen (Uk 13 x 12 m2)
1
2
Buah
10
Harga
Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
250,000.00
63,750,000.00
-
-
3,900,000.00
19,500,000.00
4,600,000.00
4,600,000.00
c) Kolam semen (Uk 4 x 4 m )
2
2,400,000.00
4,800,000.00
3
Serokan
3
Buah
2
25,000.00
75,000.00
4
Mesin pompa
1
Unit
5
450,000.00
450,000.00
5
Blower
Pipa Paralon :
a) Pipa (Uk. 4 inchi)
b) Pipa (Uk. 3/4 inchi)
1
Unit
10
850,000.00
850,000.00
Batang
5
45,000.00
315,000.00
15,000.00
90,000.00
7
Selang
23
Meter
2
5,000.00
115,000.00
8
Ember
3
Buah
2
15,000.00
45,000.00
6
7
6
Total Biaya Investasi
94,590,000.00
Sumber : Data di olah (2010)
Biaya investasi selain dikeluarkan di awal tahun bisnis, juga dikeluarkan
pada beberapa tahun setelah bisnis berjalan, seperti untuk mengganti peralatan
atau komponen investasi yang umurnya sudah habis namun operasional bisnisnya
masih berjalan. Biaya investasi yang dikeluarkan tersebut disebut reinvestasi.
Biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada pengusahaan pembenihan ikan lele
adalah plastik terpal, induk ikan lele, serokan, pipa paralon, selang, mesin pompa,
dan ember, sedangkan biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada pengusahaan
pembesaran adalah serokan, mesin pompa, pipa paralon, ember dan selang.
Adapun rincian biaya reinvestasi pada kelompok tani LPPMPU dapat dilihat pada
Lampiran 2.
7.1.3. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya keseluruhan yang berhubungan dengan
kegiatan operasional dari pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU.
Biaya tersebut dikeluarkan secara berkala selama usaha tersebut berjalan yang
terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
7.1.3.1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan selama satu
tahun dengan ada atau tidaknya produksi yang dilakukan. Biaya tetap yang
dikeluarkan tidak berubah walaupun volume produksi berubah. Biaya tetap yang
dikeluarkan pada masing-masing anggota LPPMPU yaitu biaya gaji tenaga kerja,
biaya perawatan peralatan yang digunakan, biaya abodemen listrik, dan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB). Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pengusahaan
pembenihan ikan lele adalah Rp 14.075.000,00, sedangkan biaya tetap yang
dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah Rp 14. 511.750,00.
Biaya tetap yang dikeluarkan pada masing-masing anggota kelompok tani
LPPMPU dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani
LPPMPU
No
Uraian
Jumlah
1.
2.
3.
4.
Gaji tenaga kerja
Abodemen listrik
Perawatan
PBB
Total (Rp)
1 orang
-
Harga
(Rp/bulan)
1.100.000,00
50.000,00
Pembenihan
ikan Lele
13.200.000,00
600.000,00
205.000,00
70.000,00
14.075.000,00
Pembesaran Ikan
Lele
13.200.000,00
600.000,00
605.000,00
106.750,00
14.511.750,00
7.1.3.2. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah suatu biaya yang harus dikeluarkan seiring dengan
bertambah atau berkurangnya produksi. Biaya variabel akan mengalami
perubahan jika volume produksi berubah, beberapa biaya variabel yang sangat
berpengaruh adalah hormon ovaprim dan ketersediaannya pakan. Biaya variabel
yang dikeluarkan dari setiap kelompok tani LPPMPU berbeda-beda, hal ini
dikarenakan pada pengusahaan ikan lele LPPMPU melakukan jenis kegiatan yang
berbeda-beda.
Biaya variabel yang dikeluarkan pada masing-masing anggota LPPMPU
diantaranya, pembelian benih untuk kegiatan pembesaran, pembelian pakan,
pupuk kandang, garam, hormon ovaprim, aqua destilata, plastik packing, karet,
suntikan, telur ayam, bambu, kakaban, busa spons, dan sikat. Total biaya variabel
yang dikeluarkan pada kelompok tani LPPMPU dalam satu tahun yaitu pada
pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp 12.163.020,00, sedangkan
biaya yang dikeluarkan dalam pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar
Rp 18.300.400,00 (Tabel 8).
a. Biaya Pakan
Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan induk adalah untuk memenuhi
kebutuhan ikan tersebut, serta merangsang pertumbuhan gonad sehingga induk
ikan dapat dengan cepat menghasilkan telur dan siap untuk dipijahkan. Jenis
pakan yang diberikan untuk induk ikan lele adalah pelet dan keong, sedangkan
pakan yang diberikan kepada benih ikan lele adalah cacing sutra dan pelet halus.
