7 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Istilah komunikasi

advertisement
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Komunikasi
Istilah komunikasi yang semula merupakan fenomena sosial, kemudian
menjadi ilmu yang secara akademik berdisiplin mandiri, dewasa ini dianggap
amat penting sehubungan dengan dampak sosial yang menjadi kendala bagi
kemaslahatan umat manusia akibat perkembangan tekhnologi.
Ilmu Komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu
mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi, antarkelompok, antar suku,
antar bangsa, dan antar ras, membina kesatuan dan persatuan umat manusia
penghuni bumi. Pentingnya studi komunikasi karena permasalahan-permasalahan
yang timbul akibat komunikasi.
2.1.1. Pengertian Komunikasi
Pengertian kata komunikasi itu sendiri berasal dari perkataan bahasa
Latin: communicatio yang berarti “pemberitahuan“ atau "pertukaran
pikiran.” Jadi secara garis besarnya, dalam suatu proses komunikasi
haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu
pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebar pesan)
dan komunikan (penerima pesan).13
Jadi antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi harus
terdapat kesamaan makna. Jika tidak terjadi kesamaan makna, maka
13
Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasi),
Edisi Revisi, Cet.3, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hal.77
7
8
komunikasi tidak berlangsung. Untuk menjelaskan hubungan antara
komponen-komponen dasar yang biasanya ada dalam proses komunikasi
model yang lebih konprehensif dan banyak digunakan adalah model
Shannon Weaver.
Gambar 2.1.
Model Proses Komunikasi Shannon – Weaver
Source
Transmitter
Message
Receiver
Destination
Noise
Pengertian Ilmu Komunikasi menurut Carl I. Hovland, yang dikutip
oleh Onong Uchjana Effendy dari bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktek, adalah:
”A systematic attempt to formulate in rigorous fashion the
principles by which in formation in transmitted and opinions and
attitudes are formed”. (”Upaya yang sistematis untuk merumuskan
secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan
pendapat dan sikap”). 14
Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek
studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga
pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public
14
Onong U. Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Remaja Rosdakarya, Bandung,
2001), hal. 4
9
attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan
peran yang amat penting.
Menurut Alex Gode, pengertian komunikasi dalam bukunya What is
Communication?: "Its process that make common to two or several what
was monopoly of one or some".15 (Komunikasi adalah suatu proses yang
mengubah kebiasaan-kebiasaan seseorang atau lebih).
Menurut John B. Hoben: "Communication is the verbal interchange
of a thought or idea."16 (Komunikasi adalah suatu yang mengubah perilaku
atau pikiran),
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah proses yang mengubah pikiran dan perilaku seseorang atau lebih.
Betapa luasnya komunikasi ini didefinisikan oleh Joseph A. Devito
yang dikutip oleh Onong U. Effendy dalam bukunya yang berjudul ‘Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek’ adalah sebagai berikut:
“The act, by one or more persons, of sending and receiving
messages distorted noise, within a context, with some affect and
with some opportunity for feedback. The communication act, then,
would include the following components; context, source(s),
receiver(s), messages, channels, noise, sending or encoding
processes receiving, decoding processes, feedback and effect.
These elements seem the most essensial in any consideration of the
communication act. They are what we might call the universals of
communication: …the elements that are presents in every
communications act, regardless of whether it intrapersonal,
interpersonal, small group, public speaking, mass communication
or intercultural communication.” (“Kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima
pesan, yang mendapat distorsi dari gangguan-gangguan, dalam
suatu konteks, yang menimbulkan efek dan kesempatan untuk arus
15
16
Alex Gode, What is Communication?, (Jurnal of Communication 9, 1959) page 5.
John B. Hoben, English Communication at Codgate Re-Examined, (Journal
Communication 4, 1954) page 77.
of
10
balik. Oleh karena itu, kegiatan komunikasi meliputi komponenkomponen sebagai berikut: konteks, sumber, penerima, pesan,
saluran, gangguan, proses penyampaian atau proses encoding,
penerimaan atau proses decoding, arus balik dan efek. Unsur-unsur
tersebut agaknya paling essensial dalam setiap pertimbangan
mengenai kegiatan komunikasi. Ini dapat kita namakan
kesemestaan komunikasi;...unsur-unsur yang terdapat pada setiap
kegiatan komunikasi, apakah itu intra personal, antar personal,
kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau komunikasi antar
budaya.”).17
Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila terjadinya saling pengertian,
yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan si penerima informasi dapat
memahami. Hal ini tidak berarti bahwa kedua belah pihak harus menyetujui
sesuatu gagasan tersebut. Yang penting adalah kedua belah pihak samasama memahami gagasan tersebut. Dalam hal seperti inilah baru dapat
dikatakan bahwa komunikasi telah berhasil (komunikatif).
2.1.2. Karakteristik Komunikasi
Komunikasi
memiliki
sejumlah
karakteristik
sebagaimana
disebutkan oleh A.W. Widjaja dalam buku Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat tentang sejumlah komponen dan unsur yang dicakup dan
merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur dari
tahap proses komunikasi adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
17
Sumber
Komunikator
Pesan
Saluran
Komunikan
Onong U.Effendy, Op.cit, hal. 50
11
6. Efek.23
Dari enam komponen atau unsur dari proses komunikasi dapat
diuraikan sebagai beriktu:
a. Source (sumber)
Adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang
digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat
berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.
b. Communicator (komunikator = penyampai pesan)
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,
kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio,
televisi, film dan sebagainya. Dalam komunikator menyampaikan pesan
kadang-kadang
komunikator
menjadi
komunikan
sebaliknya
komunikan menjadi komunikator.
c. Message (pesan)
Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai
pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku
komunikan. Bentuk pesan dapat bersifat informatif, persuasif dan
coersif.
d. Channel (saluran)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima
melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya yang
23
A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Bumi Aksara Jakarta,1993) hal.20
12
sering dilakukan dapat berlangsung menurut dua saluran yaitu: saluran
formal atau yang bersifat resmi dan saluran informal atau yang bersifat
tidak resmi.
e. Communican (komunikan = penerima pesan)
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam tiga jenis
yaitu komunikasi persona, komunikasi kelompok dan komunikasi
massa.
f. Effect (hasil)
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah
laku orang sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika
sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai maka berarti komunikasi
berhasil. Demikian pula sebaliknya.
Dalam pembahasan unsur proses komunikasi di atas terlihat
komunikasi menggunakan media tertentu untuk mencapai sasaran yang
jauh tempatnya atau banyak jumlahnya. Dalam situasi tertentu komunikasi
dimaksudkan atau ditujukan untuk merubah sikap (attitute), pendapat
(opinion) atau tingkah laku (behaviour) seseorang atau sejumlah orang,
sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.
Proses komunikasi bertujuan untuk mencapai saling pengertian
antara dua belah pihak. Sebelum komunikator mengirimkan pesan kepada
komunikan, terlebih dahulu dalam proses komunikasi tersebut memberikan
makna dalam pesan-pesan itu (decode). Pesan tersebut ditangkap oleh
13
komunikan dan diberikan makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya
(encode).
Melalui transfer informasi atau pesan-pesan itu terjadi proses
interpretasi yaitu komunikan menafsirkan makna ‘decode” menjadi
“encode” dari berbagai sudut pandangnya, berasal dari kerangka
pengalamannya (field of experiences) dan kerangka referensinya (frame of
references). Dan kemudian pihak komunikan akan memberikan reaksi atau
umpan balik baik persepsi yang bersifat positif maupun yang bersifat
negatif kepada komunikator.
Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya
diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan
individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide.
