12 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Manusia

advertisement
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
Manusia merupakan makhluk sosial. Makhluk sosial disini berarti manusia
selalu membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. Interaksi yang terjadi di
antara manusia yang satu dengan manusia lainnya dapat berupa proses komunikasi.
Dengan berkomunikasi, manusia berusaha untuk menyampaikan pesan kepada
manusia lainnya. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling memahami dan
mengerti.
2.1.1 Definisi Komunikasi
Definisi komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Sama di sini maksudnya adalah sama makna.16 Lebih lanjut menurut Moor,
komunikasi merupakan penyampaian pengertian antarindividu dengan kapasitas
untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan, pengetahuan, dam pengalaman dari
orang yang satu kepada orang yang lain.17
16
17
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya, 2007 hal 9.
Rohim, Syaiful. Teori Komunikasi. Jakarta : Rineka Cipta, 2009 hal 8.
12
13
Menurut Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka.18 Pengertian lain yang dibuat oleh kelompok sarjana
komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human
communication) bahwa :
“Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan
antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan
sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan
tingkah laku itu”.19
Menurut George Herbert Mead, setiap manusia mengembangkan konsep
dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat. Dengan kata lain,
manusia dapan mengenali dirinya sendiri melalui pengenalannya akan orang lain
yang menjadi pantulan bayangan seseorang tersebut.20
Mengenai pendalaman terhadap komunikasi organisasi, Redding dan Sanborn,
mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah
komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi
downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau
komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari
18
19
20
Op cit. Rohim, Syaiful. hal 9.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006 hal 1819.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007 hal
11.
14
orang-orang yang sama levelnya dalam organisasi, ketrampilan berkomunikasi dan
berbicara, mendengarkan, menulis, dan komunikasi evaluasi.21
Sementara menurut Wiryanto yang mengutip definisi komunikasi dari
beberapa ahli komunikasi dalam bukunya yang berjudul "Pengantar llmu
Komunikasi" mendefinisikan komunikasi adalah proses dimana mentransmisikan
stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.
Menurut Harrold Laswell dalam karyanya "The Structure and Function of
Communication in Society" berpandangan bahwa komunikasi dapat didefinisikan
sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media yang menimbulkan efek tertentu. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik
untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut:
1. Who?
2. Says What?
3. In Which Channel?
4. To Whom?
5. With What Effect?
Paradigma Laswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan diatas, yaitu:
1. Komunikator (communicator, source, sender)
2. Pesan (message)
21
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2008 hal 65.
15
3. Media (channel, media)
4. Komunikan (communicant, communicates, receiver, recipient)
5. Efek (effect, impact, influence).22
Dari beberapa definisi komunikasi yang dijelaskan diatas dapat dilihat bahwa
komunikasi tidak hanya sekedar sebuah proses penyampaian pesan atau informasi
yang dilakukan atau terjalin antara pemberi pesan (komunikator) kepada penerima
pesan (komunikan) melalui suatu saluran atau media, melainkan komunikasi yang
dilakukan juga mempunyai tujuan awal yaitu untuk mendapatkan kesamaan makna
dan pengertian yang mendalam, kemudian setelah itu bisa memberikan efek, atau
impact untuk mengubah sikap dan tingkah laku untuk melakukan suatu perbuatan
atau kegiatan.
2.1.2 Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi dapat bersifat formal dan informal, komunikasi formal
adalah komunikasi yang dilakukan oleh organisasi itu sendiri dan memiliki tujuan
untuk kepentingan organisasi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi
yang terjadi antar anggota organisasi tetapi tujuannya tidak untuk kepentingan
organisasi melainkan untuk kepentingan masing-masing pribadi.
Menurut Wayne yang dikutip oleh Husein Umar dalam bukunya Metode Riset
Komunikasi Organisasi, mengatakan bahwa “Komunikasi Organisasi didefinisikan
22
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grasindo, 2004 hal 6.
16
sebagai suatu pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu”.23
Definisi organisasi itu sendiri adalah “sebuah kelompok individu yang
diorganisasikan untuk mencapai tujuan tertentu”.24 Tujuan organisasi dan karyawan
sering kali seiring, karyawan memiliki tujuan melakukan pekerjaan dengan baik dan
naik pangkat sehingga mendukung tujuan organisasi, yaitu meningkatkan prduktivitas
dan meningkatkan pendapatan. Sedangkan menurut Rogers dan Rogers dalam
bukunya Communication in Organizations yang dikutip oleh Effendy, mengatakan
bahwa “organisasi adalah system yang mapan dari orang-orang yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian
kerja”. 25
Menurut Wiryanto dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi,
“komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi
di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi”.26 Sedangkan
Tubbs dan Moss mengatakan “ciri-ciri utama komunikasi organisasional adalah
faktor-faktor struktural dalam organisasi yang mengharuskan para anggotanya
bertindak sesuai dengan peranan yang diharapkan”27
23
24
25
26
27
Umar, Husein. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002
hal 65.
Op.cit. Wiryanto. hal 52.
Op.cit. Effendy, Onong Uchjana. hal 2.
Op.cit. Wiryanto. hal 54.
Tubbs, Stewart L., dan Sylvya Moss. Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi,
Bandung : Penerbit PT. Rosda Karya, 2005 hal 16.
17
2.1.3 Komunikasi Strategis
Pada umumnya strategi adalah suatu perencanaan dari pencapaian suatu
tujuan dan harus mampu menunjukkan taktik operasionalnya. Menurut O’Keefe,
komunikator dapat memilih berbagai strategi untuk mencapai suatu tujuan besar dari
penyampaian pesan.28 Komunikasi Strategis (strategic communication) menurut
Ronald D. Smith, adalah:
“Strategic communication is the name for such planned communication
campaigns; more specifecally, itis intentional communication undertaken by
a business or non profit organization, sometimes by a less structured group.
It has a purpose and a plan, in which alternatives are considered and
decisions ar justified. Invariably, strategic communication is based on
research and subject to eventual evaluation. It operates within a particular
environment, which involves both organization and group of people who
affectit in some way”.29
Strategi komunikasi merupakan paduan perencanaan komunikasi dengan
manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi
komunikasi harus mampu untuk menunjukkan cara operasional secara praktis dan
pendekatan yang mungkin menjadi berbeda-beda tergantung pada situasi dan
kondisi.30
Strategi komunikasi sangat berkaitan erat dengan khalayak sasaran (target
audience). Dalam hal ini tentu saja khalayak sasaran memiliki perbedaan aspek-aspek
psikologis, sosiologis, dan antropologis bahkan mungkin juga berbeda unsur politis
28
29
30
Morrisan. Teori Komunikasi Organisasi. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009 hal 104.
Ronald D. Smith. Strategic Planning For Public Relations, London : Lawrence Erlbaum
Associates, 2002 hal 2.
Op.cit. Effendy, Onong Uchjana. hal 32.
18
dan ekonomis. Dalam hubungan ini faktor source credibility komunikator memegang
peranan yang sangat penting. Kredibilitas di sini merujuk kepada keahlian dan
kelayakan dipercaya.
