LIBERALISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA http://www.forbumn.com Sejumlah kalangan meminta Mahkamah Konstitusi (MK) menolak judicial review i atas kewenangan audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap perusahaan milik negara (BUMN) yang diajukan oleh Forum Biro Hukum Badan Usaha Milik Negara kepada MK pada tanggal 17 Juni 2013. Penggugat mengajukan judicial review terhadap Pasal 2 Huruf g dan huruf i Undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Pasal 6 ayat (1), Pasal 9 ayat (1) huruf b, Pasal 10 ayat (1) dan ayat (3) huruf b dan Pasal 11 huruf a UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam gugatannya, Penggugat menilai pengertian keuangan negara dan kekayaan negara dalam Pasal 2 huruf g dan huruf i Undang-undang Keuangan Negara menciptakan ketidakpastian hukum karena menyebabkan disharmoni dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang BUMN dan Undang-undang Perseroan Terbatas. Peneliti dari Indonesia Budget Center (IBC) Roy Salam mengatakan, jika MK mengabulkan permohonan judicial review maka akan menjadi bencana bagi keuangan negara. Selain asetnya nanti tak lagi dimiliki negara, pemisahan keuangan BUMN dari keuangan negara justru akan menjadi sumber korupsi politik. Roy mencontohkan proses Initial Public Offering (IPO) ii yang dijadikan salah satu modus mengeruk dana BUMN untuk digunakan oleh partai politik (parpol) dalam rangka operasional Pemilu. Roy menjelaskan BUMN dan politisi semakin mudah dan tak terawasi untuk melakukan korupsi dan kolusi, mengingat keuangan BUMN bukan lagi uang negara sehingga tidak perlu diaudit oleh BPK dan tidak dapat menjeratnya dengan UU korupsi. Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum Sumber: 1. http://koran-sindo.com 2. http://bumntrack.co.id Catatan: A. Dasar hukum yang melandasi objek gugatan judicial review BUMN antara lain: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara: a. Pasal 2 huruf g dan huruf i, menyatakan bahwa Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, meliputi: g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah; i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan: a. Pasal 6 ayat (1), menyatakan bahwa BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara; b. Pasal 9 ayat (1) huruf b menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya BPK berwenang meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara; c. Pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa BPK menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan oleh bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara; Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum d. Pasal 10 ayat (3) huruf b menyatakan bahwa untuk menjamin pelaksanaan pembayaran ganti kerugian, BPK berwenang memantau: (b) pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan oleh BPK; e. Pasal 11 huruf a menyatakan bahwa BPK dapat memberikan pendapat kepada DPR, DPD, DPRD, Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah, Lembaga Negara Lain, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan, dan lembaga atau badan lain, yang diperlukan karena sifat pekerjaannya. 3. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN disebutkan sebagai berikut: a. Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa penyertaan negara merupakan kekayaan negara yang dipisahkan; b. Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa Perusahaan Persero yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan; c. Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa modal Persero berasal dari uang/kekayaan negara yang dipisahkan; d. Pasal 11 menyatakan bahwa terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan definisi Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. B. Kewenangan Pemeriksaan BPK dan Hak Uji Materiil oleh Mahkamah Konstitusi (MK) mengacu pada ketentuan/dasar hukum sebagai berikut: 1. Kewenangan Pemeriksaan BPK dan ruang lingkup pemeriksaan BPK antara lain diatur dalam: Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum a. Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 1) BAB VIIIA Pasal 23E ayat (1) menyatakan bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. 2) Pasal 23G ayat (2) menyatakan bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-undang. b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan yang mengatur bahwa: 1) Pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. 2) Pasal 6 ayat (3) menyatakan bahwa Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. 3) Pasal 6 ayat (4) menyatakan bahwa dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan. Pasal 6 ayat (5) menyatakan bahwa dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara. 2. Kewenangan MK dalam melakukan judicial review / Hak Uji Materiil diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011, antara lain sebagai a. Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hak uji materiil adalah hak MA untuk menilai materi muatan peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi”. b. Pasal 1 angka 4 menyatakan bahwa pemohon Hak Uji Materiil di MA adalah kelompok masyarakat atau perorangan yang mengajukan permohonan keberatan kepada MA atas berlakunya suatu peraturan perundang-undangan di bawah undangundang. c. Pasal 1 angka 5 menyatakan bahwa Termohon Hak Uji Materiil adalah Badan atau Pejabat TUN yang mengeluarkan peraturan perundang-undangan. 4) Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum 3. Putusan atas Hak Uji Materiil adalah sebagai berikut: a. Permohonan tidak diterima : dalam hal pemohon atau permohonannya tidak memenuhi syarat; b. Permohonan ditolak : dalam hal peraturan perundang-undangan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau tidak bertentangan dalam pembentukannya; c. Permohonan dikabulkan dalam hal permohonan beralasan: 1) Dalam hal permohonan dikabulkan, amar putusan menyatakan dengan tegas materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dari peraturan perundangundanganan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lebih tinggi; 2) Mahkamah Agung dalam putusannya menyatakan bahwa peraturan perundangundangan yang dimohonkan tersebut sebagian tidak sah dan tidak berlaku umum, serta memerintahkan kepada instansi yang bersangkutan segera mencabut. i Judicial Review atau Hak Uji Materiil (disingkat HUM) adalah suatu hak atau kewenangan yang dimiliki oleh lembaga Yudikatif untuk melakukan pengujian mengenai sah atau tidaknya suatu peraturan perundang-undangan terhadap peraturan perundang-undangan yang tingkatnya lebih tinggi. ii Initial Public Offering (IPO) adalah penawaran perdana, pencatatan saham suatu perusahaan terbuka pertama kali di bursa saham dan dapat diperdagangkan oleh publik. Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum