OPT dan Sistem Peringatan Dini

advertisement
OPT dan Sistem Peringatan Dini
Oleh : Amaliah, S.P
Pendahuluan
Sektor pertanian dalam periode 2004-2008 berhasil meningkatkan produksi padi dari
54,1 juta ton GKG pada tahun 2004 menjadi 60,3 juta ton GKG pada tahun 2008 atau
meningkat dengan laju 2,8% per tahun. Bahkan laju peningkatan produksi padi dalam
periode 2006-2008 mencapai 5,2% per tahun. Keberhasilan dalam meningkatkan
produksi padi nasional ini menjadikan Indonesia kembali berswasembada beras pada
tahun 2008. Dalam periode yang sama, produksi jagung dan kedelai juga mengalami
peningkatan masing-masing dengan laju 9,5% dan 3,14% per tahun (Apryantono et al.,
2009; Bappenas, 2010).
Di balik keberhasilan itu, pembangunan pertanian ke depan akan dihadapkan kepada
berbagai kendala dan masalah biofisik, diantaranya perubahan iklim yang disebabkan
oleh pemanasan global akibat peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK). Hal ini
berdampak terhadap perubahan sistem fisik dan biologis lingkungan seperti
peningkatan intensitas badai tropis, perubahan pola presipitasi, salinitas air laut,
perubahan pola angin, masa reproduksi hewan dan tanaman, distribusi spesies dan
ukuran populasi, dan frekuensi serangan hama penyakit tanaman. Indonesia sebagai
Negara kepulauan yang terletak di kawasan khatulistiwa rentan terhadap perubahan
iklim. Beberapa unsur iklim yang mengalami perubahan antara lain pola curah hujan,
muka air laut, suhu udara, dan peningkatan kejadian iklim ekstrim yang menyebabkan
banjir dan kekeringan. Pertanian adalah sektor yang paling serius terkena dampak
perubahan iklim. Hampir semua sub-sektor pertanian, terutama hortikultura dan ternak,
mempunyai risiko tinggi terancam dampak perubahan iklim. Di sisi lain, sector pertanian
dituntut untuk berperan dalam pengembangan bahan bakar nabati (BBN) atau bioenergi
seperti biodiesel, bioetanol, dan biogas. Sumber utama biodiesel adalah kelapa sawit,
kelapa, jarak pagar, dan kemiri. Sumber bioetanol adalah komoditas penghasil pati
(sagu dan ubi-ubian), gula (tebu, nira), dan selulose (limbah kayu, bagas tebu).
Sementara sumber penghasil biogas adalah kotoran ternak. Walaupun tujuan utamanya
adalah untuk mitigasi atau penurunan emisi GRK dan ketahanan energi, tetapi
pengembangan BBN memerlukan upaya adaptasi, terutama dalam sistem produksi
bahan bakunya.
Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian diperlukan
pengelolaan data dan informasi untuk merumuskan arah dan strategi antisipasi dan
penyiapan program aksi adaptasi dengan dukungan teknologi inovatif dan adaptif.
Bahkan kebijakan sector pertanian dalam menghadapi perubahan iklim dan serangan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) memposisikan upaya adaptasi sebagai
strategi dan prioritas utama. Upaya pengelolaan data dan informasi dipandang sebagai
langkah peringatan dini terhadap perubahan iklim dan serangan OPT agar ketahanan
pangan dan sasaran pembangunan pertanian dapat dicapai. Upaya yang pengelolaan
data dan informasi sistematis dan terintegrasi dengan strategi yang handal, serta
komitmen dan tanggung jawab bersama dari berbagai pemangku kepentingan dan para
pihak sangat diperlukan dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim dan serangan
OPT.
Urgensi Early Warning System
Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) merupakan serangkaian sistem untuk
memberitahukan akan timbulnya kejadian alam, dapat berupa bencana maupun tandatanda alam lainnya. Peringatan dini pada masyarakat atas bencana merupakan
tindakan memberikan informasi dengan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat.
Dalam keadaan kritis, secara umum peringatan dini yang merupakan penyampaian
informasi tersebut diwujudkan dalam bentuk sirine, kentongan dan lain sebagainya.
Namun demikian menyembunyikan sirine hanyalah bagian dari bentuk penyampaian
informasi yang perlu dilakukan karena tidak ada cara lain yang lebih cepat untuk
mengantarkan informasi ke masyarakat. Harapannya adalah agar masyarakat dapat
merespon informasi tersebut dengan cepat dan tepat.
Deteksi Dini Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kegiatan
pengamatan yang dilaksanakan sejak dini terhadap perkembangan serangan OPT,
sehingga dimungkinkan adanya pengambilan tindakan teknis sebagai upaya preventif,
sehingga resiko kerusakan yang lebih besar pada tanaman dapat dihindari.
