BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Perusahaan dalam realitasnya merupakan representasi dari institusi
ekonomi. Dalam perkembangannya, keberadaan perusahaan dianggap mampu
memberikan banyak kontribusi untuk masyarakat sekitar seperti terbukanya
peluang dan lapangan pekerjaan, memberi donasi untuk masyarakat, tumbuhnya
ekonomi masyarakat dan multiplier effect lainnya. Peranan perusahaan/sektor
swasta cukup vital dalam pembangunan bidang ekonomi suatu negara maupun
masyarakat.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan perusahaan juga acapkali
memunculkan berbagai permasalahan sosial dan lingkungan bagi masyarakat di
sekitarnya, khususnya perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan sumberdaya
alam/ekstraktif. Hal tersebut muncul karena sesuai karakter perusahaan yang
cenderung hanya mengejar keuntungan ekonomi semata tanpa menimbang
masalah ataupun dampak negatif yang ditimbulkannya. Dalam tahap ini, adanya
kendali/manejemen atas operasional perusahaan untuk menciptakan keselarasan
dan keseimbangan menjadi penting.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih populer dengan istilah
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tindakan yang harus
diperhatikan oleh perusahaan dalam menjalankan setiap aktivitas bisnisnya.
Tanggung jawab sosial berkaitan dengan tanggung jawab etis perusahaan terhadap
1
dampak negatif lingkungan dan masyarakat (Noor Hadi, 2011:22). Dalam
menjalankan aktivitas bisnisnya untuk mencapai tujuan (profit), perusahaan
diharapkan untuk memperhatikan dampak lingkungan yang ditimbulkan serta
dapat memberi kontribusi untuk masyarakat di sekitarnya. Peran CSR dalam hal
ini adalah untuk menyelaraskan dan menyeimbangkan dampak-dampak yang
ditimbulkan dari keberadaan sebuah perusahaan.
Terkait peran vital yang dimiliki oleh perusahaan dalam mendukung
pengembangan ekonomi suatu negara maupun masyarakat, regulasi ataupun
pengaturan mengenai implementasi CSR menjadi sangat diperlukan. Di Indonesia,
regulasi mengenai implementasi CSR terhadap persoalan sosial dan lingkungan
diatur dalam Undang-Undang. Dapat dilihat pada penjelasan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 74
ayat 1 :
“Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan
hubungan Perseroan yang serasi, seimbang dan
sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya
masyarakat setempat.
Yang dimaksud
dengan
“Perseroan
yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber
daya alam” adalah Perseroan yang kegiatan
usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber
daya alam.
Yang dimaksud
dengan
“Perseroan
yang
menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan
dengan sumber daya alam” adalah Perseroan yang
tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber
daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada
fungsi kemampuan sumber daya alam.”
2
Penjelasan mengenai “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang sumber daya alam” di atas lebih ditujukan kepada perusahaan yang
bbergerak di bidang migas maupun tambang, sedangkan “perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumberdaya alam”
adalah perusahaan non-migas/tambang. Namun pada hakikatnya tidak bisa
dipungkiri bahwa perusahaan memanfaatkan sumber daya alam dalam aktivitas
bisnisnya. Sehingga tiap-tiap perusahaan diharapkan dapat berpartisipasi dan
berkontribusi dalam memikirkan keberlangsungan lingkungan baik sosial maupun
alam sekitarnya.
PT. Adaro Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
pengelolaan sumber daya alam batubara memulai program CSR-nya pada tahun
1994, yaitu sejak awal beroperasinya perusahaan di Kabupaten Tabalong. Pada
awal pelaksanaannya, program yang dilaksanakan masih dalam bentuk
sumbangan tanpa dibekali dengan perencanaan strategis dan jangka panjang.
Seiring dengan adanya peraturan/regulasi mengenai kewajiban setiap perusahaan
untuk melaksanakan kegiatan CSR, kini perusahaan mulai mengembangkan
kegiatan-kegiatan CSR-nya ke arah jangka panjang (pasca-tambang). Adapun
tujuan utama program CSR PT. Adaro Indonesia adalah untuk menciptakan
masyarakat pasca-tambang yang mandiri dan berkelanjutan.
Penghargaan dalam pelaksanaan CSR merupakan bentuk apresiasi atas
keberhasilan perusahaan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar
melalui program CSR-nya. Pada tahun 2009 lalu, PT. Adaro Indonesia berhasil
mendapatkan 4 penghargaan dalam event yang diadakan oleh CFCD (Corporate
3
Forum For Community Development) yang bekerjasama dengan Kementerian
Sosial. PT. Adaro Indonesia mendapatkan peringkat Gold di bidang sosial dan
lingkungan untuk program pertanian terpadu. Selang tiga tahun dalam event yang
sama, PT. Adaro Indonesia juga mendapat 7 penghargaan, masing-masing tiga
penghargaan Platinum, tiga penghargaan Gold dan satu penghargaan Silver untuk
program pengembangan kebun karet, pembentukan kampung ternak dan koperasi
wanita tani suka maju. Untuk penghargaan internasional, pada tahun 2012 yang
lalu PT. Adaro Indonesia berhasil meraih Health Promotion Award yang kedua
kalinya dalam ajang Asia Responsibility Entrepreneurship Award (AREA)
melalui program penanggulangan buta katarak.
Begitu banyaknya penghargaan yang diperoleh PT. Adaro Indonesia dalam
keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program CSR menjadi
menarik untuk ditelaah lebih lanjut tentang apa saja program/kegiatan yang
dilaksanakan oleh perusahaan dan bagaimana dampak program CSR untuk
masyarakat sehingga perusahaan mendapatkan penghargaan atas keberhasilannya
dalam kegiatan pemberdayaan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang diuraikan sebelumnya, terdapat isu
mengenai keterlibatan sektor swasta dalam hal ini PT. Adaro Indonesia dalam
pemberdayaan masyarakat sekitar melalui program CSR yang dilaksanakan oleh
perusahaan tersebut. PT. Adaro Indonesia melalui program CSR-nya memiliki
tujuan utama untuk menciptakan masyarakat pasca-tambang yang mandiri dan
berkelanjutan. Jika penghargaan dalam kegiatan CSR menjadi salah satu indikasi
4
keberhasilan perusahaan dalam implementasi CSR, maka PT. Adaro Indonesia
bisa dikatakan cukup berhasil dalam implementasi CSR untuk masyarakat sekitar
dengan banyaknya penghargaan yang telah didapatkan. Dari permasalahan
tersebut, pertanyaan yang diajukan sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Apa kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan oleh PT. Adaro Indonesia
melalui program CSR untuk masyarakat sekitar tambang?
2. Bagaimana dampak dari kegiatan tersebut bagi masyarakat sekitar
tambang dan perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah :
1. Mengetahui kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan oleh perusahaan
melalui program CSR untuk masyarakat sekitar tambang.
2. Mengetahui dampak program CSR perusahaan dalam menciptakan
kemandirian masyarakat sekitar pasca-tambang.
D. Tinjauan Pustaka
Dewasa ini CSR ataupun tanggung jawab sosial perusahaan menjadi topik
perbincangan yang hangat bagi para akademisi ataupun kalangan lainnya. Telah
banyak kajian dan seminar serta pelatihan yang membahas mengenai CSR baik
nasional maupun internasional. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa CSR ini
adalah konsep baru di dalam paradigma pengembangan masyarakat yang juga
cukup memiliki potensi untuk pengembangan masyarakat dimasa yang akan
datang. Perhatian lebih terhadap CSR ini tidak hanya datang dari para akademisi
5
ilmu sosial saja namun juga datang dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti
ekonomi, bisnis, hukum, maupun politik. Semakin banyaknya atensi dari berbagai
disiplin ilmu pengetahuan akan tema CSR dalam penelitiannya menjadikan
perspektif tentang konsep CSR menjadi sangat beragam dan sangat menarik.
Adapun beberapa penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh para
akademisi dengan mengangkat tema CSR, yang salah satunya ialah penelitian
yang dilakukan oleh Dian Safitri (2011) dengan judul “Efektifitas Program
Tanggung Jawab Sosial PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. dalam
Mewujudkan Kemandirian Masyarakat di Sekitar Kawasan Pertambangan”.
Dalam penelitiannya, peneliti ingin mencoba mengungkap pelaksanaan program
tanggung jawab sosial PTBA melalui program kemitraan yang dijalankan oleh
CSR perusahaan batubara tersebut. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui
sejauh mana kontribusi perusahaan melalui program CSR-nya dalam mewujudkan
kemandirian masyarakat sekitar pertambangan.
Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Joko Guntoro (2005) dengan
penelitiannya yang berjudul “Corporate Social Responsibility : Antara
Kepedulian Membangun Masyarakat dan Mendapatkan Legitimasi Sosial (Studi
Kasus Pada Ekplorasi Dodo-Rinti PT. Newmont Nusa Tenggara, Kecamatan
Ropang, Kabupaten Sumbawa)”. Penelitian ini mencoba mengungkap motivasi
dibalik implementasi CSR yang dijalankan oleh perusahaan. Joko Guntoro dalam
penelitiannya menemukan bahawa pertama, CSR memiliki tujuan untuk
memperoleh lisensi sosial untuk beroperasi dari masyarakat, kedua, hadirnya
perusahaan memunculkan eksternalitas dan harapan-harapan sosial, ketiga,
6
implementasi CSR oleh perusahaan sangat ditentukan oleh harapan dan tuntutan
masyarakat yang artinya adalah bahwa CSR dalam hal ini menjadi alat “pemadam
kebakaran” atas tuntutan masyarakat, keempat, besar kecilnya aktivitas CSR
ditentukan oleh tahapan produksi dan juga pendapatan yang dihasilkan oleh
perusahaan, dan temuan terakhir peneliti adalah bahwa setuju tidaknya
masyarakat terhadap kehadiran eksplorasi perusahaan dipengaruhi oleh nilai
manfaat ataupun kerugian yang dihadirkan perusahaan kepada masyarakat.
Adapun penelitian yang serupa tapi tak sama yakni sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Titi Hidayatun (2007) yang berjudul “Investasi Sosial :
Menyingkap Motivasi Dibalik Implementasi Corporate Social Responsibility
(Studi tentang implementasi CSR PT. Astra Internasional Tbk. untuk masyarakat
sekitar)”. Hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Joko Guntoro,
peneliti juga ingin mengungkap motivasi dibalik pelaksanaan CSR perusahaan.
Berpijak dari hasil penelitian di atas, peneliti mencoba mengetahui apa dan
bagaimana kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia
melalui program CSR-nya dalam menciptakan masyarakat pasca-tambang yang
mandiri dan berkelanjutan.
E. Kerangka Konseptual
Perumusan kerangka konseptual didasarkan pada sebuah harapan bahwa
pelaksanaan program CSR dapat berkelanjutan sehingga dapat mendukung
pembangunan masyarakat ke arah yang lebih baik. Seiring dengan meningkatnya
perkembangan dunia industri di Indonesia, meningkat pula perhatian terhadap
7
konsep CSR. Konsep CSR cukup menyita perhatian dari berbagai kalangan,
seperti perusahaan, pemerintah, dan juga masyarakat dalam hal ini akademisi.
Sebagai konsep yang masih tergolong baru, CSR memiliki cukup potensi bagi
pengembangan masyarakat dimasa yang akan datang.
Tidak sedikit perusahaan di Indonesia kini telah menerapkan konsep CSR
sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat di
sekitarnya. Kewajiban hukum yang mengharuskan tiap perusahaan untuk
menerapkan konsep CSR, menjadikan hampir semua perusahaan di Indonesia
menerapkan konsep CSR. Dengan adanya CSR disetiap perusahaan, diharapkan
ada sebuah redistribusi kemakmuran yang adil antara perusahaan dengan
masyarakat disekitarnya.
Konsep CSR sangat erat kaitannya dengan konsep pengembangan
masyarakat
atau
community
development,
karena
memang
community
development adalah bagian penting dalam implementasi CSR yang ideal. Namun
dalam penelitian ini, peneliti tetap mempertahankan istilah CSR sebagai konsep,
karena istilah CSR sendiri lebih populer dikalangan masyarakat maupun
perusahaan. Dalam bagian ini akan dijabarkan tentang, 1) Masyarakat Tambang
sebagai Masyarakat Peralihan, 2) Corporate Social Responsibility Sebagai
Strategi Bisnis Perusahaan dan 3) Pemberdayaan Masyarakat.
1. Masyarakat Tambang sebagai Masyarakat Peralihan
Masyarakat adalah sebuah sistem sosial yang di dalamnya terdapat
sekumpulan individu yang saling berinteraksi. Di dalam masyarakat terdapat nilai,
norma ataupun aturan-aturan tertentu yang menjadi kebutuhan bersama sebagai
8
sebuah sistem sosial. Nilai, norma ataupun aturan-aturan inilah yang kemudian
menjadi rujukan bagi individu-individu di dalam masyarakat untuk saling
berinteraksi.
Masyarakat tambang dalam artian cakupan wilayah adalah masyarakat
yang bermukim di sekitar kawasan industri tambang. Masyarakat tambang dapat
dikategorikan sebagai masyarakat pedesaan, karena memang sebagian besar
industri tambang berada di daerah pedesaan. Dalam proses sosialnya, masyarakat
tambang yang berada di pedesaan cenderung memiliki dualisme nilai ataupun
norma yang dianut, yaitu nilai tradisional dan nilai modernitas.
Boeke dalam (Johanes Muller, 2006 : 85-86) menjelaskan lebih lanjut
tentang dualisme struktur ekonomi dan sosial di daerah-daerah kolonial. Dalam
masyarakat kolonial memiliki struktur ekonomi dan sosial yang terpecah belah
dan hampir tidak ada hubungan satu sama lainnya, terutama ekonomi pasar
modern dan dinamis di satu pihak serta ekonomi subsistensi yang mandek di sisi
lain (Johanes Muller, 2006 : 85). Dualisme yang terjadi dalam masyarakat
kolonial disebabkan oleh penanaman sektor modern secara paksa oleh para
penjajah sehingga menghasilkan proses perkembangan menurut dua pola yang
berdiri sendiri.
Masyarakat pedesaan identik dengan pertanian, subsistensi, memegang
tradisi/adat dan peranan uang yang masih lemah. Mayoritas penduduknya bekerja
dalam sektor pertanian meskipun ada juga yang berdagang dan menjadi pegawai
negeri sipil (PNS). Dalam masyarakat pedesaan, pelapisan sosial masyarakatnya
didasarkan pada kepemilikan tanah. Semakin luas tanah yang dimiliki, semakin
9
tinggi juga kedudukannya dalam sistem pelapisan sosial masyarakat. M. Jaspan
(1961) membedakan masyarakat Yogyakarta ke dalam tiga golongan. Pertama,
mereka yang mempunyai tanah pekarangan dan sawah, kedua, mereka yang hanya
memiliki sawah dan ketiga adalah mereka yang hanya memiliki rumah di atas
tanah orang lain (Soelaeman, 2001 : 136).
Masyarakat sebagai sebuah sistem sosial selalu mencari bentuk
keseimbangannya. Oleh karena itu, masyarakat tidak terlepas dari dinamika yang
melingkupinya. Industrialisasi di pedesaan melalui penetrasi industri tambang
telah membawa perubahan sosial di dalam masyarakat. Industrialisasi adalah
sebuah gejala dalam masyarakat yang ditandai oleh adanya pergantian teknik
produksi dari cara tradisional ke cara modern (A. Dharmawan, 1986 : 18).
Pembangunan
masyarakat
pedesaan
yang
sarat
dengan
nilai-nilai
ketradisionalannya mulai digeser ke arah pembangunan yang sesuai nalar
masyarakat modern. Industrialisasi membawa unsur-unsur baru bagi masyarakat
pedesaan, seperti teknologi modern, sistem produksi yang berdasar pada efisiensi,
rasionalitas dan cenderung kapitalistik. Sistem sosial yang telah mapan dalam
masyarakat pedesaan sedikit banyak mulai tergoncang dengan adanya proses
industrialisasi di sekitar mereka.
Masyarakat industri memiliki cara pandang tersendiri mengenai konsepsi
hidup. Cara pandang masyarakat industri berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Sementara itu, masyarakat tambang yang sedang dalam masa transisi/peralihan
cenderung memiliki dua cara pandang, yaitu cara pandang masyarakat industri
dan masyarakat pedesaan. (A. Dharmawan, 1986) pandangan hidup seorang
10
industriwan bukan perluasan dari pandangan hidup nenek moyang mereka,
karenanya mempunyai beberapa perbedaan yang sangat menyolok dengan
masyarakat desa pada umumnya, antara lain sebagai berikut :
1. Perbedaan pandangan terhadap unit famili
Pada masyarakat desa, keluarga merupakan suatu unit. Anggota
keluarga saling bekerja sama untuk mencapai hasil produksi sekedar
mencukupi hidup. Mereka mengumpulkan hasil produksi untuk
dinikmati secara bersama bukan untuk dirinya sendiri. Hubungan antar
anggota keluarga sangat erat/intim dan saling bergotong royong.
