7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen dan Pemasaran 2.1.1

advertisement
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen dan Pemasaran
2.1.1 Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata
manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang
berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal
dari bahasa latin manus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh
dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang
berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda),
dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis
lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai
seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti
bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah
proses
perencanaan,
pengorganisasian,
pengkoordinasian,
dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif
7
8
dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
2.1.2 Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2005:10) “Pemasaran adalah suatu
proses sosial dan manajerial dimana individu-individu dan kelompokkelompok mendapat apa saja yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk yang bernilai”. Jadi dapat
disimpulkan pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan individu
maupun kelompok dalam menyalurkan barang, jasa maupun ide dari
produsen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Tujuan
dilakukannya pemasaran adalah untuk memudahkan dan mendorong
adanya pertukaran dan keputusan pembelian untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan manusia.
2.2
Pengertian Manajemen Pemasaran
2.2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran
Menurut Kotler (2007:6) Manajemen sebagai seni dan ilmu
memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan
nilai pelanggan yang unggul.
9
2.3
Perilaku Konsumen
2.3.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Leon Schiffman dan Lazar Kanuk (2007:284)
“Perilaku Konsumen (Consumer Behavior) adalah perilaku yang
ditunjukkan dalam mencari, membeli, menggunakan, menilai, dan
menentukan produk, jasa, dan gagasan”.
Konsumen adalah orang atau organisasi yang membeli barang atau
jasa untuk dikonsumsi atau dijual kembali atau diolah menjadi barang lain
lebih lanjut. Dengan demikian yang disebut konsumen tidak hanya
meliputi konsumen akhir, tetapi juga konsumen antara dan konsumen
industri. Untuk mencapai tujuannya setiap perusahaan baik dagang, jasa
maupun industri sudah tentu memerlukan kehadiran konsumen. Bahkan
untuk mencapai tujuan tersebut, para pelaku bisnis rela mengeluarkan
biaya besar untuk menarik perhatian konsumen seperti melakukan promosi
dan riset konsumen dalam rangka menyusun strategi pemasaran yang
tepat.
Perilaku konsumen dalam membeli jasa (termasuk di dalamnya
jasa pariwisata) sedikit berbeda dengan perilaku konsumen dalam membeli
produk barang. Bila dibandingkan dengan produk barang, maka penilaian
konsumen terhadap jasa cenderung lebih subjektif. Sebab karakteristik jasa
bersifat abstrak, tidak bisa dilihat secara kasat mata dan tidak ada tenggang
waktu antara masa produksi dan masa konsumsi.
10
2.3.2 Karakteristik yang mempengaruhi perilaku konsumen
Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik sebagai
berikut:
1) Faktor Budaya, mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam pada
perilaku konsumen. Budaya (culture) adalah penyebab keinginan dan
perilaku seseorang yang paling dasar. Perilaku manusia dipelajari
secara luas. Tumbuh di dalam suatu masyarakat, seorang anak
mempelajari nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku dari keluarga
dan institusi penting lainnya. Pemasar selalu berusaha menemukan
perubahan budaya untuk menemukan produk baru yang mungkin di
inginkan orang.
2) Faktor Sosial, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
sosial. Seperti diantaranya: Kelompok kecil, keluarga, serta peran dan
status sosial konsumen. Prilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak
kelompok (group) kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh
langsung dan tempat di mana seseorang menjadi anggotanya disebut
kelompok keanggotaan.
3) Faktor
Pribadi,
keputusan
pembeli
juga
dipengaruhi
oleh
karakteristik pribadi seperti usia dan tahap siklus hidup pembeli,
pekerjaan situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan kosep
diri.
11
a) Usia dan Tahap Siklus Hidup
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang
hidup mereka. Pemasar sering mendefinisikan pasar sasaran
mereka dengan tahap siklus hidup dan mengembangkan produk
dan rencana pemasaran yang sesuai untuk setiap tahap itu.
b) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka
beli. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang
mempeunyai minat di atas rata-rata pada produk dan jasa mereka.
c) Situasi Ekonomi
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk.
Pemasar
barang-barang
yang
sensitif
terhadap
pendapatan
mengamati gejala pendapatan pribadi, tabungan, dan suku bunga.
d) Gaya Hidup
Gaya hidup (lifestyle) adalah pola hidup seseorang yang
diekspresikan
melibatkan
dalam
keadaan
pengukuran
psikografisnya.
dimensi
AIO
utama
Gaya
hidup
pelanggan-
activities/kegiatan (pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, acara
social), interest/minat (makanan, pakaian, keluarga, rekreasi), dan
opinions/pendapat (tentang driri mereka, masalah sosial, bisnis,
produk).
12
e) Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian (personality) mengacu pada karakteristik psikologi
unik yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan
bertahan lama terhadap lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian
biasanya digambarkan dalam karakteristik seperti kepercayaan diri,
dominasi,
kemampuan
bersosialisasi,
otonomi,
cara
mempertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan sifat agresif.
Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisa prilaku konsumen
untuk produk atau pilihan merek tertentu.
4) Faktor Psikologi
Pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama,
adalah:
a) Motivasi, seseorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan.
Salah satunya adalah kebutuhan biologis, timbul dari dorongan
tertentu seperti rasa lapar, haus, dan ketidaknyamanan. Motif
(motive/dorongan) adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang
mengarahkan seseorang mencari kepuasan. Sigmund Freud
mengasumsikan bahwa “kebanyakan orang tidak sadar akan
kekuatan psikologi sejati yang membentuk perilaku mereka.”
Teori Freud “menyatakan bahwa keputusan pembelian seseorang
dipengaruhi oleh motif bawah sadara yang bahkan tidak dipahami
sepenuhnya oleh pembeli.”
13
b) Persepsi (perception) adalah proses dimana orang memilih,
mengatur menginterprestasikan informasi untuk membentuk
gambaran dunia yang berarti. Orang dapat membentuk persepsi
yang berbeda dari rangsangan yang sama karena tiga proses
perceptual (berhubungan dengan rangsangan sensorik): atensi
selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif.
c) Pembelajaran
(learning),
menggambarkan
perubahan
dalam
perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.
d) Keyakinan dan Sikap, adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki
sesesorang tentang sesuatu. Keyakinan bisa didasarkan pada
pengetahuan nyata, pendapat atau iman, dan bisa membawa
muatan emosi maupun tidak. Sikap (attitude) menggambarkan
evaluasi, perasaan dan tendensi yang relatif konsisten dari
seseorang terhadap sebuah objek atau ide.
2.4
Persepsi
2.4.1 Pengertian Persepsi
Menurut Schiffman, Leon and Kanuk, Leslie Lazar (2007:137)
definisi persepsi pelanggan yaitu:
“proses yang dilakukan individu untuk memilih, mangatur, dan
menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal
mengenai dunia”.
14
Menurut Kotler (2008 : 248) definisi persepsi pelanggan yaitu:
“Persepsi adalah proses dimana seorang individu memilih,
merumuskan, dan menafsirkan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan suatu gambaran yang bermakna tentang dunia ”.
Persepsi tergantung bukan hanya pada sifat rangsangan fisik, tetapi
juga pada hubungan rangsangan dengan medan sekelilingnya dan kondisi
dalam diri individu. Orang dapat muncul dengan persepsi yang berbeda
terhadap objek rangsangan yang sama karena tiga proses yang berkenaan
dengan persepsi yaitu : penerimaan rangsangan secara selektif, perubahan
makna informasi secara selektif dan mengingat sesuatu secara selektif.
