BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perusahaan dalam realitasnya merupakan representasi dari institusi ekonomi. Dalam perkembangannya, keberadaan perusahaan dianggap mampu memberikan banyak kontribusi untuk masyarakat sekitar seperti terbukanya peluang dan lapangan pekerjaan, memberi donasi untuk masyarakat, tumbuhnya ekonomi masyarakat dan multiplier effect lainnya. Peranan perusahaan/sektor swasta cukup vital dalam pembangunan bidang ekonomi suatu negara maupun masyarakat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan perusahaan juga acapkali memunculkan berbagai permasalahan sosial dan lingkungan bagi masyarakat di sekitarnya, khususnya perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan sumberdaya alam/ekstraktif. Hal tersebut muncul karena sesuai karakter perusahaan yang cenderung hanya mengejar keuntungan ekonomi semata tanpa menimbang masalah ataupun dampak negatif yang ditimbulkannya. Dalam tahap ini, adanya kendali/manejemen atas operasional perusahaan untuk menciptakan keselarasan dan keseimbangan menjadi penting. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih populer dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tindakan yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam menjalankan setiap aktivitas bisnisnya. Tanggung jawab sosial berkaitan dengan tanggung jawab etis perusahaan terhadap 1 dampak negatif lingkungan dan masyarakat (Noor Hadi, 2011:22). Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya untuk mencapai tujuan (profit), perusahaan diharapkan untuk memperhatikan dampak lingkungan yang ditimbulkan serta dapat memberi kontribusi untuk masyarakat di sekitarnya. Peran CSR dalam hal ini adalah untuk menyelaraskan dan menyeimbangkan dampak-dampak yang ditimbulkan dari keberadaan sebuah perusahaan. Terkait peran vital yang dimiliki oleh perusahaan dalam mendukung pengembangan ekonomi suatu negara maupun masyarakat, regulasi ataupun pengaturan mengenai implementasi CSR menjadi sangat diperlukan. Di Indonesia, regulasi mengenai implementasi CSR terhadap persoalan sosial dan lingkungan diatur dalam Undang-Undang. Dapat dilihat pada penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 ayat 1 : “Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah Perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.” 2 Penjelasan mengenai “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” di atas lebih ditujukan kepada perusahaan yang bbergerak di bidang migas maupun tambang, sedangkan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumberdaya alam” adalah perusahaan non-migas/tambang. Namun pada hakikatnya tidak bisa dipungkiri bahwa perusahaan memanfaatkan sumber daya alam dalam aktivitas bisnisnya. Sehingga tiap-tiap perusahaan diharapkan dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam memikirkan keberlangsungan lingkungan baik sosial maupun alam sekitarnya. PT. Adaro Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya alam batubara memulai program CSR-nya pada tahun 1994, yaitu sejak awal beroperasinya perusahaan di Kabupaten Tabalong. Pada awal pelaksanaannya, program yang dilaksanakan masih dalam bentuk sumbangan tanpa dibekali dengan perencanaan strategis dan jangka panjang. Seiring dengan adanya peraturan/regulasi mengenai kewajiban setiap perusahaan untuk melaksanakan kegiatan CSR, kini perusahaan mulai mengembangkan kegiatan-kegiatan CSR-nya ke arah jangka panjang (pasca-tambang). Adapun tujuan utama program CSR PT. Adaro Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakat pasca-tambang yang mandiri dan berkelanjutan. Penghargaan dalam pelaksanaan CSR merupakan bentuk apresiasi atas keberhasilan perusahaan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar melalui program CSR-nya. Pada tahun 2009 lalu, PT. Adaro Indonesia berhasil mendapatkan 4 penghargaan dalam event yang diadakan oleh CFCD (Corporate 3 Forum For Community Development) yang bekerjasama dengan Kementerian Sosial. PT. Adaro Indonesia mendapatkan peringkat Gold di bidang sosial dan lingkungan untuk program pertanian terpadu. Selang tiga tahun dalam event yang sama, PT. Adaro Indonesia juga mendapat 7 penghargaan, masing-masing tiga penghargaan Platinum, tiga penghargaan Gold dan satu penghargaan Silver untuk program pengembangan kebun karet, pembentukan kampung ternak dan koperasi wanita tani suka maju. Untuk penghargaan internasional, pada tahun 2012 yang lalu PT. Adaro Indonesia berhasil meraih Health Promotion Award yang kedua kalinya dalam ajang Asia Responsibility Entrepreneurship Award (AREA) melalui program penanggulangan buta katarak. Begitu banyaknya penghargaan yang diperoleh PT. Adaro Indonesia dalam keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program CSR menjadi menarik untuk ditelaah lebih lanjut tentang apa saja program/kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan dan bagaimana dampak program CSR untuk masyarakat sehingga perusahaan mendapatkan penghargaan atas keberhasilannya dalam kegiatan pemberdayaan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan yang diuraikan sebelumnya, terdapat isu mengenai keterlibatan sektor swasta dalam hal ini PT. Adaro Indonesia dalam pemberdayaan masyarakat sekitar melalui program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut. PT. Adaro Indonesia melalui program CSR-nya memiliki tujuan utama untuk menciptakan masyarakat pasca-tambang yang mandiri dan berkelanjutan. Jika penghargaan dalam kegiatan CSR menjadi salah satu indikasi 4 keberhasilan perusahaan dalam implementasi CSR, maka PT. Adaro Indonesia bisa dikatakan cukup berhasil dalam implementasi CSR untuk masyarakat sekitar dengan banyaknya penghargaan yang telah didapatkan. Dari permasalahan tersebut, pertanyaan yang diajukan sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apa kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan oleh PT. Adaro Indonesia melalui program CSR untuk masyarakat sekitar tambang? 2. Bagaimana dampak dari kegiatan tersebut bagi masyarakat sekitar tambang dan perusahaan? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah : 1. Mengetahui kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan oleh perusahaan melalui program CSR untuk masyarakat sekitar tambang. 2. Mengetahui dampak program CSR perusahaan dalam menciptakan kemandirian masyarakat sekitar pasca-tambang. D. Tinjauan Pustaka Dewasa ini CSR ataupun tanggung jawab sosial perusahaan menjadi topik perbincangan yang hangat bagi para akademisi ataupun kalangan lainnya. Telah banyak kajian dan seminar serta pelatihan yang membahas mengenai CSR baik nasional maupun internasional. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa CSR ini adalah konsep baru di dalam paradigma pengembangan masyarakat yang juga cukup memiliki potensi untuk pengembangan masyarakat dimasa yang akan datang. Perhatian lebih terhadap CSR ini tidak hanya datang dari para akademisi 5 ilmu sosial saja namun juga datang dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti ekonomi, bisnis, hukum, maupun politik. Semakin banyaknya atensi dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan akan tema CSR dalam penelitiannya menjadikan perspektif tentang konsep CSR menjadi sangat beragam dan sangat menarik. Adapun beberapa penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh para akademisi dengan mengangkat tema CSR, yang salah satunya ialah penelitian yang dilakukan oleh Dian Safitri (2011) dengan judul “Efektifitas Program Tanggung Jawab Sosial PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. dalam Mewujudkan Kemandirian Masyarakat di Sekitar Kawasan Pertambangan”. Dalam penelitiannya, peneliti ingin mencoba mengungkap pelaksanaan program tanggung jawab sosial PTBA melalui program kemitraan yang dijalankan oleh CSR perusahaan batubara tersebut. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui sejauh mana kontribusi perusahaan melalui program CSR-nya dalam mewujudkan kemandirian masyarakat sekitar pertambangan. Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Joko Guntoro (2005) dengan penelitiannya yang berjudul “Corporate Social Responsibility : Antara Kepedulian Membangun Masyarakat dan Mendapatkan Legitimasi Sosial (Studi Kasus Pada Ekplorasi Dodo-Rinti PT. Newmont Nusa Tenggara, Kecamatan Ropang, Kabupaten Sumbawa)”. Penelitian ini mencoba mengungkap motivasi dibalik implementasi CSR yang dijalankan oleh perusahaan. Joko Guntoro dalam penelitiannya menemukan bahawa pertama, CSR memiliki tujuan untuk memperoleh lisensi sosial untuk beroperasi dari masyarakat, kedua, hadirnya perusahaan memunculkan eksternalitas dan harapan-harapan sosial, ketiga, 6 implementasi CSR oleh perusahaan sangat ditentukan oleh harapan dan tuntutan masyarakat yang artinya adalah bahwa CSR dalam hal ini menjadi alat “pemadam kebakaran” atas tuntutan masyarakat, keempat, besar kecilnya aktivitas CSR ditentukan oleh tahapan produksi dan juga pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan, dan temuan terakhir peneliti adalah bahwa setuju tidaknya masyarakat terhadap kehadiran eksplorasi perusahaan dipengaruhi oleh nilai manfaat ataupun kerugian yang dihadirkan perusahaan kepada masyarakat. Adapun penelitian yang serupa tapi tak sama yakni sebuah penelitian yang dilakukan oleh Titi Hidayatun (2007) yang berjudul “Investasi Sosial : Menyingkap Motivasi Dibalik Implementasi Corporate Social Responsibility (Studi tentang implementasi CSR PT. Astra Internasional Tbk. untuk masyarakat sekitar)”. Hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Joko Guntoro, peneliti juga ingin mengungkap motivasi dibalik pelaksanaan CSR perusahaan. Berpijak dari hasil penelitian di atas, peneliti mencoba mengetahui apa dan bagaimana kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia melalui program CSR-nya dalam menciptakan masyarakat pasca-tambang yang mandiri dan berkelanjutan. E. Kerangka Konseptual Perumusan kerangka konseptual didasarkan pada sebuah harapan bahwa pelaksanaan program CSR dapat berkelanjutan sehingga dapat mendukung pembangunan masyarakat ke arah yang lebih baik. Seiring dengan meningkatnya perkembangan dunia industri di Indonesia, meningkat pula perhatian terhadap 7 konsep CSR. Konsep CSR cukup menyita perhatian dari berbagai kalangan, seperti perusahaan, pemerintah, dan juga masyarakat dalam hal ini akademisi. Sebagai konsep yang masih tergolong baru, CSR memiliki cukup potensi bagi pengembangan masyarakat dimasa yang akan datang. Tidak sedikit perusahaan di Indonesia kini telah menerapkan konsep CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat di sekitarnya. Kewajiban hukum yang mengharuskan tiap perusahaan untuk menerapkan konsep CSR, menjadikan hampir semua perusahaan di Indonesia menerapkan konsep CSR. Dengan adanya CSR disetiap perusahaan, diharapkan ada sebuah redistribusi kemakmuran yang adil antara perusahaan dengan masyarakat disekitarnya. Konsep CSR sangat erat kaitannya dengan konsep pengembangan masyarakat atau community development, karena memang community development adalah bagian penting dalam implementasi CSR yang ideal. Namun dalam penelitian ini, peneliti tetap mempertahankan istilah CSR sebagai konsep, karena istilah CSR sendiri lebih populer dikalangan masyarakat maupun perusahaan. Dalam bagian ini akan dijabarkan tentang, 1) Masyarakat Tambang sebagai Masyarakat Peralihan, 2) Corporate Social Responsibility Sebagai Strategi Bisnis Perusahaan dan 3) Pemberdayaan Masyarakat. 1. Masyarakat Tambang sebagai Masyarakat Peralihan Masyarakat adalah sebuah sistem sosial yang di dalamnya terdapat sekumpulan individu yang saling berinteraksi. Di dalam masyarakat terdapat nilai, norma ataupun aturan-aturan tertentu yang menjadi kebutuhan bersama sebagai 8 sebuah sistem sosial. Nilai, norma ataupun aturan-aturan inilah yang kemudian menjadi rujukan bagi individu-individu di dalam masyarakat untuk saling berinteraksi. Masyarakat tambang dalam artian cakupan wilayah adalah masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan industri tambang. Masyarakat tambang dapat dikategorikan sebagai masyarakat pedesaan, karena memang sebagian besar industri tambang berada di daerah pedesaan. Dalam proses sosialnya, masyarakat tambang yang berada di pedesaan cenderung memiliki dualisme nilai ataupun norma yang dianut, yaitu nilai tradisional dan nilai modernitas. Boeke dalam (Johanes Muller, 2006 : 85-86) menjelaskan lebih lanjut tentang dualisme struktur ekonomi dan sosial di daerah-daerah kolonial. Dalam masyarakat kolonial memiliki struktur ekonomi dan sosial yang terpecah belah dan hampir tidak ada hubungan satu sama lainnya, terutama ekonomi pasar modern dan dinamis di satu pihak serta ekonomi subsistensi yang mandek di sisi lain (Johanes Muller, 2006 : 85). Dualisme yang terjadi dalam masyarakat kolonial disebabkan oleh penanaman sektor modern secara paksa oleh para penjajah sehingga menghasilkan proses perkembangan menurut dua pola yang berdiri sendiri. Masyarakat pedesaan identik dengan pertanian, subsistensi, memegang tradisi/adat dan peranan uang yang masih lemah. Mayoritas penduduknya bekerja dalam sektor pertanian meskipun ada juga yang berdagang dan menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Dalam masyarakat pedesaan, pelapisan sosial masyarakatnya didasarkan pada kepemilikan tanah. Semakin luas tanah yang dimiliki, semakin 9 tinggi juga kedudukannya dalam sistem pelapisan sosial masyarakat. M. Jaspan (1961) membedakan masyarakat Yogyakarta ke dalam tiga golongan. Pertama, mereka yang mempunyai tanah pekarangan dan sawah, kedua, mereka yang hanya memiliki sawah dan ketiga adalah mereka yang hanya memiliki rumah di atas tanah orang lain (Soelaeman, 2001 : 136). Masyarakat sebagai sebuah sistem sosial selalu mencari bentuk keseimbangannya. Oleh karena itu, masyarakat tidak terlepas dari dinamika yang melingkupinya. Industrialisasi di pedesaan melalui penetrasi industri tambang telah membawa perubahan sosial di dalam masyarakat. Industrialisasi adalah sebuah gejala dalam masyarakat yang ditandai oleh adanya pergantian teknik produksi dari cara tradisional ke cara modern (A. Dharmawan, 1986 : 18). Pembangunan masyarakat pedesaan yang sarat dengan nilai-nilai ketradisionalannya mulai digeser ke arah pembangunan yang sesuai nalar masyarakat modern. Industrialisasi membawa unsur-unsur baru bagi masyarakat pedesaan, seperti teknologi modern, sistem produksi yang berdasar pada efisiensi, rasionalitas dan cenderung kapitalistik. Sistem sosial yang telah mapan dalam masyarakat pedesaan sedikit banyak mulai tergoncang dengan adanya proses industrialisasi di