2.2 Public Relations
2.2.1 Definisi Public Relation
Definisi Public Relations menurut Institute Public Relationship Association
(IPRA), seperti yang dikutip oleh Maria, memiliki definisi sendiri mengenai Public
Relations:31
“Public Relations merupakan fungsi managemen yang khas yang mendukung
pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan
publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerjasama,
melibatkan manajemen memberikan penerangan dalam permasalahan dan
persoalan; membantu manajemen memberikan penerangan dan tanggapan
dalam hubungan dengan opini publik; menetapkan dan menekankan tanggung
jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum; menopang manajemen
dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak
sebagai system peringatan yang dini dalam membantu mendahului
kecenderungan; dan menggunakan penelitian serta tehnik komunikasi yang
sehat dan etis sebagai sarana utama”.
Berdasarkan definisi Public Relations oleh IPRA dapat kita lihat bahwa
Public Relations merupakan bagian dari fungsi manajemen dimana komunikasi
sebagai kegiatan utama Public Relations sangat penting dan Public Relations harus
menggunakan komunikasi dua arah dari organisasi ke publiknya dan dari publik ke
31
Op.cit. Maria A. Rumanti. Dasar - dasar Public Relations, Teori dan Praktik. Jakarta : Grasindo
2005. hal 12.
19
organisasinya secara timbal balik, dengan memperhatikan opini publik sebagai
efeknya baik yang terdapat pada publik internal maupun eksternal.
British Institute of Public Relations, seperti yang dikutip oleh Jefkins yang
disempurnakan oleh Yadin dalam bukunya yang berjudul “Public Relations Fifth
Edition” (2004), Public Relations adalah:32
“Public Relations merupakan sebuah disiplin ilmu yang berfungsi untuk
menjaga reputasi dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah pengertian dan
dukungan dan mempengaruhi opini serta tingkah laku. Public Relations
merupakan keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik
(goodwill) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap
khalayaknya”.
Upaya yang terencana dan berkesinambungan ini memiliki arti bahwa Public
Relations adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasikan sebagai suatu
rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya berlangsung secara
berkesinambungan dan teratur. Disini bias katakana bahwa kegitan Public Relations
bukan sebuah kegiatan yang sifatnya sembarangan atau dadakan. Sedangkan tujuan
utamanya untuk menciptakan dan memelihara saling pengertian maksudnya adalah
untuk memastikan bahwa organisasi tersebut senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak
yang turut berkepetingan. Dengan adanya kata “saling” berarti organisasi juga harus
memahami setiap kelompok atau individu yang terlihat dengan adanya (khalayak atau
publik).
32
Op.cit. Jefkins, Frank dan Daniel, Yadin. Public Relations Fifth Edition, 2004 hal 9-10.
20
Public Relations adalah sebagai usaha yang direncanakan secara terus
menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbale
balik antara organisasi dan masyarakat.33 Pendapat ini menunjukkan bahwa Public
Relations dianggap sebuah proses aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komuniasi
antara organisasi dan pihak luar organisasi. Sementara menurut Kusumastuti, yang
mendefinisikan Public Relations adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang
direncanakan, dan dijalankan terus menerus dengan mana organisasi-organisasi dan
lembaga yang bersifat umum dan pribadi berusaha memperoleh dan membina
pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada sangkut pautnya dengan
menilai
opini
publik
diantara
mereka
dengan
tujuan
sedapat
mungkin
menghubungkan kebijaksanaan itu ketatalaksanaan mereka, guna mencapai tujuan
kerjasama yang lebih produktif dan untuk melaksanakan kepentingan bersama yang
lebih efisien dengan jalam penerapan berencana dan tersebar luas.34
Berdasarkan definisi di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa Public
Relations berperan penting untuk membantu lancarnya kegiatan manajemen,
khususnya dalam membantu hal-hal yang berkaitan dengan upaya untuk menilai
sikap publik terhadap organisasinya, dengan melakukan komunikasi yang sifatnya 2
arah (two way communication), yang bertujuan untuk menciptakan kerjasama yang
positif dalam rangka mendukung tujuan-tujuan perusahaan.
33
34
Coulson, Colin-Thomas. Public Relations. Pedoman Praktis untuk PR. Jakarta: Bumi Aksara,
2002 hal 9.
Kusumastuti, Frida. Dasar- Dasar Humas. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2002 hal 10.
21
2.2.2 Public Relations dalam Organisasi
Menurut Maria dalam bukunya dasar-dasar Public Relations, (2005),
mengemukakan bahwa Public Relations sangat erat hubungannya dengan
perkembangan sosial, ekonomi, maupun politik yang muncul di negara tempat
organisasi atau perusahaan berada. Public Relations dalam organisasi muncul karena
adanya kebutuhan memperbaiki hubungan baik dengan publik sehingga terdapat
saling pengertian, publik dapat mengerti bagaimana organisasi tersebut, publik dapat
mengenal dan mengerti lebih jelas, muncul saling mempercayai demi keuntungan
kedua belah pihak, membawa kemajuan, kontinuitas organisasi, dan kebutuhan
publik. Selain itu karena adanya kebutuhan untuk komunikasi dua arah dalam
menghadapi permasalah sosial yang kompleks, dan semakin berkembang. Untuk itu,
dibutuhkan hubungan sosial yang sehat dan etis.
Berkembangnya Public Relations dalam organisasi dikarenakan hal-hal
berikut :
1. Perkembangan media massa pesat, sedangkan komunikasi berbentuk apapun
dalam organisasi tetap sentral dalam kegiatan Public Relations.
2. Adanya sikap dan perilaku yang jujur menuju adanya saling pengertian, saling
menghormati, dan saling mempercayai.
3. Adanya citra organisasi
yang jelas, baik, dan benar yang perlu
dikomunikasikan dengan tepat akan sangat menguntungkan kedua belah
pihak.
22
4. Diperlukan pengetahuan jurnalistik, promosi, dan reklame yang profesional
tidak bisa dihindari karena justru dari situlah banyak input masuk.
Menurut Maria, kedudukan Public Relations yang paling tepat adalah
diposisikan secara langsung berdekatan dengan manajemen, menjadi staf manajemen
puncak. Karena Public Relations harus terletak pada garis lini manajemen tersebut.
Adapun Public Relations organisasi seharusnya masuk di dalam direksi karena salah
satu tugasnya adalah mengorganisas seluruh kegiatan komunikasi organisasi baik
secara internal maupun eksternal. Hal ini dapat dilaksanakan dengan baik jika Public
Relations mengetahui dengan transparan atau objektif, masalah yang dihadapi, halhal yang harus cepat diatasi, dan arah perkembangan atau pembaruan. Secara
sederhana dapat digambarkan kedudukan Public Relations di dalam organisasi
sebagai berikut:35
35
Op.cit. Maria A. Rumanti. hal 204-206.
23
Gambar 2.1
Kedudukan Public Relations dalam Organisasi
Manajemen
PR Penasihat
Bagian Unit
Pelayanan
PR Pelaksana
Public Relations Officer
Menentukan hubungan baik antar segenap
komponen organisasi dalam rangka memberikan
pengertian, menumbuhkan motivasi, menggiatkan
partisipasi
Tujuannya :
Menumbuhkan dan mengembangkan relasi,
pengertian, dan antara organisasi dengan publiknya
atau sebaliknya yang menguntungkan kedua belah
pihak
Internal Public Relations
Eksternal Public Relations
Sumber : Maria, (2005 :206).
