BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Brand Image Brand Image, terdiri dari 2 kata yang memiliki definisi yang berbeda yaitu Brand dan Image dimana definisi Brand (merek) menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, “merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Amstrong & Kotler (2005:240) mendefinisikan : “Brands represent consumer’s perceptions and feelings about a product and it’s performance everything that the product or service to consumers.” Ada tiga pendekatan yang umumnya digunakan untuk mendapatkan makna brand : 1.Asosiasi Kata Orang-orang dapat ditanyakan kata apa yang muncul dalam pikirannya ketika mendengar nama brand tersebut. 2.Personafikasi Brand Orang-orang dapat diminta menggambarkan orang atau bintang seperti apa yang mereka pikirkan ketika brand itu disebutkan. 9 Kepribadian brand tersebut memberikan gambaran tentang sifat-sifat yang lebih manusiawi dari brand tersebut. 3.Perjenjangan ke atas untuk menemukan esensi brand terkait dengan tujuan yang lebih dalam dan lebih abstrak yang dicoba untuk dipuaskan oleh brand tersebut. Pertanyaan-pertanyaan “mengapa” ini adalah teknik yang dikenal sebagai perjenjangan ke atas.Pertanyaan-pertanyaan membantu pemasar mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang motivasi seseorang.Jawaban-jawabannya menyiratkan beberapa kampanye iklan yang memungkinkan.Kampanye tersebut dapat terpusat pada esensi brand, atau pemasar dapat melakukan perjenjangan ke bawah dan menonjolkan sebuah produk pada tingkat konkret, seperti manfaat emosional, manfaat fungsionalnya atau atributnya. Sedangkan Image (citra), Kotler (2000;599) menyatakan bahwa “image is the set belief, ideas, and impressions that a person hold of on object” (citra adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu objek). Dari definisi tersebut Kotler (2007 : 346) menyebutkan bahwa Brand Image ialah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen dalam memilih suatu produk. 10 Dan dari definisi tersebut kita dapat ambil kesimpulan bahwa brand image merupakan citra yang diyakini oleh seseorang terhadap suatu barang ataupun jasa, yang dapat membedakan produk satu dengan yang lain (model, spesifikasi, kualitas dsb). 2.1.1 Tingkatan Merek (Brand) Pada hakikatnya merek menjadi pembeda antara satu penjual dengan penjual yang lain, pembeda antara produk yang satu dengan yang lain, Menurut Kotler (2003), “merek merupakan sebuah nama, istilah, tanda, symbol, atau desain atau kombinasi dari seluruhnya, yang bertujuan untuk mengidentifikasikan barang-barang atau jasa dari suatu kelompok penjual dan untuk membedakan produk mereka dari para pesaing”. Lebih lanjut merek memiliki 6 (enam) tingkatan, yaitu : 1. Atribut, yaitu merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. 2. Manfaat, yaitu atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. 3. Nilai,yaitu merek yang menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. 4. Budaya, yaitu merek dapat mewakili budaya tertentu. 5. Kepribadian, yaitu merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. 6. Pemakai, yaitu merek yang menunjukan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. 11 2.1.2 Ekuitas Merek (Brand Equity) Merek yang kuat dapat dianggap sebagai asset dari suatu perusahaan, berangkat dari hal tersebutlah maka lahirlah konsep ekuitas merek, karena hal tersebut dianggap sebagai merek, maka perusahaan dapat memperjual belikan merek tersebut sebagaimana asset lainnya didalam perusahaan. Kotler, Armstrong (2003:350) “ekuitas merek adalah nilai merek berdasarkan seberapa kuat merek tersebut mempunyai loyalitas merek, kesadaran konsumen akan nama merek, kualitas yang dipersepsikan, asosiasi merek dan berbagai asset lainnya seperti paten, merek dagang dan hubungan jaringan distribusi”. Ditambah lagi menurut Kotler, Armstrong (2000 : 426) ekuitas merek memiliki keuntungan sebagai berikut: 1. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil. 2. Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan pihak distributor dan pengecer. 3. Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi daripada pesaingnya. 4. Perusahaan lebih mudah untuk meluncurkan perluasan merek. 5. Merek itu melindungi perusahaan dari persaingan harga yang ketat. 12 2.1.3 Manfaat Brand Image Menurut Bilson, Simamora (2001 : 153) brand image memiliki manfaat sebagai berikut : 1.Bagi konsumen a. Dapat menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang mutu. b. Membantu menarik perhatian pembeli terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. 2.Bagi Produsen a. Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalahmasalah yang timbul. b. Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk. c. Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan. d. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar. 3. Bagi Publik a. Pemberian Brand Image memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten. b. Meningkatkan efisisensi pembeli karena Brand Image dapat menyediakan informasi tentang produk dan dimana membelinya. 13 2.2Personal Selling 2.2.1 Definisi Personal Selling Perusahaan saat ini bergantung pada tenaga penjual atau Sales Person untuk membidikdan mencari calon pembeli yang potensial, menjadikan mereka pelanggan, kemudianmengembangkan bisnis. Menurut Philip Kotler yang dikutip oleh Djaslim Saladin (2006 : 172) personal selling didefinisikan sebagai berikut : ”Personal selling is face to face interaction with one or more prospective purchase for thepurpose of making presentations, answering question, and procuring ordersales”. Maksudnya,”Penjualan tatap muka adalah penyajian lisan dalam suatu pembicaraan dengan satu atau beberapapembeli. Kita semua menyadari bahwa personal sellingmerupakan cara yang efektif untukmerayu calon pembeli. Dengan terjadinya komunikasi dua arah yang memungkinkan adanyainteraksi secara langsung antara pemasar dan calon konsumen, setidaknya akan menciptakan sebuahpenilaian positif oleh pelanggan. 2.2.2Tujuan Personal Selling Berikut ini adalah tujuan personal selling menurut PhilipKotler (2007 : 305): 1. Mencari calon ; melakukan pencarian calon pembeli atau petunjuk. 14 2. Menetapkan sasaran ;memutuskan bagaimana mengalokasikan waktu mereka diantara calondan pelanggan. 3. Berkomunikasi ; mengkomunikasikan informasi tentang produk dan jasa perusahaan tersebut. 4. Menjual ; mendekati, melakukan presentasi, menjawab keberatan – keberatan, dan menutuppenjualan. 5. Melayani ; menyediakan berbagai layanan kepada pelanggan, memberikan konsultasi tentang masalah, memberikan bantuan teknis, merencanakan pembiayaan, dan melakukanpengiriman. 6. Mengumpulkan informasi ; melakukan riset pasar dan melaksanakan tugas intelejen. 7. Mengalokasikan ; memutuskan pelanggan mana yang akan memperoleh produk selama masa – masa kekurangan produk. 2.2.3 Ciri – ciri Personal Selling Ciri – ciri personal sellingmenurut Djaslim Saladin (2003 : 147) yaitu : 1. Tatap muka pribadi Penjualan pribadi yang mempunyai hubungan hidup, langsung dan interaktif antara dua pihakatau lebih. 2. Pemupukan hubungan 15 Dengan penjualan pribadi akan beraneka ragam hubungan, mulai dari hubungan jual – belisampai kepada hubungan persahabatan yang erat. 3. Tanggapan Pembeli lebih tegas dalam mendengarkan dan memberi tanggapan, sekalipun tanggapannyahanya merupakan ucapan terima kasih. 2.2.4 Sifat-sifat Personal Selling Fandy Tjiptono (2008:224) mengungkapkan sifat-sifat personal selling adalah sebagaiberikut: 1. Personal Confrontation, yaitu adanya hubungan yang hidup, langsung, dan interaktif antaraduaorang atau lebih. 