BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Batasan UKM Pemberdayaan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Batasan UKM
Pemberdayaan usaha kecil dan menengah merupakan langkah strategis dalam
meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar
rakyat Indonesia, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan mengurangi
kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Berbagai kebijakan, program dan kegiatan
pemberdayaan UKM terlah dijalankan. Baru-baru ini pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
yang disahkan pada tanggal 4 Juli 2008.
Kementerian Koperasi dan UKM sebagai instansi yang terkait langsung
mencoba
untuk
memfokuskan
pada
upaya
mengkoordinasikan
kebijakan
pembangunan yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya koperasi dan
UKM dengan daya saing yang tinggi. Program kerja yang telah disusun bertujuan
memberikan kesempatan berusaha yang sama bagi koperasi dan UKM dengan pelaku
usaha lainnya, meningkatkan mobilitas sumberdaya UKM, mengurangi biaya
transaksi bagi UKM, menghilangkan biaya ekonomi tinggi bagi UKM, serta
mencabut berbagai peraturan dan kebijakan yang menghambat pemberdayaan UKM
di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2.2.
Definisi UKM
Ada berbagai definisi usaha mikro kecil yang digunakan oleh pihak-pihak
pembina dan peneliti. Penelitian ini mencoba menggabungkan definisi usaha kecil
dan
menengah
dari
berbagai
sumber.
Menurut
Keputusan
Menkeu
No.
40/KMK.06/2003, tentang Pendanaan Kredit Usaha Kecil dan Menengah. Usaha
kecil menurut UU No. 9/1995, adalah usaha produktif milik Warga Negara Indonesia,
yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi, milik kekayaan bersih
paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun.
Menurut UU No. 20 Tahun 2008, usaha kecil ialah yang memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp. 500 juta tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp. 300 juta sampai dengan Rp. 2,5 milyar. Sementara itu Badan Pusat
Statistik (BPS) menggolongkan suatu usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha
Mikro adalah usaha yang memiliki pekerja 1 – 4 orang, sedangkan usaha kecil adalah
usaha yang memiliki pekerja 1 – 19 orang.
Penelitian ini menggunakan definisi UKM dengan menggunakan indikator
yang dibuat oleh Bank Indonesia yang berdasarkan besarnya pembiayaan yang
digunakan. Bank Indonesia mendefinisikan kategori usaha berdasarkan besarnya
pinjaman yang diterima oleh perusahaan, yakni sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Usaha Mikro ialah perusahaan yang menerima kredit dengan plafon kredit hingga
Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).
b. Usaha Kecil ialah perusahaan yang menerima kredit sebesar Rp. 50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) hingga Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
2.3.
Beberapa Kajian Pengembangan UKM
Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak penelitian yang dilakukan untuk
mengkaji upaya-upaya dalam pengembangan usaha kecil dan menengah. Penelitian
umumnya menyoroti keterbatasan pengembangan UKM dikarenakan rendahnya
aksesibilitas UKM dalam mendapatkan kredit lunak dari lembaga keuangan.
Rendahnya aksesibilitas UKM terhadap lembaga keuangan dikarenakan UKM tidak
memiliki kolateral yang cukup untuk mendapatkan kredit sedangkan lembaga
keuangan harus menjalankan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan keuangannya.
Di samping perlunya dukungan aspek finansial yaitu butuh dukungan
sejumlah dana agar dapat bersaing dengan usaha yang lain, sejumlah penelitian
lainnya menunjukkan bahwa upaya pengembangan UKM juga dapat dilakukan
melalui pengembangan aspek non-finansial. Aspek non-finansial adalah kualitas
tenaga kerja, pendidikan, teknologi dan sebagainya. Dukungan upaya teknis untuk
meningkatkan keterampilan, akses ke pasar dan informasi juga dipercayai dapat
berperan dalam pengembangan usaha ini.
