ISBN : 978-602-73060-1-1 POLIFARMAKOLOGI OBAT HERBAL, TANTANGAN DAN KESEMPATAN DALAM PENEMUAN OBAT Anny Lumban Toruan Program Studi Magister Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, jl Srengseng Sawah, Depok [email protected] ABSTRAK Polifarmakologi adalah area yang penting dalam integrasi antara sistem biologi dan penemuan obat. Polifarmakologi adalah interaksi molekul obat dengan banyak target, yang dapat mempengaruhi penyakit tunggal atau komplek. Suatu analisis yang sistematik terhadap tubuh manusia dan penyakit merupakan salah satu cara dalam pengembangan obat herbal yang amat diperlukan dalam pelayanan kesehatan. Pengembangan pengetahuan mengenai polifarmakologi semakin meningkatkan penerimaannya sebagai cara mencari obat dalam mengobati penyakit yang poligen, baik dari perspektif target penyakit maupun obat sendiri. Tujuan makalah ini adalah untuk menunjukkan penggunaan polifarmakologi dalam penemuan obat baru dari obat herbal dalam mengobati dan mencegah penyakit. Metode yang digunakan yaitu pendekatan sistem yang komprehensif yang dapat mengidentifikasi komponen aktif dan target di dalam suatu bahan dasar obat, disamping itu meningkatkan pengertian mengenai dasar biologi kerja farmakologi dari obat herbal. Kesimpulan makalah ini yaitu dapat memberikan pengertian mengenai interaksi antara molekul obat yang menjelaskan mekanisme kerja obat herbal dengan berbagai target penyakit dalam kesempatan dan tantangan penemuan obat baru dari obat herbal. Kata kunci: Polifarmakologi, sistem biologi , obat herbal, mekanisme kerja obat herbal PENDAHULUAN Obat tradisional Cina (Traditional Chinese Medicine-TCM) memiliki sejarah yang panjang, merupakan sistem yang cost effective dalam pengobatan, berbeda dalam substansi, metodologi, filosofi dari obat modern dan memainkan peranan yang penting dalam mempertahankan kesehatan untuk manusia di dunia.1 Meningkatnya popularitas produk herbal memberikan kenaikan nilai ekonomi dalam industri, yang meningkat ratusan miliar dolar setiap tahunnya, yang dibantu dengan berkembangnya pengetahuan efek fisiologi yang lebih komplek dari produk herbal. Obat herbal sering dikombinasi dengan bahan botani lain, kadang-kadang bahkan sampai 50 spesies yang memiliki ribuan komponen kimia. Namun, hanya sebagian saja menunjukkan kerja farmakokinetik dengan potensi efek biologi. 2 Dimana, efek terapetik dari produk herbal ini mungkin berasal dari kerja sama dari sekian banyak bahan herbal tsb. Pengembangan obat Penemuan dan pengembangan obat tradisional dimulai dengan ditemukannya target, yaitu suatu survei kemampuan protein (Gambar 1a).1 Sebenarnya hanya 600 protein manusia yang terdaftar dan disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration (FDA). Namun pada akhir-akhir ini pengenalan protein ini meningkat dengan cepat. Sampai saat ini secara tradisional studi obat pada manusia dimulai dengan studi fase I diikuti dengan fase II yang melibatkan beberapa ratus pasien dimana efikasi obat pada penggunaan terapi yang khusus diuji dan efek tempat bekerja dimonitor. Setelah fase II berhasil diselesaikan, kandidat obat memasuki fase III dengan jumlah pasien yang lebih besar, disini dilakukan studi keamanan dan efikasi yang lebih lama. Apabila kandidat Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 152 ISBN : 978-602-73060-1-1 obat terbukti dapat digunakan untuk pengobatan yang spesifik, maka, obat didaftarkan dan akhirnya dapat dipasarkan. Keseluruhan proses ini memakan waktu 1017 tahun. Kerja farmakodinamik (PD) dan farmakokinetik (PK) secara alamiah saling berkaitan, situasi akan rumit ketika hasil metabolism menghasilkan komponen yang memiliki kerja PD dan PK sendiri, dipandang secara kolektif sebagai sifat Adsortion, Distribution, Metabolism and Excretion (= ADME). Pengumpulan data efikasi dan efek samping paska pemasaran disebut sebagai fase IV. Gambar 1. Jalur pengembangan obat. A. Cara tradisional. B. Reposisi