1) Perhatian Selektif (Selektif attention)
Orang pada umumnya dihadapkan pada rangsangan yang jumlahnya
sangat banyak setiap hari dan tidak semua rangsangan ini dapat
diterima. Perhatian harus dibuat selektif agar dapat menarik perhatian
konsumen karena pesan yang disampaikan akan hilang. Kecuali pesan
yang cukup menonjol atau dominan. Adalah mustahil bagi seseorang
untuk menanggapi semua rangsangan itu. Kebanyakan rangsangan itu
akan disaring. Tantangan nyata adalah untuk menjelaskan rangsangan
manakah yang diindahkan oleh seseorang. Berikut ini beberapa hasil
penemuan:
a) Orang lebih banyak memperhatikan rangsangan yang mereka
harapkan sebelum kebutuhannya pada waktu itu.
15
b) Orang lebih banyak memperhatikan rangsangan yang mereka
harapkan sebelumnya.
c) Orang
lebih
banyak
memperhatikan
rangsangan
yang
penyimpangannya besar dalam hubungannya dengan ukuran
normal suatu rangsangan tertentu.
Penerimaan informasi secara terpilih itu membuat pemasar bekerja
keras untuk mencari perhatian konsumen. Pesan-pesan yang mereka
sampaikan.
2) Perubahan Makna Secara Selektif (Selektive distortion)
Rangsangan yang dipertahankan konsumen tidak selalu seperti apa
yang dimaksud. Setiap orang berusaha menyesuaikan informasi yang
masuk dengan pandangannya. Distorsi selektif menggambarkan
kecenderungan orang untuk merakit informasi ke dalam pengertian
pribadi. Orang cenderung menafsirkan informasi dengan cara yang
lebih mendukung daripada menentang konsepsi yang telah dimilikinya.
Dengan demikian upaya untuk memahami susunan pikiran konsumen
dan bagaimana dampak dan serta interpretasi iklan dan produk mereka
yang perlu diperhatikan.
3) Mengingat Kembali secara selektif (Selektif retention)
Orang cenderung melupakan apa yang mereka pelajari dan menahan
informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka. Mengingat
yang selektif berarti mereka akan mengingat apa yang dikatakan
16
sebagai keunggulan suatu produk dan melupakan apa yang dikatakan
pesaing. Konsumen akan mengingat pada saat pemilihan produk.
2.4.2 Elemen – elemen Persepsi
Persepsi merupakan proses yang dilakukan seorang individu dalam
memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan dalam suatu gambar
yang berarti dan koheren. How we see the wold around us:
1) Stimuli: Unit-unit atau input untuk setiap sense (rasa), seperti: produk,
kemasan, nama merek, iklan dan lain-lain.
2) Sensasi: Respon segera dan langsung dari organ-organ sensory
terhadap stimuli.
3) Sensory receptors: organ-organ manusia: mata, telinga, hidung, mulut
dan kulit yang menerima input.
2.4.3 Unsur-unsur Persepsi, terdiri dari :
1) Sensasi, merupakan respon yang segera dan langsung dari alat
pancaindera terhadap stimuli yang sederhana (iklan, kemasan, merk).
Stimulus adalah setiap unit masukan yang diterima oleh setiap indera.
2) Ambang Absolut, adalah tingkat terendah di mana seseorang dapat
mengalami sensasi. Titik di mana seseorang dapat mengetahui
perbedaan antara “ada sesuatu” dan “tidak ada apa-apa” merupakan
ambang absolut orang itu terhadap stimulus tersebut. Di bidang
persepsi, istilah penyesuaian diri khususnya merujuk pada “menjadi
17
terbiasa” dengan sensasi tertentu, menjadi terbiasa terhadap tingkat
stimulasi tertentu.
3) Ambang Diferensial atau j.n.d (just noticeable difference =
perbedaan yang mulai bisa terlihat), adalah perbedaan minimal yang
dapat dirasakan antara dua macam stimuli yang hampir serupa.
Ilmuwan jerman abad kesembilan belas yang bernama Ernest Weber
menemukan bahwa j.n.d antara dua stimuli tidak merupakan jumlah
absolut, tetapi jumlah relatif atas intensitas stimulus pertama.
Hukum Weber menyatakan bahwa sebagai stimulis pertama,
semakin besar intensitas tambahan yang dibutuhkan supaya
stimulus kedua dapat dirasakan perbedaanya. Menurut hukum
Weber, tingkat stimulus tambahan yang sama dengan j.n.d harus
ditambah bagi kebanyakan orang supaya dapat merasakan perbedaan
antara stimulus yang dihasilkan dengan stimulus pertama.
4) Aplikasi j.n.d. ke pemasaran
Aplikasi Hukum Weber penting bagi pemasaran. Para produsen dan
pemasar berusaha menetapkan j.n.d yang relevan untuk produk mereka
karena dua alasanyang sangat berbeda:
a) Supaya berbagai perubahan negatif (misalnya, pengurangan ukuran
atau kualitas produk, atau peningkatan harga produk) tidak dapat
dengan mudah dilihat oleh publik (tetap dibawah j.n.d).
b) Supaya perbaikkan produk (seperti kemasan yang diperbaiki atau
diperbarui, ukuran yang diperbesar atau harga yang lebih rendah)
18
sangat jelas bagi para konsumen tanpa pemborosan yang tidak
berguna (berada ditingkat atau sedikit diatas j.n.d).
Persepsi Subliminal, adalah stimuli yang terlalu lemah atau terlalu singkat
untuk terlihat atau terdengar secara sadar mungkin akan cukup kuat untuk
dapat disadari oleh satu sel atau lebih penerima. Walupun jelas tidak
dibawah ambang batas absolute penerima yang terlibat. (persepsi stimuli
yang berada di atas tingkat kesadaran secara teknis disebut persepsi
upraliminal walaupun biasanya agar lebih sederhana disebut persepsi).
2.4.4 Dinamika Persepsi
Salah satu tipe masukan adalah stimuli fisik dari lingkungan awal
lingkungan luar; tipe masukan lainnya diberikan oleh individu sendiri
dalam bentuk kecenderungan tertentu (harapan, motif dan pengetahuan)
yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya. Kombinasi tipe masukan
yang sangat berbeda ini menghasilkan bagi kita gambaran yang sangat
pribadi dan sangat khusus mengenai dunia. Karena setiap orang
merupakan individu yang unik dengan pengalaman, kebutuhan, keinginan,
dan harapan yang unik, maka persepsi setiap individu juga unik. Hal ini
menjelaskan mengapa tidak ada dua orang yang melihat dunia dengan cara
yang persis dan sama.
Individu sangat selektif mengenai stimuli mana yang mereka
“akui”; secara tidak sadar mereka mengorganisir stimuli yang benar-benar
mereka akui menurut prinsip-prinsip psikologis yang dipegang secara luas
19
dan mereka menginterprestasikan stimuli tersebut (mereka memberikan
arti pada stimuli tersebut) secara subyektif sesuai dengan kebutuhan,
harapan, dan pengalaman mereka.
2.4.5
Seleksi Berdasarkan Persepsi
Para
konsumen
secara
tidak
sadar
banyak
menggunakan
kemampuan memilih aspek-aspek lingkungan mana (stimuli mana) yang
mereka rasakan. Stimuli yang terpilih tergantung dua faktor utama selain
sifat stimulus itu sendiri:
1) Pengalaman
konsumen
sebelumnya
karena
hal
tersebut
mempengaruhi harapan-harapan mereka (apa yang mereka siapkan
atau “tetapkan” untuk dilihat).