Karakteristik dan jenis UKM sebenarnya sangat heterogen dan merupakan
indikasi bahwa generalisasi kebijakan terhadap UKM akan sulit mencapai tujuan
Universitas Sumatera Utara
yang diharapkan. Sementara itu, kebijakan dengan pendekatan secara individual
usaha juga sulit dilakukan karena berbagai keterbatasan dan kendala yang dihadapi.
Oleh karena itu Yoseva (2006) menyarankan pada tahap awal pengembangan UKM
dapat ditempuh melalui pendekatan sentra bisnis.
Untuk mendukung pertumbuhan UKM, maka dilakukan upaya-upaya baik
yang berupa finansial maupun non-finansial. Dalam penelitiannya Yoseva (2006)
mendapati bahwa 59,2% UKM mengalami peningkatan omset perbulan setelah
mendapat dukungan finansial. Sedangkan 20,2% UKM tidak mengalami perubahan
omset dan 7,8% UKM malah mengalami penurunan omset setelah mendapat bantuan
finansial. Hasil kajian juga menunjukkan bahwa program dukungan non-finansial
sampai tingkat tertentu dirasakan cukup bermanfaat terutama dalam kaitannya
terhadap layanan informasi, pembiayaan, pemasaran dan bahan baku.
Menurut Said dan Widjaja (2007), pengembangan UKM mengacu pada pola
pembiayaan yang dirancang dalam bentuk langsung, yaitu:
1. Hibah,
2. Dan bergulir,
3. Suku bunga murah,
4. Subsidi suku bunga.
Model pembiayaan di atas dikembangkan oleh beberapa departemen seperti
Kementerian Koperasi dan UKM, Departemen Pertanian, Kelautan dan Perikanan,
Perindustrian dan Perdagangan.
Universitas Sumatera Utara
2.4.
Jenis-jenis UKM
Menurut Setyobudi (2007), sekarang ini banyak ragam jenis usaha UKM
di Indonesia, tetapi secara garis besar dikelompokkan dalam 4 kelompok:
1. Usaha Perdagangan
Keagenan: agen koran/majalah, sepatu pakaian dan lain-lain; pengecer: minyak,
kebutuhan pokok, buah-buahan, dan lain-lain: Ekspor/Impor: produk lokal dan
internasional; sektor inormal: pengumpulan barang bekas, pedagang kaki lima
dan lain-lain.
2. Usaha Pertanian
Meliputi Perkebunan: pembibitan dan kebun buah-buahan, sayur-sayuran dan
lain-lain; Peternakan: ternak ayam petelur, susu sapi; dan Perikanan: darat/laut
seperti tambak udang, kolam ikan, dan lain-lain.
3. Usaha Industri
Industri Makanan/Minuman; Pertambangan: Pengrajin: Konveksi, dan lain-lain.
4. Usaha Jasa
Jasa Konsultan; Perbengkelan; Restoran; Jasa Kontruksi; Jasa Transportasi, Jasa
Telekomunikasi; Jasa Pendidikan, dan lain-lain.
2.5.
Visi Misi UKM
Sebagai negara yang sedang berkembang dengan mayoritas penduduk berada
di sektor pertanian-perikanan, maka ekonomi kerakyatan merupakan tulang punggung
bangsa Indonesia. Adanya krisis moneter yang berkepanjangan membuat bangsa
Universitas Sumatera Utara
Indonesia mengubah paradigma dalam arah kebijakan ekonominya, yang tadinya
berpihak pada para konglomerat (pengusaha besar) dalam pertumbuhan ekonomi
negara, sekarang berbalik arah berpihak pada UKM untuk menyelesaikan masalah
pengangguran dan pengentasan kemiskinan melalui ekonomi kerakyatan yang
terpadu (Kwartono, 2007).