2. Cultivation, yaitu sifat yang memungkinkan berkembangnya segala macam hubungan, mulai dari sekedar hubungan beli sampai dengan hubungan yang lebih akrab. 3. Response, yaitu situasi yang seolah-olah mengharuskan pelanggan untuk mendengar,memperhatikan, dan menanggapi. 2.2.5 Fungsi Personal Selling Fandy Tjiptono (2008:224) mengungkapkan fungsi personal sellingsebagai berikut : 1. Prospecting, yaitu mencari pembeli dan menjalin hubungan dengan mereka 16 2. Targeting, yaitu mengalokasikan kelangkaan waktu penjual demi pembeli. 3. Communicating, yaitu memberi informasi produk perusahaan kepada pelanggan. 4. Selling, yakni mendekati, mempresentasikan, dan mendemonstrasikan mengatasi penolakan, serta menjual produk kepada pelanggan. 5. Servicing, yakni memberikan berbagai jasa dan pelayanan kepada pelanggan. 6. Information gathering, yakni melakukan riset dan intelegen pasar. 7. Allocating, yaitu menentukan pelanggan yang akan dituju. 2.2.6 Keunggulan dan Kelemahan Personal Selling Personal selling mempunyai karakteristik yang sangat berbeda dengan alat promosi lainnya.Perbedaan karakteristik itu menyebabkan personal selling mempunyai keunggulan - keunggulan tertentu dibandingkan dengan alat promosi lainnya. Keunggulan – keunggulanpersonal selling menurutSutisna (2002 : 315) sebagai berikut : 1.Personal selling melibatkan komunikasi langsung dengan konsumen(face to face). 2. Pesan dari personal selling lebih bisa membujuk daripada periklananpublisitas di media massa. 17 3. Proses komunikasi face to face menjadikan konsumen potensial harus memperhatikan pesanyang disampaikan oleh staf penjual. 4. Bagi staf penjual yang berkomunikasi dengan satu konsumen potensial pada satu waktu, diadapat merancang pesan secara berbeda pada setiap konsumen potensial yang didatanginya. 5. Dalam personal selling proses alur komunikasi terjadi dua arah, sehingga konsumen secara langsung bisa bertanya mengenai produk kepada staf penjual. 6. Staf penjual juga bisa menerima umpan balik secara langsung dari konsumen potensial dalambentuk keberatan, pertanyaan atau komunikasi non variabel seperti mengangkat bahu ataumenguap. 7. Staf penjual dapat menyampaikan pesan yang kompleks mengenai karakteristik produk, yangtidak mungkin disampaikan di iklan. 8. Staf penjualdapat mendemonstrasikan produk atau menggunakan tampilan audio visual untukmemperoleh perhatian penuh dari konsumen potensial. Selain mempunyai keunggulan, personal selling jugamempunyai kelemahan dibandingkan dengan alat promosi lainnya. Kelemahan utama daripersonal sellingadalah : a. Komunikasi terjadi daripada sekelompok kecil konsumen potensial. Akibatnya pelaksanaanpersonal sellingmenjadi mahal jika diukur berdasarkan biayaperkontak dengan konsumen. 18 b. Image yang negatif terhadap staf penjual, sehingga cenderung untuk menghindar apabiladidatangi oleh penjual. 2.2.7 Langkah-langkah Personal Selling Menurut Philip Kotler yang diterjemahkan oleh A.B Susanto (2007 : 317 - 319)langkah-langkah personal selling adalah sebagai berikut : Gambar 2.1 Langkah-langkah Personal Selling 1. Pendekatan pendahuluan Pada tahap ini staf penjual perlu belajar sebanyak mungkin tentang perusahaan dan calonpelanggan (apa yang dibutuhkan, siapa yang terlibat (karakteristik dalam pribadi keputusan pembelian) danpembelinya dan pembelian mereka). penjualtersebutseharusnya gaya menetapkan tujuan Staf kunjungan menentukan kualifikasi calon, mengumpulkaninformasi, melakukan penjualanlangsung. Tugas lainnya adalah memutuskan pendekatanhubungan terbaik, yang mungkin berupa kunjungan pribadi, telepon atau surat. Akhirnya, staf penjual tersebut 19 seharusnya merencanakan seluruh strategi penjualan untuk pelanggantersebut. 