Peran
Public
Relations
dalam
organisasi
adalah
menciptakan
dan
mengembangkan relasi. Hal ini tidak dapat diabaikan, merupakan tugas vital dan
harus ditingkatkan secara local, regional maupun internasional. Sebagai landasan
kegiatan tersebut diperlukan sikap terbuka untuk bisa saling mempercayai, sikap
24
semacam ini membuaka jalan untuk saling memberi dan menerima, yang berarti
kebutuhan-kebutuhan secara fisik, material, maupun spiritual akan bermunculan,
sehingga bisa diadakan pengolahan bersama sampai ditemukan pokok permasalahan
atau kebutuhan. Disini terjadi pengintegrasian kebutuhan atau keinginan kedua belah
pihak, yang berarti kepentingan publik diperhatikan, dipenuhi demi keuntungan
kedua belah pihak. Dapat dirasakan hasilnya bahwa sesungguhnya proses pendekatan
dan penyesuaian tercapai. Organisasi harus menyadari bahwa tanpa menyesuaikan
diri dengan kepentingna publik umum, integrasi pun tidak akan mungkin terjadi. Hal
ini bukan semata-mata menjadi tugas Public Relations, melainkan juga merupakan
tugas penting dalam manajemen modern dewasa ini.36
2.2.3 Internal Public Relations
Menurut Danan Djaja internal Public Relations adalah salah satu bentuk
kegiatan itu hanya berlaku kepada bentuk hubungan dengan publik yang ada di dalam
instantsi atau perusahaan.37 Publik internal adalah kelompok yang berada di dalam
suatu badan instansi atau perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan
keberhasilan perusahaan atau internal, yaitu seluruh karyawan dari staff terbawah
hingga teratas. Karyawan merupakan bagian dari khalayak internal perusahaan yang
memiliki kedudukan penting bagi kelangsungan instansi, sehingga dapat dikatakan
bahwa roda perusahaan dapat berjalan dengan baik dan lancar adalah terletak pada
36
37
Op.cit. Maria A. Rumanti. 2005 hal 215.
Danan Djaja H. R. Peranan Humas dalam Perusahaan, Bandung: Alumni Bandung, 2005 hal 26.
25
karyawan. Tanpa adanya dukungan karyawan, instansi akan sulit berjalan,
keberadaan humas di dalam perusahaan dapat dijadikan sebagai komunikator atau
mediator dalam mempertemukan kepentingan instansi dengan karyawan.38
Untuk itulah peranan, fungsi dan tugas seorang Public Relations Officer untuk
membina hubungan komunikasi internal. Peranan tersebut menuntut seseorang
praktisi Public Relations untuk dapat menjadi corong informasi dari para karyawan
kepada pihak perusahaan, atau sebaliknya mampu bertindak sebagai mediator dan
bidang dan tanggung jawabnya masing-masing. Disamping itu pihak Public Relations
mampu mempertemukan atau menyampaikan tujuan dan keinginan-keinginan dari
pihak karyawan kepada perusahaan atau sebaliknya dari pihak perusahaan terhadap
para karyawannya (bertindak sebagai komunikator dan mediator). Komunikasi
internal timbal balik yang dilaksanakan oleh Public Relations tersebut dapat
dilakukan melalui beberapa jalur. a). Komunikasi arus ke bawah (downward
communication), yakni dari pihak perusahaan kepada para karyawannya. b).
Komunikasi arus ke atas (upward communication), yaitu dari pihak karyawan kepada
perusahaan. c). Komunikasi sejajar (sideways communication) yang berlangsung
antar karyawan.
Komunikasi hubungan masyarakat internal itu dapat menjadi komunikasi
yang efektif, apabila :
38
Op.cit, Abdurrachman, Oemi. Dasar-dasar Public Relations. Bandung : PT Citra. Aditya Bakti,
2001 hal 34-37.
26
1. Adanya keterbukaan manajemen perusahaan (open management system),
terhadap para karyawannya.
2. Saling menghormati atau menghargai (mutual appreciation) antara satu
sama lain, baik ia bertindak sebagai pimpinan maupun sebagai bawahan
demi tercapainya tujuan utama perusahaan.
3. Adanya kesadaran atau pengakuan dari pihak perusahan akan nilai-nilai
dari arti pentingnya suatu komunikasi timbal balik dengan para
karyawannya.
4. Keberadaan seorang Public Relations, yang tidak hanya memiliki
ketrampilan (skill) dan berpengalaman sebagai seorang komunikator,
mediator dan hingga persuader, tetapi juga harus didukung dengan
sumber-sumber daya teknis yang canggih dan sekaligus sebaga sebagai
media komunikasinya, seperti kemampuan mengelola dan membuat media
komunikasi seperti : House Public Relations Journal, Internal Magazine,
Video and Cassetes Recording, Slide film presentation special Events
Programmes, dan media pertemuan sebagai media komunikasi internal.
Sedangkan maksud dan tujuan kegiatan komunikasi hubungan masyarakat
internal yang dilaksanakan oleh Public Relations melalui program kerja Employee
Relations, antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai sarana komunikasi internal secara timbal balik yang dipergunakan
dalam suatu organisasi/perusahaan.
27
b. Untuk menghilangkan kesalahpahaman atau hambatan komunikasi antara
manajemen perusahaan dengan para karyawannya.
c. Sebagai sarana saluran atau alat komunikasai dalam upaya menjelaskan
tentang
kebijaksanaan,
peraturan
dan
ketatakerjaan
dalam
sebuah
karyawan
untuk
organisasi/perusahaan.
d. Sebagai
media
komunikasi
internal
bagi
pihak
menyampaikan keinginan-keinginan atau sumbang saran dan informasi serta
laporan kepada pihak manajemen perusahaan (pimpinan).
Selanjutnya kegiatan Employee Relations dalam suatu organisasi atau
perusahaan dapat dilaksanakan dalam bentuk berbagai macam aktivitas dan program,
antara lain: Program pendidian dan pelatihan, Program penghargaan, Program acara
khusus (Special Events), dan program kampanye.
2.3 Kampanye Public Relations
2.3.1 Definisi Kampanye Public Relations
Menurut pakar komunikasi Rice dan Paisley, dikatakan bahwa kampanye
tersebut adalah keinginan seseorang untuk mempengaruhi opini individu dan publik,
kepercayaan audiensi dengan daya tarik komunikator yang sekaligus komunikatif.
Sementara menurut Albig, mendefinisikan komunikasi dalam berkampanye
“merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang bernama antar individu.
Suatu lambang yang sama-sama dimengerti” Pengoperasian pesan tersebut berupa
28
ide, pikiran, dan perasaan. Pikiran merupakan gagasan, info, pengetahuan, ilham, dan
sebagainya, sedangkan perasaan dapat berupa perasaan bahagia, sedih, marah,
bimbang, dan lainnya.39
Kampanye Public Relations dalam arti sempit bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran (target audience) untuk merebut
perhatian serta menumbuhkan persepsi atau opini yang positif terhadap suatu
kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi (corporate activities) agar tercipta suatu
kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat melalui penyampaian pesan secara
intensif dengan proses komunikasi dan jangka waktu tertentu berkelanjutan.
Dalam arti lebih umum atau luas, kampanye Public Relations tersebut
memberikan penerangan terus menerus serta pengertian dan memotivasi masyarakat
terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan tekhnik komunikasi
yang berkesinambungan dan terencana untuk mencapai publisitas dan citra yang
positif.40
2.3.2 Strategi Kampanye Public Relations
Penetapan strategi penting untuk dilakukan karena dapat memberikan fokus
terhadap kampanye yang dilakukan dan membantu untuk mendapatkan hasil tertentu.