Sebelum krisis ekonomi sebanarnya sudah ada upaya-upaya pembinaan dan
pengembangan usaha kecil yang pelaksanaannya menjadi tugas BI (Bank Indonesia)
yang diwujudkan dalam paket kebijaksanaan moneter Juni 1983 yang berbentuk
pemberian kredit kepada usaha kecil dengan jenis-jenis KIK (Kredit Industri kecil),
KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen), KI (Kredit Investasi), namun dihentikan
bulan Januari 1990, karena menambah uang beredar mendorong inflasi dan sebagai
gantinya bank-bank diwajibkan menyalurkan KUK (Kredit Usaha Kecil) senilai 20
persen dari total portopolio pemberian kreditnya, serta keharusan setiap BUMN
membina pengusaha kecil sebagai mitra binaan dengan mengalokasikan 2 persen
keuntungannya. BI sendiri masih membantu kredit secara terbatas seperti Kredit
Koperasi untuk Koperasi Unit Desa dan Koperasi Usaha Tani; Kredit untuk anggota
Koperasi Primer; Kredit Investasi.
Namun kebijakan tersebut juga tidak berlangsung lama karena banyak BLBI
(Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang diselewengkan oleh bank-bank penerima
BLBI yang menambah keterpurukan ekonomi Negara Indonesia.
Menurut Soetanto (2005) menegaskan dalam pemberdayaan kepada
pengusaha kecil dan menengah sebaiknya jangan terlalu diberi fasilitas yang
Universitas Sumatera Utara
berlebihan sebagai gugus pengusaha yang harus dikasihani. Selain itu dalam
pemberian insentif kepada UKM jangan diberikan subsidi lagi seperti pola kredit
bisnis (Bimbingan Massal), Kredit Usaha Tani (KUT), KIK (Kredit Industri Kecil),
dan KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen), tetapi pengelola bank pemberi
profesional, prudential banking system (hati-hati dan bunga ditetapkan berdasarkan
pasar).
Pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) masyarakat akan
dilakukan melalui program pembangunan ekonomi kerakyatan khususnya pada
daerah tertinggal. Palaksanaan akan dilakukan secara sinergis dengan departemen
terkait. Upaya percepatan penyaluran kredit untuk UKM diperluas, khususnya oleh
bank-bank yang terkait dengan MoU Menko Kesra dengan Gubernur.
Dari kesepakatan tersebut dapat dilihat Visi-Misi dan UKM sebagai berikut:
1. Visi UKM adalah menganggulangi kemiskinan.
2. Misi UKM adalah peningkatan pendapatan penduduk miskin dengan memperluas
kesepakatan kerja dan usaha.
2.6.
Peran UKM Bagi Perekonomian Indonesia
Usaha kecil menengah atau lazim kita kenal sebagi UKM mempunyai banyak
peran penting dalam perekonomian. Salah satu perannya yang paling krusial yang
dalam pertumbuhan ekonomi adalah menstimulus dinamisasi ekonomi. Karakternya
yang paling fleksibel dan cakap membuat UKM dapat direkayasa untuk mengganti
lingkungan bisnis yang lebih baik daripada perusahaan-perusahaan besar. Dalam
Universitas Sumatera Utara
banyak kasus, dari sejumlah UKM yang baru pertama kali memasuki pasar,
di antaranya dapat menjadi besar karena karena kesuksesannya dalam beroperasi.
Sejak krisis moneter yang diawali tahun 1997, hampir 80% usaha besar
mengalami kebangkrutan melakukan PHK massal terhadap karyawannya. Berbeda
dengan UKM yang tetap bertahan di dalam krisis dengan segala keterbatasannya.
UKM dianggap sektor usaha yang tidak cengeng dan tahan banting. Selain itu sebagai
sektor usaha yang dijalankan dalam tataran bawah, UKM berperan dalam mengurangi
angka pengangguran, bahkan fenomena PHK menjadikan para pekerja yang menjadi
korban dipaksa untuk berpikir lebih jauh dan banyak yang beralih melirik sektor
UKM
ini.
Produk-produk
UKM,
setidaknya
memberikan
kontribusi
bagi
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional, karena tidak sedikit produk-produk
UKM yang mampu menembus pasar internasional.