sekitar mereka. Masyarakat industri memiliki cara pandang tersendiri mengenai konsepsi hidup. Cara pandang masyarakat industri berbeda dengan masyarakat pedesaan. Sementara itu, masyarakat tambang yang sedang dalam masa transisi/peralihan cenderung memiliki dua cara pandang, yaitu cara pandang masyarakat industri dan masyarakat pedesaan. (A. Dharmawan, 1986) pandangan hidup seorang 10 industriwan bukan perluasan dari pandangan hidup nenek moyang mereka, karenanya mempunyai beberapa perbedaan yang sangat menyolok dengan masyarakat desa pada umumnya, antara lain sebagai berikut : 1. Perbedaan pandangan terhadap unit famili Pada masyarakat desa, keluarga merupakan suatu unit. Anggota keluarga saling bekerja sama untuk mencapai hasil produksi sekedar mencukupi hidup. Mereka mengumpulkan hasil produksi untuk dinikmati secara bersama bukan untuk dirinya sendiri. Hubungan antar anggota keluarga sangat erat/intim dan saling bergotong royong. Sementara itu, dalam masyarakat industri menitikberatkan pada ketunggalan (singularity) dan keakuan (individuality), sehingga keluarga merupakan “a consumption unit” (pemakai) serta bukan “a production unit” (penghasil). 2. Perbedaan pandangan tentang ikatan sosial Pada masyarakat desa, social bonds (ikatan masyarakat) merupakan rasa tanggung jawab bersama (a sense of community). Terdapat rasa tanggung jawab bersama sebagai kesatuan masyarakat, baik dalam hal keberuntungan maupun dalam hal kemalangan. Dalam masyarakat industri, social bonds adalah social contracts. Artinya, mereka mengerjakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain karena mereka dibayar untuk seperti itu. Oleh karenanya dalam masyarakat industri sangat diperlukan keahlian (skill) untuk melayani orang lain. Seperti ketika rumah rusak, bukan tetangga kita yang harus 11 memperbaiki akan tetapi diserahkan kepada pemborong ataupun kontraktor. 3. Perbedaan pandangan mengenai sikap masyarakat Perbedaan ke-3 terletak pada dasar aktivitas sosial. Dalam kehidupan masyarakat desa, faktor ketenangan menjadi syarat utama. Setiap orang dapat mudah dikenal melalui tempat tinggal atau kediamannya. Orang desa sejak lahir, dewasa hingga akhirnya mati berada pada tempat yang sama. Dalam level ini, adat istiadat sangat menonjol. Homogenity of population (kesukuan) sebagai sesuatu yang paling baik. Lain halnya dengan pandangan masyarakat industri. Segala sesuatunya (aktivitas sosial) harus serba cepat/mobilitas tinggi. Semua ikatan yang ada hubungannya dengan tanah leluhur dihilangkan. Tanah yang ditempati merupakan faktor sementara dan kebetulan. Adat istiadat dinilai sebagai sesuatu yang membatasi/menghambat dan kolot. 4. Perbedaan mengenai aktivitas para anggota masyarakat Dalam masyarakat tradisional, tingkah laku tidak terpisahkan dari aktivitas-aktivitas lainnya. Lain halnya dengan masyarakat industri, mereka masing-masing telah mempunyai bidang pekerjaan sendirisendiri/terspesialisasi. 5. Perbedaan pandangan mengenai posisi seseorang Dalam masyarakat tradisional, seseorang mendapatkan status dan posisinya dari warisan dan nama baik keluarganya (ascribed status). 12 Seorang petani terus menerus menjadi petani bukan karena ia bodoh, tetapi karena ayah dan leluhurnya adalah petani. Sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat desa cenderung tertutup. Sementara itu, dalam masyarakat industri, seseorang mendapatkan tempat dan kedudukan karena hasil keterampilan/kecakapannya (achievement status). 6. Perbedaan pandangan dalam hal lingkungan hidup Perbedaan yang terakhir dapat dilihat dari hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam masyarakat desa yang mayoritas bertani, mereka sangat bergantung pada alam. Hidupnya adalah pekerjaannya, sedangkan pekerjaannya merupakan jawaban terhadap adanya perubahan alam. Keadaan seperti ini tidak ditemui dalam masyarakat industri. Hidup masyarakat industri tidak tergantung pada kalender atau musim, melainkan mereka harus selalu bekerja pada waktunya (disiplin tinggi). Dari waktu ke waktu mereka harus mempertahankan pekerjaannya secara teratur. Apabila mereka tidak bisa mempertahankan kualitasnya, maka posisinya akan digantikan oleh orang lain (A. Dharmawan, 1986 : 13-17). Perusahaan/korporasi merupakan representasi dari masyarakat industri yang lebih luas. Perusahaan sebagai agen industrialisasi dalam jangka panjang turut berperan membentuk nilai-nilai dan tujuan masyarakat di sekitarnya. Dengan kata lain, adanya perusahaan turut memberi warna/pengaruh dalam kebudayaan dan institusi-institusi yang ada di dalam masyarakat. Perusahaan sebagai representasi dari masyarakat industri menggeser gaya dan standar hidup yang 13 sudah mapan dalam masyarakat. Misalnya, pergeseran orientasi terhadap pekerjaan. Dalam masyarakat industri terdapat spesialisasi pekerjaan. Semakin kompleksnya kebutuhan yang dihadapi masyarakat oleh karena kemajuan teknologi menyebabkan pekerjaan semakin terspesialisasi dan rumit. Perubahan yang terjadi dalam diferensiasi pekerjaan berpengaruh pada hierarki sosial dalam masyarakat yang pada akhirnya membentuk stratifikasi sosial bentuk baru. Dalam masyarakat industri, bekerja di pabrik lebih tinggi kedudukannya secara sosial jika dibanding bekerja sebagai petani. Industrialisasi turut melahirkan kelas pekerja/kelompok pekerja (buruh), pedagang baik kecil maupun besar di dalam masyarakat. Laju perkembangan industrialisasi di level pedesaan senyatanya turut memunculkan problem baru, khususnya dalam masyarakat peralihan seperti masyarakat tambang. Selama ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat, seperti : memberikan kesempatan kerja, menyediakan barang yang dibutuhkan masyarakat untuk konsumsi, membayar pajak, memberi sumbangan dan lain-lain (Memed, 2001 dalam Noor Hadi, 2011 : 1). Namun dibalik itu semua, keberadaan perusahaan ternyata juga banyak menimbulkan berbagai persoalan sosial dan lingkungan, seperti polusi udara, kesewenang-wenangan, keracunan, kebisingan, produksi makanan diskriminasi, pemaksaan, haram serta bentuk negative externalities lain (Harahap, 2001 dalam Noor Hadi, 2011 : 1). 14 Industri pertambangan sarat dengan penggunaan mesin-mesin berteknologi tinggi. Tuntutan penggunaan teknologi yang canggih dalam industri tambang menyebabkan sebagian masyarakat yang belum “siap” secara sumber daya manusianya terkesan terpinggirkan dalam proses industrialisasi. Idealnya, perkembangan proses industrialisasi sejalan dengan perkembangan masyarakat ataupun sebaliknya. Tanpa ada keseimbangan tersebut, tentu akan menimbulkan masalah sosial baru seperti pengangguran, kesenjangan sosial dan masalah sosial lainnya seperti rusaknya lingkungan hidup. 2. Corporate Social Responsibility Sebagai Strategi Bisnis Perusahaan Corporate social responsibility ialah bentuk tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan yang muncul sejak adanya pemahaman bahwa perusahaan dan masyarakat merupakan sesuatu yang integral dan saling terkait. Keberadaan suatu perusahaan di dalam lingkungan masyarakat membawa sejumlah dampak sosial dan lingkungan yang logis bagi masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan pada hal tersebut, CSR sebagai konsep pengembangan masyarakat muncul dan berkembang. Definisi mengenai konsep CSR/tanggung jawab sosial perusahaan sangat beragam dan kompleks. Muncul banyak perdebatan dari kalangan akademisi, praktisi, dan pelaku usaha tentang konsep CSR itu sendiri. Salah satu definisi yang cukup mewakili ialah definisi CSR menurut Soeharto Prawirokusumo (dalam Alfitri, 2011:86), tanggung jawab sosial adalah sebuah konsep yang luas yang berhubungan dengan kewajiban perusahaan atau organisasi dalam memaksimalkan impact positif terhadap masyarakatnya. 