Pakan pelet yang diberikan kepada induk adalah berupa pelet kasar merk Hiprovit.
Kebutuhan pakan untuk pemeliharaan induk adalah sebanyak 5 karung dengan
berat 30 kilogram per karung dengan harga Rp 4.500,00 per kilogram, sehingga
total biaya pakan induk sebesar Rp 675.000,00 pada pengusahaan pembenihan
ikan lele, sedangkan biaya pakan yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran
ikan lele adalah sebesar Rp 6.854.400,00. Selain pakan pelet kasar, induk ikan lele
diberi pakan tambahan yaitu berupa keong. Kebutuhan pakan tambahan yaitu
keong yang diberikan dalam pemeliharaan induk ikan lele menghabiskan keong
sebanyak 405 kilogram dengan harga keong per kilogram adalah Rp 1.000,00,
sehingga total biaya pakan keong yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 405.000,00.
Sementara itu dalam pemeliharaan benih ikan lele agar benih dapat
berkembang dengan cepat maka benih ikan lele diberi pakan alami yaitu cacing
sutra. Kebutuhan pakan cacing sutra dalam pemeliharaan benih ikan lele
membutuhkan pakan sebanyak 504 liter dengan harga per liter adalah Rp
5.000,00, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan cacing
sutra adalah Rp 2.520.000,00. Untuk benih yang sudah berukuran besar yaitu
berumur 17 hari jenis pakan yang diberikan adalah pelet halus atau pelet 99 yang
bermerek Hiprovit. Jumlah pakan yang diberikan untuk pemeliharaan benih ikan
lele adalah 1.463,56 kilogram dengan harga per kilogram adalah sebesar Rp
4.500,00, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pelet halus
adalah Rp 6.586.020,00.
Pada pengusahaan ikan lele dalam kegiatan pembesaran ikan lele, jenis
pakan yang diberikan berbeda dengan jenis pakan sebelumnya. Jenis pakan yang
diberikan adalah pelet 782 yang ukurannya lebih besar dari pelet halus, hal ini
dikarenakan jenis pakan yang diberikan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan
lele. Jumlah pakan yang diberikan pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah
sebanyak 560 kilogram dengan harga per kilogramnya adalah Rp 6.500,00,
sehingga total biaya pakan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.640.000,00.
b. Biaya Karet, Plastik, dan Jarum Suntik
Benih ikan lele yang siap panen akan dikemas dengan menggunakan
kantong plastik dengan ukuran kantong 60 x 40 cm. Dalam satu kantong plastik
berisi benih sebanyak 400 ekor. Jumlah kantong plastik yang digunakan adalah
sebanyak 4 kilogram, dalam satu kilogram berisi 10 buah kantong plastik. Harga
satu kilogram kantong plastik adalah Rp 12.500,00, sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk pembelian kantong adalah sebesar Rp 50.000,00.
Karet yang dipergunakan oleh petani adalah untuk mengikat pada kemasan
benih yang siap untuk dipasarkan kepada konsumen. Karet yang dipergunakan
adalah karet gelang, kebutuhan karet yang diperlukan adalah 1 kilogram dengan
harga Rp 36.000,00 per kilogram, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian karet adalah sebesar Rp 36.000,00. Jarum suntik berfungsi untuk
menyuntikkan hormon ovaprim dan aqua destilata pada tubuh induk ikan lele
sebelum proses pemijahan. Dalam satu tahun petani membutuhkan jarum suntik
sebanyak 2 buah dengan harga per buah adalah Rp 5.000,00.