(DITJENTAN, Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan,
2008) Peramalan OPT adalah kegiatan untuk menduga atau memperkirakan
kemungkinan terjadinya suatu serangan dan penyebaran OPT berdasarkan factor yang
mempengaruhinya. (DITJENTAN, Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan
Tanaman Pangan, 2008).
Peringatan dini (Early warning) adalah laporan tentang kewaspadaan kemungkinan
terjadinya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) karena adanya
kecenderungan peningkatan kepadatan populasi atau tingkat serangan. Serangkaian
kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya serangan hama dan penyakit pada suatu tempat (DITJENTAN,
Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan, 2008).
Pada masyarakat petani, pengelolaan sistem informasi seyogyanya dikembangkan
lebih maju dengan melihat dan mempertimbangkan trend serangan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) dari tahun-ketahun. Untuk membangun kesigapan dan
kecepatan reaksi petani diperlukan model penyuluhan berbasis data dan informasi.
Karena waktu yang sempit dari saat dikeluarkannya informasi dengan saat (dugaan)
datangnya serangan OPT. Kondisi tanaman yang kritis, waktu sempit, kecepatan
meluasnya serangan OPT merupakan faktor-faktor yang membutuhkan peringatan dini.
Semakin dini informasi yang disampaikan, semakin longgar waktu untuk meresponnya.
Keluarnya informasi tentang kondisi serangan OPT merupakan muara dari suatu alur
proses analisis data-data trend serangan OPT. Ketepatan informasi hanya dapat
dicapai apabila kualitas analisis dan sintesis yang menuju pada keluarnya informasi
mempunyai ketepatan yang tinggi. Dengan demikian dalam hal ini terdapat dua bagian
utama dalam peringatan dini yaitu bagian hulu yang berupa usaha-usaha untuk
mengemas data-data menjadi informasi yang tepat dan menjadi hilir yang berupa usaha
agar infomasi cepat sampai ke Petani.
Tujuan Early Warning System
Bagi masyarakat petani, sistem peringatan dini dalam menghadapi serangan OPT
sangatlah penting, mengingat secara klimatologis wilayah Indonesia termasuk daerah
rawan serangan OPT. Dengan ini diharapkan akan dapat dikembangkan upaya-upaya
yang tepat untuk mencegah atau paling tidak mengurangi terjadinya dampak serangan
OPT. Keterlambatan dalam menangani serangan OPT dapat menimbulkan kerugian
yang semakin besar bagi petani. Dalam siklus manajemen penanggulangan OPT,
sistem peringatan dini serangan OPT mutlak sangat diperlukan pada setiap musim
tanam, sistem peringatan dini untuk setiap jenis data, metode pendekatan maupun
instrumentasinya serta pengelolaan informasinya. Tujuan akhir dari peringatan dini ini
adalah dengan pengelolaan data dan informasi yang tepat sehingga petani dapat
memprediksi dan mengantisipasi serangan OPT sehingga kerugian dapat diminimalisir.
Untuk mencapai tujuan akhir tersebut maka sebelumnya perlu dicapai beberapa hal
sebagai berikut:
a. Diketahuinya siklus serangan OPT.
b. Meningkatkannya knowledge (pengetahuan), attitude (sikap) dan practice
(Keterampilan) dari petani terhadap fenomena iklim yang akan memicu
munculnya serangan OPT.
c. Tertatanya suatu kawasan pertanian dengan mempertimbangkan potensi
serangan OPT.
d. Secara umum perlu pemahaman terhadap potensi dan factor serangan OPT.
Belajar Early Warning System dari Filipina
Departemen Pertanian Filipina telah mengembangkan sistem surveilensi OPT jagung
yang disebut Pestex untuk membantu mencegah terjadinya peledakan OPT dan
mengurangi kerugian ekonomi yang disebabkan oleh OPT. Salah satu tujuan dari
program tersebut adalah pengembangan jejaring surveilensi yang dilakukan oleh petani
untuk menentukan status OPT, pengumpulan data peramalan, dan penyediaan
informasi untuk membantu dalam pengambilan keputusan pengelolaan OPT. Petani
dan teknisi pertanian melaporkan data OPT ke penanggung jawab di tingkat pusat (Biro
Industri Primer, the Bureau of Primary Industry) dengan mengirimkan pesan melalui
telepon genggam. Informasi kemudian ditambahkan dalam database dan diverifikasi
oleh teknisi dengan mengunjungi area yang dilaporkan terinfeksi atau mencari sampel
dari daerah yang lebih terpencil. Rencana kegiatan untuk menanggapi kejadian tersebut
kemudian diimplementasikan.
Daftar Pustaka
Bappenas. 2010. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR). Sektor
Pertanian. www.bappenas.go.id/get-file-server/node/10618/
Ditjentan. 2008. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan,
Download