15 Konsep CSR kemudian berkembang sejalan dengan paradigma pembangunan berkelanjutan yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Pembangunan berkelanjutan mencakup isu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan terhadap lingkungan hidup. Paradigma ini dikenal dengan istilah triple bottom lines yang kemudian menjadi paradigma baru dalam tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab perusahaan berdasarkan triple bottom lines yang dikemukakan oleh Elklinton dalam Noor Hadi (2011: 57) disederhanakan menjadi triple P yaitu profit, people, dan planet. Gambar 1. Triple Bottom Lines Menurut John Elklinton People/ Sosial Planet/ Lingkungan Profit/ Ekonomi Sumber : Elkington dalam Noor Hadi (2011) Pertama, profit berterkaitan dengan keuntungan perusahaan sebagai motivasi dan tujuan utama dari kegiatan bisnis perusahaan. Aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak keuntungan antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya. Bagaimanapun juga perusahan adalah organisasi ekonomi yang mengedepankan keuntungan ekonomi/laba. Tanpa keuntungan, perusahaan pun tidak akan bisa memaksimalkan dampak positif/kontribusi untuk masyarakat disekitarnya Kedua, people menyangkut 16 masyarakat sekitar perusahaan yang berkomitmen memberikan manfaat sebesarbesarnya kepada masyarakat. Perusahaan perlu melakukan kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat sebagai kompensasi atas dampak yang diterima masyarakat dari keberadaan perusahaan tersebut. Ketiga, planet diartikan sebagai tindakan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup sekitar daerah operasionalnya guna menjaga keseimbangan antara lingkungan fisik dan kehidupan manusia. Dari beberapa definisi konsep CSR yang ada di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ada hubungan yang saling terkait antara perusahaan sebagai organisasi bisnis dengan masyarakat di sekitarnya. Dalam konteks relasi di antara keduanya (perusahaan dan masyarakat), perusahaan dituntut untuk lebih mengedepankan komitmen, etika, dan tanggung jawab baik sosial maupun lingkungan terhadap masyarakat di sekitar daerah operasionalnya sebagai sebuah strategi bisnis dan untuk memelihara eksistensi perusahaan itu sendiri. Sebagai strategi bisnis, implementasi CSR bertujuan agar perusahaan dapat melakukan kegiatan bisnisnya dengan baik dan meminimalisir resiko yang muncul dari komunitas sekitar maupun dari lingkungan tempat melakukan kegiatan bisnisnya. Bagaimanapun, sebuah aktivitas bisnis tidak hanya membutuhkan legitimasi secara ekonomi atau hukum, akan tetapi juga butuh legitimasi secara sosial untuk menunjang aktivitas operasionalnya. Posisi CSR dalam konteks relasi perusahaan dengan masyarakat sekitar adalah sebagai “jembatan” kepentingan perusahaan dan masyarakat sekitar. 17 Menurut (Rudito & Melia, 2007), ruang lingkup program CSR dapat dibagi berdasarkan tiga kategori : pertama, community relation, yaitu kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait, kedua, community services, merupakan pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan komunitas ataupun kepentingan umum, dan terakhir adalah community empowering, yaitu program yang berkaitan dengan pemberian akses yang lebih luas kepada komunitas untuk menunjang kemandirian, seperti pembentukan koperasi, usaha industri kecil, anggota komunitas sudah mempunyai pranata pendukung dan perusahaan memberi akses kepada pranata sosial agar dapat berlanjut (Alfitri, 2011 : 94). Ketiga ruang lingkup kegiatan CSR tersebut bermuara pada tujuan harmonisasi relasi antara perusahaan dengan warga masyarakat sekitar dan juga untuk meminimalkan resiko sosial yang mungkin muncul dari adanya aktivitas perusahaan. Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) oleh perusahaan pada hakikatnya ditujukan untuk melestarikan eksistensi perusahaan itu sendiri. Perkembangan CSR menjadi bagian dalam strategi bisnis perusahaan untuk memperoleh manfaat ekonomi. Widjaja dan Pratama (2008:45-47) mengemukakan pentingnya CSR dalam upaya mempertahankan keberlangsungan perusahaan yang mencakup tiga hal, yaitu : a) Keberlanjutan Ekonomi Tujuan utama perusahaan tidak lain adalah mencari keuntungan dari aktivitas bisnis yang dijalankannya. CSR yang diterapkan oleh perusahaan tidak berarti melakukan aktivitas sosial 18 dan menjaga kelestarian lingkungan yang kemudian berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan. Dalam penerapan CSR oleh perusahaan, perusahaan wajib memenuhi tujuan utamanya, yaitu mencari keuntungan sebesar-besarnya. Peran perusahaan dalam menjaga keberlanjutan sosial dan lingkungan sangat terkait dengan keberlanjutan ekonomi perusahaan tersebut. Keberlanjutaan perusahaan dapat dicapai dengan cara mendapatkan keuntungan, meminimalisir biaya dan maksimalisasi penjualan, membuat kebijakan bisnis yang strategis serta menjanjikan pengembalian yang menarik bagi para investor. Pelaksanaan CSR yang berkaitan dengan keberlanjutan ekonomi perusahaan menurut Kartini (2009:83) merupakan reward finansial bagi perusahaan yaitu (1) menurunkan biaya operasional perusahaan melalui supremasi kebijakan internal perusahaan untuk kepentingan penghematan, keselamatan, dan keamanan. Misalnya, penghematan penggunaan air, lampu dan AC, prisnsip-prinsip K3 dan kebijakan mengurangi limbah, (2) meningkatkan volume penjualan dan perluasan pangsa pasar dengan menghasilkan produk-produk yang ramah lingkungan. Hal tersebut akan mempengaruhi penggunaan respon produk sekaligus prositif dari membangun masyarakat dalam citra positif bagi perusahaan, (3) menarik calon investor, (4) memberikan dampak pada pertumbuhan nilai saham yang signifikan dengan adanya pelaksanaan CSR yang konsisten. 19 b) Keberlanjutan Sosial Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat pasti akan memberikan dampak bagi masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut. Dengan berdirinya suatu perusahaan, maka akan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut. Perekrutan tenaga kerja atau karyawan dan adanya sumbangsih perusahaan secara langsung kepada masyarakat akan mengangkat derajat kesejahteraan masyarakat disekitarnya. CSR terhadap masyarakat sekitar juga memberikan dampak bagi terciptanya suasana yang kondusif bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnis mereka. Dengan kata lain penerapan CSR oleh perusahaan merupakan suatu strategi pencegahan konflik antara pihak perusahaan dengan masyarakat sekitar. Sustainability sosial terkait dengan upaya perusahaan dalam mengutamakan nilai yang tumbuh dalam masyarakat. Menjaga keberlanjutan sosial melalui implementasi CSR oleh perusahaan sekaligus memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam mendapatkan lisensi sosial dari kelompok masyarakat sebagai stakeholders-nya. Pengakuan yang positif dari kelompok-kelompok masyarakat akan mendukung operasional bisnis perusahaan. Reward dari lisensi sosial ini adalah sesuatu yang mutlak untuk menjaga keutuhan profit bisnis perusahaan dalam jangka panjang. 