Strategi biasanya ditentukan oleh masalah yang muncul dari analisis yang telah
dilakukan. Dalam kampanye, strategi merupakan prinsip yang menggerakkan ke arah
39
40
Op.cit. Ruslan, Rosady. 2002 hal 58.
Op.cit. Ruslan, Rusady. 2002 hal 66.
29
yang diinginkan. Strategi merupakan faktor pengkoordinasi, prinsip yang menjadi
penuntun, ide utama, dan pemikiran dibalik setiap program-program taktis. Dapat
dikatakan strategi adalah fondasi dari program kampanye. 41
Menurutnya strategi kegiatan Public Relations diarahkan pada upaya
menggarap persepsi para khalayak, akar sikap tindak dan persepsi mereka.
Konsekuensinya, jika strategi penggarapan itu berhasil maka akan diperoleh sikap
tindak dan persepsi yang menguntungkan dari khalayak sasaran. Pada akhirnya akan
tercipta suatu opini dan citra yang menguntungkan. 42
Terkait dengan citra yang akan diperoleh perusahaan, maka praktisi Public
Relations harus menerapkan strategi yang ditujukan kepada kepentingan kegiatan
Public Relations juga kepentingan keseluruhan organisasi. James E. Grunig dan Fred
Repper, dalam Rhenald Kasali, mengemukakan manajemen strategi dalam kegiatan
Public Relations melalui tujuh tahapan, yakni:
1. Tahap stakeholders. Sebuah perusahaan mempunyai hubungan dengan publiknya
bilamana perilaku organisasi tersebut mempunyai pengaruh terhadap stakeholdernya atau sebaliknya. Public Relations harus melakukan survey untuk terus
membaca perkembangan lingkungannya, dan membaca perilaku organisasinya
serta menganalisis konsekuensi yang akan timbul. Komunikasi yang dilakukan
secara kontinyu dengan stakeholders ini membantu perusahaan untuk tetap stabil.
41
42
Anne Gregory, Op.cit, Hal 99
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, (PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta 2005), Hal 124
30
2. Tahap publik. Publik terbentuk ketika perusahaan menyadari adanya problem
tertentu.
Dengan kata lain publik selalu eksis bilamana ada problem yang
mempunyai potensi akibat (konsekuensi) terhadap mereka. Oleh karena itu Public
Relations perlu terus mengidentifikasi publik yang muncul terhadap berbagai
problem.
3. Tahap isu. Publik muncul sebagai konsekuensi dari adanya problem yang selalu
mengorganisasi dan menciptakan isu. Isu adalah suatu tema yang dipersoalkan.
Public Relations perlu mengantisipasi dan responsif terhadap isu-isu tersebut
dengan melibatkan komunikasi personal dan sekaligus komunikasi dengan media
massa.
4. Public Relations perlu mengembangkan objective formal seperti komunikasi,
akurasi, pemahaman, persetujuan dan perilaku tertentu terhadap program-program
kampanye komunikasi.
5. Public Relations harus mengembangkan program resmi dan kampanye
komunikasi yang jelas untuk menjangkau objective di atas.
6. Public Relations khususnya para pelaksana, harus memahami permasalahan dan
dapat menerapkan kebijakan kampanye komunikasi.
7. Public Relations harus melakukan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan
tugasnya untuk memenuhi pencapaian objective dan mengurangi konflik yang
muncul di kemudian hari. 43
43
Rhenald Kasali,Op.cit, Hal 46
31
Menurut Harwood Childs, dalam Rosady Ruslan, menyatakan ada beberapa
strategi dalam kegiatan Public Relations untuk merancang suatu pesan dalam bentuk
informasi atau berita, yaitu sebagai berikut:
1. Strategy of Publicity
Melakukan kampanye untuk penyebaran pesan (message) melalui proses
publikasi suatu berita melalui kerja sama dengan berbagai media massa. Selain
itu, dengan menggunakan taktik merekayasa suatu berita akan dapat menarik
perhatian audiensi sehingga akan menciptakan publisitas yang menguntungkan.
2. Strategy of Persuation
Berkampanye untuk membujuk atau menggalang khalayak melalui teknik sugesti
atau persuasi untuk mengubah opini publik dengan berlandaskan humanity
interest.
3. Strategy of Argumentation
Strategi ini biasanya dipakai untuk mengantisipasi berita negatif yang kurang
menguntungkan (negative news), kemudian dibentuk berita tandingan yang
mengemukakan argumentasi yang rasional agar opini publik tetap dalam posisi
yang menguntungkan. Dalam hal ini, kemampuan Public Relations sebagai
komunikator yang handal diperlukan untuk mengemukakan suatu fakta yang jelas
dan rasional dalam mengubah opini publik melalui berita atau statement yang
dipublikasikan.
32
4. Strategy of Image
Strategi pembentukan berita yang positif dalam publikasi untuk menjaga citra
lembaga atau organisasi termasuk produknya. Misalnya tidak hanya menampilkan
segi promosi, tetapi bagaimana menciptakan publikasi nonkomersial dengan
menampilkan kepedulian terhadap lingkungan dan sosial (humanity relations and
social marketing) yang menguntungkan citra bagi lembaga atau organisasi secara
keseluruhan (corporate image). 44
2.3.3 Pesan Kampanye Public Relations
Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan dari pengirim
kepada penerima. Oleh karena itu, pesan atau informasi merupakan bagian yang
terpenting dari suatu program komunikasi.
Pesan atau informasi adalah isi dari program komunikasi, yaitu sesuatu yang
hendak disampaikan kepada khalayak atau sesuatu yang akan dihidangkan kepada
pihak yang dituju oleh program tersebut. Bahkan dapat dikatakan bahwa pesan inilah
yang merupakan inti dari keseluruhan program.
Pesan dapat berupa ide, gagasan, informasi, aktivitas, atau kegiatan tertentu
yang dipublikasikan atau dipromosikan untuk diketahui, dipahami, dan dimengerti
yang sekaligus diterima oleh publik. 45
44
45
Op.cit Rosady Ruslan, 2005 hal 54.
Ibid, Hal 29
33
Dalam mengembangkan pesan agar dapat dipahami dan diterima oleh publik,
maka hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pesan adalah:
1.
Ditargetkan ke suatu kelompok yang spesifik.
2.
Difokuskan pada suatu problem yang spesifik.
3.
Berorientasi tindakan.
4.
Sederhana dan terarah.
5.
Cocok dan sesuai dengan kelompok sasaran yang dituju.
6.
Mudah dimengerti.
7.
Menarik dan memikat. 46
Apapun bentuknya, pesan diharapkan dapat memancing respons khalayak.