2) Motif mereka pada waktu itu (kebutuhan, keinginan, minat mereka
dan sebagainya). Setiap faktor ini dapat membantu meningkatkan atau
mengurangi kemungkinan bahwa suatu stimulus akan dirasakan.
a) Sifat Stimulus
Stimuli pemasaran meliputi banyak variable yang mempengaruhi
persepsi konsumen, seperti keadaan produk, cirri fisiknya,
rancangan kemasan, merk, iklan cetak, dan iklan TV (mencangkup
teks telah disampaikan, pilihan dan jenis kelamin model,
pengaturan posisi model, ukuran iklan, tipografi), posisi iklan cetak
atau iklan TV, dan lingkungan editorial.
20
Pada umumnya, kontras merupakan salah satu sifat stimulus yang
paling dapat menarik perhatian. Para pemasang iklan sering kali
menggunakan alat-alat yang paling dapat menarik perhatian untuk
mencapai kontras maksimum dan dengan demikian akan menebus
“sekat” persepsi konsumen.
b) Harapan
Orang melihat biasanya apa yang mereka berharapkan untuk
dilihat, dan apa yang mereka harapkan untuk dilihat biasanya
berdasarkan pada apa yang diketahui, pengalaman sebelumnya,
atau keadaan yang hendaknya ada (harapan). Dalam konteks
pemasaran, orang cenderung merasakan produk dan sifat-sifat
produk menurut harapan mereka sendiri.
c) Motif
Orang cenderung memperhatikan hal-hal yang mereka butuhkan
atau inginkan; semakin kuat kebutuhan itu, semakin besar
kecenderungan untuk mengabaikan stimuli yang tidak ada
hubungannya dilingkungannya. Pada umumnya, kesadaran akan
meningkat terhadap stimuli yang relevan dengan kebutuhan dan
minat seseorang, dan terjadi penurunan kesadaran terhadap stimuli
yang tidak relevan dengan kebutuhan tersebut.
Proses persepsi seseorang hanyalah menyesuaikan diri lebih erat
berbagai unsur di lingkungan yang penting bagi orang itu. Para
manajer pemasaran mengakui efisiensi dalam menentukan target
21
produk mereka berdasarkan berbagai kebutuhan yang dirasakan
konsumen.
2.4.6 Berbagai Konsep Penting Mengenai Persepsi Selektif
Faktor-faktor ini memunculkan empat konsep penting mengenai persepsi
1) Pembukaan Diri yang Selektif, para konsumen secara aktif mencari
berbagai pesan yang mereka rasakan menyenangkan atau mereka
bersimpati pada pesan tersebut, dan mereka dengan aktif menghindari
pesan-pesan yang memuakkan dan mengancam. Mereka juga selektif
membuka diri terhadap iklan-iklan yang berusaha meyakinkan mereka
atas kebijaksanaan keputusan membeli mereka.
2) Perhatian yang Selektif, para konsumen banyak menggunakan
kemampuan menyaring yang berwujud perhatian yang akan mereka
berikan ke stimuli iklan TV. Kesadaran Mereka meningkat terhadap
stimuli yang memenuhi kebutuhan atau minat mereka akan menurun
terhadap stimuli yang tidak relevan dengan kebutuhan mereka.
3) Pertahanan Terhadap Persepsi, para konsumen secara tidak sadar
menyaring
stimulu
yang
mereka
rasakan
secara
psikologis
mengancam, walaupun pembukaan diri telah terjadi. Dengan demikian,
stimuli yang mangancam atau merusak sedikit kemungkinannya
dirasakan secara sadar dari pada stimuli yang netral pada tingkat
pembukaan diri yang sama.
22
4) Halangan Persepsi, para konsumen melindungi diri mereka dari
serangan stimuli dengan benar-benar “menghilangkan” menghalangi
stimuli tersebut dari kesadaran.
2.4.7 Pengelompokkan Persepsi
Orang yang tidak menerima berbagai stimuli yang mereka pilih
dari lingkungan sebagai sensasi yang terpisah dan berbeda; sebaliknya,
mereka cenderung mengelompokkannya menjadi kelompok-kelompok dan
merasakannya
sebagai
suatu
keseluruhan.
Cara
pengorganisasian
berdasarkan persepsi ini sangat memudahkan kehidupan bagi individu.
Prinsip-prinsip khusus yang mendasari pengelompokkan persepsi
ini sering kali disebut dengan nama yang diberikan aliran psikologi yang
pertama mengembangkannya: Psikologi Gesalt. (Gesalt, dalam bahasa
Jerman, berarti pola atau konfigurasi). Tiga diantara prinsip paling dasar
mengenai pengelompokkan persepsi adalah:
1) Figur dan Dasar, ilustrasi visual yang paling sederhana yang terdiri
dari suatu figur di atas suatu dasar (yaitu, latar belakang). Figur
tersebut dianggap lebih jelas karena berbeda dengan dasarnya,
kelihatan dapat dilihat dengan baik, solid, dan menjadi latar depan.
Dasar biasanya dianggap sebagai tidak tentu, tidak jelas, dan
berkesinambungan. Garis umum yang memisahkan figur dan dasar
biasanya dihubungkan dengan figure, daripada dasar, yang membantu
memberikan definisi yang lebih baik daripada figur.
23
2) Pengelompokan, individu
cenderung
mengelompokkan
stimuli
sehingga stimuli tersebut membentuk gambar atau kesan yang
menyatu. Persepsi mengenai stimuli sebagai kelompok-kelompok atau
potongan-potongan informasi, daraipada sebagai kepingan-kepingan
kecil informasi yang berlainan, mempermudah ingatan mereka maupun
untuk mengingatnya kembali. Pengelompokan dapat digunakan secara
menguntungkan oleh para pemasar untuk menyatakan secara tidak
langsung arti-arti tertentu yang diingini dalam hubungan dengan
produk-produk mereka.
3) Penyelesaian, para individu mempunyai kebutuhan untuk memperoleh
penyelesaian.
Mereka
menyatakan
kebutuhan
ini
dengan
mengorganisasikan persepsinya sehingga mereka membentuk gambar
yang lengkap. Walaupun pola stimuli yang mereka terima tidak
lengkap, namun mereka cenderung merasakannya sebagai lengkap;
yaitu, mereka secara sadar atau bawah sadar mengisi potonganpotongan yang hilang. Jadi sebuah lingkaran yang bagian pinggirnya
hilang selalu akan dirasakan sebagai sebuah lingkaran, bukan bagian
dari lingkaran.
2.4.8
Interpretasi Penafsiran Persepsi
Interpretasi stimuli ini juga unik menurut individu, karena
didasarkan pada apa yang diharapkan untuk dilihat oleh individu
berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya, banyaknya penjelasan yang
24
masuk akal yang dapat mereka bayangkan, dan motif serta minat mereka
pada waktu terjadinya persepsi. Ada stimuli yang lemah karena faktorfaktor seperti kurang terlihat jelas, penampakkan yang singkat, tingkat
kebisingan yang tinggi, atau fluktuasi yang terus menerus. Bahkan stmuli
yang kuat cenderung berfluktuasi secara dramatis karena faktor-faktor
seperti sudut pandang yang berbeda, jarak yang bervariasi, dan tingkat
pencahayaan yang berubah-ubah. Pengaruh yang membelokkan:
Individu terbuka terhadap berbagai pengaruh yang cenderung
membelokkan persepsi mereka; beberapa diantaranya sebagai berikut:
1. Penampilan Fisik, orang cenderung menghubungkan sifat-sifat orangorang tertentu dengan orang lain yang mungkin mirip, baik yang
mereka sadari kesamaanya maupun tidak.
2. Stereotip, individu cenderung mempunyai “gambaran” dalam pikiran
mereka mengenai arti berbagai macam stimuli. Stereotip ini
menimbulkan harapan mengenai bagaimana situasi, orang, atau
peristiwa tertentu akan terjadi dan berbagi stereotip ini merupakan
faktor penentu yang penting bagaimana stimuli tersebut kemudian
dirasakan.