20 c) Keberlanjutan Lingkungan Permasalahan lingkungan terkait dengan isu global warming yang mengancam kehidupan manusia menempatkan perusahaan sebagai pihak yang berperan dalam masalah lingkungan tersebut. Aktivitas perusahaan dalam hal ini industri ekstraktif yang sangat erat dengan teknologi memiliki dampak negatif bagi lingkungan dengan adanya limbah yang dihasilkan dan bekas yang ditinggalkan. Masalah lingkungan yang timbul kemudian berdampak terhadap kelangsungan perusahaan itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan yang sehat dan kondusif sangat menunjuang aktivitas perusahaan. Hal ini yang kemudian mendorong perusahaan berupaya melestarikan lingkungan demi mempertahankan keberlanjutan perusahaan. Keberlanjutan lingkungan oleh perusahaan dilakukan dengan cara menggunakan teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi emisi gas buang, mengimplementasikan sistem manajemen risiko lingkungan atau AMDAL yang efektif, serta menerapkan prinsip ecolabeling. Sebagai strategi bisnis perusahaan, pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan menurut Eka Tjipta Foundation dalam Widjaja & Pratama (2008 : 52) akan menjaga dan meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra (image) perusahaan yang menjadi keunggulan kompetitif perusahaan. Alfitri (2011:99-100), menguraikan beberapa manfaat yang diperoleh perusahaan dari aktivitas CSR. Pertama, pelaksanaan CSR yang 21 konsisten akan mendongkrak citra (image) perusahaan yang berdampak pada peningkatan reputasi perusahaan. Kedua, dengan meningkatnya image perusahaan CSR dapat meningkatkan loyalitas dan motivasi pekerja atau karyawan sehingga dapat memberikan kemajuan bagi perusahaan. Ketiga, aktivitas CSR yang berdampak pada kemajuan perusahaan akan mempererat hubungan perusahaan dengan para stakeholdernya. Hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan (trust) dari stakeholders terhadap perusahaan. Kartini (2009:88) mengemukakan adanya reward dari pelaksanaan CSR yang berdampak pada kapasitas dan kapabilitas perusahaan secara kualitatif dimana reward tersebut sangat menguntungkan bagi perusahaan yaitu “memperkuat reputasi perusahaan”. Keempat, meningkatnya penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search Worldwide, konsumen akan lebih menyukai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik. 3. Pemberdayaan Masyarakat Menurut Sunyoto Usman (dalam Alfitri, 2011:24) pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dalam bingkai usaha memperkuat apa yang lazim disebut community self reliance atau kemandirian. Dalam prosesnya, masyarakat didampingi untuk menganalisis masalah yang mereka hadapi dan membimbing mereka untuk menemukan solusi dari permasalahan yang mereka hadapi dengan memberikan alternatif atau strategi dalam memanfaatkan resources yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Proses pemberdayaan dalam konsep ini mengedepankan peluang masyarakat untuk membuat keputusan penyelesaian 22 masalah yang mereka hadapi sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan masyarakat. Sementara itu Kartasasmita (1997:11-12) berpandangan bahwa memberdayakan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Lebih lanjut Kartasasmita juga menjelaskan bahwa salah satu dari upaya untuk memberdayakan masyarakat adalah dengan membuka akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi semakin berdaya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan serangkaian proses yang panjang (tidak instan), karena memang merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus (on going process). Menurut Saraswati (dalam Alfitri, 2011:23) secara konseptual pemberdayaan masyarakat harus mencakup enam hal sebagai berikut : 1. Learning by doing. Dalam artian bahwa pemberdayaan adalah sebagai proses belajar dan ada satu tindakan konkrit yang terus menerus dampaknya dapat terlihat. 2. Problem solving. Pemberdayaan harus memberikan arti adanya pemecahan masalah yang dirasakan krusial dengan cara dan waktu yang tepat. 3. Self evaluation. Pemberdayaan harus mampu mendorong seseorang ataupun kelompok masyarakat untuk melakukan evaluasi secara mandiri. 23 4. Self development and coordination. Mendorong agar mampu melakukan pengembangan diri dan melakukan hubungan koordinasi dengan pihak lain secara lebih luas. 5. Self selection. Suatu kumpulan yang tumbuh sebagai upaya pemilihan dan penilaian secara mandiri dalam menetapkan langkah ke depan. 6. Self decision. Dalam memilih tindakan yang tepat hendaknya dimiliki kepercayaan diri dalam memutuskan sesuatu secara mandiri (dikutip dari Alfitri, 2011:23-24). Elemen penting dalam pemberdayaan masyarakat adalah partisipasi. Keberagaman konsep mengenai pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh beberapa tokoh dengan berbagai pandangan pada dasarnya menegaskan bahwa dalam proses pembangunan, masyarakat merupakan aktor yang memiliki potensi dan sumber daya sehingga tidak seharusnya menempatkan masyarakat hanya sebagai objek pembangunan yang sarat dengan mobilisasi. Oleh sebab itu pemberdayaan sebagai sebuah pendekatan dalam menghidupkan potensi yang dimilik masyarakat dengan menekankan pada aspek partisipasi masyarakat dapat meningkatkan harkat martabat dalam upaya mencapai kesejahteraan yang merupakan esensi dari tujuan pembangunan. Aspek partisipasi dalam proses pemberdayaan masyarakat menempati kedudukan yang sangat penting karena capaian hasil dari pemberdayaan masyarakat sangat ditentukan dari peran serta masyarakat itu sendiri. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan dan membiayai 24 pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam bentuk kerjasama ini menuntut adanya kesetaraan antara masyarakat dan pemerintah maupun pihak swasta, oleh karena itu masyarakat diupayakan memiliki kapasitas baik secara individu maupun kelembagaan yang menjadi kunci dalam keberhasilan suatu program pemberdayaan. Proses pelaksanaan pemberdayaan masyarakat sangat ditentukan dengan adanya persiapan dan strategi perencanaan yang matang, sehingga program pengembangan masyarakat dapat mencapat sasaran/tujuannya. Nindita (2008:64) mengemukakan tiga pendekatan perencanaan dalam pengembangan masyarakat yaitu : a. Development for Community Pencetus kegiatan pengembangan masyarakat sesuai dengan pendekatan ini adalah perusahaan yang mempunyai status sebagai pendonor, sedangkan kedudukan dari komunitas adalah sebagai target atau objek kegiatan pengembangan masyarakat. Karakteristik dari program ini adala berorientasi pada perusahaan (program inkind) dan lebih kepada pencapaian hasil. Dampak yang memungkinkan timbul dari pendekatan ini adalah cenderung menciptakan ketergantungan dari komunitas terhadap perusahaan. b. Development with Community Program pengembangan masyarakat dengan pendekatan ini menempatkan perusahaan sebagai agen pembangunan, sedangkan komunitas adalah sebagai objek sekaligus subjek dalam program pengembangan masyarakat. Tujuan dari program dengan pendekatan ini adalah pencapaian 25 hasil dan memberikan sumbangan pada proses pembangunan. Dampak positifnya adalah tidak sepenuhnya tergantung terhadap