Applbaum dan Anatol, dalam Antar Venus, menekankan pentingnya menyadari
bahwa kegiatan kampanye mengandalkan pesan-pesan simbolis. Melalui simbolsimbol, pesan-pesan kampanye dirancang secara sistematis agar dapat memunculkan
respons tertentu dalam pikiran khalayak. Agar respons tersebut muncul maka
prasyarat yang harus dipenuhi adalah adanya kesamaan pengertian tentang simbolsimbol yang digunakan di antara pelaku dan penerima. Jadi, menciptakan kesamaan
makna di antara pelaku kampanye dan penerima pesan merupakan landasan bagi
tercapainya tujuan kampanye. 47
46
47
Zulkarimein Nasution, Perencanaan Program Komunikasi, (Universitas Terbuka, Jakarta 2005),
Hal 6.4
Antar Venus, Op.cit, Hal 70
34
2.3.4 Media Komunikasi Kampanye
Menurut Hafied Cangara, dalam bukunya yang berjudul "Pengantar llmu
Komunikasi", media adalah alat atau saran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari komunikator kepada khalayak. Media digolongkan menjadi empat macam,
yakni:48
1. Media antar pribadi. Media komunikasi antar pribadi berkembang mengikuti
perkembangan teknologi yang ada, misalnya dari surat dan telepon
berkembang melalui e-mail atau SMS (Short Message Service)
2. Media kelompok. Dalam aktivitas komunikasi yang melibatkan khalayak
lebih dari 15 orang, media komunikasi yang paling banyak digunakan adalah
media kelompok, misalnya rapat, seminar atau konferensi.
3. Media public. Jika khalayak sudah lebih dari 200 orang, maka media
komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik, misalnya adalah
rapat akbar. Dalam rapat ini khalayak berasal dari berbagai macam bentuk,
tetapi masih mempunyai homogenitas.
4. Media massa. Jika khalayak tersebar tanpa diketahui dimana mereka berada,
maka media komunikasi yang digunakan adalah media massa.
Sementara menurut Sendjaja, media komunikasi atau yang dikenal dengan
media massa, memiliki daya jangkauan khalayak yang luas (bahkan mungkin tidak
terbats), serta kemampuan penyampaian pesan yang cepat. Pengertian media
48
Op cit. Cangara, Hafied. 2003 hal 11.
35
komunikasi yang dimaksud disini tidak hanya terbatas pada surat kabr, majalah,
televisi, radio dan film tetapi juga mencakup berbagai media lainnya seperti
billboard, leaflet, flyers, booklet, katalog, brosur dan lain-lain. Namun, meskipun
begitu, dampak penyampaian pesan melalui media komunikasi umumnya hanya
menyangkut aspek kognitif. Oleh karena itu, penggunaan media komunikasi lazimnya
hanya dititikberatkan pada upaya pembentukan kesadaran, pengetahuan dan ingatan
khalayak atas sesuatu pesan. Menurut Sendjaja karakteristik media komunikasi, yaitu:
1. Arus pesan cenderung satu arah.
2. Bentuk komunikasi melalui media masssa
3. Konteks bersifat umum atau massal.
4. Tingkat feedback rendah.
5. Selektifitas exposure rendah.
6. Sangat cepat dalam menjangkau khalayak.
7. Efek komunikasi yang mungkin terjadi adalah penambahan pengetahuan.
Dalam penyampaian pesan dimedia, dibutuhkan pemilihan media yang cocok
dan sesuai dengan fungsi komunikasi yang diinginkan. Pemilihan satu atau beberapa
media komunikasi, seyogyanya dilakukan sedikitnya atas dua pertimbangan, yaitu:
1. Karakteristik media.
Tiap medium memiliki karakteristiknya sendiri yang berbeda satu sama
lainnya. Tiap medium juga secara khusus mempunyai kekuatan dan
kekurangannya. Oleh karena itu, penentuan medium perlu disesuaikan dengan
36
tujuan dan kemampuan dari masing-masing medium. Hal yang perlu
dipertimbangkan adalah:
a. Kebutuhan luasnya jangkauan dan kecepatan penetrasi. Apabila pesan
yang akan disampaikan ditujukan kepada masyarakat secara luas, maka
media seperti radio dan televisi cukup tepat, karena selain kemampuan
jangkauannya yang luas, juga kecepatan penetrasinya tinggi.
b. Kebutuhan pemeliharaan memori. Apabila penyampaian pesan lebih
ditujukan kepada upaya agar pesan yang disampaikan tetap diingat oleh
khalayak dalam kurun waktu yang relatif lama, maka media seperti media
luar ruang (billboard), brosur, katalog, surat kabar dan majalah lebih
cocok. Media tersebut life span yang relatif lebih panjang.
c. Kebutuhan jangkauan khalayak yang selektif. Apabila pesan yang
disampaikan dimaksudkan untuk kelompok masyarakat segmen tertentu,
maka media seperti surat kabar dan majalah lebih tepat. Misalnya, majalah
wanita tepat untuk mengiklankan produk kosmetik.
d. Kebutuhan jangkauan khalayak lokal. Apabila khalayak sasaran yang
ingin dijangkau bersifat lokal, maka penggunaan media seperti siaran
radio lokal, bioskop dan media luar ruang lebih tepat.
e. Kebutuhan frekuensi penyampaian yang tinggi. Apabila pesan yang
disampaikan membutuhkan frekuensi penyampaian yang tinggi, maka
penggunaan media seperti radio dan media luar ruang lebih cocok.
37
2. Karakteristik kreatif
Karakteristik kreatif berkaitan dengan isi bentuk dan teknis penyajian pesan.
Ini juga merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media
yang cocok. Dalam prakteknya, pemilihan satu medium, justru seringkali
didasarkan atas karakteristik kreatif. Hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Kebutuhan gerak. Apabila pesan yang akan disampaikan menuntut unsur
gerak sebagai faktor utama, maka media audio visual seperti televisi dan
film adalah yang paling tepat.
b. Kebutuhan warna. Apabila warna merupakan faktor yang ingin
ditonjolkan dari suatu pesan, maka televisi, film dan juga majalah cocok
untuk dipergunakan.
c. Kebutuhan suasana. Apabila pesan yang akan disampaikan memberikan
penekanan pada faktor suasana, maka media audio, seperti radio dan
media audio visual, seperti televisi dan film lebih tepat.
d. Kebutuhan demonstrasi. Apabila pesan yang disampaikan menuntut
adanya demonstrasi yang menggambarkan tata cara, proses atau hasil,
maka media audio visual, seperti televisi dan film lebih tepat.
e. Kebutuhan deskripsi. Apabila pesan yang akan disampaikan memerlukan
suatu uraian yang cukup eksplisit, komprehensif, sistematis dan rinci,
maka media cetak seperti surat kabar, majalah, brosur danleaflet lebih
cocok. Karena media cetak memiliki kemampuan editorial yang lebih baik
38
dibandingkan dengan media elektronik. Contoh: penjelasan tentang
kontrasepsi KB, profil perusahaan dan produk-produk yang dihasilkannya,
dan lain-lain.49
2.3.5 Jenis dan Model Kampanye
Jenis-jenis kampanye pada prinsipnya adalah membicarakan motivasi yang
melatarbelakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye. Motivasi tersebut
pada gilirannya akan menentukan ke arah mana kampanye akan digerakkan dan apa
tujuan yang akan dicapai. Jadi secara inheren ada keterkaitan antara motivasi dan
tujuan kampanye. Bertolak dari keterkaitan tersebut, Charles U. Larson (1992)
kemudian membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori yakni:
a. Product-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk
umumnya terjadi di lingkungan bisnis. Istilah lain yang sering dipertukarkan
dengan kampanye jenis ini adalah commercial campaigns atau corporate
campaign. Cara yang ditempuh adalah dengan memperkenalkan produk dan
melipatgandakan penjualan sehingga diperoleh keuntungan yang diharapkan.
b. Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang beorientasi pada kandidat
umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Tujuannya
antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap
49
Sendjaja, Sasa Djuarsa. Pengantar Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2005.hal 9 -17.