2. Presentasi dan peragaan Pada tahap ini staf penjual harus menyampaikan ”cerita” produk – produk tersebut kepadapembeli, dengan mengikuti rumus AIDA untuk memperoleh perhatian (attention), mempertahankan minat (interest), membangkitkan keinginan (desire), menghasilkan tindakan(action). Staf penjual tersebut menggunakan pendekatan fitur (feature), keuntungan(advantage), manfaat (benefit), dan nilai (value) atau FABV. 3. Mengatasi keberatan Pada tahap ini staf penjual harus dapat mengatasi keberatan yang diajukan oleh konsumenmelalui pendekatan yang positif, seperti meminta pembeli menjelaskan keberatan mereka, bertanya kepada pembeli dengan cara yang mengharuskan pembeli tersebut menjawab sendirikeberatan – keberatannya, menyangkal kebenaran keberatan tersebut, atau mengubahkeberatan menjadi alasan untuk membeli. Menangani dan mengatasi keberatan adalah bagiandari kemampuan negosiasi yang lebih luas. 4. Menutup penjualan Pada tahap ini, staf penjual mencoba untuk menutup penjualan.Staf penjual harusmengetahui bagaimana mengenali tanda – tanda penutupan pembeli, termasuk tindakan –tindakan fisik, 20 pernyataan atau komentar, dan pertanyaan sehingga konsumen mau melakukanpembelian. 5. Tindak lanjut dan pemeliharaan Tindak lanjut dan pemeliharaan diperlukan jika staf penjual tersebut ingin memastikan kepuasan pelanggan dan kelanjutan bisnis. Langsung setelah melakukan penutupan,staf penjual tersebut seharusnya mempertegas perincian yang diperlukan mengenai waktupengiriman, syarat pembelian, dan hal – hal lain yang dirasakan penting bagi pelanggantersebut. Staf penjual juga seharusnya menyusun rencana pemeliharaan dan pertumbuhan untukpelanggan tersebut. 2.3 Keputusan Pembelian Konsumen 2.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen Menurut Engel et. Al (2005:31) keputusan pembelian adalah proses merumuskan berbagai alternative tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu alternative tertentu untuk melakukan pembelian. Pemasar perlu mengetahui siapa yang terlibat dalam keputusan membeli dan peran apa yang dimainkan oleh setiap orang untuk banyak produk, cukup mudah untuk mengenali siapa yang mengambil keputusan. 2.3.2 Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Keputusan Pembelian 21 Seorang pemasar harus menguasai pengaruh – pengaruh yang terjadi pada seorangpembeli serta membangun pengertian sebenarnya. Untuk ituseorang pemasar harusmengidentifikasi siapa saja yang membuat keputusan pembelian. Menurut Engel et. Al (2005:33) pihak – pihak yang terlibat dalam keputusan pembelian konsumen dapat dibagi menjadi : 1. Pengambil inisiatif (inisiator), yaitu orang yang pertama menyarankan atau memikirkangagasan membeli produk atau jasa tertentu. 2. Pemberi pengaruh (influence), adalah orang yang pandangan atau nasehatnya diperhitungkandalam membuat keputusan. 3. Pembuat keputusan (devider), adalah seorang yang pada akhirnya menentukan sebagian besaratau keseluruhan keputusan pembelian : apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimanacara membeli, atau dimana akan membeli. 4. Pembeli (buyer), adalah seseorang yang melakukan pembelian yang sebenarnya. 5. Pemakai (user), adalah seseorang atau beberapa orang yang menikmati atau memakai produkatau jasa. Peran – peran ini harus dikuasai oleh produsen, karena hal ini bisa ditetapkan dalamrancangan produk. Penentuan pesan – pesan iklan yang akan disampaikan dan mengalokasikan anggaran promosi. 22 2.3.