perusahaan, namun komunitas dilatih untuk berswadaya. Karakteristik dari program ini adalah untuk memenuhi kebutuhan komunitas sekaligus tujuan perusahaan. c. Development of Community Karakteristik dari program ini adalah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan komunitas. Tujuan akhir dari program ini adalah pembangunan yang berproses. Pada pendekatan ini, komunitas sebagai subjek pembangunan mencetukan program pengembangan masyarakat dan mengidentifikasi kebutuhan mereka sendiri. Dampak positifnya adalah membetuk kemandirian (self reliance) komunitas karena mereka terlibat secara langsung sepenuhnya dalam program yang mereka prakarsai. Pemberdayaan masyarakat mengutamakan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunann (people centered development) yang menekankan mekanisme yang bersummber dari bawah (bottom up). Oleh sebab itu mekanisme yang bersifat bottom-up sangat sarat dengan adanya partisipasi dari masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi dan inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Dengan adanya partisipasi dari masyarakat tersebut ditujukan untuk membentuk kemandirian masyarakat. 26 F. Metode Peneltian 1. Jenis Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia melalui program CSR-nya serta bagaimana dampak dari kegiatan tersebut bagi masyarakat sekitar tambang dan perusahaan. Berpijak dari tujuan tersebut, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah kualitatif. Hal tersebut di dasarkan pada pertimbangan : Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajamakan pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moeloeng, 1994:9-10). Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study). Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail dan komperhensif (Faisal, 1999 : 22). Seperti pada strategi-strategi penelitan lainnya, studi kasus merupakan suatu cara/strategi penelitian terhadap masalah empiris dengan mengikuti rangkaian prosedur yang telah dispesifikasi sebelumnya. Studi kasus lebih bersifat spesifik, khusus dan lokal. Penelitan studi kasus dapat juga dibedakan menurut tipenya seperti eksplanatoris, eksploratif dan deskriptif (Yin, 2003 : 1). Pendekatan studi kasus cocok apabila pertanyaan penelitian berkenaan dengan how (bagaimana) atau why (mengapa). Pendekatan studi kasus dengan tipe deskriptif bertujuan untuk 27 menggambarkan dan melukiskan keadaan objek maupun subjek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana mestinya. Dengan menggunakan pendekatan studi kasus tipe deskriptif memungkinkan peneliti untuk dapat memahami fenomena sosial dari masyarakat menurut apa yang mereka alami, pahami tentang realitas yang ada di sekitarnya. Berpijak dari pertimbangan-pertimbangan tersebut, peneliti menggunakan studi kasus tipe deskriptif untuk mengetahuo kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan oleh PT. Adaro Indonesia melalui program CSR-nya. Mengingat implementasi program CSR yang dilaksanakan oleh tiap-tiap perusahaan (khususnya industri pertambangan), baik dari pendekatan, bentuk program, kompleksitas permasalahan maupun strateginya adalah berbeda-beda sesuai dengan kondisi sosial masyarakat sekitar tambang dan kebijakan perusahaan itu sendiri. Tentunya fenomena tersebut tidak dapat digeneralisir untuk melihat fenomena yang sama di tempat lain. Untuk menghindari adanya generalisasi terhadap studi ini, sehingga studi kasus menjadi cocok untuk penelitian ini. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. PT. Adaro Indonesia merupakan anak perusahaan dari PT. Adaro Energy yang memiliki wilayah operasional meliputi 5 Kabupaten yaitu Kabupaten Balangan, Tabalong, Hulu Sungai Utara, Barito Timur dan Barito Selatan. Namun peneliti hanya ingin melihat kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan oleh PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong saja. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 28 1. Site PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong memiliki data yang lebih lengkap terkait kegiatan pemberdayaan melalui program CSRnya jika dibanding dengan kantor pusat PT. Adaro Energy di Jakarta. 2. Sasaran program CSR PT. Adaro Indonesia adalah masyarakat sekitar tambang yang salah satunya adalah di Kabupaten Tabalong. 3. Kemudahan dalam mendapatkan data langsung dari mitra binaan atau penerima manfaat program karena letaknya tidak jauh dari site PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong. 3. Unit Analisis dan Penentuan Informan Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak perlu meneliti seluruh individu yang terdapat dalam suatu kelompok ataupun masyarakat. Seorang peneliti dalam penelitian kualitatif cukup memilih beberapa individu yang mampu mewakili ataupun menggambarkan masyarakat yang diteliti. Unit analisis dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan program CSR PT. Adaro Indonesia yaitu dari departemen CSR Adaro sebagai pengelola program serta masyarakat sekitar tambang sebagai sasaran kegiatan pemberdayaan. Dengan pertimbangan bahwa pihak-pihak tersebut adalah pihak yang mengerti dan mengetahui tentang kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh perussahaan melalui program CSR. Dalam keperluan pengambilan informan penelitian untuk penggalian data, peneliti menggunakan teknik purposive dan snowballing. Teknik pengambilan informan dalam purposive dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, 29 seperti memilih informan yang dianggap menjadi “kunci” ataupun pembuka jalan dalam proses penelitian di lapangan. Setelah tahap penentuan informan kunci selesai, peneliti juga menggunakan snowballing untuk mendapatkan sumber data hingga tercapai kecukupan informasi perihal kegiatan CSR perusahaan. Informan 2, 3, 4 dan seterusnya merupakan rekomendasi dari informan kunci. Peneliti sebelumnya memulai dengan penggalian informasi dari informan kunci (key informan) sebagai pembuka jalan (entry point). Key informan peneliti adalah staff departemen CSR Adaro yang kebetulan peniliti kenal, beliaulah yang memberikan informasi serta rekomendasi tentang informan yang perlu peneliti hubungi. Adapun informan yang direkomendasikan adalah kelompok penerima manfaat, perangkat desa/tokoh masyarakat dan pegiat LSM. Dengan rekomendasi tersebut, peneliti dapat mudah menjalin hubungan dengan warga masyarakat, baik melalui pertemuan pribadi maupun pertemuan bersama. 