2.1.3. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi yang dikemukan oleh Onong Uchjana Effendy
dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Prkatek mengatakan fungsi
komunikasi itu terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Informasi
Sosialisasi
Motivasi
Perdebatan dan diskusi
Pendidikan
Memajukan kebudayaan
Hiburan
Integrasi.18
Dari delapan fungsi komunikasi diatas tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
18
Op.cit, hal. 9-10
14
a. Infomasi:
pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data,
gambar, fakta dan pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar
dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan
dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
b. Sosialisasi (pemasyarakatan)
Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang
bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif
sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam
masyarakat.
c. Motivasi
Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka
panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya,
mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan
bersama yang akan dikejar.
d. Perdebatan dan diskusi
Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk
memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat
mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang
diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan
diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama di tingkat
nasional dan lokal.
15
e. Pendidikan
Pengalihan pengetahuan sehingga mendorong perkembangan ilmu
intelektual, pembentuk watak dan pendidikan ketrampilan dan
kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
f. Memajukan kebudayaan
Penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan
warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas
horison seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong kreatifitas
dan kebutuhan estetikanya.
g. Hiburan
Penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan image dari drama, tari,
kesenian, kesusasteraan, musik dan olah raga, permainan dan lain-lain
untuk rekreasi, kesenangan kelompok dan individu.
h. Integrasi
Menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan untuk
memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat
saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi, pandangan dan
keinginan orang lain.
2.2.
Komunikasi Politik
Para pakar telah memberikan upaya maksimal dalam memperkaya
rujukan dunia ilmu pengetahuan khususnya ilmu komunikasi. Maswadi
Rauf seorang pakar politik menempatkan komunikasi politik sebagai objek
16
kajian ilmu politik, karena pesan-pesan yang disampaikan dalam proses
komunikasi bercirikan politik yaitu berkait kekuasaan politik negara,
pemerintahan dan aktivitas komunikator dalam kedudukan sebagai pelaku
kegiatan politik.
Maswadi Rauf melihat komunikasi politik dari dua dimensi, yaitu
komunikasi politik sebagai sebuah kegiatan politik dan sebagai kegiatan
ilmiah.
”Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian
pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada
fihak lain. Kegiatan ini bersifat empirik, karena dilakukan secara
nyata dalam kehidupan sosial. Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah,
komunikasi politik adalah salah satu kegiatan politik dalam sistem
politik.”7
Rusadi Kantaprawira, melihat komunikasi politik dari sisi
kegunaannya.
Menurutnya
”komunikasi
politik
adalah
untuk
menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran
intern golongan, instansi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik
masyarakat dengan sektor kehidupan politik pemerintah.”8
Astrid S. Soesanto dalam buku Komunikasi Sosial di Indonesia
menyatakan bahwa komunikasi politik
".... adalah komunikasi diarahkan kepada pencapaian suatu
pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh
jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua warganya
melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembagalembaga politik".9
7
8
9
Soemarno, AP., Komunikasi Politik, Cetakan Keempat (Pusat Penerbitan Universitas Terbuka,
Depdiknas, Jakarta, 2004) hal. 1.4
ibid
ibid
17
Formulasi pengertian yang sangat unik dinyatakan oleh Dan Nimmo
menyatakan bahwa komunikasi politik adalah sebagai berikut:
"... It is a book of Political Communication (activity) consider
political by virtue of its consequences (actual and potential) which
regulate human conduct under conditions of conflict”10
Dan Nimmo menggunakan istilah politik untuk mengartikan
kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan mereka di dalam
kondisi konflik sosial.
Formulasi pemikiran Dan Nimmo adalah penekanan pada kondisi
konflik sosial. Dan Nimmo melihat kegiatan politik dari situasi perselisihan
(konflik). Padahal sebaliknya kehadiran komunikasi politik adalah untuk
mewujudkan kondisi sosial, kondisi pemerintahan dan kondisi negara
dalam keadaan tentram dan harmonis. Karena itu akan lebih jelas tentang
pengertian komunikasi politik apabila Dan Nimmo mengangkat buah
pikiran Mark Roelofs yang menyatakan bahwa komunikasi politik dalam
“Komunikasi politik adalah pembicaraan tentang politik atau kegiatan
politik adalah berbicara.”11
Komunikasi politik (political communication) menurut Kamus
Komunikasi adalah:
“Komunikasi yang dilakukan oleh seseorang, sekelompok orang,
atau seuatu lembaga dalam rangka upaya memperoleh kewenangan
untuk membela rakyat, baik dalam peranannya sebagai pejabat
pemerintah maupun sebagai anggota suatu badan yang dapat
mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah. Istilah “politik” berasal
10
11
ibid
ibid
18
dari bahasa Latin “politic (us)” atau bahasa Yunani “politicos”
yang berarti penduduk.”12
Menurut Rauf, sebagaimana dikutip oleh Soemarno:
“Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian
pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada
fihak lain. Kegiatan ini bersifat empirik, karena dilakukan secara
nyata dalam kehidupan sosial. Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah,
komunikasi politik adalah salah satu kegiatan politik dalam sistem
politik.”13
Sementara Komunikasi Politik menurut Soemarno adalah:
“Komunikasi politik adalah suatu proses dan kegiatan-kegiatan
membentuk sikap dan perilaku politik yang terintegrasi ke dalam
suatu sistem politik dengan menggunakan seperangkat simbolsimbol yang berarti.”14
Pengertian Seomarno tersebut menunjuk kepada sikap dan perilaku
seluruh individu yang dalam sebuah lingkup sistem politik, sistem
pemerintahan atau sistem nilai baik sebagai pemegang kekuasaan maupun
sebagai masyarakat untuk terwujudnya suatu jalinan komunikasi antara
pemegang kekuasaan (pemerintah) dengan masyarakat yang mengarah
kepada sifat-sifat integratif.
Konstruksi pengertian tersebut mencerminkan suatu bangunan
kehidupan negara dan pemerintahan dengan segala kompleksitasnya di
dalam mencapai tujuan negara, sehingga akan tampak jelas perpaduan
seluruh unsur yang ada dalam lingkup negara sebagai produk komunikasi
politik. Karena itu proses komunikasi politik bukan meinbahas suatu proses
yang bersifat temporer atau situasional tertentu, namun bahasan komunikasi
12
13
14
Onong Uchjaha Efendi, Kamus Komunikasi, (PT. Remadja Rosdakarya, Bandung, 1995) hal.
277
Soemarno, AP., loc.cit., hal. 1.4
ibid, hal. 1.5
19
politik akan menampakkan identitas keilmuan, baik sebagai: ilmu murni
(pure science) yang bersifat ideal, maupun sebagai ilmu terapan (applied
science) yang berada dalam dunia empiris.
2.2.1. Unsur-Unsur Komunikasi Politik
Sebagaimana unsur-unsur komunikasi pada umumnya, maka
komunikasi politikpun terdiri dari beberapa unsur, yaitu: Komunikator
Politik, Komunikan, Isi Komunikasi, Media Komunikasi, Tujuan
Komunikasi, Sumber dan Efek. Berikut adalah rangkuman unsur-unsur
komunikasi politik sebagaimana dinyatakan oleh Soemarno:15
1. Komunikator
Yang dimaksud komunikator dalam komunikasi politik adalah individuindividu yang menduduki struktur kekuasaan, individu-individu yang
berada dalam suatu institusi, asosiasi, partai politik, lembaga pengelola
media massa dan tokoh-tokoh masyarakat. Komunikator Politik dapat
pula berupa bangsa, Badan-badan International dan mereka yang
mendapat tugas atas nama negara.
Komunikator
politik
merupakan
bagian
integral
dalam
berlangsungnya proses komunikasi. Komunikator politik memberi
wama dominan terhadap proses komunikasi yaitu komunikator yang
menduduki struktur kekuasaan, karena merekalah yang mengelola dan
mengendalikan lalu lintas transformasi pesan-pesan komunikasi dan
mereka yang menentukan kebijaksanaan komunikasi nasional. Seorang
15
Soemarno, AP., Op.cit., hal. 1.8-1.10
20
komunikator dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan agar setiap
proses komunikasi yang berlangsung dapat mencapai sasaran yang
diharapkan. Persyaratan-persyaratan tersebut, yaitu:
Selain komunikator yang berada pada lembaga kekuasaan yaitu
para elit berkuasa, terdapat pula komunikator-komunikator yang berada
pada masyarakat yang disebut juga elit masyarakat. Komunikator yang
berada pada lembaga-lembaga kekuasaan disebut juga sebagai
komunikator utama atau komunikator politik.