c. Telur Ayam dan Garam
Telur ayam digunakan untuk menambah nafsu makan pada induk ikan lele
yang siap untuk dipijahkan, serta untuk mencegah timbulnya penyakit pada induk
ikan lele. Pemberian telur ayam dilakukan dengan cara telur ayam dicampur
dengan pelet kasar dan diaduk sampai merata, kemudian pakan tersebut diberikan
dengan merata pada induk ikan lele. Jumlah telur ayam yang diperlukan adalah
sebanyak 2 kilogram dengan harga Rp 16.000,00 per kilogram, sehingga total
biaya telur ayam yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 32.000,00, sedangkan garam
digunakan untuk membunuh hama penyakit, jumlah garam yang diperlukan
adalah sebanyak
2 bungkus dengan harga per bungkus adalah Rp 2.500,00,
sehingga kebutuhan biaya pembenihan garam sebesar Rp 5.000,00.
d. Biaya Hormon Ovaprim dan Aqua Destilata
Pada kelompok tani LPPMPU melakukan proses kegiatan pemijahan
induk ikan lele dengan cara buatan yaitu dengan menyuntikkan hormon ovaprim.
Hal ini bertujuan untuk merangsang terjadinya ovulasi telur. Dosis yang
digunakan untuk induk betina adalah 0,3 ml/kg bobot induk, dan dosis untuk
induk jantan adalah 0,2 ml/kg bobot induk. Dalam satu botol berisi 10 ml dengan
harga per botol adalah Rp 200.000,00. Dalam satu tahun hormon ovaprim yang
dibutuhkan adalah sebanyak 2 botol, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian ovaprim adalah Rp 400.000,00.
Selain hormon ovaprim dibutuhkan juga aqua destilata yang digunakan
untuk campuran hormon ovaprim, hal ini dikarenakan untuk memudahkan
menyuntikkan hormon ovaprim kedalam tubuh induk ikan lele. Jumlah aqua
destilata yang digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan lele adalah sebanyak 1
botol yang berisi 10 ml, dengan harga per botol adalah Rp 7.500,00.
e. Biaya Pupuk Kandang
Pemupukan ini bertujuan menumbuhkan pakan alami bagi ikan lele, dan
dapat
merangsang
pertumbuhan
fitoplankton
dalam
kolam
yang
akan
dipergunakan untuk kegiatan pemijahan maupun pemeliharaan benih ikan lele.
Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk organik yang berupa kotoran ayam
yang dicampur dengan kotoran kambing. Jumlah pupuk kandang yang digunakan
adalah sebanyak 12 karung dengan harga per karung adalah Rp 5.000,00,
sehingga biaya pembelian pupuk kandang adalah Rp 60.000,00.
f. Biaya Bambu dan kakaban (sarang telur)
Bambu digunakan untuk pembuatan sarang telur pada kegiatan
pengusahaan pembenihan ikan lele, serta digunakan untuk pembuatan kolam yang
menggunakan plastik terpal. Harga bambu adalah Rp 7.000,00 per batang,
sehingga kebutuhan bambu yang diperlukan dalam kegiatan pengusahaan
pembenihan ikan lele dalam satu tahun adalah sebanyak 67 batang, maka biaya
pembelian bambu adalah Rp 469.000,00.
Kakaban atau sarang telur merupakan suatu wadah yang digunakan
sebagai penempatan telur pada saat proses pemijahan. Harga kakaban per ikat
adalah Rp 40.000,00, sehingga kebutuhan kakaban dalam satu tahun sebanyak 4
ikat. Biaya pembelian kakaban adalah sebesar Rp 160.000,00.
g. Busa spons dan Sikat
Busa spons digunakan untuk membersihkan dinding dan dasar kolam yang
terbuat dari plastik terpal, dengan tujuan untuk membasmi kuman penyakit yang
menempel pada dinding maupun pada dasar kolam. Jumlah busa spons yang
digunakan adalah sebanyak 2 buah dengan harga Rp 6.750,00 per buah, sehingga
biaya pembelian busa spons dalam setahun adalah Rp 13.500,00.
Sikat dipergunakan untuk membersihkan dinding dan dasar kolam yang
terbuat dari semen, dengan tujuan untuk membasmi kuman penyakit dan
membersihkan dari lumut yang menempel pada dinding. Jumlah sikat yang
digunakan adalah sebanyak 2 buah dengan harga Rp 7.000,00 per buah, sehingga
biaya pembelian sikat dalam setahun adalah Rp 14.000,00.
h. Biaya Pemakaian Listrik
Sumber tenaga listrik yang digunakan dalam kegiatan ini berasal dari PLN
dengan daya 900 watt, sumber energi tersebut digunakan untuk penerangan, mesin
air dan blower. Pengeluaran biaya listrik per tahun Rp 720.000,00 pada
pengusahaan pembenihan ikan lele, sedangkan biaya listrik yang dikeluarkan
pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar Rp 780.000,00. Adapun
rincian biaya variabel dari setiap anggota kelompok tani LPPMPU dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Rincian Biaya Variabel Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani
LPPMPU
No
1.
