1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun (Departemen Kehutanan, 2006). Perubahan penggunaan lahan hutan menjadi lahan pertanian intensif merupakan penyebab utama terjadinya degradasi hutan dan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS). Deforestasi yang tidak terkendali akan menyebabkan rendahnya luasan penutupan lahan oleh berbagai jenis vegetasi. Hal ini menyebabkan berkurangnya pasokan biomassa pohon maupun tanaman bawah yang merupakan sumber karbon tanah. Peranan karbon tanah dapat menentukan kondisi sifat fisik tanah. Menurunnya kualitas sifat fisik tanah dapat dicirikan oleh meningkatnya bobot isi dan menurunnya indeks stabilitas agregat tanah akibat rendahnya karbon tanah. Hal ini yang memicu terjadinya aliran permukaan dan erosi. Terjadinya erosi akan menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang mengandung bahan organik dan unsur hara, serta sifat fisik maupun biologi yang lebih baik dari lapisan bawahnya. Apabila erosi tidak ditekan akan menimbulkan kemunduran kondisi sifat fisik tanah yang tercermin antara lain menurunnya kemampuan tanah menahan air yang pada gilirannya lahan mengalami degradasi. Degradasi lahan di hulu DAS menyebabkan menurunnya kesuburan tanah dan daya dukung lahan untuk menyimpan air yang mengakibatkan kemunduran produktivitas tanah atau meluasnya lahan kritis. Dibagian hilir kerusakan diakibatkan oleh sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan saluran air dan sungai. Akibatnya, cadangan air tanah menjadi sangat terbatas, sehingga pada musim kemarau mengalami kekeringan dan sebaliknya pada musim hujan menyebabkan banjir di wilayah hilir. DAS Jenneberang Hulu penting karena menjadi pemasok air bagi Kota yang ada di hilir yaitu Kota Gowa, Makassar dan sekitarnya yang memiliki dam di Bili-Bili. Perubahan penggunaan lahan di hulu DAS Jenneberang tidak hanya 2 akan memberikan dampak di daerah di mana kegiatan tersebut berlangsung, tetapi juga akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk fluktuasi debit, transpor sedimen serta material yang terlarut dalam aliran sungai. Oleh karena itu sistem penggunaan lahan yang diterapkan di bagian hulu DAS akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas air pada wilayah hilir. Hasil penelitian Mustafa et al. (1995) menunjukkan fluktuasi debit aliran Sungai Jaleko (DAS Jenneberang) sangat berbeda nyata antara musim penghujan dan kemarau sepanjang tahun (1992-1994). 3 Debit maksimum 3 mencapai sekitar 422 m /detik dan debit minimum 2.6 m /detik. Kondisi hidrologi Sungai Jenneberang ini dapat menurunkan jumlah energi yang bisa dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di dam Bili-Bili yang menyangga penyediaan energi listrik dan sebagai sumber air bagi perusahaan air minum daerah (PDAM) di wilayah hilir yaitu Kotamadya Makassar. Akibat dari tuntutan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya maka hutan yang ada di DAS Jenneberang Hulu, sangat rentan untuk dikonversi menjadi daerah pertanian lahan kering atau wanatani (agroforestri). Bentuk atau tipe penggunaan lahan yang diusahakan sangat mempengaruhi tingkat sekuestrasi karbon dan daya simpan air pada lahan tersebut. Hal ini dapat dijelaskan karena setiap bentuk penggunaan lahan memiliki perbedaan dalam hal jumlah dan jenis vegetasi, kapasitas intersepsi air hujan, kapasitas genangan (daya tampung permukaan) sehingga mempengaruhi tingkat infiltrasi atau kemampuan tanah menyerap air dan dapat menentukan kapasitas memegang air (water holding capacity) di suatu DAS. Untuk mengatasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya diperlukan penerapan pola penggunaan lahan dalam bentuk agroforestri. Sistem agroforestri diperkirakan dapat mewujudkan cirri-ciri pertanian yang berkelanjutan pada areal pertanian karena dapat menghasilkan suatu kondisi yang hampir menyerupai hutan alami multistrata.. Secara teknis konservasi, adanya variasi antara tanaman pertanian (pangan, hortikultura) dengan rumput di antara tegakan tanaman tahunan, akan meningkatkan penutupan lahan yang lebih memadai. Sistem agroforestri dengan tajuk yang multistrata melindungi tanah terhadap kerusakan yang disebabkan oleh energi kinetik butir-butir hujan. Dengan demikian agroforestri mengurangi daya transportasi aliran permukaan, menahan sedimen, meningkatkan pasokan air ke dalam tanah dan mengurangi 3 evaporasi sehingga meningkatkan ketersediaan air tanah, dan meningkatkan cadangan air di musim kemarau. Selain itu asupan residu organik yang berasal dari guguran daun tanaman pohon dan semak akan berfungsi sebagai mulsa dan hasil dekomposisinya akan mempertahankan kandungan bahan organik serta unsur hara dalam tanah. Dengan demikian, selain mereduksi laju aliran permukaan, erosi dan sedimentasi, sistem agroforestri juga dapat meningkatkan kualitas sifat fisik dan kimia tanah. Vegetasi yang berbeda mempunyai karakter yang berbeda dalam kemampuan menambat karbon dan kemampuan berinteraksi dengan tanah menghasilkan bahan organik tanah. Interaksi bahan organik dan mikroorganisme tanah dapat memperbaiki agregat dan struktur tanah. Struktur tanah yang baik dapat meningkatkan laju infiltrasi tanah, sehingga dapat memperbaiki fungsi hidrologi suatu DAS. Dengan demikian fungsi hidrologi yang baik dapat meningkatkan kapasitas suatu DAS menampung air ( Gambar 1). 4 Daerah Aliran Sungai (DAS) Perubahan Pengg. Lahan Hutan Alam Tan. Pangan Agroforestri Penutupan Vegetasi : - Biomassa Total - C-Organik Tanah Sifat Fisik Tanah: - Agregat - Infiltrasi Aliran Perm. & Erosi Sekuestrasi C Gambar 1. Kerangka pemikiran dalam melakukan penelitian Daya Simpan Air DAS 5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji tingkat erosi, sekuestrasi karbon dan daya simpan air pada berbagai tipe penggunaan lahan di Sub DAS Jenneberang Hulu. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dan petani dalam menentukan tipe penggunaan lahan dan agroteknologi yang diterapkan berdasarkan kondisi biofisik wilayah setempat. Hipotesis 1. Perubahan penggunaan lahan dari lahan hutan alam menjadi bentuk agroforestri akan meningkatkan aliran permukaan dan erosi, menurunkan kualitas sifat fisik tanah, sekuestrasi karbon dan daya simpan air dalam tanah. 2. Tingkat sekuestrasi karbon tanah akan berkorelasi dengan bobot isi tanah, porositas, permeabilitas dan daya simpan air tanah. 3. Perubahan penggunaan lahan hutan alam menjadi bentuk agroforestri dan usaha tani tanaman pangan akan menurunkan daya simpan air dalam suatu DAS.