Sekarang ini lembaga-lembaga donor internasional semuanya mendukung
perkembangan UKM. Ada yang melihatnya sebagai wahana yang untuk menciptakan
kesempatan kerja (ILO), ada yang melihatnya sebagai penjabaran komitmen mereka
(IMF, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia) untuk memerangi kemiskinan
di negara-negara berkembang. Di Asia perkembangan sektor UKM ini dilihat juga
sebagai salah satu jalan keluar dari krisis ekonomi. Para donor multilateral dan
bilateral (antara lain Jepang) semuanya akan menyediakan dana dan bantuan teknis
untuk pengembangan sektor ini.
Dapat dirasakan bahwa pada saat ini peran UKM nampak belum begitu
dirasakan, karena kurangnya kekuatan persaingan dengan produk-produk luar negeri,
Universitas Sumatera Utara
dan juga masalah klasik yaitu permodalan. Kita harus melihat ini sebagai masalah
yang harus kita pecahkan bersama. Karena kita tidak ingin selamanya terpuruk
di dalam krisis yang sudah lebih dari 5 tahun melanda negeri kita.
2.7.
Pengembangan Wilayah
Sejak memasuki era baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Penataan
Ruang (UUPR) No. 26/2007, penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Sebagai upaya mencapai tujuan
tersebut, diperlukan adanya kebijakan dan strategi nasional yang menjadi acuan bagi
para stakeholder terkait dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan penataan ruang
sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya. Demikian sambutan Direktur
Jenderal Penataan Ruang Departemen PU yang dibacakan Direktur Penataan Ruang
Nasional, Iman Soedradjat dalam workshop Kebijakan dan Strategi Nasional
Penyelenggaraan Penataan Ruang, Jakarta (15/12).
Iman
Soedradjat
mengungkapkan,
percepatan
penyelesaian
peraturan
pelaksana UUPR dan Peraturan Daerah sebagai operasionalisasi UU No. 26/2007
merupakan isu strategis yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi pengaturan. Saat
ini, dari 18 Peraturan Pemerintah (PP) yang dimanatkan dalam UUPR, hanya satu
yang telah selesai yaitu PP No. 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional. Sedangkan Rancangan PP Penyelenggaraan Penataan Ruang sedang
dilakukan pembahasan dan menjadi salah satu target penyelesaian dalam program
Universitas Sumatera Utara
100 hari. “Sehingga diperlukan percepatan penyelesaian peraturan pelaksana tersebut
agar dapat segera menjadi acuan penyelenggaraan penataan ruang”, tegas Iman.
Penguatan kelembagaan serta peningkatan koordinasi lintas wilayah dan lintas
sektor dalam penyelenggaraan penataan ruang nasional merupakan isu strategis dalam
fungsi pembinaan. Penataan Ruang sebagai bidang yang memiliki keterkaitan dengan
sektor lainnya membutuhkan kesepahaman dan konsensus di antara pemangku
kepentingan, imbuh Iman.
Iman menambahkan, pada fungsi pelaksanaan, poin penting yang perlu
mendapat perhatian adalah menjadikan Rencana Tata Ruang (RTR) sebagai matra
spasial pembangunan wilayah. RTR akan ditempatkan sebagai payung pelaksanaan
pembangunan wilayah, sehingga pembangunan yang dilakukan oleh berbagai sektor
dapat memberikan hasil yang optimal bagi pertumbuhan wilayah. Sedangkan untuk
fungsi pengawasan, perlunya penegakan hukum di bidang penataan ruang sebagai
upaya meminimalisasi penyimpangan yang terjadi.
“Isu-isu strategis tersebut menjadi acuan perumusan Kebijakan dan Strategi
Nasional Penyelenggaraan Penataan Ruang (KSNPPR) yang tengah disusun saat ini.
Nantinya, diharapkan KSNPPR dapat menjadi jawaban atas kondisi yang
berkembang saat ini sehingga tujuan penataan ruang yang dicita-citakan dapat
terwujud,” ujar Iman.
Universitas Sumatera Utara
2.8.
