1 I. PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineesis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Indonesia sebagai sumber minyak nabati. Kelapa sawit dapat menghasilkan bahan-bahan dan produk-produk komersial yang dapat dimanfaatkan diantaranya minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Selain minyak, limbah kelapa sawit juga dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak dan pupuk serta bahan bakar alternatif. Dalam 10 tahun terakhir luas areal perkebunan kelapa sawit terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 8.7% per tahun dari hanya seluas 3 902 ribu ha pada 1999 meningkat menjadi 7 824 623 ha tahun 2010 (Petebang, 2011). Pengembangan perkebunan kelapa sawit terutama diarahkan pada areal di luar Pulau Jawa terutama Sumatera dan Kalimantan. Namun demikian produksi kelapa sawit Indonesia saat ini masih rendah sekitar 20 ton tandan buat segar (TBS)/ha/tahun dibandingkan Malaysia yang telah mencapai 28 ton/ha/tahun. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksi kelapa sawit. Pengembangan kelapa sawit perlu didukung oleh pengolahan yang tepat terutaman aspek pemupukan agar produktivitasnya tetap normal. Kebutuhan hara tanaman kelapa sawit sangat beragam terutama sekali tergantung pada potensi produksi dan faktor iklim. Jumlah hara yang dibutuhkan tanaman harus ditambahkan terus menerus, tidak hanya dalam bentuk pupuk kimia tapi bahan organik pun perlu diberikan. Akibat dari sering diberikannya zat kimia ke dalam tanah, membuat bahan organik dalam tanah menjadi turun. Hal ini membuat tanah menjadi semakin masam dan keras akibat kerusakan struktur dan tidak berkembangnya sebagian besar mikroorganisme tanah sehingga produksi kelapa sawit turun. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit, diperlukan bahan pembenah tanah agar ketersediaan haranya meningkat sehingga dapat menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Salah satu bahan pembenah tanah adalah bahan humat yang diperoleh dari hasil ekstraksi bahan organik. Perbaikan kualitas tanah dengan bahan pembenah tanah bahan humat diharapkan dapat meningkatkan produksi 2 kelapa sawit. Bahan humat berfungsi sebagai bahan pembenah tanah yang terlibat dalam reaksi kompleks dan dapat mempengaruhi kesuburan tanah dengan mengubah kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah (Tan,1994). Perbaikan sifat-sfat tanah diharapkan dapat meningkatkan serapan unsur hara di dalam tanah. Untuk itu maka perbaikan sifat-sifat tanah dengan bahan ameliorasi diharapkan dapat meningkatkan produksi kelapa sawit. Bahan humat umumnya diberikan dalam bentuk cair dan dalam jumlah yang kecil (beberapa liter/ha) sehingga dapat memudahkan pemberian di lapang diperlukan bahan carrier. Zeolit yang mempunyai KTK tinggi (120-180 meq/100g) karena zeolit memiliki pori-pori berukuran melekuler sehingga mampu memisahkan/menyaring molekul dengan ukuran tertentu, sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai carrier bahan humat. Zeolit memiliki sifat yang unik, diantaranya KTK tinggi, adsorben dan penyaring molekul, katalisator dan penukar ion. Penggunaan zeolit dalam penelitian ini diharapkan dapat memudahkan dalam aplikasi bahan humat sekaligus berfungsi sebagai carrier mengikat bahan humat dan melepasnya secara perlahan. Sehingga dapat mengatasi permasalahan rendahnya produksi kelapa sawit akibat rendahnya kadar bahan organik tanah, rendahnya daya jerap terhadap pupuk, dan rendahnya daya jerap tanah terhadap air. 1.2 Tujuan Penelitian (1) Mempelajari pengaruh bahan humat dengan carrier zeolit terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. (2) Menghitung peningkatan produksi tanaman kelapa sawit akibat pemberian bahan humat dengan carrier zeolit. (3) Untuk menetapkan dosis bahan humat yang tepat dan menetapkan jumlah carrier zeolit pada perkebunan kelapa sawit.