Uraian
Responden
Pembenihan Ikan Lele
Pembesaran Ikan Lele
Pakan :
a) Cacing sutra
2.520.000,00
b) Pelet 99
6.586.020,00
c) Pelet 782
-
3.640.000,00
d) Pelet Hiprovit
675.000,00
6.854.400,00
e) Keong
405.000,00
896.000,00
2.
Pembelian benih
3.
Telur ayam
4.
Garam
5.
Ovaprim
6.
-
6.000.000,00
32.000,00
-
5.000,00
-
400.000,00
-
Aqua destilata
7.500,00
-
7.
Plastik packing
50.000,00
-
8.
Suntikan
10.000,00
-
9.
Pupuk kandang
60.000,00
10.
Karet
36.000,00
11.
Pemakaian listrik
720.000,00
12.
Bambu
469.000,00
-
13.
Kakaban (sarang)
160.000,00
-
14.
Busa spons
13.500,00
-
15.
Sikat
14.000,00
-
Total (Rp)
12.163.020,00
130.000,00
780.000,00
18.300.400,00
7.2. Arus Penerimaan (Inflow)
Pada pengusahaan ikan lele kelompok tani LPPMPU jenis pengusahaan
yang dijalankan adalah pengusahaan pembenihan ikan lele dan pengusahaan
pembesaran ikan lele. Penerimaan yang diperoleh dari masing-masing jenis
pengusahaan ikan lele berasal dari jumlah penjualan benih kecil dan ikan ukuran
konsumsi dengan harga jual pada masing-masing produk adalah Rp 150,00 per
ekor untuk benih kecil, sedangkan untuk ikan ukuran konsumsi adalah Rp
10.000,00 per kilogram (9-10 per ekor).
Untuk kegiatan pembenihan sampai dengan pendederan dalam satu tahun
dilakukan sebanyak 4 kali, sesuai dengan jumlah induk yang dimiliki oleh petani
pembenihan ikan lele. Untuk pengusahaan pembenihan sampai dengan
pendederan ikan lele dalam satu tahun dapat melakukan pemijahan sebanyak 4
kali dengan jumlah induk yang dipijahkan adalah 16 pasang. Satu pasang induk
terdiri dari satu induk jantan dan satu induk betina (berpasangan yaitu 1:1).
Fekunditas atau kemampuan menghasilkan telur satu ekor induk dapat
menghasilkan 25.000 butir telur dengan derajat penetasan telur adalah 90 persen
yang akan menghasilkan 22.500 ekor larva dari 25.000 butir telur yang terbuahi.
Larva yang hidup memiliki tingkat kemampuan hidup (Survival Rate/SR)
sebanyak 88 persen yang akan menghasilkan 19.800 ekor per satu induk,
sedangkan larva yang hidup sampai panen memiliki tingkat SR sebanyak 15
persen yang akan menghasilkan 16.830 benih. Penerimaan yang diperoleh selama
satu tahun yaitu 16.830 ekor benih x Rp 150,00 x 19 (jumlah induk yang
dipijahkan ) adalah Rp 47.965.500,00.
Sementara itu, untuk pengusahaan ikan lele yang melakukan kegiatan
pembesaran dalam satu tahun dilakukan 4 kali panen dengan kegiatan produksi
setiap 3 bulan sekali. Pada pengusahaan pembesaran ikan lele dalam satu kali
produksi jumlah benih yang ditebar sebanyak 4.000 ekor per kolam, dengan
tingkat kematian sampai panen adalah 12 persen sehingga dalam satu kolam akan
menghasilkan 350 kilogram (ukuran 9-10 ekor per kilogram). Jumlah kolam yang
digunakan untuk kegiatan produksi ikan lele pada tahun pertama sebanyak 3
kolam, sehingga penerimaan yang dihasilkan dalam satu tahun adalah 3 kolam x
350 kilogram x Rp 10.000,00 per kilogram x 4 (jumlah panen dalam satu tahun)
yaitu Rp 42.000.000,00 pada tahun pertama.