3. Petunjuk yang Tidak Relevan, ketika diperlukan untuk membuat
pertimbangan yang sulit melalui persepsi, para konsumen seringkali
memberikan respon terhadap stimuli yang tidak relevan.
4. Kesan Pertama, cenderung abadi; namun, dalam membentuk kesan
yang seperti itu, penerima belum mengetahui stimuli mana yang
25
relevan, penting, atau yang dapat diramalkan akan menjadi prilaku
nantinya.
5. Terlalu Cepat Mengambil Kesimpulan, banyak orang yang
cenderung terlalu cepat mengambil kesimpulan sebelum meneliti
semua keterangan atau bukti yang berhubungan.
6. Efek Halo, menurut sejarah efek halo telah digunakan untuk
menggambarkan situasi di mana evaluasi terhadap obyek atau orang
yang seharusnya dinilai dari sudut multi dimensi, hanya didasarkan
pada evaluasi satu atau beberapa dimensi saja.
2.5
Kualitas
2.5.1
Pengertian Kualitas
Menurut Mowen dalam Arifianto (2005)
“kualitas pelayanan merupakan evaluasi konsumen tentang
kesempurnaan kinerja pelayanan.”
Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak dijadikan
acuan dalam riset pemasaran adalah model “SERVQUAL” (service
quality) yang dikembangkan oleh Zeithaml, Parasuraman dan Berry.
Model ini dibangun atas yaitu persepsi pelanggan atas pelayanan nyata
yang konsumen terima (perceived service), jika kenyataan lebih dari yang
diharapkan, maka pelayanan dapat dikatakan bermutu, apabila kenyataan
sama dengan harapan maka pelayanan disebut memuaskan, dengan
demikian kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh
26
perbedaan antar kenyataan dengan harapan pelanggan atas pelayanan yang
diterima oleh pelanggan.
Dengan mengoptimalkan tingkat kualitas pelayanan, maka suatu
perusahaan dapat memperoleh berbagai keuntungan , diantaranya adalah :
1) Mempertahankan konsumen
2) Menghindari persaingan harga
3) Mempertahankan karyawan yang berkualitas.
Secara umum kualitas dapat di definisikan sebagai sesuatu
keunggulan ataupun keistimewaan. Sedangkan kualitas yang di rasakan
dapat di definisikan sebagai suatu penilaian konsumen akan keunggulan
ataupun keistimewaan secara meneyeluruh terhadap suatu produk.
Menurut pendapat lain kualitas adalah suatu bentuk penilaian yang
menyeluruh atas suatu produk yang hamper sam dengan pendirian.
Terdapat 2 (dua) macam kualitas yaitu:
1) Kualitas Afektif
Yaitu kualitas yang dirasakan sebagai suatu bentuk penilaian yang
menyeluruh atas suatu produk yang penaksiran nilai yang sifatnya
global.
2) Kualitas kognitif
Yaitu suatu penarikan kesim]pulan tentang kualitas yang di dasarkan
pada isyarat-isyarat tingkat rendah dan evaluasi produk secara
menyeluruh. Harapan pelanggan akan kualitas secara keseluruhan dan
27
kualitas yang di terima dan yang di alami berdasarkan pengalman yang
selalu akan mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Untuk menyimpulkan suatu kualitas knsumen biasanya menggunakan
isyarat-isyarat yang menandakan kualitas tersebut , isyarat tersebut telah
menjadi 2 (dua) macam yaitu:
1) Isyarat Intrinsik , yaitu isyarat-isyarat yang meliputi komposisi fisik
suatu produk.contoh misalnya bentuk atau kemasan.
2) Isyarat Ekstrinsik , Yaitu Isyarat-isyarat yang terkait dengan produk
tetapi bukan pada bagian fisik produk itu sendiri. Contohnya adalah
harga, merek, iklan, atau infomasi. Sifat dari isyarat ekstrinsik adalah
bukan produk spesifik sehingga dapat menjadi indicator umum
kualitas.
2.5.2
Elemen Manusia dalam Jasa
Konsumen hanyalah merupakan penonton dalam proses produksi
organisasi manufaktur, sementara dalam organisasi jasa sifat kegiatannya
mendapat sebutan sebagai “game between persons”, maka konsekuensinya
dalam organisasi jasa pertemuan antara karyawan dengan konsumen lebih
besar kemungkinannya dibandingkan pada organisasi manufaktur (Bowen,
2002 dalam Ferrinadewi dan Pantja,2004), sehingga dapat dikatakan dalam
jasa, transfer produk dilakukan melalui interaksi antar manusia (Boshoff dan
Mells, 1994 dalam Ferrinadewi dan Pantja,2004), meskipun dalam era
teknologi canggih konsumen tetap sangat bergantung pada interaksi dengan
karyawan (Liljander, 2002 dalam Ferrinadewi dan Pantja,2004), karena itu
28
perusahaan yang ingin bertahan dalam perubahan radikal ini harus
memperhatikan sumber daya manusianya, inilah yang menjadi alasan
mengapa dalam riset ini yang menjadi awal adalah elemen manusia. Interaksi
antara karyawan dan konsumen dalam jasa telah lama diketahui sangatlah
penting (Surechchandar et al. 2002 dalam Ferrinadewi dan Pantja,2004 ),
terbukti dari 5 dimensi kualitas jasa yang dikembangkan Parasuraman, 4
diantaranya yakni : daya tanggap, jaminan, empati dan kehandalan merupakan
elemen manusia. Parasuraman, Zeithmal dan Berry, dalam penelitian tentang
kualitas jasa berhasil mengidentifikasikan 5 dimensi kualitas jasa berdasarkan
persepsi konsumen. Tiga diantaranya yakni Ketanggapan, Jaminan dan
Empati merupakan dimensi-dimensi yang menggambarkan upaya–upaya
karyawan, dari sudut pandang pemasaran maka faktor manusialah yang
mampu
membedakan
antara
jasa
yang
satu
dengan
jasa
yang
lain.Sureshchandar et al, (2002) kemudian dalam studinya membagi
instrumen Servqual yang dikembangkan oleh Parasuraman menjadi elemen
manusia dan elemen tangibel. Elemen manusia terdiri dari reliabilitas, daya
tanggap, jaminan dan empati. Dari pembahasan tentang telaah pustaka
tentang masalah kualitas pelayanan, dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa kualitas pelayanan didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan
dalam memenuhi harapan konsumen, dengan tujuan agar konsumen mau
menggunakan dan membayar pelayanan yang diberikan perusahaan.
Ada 5 dimensi pokok kualitas pelayanan menurut Zeithaml,
Parasuraman dan Barry (2007:164) yaitu:
29
1) Tangibles (Bukti langsung)
Penampilan fisik pelayanan, karyawan, komunikasi serta tingkat
teknologi yang digunakan perusahaan dapat berpengaruh pada
pandangan pelanggan akan kesiapan perusahaan dalam memberikan
pelayanan.
2) Reliability (Kehandalan)
Kemampuan
perusahaan
untuk
melaksanakan
dan
memenuhi
pelayanan yang telah dijanjikan secara akurat, misal ketepatan waktu,
kekonsistenan dan kecepatan pelayanan, selain itu penanganan keluhan
pelanggan juga berpengaruh terhadap kualitas pelayanan.
3) Responsiveness (Daya tanggap)
Kemampuan, kemauan serta kepedulian perusahaan untuk membantu
pelanggan serta memberikan pelayanan terbaik.
4) Assurance ( Jaminan)
Pengetahuan, kemampuan serta sikap karyawan (tanggap, ramah,
sopan, dan bersahabat) dalam memberikan pelayanan terhadap
pelanggan, yang berupa :
a) Competence (Kompetensi)
Setiap orang dalam perusahaan memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang berhubungan dengan kebutuhan konsumen.
b) Courtesy (Kesopanan)
Sikap sopan santun dan keramahtamahan yang dimiliki oleh para
contact Person.