Sementara itu, dalam masyarakat industri menitikberatkan pada
ketunggalan (singularity) dan keakuan (individuality), sehingga
keluarga merupakan “a consumption unit” (pemakai) serta bukan “a
production unit” (penghasil).
2. Perbedaan pandangan tentang ikatan sosial
Pada
masyarakat
desa,
social
bonds
(ikatan
masyarakat)
merupakan rasa tanggung jawab bersama (a sense of community).
Terdapat rasa tanggung jawab bersama sebagai kesatuan masyarakat,
baik dalam hal keberuntungan maupun dalam hal kemalangan. Dalam
masyarakat industri, social bonds adalah social contracts. Artinya,
mereka mengerjakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain
karena mereka dibayar untuk seperti itu. Oleh karenanya dalam
masyarakat industri sangat diperlukan keahlian (skill) untuk melayani
orang lain. Seperti ketika rumah rusak, bukan tetangga kita yang harus
11
memperbaiki akan tetapi diserahkan kepada pemborong ataupun
kontraktor.
3. Perbedaan pandangan mengenai sikap masyarakat
Perbedaan ke-3 terletak pada dasar aktivitas sosial. Dalam kehidupan
masyarakat desa, faktor ketenangan menjadi syarat utama. Setiap
orang dapat mudah dikenal melalui tempat tinggal atau kediamannya.
Orang desa sejak lahir, dewasa hingga akhirnya mati berada pada
tempat yang sama. Dalam level ini, adat istiadat sangat menonjol.
Homogenity of population (kesukuan) sebagai sesuatu yang paling
baik. Lain halnya dengan pandangan masyarakat industri. Segala
sesuatunya (aktivitas sosial) harus serba cepat/mobilitas tinggi. Semua
ikatan yang ada hubungannya dengan tanah leluhur dihilangkan. Tanah
yang ditempati merupakan faktor sementara dan kebetulan. Adat
istiadat dinilai sebagai sesuatu yang membatasi/menghambat dan
kolot.
4. Perbedaan mengenai aktivitas para anggota masyarakat
Dalam masyarakat tradisional, tingkah laku tidak terpisahkan dari
aktivitas-aktivitas lainnya. Lain halnya dengan masyarakat industri,
mereka masing-masing telah mempunyai bidang pekerjaan sendirisendiri/terspesialisasi.
5. Perbedaan pandangan mengenai posisi seseorang
Dalam masyarakat tradisional, seseorang mendapatkan status dan
posisinya dari warisan dan nama baik keluarganya (ascribed status).
12
Seorang petani terus menerus menjadi petani bukan karena ia bodoh,
tetapi karena ayah dan leluhurnya adalah petani. Sistem stratifikasi
sosial dalam masyarakat desa cenderung tertutup. Sementara itu, dalam
masyarakat industri, seseorang mendapatkan tempat dan kedudukan
karena hasil keterampilan/kecakapannya (achievement status).
6. Perbedaan pandangan dalam hal lingkungan hidup
Perbedaan yang terakhir dapat dilihat dari hubungan manusia dengan
lingkungannya. Dalam masyarakat desa yang mayoritas bertani,
mereka sangat bergantung pada alam. Hidupnya adalah pekerjaannya,
sedangkan
pekerjaannya merupakan
jawaban
terhadap
adanya
perubahan alam. Keadaan seperti ini tidak ditemui dalam masyarakat
industri. Hidup masyarakat industri tidak tergantung pada kalender
atau musim, melainkan mereka harus selalu bekerja pada waktunya
(disiplin tinggi). Dari waktu ke waktu mereka harus mempertahankan
pekerjaannya
secara
teratur.
Apabila
mereka
tidak
bisa
mempertahankan kualitasnya, maka posisinya akan digantikan oleh
orang lain (A. Dharmawan, 1986 : 13-17).
Perusahaan/korporasi merupakan representasi dari masyarakat industri
yang lebih luas. Perusahaan sebagai agen industrialisasi dalam jangka panjang
turut berperan membentuk nilai-nilai dan tujuan masyarakat di sekitarnya. Dengan
kata lain, adanya perusahaan turut memberi warna/pengaruh dalam kebudayaan
dan institusi-institusi yang ada di dalam masyarakat. Perusahaan sebagai
representasi dari masyarakat industri menggeser gaya dan standar hidup yang
13
sudah mapan dalam masyarakat. Misalnya, pergeseran orientasi terhadap
pekerjaan.
Dalam masyarakat industri terdapat spesialisasi pekerjaan. Semakin
kompleksnya kebutuhan yang dihadapi masyarakat oleh karena kemajuan
teknologi menyebabkan pekerjaan semakin terspesialisasi dan rumit. Perubahan
yang terjadi dalam diferensiasi pekerjaan berpengaruh pada hierarki sosial dalam
masyarakat yang pada akhirnya membentuk stratifikasi sosial bentuk baru. Dalam
masyarakat industri, bekerja di pabrik lebih tinggi kedudukannya secara sosial jika
dibanding bekerja sebagai petani. Industrialisasi turut melahirkan kelas
pekerja/kelompok pekerja (buruh), pedagang baik kecil maupun besar di dalam
masyarakat.
Laju perkembangan industrialisasi di level pedesaan senyatanya turut
memunculkan problem baru, khususnya dalam masyarakat peralihan seperti
masyarakat tambang. Selama ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga yang
dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat, seperti : memberikan
kesempatan kerja, menyediakan barang yang dibutuhkan masyarakat untuk
konsumsi, membayar pajak, memberi sumbangan dan lain-lain (Memed, 2001
dalam Noor Hadi, 2011 : 1). Namun dibalik itu semua, keberadaan perusahaan
ternyata juga banyak menimbulkan berbagai persoalan sosial dan lingkungan,
seperti
polusi
udara,
kesewenang-wenangan,
keracunan,
kebisingan,
produksi makanan
diskriminasi,
pemaksaan,
haram serta bentuk
negative
externalities lain (Harahap, 2001 dalam Noor Hadi, 2011 : 1).
14
Industri pertambangan sarat dengan penggunaan mesin-mesin berteknologi
tinggi. Tuntutan penggunaan teknologi yang canggih dalam industri tambang
menyebabkan sebagian masyarakat yang belum “siap” secara sumber daya
manusianya terkesan terpinggirkan dalam proses industrialisasi. Idealnya,
perkembangan proses industrialisasi sejalan dengan perkembangan masyarakat
ataupun sebaliknya. Tanpa ada keseimbangan tersebut, tentu akan menimbulkan
masalah sosial baru seperti pengangguran, kesenjangan sosial dan masalah sosial
lainnya seperti rusaknya lingkungan hidup.
2. Corporate Social Responsibility Sebagai Strategi Bisnis Perusahaan
Corporate social responsibility ialah bentuk tanggung jawab yang melekat
pada setiap perusahaan yang muncul sejak adanya pemahaman bahwa perusahaan
dan masyarakat merupakan sesuatu yang integral dan saling terkait. Keberadaan
suatu perusahaan di dalam lingkungan masyarakat membawa sejumlah dampak
sosial dan lingkungan yang logis bagi masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan pada
hal tersebut, CSR sebagai konsep pengembangan masyarakat muncul dan
berkembang.
Definisi mengenai konsep CSR/tanggung jawab sosial perusahaan sangat
beragam dan kompleks. Muncul banyak perdebatan dari kalangan akademisi,
praktisi, dan pelaku usaha tentang konsep CSR itu sendiri. Salah satu definisi
yang cukup mewakili ialah definisi CSR menurut Soeharto Prawirokusumo
(dalam Alfitri, 2011:86), tanggung jawab sosial adalah sebuah konsep yang luas
yang berhubungan dengan kewajiban perusahaan atau organisasi dalam
memaksimalkan impact positif terhadap masyarakatnya.
15
Konsep
CSR
kemudian
berkembang
sejalan
dengan
paradigma
pembangunan berkelanjutan yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang
tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Pembangunan
berkelanjutan mencakup isu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan
perlindungan terhadap lingkungan hidup. Paradigma ini dikenal dengan istilah
triple bottom lines yang kemudian menjadi paradigma baru dalam tanggung jawab
sosial perusahaan. Tanggung jawab perusahaan berdasarkan triple bottom lines
yang dikemukakan oleh Elklinton dalam Noor Hadi (2011: 57) disederhanakan
menjadi triple P yaitu profit, people, dan planet.