Selain dari penjualan benih, penerimaan untuk masing-masing anggota
diperoleh dari nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang dikeluarkan pada
tahun pertama yang tidak habis terpakai selama umur proyek. Nilai sisa yang
terdapat hingga akhir umur proyek dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek.
Biaya-biaya investasi pada pengusahaan ikan lele dari masing-masing
pengusahaan ikan lele yaitu lahan, mesin pompa, dan blower. Nilai sisa pada
kelompok tani LPPMPU dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai Sisa Investasi Pada Pengusahaan Ikan Lele LPPMPU
Nilai sisa (Rp)
No
Uraian
1.
Lahan
2.
3.
Pembenihan Ikan Lele
Pembesaran Ikan Lele
(Rp)
(Rp)
55.000.000,00
75.625.000,00
Mesin pompa
150.000,00
150.000,00
Mesin blower
-
350.000,00
55.150.000,00
76.125.000,00
Total Nilai Sisa (Rp)
7.3. Analisis Kelayakan Finansial
Dalam analisis finansial kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai
kelayakan proyek yaitu Net Present value (NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate Return
(IRR), dan Payback Period (PP). Pada analisis kelayakan finansial pengusahaan
ikan lele menggunakan modal sendiri. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah
7 persen, ini berdasarkan suku bunga deposito Bank Indonesia (BI) pada tahun
2009.
7.3.1. Kelayakan Analisis Finansial Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele
Pada Kelompok Tani LPPMPU
Analisis kelayakan finansial yang digunakan untuk pengusahaan
pembenihan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU seluruhnya modal yang
dipergunakan dalam menanamkan investasinya berasal dari modal sendiri.
Tingkat suku bunga yang digunakan yaitu 7 persen, hal ini berdasarkan suku
bunga deposito Bank Indonesia bulan Desember tahun 2009 pada saat melakukan
penelitian.
Perhitungan kelayakan finansial ini menggunakan manfaat bersih yang
diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi
pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Tarif pajak
yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang
Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yaitu sebesar 28 persen. Analisis kelayakan
finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode.
Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembenihan ikan
lele kelompok tani LPPMPU (Tabel 10).
Tabel 10. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada
Kelompok Tani LPPMPU
No
Kriteria Investasi
Hasil
90,708,028.61
1.
NPV
2.
Net B/C
2,82
3.
IRR
35%
4.
Payback Period
1,45 Tahun
Berdasarkan analisis finansial pada Tabel 10. dapat dilihat bahwa
pengusahaan pembenihan ikan lele memperoleh nilai NPV lebih besar dari nol
yaitu sebesar Rp 90,708,028.61 yang artinya bahwa pengusahaan pembenihan
ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. NPV sama dengan Rp 90,708,028.61 juga
menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan pembenihan ikan
lele selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku. Kriteria lain
yang dianalisis adalah Net B/C, pada pengusahaan pembenihan ikan lele
kelompok tani LPPMPU diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari nol yaitu sebesar
2,82 yang menyatakan bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele ini layak untuk
dilaksanakan.
Nilai Net B/C sama dengan 2,82, artinya setiap satu rupiah yang
dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan manfaat bersih sebesar 2,82
rupiah. Nilai IRR yang diperoleh dari analisis finansial pada pengusahaan
pembenihan ikan lele adalah 35 persen, dimana nilai IRR tersebut lebih besar dari
discount factor yang berlaku yaitu 7 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan
tingkat pengembalian internal proyek sebesar 35 persen, dan karena nilai IRR
lebih besar dari discount factor yaitu 7 persen maka usaha ini layak untuk
dilaksanakan. Pengusahaan pembenihan ikan lele ini memiliki periode
pengembalian biaya investasi selama 1,45 tahun (Lampiran 6).
7.3.2. Kelayakan Analisis Finansial Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele
Pada Kelompok Tani LPPMPU
Pada pengusahaan pembesaran ikan lele kelompok tani LPPMPU investasi
yang ditanamkan dalam pengusahaan ini berasal dari modal sendiri. Tingkat suku
bunga yang digunakan adalah sebesar 7 persen, berdasarkan tingkat suku bunga
deposito Bank Indonesia bulan Desember 2009 pada saat melakukan penelitian di
kelompok tani LPPMPU.