2. Komunikan
Komunikan dapat bersifat individual atau perorangan, dapat juga berupa
institusi, organisasi, masyarakat secara keseluruhan, partai politik atau
negara lain.
3. Isi (Pesan-pesan) Komunikasi
Isi (pesan-pesan) komunikasi merupakan produk penguasa atau lembaga
kekuasaan setelah melalui proses encoding atau setelah diformulasi ke
dalam simbolsimbol yang sesuai kapasitas sasaran. Namun pada
dasarnya isi komunikasi, akan terdiri dari:
(a) Seperangkat norma yang mengatur lalu lintas dan transformasi
pesan-pesan.
(b) Panduan dan nilai-nilai idealis yang tertuju kepada upaya
mempertahankan dan pelestarian sistem yang sedang berlangsung.
(c) Sejumlah metode ataq cara pendekatan untuk mewujudkan sifatsifat integratif bagi penghuni sistem.
21
(d) Karakteristik yang menunjukkan identitas nasionaj.
(e) Motivasi sebagai dorongan dasar yang memacu pada upaya
modernisasi (pembaharuan - pembangunan).
4. Media komunikasi
Media komunikasi sebagai alat transformasi pesan-pesan komunikasi
dari penguasa kepada masyarakat. Media komunikasi menjadi pusat
perhatian penguasa sebagai alat untuk mendapat legitimasi rakyat di
dalam memperkuat kedudukan penguasa melalui informasi-informasi
yang disampaikan.
5. Tujuan Komunikasi
Dalam komunikasi politik tujuan komunikasi selalu menyatu dengan
tujuan pemerintah atau tujuan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka sumber sumber komunikasi di tata secara bijak melalui
perencanaan yang matang dan terarah. Sifat dan bentuk tujuan yang
hendak dicapai akan sangat bergantung kepada sistem politik yang
mendasarinya. Hal ini akan tampak jelas dari ideal normatif negara yang
tertuang dalam ketentuan normatif masing-masing sistem.
Keberhasilan proses komunikasi pada akhirnya bermuara pada
kemampuan komunikator di dalam memotivasi komunikan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu sesuai kebijaksanaan (policy) yang
telah ditetapkan komunikator (elit berkuasa, pemerintah).
22
6. Sumber Komunikasi Politik
Sumber
(source)
sangat
menentukan
kualitas
dan
kredibilitas
komunikasi. Sumber diartikan sebagai asal keluarnya, diperolehnya atau
munculnya informasiinformasi yang dapat dijadikan materi pesan.
Sumber bisa berasal dari individu atau dapat pula berasal dari
seperangkat norma-norma, kitab suci atau dari dokumen-dokumen yang
tersimpan secara terpelihara dan lain-lain.
2.3.
Komunikasi Massa
Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan
Bittner adalah: “Mass communication is messages communicated through a mass
medium to a large number of people” (Komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).16
Ahli
komunikasi
yang
lain
mendefinisikan
komunikasi
dengan
memperinci karakteristik komunikasi massa. Gerbner (1967) menulis, “Mass
communication is the technologically and institutionally based production and
distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial
societies” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki
orang dalam masyarakat industri).17
Definisi komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis
komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa
16
17
Elvinaro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Revisi, (Simbiosa
Rekatama Media, Bandung, 2007) hal. 63
Elvinaro Ardianto, dkk, Op.cit., hal. 3
23
dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya
satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa
juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk
menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang
sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat.18
Bagi Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan
istilah sejumlah populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari
berbagai lapisan masyarakat. Artinya pesan tidak hanya ditujukan untuk
sekelompok orang tertentu, melainkan untuk semua orang. Freidson menunjukkan
ciri komunikasi massa yaitu adanya unsur keserempakan penerimaan pesan oleh
komunikan, dimana pesan dapat mencapai pada saat yang sama kepada semua
orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat.
Wright sebagaimana dikutip kembali oleh Elvinaro dkk., mengemukakan
definisi komunikasi massa sebagai berikut:
”This new form can be distinguished from older types by the following
major characteristics: it is directed toward relatively large, heterogenous,
and anonymous audiences; messages are transmitted publicly, often times
to reach most audience members simultaneously, and are transient in
character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex
organization that may involve great expense”19 (bentuk baru [komunikasi]
ini bisa dibedakan dari bentuk yang lama berdasarkan karakteristik
utamanya yaitu: diarahkan pada pemirsa dalam jumlah besar yang
heterogen dan anonim; pesanya disiarkan secara umum, seringkali secara
simultan dan; komunikator bekerja dalam organisasi kompleks yang
melibatkan biaya operasional yang besar).
Definisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright menggambarkan
karakteristik komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright, karakteristik
18
19
ibid, hal. 4
ibid
24
komunikasi massa adalah diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen
dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, waktu penyampaian kebanyakan
serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderutng berada atau bergerak dalam
organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar.
De Vito mengemukakan definisinya tentang komunikasi massa dalam dua
pokok, yaitu: ”pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan
kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti
bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton
televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar
untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang
disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan/atau visual. Komunikasi
massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut
bentuknya: televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film".20
Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa tersebut menjadi:
"Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui
media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat.”21
Dari definisi-definisi di atas, maka komunikasi massa bisa diartikan
sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang
sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
2.3.1. Fungsi Komunikasi Massa
20
21
Elvinaro Ardianto, dkk, Op.cit., hal. 6
ibid
25
Menurut Dominick (2001) sebagaimana dikutip kembali oleh
Elvinaro dkk., fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari fungsi
”surveillance
(pengawasan),
interpretation
(penafsiran),
linkage
(keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment
(hiburan).”22
Menurut Effendy dalam Elvinaro dkk., Komunikasi massa
mempunyai empat fungsi, yaitu: 1. fungsi informasi; 2. fungsi pendidikan;
3. fungsi mempengaruhi; dan 4. fungsi meyakinkan (to persuade).
2.3.2. Efek Komunikasi Massa
Stamm (1990) menyatakan bahwa "efek komunikasi massa terdiri
atas primary effect dan secondary effect.”23
Menurut Steven M. Chaffee, efek media massa dapat dilihat dari
tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang
berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah
dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi
massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau dengan
istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif dan behavioral.
Pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap khalayak (individu, kelompok,
organisasi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa.24
Efek Kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek ini, bagaimana media massa
dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasinya yang
22
23
24
Elvinaro dkk., Op.cit, hal. 14
ibid, hal. 50
ibid
26
bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Efek Afektif:
Tujuannya adalah khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba,
terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. Efek Behavioral:
Merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku,
tindakan atau kegiatan.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas efek komunikasi bisa
dikatakan sebagai akibat yang ditimbulkan terhadap pesan yang
disampaikan melalui media massa, efek tersebut bisa berupa kognitif
(bersifat informatif tentang: benda, orang tua, tempat), afektif (berkaitan
dengan perasaan) dan behavioral (berkaitan dengan perilaku dan tindakan).
2.3.3. Media Komunikasi Massa
Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass
communication, sebagai kependekan dari mass media communication.
Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi
yang mass mediated. Massa berarti orang banyak yang tidak harus berada
di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di
berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat
memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama.
Sedangkan menurut pandangan penulis media adalah suatu agen
yang secara aktif menafsirkan suatu kejadian realitas untuk disajikan
kepada khalayak. Suatu media akan memilih realitas mana yang akan
diambil dan mana yang tidak diambil.
27
2.3.4. Karakteristik Media Komunikasi Massa
Karakteristik komunikasi massa sebagaimana dinyatakan oleh
Elvinaro Ardianto dkk, dalam Komunikasi Massa Suatu Pengantar adalah
sebagai berikut:
a. Komunikator Terlembagakan.