Gambar 1. Triple Bottom Lines Menurut John Elklinton
People/
Sosial
Planet/
Lingkungan
Profit/
Ekonomi
Sumber : Elkington dalam Noor Hadi (2011)
Pertama, profit berterkaitan dengan keuntungan perusahaan sebagai
motivasi dan tujuan utama dari kegiatan bisnis perusahaan. Aktivitas yang dapat
ditempuh untuk mendongkrak keuntungan antara lain dengan meningkatkan
produktivitas dan melakukan efisiensi biaya. Bagaimanapun juga perusahan
adalah organisasi ekonomi yang mengedepankan keuntungan ekonomi/laba.
Tanpa keuntungan, perusahaan pun tidak akan bisa memaksimalkan dampak
positif/kontribusi untuk masyarakat disekitarnya Kedua, people menyangkut
16
masyarakat sekitar perusahaan yang berkomitmen memberikan manfaat sebesarbesarnya kepada masyarakat. Perusahaan perlu melakukan kegiatan yang
menyentuh kebutuhan masyarakat sebagai kompensasi atas dampak yang diterima
masyarakat dari keberadaan perusahaan tersebut. Ketiga, planet diartikan sebagai
tindakan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup sekitar daerah
operasionalnya guna menjaga keseimbangan antara lingkungan fisik dan
kehidupan manusia.
Dari beberapa definisi konsep CSR yang ada di atas dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa ada hubungan yang saling terkait antara perusahaan sebagai
organisasi bisnis dengan masyarakat di sekitarnya. Dalam konteks relasi di antara
keduanya (perusahaan dan masyarakat), perusahaan dituntut untuk lebih
mengedepankan komitmen, etika, dan tanggung jawab baik sosial maupun
lingkungan terhadap masyarakat di sekitar daerah operasionalnya sebagai sebuah
strategi bisnis dan untuk memelihara eksistensi perusahaan itu sendiri. Sebagai
strategi bisnis, implementasi CSR bertujuan agar perusahaan dapat melakukan
kegiatan bisnisnya dengan baik dan meminimalisir resiko yang muncul dari
komunitas sekitar maupun dari lingkungan tempat melakukan kegiatan bisnisnya.
Bagaimanapun, sebuah aktivitas bisnis tidak hanya membutuhkan legitimasi
secara ekonomi atau hukum, akan tetapi juga butuh legitimasi secara sosial untuk
menunjang aktivitas operasionalnya. Posisi CSR dalam konteks relasi perusahaan
dengan masyarakat sekitar adalah sebagai “jembatan” kepentingan perusahaan
dan masyarakat sekitar.
17
Menurut (Rudito & Melia, 2007), ruang lingkup program CSR dapat
dibagi berdasarkan tiga kategori : pertama, community relation, yaitu kegiatan
yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi
kepada para pihak yang terkait, kedua, community services, merupakan pelayanan
perusahaan untuk memenuhi kepentingan komunitas ataupun kepentingan umum,
dan terakhir adalah community empowering, yaitu program yang berkaitan dengan
pemberian akses yang lebih luas kepada komunitas untuk menunjang
kemandirian, seperti pembentukan koperasi, usaha industri kecil, anggota
komunitas sudah mempunyai pranata pendukung dan perusahaan memberi akses
kepada pranata sosial agar dapat berlanjut (Alfitri, 2011 : 94). Ketiga ruang
lingkup kegiatan CSR tersebut bermuara pada tujuan harmonisasi relasi antara
perusahaan dengan warga masyarakat sekitar dan juga untuk meminimalkan
resiko sosial yang mungkin muncul dari adanya aktivitas perusahaan.
Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) oleh perusahaan pada
hakikatnya ditujukan untuk melestarikan eksistensi perusahaan itu sendiri.
Perkembangan CSR menjadi bagian dalam strategi bisnis perusahaan untuk
memperoleh
manfaat
ekonomi.
Widjaja
dan
Pratama
(2008:45-47)
mengemukakan pentingnya CSR dalam upaya mempertahankan keberlangsungan
perusahaan yang mencakup tiga hal, yaitu :
a) Keberlanjutan Ekonomi
Tujuan
utama
perusahaan
tidak
lain
adalah
mencari
keuntungan dari aktivitas bisnis yang dijalankannya. CSR yang
diterapkan oleh perusahaan tidak berarti melakukan aktivitas sosial
18
dan menjaga kelestarian lingkungan yang kemudian berpengaruh
terhadap keuntungan perusahaan. Dalam penerapan CSR oleh
perusahaan, perusahaan wajib memenuhi tujuan utamanya, yaitu
mencari keuntungan sebesar-besarnya. Peran perusahaan dalam
menjaga keberlanjutan sosial dan lingkungan sangat terkait dengan
keberlanjutan
ekonomi
perusahaan
tersebut.
Keberlanjutaan
perusahaan dapat dicapai dengan cara mendapatkan keuntungan,
meminimalisir
biaya
dan
maksimalisasi
penjualan,
membuat
kebijakan bisnis yang strategis serta menjanjikan pengembalian yang
menarik bagi para investor. Pelaksanaan CSR yang berkaitan dengan
keberlanjutan ekonomi perusahaan menurut Kartini (2009:83)
merupakan reward finansial bagi perusahaan yaitu (1) menurunkan
biaya operasional perusahaan melalui supremasi kebijakan internal
perusahaan untuk kepentingan penghematan, keselamatan, dan
keamanan. Misalnya, penghematan penggunaan air, lampu dan AC,
prisnsip-prinsip
K3
dan
kebijakan
mengurangi
limbah,
(2)
meningkatkan volume penjualan dan perluasan pangsa pasar dengan
menghasilkan produk-produk yang ramah lingkungan. Hal tersebut
akan
mempengaruhi
penggunaan
respon
produk sekaligus
prositif
dari
membangun
masyarakat
dalam
citra positif bagi
perusahaan, (3) menarik calon investor, (4) memberikan dampak pada
pertumbuhan nilai saham yang signifikan dengan adanya pelaksanaan
CSR yang konsisten.
19
b) Keberlanjutan Sosial
Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat pasti akan
memberikan dampak bagi masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan tersebut. Dengan berdirinya suatu perusahaan, maka akan
menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang berada di
sekitar perusahaan tersebut. Perekrutan tenaga kerja atau karyawan
dan adanya sumbangsih perusahaan secara langsung kepada
masyarakat akan mengangkat derajat kesejahteraan masyarakat
disekitarnya. CSR terhadap masyarakat sekitar juga memberikan
dampak bagi terciptanya suasana yang kondusif bagi perusahaan
dalam menjalankan kegiatan bisnis mereka. Dengan kata lain
penerapan CSR oleh perusahaan merupakan suatu strategi pencegahan
konflik antara pihak
perusahaan dengan
masyarakat sekitar.
Sustainability sosial terkait dengan upaya perusahaan dalam
mengutamakan nilai yang tumbuh dalam masyarakat.
Menjaga keberlanjutan sosial melalui implementasi CSR oleh
perusahaan sekaligus memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam
mendapatkan lisensi sosial dari kelompok masyarakat sebagai
stakeholders-nya. Pengakuan yang positif dari kelompok-kelompok
masyarakat akan mendukung operasional bisnis perusahaan. Reward
dari lisensi sosial ini adalah sesuatu yang mutlak untuk menjaga
keutuhan profit bisnis perusahaan dalam jangka panjang.
20
c) Keberlanjutan Lingkungan
Permasalahan lingkungan terkait dengan isu global warming
yang mengancam kehidupan manusia menempatkan perusahaan
sebagai pihak yang berperan dalam masalah lingkungan tersebut.
Aktivitas perusahaan dalam hal ini industri ekstraktif yang sangat erat
dengan teknologi memiliki dampak negatif bagi lingkungan dengan
adanya limbah yang dihasilkan dan bekas yang ditinggalkan. Masalah
lingkungan yang timbul kemudian berdampak terhadap kelangsungan
perusahaan itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan yang
sehat dan kondusif sangat menunjuang aktivitas perusahaan. Hal ini
yang kemudian mendorong perusahaan berupaya melestarikan
lingkungan
demi
mempertahankan
keberlanjutan
perusahaan.
Keberlanjutan lingkungan oleh perusahaan dilakukan dengan cara
menggunakan teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi emisi
gas
buang,
mengimplementasikan
sistem
manajemen
risiko
lingkungan atau AMDAL yang efektif, serta menerapkan prinsip ecolabeling.