obat Diambil dengan modifikasi dari1. Peningkatan kemampuan komputasi memungkinkan untuk mengelola data biologi/medis membuahkan sistem informatika yang lebih komplek. Pendekatan jaringan farmakologi TCM memberikan paradigma pencarian baru untuk menerjemahkan dari hasil percobaan menjadi sistem Evidence-based Medicines (EBM) yang akan mempercepat dan meningkatkan penemuan obat TCM.2 Jaringan Pharmakologi TCM Kemajuan bioinformatika yang cepat, pendekatan sistem biologi dan polifarmakologi dengan dasar jaringan menjanjikan bagi pengembangan obat yang cost efektif, 1 TCM kuno menggunakan bukti ilmiah dari formula herbal dan jaringan, sehingga kemudian pada tahun 2007 dikembangkan strategi penelitian berdasarkan jaringan, Formula herbal (jaringan herbal) Ko - modul Target jaringan (jaringan biomolekuler) Sindrom TCM/penyakit (jaringan fenotip) Gambar 2: Kerangka jaringan farmakologi TCM dan konsep jaringan target. Diambil dari 2 Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 153 ISBN : 978-602-73060-1-1 Li memperbaharui kerangka penelitian TCM sebagai suatu “jaringan herbal-jaringan biologi-jaringan fenotip” (“Herb network-Biological networkPhenotype network”) dengan mengusulkan konsep baru yaitu “Target jaringan”. Pada tahun 2012 subjek jaringan farmakologi menjadi metoda penelitian obat. Suatu seri metoda juga diciptakan oleh laboratorium Li untuk mendukung secara metodologi jaringan farmakologi untuk TCM (Tabel1). Tabel 1: Konsep, metode dan database diciptakan oleh laboratorium Li dalam jaringan farmakologi TCM4 Kategori Istilah Uraian Tahun Hipotesa hubungan antara sindrom TCM dan 1999 network molecular TCM berdasarkan jaringan dalam kerangka 2007 penelitian yang diusulkan yang berhubungan Jaringan dengan jaringan farmakologi. Konsep farmakologi Studi kasus formula herbal berdasarkan jaringan 2007 TCM digin /panas dan sindrom panas/dingin Usulan jaringan“Herb network-Biological network2009 Phenotype network” Konsep baru yang diusulkan “Jaringan target” 2011 CIPHER Ramalan berdsarkan jaringan untuk gene penyakit 2008 Ramalan berdasarkan jaringan untuk (bahan obat) 2010 drugCIPHER target dan fungsi 2012 comCIPHER Drug–gene–disease analisa co-module 2011 CIPHER-HIT Ramalan gen penyakit berdasarkan Modularitas 2010 Konstruksi jaringan herbal dan analisis co-module 2010 Metode DMIM untuk formula herbal 2011 Asesmen berdasarkan jaringan untuk kerja obat 2006 NADA herbal 2010 Identifikasi berdasarkan jaringan kerja sinergi NIMS 2011 multi- component dan kombinasi obat herbal) Drug Suatu model formal untuk analisis efek kombinasi combination obat model LMMA Konstruksi jaringan biomolekular penyakit spesifik 2010 CSPN Konstruksi jalur jaringan penyakit spesifik 2010 ClustEx Disease-specific responsive gene module 2010 identification HerbBioMap Suatu sumber data molecular untuk fenotip herbal 2010 Data dan TCM base dbNEI Suatu data base interaksi neuro-endocrine-immune 2006, dan jaringan drug-NEI-disease 2008 Pada umumnya hanya 11% dari komponen yang memasuki fase klinik akan memasuki pasar (Gambar 3).Untuk beberapa area terapi angka ini bahkan lebih rendah (seperti pada obat susunan syaraf pusat dan onkologi). Penapisan efikasi, toksikologi dan keamanan dari 2000 bahan hanya (± 12 %) yang lolos. Pada tahun 1991, lebih dari 40% pendafataran gagal karena masalah PK/ketersediaan hayati. Disamping itu aturan yang lebih ketat juga menjadi penyebab dari kegagalan pada penapisan; Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 154 ISBN : 978-602-73060-1-1 keamanan klinik selalu merupakan standar tertinggi. Kegagalan kandidat obat menjadi hambatan karena hanya 5 dari 40,000 molekul yang diuji pada hewan akan mencapai uji pada manusia. 5 Gambar 3: Angka keberhasilan dalam fase klinik dari berbagai kategori terapetik. Diambil dari 2, dengan modifikasi. Pada gambar dibawah ini diberikan skema pendekatan jaringan farmakologi TCM dari berbagai formula TCM terhadap sistem jaringan biologi dari (Gambar 3).4 Gambar 4:Aplikasi jaringan farmakologi TCM Diambil dari 4 Polifarmakologi. 