Kebijakan Umum Pengembangan Wilayah
Dari berbagai teori/model yang telah diuraikan terdahulu akan dicoba untuk
menyimpulkan langkah-langkah/kebijakan yang perlu ditempuh oleh seorang kepala
daerah/perencanaan pembangunan daerah untuk dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat di daerahnya, yang secara umum berarti meningkatkan perekonomian
daerah tersebut.
Langkah-langkah itu dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Sejalan dengan teori basis ekspor, perlu didorong pertumbuhan dari sektor-sektor
yang hasil produksinya dapat dijual ke luar daerah atau mendatangkan uang dari
luar daerah, terutama ekspor ke luar negeri. Sebetulnya usaha untuk menjual
suatu produk ke luar daerah tidak mudah. Apabila daerah lain juga menghasilkan
produk yang sama, daerah itu harus mampu menghasilkan produk dengan
kualitas yang lebih baik atau minimal sama tetapi dengan harga pokok yang
lebih rendah (efisien). Hal sama juga berlaku untuk pemberian jasa yang bias
mendatangkan pelanggan/uang dari luar daerah, misalnya pariwisata.
Sebagai akibat krisis ekonomi, banyak masyarakat golongan bawah yang
terpaksa dibantu oleh pemerintah. Adapun bantuan yang bersifat materi (diberi
jatah beras dengan harga subsidi), tetapi ada juga dalam bentuk penyediaan
lapangan kerja (sementara) dan bantuan modal kepada pengusaha kecil dan
menengah (UKM). Sesuai dengan teori basis bagi bantuan penyediaan lapangan
kerja (sementara), dan bantuan modal UKM, harus diarahkan ke sektor basis
(ekspor) dan bukan ke sektor pelayanan, dampak penggandanya bersifat jangka
Universitas Sumatera Utara
pendek dan tidak membuat volume kegiatan ekonomi bertambah secara
permanen. Unit usaha yang dibantu memang berkembang, tetapi dengan korban
unit usaha sejenis lainnya yang tidak dibantu. Hal ini juga terjadi apabila banyak
masyarakat yang berusaha di sektor pelayanan (dagang kecil-kecilan/jasa) karena
sulitnya mencari lapangan kerja di sektor riil. Apabila jumlah usaha bertambah
tetapi daya beli total tidak naik, pendapatan rata-rata per unit usaha menjadi
menurun. Apabila bantuan itu ditujukan ke sektor basis, akan tercipta efek
pengganda. Hal itu karena unit usaha basis yang dibantu dan beberapa unit usaha
pelayanan akan berkembang, tetapi tidak ada unit usaha yang dirugikan
(menurun volume kegiatannya).
2.
Sejalan dengan teori Harrod-Domar, harus diperhatikan produk yang hanya
dipakai untuk memenuhi kebutuhan lokal. Sebaiknya produk ini juga diusahakan
agar bisa diekspor, misalnya dengan peningkatan mutu, perbaikan jalur
pemasaran, atau penyediaan volume dalam jumlah ekonomis untuk dipasarkan
ke luar daerah, akan tetapi apabila usaha untuk menembus pasar ekspor masih
belum memungkinkan, peningkatan produksi untuk komoditi itu tidak perlu
didorong melebihi kebutuhan lokal karena untuk menurunkan harga dan
merugikan produsen. Bisa jadi bahan baku menjadi mahal, seperti pakan itik
pada saat dikembangkan ternak itik, dengan dana IDT (Inpres Desa Tertinggal)
atau bantuan kredit pada pengrajin sepatu yang akhirnya macet karena produksi
meningkat tetapi pasar tidak berkembang. Ada baiknya beberapa sektor didorong
Universitas Sumatera Utara
secara bersamaan secara sedikit-sedikit. Apabila semua sektor berkembang
secara seimbang, kenaikan produksi akan dapat diserap sektor lainnya.
3.
Sejalan dengan teori ekonomi klasik atau Neoklasik, harus diusahakan prasarana
dan sarana perhubungan yang baik dan lancar, mempermudah arus keluar masuk
orang dan barang, serta perbaikan arus komunikasi dan penyebarluasan
informasi. Diusahakan untuk memenuhi asumsi dasar yang terdapat pada teori
Neoklasik yaitu pasar yang sempurna, baik untuk pasar barang maupun pasar
tenaga kerja.