Sebagai strategi bisnis perusahaan, pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan menurut Eka Tjipta Foundation dalam Widjaja & Pratama (2008 : 52)
akan menjaga dan meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek
produk (loyalitas) atau citra (image) perusahaan yang menjadi keunggulan
kompetitif perusahaan. Alfitri (2011:99-100), menguraikan beberapa manfaat
yang diperoleh perusahaan dari aktivitas CSR. Pertama, pelaksanaan CSR yang
21
konsisten akan mendongkrak citra (image) perusahaan yang berdampak pada
peningkatan reputasi perusahaan. Kedua, dengan meningkatnya image perusahaan
CSR dapat meningkatkan loyalitas dan motivasi pekerja atau karyawan sehingga
dapat memberikan kemajuan bagi perusahaan. Ketiga, aktivitas CSR yang
berdampak pada kemajuan perusahaan akan mempererat hubungan perusahaan
dengan para stakeholdernya. Hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan (trust)
dari stakeholders terhadap perusahaan. Kartini (2009:88) mengemukakan adanya
reward dari pelaksanaan CSR yang berdampak pada kapasitas dan kapabilitas
perusahaan secara kualitatif dimana reward tersebut sangat menguntungkan bagi
perusahaan yaitu “memperkuat reputasi perusahaan”. Keempat, meningkatnya
penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search Worldwide, konsumen
akan lebih menyukai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten
menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Sunyoto Usman (dalam Alfitri, 2011:24) pemberdayaan
masyarakat adalah sebuah proses dalam bingkai usaha memperkuat apa yang
lazim disebut community self reliance atau kemandirian. Dalam prosesnya,
masyarakat didampingi untuk menganalisis masalah yang mereka hadapi dan
membimbing mereka untuk menemukan solusi dari permasalahan yang mereka
hadapi dengan memberikan alternatif atau strategi dalam memanfaatkan resources
yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Proses pemberdayaan dalam konsep ini
mengedepankan peluang masyarakat untuk membuat keputusan penyelesaian
22
masalah yang mereka hadapi sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan
masyarakat.
Sementara
itu
Kartasasmita
(1997:11-12)
berpandangan
bahwa
memberdayakan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Lebih lanjut Kartasasmita juga
menjelaskan bahwa salah satu dari upaya untuk memberdayakan masyarakat
adalah dengan membuka akses kepada berbagai peluang yang akan membuat
masyarakat menjadi semakin berdaya.
Pemberdayaan masyarakat memerlukan serangkaian proses yang panjang
(tidak instan), karena memang merupakan proses yang berlangsung secara terus
menerus (on going process). Menurut Saraswati (dalam Alfitri, 2011:23) secara
konseptual pemberdayaan masyarakat harus mencakup enam hal sebagai berikut :
1. Learning by doing. Dalam artian bahwa pemberdayaan adalah sebagai
proses belajar dan ada satu tindakan konkrit yang terus menerus
dampaknya dapat terlihat.
2. Problem solving. Pemberdayaan harus memberikan arti adanya
pemecahan masalah yang dirasakan krusial dengan cara dan waktu
yang tepat.
3. Self evaluation. Pemberdayaan harus mampu mendorong seseorang
ataupun kelompok masyarakat untuk melakukan evaluasi secara
mandiri.
23
4. Self development and coordination. Mendorong agar mampu
melakukan pengembangan diri dan melakukan hubungan koordinasi
dengan pihak lain secara lebih luas.
5. Self selection. Suatu kumpulan yang tumbuh sebagai upaya pemilihan
dan penilaian secara mandiri dalam menetapkan langkah ke depan.
6. Self decision. Dalam memilih tindakan yang tepat hendaknya dimiliki
kepercayaan diri dalam memutuskan sesuatu secara mandiri (dikutip
dari Alfitri, 2011:23-24).
Elemen penting dalam pemberdayaan masyarakat adalah partisipasi.
Keberagaman konsep mengenai pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan
oleh beberapa tokoh dengan berbagai pandangan pada dasarnya menegaskan
bahwa dalam proses pembangunan, masyarakat merupakan aktor yang memiliki
potensi dan sumber daya sehingga tidak seharusnya menempatkan masyarakat
hanya sebagai objek pembangunan yang sarat dengan mobilisasi. Oleh sebab itu
pemberdayaan sebagai sebuah pendekatan dalam menghidupkan potensi yang
dimilik masyarakat dengan menekankan pada aspek partisipasi masyarakat dapat
meningkatkan harkat martabat dalam upaya mencapai kesejahteraan yang
merupakan esensi dari tujuan pembangunan.
Aspek partisipasi dalam proses pemberdayaan masyarakat menempati
kedudukan yang sangat penting karena capaian hasil dari pemberdayaan
masyarakat sangat ditentukan dari peran serta masyarakat itu sendiri. Bentuk
partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah kerjasama antara masyarakat
dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan dan membiayai
24
pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam bentuk kerjasama ini menuntut
adanya kesetaraan antara masyarakat dan pemerintah maupun pihak swasta, oleh
karena itu masyarakat diupayakan memiliki kapasitas baik secara individu
maupun kelembagaan yang menjadi kunci dalam keberhasilan suatu program
pemberdayaan.
Proses pelaksanaan pemberdayaan masyarakat sangat ditentukan dengan
adanya persiapan dan strategi perencanaan yang matang, sehingga program
pengembangan masyarakat dapat mencapat sasaran/tujuannya. Nindita (2008:64)
mengemukakan tiga pendekatan perencanaan dalam pengembangan masyarakat
yaitu :
a. Development for Community
Pencetus
kegiatan
pengembangan
masyarakat
sesuai
dengan
pendekatan ini adalah perusahaan yang mempunyai status sebagai pendonor,
sedangkan kedudukan dari komunitas adalah sebagai target atau objek
kegiatan pengembangan masyarakat. Karakteristik dari program ini adala
berorientasi pada perusahaan (program inkind) dan lebih kepada pencapaian
hasil. Dampak yang memungkinkan timbul dari pendekatan ini adalah
cenderung menciptakan ketergantungan dari komunitas terhadap perusahaan.
b. Development with Community
Program
pengembangan
masyarakat
dengan
pendekatan
ini
menempatkan perusahaan sebagai agen pembangunan, sedangkan komunitas
adalah sebagai objek sekaligus subjek dalam program pengembangan
masyarakat. Tujuan dari program dengan pendekatan ini adalah pencapaian
25
hasil dan memberikan sumbangan pada proses pembangunan. Dampak
positifnya adalah tidak sepenuhnya tergantung terhadap perusahaan, namun
komunitas dilatih untuk berswadaya. Karakteristik dari program ini adalah
untuk memenuhi kebutuhan komunitas sekaligus tujuan perusahaan.
c. Development of Community
Karakteristik dari program ini adalah berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan komunitas. Tujuan akhir dari program ini adalah pembangunan
yang berproses. Pada pendekatan ini, komunitas sebagai subjek pembangunan
mencetukan program pengembangan masyarakat dan mengidentifikasi
kebutuhan mereka sendiri. Dampak positifnya adalah membetuk kemandirian
(self reliance) komunitas karena mereka terlibat secara langsung sepenuhnya
dalam program yang mereka prakarsai.
Pemberdayaan masyarakat mengutamakan masyarakat sebagai pelaku
utama pembangunann (people centered development) yang menekankan
mekanisme yang bersummber dari bawah (bottom up). Oleh sebab itu mekanisme
yang bersifat bottom-up sangat sarat dengan adanya partisipasi dari masyarakat itu
sendiri. Pemberdayaan ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan
ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi dan inisiatif anggota masyarakat itu
sendiri. Dengan adanya partisipasi dari masyarakat tersebut ditujukan untuk
membentuk kemandirian masyarakat.
26
F. Metode Peneltian
1. Jenis Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui kegiatan pemberdayaan
yang dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia melalui program CSR-nya serta
bagaimana dampak dari kegiatan tersebut bagi masyarakat sekitar tambang dan
perusahaan. Berpijak dari tujuan tersebut, jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitan ini adalah kualitatif. Hal tersebut di dasarkan pada pertimbangan :
Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih
dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajamakan pengaruh bersama terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi (Moeloeng, 1994:9-10).
Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus (case study). Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang
penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail dan
komperhensif (Faisal, 1999 : 22). Seperti pada strategi-strategi penelitan lainnya,
studi kasus merupakan suatu cara/strategi penelitian terhadap masalah empiris
dengan mengikuti rangkaian prosedur yang telah dispesifikasi sebelumnya. Studi
kasus lebih bersifat spesifik, khusus dan lokal.
Penelitan studi kasus dapat juga dibedakan menurut tipenya seperti
eksplanatoris, eksploratif dan deskriptif (Yin, 2003 : 1). Pendekatan studi kasus
cocok apabila pertanyaan penelitian berkenaan dengan how (bagaimana) atau why
(mengapa). Pendekatan studi kasus dengan tipe deskriptif bertujuan untuk
27
menggambarkan dan melukiskan keadaan objek maupun subjek penelitian
berdasarkan
fakta-fakta
yang
tampak
sebagaimana
mestinya.