Komunikasi massa menggunakan media massa, baik media cetak
maupun elektronik, komunikasi massa melibatkan lembaga, dan
komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Apabila
pesan itu akan disampaikan melalui surat kabar, maka prosesnya adalah
sebagai berikut: komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel,
baik atas keinginannya atau atas permintaan media massa yang
bersangkutan.
Selanjutnya,
pesan
tersebut
diperiksa
oleh
penanggungjawab rubrik. Dari penanggung jawab rubrik diserahkan
kepada redaksi untuk diperiksa laik tidaknya pesan itu untuk dimuat
dengan pertimbangan utama tidak menyalahi kebijakan dari lembaga
media massa itu. Ketika sudah laik, pesan dibuat setting-nya, lain
diperiksa oleh korektor, disusun oleh lay-out man agar komposisinya
bagus, dibuat plate, kemudian masuk mesin cetak. Tahap akhir setelah
dicetak merupakan tugas bagian distribusi untuk mendistribusikan surat
kabar yang berisi pesan itu kepada pembacanya.
b. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu
ditujukan untuk semua orange dan tidak ditujukan untuk sekelompok
28
orang tertentu. Pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan
komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini.
c. Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen.
Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan
(anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap
muka. Di samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah
heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang
berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan
tingkat ekonomi.
d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Komunikasi menggunakan media massa memiliki jumlah sasaran
khalayak atau komunikan yang relatif banyak dan tidak terbatas yang
bisa dicapainya secara serempak pada waktu yang bersamaan.
e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan.
Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai
dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menujukkan muatan
atau isi komunikasi, yakni apa yang dikatakan, sedangkan dimensi
hubungan menunjukkan bagaimana yang mengatakannya.25
Berbeda
dengan
komunikasi
antarpersona
dimana
yang
diutamakan adalah unsur hubungan. Sehingga semakin saling mengenal
25
Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000), hal. 99
29
antar pelaku komunikasi, maka komunikasinya semakin efektif dalam
konteks komunikasi massa, komunikator tidak harus mengenal
komunikannya, dan sebaliknya. Yang penting, bagaimana seorang
komunikator menyusun pesan secara sistematis, baik, sesuai dengan
jenis medianya, agar komunikannya bisa memahami isi pesan tersebut.
Itulah sebabnya mengapa perlu ada cara penulisan lead untuk media
cetak, lead untuk media elektronik (radio maupun televisi), cara
menulis artikel yang baik, dan seterusnya. Semua itu menunjukkan
pentingnya unsur isi dalam komunikasi massa.
f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Karena dalam media massa, komunikator dan komunikannya tidak
dapat melakukan kontak langsung. komunikator aktif menyampaikan
pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya
tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam
komunikasi antarpersona. Dengan kata lain, komunikasi massa itu
bersifat satu arah.
g. Stimulasi Alat Indra Terbatas
Pada komunikasi antar personal yang bersifat tatap muka, seluruh alat
indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat
digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat,
mendengar secara langsung, bahkan merasa. Dalam komunikasi massa,
stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat
kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan
30
rekaman auditif, khayalak hanya mendengar, sedangkan pada media
televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
h. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)
Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan
feedback merupakan faktor penting dalam proses komunikasi antar
personal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Efektivitas
komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan
oleh komunikan.
Dalam proses komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung
dan tertunda, artinya komunikator tidak bisa dengan esgera mengetahui
bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.
Tanggapan khalayak bisa diterima melalui telpon, email, atau surat
pembaca sehingga bersifat tidak langsung. Sedangkan waktu untuk
menggunakan telpon, menulis surat pembaca, mengirim email
menunjukkan bahwa feedback yang terjadi bersifat tertunda (delayed).
2.3.5. Jenis-jenis Media Komunikasi Massa
Ada 6 jenis media komunikasi massa sebagaimana dinyatakan oleh
Elvinaro Ardianto dkk, dalam Komunikasi Massa Suatu Pengantar, yaitu:
a. Surat Kabar
b. Majalah
c. Radio Siaran
d. Televisi
31
e. Film
f. Komputer dan Internet.
2.4.
Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan media
massa lainnya. Menurut sejarah keberadaan surat kabar dimulai sejak
ditemukannya mesin cetak oleh Johann Guternberg di Jerman.
Surat kabar merupakan salah satu saluran komunikasi massa, dimana
komunikasi massa merupaka suatu tipe komunikasi yang lahir bersamaan dengan
mulai digunakannya alat-alat mekanik. Surat kabar masa kini adalah unik dan
personal. Saat ini surat kabar dapat dikatakan sebagai teman pribadi yang
mencapai lebih banyak orang dibandingkan dengan televisi dikarenakan akses dan
variasi programnya. Saat ini surat kabar telah menjadi bagian keseharian kita yang
menawarkan berbagai macam variasi seperti hiburan, informasi dan pendidikan.
2.4.1. Karakteristik Surat Kabar
Untuk dapat memanfaatkan media massa secara maksimal dem
tercapainya tujuan komunikasi, seorang komunikator harus mengetahui
karakteristik media massa yang akan digunakannya. Karakteristik surat
kabar sebagai media massa mencakup: publisitas, periodesitas, universalitas
aktualitas dan terdokumentasikan.
a. Publisitas
Publisitas atau publicity adalah penyebaran pada publik atai khalayak
(Effendy, 1981:98). Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah
32
pesan dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya khalayak yang terseba
di berbagai tempat, karena pesan tersebut panting untuk diketahui
umum, atau menarik bagi khalayak pada umumnya. Dengan demikian,
semua aktivitas manusia yang menyangkut kepentingan umum dan atau
menarik untuk umum layak disebarluaskan.
b. Periodesitas
Periodesitas menunjuk pada keteraturan terbit pada surat kabar. Sifat
periodesitas sangat penting dimiliki media massa khususnya surat
kabar.
c. Universalitas
Universalitas menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam
dan dari seluruh dunia. Dengan demikian atau isi surat kabar meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia, seperti masalah sosial, ekonomi,
budaya, agama, pendidikan, keamanan dan lain-lain. Selain itu, lingkup
kegiatannya bersifat lokal, regional, nasional bahkan internasional.
d. Aktualitas
Aktualitas, menurut kata asalnya, berarti "kini" dan "keadaan
sebenarnya" (Effendy, 1981:99). Kedua istilah tersebut erat kaitannya
dengan berita, karena definisi berita adalah laporan tercepat mengenai
fakta-fakta atau opini yang penting atau menarik minat, atau keduakeduanya bagi sejumlah besar orang (news is the timely report of facts
or opinion of either interst or impportance, or both, to a considerable
number of people) (Charnley, 1965:34).
33
Laporan tercepat menunjuk pada "kekinian" atau terbaru dan
masih hangat. Fakta dan peristiwa penting atau menarik tiap hari
berganti dan perlu untuk dilaporkan, karena khalayak pun memerlukan
informasi yang paling baru. Hal ini dilakukan oleh surat kabar, karena
surat kabar sebagian besar memuat berbagai jenis berita.
e. Terdokumentasikan
Berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau
artikel oleh pihak-pihak tertentu bisa dianggap penting untuk diarsipkan
atau di buat kliping. Misalnya karena berita tersebut berkaitan dengan
instansinya,
atau
artikel
itu
bermanfant
untuk
menambah
pengetahuannya. Kliping berita oleh sebuah instansi biasanya dilakukan
oleh staf public relations untuk dpelajari dalam rangka menentukan
kebijakan selanjutnya,
2.4.2. Fungsi Surat Kabar
Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan
persuasif), fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi.
Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu
keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Karenanya
sebagian besar rubrik surat kabar terdiri dari berbagai jenis berita. Namun
demikian, fungsi hiburan surat kabar pun tidak terabaikan karena
tersedianya rubrik-rubrik artikel ringan, rubrik cerita bergambar atau
komik, serta cerita bersambung. Fungsi pendidikan dan mempengaruhi bisa
ditemui pada artikel ilmiah, tajuk rencana atau editorial dan rubrik opini.