4.
Sejalan dengan model interregional perlu diusahakan masuknya dana investasi
dari pemerintah pusat atau luar negeri sebanyak banyaknya ke daerah kita. Hal
ini diantara lain dapat ditempuh dengan menawarkan program-program yang
bisa dibiayai atau menarik untuk dibiayai. Diusahakan agar banyak kegiatan
yang dibiayai pemerintah pusat atau luar negeri yang berdomisili di daerah itu.
Selain memancing dana-dana pemerintah maka investasi swasta juga harus
dirayu baik investasi pengusaha lokal, pengusaha luar daerah atau pengusaha
luar negeri.
5.
Daerah tetangga yang berkembang tidak perlu dicemburui, tetapi sebaiknya
didorong dan dimanfaatkan dengan melihat berbagai kemungkinan untuk
menambah ekspor barang atau jasa dari daerah kita ke daerah tersebut.
6.
Masyarakat didorong untuk mengkonsumsi produk lokal dan industri didorong
untuk
lebih
banyak
memakai
komponen
lokal
(tetapi
dengan
tidak
mengorbankan mutu agar mudah memasuki pasar ekspor). Sejalan dengan itu,
Universitas Sumatera Utara
selain industri yang berorientasi ekspor, industri yang bersifat substitusi impor
juga didorong pembangunannya. Perlu diingat bahwa peningkatan produksi
hanya bisa berlanjut apabila ada pasar yang menyerap kenaikan produksi.
Pasar ini berupa:
a. Ekspor,
b. Peningkatan konsumsi lokal, dan
c. Penurunan impor apabila jenis produksi bersifat import substitution.
Konsumsi lokal berbagi atas:
a. Konsumsi akhir (konsumsi rumah tangga),
b. Konsumsi pemerintah, dan
c. Dipakai untuk investasi.
Konsumsi pemerintah berkaitan dengan belanja pemerintah yang sumbernya
adalah pajak yang dikutip dari masyarakat, yang berarti peningkatannya
berkaitan dengan kemampuan masyarakat untuk membayar pajak.
7.
Dari rumus multiplier, diketahui bahwa tingkat pajak akan mempengaruhi
besarnya multiplier regional. Tingkat pajak yang tinggi akan menurunkan
multiplier regional, Akan tetapi, di lain sisi diketahui bahwa pajak akhirnya akan
menjadi pengeluaran pemerintah dan makin besar pengeluaran pemerintah akan
mendorong peningkatan pendapatan regional. Pajak yang dipungut dari
masyarakat terbagi atas pajak yang dipungut pemerintah pusat, pajak yang
dipungut pemerintah provinsi, dan pajak yang dipungut oleh pemerintah
kabupaten/kota.
Universitas Sumatera Utara
8. Pemilihan jalur cepat dapat mensinergikan perekonomian wilayah.
Pemerintah daerah perlu menentukan sektor dan komoditi apa saja yang
diperkirakan bisa tumbuh cepat di wilayah tersebut. Sektor dan komoditi itu
haruslah basis atau punya prospek untuk dipasarkan ke luar wilayah atau diekspor
di masa yang akan datang dan dapat dikembangkan secara besar besaran atau
volume produksinya memenuhi syarat untuk diekspor. Sektor itu perlu didorong,
dikembangkan, dan disinergikan dengan sektor-sektor lain yang terkait. Beberapa
sektor (kegiatan) dikatakan bersinergi apabila pertumbuhan salah satu sektor akan
mendorong sektor lain untuk tumbuh, sedemikian rupa sehingga terdapat dampak
pengganda yang cukup berarti. Langkah ini akan mempercepat pertumbuhan
ekonomi wilayah.