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Dalam mempelajari keputusan pembelian konsumen, seorang pemasar harus melihat hal-halyang berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan membuat suatu ketetapan bagaimana konsumen membuat keputusan pembeliannya. Menurut Kotler dan Armstrong (2004:224)mengemukakan proses pembelian tersebut melalui 5 (lima) tahapan. Tahapan pembeliankonsumen tersebut antara lain: Sumber: Kotler dan Armstrong, Dasar-dasar pemasaran (2004:224) Gambar 2.2 Tahapan Pembelian Konsumen 1. Pengenalan kebutuhan/masalah Proses pembelian diawali dengan adanya masalah atau kebutuhan yang dirasakan 23 olehkonsumen. Konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan antara situasi guna membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. 2. Pencarian informasi Setelah konsumen merasakan adanya kebutuhan suatu barang atau jasa, selanjutnyakonsumen mencari informasi yang baik yang disimpan dalam ingatan (internal) maupuninformasi yang didapat dari lingkungan (eksternal).Sumber-sumber konsumen terdiri dari : ‐ Sumber pribadi : keluarga, tetangga,teman, dan kenalan. ‐ Sumber niaga/komersil : iklan, tenaga penjual,kemasan dan pemajangan. ‐ Sumber umum : media massa dan organisasi konsumen. ‐ Sumber pengalaman : penanganan,pemeriksaan, dan penggunaan produk. 3. Evaluasi alternative Setelah informasi diperoleh, konsumen mengevaluasi berbagai alternative pilihan dalammemenuhi kebutuhan tersebut. Untuk menilai alternative pilihan konsumen terdapat tigakonsep dasar yang digunakan, yaitu : ‐ Sifat-sifat produk ‐ Nilai kepentingan ‐ Tingkat kesukaan 4. Keputusan pembelian 24 Konsumen yang telah melakukan pilihan terhadap berbagai alternative biasanya membeli produk yang paling disukai, yang membentuk suatu keputusan untuk membeli. Ada 3(tiga) factoryang menyebabkan timbulnya keputusan untuk membeli, yaitu : ‐ Sikap orang lain : tetangga, teman, orang kepercayaan, keluarga dll. ‐ Situasi tak terduga : harga, pendapatan keluarga, manfaat yang diharapkan. ‐ Factor yang tak dapat diduga : faktor situasional yang dapat diantisipasi olehkonsumen. 5. Perilaku pasca pembelian Keputusan atau ketidakpuasaan konsumen terhadap perilaku pembelian selanjutnya. Jika konsumen puas kemungkinan besar akan melakukan pembelian ulang dan begitu jugasebaliknya. Ketidakpuasan konsumen akan terjadi jika konsumen mengalami pengharapan yangtak terpenuhi. Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2006:547) adalah “ pemilihan dari dua atau lebih alternative pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah 25 kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut dilakukan”. Bentuk proses pengambilan keputusan tersebut dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Fully Planned Purchase, baik produk dan merek yang sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned Purchase dapat dialihkan dengan teknik marketing, misalnya pengurangan harga, kupon atau aktifitas promosi lainnya. 2. Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh discount harga atau display produk. 3. Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan catalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan seseorang akan kebutuhan dan memicu pembelian (Engel, F. James, et. Al, 2005:127-128). 26 2.3.4Hubungan Personal Selling dengan Keputusan Pembelian Konsumen Personal Sellingadalah kegiatan bauran promosi yang secara langsung mempertemukan pemasar dengan calon konsumen.Melalui pertemuan tersebut, pemasar dapat memberikan informasi bagikonsumen sehingga konsumen tergugah untuk melakukan pembelian. Fandy Tjiptono (2008:224),Personal Selling adalahkomunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan danmembentuk pemahaman terhadap suatu produk sehingga mereka kemudian akan mencoba danmembelinya. Personal selling merupakan komunikasi dua arah yang terjadi antara staf penjual dengan konsumen yang bertujuan untuk mempengaruhi proses pembelian konsumen tersebut. Personal selling yang baik