1 pendahuluan - IPB Repository

advertisement
 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Meranti (Shorea spp.) merupakan anggota Dipterocarpaceae yang tumbuh
dominan di hutan hujan tropis Asia Tenggara terutama di Malaysia dan Indonesia.
Indonesia memiliki sekitar 143 spesies Shorea yang dapat dikelompokkan ke
dalam empat nama perdagangan yaitu meranti merah, meranti kuning, meranti
putih dan balau. Pohon ini tersebar di pulau Sumatera, Bangka-Belitung,
Kalimantan dan beberapa lokasi di pulau Jawa yang memiliki curah hujan di atas
2000 mm per tahun (Departemen Kehutanan 2007). Kayu meranti dapat
digunakan untuk berbagai keperluan seperti kayu lapis, kayu gergajian dan bahan
bangunan. Dalam hutan alaminya, meranti menghasilkan serasah yang melimpah
sebagai sumber nutrisi bagi kelangsungan hidup mikroorganisme saprob termasuk
cendawan.
Cendawan saprob sangat besar peranannya dalam menjaga keseimbangan
ekosistem. Cendawan memperoleh nutrisi dari lingkungannya dengan cara
dekomposisi serasah melalui proses enzimatik (Thorn et al. 1996). Pada berbagai
ekosistem, nutrisi itu juga menjadi sumber makanan bagi berbagai mahluk hidup
lain yang menempati ekosistem tersebut. Pada umumnya cendawan mampu
mendekomposisi selulosa dan lignin yang merupakan komponen terbesar dari
serasah yang sulit didekomposisi. Selain itu, cendawan berperan dalam daur ulang
nutrien dan pembentukan humus (Dwivedi & Shukla 1977; Sinha 1982; Osono et
al. 2009). Proses dekomposisi dan daur ulang nutrien merupakan aktivitas dari
banyak mikrob dalam suatu komunitas.
Studi mengenai struktur komunitas cendawan pendegradasi serasah Shorea
spp. tidak banyak dilaporkan. Padahal struktur komunitas cendawan saprob perlu
diketahui, sebelum proses-proses yang melibatkan cendawan saprob tersebut
dimanipulasi untuk kepentingan manusia. Struktur komunitas merupakan suatu
konsep yang mempelajari susunan atau komposisi spesies dan kelimpahannya
dalam suatu komunitas (Schowalter 1996). Ada beberapa pendekatan yang dapat
digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas yaitu keanekaragaman
spesies, interaksi spesies dan organisasi fungsional (Schowalter 1996). Dalam
penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah keanekaragaman spesiesnya.
Beberapa studi tentang struktur komunitas cendawan saprob dari daerah
penyebaran Shorea spp. seperti India dan Thailand pernah dilakukan. Soni et al.
(2011) mempelajari komunitas cendawan pada Shorea robusta di India dalam
kaitannya dengan perubahan musim. Beberapa jenis cendawan kosmopolit seperti
Aspergillus flavus, Aspergillus niger dan Rhizopus stolonifer terlibat dalam
dekomposisi serasah sepanjang tahun, sementara Aspergillus fumigatus,
Cladosporium cladosporioides, Cladosporium oxysporum, Curvularia indica, dan
Curvularia lunata terlibat hanya dalam tiga musim. Beberapa cendawan
ektomikoriza yaitu Astraeus hygrometricus, Boletus fallax, Calvatia elata,
Mycena roseus, Periconia minutissima, Russula emetica, Scleroderma bovista,
Scleroderma geaster, Scleroderma verrucosum dan empat cendawan steril hanya
ditemukan pada musim hujan (Juni-Agustus), sedangkan cendawan lainnya
seperti Alternaria citri, Gliocladium virens, Helicosporium phragmitis dan
2 Pithomyces cortarum jarang dan hanya ditemukan dalam satu musim. Studi
struktur komunitas cendawan pada serasah meranti dilaporkan oleh Osono et al.
(2009) di Thailand. Mereka mengisolasi delapan puluh spesies cendawan dari
serasah daun Shorea obtusa dan mengamati suksesi cendawan tersebut selama
proses dekomposisi. Trichoderma asperellum dan Aspergillus sp. merupakan
cendawan yang dominan ditemukan selama proses dekomposisi, sedangkan
Nigrospora sp., Cladosporium oxysporum dan Talaromyces sp. menurun selama
proses dekomposisi dan satu spesies dalam Amphisphaeriaceae yang belum
teridentifikasi mengalami peningkatan selama dekomposisi.
Cendawan saprob merupakan bagian dari mikroflora serasah hutan. Salah
satu aspek dalam teknik silvikultur intensif yang berkaitan dengan mikroflora
serasah adalah pemanfaatan mikroba asal areal pertanaman pohon hutan untuk
menunjang pertumbuhan bibit meranti.
Keanekaragaman cendawan pendekomposisi serasah daun pada daerah
tropis diketahui sangat tinggi (Polishook et al. 1996; Paulus et al. 2003; Santana
et al. 2005). Namun, perubahan-perubahan ekosistem dapat menyebabkan
kepunahan pada spesies-spesies cendawan pendekomposisi, oleh sebab itu
cendawan-cendawan ini perlu dilestarikan. Upaya pelestarian ini hanya dapat
dilakukan jika setiap komponen penyusun komunitas dikenal dan diketahui baik
spesies maupun perannya di alam. Struktur komunitas cendawan saprob pada
serasah meranti di Indonesia belum pernah dilaporkan, padahal Indonesia kaya
dengan spesies meranti, oleh sebab itu biodiversitas dari cendawan saprob sangat
penting dipelajari dan diharapkan keanekaragaman yang tinggi juga memberikan
peluang untuk ditemukannya spesies langka dan spesies baru.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui struktur komunitas cendawan saprob berspora pada serasah daun
dan ranting meranti yang meliputi keanekaragaman, kekayaan dan kemerataan
spesies cendawan.
2. Mengetahui spesies cendawan saprob yang melimpah dan dominan pada
serasah daun dan ranting meranti.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yaitu memberikan informasi awal tentang struktur
komunitas cendawan saprob pada serasah daun dan ranting meranti. Informasi
dapat dijadikan acuan bagi pengenalan spesies cendawan endemik atau khas
serasah meranti, sehingga kedepannya dapat dijadikan sumber data untuk
konservasi meranti dan konservasi eksitu cendawan khas serasah meranti.
Download