9. Pentingnya menarik investor untuk menanamkan modalnya di wilayah kita.
Pertumbuhan ekonomi bersumber dari tiga hal, yaitu investasi, perbaikan metode
kerja, dan peningkatan kerajinan atau jam kerja. Kegiatan investasi dapat berupa
investasi untuk kegiatan baru ataupun perluasan dari usaha yang telah ada. Hal ini
sekaligus akan menambah lapangan pekerja. Perbaikan metode kerja adalah
usaha-usaha yang membuat faktor-faktor produksi yang sama atau bernilai sama,
mampu meningkatkan produksi dengan cara inovasi.
10. Sebetulnya apa yang diuraikan hingga saat ini adalah yang berkaitan dengan
rencana pengembangan fisik dan struktur perekonomian. Perlu diingat bahwa
pengembangan perekonomian, baik nasional maupun regional banyak ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusia yang mengambil peran dalam gerak
Universitas Sumatera Utara
perekonomian. Sejalan dengan itu langkah-langkah untuk memperbaiki mutu
SDM perlu terus digalakkan, Mutu SDM dapat dibagi dalam dua aspek, yaitu
aspek
keahlian/keterampilan
dan
aspek
moral/mental.
Aspek
keahlian
keterampilan dapat ditingkatkan melalui pendidikan/pelatihan dan aspek
moral/mental sebetulnya lebih menentukan dalam menjamin pertumbuhan
ekonomi, tetapi usaha perbaikannya tidak mudah karena menyangkut motivasi
dan nilai.
11. Setan adalah sumber kemiskinan.
Demikianlah bunyi terjemahan dari salah satu ayat dalam kitab suci suatu agama.
Ternyata ayat ini dapat menjelaskan banyak hal mengapa suatu negara/wilayah
sulit bertumbuh, ekonominya kalah bersaing, sebagian besar masyarakatnya tetap
miskin dan banyak terdapat pengangguran. Penulis membuat penafsiran atas ayat
ini sebagai berikut, manusia bersekutu dengan setan melalui dua cara.
Cara pertama, manusia secara resmi meminta bantuan setan (lewat dukun atau
orang pandai), misalnya orang tersebut memiliki “kharisma” dalam pergaulan,
usaha, atau mendapatkan/mempertahankan jabatannya.
Cara kedua, manusia itu tidak pernah secara resmi meminta bantuan setan, tetapi
dengan cara berfikir dan tindak tanduknya melakukan pekerjaan yang disenangi
setan. Cara berfikir dan tindak tanduk yang disenangi setan antara lain malas,
ingin mengambil yang bukan haknya, rakus, diskriminatif, iri atas keberhasilan
orang lain, berpendirian dan mau menang sendiri, kurang toleransi, lain di mulut
Universitas Sumatera Utara
lain di hati, senang melanggar aturan yang telah disepakati, tega merugikan orang
lain.
2.9.
Strategi Pengembangan Sektor-sektor Produksi
Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, salah satu tugas seorang perencana
wilayah adalah menentukan kegiatan yang perlu dilaksanakan di mana lokasinya.
Untuk sementara pembahasan dibatasi untuk kegiatan sektor produksi karena
kegiatan ini lebih mudah dianalisis. Setiap kegiatan produksi akan membutuhkan
input berupa lahan, tenaga kerja, modal, dan tehnologi. Sebagai imbalannya akan
tercipta nilai tambah yang dapat dinikmati oleh faktor-faktor produksi yang terlibat
atau terkait dengan kegiatan tersebut. Sektor terkait tetapi bukan faktor produksi,
misalnya pemerintah menarik pajak dari kegiatan tersebut. Akan tetapi, dampak daru
suatu kegiatan produksi bukanlah hanya yang disebutkan di atas.