30
c) Credibility (kredibilitas)
Sifat jujur dan dapat dipercaya yang mencakup : nama perusahaan,
reputasi perusahaan, karakteristik pribadi serta interaksi dengan
konsumen.
d) Emphaty (empati)
Tingkat kepedulian dan perhatian perusahaan terhadap konsumen
secara individu, sehingga mapu memberikan kesan tersendiri bagi
masing-masing pelanggan.
2.6
Persepsi Kualitas Pelayanan
2.6.1
Pengertian Persepsi Kualitas Pelayanan
Menurut Tjiptono (2001 : 51)
Persepsi kualitas pelayanan adalah suatu persepsi dan realitas dari
pelayanan yang diharapkan pelanggan terhadap pelayanan yang
diberikan perusahaan. Konsep kualitas itu sendiri dianggap sebagai
ukuran relative kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas
kualitas desain dan kualitas kesesuaian.
2.6.2 Indikator Persepsi Kualitas Pelayanan
Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Barry (2007:164) ini meliputi :
1) Bukti Fisik (Tangible)
2) Empati (Empathy)
3) Reliabilitas (Reliability)
4) Daya Tanggap (Responsiveness)
5) Jaminan (Assurance)
31
2.7
Sikap
2.7.1
Pengertian Sikap
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:222)
“Sikap adalah ekspresi perasaan yang berasal dari dalam dari
indvidu yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak
senang, suka atau tidak suka dan setuju atau tidak setuju terhadap
suatu obyek.”
Apakah suatu sikap akan mempengaruhi atau tidak mempengaruhi
proses interprestasi atau integrasi tergantung pada kemudahannya diakses
(accessibility) dalam ingatan. Artinya apakah ada kemungkinan sikap itu
diaktifkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya sikap
diakses adalah:
1) Tingkat Kepentingan (sikap relevan lebih mudah diaktifkan).
2) Jumlah frekuensi pengaktifan yang telah dilakukan sebelumnya
(sikap yang sering diaktifkan akan lebih mudah diakses).
3) Kekuatan asosiasi suatu konsep dengan sikap (Boneka cenderung
mengaktifkan sikap positif; zebra biasanya tidak mengaltifkan suatu
sikap).
2.7.2
Karakteristik Sikap
Menurut Shicfman Kanuk (2007:222) Sikap memiliki beberapa
karakteristik penting, yaitu:
1) “Obyek” Sikap
Kata obyek dalam definisi kita mengenai sikap yang berorientasi pada
konsumen harus ditafsirkan secara luas meliputi konsep yang
32
berhubungan dengan konsumsi atau pemasaran khusus, seperti produk,
golongan produk, merk, jasa, kepemilikan, penggunaan produk, sebabsebab atau isu, orang, iklan, situs internet, harga, medium, atau
pedagang ritel.
2) Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari
Sikap yang berkaitan dengan perilaku membeli dibentuk sebagai hasil
dari pengalaman langsung mengenai produk, informasi secara lisan,
yang diperoleh dari orang lain, atau terpapar oleh iklan di media
massa, internet, dan berbagai bentuk pemasaran langsung (seperti
katalog pedagang ritel). Penting diingat bahwa walaupun sikap
mungkin dihasilkan dari perilaku, tetapi tidak sama dengan perilaku.
Sebaliknya, mereka mencerminkan penilaian yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan terhadap obyek sikap. Sebagai
kecenderungan
yang
dipelajari,
sikap
mempunyai
kualitas
memotivasi; yaitu, mereka dapat mendorong konsumen ke arah
perilaku tertentu atau menarik konsumen dari perilaku tertentu.
3) Sikap mempunyai konsistensi
Karakteristik lain dari sikap relative konsisten dengan perilaku yang
dicerminkannya. Tetapi, walaupun mempunyai konsisten, sikap tidak
selalu harus permanent; sikap dapat berubah. Biasanya kita berharap
perilaku konsumen akan sesuai dengan sikap mereka. Sebagai contoh,
jika seorang konsumen Belanda mengemukakan lebih menyukai mobil
Jerman dari pada mobil Jepang, kita dapat mengharapkan orang itu
33
lebih mungkin akan membeli sebuah mobil Jerman kalau nanti ia pergi
ke pasar untuk membeli mobil baru. Dengan kata lain, nika konsumen
bebas
bertindak
seperti
yang
mereka
inginkan,
kita
dapat
mengharapkan bahwa tindakan mereka akan sesuai dengan sikap
mereka. Tetapi, keadaan sering menghalangi konsisten antara sikap
dengan perilaku.
4) Sikap terjadi dalam situasi tertentu
Sikap terjadi dalam dan dipengaruhi oleh situasi tertentu. Yang
dimaksud dengan situasi adalah berbagai peristiwa atau keadaan yang
pada tahap dan waktu tertentu mempengaruhi hubungan antara sikap
dan perilaku. Situasi tertentu dapat menyebabkan para konsumen
berperilaku dengan cara yang kelihatannya tidak konsisten dengan
sikap mereka.
2.7.3
Fungsi Sikap
Sikap memiliki empat fungsi untuk seseorang, yaitu:
1) Fungsi Penyesuaian (adjustment function)
Mengarahkan kepada objek yang menyenangkan atau mendatangkan
manfaat serta menjauhkan orang-orang dari objek yang tidak menarik
atau yang tidak diinginkan. Dalam konteks ini berlaku konsep
memaksimalkan peruntungan dan meminimalkan kerugian. Oleh
karena itu, sikap konsep tergantung pada persepsi mengenai apa saja
yang memenuhi kebutuhan atau yang malah mendatangkan kerugian.
34
2) Fungsi Pertahanan Ego (ego-defensive function)
Pada keyataannya, banyak ekspresi sikap yang mencerminkan
kebalikan dari apa yang dipersepsikan orang-orang semata untuk
mempertahankan ego.
3) Fungsi Ekspresi Nilai (value-expressive function)
Sehubungan dengan nilai ini, maka para pemasar perlu memahami
nilai-nilai apa yang diekpresikan oleh konsumen ataupun pasar
sasarannya. Lalu, desainlah bauran pemasaran memungkinkan pasar
sasaran mengekspresikan nilai-nilai yang dimilikinya melalui produk.
Namun, perlu diidngat bahwa tidak semua produk dapat menempuh
jalan ini.
4) Fungsi Pengetahuan (knowledge function)
Manusia memiliki kecenderungan untuk memandang dunianya dari
sudut pandang keteraturan. Kecenderungan ini memaksa manusia
untuk berpegang pada konsistensi, definisi, stabilitas, dan pengertian
tentang dunianya. Kecenderungan itu pula yang menetukan apa yang
perlu dipelajari dan apa yang ingin diketahui.
2.7.4
Strategi Mengubah Sikap Konsumen
Menurut Ristiyanti Prasetijo dan John (2005) Ada macam-macam
strategi untuk mengubah sikap konsumen, diantaranya:
a) Mengubah Fungsi Motivasi dasar dengan cara menumbuhkan secara
kuat kebutuhan-kebutuhan baru.
35
b) Menautkan produk dengan suatu kelompok atau peristiwa tertentu
karena sikap, paling tidak sebagian, mempunyai hubungan dengan
suatu kelompok tertentu atau peristiwa tertentu.