dapat mendorong konsumen dalam mengambil keputusan. Ketika konsumen telah mengambil keputusan, kemudian mereka akan mengevaluasi. Selama evaluasi konsumen akan belajar dari pengalaman mereka. Pengalaman konsumsi secara langsung akan berpengaruh terhadap keputusan akan membeli kembali produk tersebut atau tidak. Dalam hal hubungan dengan keputusan pembelian, efektifitas dan strategi pemasaran dapat ditunjukan 27 dengan adanya kemampuan mempengaruhi dan merubah pola pikir dan keinginan calon pembeli, dan personal selling merupakan bagian dari strategi pemasaran yang ditujukan untuk mempengaruhi perilaku konsumen khususnya dalam pengambilan keputusan pembelian terhadap suatu barang atau jasa. Oleh karena itu, dengan personal selling diharapkan calon pembeli dapat mengenal lebih banyak tentang produk yang dihasilkan atau dijual oleh tenaga penjual dan pada akhirnya dapat menimbulkan ketertarikan akan produk yang ditawarkan. Semakin banyak penjual mengunjungi atau menawarkan orang-orang semakin besar pula produk yang mungkin dapat dijual.Dalam hal tersebut juga kemampuan tenaga penjual sangat menentukan dapat terjadinya transaksi atau tidak.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa personal selling mempunyai peranan yang besar untuk mempengaruhi calon pembeli dalam melakukan keputusan pembelian. 2.3.5 Peran Tenaga Penjualandalam PersonalSelling Tenaga penjual merupakan bagian dari kegiatan promosi atau komunikasi pemasaran atau biasa disebut dengan personal selling.Tujuan utama dari personal selling adalah bagaimana untuk memberikan informasi kepada konsumen sehingga mendorongnya agar mau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan.Komunikasi yang dilakukan tersebut merupakan komunikasi dua arah sehingga diharapkan memungkinkan untuk menciptakan pengaruh yang lebih besar terhadap konsumen.Semua 28 pertanyaan konsumen sebelumterjadinya pembelian merupakan tugas personal selling untuk menjawab dan memuaskannya. Tugas tenaga penjual dimulai dari proses keputusan konsumen, membantu penggunaan produk, menanggulangi ketidakpuasan serta mempertahankan hubungan. Dari aktifitas tersebut maka tenaga penjualakan melalui 3 phase di dalam tugasnya yaitu phase sebelum pembelian, selama interaksi dan setelah interaksi. Preinteraction Preinteraction phase phase Skills: Skills: •Precall •Precallplanning planning Interaction Interaction phase phase Postinteraction Postinteraction phase phase Skills: Skills: •Relating •Relating •Need •Needdiscovery discovery •Advocating •Advocating •Closing •Closing Skills: Skills: •Supporting •Supporting •Implementing •Implementing •Dealing •Dealingwith withdissatisfaction dissatisfaction •Enhancing •Enhancingthe therelationship relationship Gambar 2.3 3 fase tugas staf penjual Dari gambaran di atas terlihat bahwa tugas tenaga penjual dimulai dari mencari target konsumen, closing dan masih berlanjut dengan penanganan konsumen setelah pembelian. 29 2.3.6 Pergeseran Peran Tenaga Penjual dalam PersonalSelling Peran tenaga penjualan di atas terlihat lebih menekankan pada aspek komunikasi. Padahal dari cara pandang lain sebenarnya tenaga penjual dapat dijadi sebagai sesuatu yang dapat memberikan nilai bagi pelanggan (customer value) sehingga tingkat kepuasan konsumen akan semakin meningkat. Penjualan bergeser dari transaksional menjadi relasional.Dengan demikian pemahaman tentang aktifitas tenaga penjual perlu dirubah dari sekedar mengkomunikasikan nilai (comunicating value) menjadi menciptakan value (creating value).Menciptakan customer value berarti berusaha untuk memperbesar manfaat (benefit) dan menurunkan “biaya” (cost) yang harus dikeluarkan konsumen. Bagaimana untuk menciptakan value tentunya perlu memperhatikan tipe pelanggan. Tipe ini dapat dibagi atas : 1. Instrinsic value Customers, yaitu lebih memperhatikan nilai internal produk dan biaya yang harus dikeluarkan. 