4. Data Penelitian Data-data dalam penelitian ini di dasarkan pada perilaku dan kata-kata atau lisan dari orang yang diamati yang merupakan dasar dalam upaya membangun pandangan mengenai objek. Jane Richie (dalam Moleong, 2011:6) memberikan konsep penelitian kualitatif sebagai upaya menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya dalam dunia, dari segi konsep, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Peneliti berupaya memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh masyarakat sekitar perusahaan serta pihak-pihak terkait melalui katakata yang diutarakan selama proses interaksi. Herdiansyah (2012:17) mengemukakan bahwa esensi dari penelitian kualitatif adalah memahami apa 30 yang dirasakan orang lain, memahami pola pikir dan sudut pandang orang lain memahami sebuah fenomena (central phenomenon) berdasarkan sudut pandang sekelompok orang atau komunitas tertentu dalam latar alamiah yang khusus. Data utama yang dibutuhkan dalam penelitian ini ialah berupa kata-kata dan tindakan dari subjek yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, kata-kata serta tindakan subjek yang diteliti baik warga, aparat pemerintah, maupun karyawan perusahaan merupakan sumber data utama. Sumber data utama diperoleh dari warga binaan yang tergabung dalam penerima manfaat program CSR perusahaan dan staff departemen CSR PT. Adaro Indonesia sebagai inisiator program serta beberapa tokoh masyarakat yang dianggap relevan dan mengetahui perihal implementasi CSR perusahaan. Adapun sumber data lain yang dibutuhkan peneliti sebagai data pendukung seperti dokumen ataupun tulisan yang terkait dengan penelitian ini seperti press release perussahaan, annual report CSR dan pemberitaan media lokal. Berdasarkan sumber data tersebut, peneliti mengelompokkan jenis data menjadi data primer/utama dan data sekunder/pendukung. Data primer/utama merupakan data yang secara langsung diperoleh peneliti saat di lapangan. Data primer/utama dalam penelitian ini adalah kata-kata, tindakan/perilaku informan yang didapat melalui proses observasi dan wawancara mendalam. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau diperoleh dari tangan kedua. Untuk memperoleh data sekunder/pendukung, peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen perihal implementasi program CSR PT. Adaro Indonesia, foto-foto kegiatan CSR, laporan-laporan penelitian terkait CSR 31 PT. Adaro Indonesia serta dokumen kependudukan pemerintah Kabupaten dan pemberitaan media lokal. Kolaborasi data primer/utama (hasil observasi, wawancara mendalam) serta data sekunder/pendukung (dokumentasi) sangat diperlukan dalam penelitian ini sehingga dapat diperoleh data yang sesuai. Adapun gambaran data dan metode pengumpulannya adalah sebagai berikut : 32 Tabel 1. Rincian Data, Sumber Data dan Pengumpulan Data Data Profil perusahaan Lingkungan kerja perusahaan Kegiatan CSR PT. Adaro Indonesia Sumber Pihak PT. Adaro Indonesia Pihak PT. Adaro Indonesia Metode Dokumentasi Observasi Pihak PT. Adaro Indonesia Profil Kabupaten Tabalong Kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan CSR BPS Pihak PT. Adaro Indonesia, Pengurus Kecamatan, Warga penerima Pemahaman tujuan pelaksanaan program CSR Pihak PT. Adaro Indonesia, Warga penerima, Tokoh masyarakat Warga penerima, Pihak PT. Adaro Indonesia Dokumentasi dan Wawancara mendalam Dokumentasi Wawancara mendalam dan Dokumentasi Wawancara mendalam Keaktifan/partisipasi warga dalam pertemuan kelompok Penilaian masyarakat mengenai dampak perusahaan terhadap masyarakat Harapan masyarakat dari pelaksanaan program CSR PT. Adaro Indonesia Penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan program CSR PT. Adaro Indonesia Dampak program CSR bagi masyarakat Dampak program CSR bagi perusahaan Harapan masyarakat dari adanya PT. Adaro Indonesia Pihak PT. Adaro Indonesia, Tokoh masyarakat, Warga Wawancara mendalam dan observasi Wawancara mendalam Pihak PT. Adaro Indonesia, Warga penerima, Tokoh masyarakat Pihak PT. Adaro Indonesia, Warga penerima, Tokoh masyarakat Wawancara mendalam Warga penerima, Tokoh masyarakat Pihak PT. Adaro Indonesia Wawancara mendalam Wawancara mendalam Wawancara mendalam Tokoh masyarakat, Warga masyarakat Wawancara mendalam 33 5. Teknik Pengumpulan Data Tiga teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian adalah teknik wawancara, observasi, dan studi pustaka. Adapun wawancara yang digunakan ialah : 1. Wawancara Mendalam Dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, peneliti dapat mengungkap secara mendalam pengalaman, pandangan, serta penghayatan subjek penelitian. Di dalam prosesnya, peneliti juga perlu membuat interview guide agar wawancara dapat dilakukan secara sistematis dan terfokus pada masalah yang coba ingin diungkap. Akan tetapi, meskipun peneliti menggunakan interview guide sebagai instrument pendukung, peneliti tidak bermaksud untuk menjadikan proses wawancara mendalam menjadi terkesan kaku. Sementara itu untuk mengunci data lapangan, peneliti pun juga perlu membuat catatan lapangan dengan didukung foto-foto dan rekaman percakapan sebagai dokumentasi agar data yang sudah dihimpun dari proses wawancara ataupun observasi tidak hilang begitu saja. Wawancara dengan informan dilakukan pada waktu malam hari mengingat pada pagi dan siang hari para warga yang menjadi informan dalam penelitian ini mayoritas berladang dan baru kembali ke rumah pada sore harinya untuk beristirahat. Sedangkan untuk menggali data dari pihak PT. Adaro Indonesia, wawancara dilakukan pada saat jam istirahat kerja yaitu pada jam 12.00 hingga jam 13.00 WITA. Proses wawancara diawali dengan perkenalan, cerita, dan tanya 34 jawab santai untuk membangun rasa saling percaya antara peneliti dengan informan. Untuk menghindari bias bahasa, peneliti dibantu oleh seorang kawan peneliti yang mengerti bahasa dayak ataupun banjar Upau sehingga didapatkan data yang kredibel. 2. Observasi Partisipasi Disamping wawancara, peneliti juga menggunakan teknik observasi. Observasi digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana kondisi serta situasi natural di lapangan terkait penelitian ini, seperti misalnya setting fisik lingkungan, interaksi sosial, dan aktivitas apa yang sedang berlangsung. Adapun pendekatan observasi yang digunakan ialah observasi partisipasi. Pendekatan ini digunakan untuk menghilangkan jarak peneliti dengan subjek penelitian agar dapat menghasilkan sebuah pandangan disertai fakta yang senyatanya ada di dalam lingkungan sosial masyarakat. Karena dalam penelitian ini, peneliti menempatkan masyarakat sebagai subjek dan bukan menjadi objek penelitian. Observasi dilakukan pada pagi dan siang hari sembari menunggu informan pulang kerumah pada sore harinya. Dalam penelitian ini, posisi peneliti tidak sepenuhnya live in dan berbaur dengan warga setempat. Peneliti menginap dan berbaur dengan kehidupan warga hanya selama dua hari satu malam yakni pada saat awal-awal peneliti masuk ke Upau. Karena tidak ada penginapan dan terbatasnya dana untuk penelitian lapangan, akhirnya peneliti putuskan untuk sementara waktu menginap ditempat warga setempat. Adapun manfaat yang dapat diambil ialah peneliti dapat berbaur dengan warga, menanamkan rasa saling percaya, dan menghilangkan jarak antara peneliti dengan subjek penelitian. 35 Selain mengamati kondisi sosial warga masyarakat Upau, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap lingkungan kerja PT. Adaro Indonesia. Peneliti melakukan kunjungan (site visit) ke kantor PT. Adaro Indonesia di Dahai Office sebagai tamu dengan mematuhi prosedur perusahaan. PT. Adaro Indonesia memiliki pengaturan jam kerja yang tegas untuk dipatuhi oleh semua karyawan maupun staff. Untuk hari senin sampai kamis, aktivitas kerja di perusahaan dimulai pada jam 07.00 hingga jam 16.00 WITA dengan jeda istirahat pada jam 12.00 sampai 13.00 WITA. Sedangkan untuk hari jumat jam 07.00 sampai jam 08.00 diisi dengan kegitan senam pagi dan aktivitas kerja dimulai pada jam 08.00 hingga jam 16.00 WITA dengan jeda istirahat pada jam 11.30 sampai jam 13.00 WITA. Setiap pergantian ataupun jeda jam kerja, akan terdengar bunyi alarm/sirine yang sangat kencang sebagai pertanda peralihan jam kerja. Selain penerapan jam kerja yang cukup tegas. PT. Adaro Indonesia juga menerapkan SMK 3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang wajib dipatuhi oleh seluruh karyawan maupun tamu yang berkunjung. 