Sikap juga dapat diubah dengan menghubungkan sikap yang sudah
ada dengan sikap-sikap yang berlawanan. Pemasar juga mencoba
mempengaruhi konsumen dengan mengubah sikapnya dengan mengubah
komponen-komponen dari model multi atribut. Srategi yang terakhir
adalah mengubah keyakinan terhadap competitor’s brands yang bisa
dilakukan melalui comperative advertising. Strategi-strategi tersebut
digunakan karena pemasar berasumsi bahwa konsumen membentuk sikap
terhadap produk terlebih dahulu sebelum membeli produk. Adakalanya
sikap dibentuk sesudah membeli dan mengkonsumsi produk. Hal ini
disebut after purchase dissonance. Pemasar berusaha membuat after
purchase dissonance ini sekecil mungkin dengan mempengaruhi
konsumen dengan meyakinkan bahwa keputusan belinya paling tepat.
2.7.5
Komponen Sikap
Sikap memiliki beberapa komponen yaitu kognitif, afektif dan
konatif. Ketiga komponen tersebut akan berputar dan saling mendahului.
Artinya untuk setiap konsumen titik awal terbentuknya sikap, seperti
gambar di bawah ini:
36
Affective
Cognitive
Conative
1) Komponen Kognitif
Dalam komponen kognitif terdiri dari keyakinan dan pengetahuan
konsumen tentang produk. Keyakinan dan pengetahuan tentang
produk ini berbeda antara satu konsumen dengan konsumen yang
lain. Semakin positif keyakinan konsumen terhadap produk maka
semakin positif pula sikap konsumen terhadap produk.
2) Komponen Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan atau emosi kita terhadap
objek tertentu. Biasanya diungkapkan dalam bentuk rasa suka atau
rasa tidak suka. Umumnya keyakinan konsumen akan suatu produk
melekat erat dengan perasaannnya. Perasaan suka atau tidak suka ini
banyak ditentukan oleh keyakinan konsumen, namun belum tentu
setiap konsumen yang memiliki keyakinan yang sama akan
menunjukkan emosi yang sama. Hal ini disebabkan karena masingmasing individu memiliki situasi latar belakang yang bebeda.
Perasaan yang merupakan hasil evaluasi dari atribut produk ini dapat
juga mempengaruhi keyakinan konsumen bahkan bisa merubah
keyakinannya.
37
3) Komponen Konatif
Keyakinan dan rasa suka pada suatu produk akan mendorong
konsumen melakukan tindakan sebagai wujud dari keyakinan dan
perasaanya. Seorang ibu rumah tangga bisa saja berbelanja bahan
makanan kalengan di supermarket sementara untuk bahan daging
dan sayuran ia akan berbelanja di pasar tradisional. Perilaku ini bisa
jadi disebabkan karena ia berkeyakinan bahwa harga sayuran dan
daging akan lebih murah di pasar tradisional sementara produk
makanan kalengan yang pasti terjamin kualitasnya tidak akan
tersedia di pasar tradisional.
2.7.6
Pembentukan Sikap
Setiap konsumen akan memiliki alur pembentukkan yang berbeda.
Ada konsumen yang memulai alur pembentukkan sikap mulai dari kognitif
afektif
atau rasa suka diakhiri dengan
perilaku. Namun ada juga
konsumen yang memulai dari komponen perasaan suka dilanjutkan dengan
komponen
konatif dan diakhiri oleh komponen kognitif atau
keyakinan.
2.7.7 Faktor-faktor yang memepengaruhi pembentukan sikap
Menurut Bilson Simamora (2005 : 186)
Pembentukan sikap dipengaruhi secara berarti oleh pengalaman
pribadi, pengaruh keluarga atau kawan, pemasaran langsung (direcrt
marketing) dan media massa.
38
1) Pengalaman Pribadi, pembentukan sikap terutama dipengaruhi oleh
pengalaman konsumen terhadap produk. Persoalan yang dihadapi
oleh banyak produk adalah bagaimana agar konsumen mau
mencobanya. Sebagus apaun produk, kalau tidak pernah dicoba,
konsumen sulit untuk membentuk sikap terhadap produk.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kita untuk mengevaluasi
kontak langsung dengan produk dan aspek lain yang terkait, yaitu :
a) Kebutuhan, sikap setiap orang berbeda sesuai dengan tingkat
kebutuhannya masing-masing.
b) Persepsi Selektif, setiap orang menginterprestasikan realitas yang
dihadapi berdasarkan persepsi masing-masing. Dengan persepsi
yang berbeda, tentu sikap juga berbeda.
c) Kepribadian, ini adalah faktor yang berkenaan dengan:
bagaimana orang-orang mengolah pengalaman langsung mereka
dengan objek. Seberapa agresif atau pasif dan introver atau
ekstrover seseorang, mempengaruhi sikap yang dibentuk.
2) Pengaruh Keluarga dan Teman
Keluarga, Teman, atau orang yang dihormati, mempengaruhi sikap
kita terhadap suatu produk, melalui perkataan, perbuatan, atau
teladan. Sikap positif ataupun negatif bisa dibentuk berdasarkan
informasi, anjuran, atau larangan yang disampaikan melalui katakata.
39
3) Direct Marketing
Pemasaran
langsung
adalah
metode
promosi
yang
mengkombinasikan semua metode promosi dan siaran langsung
kepada pelanggannya. Para pelanggannya adalah orang-orang yang
memiliki kebutuhan khas dan jumlahnya sedikit (niche market). Para
pemasar menyesuaikan produk dengan kebutuhan pelanggan secara
spesifik. Karena kedekatan spesifik produk dengan kebutuhan
pelanggan yang unik, maka pelanggan membentuk sikap favorable
terhadap produk.
4) Media Massa
Media massa merupakan sumber informasi utama pada saat ini.
Setiap hari media massa memaparkan ide, produk, opini dan iklan.
Banyak orang memebentuk sikap hanya berdasarkan informasi yang
diperoleh melalui media massa saat ini.
2.7.8
Model Sikap Multi Sikap
Model Sikap Multi Sikap menggambarkan sikap konsumen
terhadap “obyek” sikap (seperti produk, jasa, katalog direct mail, atau
sebab atau isu tertentu) sebagai fungsi persepsi dan penilaian konsumen
terhadap sifat-sifat atau keyakinan pokok yang dipegang mengenai
“obyek” sikap tertentu.
40
2.7.9
Indikator Sikap Konsumen
Indikator untuk Sikap Mahasiswa dalam penelitian ini meliputi :
1) Pengalaman
2) Pengaruh Keluarga dan Teman
3) Direct Marketing
4) Media Massa
2.8
Citra / Image
2.8.1 Pengertian Citra
(Menurut Nurkholis : 2004: 170)
Citra adalah penghargaan yang didapatkan oleh perusahaan karena
adanya keunggulan yang ada pada perusahaan tersebut, seperti
kemampuan yang dimiliki perusahaan, sehingga perusahaan dapat terus
mengembangkan dirinya untuk terus menciptakan hal-hal yang baru, bagi
pemenuhan kebutuhan konsumen.
Produk adalah semua hal yang dapat ditawarkan kepada pasar
untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan atau konsumsi yang dapat
memuaskan suatu keinginan dan kebutuhan. Poduk mencakup lebih dari
sekedar barang-barang yang berwujud (tangibel). Dalam arti luas, produk
meliputi objek-objek, fisik, jasa, acara, orang, tempat, organisasi, ide, atau
bauran entitas-entitas ini.
Karena begitu penting dalam ekonomi dunia, kita memberikan
perhatian khusus kepada jasa. Jasa (service) adalah bentuk produk yang
41
terdiri aktivitas, manfaat, atau kepuasan jasa yang ditawarkan untuk dijual
dan pada dasarnya tak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan
akan sesuatu.