34
Fungsi pers, khususnya surat kabar pada perkembangannya mengalami
perkembangan sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif.
Dalam konteks pemberitaan berita kampanye pemilihan Presiden,
surat kabar berfungsi sebagai media informasi yang memberitakan tentang
partai, kandidat dan kampanye politik mereka; sebagai media edukasi yang
memberikan pendidikan politik bagi pembacanya dan sebagai media
persuasif yang mempengaruhi pembacanya untuk membentuk opini dan
menentukan tindakan.
2.5.
Berita
2.5.1. Pengertian Berita
Berita menurut Dr Wilard C Blayer adalah sesuatu yang termasa
(baru) yang dipilih oleh wartawan untuk di muat di surat kabar, karena itu
ia dapat menarik atau mempunyai makna dan dapat minat bagi pembaca
surat kabar.26
Sebenarnya definisi mengenai berita sangatlah banyak, sebanyak
jumlah jurnalis yang memiliki latar belakang yang berbeda–beda
mendefinisikannya.27 Masalahnya, tidak ada definisi berita yang disepakati.
Berita adalah sekaligus semua atau tidak satu pun dari yang berikut ini: apa
yang dikatakan, dilakukan, dan dijual oleh wartawan dalam kerangka
pembatasan intitusional, ekonomis, teknologi, sosial, dan psikologis. Tidak
26
27
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000), hal 47
Dan Nimmo, Komunikasi Politik, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000), hal 215
35
ada keriteria tentang apa itu berita karena berita bukanlah hal atau produk
yang tetap, melainkan berita adalah proses pembuatan berita.28
Dengan pengertian lain diatas, berita merupakan hak atau produk
yang tetap melainkan proses pembuatan. Menyangkut pengertian tersebut,
pandangan kaum kontruksionis mengartikan berita sebagai hasil dari
kontruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideology, dan nilai–
nilai dari wartawan atau nedia. Bagaimana realitas itu di jadikan berita
sangat tergantung pada bagaimana fakta itu di pahami dan dimaknai.29
Berita merupakan cermin dari realitas. Realitas yang sama bisa jadi
menghasilkan berita yang berbeda. Berita kampanye yang sama, bisa
diberitakan dengan sudut pandang yang berbeda. Perbedaan pendekatan
positivis dan kontruksionis dalam memahami berita mengakibatkan
perbedaan pula dalam hal bagaimana hasil seorang kerja wartawan
seharusnya dinilai. Karena diandaikan ada realitas yang obyektif, maka
berita yang baik haruslah mencerminkan realitas tersebut. Seemntara dalam
konsepsi kontruksionis, berita adalah representasi dari realitas. Berita yang
kita baca pada dasarnya hasil dari kontruksi kerja jurnalistik, bukan kaidah
baku jurnalistik. Semua proses kontruksi (mulai dari memilih fakta,
sumber, pemakaian kata, gambar, sampai penyuntingan) memberi andil
bagaimana realitas tersebut hadir dihadapkan khalayak.30
Menurut pandangan kontruksionis berita bersifat subyektif, karena
berita adalah produk dari kontruksi dan pemaknaan atas realitas.
28
29
30
Ibid, hal 216
Erianto, Analisis Framing, Op, Cit, hal 25
Ibid, hal 26
36
Penempatan sumber berita yang menonjol, liputan yang satu sisi,
merugikan pihak lain, tidak berimbang, dan secara nyata memihak suatu
kelompok, kesemuanya itu tidaklah dianggap sebagai kekeliruan atau bias,
tetapi dianggap kewajaran praktik kerja yang dijalankan oleh wartawan.
Terkait dengan teori Agenda Setting, media melakukan seleksi
sebelum melaporkan berita kemudian melakukan gatekeeping terhadap
informasi dan akan membuat pilihan apa saja yang akan diberitakan dan
tidak. Media massa memiliki kemampuan untuk memberitahukan kepada
masyarakat atau khalayak tentang isu-isu tertentu yang dianggap penting
dan kemudian khalayak tidak hanya mempelajari dan memahami isu-isu
pemberitaan tapi juga seberapa penting arti suatu isu atau topik berdasarkan
cara media massa memberikan penekanan terhadap isu tersebut. Jadi apa
yang dianggap penting dan menjadi agenda media maka itu pulalah yang
juga dianggap penting dan menjadi media bagi khalayak.Apa yang
diketahui oleh khalayak pada umumnya merupakan hasil dari media
gatekeeping.
Dengan kata lain, media massa mempunyai kemampuan untuk
memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya penting
(menetapkan ‘agenda’) sehingga membuat publik berpikir bahwa isu yang
dipilih media itu penting. Studi tentang agenda setting ini kebanyakan
dilakukan menjelang kampanye politik. Sebagaimana dinyatakan oleh
Joseph R. Dominick, sebagai berikut:
“Much of the research on agenda setting has been carried out
during political campaigns. There are two reason for this. First,
37
message generated by political campaigns are usually designed to
set agendas (politicians call this tactic “emphasizing the issues”).
Second, political campaigns have a clear-cut beginning and end,
thus making the time period for study unambigiuous.”31
2.5.2. Jenis-jenis Berita
Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu:
1. Straight News, yaitu berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat
dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis
ini,
jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam:
a. Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi
aktualitas dan kepentingan atau amat penting segera diketahui
pembaca. Berisi informasi peristiwa khusus (special event) yang
terjadi secara tiba-tiba.
b. Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih
merupakan berita pendukung.
2. Depth
News,
yaitu
berita
mendalam,
dikembangkan
dengan
pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
3. Investigation News, yaitu berita yang dikembangkan berdasarkan
penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
4. Interpretative News, yaitu berita yang dikembangkan dengan pendapat
atau penelitian penulisnya/reporter.
31
Joseph. R. Dominick, The Dynamics of Mass Communication, Sixth Edition, International
Edition, Mc Graw-Hill College, hal. 530
38
5. Opinion News, yaitu berita mengenai pendapat seseorang, biasanya
pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu
hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya.
Secara umum, berita mempunyai bagian-bagian dalam susunannya yaitu
1. Headline.
Biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia
berguna untuk: (1) menolong pembaca agar segera mengetahui
peristiwa yang akan diberitakan; (2) menonjolkan satu berita dengan
dukungan teknik grafika.
2. Deadline.
Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal
kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat
kejadian dan tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan
tempat kejadian dan inisial media.
3. Lead.
Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraph pertama
sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah
berita, yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia
merupakan sari pati sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita
secara singkat.
39
4. Body.
Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan
dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian body
merupakan perkembangan berita.
2.5.3. Nilai Berita
Nilai berita itu mencakup beberapa hal, seperti berikut.
1.
Objektif: berdasarkan fakta, tidak memihak.
2.
Aktual: terbaru, belum "basi".
3.
Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum.
4.
Penting: pengaruh atau dampaknya bagi orang banyak; menyangkut
orang penting/terkenal.
5.
Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).
Lima nilai berita di atas menurut Kris Budiman sudah dianggap
cukup dalam menyusun berita. Sementara Masri Sareb Putra menyatakan
dua belas nilai berita dalam menulis berita, yaitu:
1.
2.
3.
4.
sesuatu yang unik,
sesuatu yang luar biasa,
sesuatu yang langka,
sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa orang (tokoh)
penting,
5. menyangkut keinginan publik,
6. yang tersembunyi,
7. sesuatu yang sulit untuk dimasuki,
8. sesuatu yang belum banyak/umum diketahui,
9. pemikiran dari tokoh penting,
10. komentar/ucapan dari tokoh penting,
11. kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan
12. hal lain yang luar biasa.32
32
Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita dan Feature, (Indeks, Jakarta, 2006) hal. 33
40
Dalam kenyataannya, tidak semua nilai berita tersebut dipakai
dalam sebuah penulisan berita. Hal terpenting adalah adanya aktualitas dan
pengedepanan objektivitas yang terlihat dalam isi tersebut.