Dengan
menggunakan pendekatan studi kasus tipe deskriptif memungkinkan peneliti
untuk dapat memahami fenomena sosial dari masyarakat menurut apa yang
mereka alami, pahami tentang realitas yang ada di sekitarnya.
Berpijak dari pertimbangan-pertimbangan tersebut, peneliti menggunakan
studi kasus tipe deskriptif untuk mengetahuo kegiatan pemberdayaan yang
dilaksanakan oleh PT. Adaro Indonesia melalui program CSR-nya. Mengingat
implementasi program CSR yang dilaksanakan oleh tiap-tiap perusahaan
(khususnya industri pertambangan), baik dari pendekatan, bentuk program,
kompleksitas permasalahan maupun strateginya adalah berbeda-beda sesuai
dengan kondisi sosial masyarakat sekitar tambang dan kebijakan perusahaan itu
sendiri. Tentunya fenomena tersebut tidak dapat digeneralisir untuk melihat
fenomena yang sama di tempat lain. Untuk menghindari adanya generalisasi
terhadap studi ini, sehingga studi kasus menjadi cocok untuk penelitian ini.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong,
Provinsi Kalimantan Selatan. PT. Adaro Indonesia merupakan anak perusahaan
dari PT. Adaro Energy yang memiliki wilayah operasional meliputi 5 Kabupaten
yaitu Kabupaten Balangan, Tabalong, Hulu Sungai Utara, Barito Timur dan Barito
Selatan. Namun peneliti hanya ingin melihat kegiatan pemberdayaan yang
dilaksanakan oleh PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong saja. Pemilihan
lokasi tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
28
1. Site PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong memiliki data yang
lebih lengkap terkait kegiatan pemberdayaan melalui program CSRnya jika dibanding dengan kantor pusat PT. Adaro Energy di Jakarta.
2. Sasaran program CSR PT. Adaro Indonesia adalah masyarakat sekitar
tambang yang salah satunya adalah di Kabupaten Tabalong.
3. Kemudahan dalam mendapatkan data langsung dari mitra binaan atau
penerima manfaat program karena letaknya tidak jauh dari site PT.
Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong.
3. Unit Analisis dan Penentuan Informan
Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak perlu meneliti seluruh individu
yang terdapat dalam suatu kelompok ataupun masyarakat. Seorang peneliti dalam
penelitian kualitatif cukup memilih beberapa individu yang mampu mewakili
ataupun menggambarkan masyarakat yang diteliti. Unit analisis dalam penelitian
ini adalah pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan program CSR PT. Adaro
Indonesia yaitu dari departemen CSR Adaro sebagai pengelola program serta
masyarakat sekitar tambang sebagai sasaran kegiatan pemberdayaan. Dengan
pertimbangan bahwa pihak-pihak tersebut adalah pihak yang mengerti dan
mengetahui tentang kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh perussahaan
melalui program CSR.
Dalam keperluan pengambilan informan penelitian untuk penggalian data,
peneliti menggunakan teknik purposive dan snowballing. Teknik pengambilan
informan dalam purposive dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu,
29
seperti memilih informan yang dianggap menjadi “kunci” ataupun pembuka jalan
dalam proses penelitian di lapangan. Setelah tahap penentuan informan kunci
selesai, peneliti juga menggunakan snowballing untuk mendapatkan sumber data
hingga tercapai kecukupan informasi perihal kegiatan CSR perusahaan. Informan
2, 3, 4 dan seterusnya merupakan rekomendasi dari informan kunci. Peneliti
sebelumnya memulai dengan penggalian informasi dari informan kunci (key
informan) sebagai pembuka jalan (entry point). Key informan peneliti adalah staff
departemen CSR Adaro yang kebetulan peniliti kenal, beliaulah yang memberikan
informasi serta rekomendasi tentang informan yang perlu peneliti hubungi.
Adapun informan yang direkomendasikan adalah kelompok penerima manfaat,
perangkat desa/tokoh masyarakat dan pegiat LSM. Dengan rekomendasi tersebut,
peneliti dapat mudah menjalin hubungan dengan warga masyarakat, baik melalui
pertemuan pribadi maupun pertemuan bersama.
4. Data Penelitian
Data-data dalam penelitian ini di dasarkan pada perilaku dan kata-kata
atau lisan dari orang yang diamati yang merupakan dasar dalam upaya
membangun pandangan mengenai objek. Jane Richie (dalam Moleong, 2011:6)
memberikan konsep penelitian kualitatif sebagai upaya menyajikan dunia sosial,
dan perspektifnya dalam dunia, dari segi konsep, persepsi, dan persoalan tentang
manusia yang diteliti. Peneliti berupaya memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh masyarakat sekitar perusahaan serta pihak-pihak terkait melalui katakata
yang
diutarakan
selama
proses
interaksi.
Herdiansyah
(2012:17)
mengemukakan bahwa esensi dari penelitian kualitatif adalah memahami apa
30
yang dirasakan orang lain, memahami pola pikir dan sudut pandang orang lain
memahami sebuah fenomena (central phenomenon) berdasarkan sudut pandang
sekelompok orang atau komunitas tertentu dalam latar alamiah yang khusus.
Data utama yang dibutuhkan dalam penelitian ini ialah berupa kata-kata
dan tindakan dari subjek yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, kata-kata serta
tindakan subjek yang diteliti baik warga, aparat pemerintah, maupun karyawan
perusahaan merupakan sumber data utama. Sumber data utama diperoleh dari
warga binaan yang tergabung dalam penerima manfaat program CSR perusahaan
dan staff departemen CSR PT. Adaro Indonesia sebagai inisiator program serta
beberapa tokoh masyarakat yang dianggap relevan dan mengetahui perihal
implementasi CSR perusahaan. Adapun sumber data lain yang dibutuhkan peneliti
sebagai data pendukung seperti dokumen ataupun tulisan yang terkait dengan
penelitian ini seperti press release perussahaan, annual report CSR dan
pemberitaan media lokal.
Berdasarkan sumber data tersebut, peneliti mengelompokkan jenis data
menjadi data primer/utama dan data sekunder/pendukung. Data primer/utama
merupakan data yang secara langsung diperoleh peneliti saat di lapangan. Data
primer/utama dalam penelitian ini adalah kata-kata, tindakan/perilaku informan
yang didapat melalui proses observasi dan wawancara mendalam. Sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau diperoleh
dari tangan kedua. Untuk memperoleh data sekunder/pendukung, peneliti
mengumpulkan dokumen-dokumen perihal implementasi program CSR PT.
Adaro Indonesia, foto-foto kegiatan CSR, laporan-laporan penelitian terkait CSR
31
PT. Adaro Indonesia serta dokumen kependudukan pemerintah Kabupaten dan
pemberitaan media lokal. Kolaborasi data primer/utama (hasil observasi,
wawancara mendalam) serta data sekunder/pendukung (dokumentasi) sangat
diperlukan dalam penelitian ini sehingga dapat diperoleh data yang sesuai.
Adapun gambaran data dan metode pengumpulannya adalah sebagai berikut :
32
Tabel 1.
Rincian Data, Sumber Data dan Pengumpulan Data
Data
Profil perusahaan
Lingkungan kerja
perusahaan
Kegiatan CSR PT. Adaro
Indonesia
Sumber
Pihak PT. Adaro Indonesia
Pihak PT. Adaro Indonesia
Metode
Dokumentasi
Observasi
Pihak PT. Adaro Indonesia
Profil Kabupaten Tabalong
Kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam
pelaksanaan CSR
BPS
Pihak PT. Adaro Indonesia,
Pengurus Kecamatan,
Warga penerima
Pemahaman tujuan
pelaksanaan program CSR
Pihak PT. Adaro Indonesia,
Warga penerima, Tokoh
masyarakat
Warga penerima, Pihak PT.