Setiap kegiatan produksi umumnya memiliki backward linkage (daya menarik
dan forward linkage (daya mendorong). Misalnya pengembangan tersebut
perkebunan kelapa sawit seluas 1.000 ha, akan memiliki banyak dampak terhadap
perekonomian/kehidupan masyarakat di sekitarnya. Pada masa pembersihan lahan
penanaman, dibutuhkan banyak tenaga kerja lepas, bibit, pupuk, penyewaan alat, dan
sebagainya. Hal tersebut akan mendorong tumbuhnya kegiatan transportasi untuk
mengangkut orang, bahan, dan alat dan juga akan meningkatkan volume perdagangan
termasuk pedagang makanan/kebutuhan sehari-hari yang berlokasi di sekitar tempat
Universitas Sumatera Utara
proyek. Hal ini juga akan terjadi pada masa pemeliharaan walaupun intensitasnya
lebih rendah dibanding dengan pada waktu pembersihan lahan/penanaman.
Seorang perencana wilayah harus mampu menyeleksi kegiatan apa dan lokasi
mana yang dipilih untuk dilaksanakan atau diprioritaskan. Dalam hal ini, perencana
wilayah dapat menggunakan konsep nilai tambah, yaitu kegiatan apa yang
memberikan nilai total tambah tertinggi. Setelah kegiatannya dapat ditentukan, dipilih
lokasi yang paling sesuai (memiliki keunggulan komparatif) untuk kegiatan/produksi
tersebut.
Nilai tambah sendiri dapat dihitung untuk berbagi variabel pembatasan
misalnya nilai tambah dapat dihitung per satuan luas (misalnya per hektar) persatuan
tenaga kerja yang dapat diserap atau persatuan modal yang diinvestasikan.
Untuk semua faktor pembatas tersebut digunakan satuan waktu yang sama,
misalnya nilai tambah per tahun. Dalam hal ini nilai tambah diukur terhadap salah
satu faktor produksi yang paling terbatas. Misalnya apabila lahan adalah yang paling
terbatas maka nilai tambah dihitung terhadap persatuan lahan. Apabila tenaga kerja
yang terbatas maka dipilih nilai tambah tertinggi persatuan tenaga kerja yang diserap.
Sebaliknya apabila modal yang paling terbatas, nilai tambah dihitung persatuan
modal yang harus ditanamkan. Yang akhirnya dipilih adalah yang memberikan nilai
tambah tertinggi persatuan faktor pembatas tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.10.
Hakikat Perencanaan Strategis
Setiap kegiatan ataupun usaha, agar dapat memperoleh keberhasilan yang
tinggi haruslah senantiasa kita programkan serta kita susun rencana kerja yang baik
dan matang. Perencanaan yang baik dan benar akan menghindarkan kita dari
kesalahan ataupun kekeliruan di dalam mengemudikan jalannya bisnis yang kita
pimpin. Perencanaan yang baik akan menuntut kita kearah jalan benar sehingga kita
selalu dapat berada dalam kondisi yang biasanya disebut “we are on the right track”
artinya kita dapat selalu berada dalam posisi atau jalur serta track yang benar.
Perencanaan yang baik dan benar itulah yang dikenal sebagai “Perencanaan
Strategis” oleh karena itu sering pula dikatakan bahwa perencanaan strategis berarti
akan menuntun kita kepada “doing the right thing” dan tidak atau bahkan malah
menuju kearah “doing the wrong thing”.
Setiap kegiatan haruslah selalu dipertimbangkan dan dirancangkan dengan
seksama agar kita akan selalu melakukan pekerjaan kita dengan baik dan benar serta
tidak melakukan pekerjaan yang justru keliru. Perencanaan kerja yang baik serta
strategis ini perlu dilakukan baik terhadap pekerjaan yang berskala besar terutama,
maupun pekerjaan-pekerjaan yang berskala kecil sekalipun. Contoh pekerjaan yang
berskala besar misalnya kita akan membuka bisnis baru, ataupun kita akan
memperluas perusahaan kita, atau kita akan mencoba untuk memproduksikan dan
kemudian memasarkan sebuah produk baru dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Semua kegiatan tersebut tentu saja karena berskala besar haruslah
direncanakan dengan seksama serta teliti dan dengan saksama serta teliti dan dengan
sebaik-baiknya agar nantinya tidak terjadi kekeliruan maupun hambatan.
Universitas Sumatera Utara
Download