2.6.
Persepsi
2.6.1. Pengertian Persepsi
Persepsi menurut Philip Kotler, diartikan sebagai ”proses dimana
individu memilih, merumuskan dan menafsirkan masukan informasi untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia.”33 Sementara di
tahun 2000 Kotler mendefinisikan ulang persepsi persepsi sebagai proses
bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan
yang berarti.
Menurut Bison Simamora:
”Persepsi adalah ’bagaimana kita melihat dunia sekitar kita’.
Secara formal, persepsi dapat di definisikan sebagai suatu proses,
dengan mana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan dan
menginterpretasi stimuli ke dalam suatu gambaran dunia yang
berarti dan menyeluruh. Stimuli adalah setiap input yang dapat
ditangkap oleh indera, seperti produk, kemasan, merek, iklan,
harga dan lain–lain. Stimuli tersebut ditangkap oleh panca indera,
seperti mata, telinga, hidung, mulut dan kulit.”34
Persepsi setiap orang terhadap suatu hal berbeda–beda, oleh
karenanya, persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi yang dibentuk oleh
seseorang dipengaruhi oleh isi memorinya. Berkaitan dengan penelitian,
33
34
Philip Kotler, Principle of marketing, Seventh Edition, (Prentice Hall College Div, 1997) hal.
179
Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Gramedia Pustaka Utama, 2002) hal.
102
41
persepsi yang akan dibentuk oleh khalayak terhadap berita kampanye
berbeda–beda, karena sifatnya yang subjektif dimana masing–masing
khalayak memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainya.
Persepsi sebagaimana dinyatakan oleh Rakhmat adalah:
“Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan
makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli)… Sensasi adalah
bagian dari persepsi. Walaupun begitu, mentafsirkan makna
informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga
atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.”35
Sendjaja mendefinisikan persepsi sebagai “interpretasi terhadap
berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal. Jadi
persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indera
kita.”36
Mangkunegara (dalam Arindita, 2002) berpendapat bahwa persepsi
adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam
hal ini persepsi mencakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (input),
pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah
diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan
sikap. Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya
dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi
makna kepada lingkungan mereka.
35
36
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2005), hal. 51
S. Djuarsa Sendjaja, dkk., Teori Komunikasi-ikom4230/3SKS/ Modul 1-9. (Universitas
Terbuka 1998), hal. 52
42
Walgito (1993) menyatakan bahwa persepsi seseorang merupakan
proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang
mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan
pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam
menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar
selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang
diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara
individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka
diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian
merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan
pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang
terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa
seseorang akan bertindak.
Leavitt (dalam Rosyadi, 2001) membedakan persepsi menjadi dua
pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang
sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang
melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian
besar dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak
selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit,
tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap
sesuatu tersebut.
43
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan
kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep
yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk
memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru
pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan
kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya
mangga. Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan
lain sebagainya, dari buah itu secara saksama. Lalu timbul konsep
mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada kesempatan
lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan
menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk
mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005).
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang memberikan
perhatian dan melakukan seleksi, pengaturan, kemudian melakukan
penafsiran / interpretasi dari masukan-masukan informasi dan pengalamanpengalaman yang ada untuk pada akhirnya menciptakan pengetahuan
berupa keseluruhan gambaran yang berarti.
2.6.2 Sifat-Sifat Persepsi
Menurut Sendjaja
“untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling
berkomunikasi, kita harus memahami bagaimana orang mengenal
diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman tersebut
diperoleh melalui proses persepsi, kita harus mengetahui
44
bagaimana orang mempersepsi diri mereka sendiri atau orang
lain.”37
Sifat-sifat persepsi lebih khusus dijabarkan oleh Sendjaja sebagai
berikut:38
1. Persepsi adalah pengalaman
Untuk mengartikan makna dari seseorang objek, atau peristiwa, harus
memiliki dasar/basis untuk melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya
ditemukan pada pengalaman masa lalu kita dengan kita dengan orang,
objek, atau peristiwa tersebut, atau dengan hal-hal yang menyerupainya.
2. Persepsi adalah selektif
Ketika mempersepsikan sesuatu, kita cenderung memperlihatkan hanya
bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata lain,
kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari objek
persepsi kita dan mengabaikan yang lain.
3. Persepsi adalah penyimpulan
Proses psikologis dari persepsi mencakup penarikan kesimpulan
melalui suatu proses induksi
4. Persepsi tidak akurat
Setiap persepsi yang dilakukan, akan mengandung kesalahan dalam
kadar tertentu. Hal ini antara lain disebabkan oleh pengaruh
pengalaman masa lalu, selektivitas, dan penyimpulan.
37
38
S. Djuarsa Sendjaja, op.cit., hal. 53-54
ibid
45
5. Persepsi adalah evaluatif
Persepsi tidak akan pernah objektif, karena kita melakukan interpretasi
bedasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai, dan keyakinan
pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada objek persepsi.
2.6.3 Faktor-Faktor yang Menentukan Persepsi
Sebagaimana dinyatakan oleh Sendjaja, berikut adalah elemenelemen yang terlibat di dalam faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:39
a. Sensasi/ Penginderaan dan Interpretasi
Ketika orang menangkap sesatu melalui inderanya (melihat, mendengar,
mencicip, membau, atau meraba) maka secara simultan dia akan
menginterpretasikan makna dari hasil penginderaannya.
b. Harapan
Menjadi kekuatan yang sangat berarti dalam mengarahkan persepsi,
meskipun adakalanya bertentangan dari rasio. Harapan mempengaruhi
persepsi terhadap diri sendiri seperti terhadap objek lainnya.
c. Bentuk dan Latar Belakang (Figure dan Graund)
Orang yang mempersepsi, membandingkan antara yang baik dari yang
buruk, yang penting dan yang tidak penting, persepsi mencakup
perbedaan antara informasi yang menjadi figure dan informasi yang
menjadi background. Melalui seleksi terhadap informasi, orang telah
membuat informasi tersebut menjadi lebih penting dan relevan, hal ini
disebut sebagai figure. Orang yang memperlakukan informasi lain
39
ibid, 55-56
46
tersebut sebagai kurang penting atau kurang relevan, inilah yang disebut
sebagai background.
d. Perbandingan
Jika makna yang dipersepsikan konsisten atau mirip dengan ktritria
yang digunakan sebagai pembanding (pengalaman masa lalu dan
perangkat internal seperti sikap, nilai, dan keyakinan), maka kita akan
menganggapnya valid. Ketika kita menghadapi sesatu yang tidak sesuai
dengan
kriteria
pembanding,
maka
kita
akan
mengalami
ketidaksesuaian kognitif atau inkonsistensi kognitif.
e. Konteks
Dalam hal ini, konteks selalu terdiri dari seperangkat fenomena yang
sama dengan objek persepsi kita. Jadi, kita mempersepsi seseorang,
konteks yang mempengaruhi persepsi kita terdiri dari orang-orang
lainnya.
Rakhmat menyatakan faktor fungsional yang menentukan persepsi
sebagai berikut:
“Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu
dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kitasebut sebagai faktorfaktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau
bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan
respons pada stimuli itu.”40
Bahwa
objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang
melakukan persepsi. Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan,
kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap
40
Jalaluddin Rakhmat, Op.cit., hal. 55-56.
47
persepsi. Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi disebut
sebagai kerangka rujukan (frame of referrence). Kerangka rujukan
mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang
diterimanya.
Rakhmat juga menyatakan faktor struktural yang menentukan
persepsi sebagai berikut:
“Faktor-faktor struktural, berasal semata-mata dari sifat stimuli
fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf
individu. Para psikolog Gestalt, seperti Kohler, Wartheimer (1959),
dan Koffka, merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat
struktural. Prinsip-prinsip ini kemudian terkenal dengan teori
Gestalt. Menurut teori Gestalt, bila kita mempersepsi sesuatu, kita
mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat
bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya.”41
Dengan kata lain, jika ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak
dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah kita harus memandangnya dalam
hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya
dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya.