Perhitungan kelayakan finansial ini menggunakan manfaat bersih yang
diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi
pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Tarif pajak
yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang
Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yaitu sebesar 28 persen. Analisis kelayakan
finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode.
Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan
lele kelompok tani LPPMPU (Tabel 11).
Berdasarkan
hasil
perhitungan
analisis
kelayakan
finansial
pada
pengusahaan pembesaran ikan lele diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu
sebesar Rp 64,722,045.98, sehingga pengusahaan pembesaran ikan lele ini dapat
dikatakan layak untuk diusahakan. Nilai pada NPV yang diperoleh kelompok tani
LPPMPU pengusahaan pembesaran ikan lele menunjukkan manfaat bersih yang
diterima pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu sebesar 7 persen, sedangkan
nilai Net B/C yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah
sebesar 2 dimana nilai Net B/C lebih besar dari nol sehingga pengusahaan ikan
lele ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C sama dengan 2 berarti setiap satu
rupiah biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 2 rupiah
manfaat bersih.
Nilai IRR yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan
finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 20 persen lebih
besar dari discount factor yang berlaku yaitu 7 persen. Hal ini berarti pengusahaan
pembesaran ikan lele layak untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian
internal sebesar 20 persen, sedangkan periode yang diperlukan untuk
mengembalikan semua biaya investasi adalah 1,5 tahun (Lampiran 7).
Tabel 11. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada
Kelompok Tani LPPMPU
No
Kriteria Investasi
Hasil
64,722,045.98
1.
NPV
2.
Net B/C
3.
IRR
4.
Payback Period
2
20%
1,5 Tahun
7.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Pengusahaan Pembenihan dan
Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU
Pada pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele layak untuk
dilaksanakan. Tetapi untuk melihat jenis pengusahaan mana yang paling
menguntungkan untuk dilaksanakan, dapat dilihat dari perbandingan hasil
kelayakan finansial pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele pada
kelompok tani LPPMPU (Tabel 12).
Tabel 12. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembenihan dan
Pembesaran Ikan Lele Kelompok Tani LPPMPU
No
Hasil
Kriteria
Investasi
Pengusahaan Pembenihan
Pengusahaan Pembesaran
Ikan Lele
Ikan Lele
90,708,028.61
64,722,045.98
Net B/C
2,82
2
3.
IRR
35%
20%
4.
Payback Period
1,45 Tahun
1,5 Tahun
1.
NPV
2.
Berdasarkan
Tabel
12.
menunjukkan
bahwa
pada
pengusahaan
pembenihan ikan lele merupakan pengusahaan yang memberikan keuntungan
paling besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele. Hal ini
terlihat dari hasil analisis finansial, nilai NPV pada pengusahaan pembenihan
ikan lele lebih besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele.
Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, pada pengusahaan pembenihan
ikan lele menghasilkan nilai Net B/C dan nilai IRR yang lebih besar dari pada
pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 2,82 dan 35 persen. Pada masa
pengembalian biaya investasi (payback period) pengusahaan pembenihan lebih
cepat bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu selama
1,45 tahun.
7.5. Kelayakan Analisis Pengembangan Pengusahaan Ikan Lele Pada
Kelompok Tani LPPMPU
Pada analisis pengembangan pengusahaan pembenihan dan pembesaran
ikan lele layak untuk dikembangkan. Tetapi untuk melihat jenis pengusahaan
mana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, dapat dilihat dari hasil
kelayakan finansial pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele pada
kelompok tani LPPMPU (Tabel 13).
Tabel 13. Analisis Pengembangan Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani
LPPMPU
No
Hasil
Kriteria
Investasi
Pengusahaan Pembenihan
Pengusahaan Pembesaran
Ikan Lele
Ikan Lele
190,564,149.51
118,979,693.69
Net B/C
3,77
2,08
3.
IRR
51%
25%
4.
Payback Period
1,35 Tahun
1,40 Tahun
1.
NPV
2.