39
kandidat-kandidat yang diajukan parpol agar dapat menduduki jabatan-jabatan
politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum.
c. Ideological or cause campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi
pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan
sosial. Karena itu itu kampanye jenis ini dalam istilah Kotler disebut sebagai
social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk menangani
masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik
yang terkait. 50
Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak,
dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut.51 Jadi model
bukanlah fenomena itu sendiri. Model hanyalah gambaran tentang fenomena atau
realitas yang telah disederhanakan. Model hanyalah mengambil aspek dan ciri-ciri
tertentu dari realitas yang dianggap umum, penting dan relevan. Tujuannya adalah
agar kita dapat memahami fenomena kampanye bukan hanya dari tahapan
kegiatannya, tetapi juga dari interkasi antar komponen yang terdapat di dalamnya.
Model kampanye yang akan diuraikan disini adalah Model Kampanye Ostergaad.
Model ini dikembangkan oleh Leon Ostergaad, seorang teoretesi dan praktisi
kampanye kawakan dari Jerman.52 Di antara model-model kampanye yang ada,
50
51
52
Larson, U. Charles. Komunikasi Iklan Sebagai Media Kampanye. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
1992.
Op.cit., Deddy. 2002.
Op.cit. Venus, Antar. hal 15.
40
model ini dianggap yang paling pekat sentuhan ilmiahnya. Alasan peneliti memilih
model ini adalah karena adanya kemudahan untuk dipahami dan adanya kesesuaian
dengan pelaksanaan program strategi pelaksanaan kampanye yang dilakukan di
Rumah Sakit Grha Kedoya, Jakarta.
Gambar 2.2
Model Kampanye Ostergaad
Problem
Campaign
Knowledge
Attitudes
Skills
Behaviour
Reduced
Problems
Sumber: Antar Venus (2004:15)
Dalam model ini, langkah pertama yang harus dilakukan sumber kampanye
(compaign makers atau decision maker) adalah mengidentifikasi masalah factual
yang dirasakan. Dari identifikasi masalah kemudian dicari hubungan sebab akibat
(cause and effect relationship) dengan fakta-fakta yang ada.
41
Tahap kedua adalah pengelolaan kampanye yang dimulai dari perancangan,
pelaksanaan hingga evaluasi. Dalam tahap ini lagi-lagi riset perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi karakteristik khalayak sasaran untuk dapat merumuskan pesan, actor
kampanye, saluran hingga teknis pelaksanaan kampanye yang sesuai. Riset formatif
dalam merancang program kampanye, yang mulai popular pada tahun 1980-an,
benar-benar mendapat tempat dan diterapkan dalam model ini.
Pada tahap pengelolaan ini seluruh isi program kampanye (campaign content)
diarahkan untuk membekali dan mempengaruhi aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan khalayak sasaran. Ketiga aspek dalam literature ilmiah dipercaya
menjadi prasyarat dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan khalayak akan
memberi pengaruh pada perubahan perilaku.
Pada gambar model juga terlihat bahwa tanda panah pengetahuan dan
keterampilan mengaruhi pula pada sikap, baik secara langsung atau tidak langsung,
juga dipengaruhi oleh perubahan dalam tataran pengetahuan dan keterampilan. Ketika
memperoleh pengetahuan baru tentang suatu hal umumnya sikap kita juga berubah
pada hal tersebut, baik seketika atau bertahap. Namun hal ini tidak selalu berlangsung
demikian. Bila pengetahuan baru tersebut bertentangan degan sikap yang telah
mantap maka perubahan belum tentu muncul. Demikian pula halnya dengan
keterampilan.
Penguasaan
atau
peningkatan
keterampilan
memberikan dampak perubahan pada sikap yang bersangkutan.
seseorang
akan
42
Tahap pengelolaan kampanye ini ditutup dengan evaluasi tentang efektivitas
program yang dilaksanakan. Disini akan dievaluasi apakah pesan-pesan kampanye
sampai pada khalayak (received)? Apakah mereka dapat mengingat pesan-pesan
tersebut? Apakah mereka dapat menerima isi pesan-pesan tersebut (accepted)?
Tahap terakhir dari model ini adalah tahap evaluasi pada penanggulangan
masalah (reduced problem). Tahap ini disebut juga tahap pasca kampanye. Dalam hal
ini evaluasi diarahkan pada keefektifan kampanye dalam menghilangkan atau
mengurangi masalah sebagai mana yang telah diidentifikasi pada tahap prakampanye.
2.3.6 Proses Pengelolaan Kampanye
Proses
dalam
kegiatan
Public
Relations
merupakan
proses
yang
berkelanjutan. Bukan sebuah proses yang terhenti begitu satu kegiatan diselesaikan
atau satu objek terselesaikan. Proses Public Relations yang dirumuskan oleh Anne
Gregory, yang mencakup: analisis masalah, penyusunan tujuan, identifikasi dan
segmentasi kampanye, menentukan pesan, strategi, taktik, alokasi waktu, sumber
daya, evaluasi, dan tinjauan.53 Oleh karena itu, proses pengelolaan Public Relations
dapat digambarkan dalam bagan berikut ini:
53
Gregory, Anne. Perencanaan dan Manajemen, Kampanye Public Relations. Jakarta: Erlangga,
2000, hal 53.
43
Gambar 2.3
Tahapan Perencanaan Kampanye Public Relations
ANALISIS
TUJUAN
ANALISIS
PESAN
TUJUAN
STRATEGI
TAKTIK
WAKTU
SUMBER DAYA
EVALUASI
TINJAUAN
Sumber: Gregrory, (2000:53)
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Analisis Masalah
Titik tolak untuk merancang suatu perubahan melalui kampanye adalah
dengan membuat perencanaan, dimana langkah awalnya adalah dengan
44
melakukan analisis masalah. Biasanya program kampanye dimulai dengan
SWOT analysis, yaitu menganalisis unsur kekuatan (Strength), kelemahan
(Weakness), Peluang (Opportunity), dan ancaman (Treat), sebagai upaya
dengan memperhatikan faktor-faktor masalah internal dan eksternal
perusahaan.
2. Penyusunan Tujuan
Penyusunan tujuan yang realistis merupakan hal wajib yang dilakukan dalam
sebuah proses perencanaan kampanye. Menetapkan tujuan yang realistik
sebagai arah tujuan program kampanye yang hendak dicapai, apakah tujuan
jangka panjang atau jangka pendek yang hendak dicapai.
3. Identifikasi dan Segmentasi Kampaye
Identifikasi dan segmentasi sasaran dilakukan dengan melihat karakteristik
public secara keseluruhan kemudian dipilih yang mana akan menjadi sasaran
kampanye. Dalam tahap ini untuk menetapkan siapa yang menjadi publk
sasarannya dalam perencanaan program kampanye public relations.
4. Menentukan Pesan
Kampanye selalu bermula pada gagasan. Kampanye terhadap sebuah
pelayanan jasa selalu muncul dari gagasan-gagasan tertentu yang berkaitan
dengan penerimaan khalayak terhadap jasa yang diberikan dan akhirnya dapat
merubah perilaku khalayak untuk melakukannya. Perencanaan pesan adalah
hal harus dilakukan dalam perencanaan kampanye. Pesan merupakan sarana
45
yang akan membawa sasaran mengikuti apa yang diinginkan dari program
yang pada akhirnya akan sampai pada pencapaian tujuan kampanye.