2.7.
Kampanye Politik
2.7.1. Pengertian Kampanye Politik
Kampanye (campaign) berasal dari kata Latin campus atau
"lapangan" yang pengertian aslinya berkaitan dengan dunia kemiliteran
(battlelfield). Kampanye politik (political campaign) adalah usaha setiap
peserta kampanye memperoleh dukungan masyarakat dengan meyakinkan
41
Ibid, hal. 58
48
konstituennya, bahwa mereka layak menjadi anggota lembaga legislatif,
seperti DPR, DPD, dan DPRD.
Dalam kampanye politik, media massa berfungsi sebagai sumber
informasi politik, partisipasi politik, dan sumber referensi untuk pilihan
politik masyarakat. Istilah kampanye berasal dari istilah militer yaitu suatu
rangkaian kegiatan militer untuk menghancurkan musuh. Kampanye militer
pada dasamya terbagi dua tahap. Pada tahap pertama kampanye bertujuan
untuk menghancurkan mental musuh, hal ini biasa disebut perang urat
syaraf (psychological warfare disingkat psy-war). Setelah itu disusul
perang terbuka (total war). Istilah kampanye kemudian berkembang
sebagai suatu kegiatan dalam berbagai aspek kehidupan, baik bidang
ekonomi, sosial budaya maupun bidang politik.42
Dalam bidang politik, kampanye adalah referensi bentuk propaganda politik, terutama untuk pemilihan umum untuk memilih calon
presiden, sebagaimana juga berlaku di Indonesia. Pemilihan umum
merupakan rangkaian kegiatan terakhir setelah kegiatan kampanye
dilaksanakan.
Kampanye adalah citra khas politik (specific political images) yang
menurut Soemarno, memiliki empat dimensi, yaitu citra partai, citra
kandidat, citra pemilih dan political issue.
1. Citra Partai
Menurut Soemarno citra partai adalah:
42
Soemarno, AP., Opcit. hal. 6.16
49
”...terkait dengan pandangan masyarakat terhadap partai, hubungan
antara partai dengan kandidat (calon). Citra partai pada hakikatnya
adalah kepercayaan masyarakat terhadap partai, yaitu tentang apa
yang diharapkan masyarakat yang berkait dengan kepentingan
masyarakat sendiri, hal ini meliputi rencana dan program partai.
Program atau rencana partai dapat dijadikan indikator untuk
mengukur tingkat dukungan dan simpati rakyat. Atau mungkin simpati
rakyat timbul karena ada tokoh yang dikagumi rakyat sebagai calon
dari salah satu partai.”43
2. Citra kandidat, menurut soemarno ”Dimensi ini citra berada pada
seorang calon (kandidat) tentang kemampuan (capability) dan tentang
kepribadiannya (personality)”44.
Citra kandidat dinilai oleh partai dan oleh calon pemilih
(voter). Penilaian partai akan melihat dari sisi loyalitas, Dedikasi
kandidat
terhadap
partai,
kemampuan,
persepsi
internasional.
Sedangkan dari calon pemilih (voter) akan melihat dari sisi
kemampuan di dalam memenuhi harapan para pemilih pada waktu
kandidat terpilih dan sejauhmana mampu melaksanakan program yang
telah dilontarkan dalam kampanye.
3. Citra calon pemilih (voter's image).
Menurut Soemarno:
“Dimensi ini menunjukkan citra yang ada pada pemilih, yaitu lukisan
ingatan tentang calon yang terpilih di dalam menjalankan perannya
sebagai presiden, perdana menteri atau anggota senat, legislatif.”45
Voter's image sebagai produk dari citra pribadi (self image atau
personal image) melalui proses pembentukan pendapat yang disebut
voter's opinion yang kemudian berkristal dalam voter's image.
43
44
45
Soemarno, AP., Opcit., hal. 6.16
ibid
ibid, hal. 6.17
50
Voter's image bersifat dinamis dan temporer, tumbuh oleh suatu
peristiwa politik tertentu, yaitu pemilihan umum. Pada waktu pemilihan
umum selesai maka citra pemilih (voter's image) akan hilang apabila
kondisi pemerintah atau kehidupan negara telah kembali kepada
kegiatan rutin.
Voter's image akan muncul kembali pada waktu pemilihan
umum akan diselenggarakan setelah 4 atau 5 tahun berikutnya. Pada
waktu inilah muncul kembali citra kandidat, tentang sikap, perilaku,
komit tidaknya terhadap janji dalam kampanye yang lalu, apabila di
dalam menjalankan peran (role) sesuai dengan janji, dan program yang
dapat memenuhi harapan maka dalam pemilihan ini kandidat akan
terpilih kembali karena citra calon pemilih terhadap kandidat positif.
4. Political issue
Menurut Soemarno:
“Dimensi ini dapat memberi dampak positif atau negatif terhadap
kebijaksanaan politik luar negeri, karena isu politik tidak hanya
berlaku dalam masa kampanye, namun terus berlanjut sampai
terbentuknya pemerintahan hasil pemilihan umum sekaligus
bagaimana pemerintahan ini di dalam menentukan kebijaksanaan
politik luar negerinya. Political issue sangat erat kaitannya dengan
cita-cita politik yang dikenal dengan sebutan political will.46
Political issue bersumber kepada situasi politik nasional atau
internasional, yaitu peristiwa-peristiwa politik yang dapat dijadikan
latar belakang untuk menentukan kebijaksanaan politik. Political issue
tidak akan menjamin keberhasilan pemilihan umum apabila isu politik
46
ibid
51
digunakan sebagai tema kampanye, karena tidak langsung berkaitan
dengan kebutuhan para pemilih. Isu yang langsung mempengaruhi
calon pemilih (voter's) yaitu isu yang berkaitan dengan:
a)
b)
c)
d)
Kepentingan para pemilih,
Harapan pemilih di masa datang,
Peningkatan derajat para pemilih.
Kehidupan sehari-hari.47
Karena itu Political issue tidak dapat diangkat secara lengkap
sebagai tema kampanye. Suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan kampanye yaitu di dalam menentukan juru kampanye atau
kandidat yang akan berkampanye. Menentukan juru kampanye atau
kandidat, sangat berkaitan dengan faktor kemampuan pribadi (personal
capability) yang akan menumbuhkan kepercayaan terhadap pribadi juru
kampanye
(personal
beliefs),
terutama
kemampuan
di
dalam
penguasaan politik, baik politik dalam negeri maupun politik luar
negeri.
Kampanye politik adalah sebuah upaya pencitraan, baik oleh
partai politik, calon legislatif maupun calon presiden (capres) atau calon
wakil presiden (cawapres). Seperti halnya sebuah iklan produk, maka
kampanye politik juga menawarkan sesuatu yang bisa dijual pada diri
kandidat atau parpol untuk dibeli oleh para calon pemilih.
Sajian informasi pada media massa harus mampu membangun
imajinasi masyarakat yang memicu kepada peningkatan kualitas
partisipasi politik masyarakat.
47
ibid, hal. 6.18
52
2.8.
Khalayak
Menurut Elvinaro Ardianto dkk., “Khalayak adalah masyarakat yang
menggunakan
media
massa
sebagai
sumber
pemenuhan
kebutuhan
bermedianya.”48 Khalayak disebut juga dengan istilah penerima, saran, pembaca,
pendengar, pemirsa, audience, decoder atau komunikan. Sebagaimana dinyatakan
oleh Dan Nimmo:
”Khalayak komunikasi politik bukanlah wadah yang pasif yang ke
dalamnya para pemimpin politik dengan berbagai karakteristik dan motif
hanya menuangkan beraneka imbauan dengan menggunakan bahasa,
simbol, peranti dan media yang menarik. Alih-alih, penerima adalah
partisipan yang aktif dalam komunikasi dengna sumber – mengindera,
menginterpretasikan, membayangkan, menetapkan dan kalau tidak,
berbuat sendiri dengan cara yang memiliki nilai berita.”49
Ada 3 (tiga) aspek yang perlu diketahui oleh komunikator menyangkut
tentang khalayaknya:
1. Aspek sosiodemografik:
1) Jenis kelamin, apakah khalayak itu mayoritas laki-laki atau wanita.