2. Extrinsic Value Customer, yaitu pelanggan yang juga memperhatikan hal lain yang ada diluar produk atau bagaimana produk tersebut digunakan. 30 3. Strategic Value Customer, yaitu lebih menekankan pada apakah suplier dapat mendongkrak kompetensi inti yang diingini organisasi pembeli. Untuk konsumen jenis pertama tentunya lebih efektif dilakukan pengurangan biaya agar terjadi kenaikan nilai konsumen. Sedangkan jenis konsumen yang lain diberikan peningkatan nilai dengan peningkatan benefit. Jika ditinjau dari jenis hubungan penjualan yang ditetapkan perusahaan dalam strateginya maka setiap tipe konsumen membutuhkan selling mode yang berbeda, sbb : VALUE = BENEFIT - COST INTRINSIC VALUE TRANSAC TIONAL EXTRINSIC VALUE CONSULT ATIVE STRATEGIC VALUE ENTERPRI SE Gambar 2.4 Selling mode yang sesuai dengan tipe konsumen Nilai Pelanggan dapat diciptakan dilakukan melalui setiap tahap proses pembelian pelanggan yaitu : 31 1. Recognition of need. Membantu pelanggan untuk menemukan dan memahami masalahnya dengan cara baru atau cara lain. 2. Evaluation of option. Menunjukan solusi, pilihan dan pendekatan yang paling baik yang pelanggan mungkin tidak memahami sebelumnya. 3. Resolution of concern. Membantu pelanggan dalam mengatasi dan menggeser rintangan untuk mengakuisisi. 4. Membuat pembelian lebih nyaman, mudah dan bebas masalah. 5. Implementation. Menunjukan pada pelanggan bagaimana untuk memasang dan menggunakan produk. Setiap tipe hubungan penjualan mempunyai peluang atau kemungkinan yang berbeda dalam menciptakan value pada setiap tahapan proses pembelian tersebut. Setiap tahap proses dapat didukung penciptaan value melalui tenaga penjual pada enterprise selling. Pada consultative selling dapat dilakukan pada 3 tahap di awal dan tahap implementation. Sedangkan pada transactional selling semua tahap proses pembelian memiliki sedikit peluang dalam penjualan kecuali pada pada tahap purchase akan lebih memiliki kesempatan yang luas. 32 Recignition of need Custo mer has already defined needs and proble ms comple tly Evaluation Resolution Of Of Option Concern Custo mer already underst ands alternat ive solutio n Custo mer has few issue or concer ns Little or no opportunity to create sales value Gambar 2.5 Transactional Selling 33 Purchase Seller can help make purcha se painles s, convini ent & hasslee -free Implemen tation Custo mer general y knows how to use produc t Little or no opportuni ty to create sales value Recignition Evaluation Resolution of need of Option of Concern Seller can creat most value early in the process by helping customer d fi Consultative seller can design customized solution & help customers make informed choices Purchase Consultative seller can counsel customers & help resolve concern Gambar 2.6 Consultative Selling 34 Implementa tion Consultative seller can advise & problem solve implementati on issues Trust merupakan salah satu kata yang harus tercipta di dalam relationship selling, namunmakna akan berbeda beda pada setiap selling mode. Hal tersebut dapat di lihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Perbedaan rasa percaya pada model penjualan TRUST TRANSACTIONAL CONSULTATIVE ENTERPRISE SALES SALES SALES Trust the product Trust the person Trust the institution To provide me with To understand To share my & solve business future WHAT ? TO DO WHAT ? reliable, effortless BASE & cheap supply my problem Product performance Individualexpertise, Institutional values ON? & personal relationship track record & problem &core competencies solving ability 35 Gambar 2.7 Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen 36