5. Strategi
Strategi adalah pendekatan secara menyeluruh yang berkaitan dengan
pelaksanaan perencanaan program kampanye dalam kurun waktu tertentu,
mengkoordinasi tim kerja, memiliki tema, faktor pendukung yang sesuai
dengan prinsip-prinsip untuk melaksanakan gagasan strategis secara rasional
dan dapat dilaksanakan melalui suatu taktik program kampanye public
relatons secara efektif dan efisien.
6. Taktik
Taktik sangan tergantung pada tujuan dan sasaran yang akan dibidik oleh
program kampanye. Pemilihan taktik didasarkn pada dua fungsi, yaitu fungsi
menghubungkan dan fungsi menyajikan. Pertama taktik mengidentifikasi dan
menghubungkan program
kampanye dengan
sasaran melalui
media
komunikasi tertentu, selanjutnya taktik menyakinkan sasaran melalui
kekuatan pesan komunikasi hingga membuat sasaran berfikir, percaya dan
bertindak sesuai dengan tujuan program kampanye.
7. Alokasi Waktu
Kampanye dilaksanakan dalam rentang waktu tertentu. Kampanye rentang
waktu tersebut dapat berasal dari pihak luar (eksternal) maupun pihak dalam
46
(internal). Alokasi waktu merupakan jangka waktu yang ditempuh dalam
kampanye.
8. Sumber Daya
Sumber Daya pendukung kampanye yang akan digunakan adalah tenaga
Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendukung program kampanye. Selain
itu, juga dengan sumber daya peralatan yang digunakan untuk mendukung
kelancaran kampanye.
9. Evaluasi
Evaluasi berperan penting untuk mengetahui sejauh mana pencapaian yang
dihasilkan kampanye. Penilaian terhadap suatu proses pelaksanaan dapat
berupa tolok ukur suatu pencapaian keberhasilan atau kegagalan dalam
kampanye yang dilakukan.
10. Tinjauan
Peninjauan kembali terhadap penilaian perencanaan, pelaksanaan selama
program dan pencapaian tujuan tertentu suatu kampanye berlangsung secara
periodeik setiap tahun kemudian dianalisis efektivitasnya dalam pencapaian
tujuan program kampanye public relations.
Menurut Ruslan, semua keuntungan tersebut tidak akan didapatkan jika
perencanaan kampanye dilakukan sebatas angan-angan atau hanya ada dalam benak
tim kampanye. Karenanya, perencanaan harus dibuat dengan matang dan dituangkan
secara tertulis atau terdokumentasikan dengan jelas.
47
1. Teknik Kampanye
Kegiatan kampanye yang biasa dilakukan oleh Public Relations memiliki
beberapa teknik-teknik kampanye yakni:
a. Partisipasi
(participation).
Yaitu
teknik
yang
mengkut
sertakan
(partisipasi) atau peran serta komunikasi atau audiensi yang memancing
minat atau perhatian yang sama kedalam suatu kegiatan kampane dengan
tujuan untuk menumbuhkan saling pengertian, menghargai, kerja sama
dan toleransi.
b. Asosiasi (association). Yaitu menyajikan isi kampanye yang berkaitan
dengan suatu peristiwa atau objek yang telah ramai atau sedang “in”
dibicarakan agar dapat memancing perhatian masyarakat.
c. Teknik Integratif (integrative). Yaitu teknik bagaimana untuk menyatukan
diri (komunikator) khalayaknya secara komunikatif dengan mengucapkan
kata-kata:”kita, kami, anda sekalian atau untuk anda dan sebagainya, yang
artinya mengandung makna bahwa yang disampaikan pihak komunikator
bukan untuk kepentingan dirinya atau perusahaannya dan bukan
mengambil keuntungan sepihak, tetapi mengambil manfaat secara
bersama, demi untuk kepentingan bersama.
d. Teknik ganjaran (pay off technique). Yaitu teknik untuk mengetahui
komunikan dengan suatu ganjaran atau menjanjikan sesuatu dengan
“iming-iming hadiah”
48
e. Teknik penataan patung es (icing technique). Yaitu suatu upaya dalam
penyampaian pesan suatu kampanye sedemikian rupa sehingga enak
dilihat, didengar, dibaca, dirasakan, dan sebagainya.
f. Memperoleh empati (empathy).Yaitu suatu teknik berkampanye dalam
menempatkan diri dalam kondisi komunikan, ikut merasakan dan peduli
sitruasi atau kondisi pihak komunikan.
g. Teknik koersi atau paksaan (coercion technique). Yaitu dalam
berkomunikasi melakukan kampanye lebih menekankan suatu “paksaan”
yang dapat menimbulkan rasa ketakutan atau kekhawatiran bagi pihak
komunikan yang tidak mau tunduk melalui suatu ancaman tertentu.
2. Metode kampanye Public Relations
Metode kampanye Public Relations dilakukan secara terencana, sistematis,
memotivasi, psikologis, dan dilakukan berulang-ulang serta terus menerus (repetition
and continue). Sebaliknya, jika kampanye tersebut dilakukan secara insidentil atau
hanya dilakukan sekali, tertentu dan terbatas, maka hal ini jelas tidak bermanfaat atau
kurang berhasil untuk menggolongkan suatu tema, materi dan tujuan dari kampanye.
Kampanye tidak terlepas dari komunikasi yang bersifat membujuk
(persuasive), yaitu berupaya untuk mengubah perilaku, sikap bertindak, tanggapan,
persepsi, hingga membentuk opini publik yang positif dan mendukung atau yang
menguntungkan segi citra dan sebagainya. Jika ditarik dari inti pokok definisi
kampanye, pada dasArnya kampanye memilik unsur antara lain sebagai berikut:
49
1. Ada kegiatan atau suatu proses komunikasi yang berlangsung dalam suatu
kampanye. Berisikan rencana, tema/topik/isu, budget (dana), dan fasilitas.
2. Komunikator, merupakan orang yang menyampaikan suatu pesan yang
hendak disampaikan kepada yang lain. Oleh karena itu, tekik berkomunikasi
adalah suatu cara, kiat atau seni dalam menyampaikan pesan melalui
kampanye yang dilakukan sedemikian rupa oleh komunikator sehingga
menimbulkan dampak tertentu terhadap komunikan.54
Lebih lanjut Ruslan, mengemukakan bahwa setiap langkah penggiatan
program kampanye tersebut dibentuk secara berangkai, mulai dari:55
a. Analisis situasi dan audit komunikasi;
b. Merumuskan tujuan dan target waktunya;
c. Menentukan publiknya;
d. Menentukan media;
e. Menetapkan anggaran untuk kampanye;
f. Program kegiatan kampanye;
g. Analisis hasil program dan aplikasinya.
Kemudian sebagai acuan untuk mengukur keberhasilan dari program
kampanye Public Relations tersebut, tergantung pada apa dan bagaimana masalah
yang akan dihadapi oleh setiap kegiatan, lembaga atau organisasi serta perusahaan
melalui peranan Public Relations-nya.
54
55
Op.cit. Ruslan, Rosady. 2002 hal 65-71.