Berdasarkan
Tabel
13.
menunjukkan
bahwa
pada
pengusahaan
pembenihan ikan lele layak untuk dikembangkan menjadi skala usaha besar bila
dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele. Hal ini terlihat dari hasil
perhitungan analisis cash flow, nilai NPV yang diperoleh pada pengusahaan
pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp 190,564,149.51 yang artinya bahwa
pengusahaan pembenihan ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV sama
dengan Rp 190,564,149.51 juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari
pengusahaan pembenihan ikan lele selama umur proyek terhadap tingkat suku
bunga yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, pada
pengusahaan pembenihan ikan lele diperoleh nilai Net B/C sebesar 3,77 lebih
besar dari nol yang menyatakan bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele ini
layak untuk dikembangkan, sedangkan nilai IRR yang diperoleh pada
pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar 51 persen. Dimana nilai IRR
tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 7 persen. Nilai IRR
tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 51 persen.
Nilai IRR lebih besar dari discount factor yaitu sebesar 7 persen maka
pengusahaan pembenihan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU layak untuk
dikembangkan. Pengusahaan pembenihan ikan lele ini memiliki waktu
pengembalian investasi yaitu selama 1,35 tahun.
Sementara itu pada pengusahaan pembesaran ikan lele diperoleh nilai NPV
lebih kecil bila dibandingkan dengan pengusahaan pembenihan ikan lele. Nilai
NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 118,979,693.69 yang artinya bahwa
pengusahaan pembesaran ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV sama
dengan Rp 118,979,693.69 juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari
pengusahaan pembesraran ikan lele selama umur proyek terhadap tingkat suku
bunga yang berlaku. Nilai Net B/C dan IRR yang diperoleh pada pengusahaan
pembesaran lebih kecil bila dibandingkan dengan pengusahaan pembenihan ikan
lele yaitu sebesar 2,08 dan 25 persen, sedangkan waktu pengembalian biaya
investasi yang ditanamkan adalah 1,40 tahun dimana pengusahaan pembesaran
juga layak untuk dikembangkan (Lampiran 8).
7.6. Analisis Switching Value
Analisis switching value dilakukan dengan menghitung perubahan
maksimum yang terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter. Parameter
yang digunakan yaitu penurunan harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi,
serta kenaikan harga pakan yaitu pelet sehingga keuntungan mendekati normal
dimana NPV mendekati atau sama dengan nol atau bisa juga dengan
menggunakan parameter IRR sama dengan tingkat suku bunga.
Hasil perhitungan analisis switching value kelompok tani LPPMPU pada
pengusahaan pembenihan ikan lele untuk penurunan harga jual output yaitu benih
ikan lele dengan ukuran 5-5,5 cm adalah sebesar 23 persen yaitu dari harga Rp
150,00 per ekor menjadi Rp 115 per ekor, sedangkan pada pengusahaan
pembesaran ikan lele yaitu sebesar 47 persen dari harga Rp 10.000,00 per
kilogram menjadi Rp 5.318,00 per kilogram. Apabila perubahan yang terjadi
melebihi dari batas tersebut maka pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan
lele menjadi tidak layak untuk diusahakan. Besarnya penurunan harga jual benih
ikan lele dan ikan lele ukuran konsumsi ini masih layak, apabila penurunan yang
terjadi terhadap harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi tidak lebih besar
dari 23 persen dan 47 persen.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value pada pengusahaan
pembenihan ikan lele terhadap kenaikan harga pakan benih ikan lele yaitu 64
persen untuk cacing sutra, 58 persen untuk pelet 99, dan 51 persen untuk pelet
hiprovit. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pengusahaan pembenihan dan
ikan lele masih layak untuk dilaksanakan apabila besarnya kenaikan harga pakan
cacing sutra, pelet 99, dan pelet hiprovit tidak melebihi dari 64 persen, 58 persen,
dan 51 persen.
Sementara itu kenaikan harga pakan pada pengusahaan pembesaran ikan
lele yaitu sebesar 49 persen untuk pakan pelet hiprovit, dan sebesar 31 persen
untuk pakan pelet 782, sehingga pengusahaan pembesaran ikan lele masih layak
untuk dilaksanakan apabila kenaikan harga pakan tidak melebihi dari 49 persen,
dan 31 persen (Lampiran 10).
Tabel 14. Analisis Switching Value Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani
LPPMPU
No
1.
Perubahan
Hasil (%)
Pembenihan Ikan Lele
Pembesaran Ikan Lele
23
47
a) cacing sutra
64
-
b) pelet 99
58
-
c) pelet hiprovit
51
49
-
31
Penurunan harga jual benih dan
ikan lele ukuran konsumsi
Kenaikan harga pakan :
2.
d) pelet 782
Download