6 Polifarmakologi menjelaskan aktivitas komponen pada multipel target. Fokus penelitian polifarmakologi terdiri dari dua aspek yaitu: (1) polifarmakologi yang tidak disengaja dapat menyebabkan efek samping, Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 155 ISBN : 978-602-73060-1-1 Bagian ini mendiskusikan hubungan polifarmakologi dengan keamanan obat, mitigasi dari resiko keamanan. Pada bagian ini dilakukan identifikasi komponen polifarmakologi lebih awal dalam proses penemuan obat. Aspek berikut:(2) yaitu polifarmakologi yang melintasi beberapa target yang berkaitan dengan penyakit, yaitu memperbaiki efikasi efek terapi, menghindari resistensi obat, mengurangi efek samping efek samping yang disebabkan oleh obat berikatan dengan target yang tidak diinginkan (kerugian polifarmakologi) dapat dihindari dengan identifikasi sedini mungkin dalam selama proses penemuan obat. Potensi efek sinergis dari (keuntungan polifarmakologi) harus dipertimbangkan dan dimasukkan dalam strategi rancangan obat. Kemudian dilakukan pendekatan polifarmakologi obat dengan reposisi obat sehingga mengenai target yang tepat. Beberapa tahun belakangan ini paradigma “satu target, satu obat ” dalam penelitian tradisional bergeser dengan diketahuinya bahwa molekul kecil berinteraksi secara bersamaan dengan multi target, fenomena ini diketahui sebagai polifamakologi. Effikasi, keamanan hampir seluruhnya bergantung pada profil polifarmakologinya, yaitu molekul obat bekerja ganda bukan lagi sebagai “magic bullet” tetapi menjadi “magic shotguns” yaitu molekul yang mencari berbagai target. untuk mencapai keamanan sehingga menguntungkan dalam pengobatan penyakit multigen, disamping itu, infeksi Belakangan ini, konsep” magic bullets” tidak dianut lagi. Bukti terkini menunjukkan bahwa beberapa obat bekerja sebagai protein Seperti benzodiazepine bekerja sebagai protein komplek misalnya tidak hanya mempengaruhi chanel ion GABA-ergic dalam pengobatan schizophrenia Pada tabel dibawah ini digambarkan klasifikasi metoda polifarmakologi (Tabel 2), yaitu dengan metodologi pendekatan system biologi, kemiripan efek samping sampai kepada memantek beberapa ligan terhadap beberapa target. Tantangan dan Kesempatan polifarmakologi 8 Disamping pertumbuhannya yang cepat, polifarmakologi menghadapi deberapa tantangan . Keterbatasan utama adalah mekanisme atau jalur polifarmakologi baru dimengerti pada tingkat molekul dari penyakit. Sehingga sukar untuk menggambarkan jaringan polifarmakologi tanpa data yang lengkap. Disamping itu teknik menggali dan metodologi pemetaan diperlukan untuk menganalisis data yang komplek, dan membangun asosiasi adalah hal yang sulit setelah jaringan yang komplek Tabel 2. Klasifikasi metoda polifarmakologi 7 Methodologi Uraian Pendekatan sistem biology/farmakologi Menggunakan pendekatan experimental dan komputasional untuk mengerti systems-level dari penyakit dan baik terapi dan mekanisme efek samping dari kerja obat. Kemiripan efek samping Obata tau target dipetakan berdasarlam kemiripan fenotip efek samping SEA Protein yang berkaitan mirip pada sisi kimia diantara ligannya. Dapat digunakan untuk mencari database komponen yang besar untuk membangun peta cross-target yang mirip Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 156 ISBN : 978-602-73060-1-1 Pendekatan berdasarkan pengeahuan Jaringan antara berbagai biomolekul yang tersimpan dalam database. Alat menggali teks Alat menggali teks digunakan untuk mencari peta informasi dri pustaka dan database publik Memantek atau membalikkan pantek Memantek ligan terhadap beberapa target dibangun.. Publikasi yang diterbitkan sering memberikan informasi database yang tidak sinkron. Walaupun tantangan terhadap polifarmakologi masih banyak, tetapi pendekatan polifarmakologi masih memiliki potensi untuk mentransform generasi berikutnya