Citra perusahaan dapat di lihat dari kompetensi dan keunggulan
perusahaan yang dibandingkan. Kompetensi dan keunggulan yang dimiliki
oleh suatu perusahaan dapat di lihat dari berbagai aspek antara lain:
1) Staf dan karyawan yang dimiliki perusahaan tersebut
Perusahaan tergantung pada kinerja staf dan karyawan dalam bekerja
dan melayani konsumen. Staf dan karyawan yang berkompeten dan
berkualitas membuat kinerja perusahaan menjadi maksimal dan akan
mendapat melayani konsumen secara optimal, apabila konsumen
merasa puas akan pelayanan staf dan karyawan suatu perusahaan,
maka akan menimbulkan respons positif, sehingga konsumen mampu
menggambarkan perusahaan tersebut memiliki citra yang baik di mata
masyarakat.
2) Perusahaan memiliki suatu kredibilitas
Kredibilitas di sini lebih mengacu kearah komitmen perusahaan agar
dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada konsumen, suatu
perusahaan yang memiliki tingkat kredibilitas yang baik membuat
perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat pelanggan
puas akan pelayanan yang diberikan perusahaan.
42
3) Memiliki manajemen yang berpengalaman
Manajemen di dalam suatu perusahaan ibarat sebagai pengerak dalam
kelangsungan hidup perusahaan, perusahaan yang memiliki suatu
manajemen yang baik, berpengalaman, dan berkompeten, merupakan
jaminan bahwa perusahaan tersebut memiliki basic yang baik dalam
menjalankan suatu usaha, dan pada intinya sebagai konseptor dalam
memberikan pelayanan kepada konsumen.
4) Tingkat reputasi yang lebih baik daripada pesaing
Persaingan dalam dunia usaha merupakan suatu tantangan yang harus
dihadapi oleh setiap perusahaan, perusahaan akan berlomba-lomba
untuk menjadi yang terbaik dalam suatu persaingan dengan harapan
perusahaan tersebut mendapat suatu respons dari konsumen, jika suatu
perusahaan memiliki suatu reputasi yang lebih unggul daripada
pesaing membuat perusahaan tersebut akan memiliki kesempatan yang
lebih besar agar bisa mendapatkan konsumen.
5) Dikenal oleh masyarakat luas
Pencitraan suatu perusahaan akan timbul apabila masyarakat atau
konsumen mendapatkan suatu informasi yang jelas tentang perusahaan
tersebut. akses informasi tersebut merupakan suatu bentuk informasi
apakah kelebihan dan kelemahan perusahaan, selain itu informasi
tersebut merupakan tolak ukur, apakah suatu perusahaan telah di kenal
masyarakat luas.
43
Produk adalah elemen kunci dalam keseluruhan penawaran pasar.
Perencanaan bauran pemasaran dimulai dengan merumuskan penawaran
yang memberikan nilai bagi pelanggan sasaran. Penawaran ini menjadi
dasar bagi perusahaan dalam membangun hubungan yang menguntungkan
dengan pelanggan. Penawaran pada perusahaan sering kali meliputi barang
dan jasa yang berwujud. Masing-masing komponen bisa menjadi bagian
bagian kecil atau bagian utama sepenuhnya berwujud, seperti sabun, pasta
gigi, atau garam tidak ada jasa yang menyertai produk. Pada sisi lain, ada
saja sepenuhnya, di mana penawaran hanya terdiri dari jasa. Contohnya
meliputi pemeriksaan dokter atau jasa keuangan.
1) Penetapan Merek
Mungkin keahlian pemasar professional yang paling penting istimewa
adalah kemampuan mereka untuk membangun dan mengelola merek.
Merek (brand) adalah sebuah nama, istilah, tanda, lambing, atau
desain, atau kombinasi semua ini, yang menunjukkan identitas
pembuat dan penjual produk atau jasa. Konsumen memandang merek
sebagai bagian penting dari produk, dan penetapan merek bisa
menambah nilai bagi suatu produk.
2) Penilaian citra
Menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong (2008) Langkah pertama
dalam menilai citra adalah melakukan riset mengenai citra organisasi
saat ini dikalangan publik penting. Cara individu atau kelompok
memandang suatu organisasi disebut citra organisasi (organization
44
image). Organisasi mungkin merasa senang dengan citra masyarakat,
atau mungkin mempunyai masalah citra yang serius.
2.8.2
Perencanaan dan Pengendalian Citra
Menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong (2008) Perusahaan
mengembangkan rencana pemasaran untuk mengubah citra aktualnya ke
arah citra yang diingkan. Perusahaan jasa yang ingin memperbaiki citranya
sebagai penyedia jasa yang ramah dan pribadi. Langkah kunci tentu saja
adalah benar-benar menyediakan jasa yang lebih ramah dan lebih pribadi.
Iklan citra korporasi (corporate image advertising) adalah alat utama yang
dipakai perusahaan untuk memasarkan diri kepada berbagai lapisan
masyarakat.
2.8.3
Berbagai Citra Konsumen
Menurut Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (2007) Produk
dan merk mempunyai nilai simbolis bagi individu, yang menilainya atas
dasar konsistensi (kesesuaian) dengan gambaran pribadi mereka mengenai
diri sendiri.
Para konsumen berusaha meningkatkan citra-diri mereka dengan
membeli berbagai produk dan berlangganan diberbagai took ritel yang
menurut keyakinan mereka sesuai dengan citra-diri mereka, dan
menghindari yang tidak sesuai.
45
2.8.4
Pengaturan dan Pengaturan Ulang Posisi Produk
Menurut Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (2007) Citra
yang dimiliki produk tertentu dalam pikiran konsumen yaitu pengaturan
posisinya mungkin lebih penting dari sukses akhir daripada karakteristik
produk yang sebenarnya.
Para pemasar berusaha membedakan produk-produk mereka
dengan menekankan atribut-atribut yang mereka nyatakan dapat
memenuhi kebutuhan konsumen lebih baik daripada berbagai merk
pesaing. Mereka berusaha keras untuk menciptakan citra produk yang
konsisten dengan citra-diri target segmen konsumen yang relevan.
Strategi pengaturan posisi merupakan intisari bauran pemasaran;
strategi ini melengkapi strategi segmentasi perusahaan dan pemilihan
pasar yang dibidik. Pengaturan posisi memberikan konsep, atau arti
produk (atau jasa) yang sama dapat diatur posisinya secara berbeda pada
berbagai segmen pasar yang berbeda atau dapat diatur ulang posisinya
terhadap odiens sendiri yang sama, tanpa diadakan perubahan secara fisik.
Citra merk yang positif berkaitan dengan kesetiaan konsumen,
kepercayaan konsumen mengenai nilai merk yang positif, dan kesediaan
untuk mencari merk tersebut. Citra merek yang positif juga membantu
meningkatkan minat konsumen pada posisi merk dimasa yang akan dating,
dan memperkuat posisi dalam menghadapi berbagai kegiatan pemasaran
pesaing.
46
2.8.5 Kualitas Jasa yang Dirasakan
Menurut Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (2007)
“Bagi konsumen lebih sulit menilai kualitas jasa daripada kualitas
produk”.
Hal ini terjadi karena adanya beberapa karakteristik jasa yang
berbeda: Jasa tidak dapat dirasakan, bervariasi, tidak tahan lama, dan
dihasilkan serta dipakai secara serentak. Untuk mengatasi fakta bahwa
para konsumen tidak dapat membandingkan jasa secara langsung seperti
yang dapat mereka lakukan dengan berbagai produk yang bersaing, para
konsumen mengandalkan berbagai isyarat pengganti (misalnya, berbagai
isyarat ekstrinsik) untuk menilai kualitas jasa.