Op.cit. Ruslan, Rusady. 2002 hal 74-75.
50
2.3.7 Faktor Penunjang Keberhasilan Kampanye
Faktor penunjang keberhasilan kampanye pada prinsipnya terkait erat dengan
faktor-faktor penyebab kegagalan kampanye.56 Ada beberapa temuan yang
menjelaskan faktor tersebut:
a. Temuan Lazarsfeld, Merton dan Wallack
Wallack adalah peneliti yang berupaya menyempurnakan temuan-temuan
kedua tokoh tersebut. Temua ilmuwan tersebut meliputi lima hal sebagai berikut:
1. Monopolization, diartikan sebagai penguasaan penuh sebuah program
kampanye terhadap media komunikasi yang ada. Disini kita tidak melihat ada
pesan-pesan lain dalam media massa yag digunakan, yang isinya bertentangan
(countercommunications) dengan tujuan kampanye. Bila hal tersbut terjadi
maka pesan-pesan kampanye tidak efektif dan khalayak bingung menentukan
mana pesan yang benar. Sebaliknya bila pesan-pesan di berbagai media massa
yang digunakan sejalan dan saling mendukung dengan tujuan kampanye maka
keabsahan pesan tersebut tidak akan dipertanyakan khalayak. Kondisi ini akna
menciptakan keseragaman pesan pada diri khalayak.
2. Canalization, diartikan sebagai penyaluran lebih lanjut dari perilaku atau
sikap yang telah ada kepada sasaran baru yang masih searah. Jadi kita tidak
56
Op.cit. Ruslan, Rusady. 2002 hal 77-80.
51
bermaksud menciptakan sikap atau perilaku baru yang akan bertentangan
dengan yang telah atau lebih dulu ada pada diri khalayak.
3. Supplementation. Lazarsfeld dan Merton meyakini bahwa kampanye
perubahan sosial akan sukses bila pesan-pesan media massa ditindaklanjuti
dengan komunikasi antar-pribadi. Kontak secara langsung antara khalayk
dengan pelaku kampanye memberikan peluang pada mereka untuk
mendiskusikan dan mengklarifikasi apa yang dilihat atau didengar dari media
massa. Lewat cara ini informasi akan diproses secara lebih baik dan
kemungkina mereka menerima gagasan yang disampaiakn juga meningkat.
4. Making Personal Connection. Istilah ini dapat diartikan sebagai upaya pelaku
kampanye untuk mengaitkan pesan-pesan yang dibuat dengan karakteristik
dan dunia pengalaman keseharian khalayak. Pesan-pesan kampanye yang
terkait dengan kebutuhan dan nilai-nilai khalayak, yang dibahas secara
sderhana dan menggunakan istilah atau perumpamaan yang dekat dengan
pengalaman keseharian individu akan membuat pesan tersebut masuk akal
dimata khalayak.
5. Creation of new opinions atau penciptaan pendapat-pendapat baru merupakan
unsur pendorong kesuksesan kampanye lainya. Asumsi yang mendasari
konsep ini adalah bahwa lebih mudah untuk memperkenalkan pendapat dan
keyakinan-keyakinan baru ketimbang mengubah yang sudah ada. Banyak
52
bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa media massa mampu menanamkan
pendapat-pendapat baru pada benak khalayak terhadap berbagai isu.
b. Temuan Rogers dan Storey
Rogers dan Storey menyimpulkan bahwa untuk suksesnya sebuah kampanye
baisanya ditandai oleh empat hal:
1. Penerapan pendekatan yang bersifat strategis dalam menganalisa khalayak
sasaram kampanye, dalam hal ini termasuk analisis sejauhmana pengetahuan
khalayak tentang topic, dan bagaimana persepsi mereka terhadapnya.
2. Pesan-pesan kampanye dirancang secara segmentatif sesuai dengan jenis-jenis
khalayak yang dihadapi. Segmentasi tersebuut dapat berdasarkan usia, jenis
kelamin, pekerjaan, budaya,manfaat produk, dan gagasan,
3. Penetapan tujuan yang realistis.
4. Akhirnya kampanye lewat media akan lebih mudah meraih keberhasilan bila
disertai dengan penyebaran personel kampanye untuk menindaklajuti secara
interpersonal.
c. Temuan Snyder
Ada tiga faktor lainnya yang juga perlu mendapat perhatian agar suatu
program kampanye dapat berhasil yakni: objek kampanye (sifat gagasan sosial,
produk, atau kandidat politik), kesiapan khalayak dan lingkungannya, serta tindakan
lanjutan (follow up). Bila objek kampanye menjadi semakin serius maka peneriman
dan perubahan khalayak menjadi semakin sulit. Semakin tinggi tingkat keseriusan
53
objek kampanye semakin banyak persyaratan yang dibutuhkan untuk berubah mulai
dari kesadaran sikap positif hingga keterampilan untuk melaksankan tindakan
tersebut.
Terkait dengan tindakan lanjuti (follow up). Konsep ini sebenarnya hampir
serupa dengan konsep komunikasi antarpribadi menurut Merton dkk, atau gagasan
penyebaran personel kampanye dari Rogers dan Storey. Bedanya Snyder
menyarankan tindak lanjut tersebut dalam konteks yang lebih luas. Berbagai temuan
tentang faktor-faktor penghambatt dan penunjang keberhasilan kampanye yang
disampaikan berbagai kelompok pada prinsipnya saling melengkapi satu sama lain.
d. Temuan Rice dan Atkin
Menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang secara nyata memberikan kontribusi
pada keberhasilan kampanye meliputi:
1. Peran media massa. Media massa dianggap sangat efektif dalam menciptakan
kesadaran, meningkatkan pengetahuan dan mendorong khalayak berpartsipasi
dalam proses kampanye.
2. Peran komunikasi antarpribadi. Bentuk komunikasi ini, khususnya yang
dilakukan lewat kelompok teman sebaya (peergroup) dan jaringan sosialk,
dipandang sebagai instrument penting dalam menciptakan perubahan perilaku
dan memelihara kelanggengan perubahan tertentu.
3.
Karakteristik sumber dan media. Kredibilitas sumber memberikan kontribusi
yang besar bagi pencapaian tujuan kampanye. Demikian pula dengan
54
pemanfaatan media kom+unikasi yang tepat dengan kebiasaan bermedia
(media habit) khalayak
4. Evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakuakn selama proses kampanye dan
terutama diarahkan untuk mengevaluasi tujuan dan efektifitas pesan kampany,
presis posisi khlayak dan ketersediaan sumber daya pendukung.
5. Himbaun pesan. Dalam hal ini pesan harus dirancang secara spesifik agar
mampu menghimbau nilai-nilai individual.
6. Perilaku preventif. Mengkampanyekan suatu yang bersifat preventif dimana
hasilnya tidak dapat dirasakan secara langsung lebih sulit ketimbang gagasan
atau produk yang dapat dirasakan langsung hasilnya. Dalam kondisi ini harus
diupayakan suatu manfaat antara yang menyadarakan khalayak bahwa hasil
tersebut tidak dapat dirasakan seketika.
7. Kesesuaian waktu, aksesibilitas dan kecocokan. Agar menjadi efektif pesanpesan kampanye harus disampaikan pada saat yangtepat, budaya yangsesuai,
dan melalui media yang tersedia di lingkungan khalayak.
Download