Adaro Indonesia
Dokumentasi
dan
Wawancara
mendalam
Dokumentasi
Wawancara
mendalam
dan
Dokumentasi
Wawancara
mendalam
Keaktifan/partisipasi warga
dalam pertemuan kelompok
Penilaian masyarakat
mengenai dampak
perusahaan terhadap
masyarakat
Harapan masyarakat dari
pelaksanaan program CSR
PT. Adaro Indonesia
Penilaian masyarakat
terhadap pelaksanaan
program CSR PT. Adaro
Indonesia
Dampak program CSR bagi
masyarakat
Dampak program CSR bagi
perusahaan
Harapan masyarakat dari
adanya PT. Adaro Indonesia
Pihak PT. Adaro Indonesia,
Tokoh masyarakat,
Warga
Wawancara
mendalam
dan observasi
Wawancara
mendalam
Pihak PT. Adaro Indonesia,
Warga penerima, Tokoh
masyarakat
Pihak PT. Adaro Indonesia,
Warga penerima, Tokoh
masyarakat
Wawancara
mendalam
Warga penerima, Tokoh
masyarakat
Pihak PT. Adaro Indonesia
Wawancara
mendalam
Wawancara
mendalam
Wawancara
mendalam
Tokoh masyarakat,
Warga masyarakat
Wawancara
mendalam
33
5. Teknik Pengumpulan Data
Tiga teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian adalah
teknik wawancara, observasi, dan studi pustaka. Adapun wawancara yang
digunakan ialah :
1. Wawancara Mendalam
Dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, peneliti dapat
mengungkap secara mendalam pengalaman, pandangan, serta penghayatan subjek
penelitian. Di dalam prosesnya, peneliti juga perlu membuat interview guide agar
wawancara dapat dilakukan secara sistematis dan terfokus pada masalah yang
coba ingin diungkap. Akan tetapi, meskipun peneliti menggunakan interview
guide sebagai instrument pendukung, peneliti tidak bermaksud untuk menjadikan
proses wawancara mendalam menjadi terkesan kaku. Sementara itu untuk
mengunci data lapangan, peneliti pun juga perlu membuat catatan lapangan
dengan didukung foto-foto dan rekaman percakapan sebagai dokumentasi agar
data yang sudah dihimpun dari proses wawancara ataupun observasi tidak hilang
begitu saja.
Wawancara dengan informan dilakukan pada waktu malam hari mengingat
pada pagi dan siang hari para warga yang menjadi informan dalam penelitian ini
mayoritas berladang dan baru kembali ke rumah pada sore harinya untuk
beristirahat. Sedangkan untuk menggali data dari pihak PT. Adaro Indonesia,
wawancara dilakukan pada saat jam istirahat kerja yaitu pada jam 12.00 hingga
jam 13.00 WITA. Proses wawancara diawali dengan perkenalan, cerita, dan tanya
34
jawab santai untuk membangun rasa saling percaya antara peneliti dengan
informan. Untuk menghindari bias bahasa, peneliti dibantu oleh seorang kawan
peneliti yang mengerti bahasa dayak ataupun banjar Upau sehingga didapatkan
data yang kredibel.
2. Observasi Partisipasi
Disamping wawancara, peneliti juga menggunakan teknik observasi.
Observasi digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana kondisi serta situasi
natural di lapangan terkait penelitian ini, seperti misalnya setting fisik lingkungan,
interaksi sosial, dan aktivitas apa yang sedang berlangsung. Adapun pendekatan
observasi yang digunakan ialah observasi partisipasi. Pendekatan ini digunakan
untuk menghilangkan jarak peneliti dengan subjek penelitian agar dapat
menghasilkan sebuah pandangan disertai fakta yang senyatanya ada di dalam
lingkungan sosial masyarakat. Karena dalam penelitian ini, peneliti menempatkan
masyarakat sebagai subjek dan bukan menjadi objek penelitian. Observasi
dilakukan pada pagi dan siang hari sembari menunggu informan pulang kerumah
pada sore harinya. Dalam penelitian ini, posisi peneliti tidak sepenuhnya live in
dan berbaur dengan warga setempat. Peneliti menginap dan berbaur dengan
kehidupan warga hanya selama dua hari satu malam yakni pada saat awal-awal
peneliti masuk ke Upau. Karena tidak ada penginapan dan terbatasnya dana untuk
penelitian lapangan, akhirnya peneliti putuskan untuk sementara waktu menginap
ditempat warga setempat. Adapun manfaat yang dapat diambil ialah peneliti dapat
berbaur dengan warga, menanamkan rasa saling percaya, dan menghilangkan
jarak antara peneliti dengan subjek penelitian.
35
Selain mengamati kondisi sosial warga masyarakat Upau, peneliti juga
melakukan pengamatan terhadap lingkungan kerja PT. Adaro Indonesia. Peneliti
melakukan kunjungan (site visit) ke kantor PT. Adaro Indonesia di Dahai Office
sebagai tamu dengan mematuhi prosedur perusahaan. PT. Adaro Indonesia
memiliki pengaturan jam kerja yang tegas untuk dipatuhi oleh semua karyawan
maupun staff. Untuk hari senin sampai kamis, aktivitas kerja di perusahaan
dimulai pada jam 07.00 hingga jam 16.00 WITA dengan jeda istirahat pada jam
12.00 sampai 13.00 WITA. Sedangkan untuk hari jumat jam 07.00 sampai jam
08.00 diisi dengan kegitan senam pagi dan aktivitas kerja dimulai pada jam 08.00
hingga jam 16.00 WITA dengan jeda istirahat pada jam 11.30 sampai jam 13.00
WITA. Setiap pergantian ataupun jeda jam kerja, akan terdengar bunyi
alarm/sirine yang sangat kencang sebagai pertanda peralihan jam kerja. Selain
penerapan jam kerja yang cukup tegas. PT. Adaro Indonesia juga menerapkan
SMK 3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang wajib
dipatuhi oleh seluruh karyawan maupun tamu yang berkunjung.
3. Studi Pustaka
Disamping kedua teknik di atas, peneliti juga melakukan studi pustaka
untuk menjaring informasi penelitian dan juga untuk menghemat waktu serta
biaya, mengingat penelitian ini berlokasi jauh dari tempat studi peneliti. Studi
pustaka dilakukan dengan mencari sumber-sumber pustaka/laporan penelitian
yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain yang terkait dengan fokus
penelitian. Selain laporan penelitian, peneliti juga menghimpun data dari sumber
pustaka lain seperti koran lokal Kalimantan Selatan antara lain Banjarmasin Post
36
dan Metro Tanjung yang dapat dibaca secara on-line melalui situs koran tersebut.
Sementara untuk menghimpun data mengenai implementasi program CSR
perusahaan, peneliti juga meng-akses situs maupun annual report ataupun press
realese CSR PT. Adaro Indonesia.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan ketika pengumpulan data berlangsung maupun
setelah selesai pengumpulan data dalam kurun waktu tertentu. Proses analisis data
berlangsung sambil melakukan wawancara, peneliti juga melakukan analisis
terhadap jawaban subyek yang diwawancarai. Bila jawaban subyek yang
diwawancarai dirasa belum memuaskan setelah dianalisis, maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan hingga diperoleh data yang diinginkan.
Untuk keperluan analisis data, prosedur yang ditempuh adalah melakukan
analisis secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.
Secara operasional analisis data sebagaimana yang dikemukakan Miles dan
Huberman (1992 : 20) dilakukan dengan reduksi data (data reduction), penyajian
data (data display) dan pengambilan kesimpulan (conclusion drawing).
Selanjutnya model interaktif dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini ditunjukkan pada gambar berikut.
37
Gambar 2. Komponen Analisis Data Model Interaktif
Pengumpulan
data
Penyajian data
Reduksi data
Kesimpulan
Sumber: Matthew B. Miles and A. Michael Huberman, Analisis data
Kualitatif, 1992
a. Reduksi Data
Setelah proses pengumpulan data di lapangan selesai, didapatkan
begitu banyak data mentah/kasar. Untuk mempermudah dalam
menganalisis data tersebut, peneliti mereduksi data mentah yang telah
didapat dari proses pengumpulan data dengan memilah hasil
wawancara dengan setiap informan. Peneliti memindahkan data
recorder dengan mentranskipnya ke dalam bentuk tulisan sambil
menyaring informasi-informasi yang sesuai dengan kebutuhan tema
penelitian. Oleh karena itu, peneliti memilah hasil wawancara dan
menyisihkan beberapa informasi yang dianggap kurang mendukung
arah penelitian. Lebih lanjut peneliti juga mencari pola-pola pokoknya
yang sesuai dengan fokus penelitian. Contohnya informasi yang
38
didapat dari Bapak Rudi perihal pelaksanaan program CSR di Upau,
selain bercerita program, beliau juga bercerita tentang asal daerahnya
di Madiun dan tempat dulu berkuliah di Sanata Dharma Jogjakarta.
Pokok pembicaraan yang keluar dari konteks ini kemudian peneliti
sisihkan.
b. Penyajian Data
Adapun langkah selanjutnya setelah langkah reduksi data
ditempuh, yaitu peneliti melakukan penyajian data dalam bentuk
uraian singkat untuk mendukung penyajian data agar mempermudah
dalam memahami data tersebut. Peneliti menampilkan data mengenai
implementasi program CSR yang mengulas perencanaan hingga
pelaksanaan program serta dampak program bagi masyarakat. Peneliti
menyajikan data tidak hanya dalam bentuk narasi namun juga dalam
bentuk tabel maupun gambar. Contohnya adalah gambar tentang
dinamika program CSR yang terdapat dalam bab III.
c. Kesimpulan
Setelah data yang diperoleh dan terkumpul melalui penelitian
lapangan telah mencapai kecukupan, pada tahap selanjutnya adalah
melakukan pengambilan kesimpulan. Sebelumnya peneliti telah
mereduksi data-data mentah untuk mencari pola-pola pokoknya dan
menyajikan data kedalam bentuk narasi serta tabel maupun gambar.