dari penemuan dan pengembangan obat. Rata-rata obat berinteraksi dengan 6 target . Teori polifarmakologi telah berhasil diadopsi untuk berbagai penyakit yang komplek. Bolognesi et al melaporkan memoquin, suatu komponen dalam pengobatan Alzheimer‟, banyak target untuk pengobatan penyakit. Akhirnya, kemiripan kimia didefinisikan dan diukur untuk setiap pasang, seperti efek samping berbagai penyakit pada tingkat molekuler dimengerti. Sangat sukar mendapat jaringan polifarmakologi tanpa data yang lengkap . Disamping itu teknik menggali yang lebih dan metodologi pemetaan dibutuhkan untuk mengerti hubungan juga merupakan tantangan tugas. Dalam penggalian teks banyak publikasi dengan iformasi yang tidak dilengkapi database sinkron. 8 Polifarmakologi dapat digunakan untuk mengidentifikasi obat yang off target. Ini terutama penting untuk meramalkan efek samping dari obat baru yang sedang dikembangkan. Dipihak lain dapat juga digunakan mereposisi dengan mengidentifikasi indikasi baru. Sebagai kenyataan NIH dan FDA meluncurkan program untuk mengidentifikasi penggunaan baru dari obat yang ada. Pertumbuhan metoda komputasi untuk meramalkan polifarmakologi, penggunaannya dalam penemuan obat dan meramalkan efek samping produk yang sedang diproduksi akan menjadi model selama pengembangannya.8 Beberapa tahun yang akan datang pendekatan polifarmakologi yang komprehensif akan sangat berkembang dan rancangan rasional dari obat akan menghasilkan obat yang lebih poten tetapi kurang toksik, walaupun ini masih merupakan langkah yang masih sulit. 8 Kesimpulan Konsep polifarmakologi adalah interaksi molekul obat dengan banyak target, yang dapat mempengaruhi penyakit tunggal atau komplek, membuka off-targets dari obat yang ada, dan dapat menjelaskan efek samping obat dan toksisitas. Polifarmakologi dapat digunakan ;untuk reposisi obat dengan menemukan indikasi baru atau target pengobatan baru dari obat yang ada. Pendekatan komputasi untuk model polifarmakologi akan berkembang dengan cepat dan luas dalam penggunaannya dalam penemuan obat. Pendekatan dasar adanya kesamaan, dasar jaringan, dan dasar struktur yang berhubungan dalam polifarmakologi. Ketepatan atau integrasi data tingkat tinggi dan pengembangan metodologi dari berbagai disiplin dalam pengembangan diperlukan untuk menjelaskanan kecenderungan polifarmakologi dan rancangan rasional dari obat banyak target. Berbagai tantangan tetap ada untuk modeling polifarmakologi dan rancangan rasional dari obat yang banyak target tetap saja komplek. Dalam paradigm baru yaitu polifarmakologi, hasil observasi bahwa obat pada umumnya bekerja pada banyak protein. Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 157 ISBN : 978-602-73060-1-1 Daftar Pustaka Corson TW, Crews CM. (2007), Molecular understanding and modern application of traditional medicines: triumphs and trials, [J]. Cell, , 130(5):769-774. Vallejo,LF. (2012) Expanding the medicinally relevant chemical space with compound libraries. Drug Discov. Today 17:718–726 Hopkins AL. (2008) Network pharmacology: the next paradigm in drug discovery. Nat. Chem. Biol. 4(11):682– 690. LI S., Zhang Bo.(2013) Pharmacology network Traditional China Medicine: Theory, methodology and application, Chinese Journal of Natural Medicines 10.3724/SP.J.1009.00110 A Srinivas Reddy; Shuxing, Zhang (2013) Polypharmacology: Drug Discovery for the Future, Expert Rev Clin. Pharmacol. 6(1) :41-7. Andrew A., Bajorath J., Rastelli G., (2014) Polypharmacology: Challenges and Opportunities in Drug Discovery. J. Med. Chem., 57 (19): 874–7887 Taranjit SG , Peshkin L., and Kirschner MW., (2014) Exploiting polypharmacology for drug target deconvolution. J. Med. Chem., 57 (19): 7874–7887 Jacobson, K A., Costanzi, S., and Paoletta, S. (2014). Computational studies to predict or explain G protein coupled receptor polypharmacology. Trends Pharmacol. Sci. 35: 658–663. Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 158