Kualitas jasa sesungguhnya dapat bervariasi dari hari ke hari, dari
satu karyawan ke karyawan jasa lain, dari pelanggan satu ke pelanggan
lain, para pemasar berusaha membakukan jasa mereka supaya dapat
memberikan konsistensi kualitas. Kelemahan standarisasi jasa adalah
hilangnya pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, yang
dihargai oleh kebanyakan konsumen.
Kualitas pelayanan mencapai puncak kesibuka, kualitas pelayanan
yang saling mempengaruhi seringkali menurun karena pelanggan maupun
pembeli jasa berada dalam keadaan tergesa-gesa dan mengalami
ketegangan. Tanpa usaha khusus di pihak pemberi jasa untuk menjamin
konsistensi pelayanan selama jam-jam sibuk, citra pelayanan mungkin
merosot. Riset mengemukakan bahwa para penyedia jasa apat mengurangi
47
waktu tunggu yang dialami dari konsekuensi penilaian pelayanan yang
negatif dengan mengisi waktu konsumen.
Beberapa peneliti percaya bahwa penilaian konsumen terhadap
kualitas pelayanan merupakan fungsi dari besar dan arah kesenjangan
antara harapan pelanggan mengenai jasa dan penilaian (persepsi)
pelanggan mengenai jasa yang diberikan. Sebagai contoh, seorang
mahasiswa baru
mungkin mempunyai beberapa harapan mengenai
kemampuan intelektual teman sekelasnya, keanekaragaman bahan diskusi
dalam kelas, dan perpustakaan fakultas. Penilaian mengenai fakultas
universitas didasarkan pada harapannya, yang selanjutnya sebagian besar
didasarkan pada latar belakang dan pengalamannya sendiri. Jika pelayanan
universitas berada di bawah harapannya, ia akan memandang universitas
tersebut sebagai pemberi pelayanan yang berkualitas jelek. Jika melebihi
harapannya, ia akan memandang universitas sebagai institusi pendidikan
yang berkualitas tinggi. Beberapa peneliti percaya bahwa persepsi kualitas
jasa adalah fungsi dari kesenjangan antara kinerja yang dirasakan dan
kombinasi harapan dan keinginan.
2.8.6 Merek dan Sikap (Brand Attitude)
Brand Attitude merupakan evaluasi konsumen secara menyeluruh
terhadap merek dan membentuk dasar yang digunakan konsumen dalam
kepuasan dan perilakunya. Objek yang dievaluasi oleh konsumen adalah
pada persepsi konsumen akan
kemampuan merek untuk memenuhi
48
kebutuhan konsumen. Evaluasi meyeluruh yang ini akan menghasilkan
pemikiran dan perasaan yang berbeda antara konsumen yang satu dengan
konsumen yang lain. Perbedaan ini tak lepas dari fakta bahwa evaluasi
terhadap merek ini diaktivasi oleh kesesuaian antara merek dengan konsep
dirinya (self congurity) dengan kepribadian mereknya.
Evaluasi yang menyeluruh terhadap merek tentu saja merupakan
aktivitas yang terjadi bersamaan dengan evaluasi pasca konsumsi produk
Sikap terhadap merek terbentuk setelah konsumen menginteprestasi,
melakukan evaluasi dan mengintegrasikan berbagai informasi. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa sikap yang muncul terhadap merek
akan memiliki konsistensi dengan jawaban konsumen akan pertanyaan
seberapa puas konumen akan pilihan konsumsinya.
Pemasar yang ingin memprediksikan perilaku konsumen dapat
memfokuskan penelitiannya pada brand attitude karena sikap terhadap
merek akan mengarah pada sebuah intensi, dan intensi akan menentukan
perilaku konsumen yang aktual.
Ketika merek tersebut memiliki kepribadian yang sesuai konsep
dirinya maka sikap konsumen terhadap merek cenderung positif. Sikap
yang positif akan mendorong niat atau intensi yang positif dan dorongan
niat ini akan nampak pada perilakunya baik dalam perilaku pembeliannya
maupun dalam perilaku konsumsinya.
Dalam industri jasa, terdapat beberapa dimensi merek bahkan
diyakini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap Brand Attitude
49
et al menemukan bahwa lingkungan fisik akan mempengaruhi evaluasi
konsumen terhadap merek dan proses jasa juga karyawan dalam jasa
mempengaruhi reaksi konsumen terhadap merek.
2.8.7 Merek dan Persepsi (Brand Image)
Brand Image adalah persepsi tentang merek yang merupakan
refleksi memori konsumen akan assosiasinya pada merek tersebut (keller,
2007). Dapat juga dikatakan bahwa brand image merupakan konsep yang
diciptakan oleh konsumen karena alas an subyektif dan emosi pribadinya.
Oleh karena itu dalam konsep ini persepsi konsumen menjadi lebih
penting dari pada keadaan sesungguhnya.
Brand Image terdiri dari dua komponen yaitu Brand Association
atau asosiasi merek pada favorability, strength & uniqueness of brand
association atau sikap positif.
Konsumen dapat membuat asosiasi merek berdasarkan atribut
produk, manfaat produk dan keseluruhan evaluasinya atau sikapnya
terhadap merek.
Sikap positif (favorability) dan keunikan asosiasi merek terdiri dari
3 hal dalam benak konsumen yaitu adanya keinginan, kemudian keyakinan
bahwa merek tertentu dapat memenuhi keinginannya dan yang terpenting
adalah keyakinan konsumen bahwa merek tersebut memiliki perbedaan
yang signifikan dibandingkan merek lainnya.
50
Kekuatan asosiasi merek ditentukan dari pengalaman langsung
konsumen dengan merek, pesan-pesan yang sifatnya non komersial
maupun yang sifatnya komersial. Pada awalnya, asosiasi merek dibentuk
dari kombinasi antara kuantitas perhatian konsumen pada merek dan
ketika konsumen menemukan relevansi juga konsisten antara konsep
dirinya dengan merek.
Sering kali konsep ini menjadi lebih luas seperti adanya store
image, product image dan corporate image. Menuru Stern et al terdapat
beberapa aspek yang membuat brand image menjadi bervariasi yaitu :
1) Dimana letak citra / image artinya apakah citra tersebut berada dalam
benak konsumen atau memang pada objeknya.
2) Sifat alaminya apakah citra tersebut mengacu pada proses, bentuk atau
sebuah transaksi.
3) Jumlahnya artinya berapa banyak dimensi yang membentuk citra.
Sebagai contoh, brand image dan store image memiliki persamaan
dalam hal letak citranya artinya kedua konsep ini mengacu pada letak
citra ada pada obyeknya dan ada pada benak konsumen, tetapi berbeda
dengan corporate image karena letak citranya ada pada obyeknya saja
bukan dalam benak konsumen.
51
2.8.8 Indikator Citra Persahaan
Indikator untuk Citra Perusahaan (Universitas XYZ) antara lain:
1) Memiliki staf-staf pengajar professional
2) Memiliki KredibilitasTinggi
3) Dijalankan manajemen yang berpengalaman
4) Reputasi yang baik daripada pesaing
5) Popularitas tinggi atau dikenal masyarakat luas.
2.9
Hubungan Persepsi Kualitas Pelayanan terhadap Citra Perusahaan
Apabila kebutuhan konsumen terpenuhi sesuai dengan harapannya,
maka konsumen akan merasa puas dan konsumen akan berpikir positif
terhadap Citra Perusahaan. Selanjutnya, konsumen tidak akan ragu untuk
merekomendasikannya kepada orang lain.
2.10
Hubungan Sikap Konsumen (Mahasiswa) terhadap Citra Perusahaan
Apabila seorang konsumen di Layani dengan baik, maka akan
terbentuk sikap konsumen yang baik. Oleh karena itu, sikap konsumen
sangat berpengaruh terhadap Citra Perusahaan.
Download