Penarikan kesimpulan ditelaah dari proses pelaksanaan program CSR.
Mulai dari perencanaan, dinamika program, penilaian masyarakat
39
terhadap program dan dampaknya terhadap keberdayaan masyarakat
sekitar tambang kemudian ditarik sebuah kesimpulan mengenai
kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan oleh perusahaan melalui
program CSR-nya.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif istilah “reabilitas dan validitas” lebih dikenal
dengan
istilah
kredibilitas
(credibility),
transferabilitas
(transferability),
konformabilitas (conformability), dan auditabilitas (auditability) yang merupakan
sebuah tahapan di mana di lakukan pengujian terhadap keabsahan data yang di
peroleh dari lapangan. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan keabsahan dari
data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data. Tujuan dari teknik
pemeriksaan keabsahan data adalah untuk meminimalisir beberapa hal yaitu,
subjektivitas
peneliti
yang
dominan
dalam
penelitian
kualitatif
dalam
menginterpretasi data dan bias-bias yang bersumber dari informan dalam
menyampaikan informasi dalam wawancara. Untuk menguji keabsahan data
dalam penelitian ini akan di gunakan dengan metode :
a. Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain. Adapun jenis triangulasi yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu,
membandingkan dan mengecek suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif dimana upaya untuk
membandingkan sumber data yang diperoleh melalui hasil aktivitas subjek
40
penelitian, wawancara, observasi dan dokumentasi dilakukan dengan jalan
sebagai berikut:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan informan di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan oleh pihak perusahaan dan
pihak Kecamatan ataupun perangkat Desa. Salah satu aspek yang di
cek adalah implementasi program CSR.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif warga masyarakat dengan
berbagai pendapat dan pandangan dari pihak perusahaan maupun
pihak LSM.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen hasil
penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
Pembandingan data dilakukan dengan membandingkan data primer
dengan data primer maupun membandingkan data primer dengan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
melalui wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terhadap pihak
departemen CSR PT. Adaro Indonesia sebagai pendonor program dan warga
binaan sebagai penerima program. Sedangkan data sekunder sumber tertulis
diperoleh dari pihak PT. Adaro Indonesia, dokumentasi selama peneliti
berada di lapangan maupun penelusuran sejumlah literatur seperti laporan
pelaksanaan program dan data mengenai program CSR pada tahun
sebelumnya.
41
b. Melakukan Cek Ulang (re-checking)
Dalam penelitian ini juga digunakan teknik cek ulang terhadap data
dan informasi yang diperoleh guna meminimalisir kesalahan ataupun
penyimpangan. Pengecekan ulang berlangsung selama peneliti terjun ke
lapangan guna menganalisis hasil data yang diperoleh dan mengumpulkan
hal-hal yang dirasa perlu untuk digali lebih dalam. Cek ulang ditujukan
untuk me-review data yang diperoleh dari sumber informasi melalui teknik
pengumpulan data. Peneliti secara berkala melakukan kunjungan dan
menggali informasi guna mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penelitian hingga mendapatkan data yang kredibel.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara bertahap untuk memudahkan dalam
pelaksanaan penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Pra-Lapangan
Merupakan tahap awal dalam proses penelitian yang ditujukan
untuk mengetahui lebih dalam permasalahan yang menjadi objek dan
subjek penelitian sehingga dapat dipastikan permasalahan tersebut benarbenar terjadi. Dalam tahap awal ini, peneliti mengumpulkan informasi
mengenai objek dan subjek penelitian dari berbagai sumber.
Penelusuran yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah dengan
menggali serta menghimpun informasi sebanyak mungkin mengenai
program-program CSR PT. Adaro Indonesia melalui diskusi secara on-
42
line dengan salah satu staff departemen CSR PT. Adaro Indonesia.
Selanjutnya peneliti mencoba memformulasikan masalah-masalah dalam
pelaksanaan program CSR hingga kemudian menemukan tema dan
permasalahan yang kemudian diangkat ke dalam bentuk proposal
penelitian. Penyusunan proposal didampingi oleh pembimbing serta
rekan-rekan dari peneliti dan dilanjutkan dengan mengurus perizinan
penelitian. Proses perizinan dimulai peneliti dari tingkat jurusan, fakultas,
universitas hingga ke Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta. Setelah itu,
perizinan juga berlanjut pada tingkat Pemerintah Daerah Tabalong,
Kalimantan Selatan dan PT. Adaro Indonesia.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Setelah menyelesaikan tahap pra-lapangan, maka tahap selanjutnya
adalah pekerjaan lapangan. Pada tahap ini, peneliti berada di lapangan
untuk menghimpun sejumlah data, bahan, dokumentasi dan informan
yang dibutuhkan dalam penelitian. Metode yang digunakan peneliti
disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan di lapangan. Kegiatan pada
tahap ini meliputi observasi lapangan, pengumpulan data sekunder dan
melakukan wawancara dengan beberapa informan penelitian.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti pada dasarnya sudah
dilakukan pada saat peneliti mendapat kesempatan dalam acara
kunjungan/site visit ke kantor PT. Adaro Indonesia di Dahai dan wilayah
kerja perusahaan pada tanggal 4 agustus tahun 2011. Namun sifatnya
hanya sebatas perkenalan tentang perusahaan khususnya departemen
43
external dan kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya termasuk juga
program CSR. Peneliti mengumpulkan data di lapangan secara formal
dalam waktu efektif tidak kurang selama 3 minggu.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini peneliti memfokuskan data-data yang telah diperoleh
pada tahap sebelumnya. Sejumlah data yang telah dihimpun oleh peneliti
kemudian diolah dan dipilah hingga data utama yang terkait serta sesuai
dengan penelitian ini dapat dipahami dengan mudah. Proses ini dilakukan
secara terus-menerus sejak awal selama proses penelitian berlangsung.
Analisis terhadap data dimaksudkan untuk memperoleh tafsir ataupun
makna yang kemudian dihubungkan dengan masalah penelitian yang
sedang diteliti.
4. Tahap Penyusunan Laporan
Tahap terakhir dalam penelitian ini yaitu penyusunan laporan.
Dalam tahap ini, peneliti menyajikan data yang telah diperoleh kedalam
bentuk laporan akhir. Peneliti berusaha untuk menguraikan dan
memaparkan hasil penelitian dengan cukup mendetail sehingga menjadi
sajian yang mudah dipahami serta dimengerti, baik oleh pribadi peneliti
maupun orang lain.
G. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini disusun sebagai skripsi. Adapun sistematika penulisan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
44
Bab I, sebagai pendahuluan, pada bagian ini memuat tentang latar
belakang permasalahaan penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka koseptual, metode penelitan dan diakhiri dengan
sistematika penulisan.
Bab II, pada bab yang selanjutnya akan dipaparkan tentang deskripsi
umum wilayah penelitian meliputi kondisi geografis, demografis, dan kondisi
sosial budaya-nya serta deskripsi umum PT. Adaro Indonesia. Deskripsi wilayah
dan objek penelitian menjadi penting untuk dipaparkan agar benar-benar dapat
diperoleh pemahaman yang jelas tentang setting maupun konteks sosial penelitian
ini dilaksanakan.
Bab III, pada bab ketiga berisi tentang kegiatan pemberdayaan
masyarakat sekitar tambang melalui program CSR PT. Adaro Indonesia. Dalam
bab ini peneliti membahas tentang dinamika implementasi program CSR
perusahaan dari awal munculnya program hingga dinamika eksternal yang
muncul. Peneliti juga membahas tentang proses perencanaan program CSR, siapa
saja yang terlibat dalam proses tersebut. Dan pada bagian akhir peneliti
memaparkan program-program CSR yang diberikan kepada masyarakat.
Bab IV, pada bab keempat berisi tentang dampak program CSR. Dalam
bagian ini peneliti memaparkan dampak dari dua sisi baik positif maupun negatif
bagi masyarakat sekitar penerima program CSR. Disamping itu, peneliti juga
memaparkan dampak program CSR bagi perusahaan.
45
Bab V, pada bab yang terakhir berisi kesimpulan dari penelitian dan saran
sebagai bentuk masukan ataupun rekomendasi bagi pihak-pihak terkait
implementasi program CSR.
46
Download