2) Usia, apakah khalayak umumnya anak-anak, remaja atau orang tua
3) Populasi, apakah jumlah khalayak yang ada kurang dari 10 orang atau
lebih dari 50 orang.
4) Lokasi, apakah khalayak umumnya tinggal di desa atau di kota
5) Bahasa, apakah mereka bisa mengerti bahasa Indonesia atau tidak.
6) Tingkat pendidikan, apakah mereka rata-rata sarjana atau hanya tamatan
sekolah dasar.
48
49
Elvinaro Ardianto dkk, Op.cit., hal. 167
Dan Nimmo, Op.cit., hal 18-19.
53
7) Agama, apakah semuanya beragama Islam atau beragama lain.
8) Pekerjaan, apakah mereka umumnya petani, nelayan, guru atau
pengusaha.
9) Ideologi, apakah mereka umumnya anggota partai tertentu atau tidak.
10) Pemilihan media, apakah mereka rata-rata memiliki pesawat televisi,
belangganan surat kabar atau tidak.
2. Aspek profil psikologis, ialah memahami khalayak dari segi kejiwaan, antara
lain:
1) Emosi, apakah mereka rata-rata memiliki temperamen mudah tersinggung,
sabar atau periang.
2) Pendapat-pendapat mereka.
3) Adakah keinginan mereka yang perlu dipenuhi.
4) Adalah selama ini mereka menyimpan rasa kecewa, frustrasi atau dendam.
3. Aspek karakteristik perilaku khalayak.
1) Hobby, apakah mereka umumnya suka olah raga, menyanyi atau
pelesiran.
2) Nilai dan norma, hal-hal apa yang menjadi tabu bagi mereka.
3) Mobilitas sosial, apakah mereka umumnya suka berpergian atau tidak.
4) Perilaku komunikasi, apakah kebiasaan mereka suka berterus terang atau
tidak.
Secara spesifik Sari (1993:28) sebagaimana dikutip kembali oleh Elvinaro
Ardianto dkk., menyatakan bahwa “data yang dicari melalui riset khalayak
dikelompokkan ke dalam audience profile (profil khalayak), media exposure
54
(terpaan media), audience rating (peringkat khalayak), dan efek komunikasi
bermedia.”50
Penelitian ini termasuk dalam riset audience rating (peringkat khalayak)
untuk mencari tahu persepsi khalayak terhadap jenis informasi tertentu yaitu
berita kampanye di surat kabar Media Indonesia, sebagaimana dinyatakan oleh
Elvinaro dkk bahwa: ”Peringkat khalayak digunakan untuk mengetahui persepsi
khalayak terhadap jenis media, jenis informasi, format acara dan komunikator
yang menjadi favorit khalayak.”51
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diartikan bahwa khalayak adalah
orang atau kelompok orang yang menerima pesan dari pihak pengirim atau
dengan mereka pihak pengirim berusaha untuk menyampaikan ide–idenya.
Berkaitan dengan penelitian, khalayak pada penelitian ini adalah Mahasiswa/i
Bidang Studi Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu
Buana, Angkatan Tahun 2007.
2.9.
PR Politik
PR Politik termasuk dalam peran konsultansi yang diberikan oleh public
relation officer kepada kliennya. Jasa yang ditawarkan adalah layanan specialised
public relation di bidang politik. PR politik bekerja sebagaimana perusahaan
konsultansi lainnya dengan menetapkan misi,menetapkan tujuan-tujuan korporat,
strategis dan taktis.52
50
51
52
Elvinaro Ardianto dkk., Op.cit., hal. 167.
ibid
LCCI Examination Board, How to Pass Public Relations, LCCI CET, 1999, hal. 103
55
PR Politik menyediakan pengetahuan, keahlian dan sumber daya stafnya.
PR politik tidak memiliki produk yang berwujud dan bekerja sebagaimana
pengacara. Peran konsultansi yang diberikan PR politik adalah sebagai berikut:
”To provide client management with communication expertise in the form
of counselling and active communication skills in order to further the
interests of client organisation or individual within the constraints of the
IPR Code of Conduct” (menyediakan keahlian komunikasi dalam bentuk
konselng dan keahlian komunikasi aktif untuk mendukung kepentingan
klien secara organisasi atau individual dalam batasan-batasan Kode Etik
IPR)”53
Sementara fungsi konsultansi yang diberikan PR politik adalah sebagai
berikut:
”To advise the management of client organisation of the most cost-effective
and efficient means of achieving identified communications strategis and
tactics, and to implement strategic and tactical plans in order to achieve
those objectives.” (Memberikan saran kepada organisasi klien tentang cara
yang paling efektif dan efisien untuk mencapai strategi dan taktik
komunikasi yang telah ditetapkan dan menerapkan rencana strategis dan
taktis untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut).54
Konsultan PR politik pertama didirikan oleh Clem Whittaker dan Leone
Baxier. Keduanya mengembangkan apa yang disebut Nimmo sebagai industri
pelayanan.
2.10. Pencitraan dan Proses Pembentukan Citra
Sekarang ini perusahaan atau organisasi sudah memahami pentingnya
membangun citra yang menguntungkan bagi perusahaan atau organisasi tersebut.
Citra adalah salah satu aset terpenting dari perusahaan atau organisasi, yang juga
dikenal dengan istilah Favourable Opinion.
53
54
ibid, hal. 104
ibid
56
Citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan,
seseorang. sebuah komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai
citra sebanyak jumlah orang memandangnya. Berbagai citra perusahaan dating
dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing,
distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan di sektor
perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan.
Frank Jefkins dalam Public Relations Technique menyimpulkan bahwa
citra diartikan sebagai "kesan seseorang atau indiridu tentang sesuatu yang
numcul sebagai basil dari pengetahuan dan pengalamannva". Dalam Essential of
Public Relations, Jefkins menyebut bahwa citra adalah kesan yang diperoleh
berdasarkan pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta dan
kenyataan. Sementara Jalaluddin Rakhmat dalam Psikologi Komunikasi
menyebutkan "citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak hates sesuai
dengan rcalitas, citra adalah dunia menurut persepsi'.
Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan
pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Citra seseorang terhadap suatu
obyek dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut. Semua sikap
bersumber pada pengelolaan kognitif (pada informasi dan pengetahuan yang kita
terima) Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan
citra seseorang. Menurut Danasaputra (1995) sebagaimana dikutip oleh Soemirat:
”Citra dibentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang
diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan
perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita
mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan".55
55
Soemirat, Dasar-Dasar Public Relations, Remaja Rosdakarya, Bandung 2002, hal. 128
57
Kemampuan membentuk persepsi pada khalayak melanjutkan proses
pembentukan citra. Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan
sikap, pendapat, tanggapan, atau perilaku tertentu. Citra publik terhadap seorang
kandidat presiden dan calon wakil presiden dapat diketahui melalui penelitian.
Penelitian citra publik bisa dilakukan untuk mengetahui secara pasti sikap
masyarakat terhadap partai politik, kandidat yang diusungnya, apa yang publik
suka dan tidak suka dari partai politik dan kandidat yang diusungnya. Penelitian
tentang citra memberikan informasi untuk evaluasi kebijaksanaan, memperbaiki
kesalahpahaman, menentukan daya tarik pesan, dan meningkatkan citra partai
politik serta kandidat dalam benak khalayak.
Media memiliki pengaruh yang besar untuk membangun kesadaran,
persepsi, dan perilaku publik. Media sangat mempengaruhi brand image, citra
politik dan keberhasilan partai politik melakukan kampanye komunikasi.
Download