3. Studi Pustaka Disamping kedua teknik di atas, peneliti juga melakukan studi pustaka untuk menjaring informasi penelitian dan juga untuk menghemat waktu serta biaya, mengingat penelitian ini berlokasi jauh dari tempat studi peneliti. Studi pustaka dilakukan dengan mencari sumber-sumber pustaka/laporan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain yang terkait dengan fokus penelitian. Selain laporan penelitian, peneliti juga menghimpun data dari sumber pustaka lain seperti koran lokal Kalimantan Selatan antara lain Banjarmasin Post 36 dan Metro Tanjung yang dapat dibaca secara on-line melalui situs koran tersebut. Sementara untuk menghimpun data mengenai implementasi program CSR perusahaan, peneliti juga meng-akses situs maupun annual report ataupun press realese CSR PT. Adaro Indonesia. 6. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan ketika pengumpulan data berlangsung maupun setelah selesai pengumpulan data dalam kurun waktu tertentu. Proses analisis data berlangsung sambil melakukan wawancara, peneliti juga melakukan analisis terhadap jawaban subyek yang diwawancarai. Bila jawaban subyek yang diwawancarai dirasa belum memuaskan setelah dianalisis, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan hingga diperoleh data yang diinginkan. Untuk keperluan analisis data, prosedur yang ditempuh adalah melakukan analisis secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Secara operasional analisis data sebagaimana yang dikemukakan Miles dan Huberman (1992 : 20) dilakukan dengan reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan pengambilan kesimpulan (conclusion drawing). Selanjutnya model interaktif dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar berikut. 37 Gambar 2. Komponen Analisis Data Model Interaktif Pengumpulan data Penyajian data Reduksi data Kesimpulan Sumber: Matthew B. Miles and A. Michael Huberman, Analisis data Kualitatif, 1992 a. Reduksi Data Setelah proses pengumpulan data di lapangan selesai, didapatkan begitu banyak data mentah/kasar. Untuk mempermudah dalam menganalisis data tersebut, peneliti mereduksi data mentah yang telah didapat dari proses pengumpulan data dengan memilah hasil wawancara dengan setiap informan. Peneliti memindahkan data recorder dengan mentranskipnya ke dalam bentuk tulisan sambil menyaring informasi-informasi yang sesuai dengan kebutuhan tema penelitian. Oleh karena itu, peneliti memilah hasil wawancara dan menyisihkan beberapa informasi yang dianggap kurang mendukung arah penelitian. Lebih lanjut peneliti juga mencari pola-pola pokoknya yang sesuai dengan fokus penelitian. Contohnya informasi yang 38 didapat dari Bapak Rudi perihal pelaksanaan program CSR di Upau, selain bercerita program, beliau juga bercerita tentang asal daerahnya di Madiun dan tempat dulu berkuliah di Sanata Dharma Jogjakarta. Pokok pembicaraan yang keluar dari konteks ini kemudian peneliti sisihkan. b. Penyajian Data Adapun langkah selanjutnya setelah langkah reduksi data ditempuh, yaitu peneliti melakukan penyajian data dalam bentuk uraian singkat untuk mendukung penyajian data agar mempermudah dalam memahami data tersebut. Peneliti menampilkan data mengenai implementasi program CSR yang mengulas perencanaan hingga pelaksanaan program serta dampak program bagi masyarakat. Peneliti menyajikan data tidak hanya dalam bentuk narasi namun juga dalam bentuk tabel maupun gambar. Contohnya adalah gambar tentang dinamika program CSR yang terdapat dalam bab III. c. Kesimpulan Setelah data yang diperoleh dan terkumpul melalui penelitian lapangan telah mencapai kecukupan, pada tahap selanjutnya adalah melakukan pengambilan kesimpulan. Sebelumnya peneliti telah mereduksi data-data mentah untuk mencari pola-pola pokoknya dan menyajikan data kedalam bentuk narasi serta tabel maupun gambar. Penarikan kesimpulan ditelaah dari proses pelaksanaan program CSR. Mulai dari perencanaan, dinamika program, penilaian masyarakat 39 terhadap program dan dampaknya terhadap keberdayaan masyarakat sekitar tambang kemudian ditarik sebuah kesimpulan mengenai kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan oleh perusahaan melalui program CSR-nya. 7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif istilah “reabilitas dan validitas” lebih dikenal dengan istilah kredibilitas (credibility), transferabilitas (transferability), konformabilitas (conformability), dan auditabilitas (auditability) yang merupakan sebuah tahapan di mana di lakukan pengujian terhadap keabsahan data yang di peroleh dari lapangan. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan keabsahan dari data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data. Tujuan dari teknik pemeriksaan keabsahan data adalah untuk meminimalisir beberapa hal yaitu, subjektivitas peneliti yang dominan dalam penelitian kualitatif dalam menginterpretasi data dan bias-bias yang bersumber dari informan dalam menyampaikan informasi dalam wawancara. Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini akan di gunakan dengan metode : a. Triangulasi Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Adapun jenis triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu, membandingkan dan mengecek suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif dimana upaya untuk membandingkan sumber data yang diperoleh melalui hasil aktivitas subjek 40 penelitian, wawancara, observasi dan dokumentasi dilakukan dengan jalan sebagai berikut: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan informan di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. c. Membandingkan apa yang dikatakan oleh pihak perusahaan dan pihak Kecamatan ataupun perangkat Desa. Salah satu aspek yang di cek adalah implementasi program CSR. d. Membandingkan keadaan dan perspektif warga masyarakat dengan berbagai pendapat dan pandangan dari pihak perusahaan maupun pihak LSM. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Pembandingan data dilakukan dengan membandingkan data primer dengan data primer maupun membandingkan data primer dengan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terhadap pihak departemen CSR PT. Adaro Indonesia sebagai pendonor program dan warga binaan sebagai penerima program. Sedangkan data sekunder sumber tertulis diperoleh dari pihak PT. Adaro Indonesia, dokumentasi selama peneliti berada di lapangan maupun penelusuran sejumlah literatur seperti laporan pelaksanaan program dan data mengenai program CSR pada tahun sebelumnya. 41 b. Melakukan Cek Ulang (re-checking) Dalam penelitian ini juga digunakan teknik cek ulang terhadap data dan informasi yang diperoleh guna meminimalisir kesalahan ataupun penyimpangan. Pengecekan ulang berlangsung selama peneliti terjun ke lapangan guna menganalisis hasil data yang diperoleh dan mengumpulkan hal-hal yang dirasa perlu untuk digali lebih dalam. Cek ulang ditujukan untuk me-review data yang diperoleh dari sumber informasi melalui teknik pengumpulan data. Peneliti secara berkala melakukan kunjungan dan menggali informasi guna mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian hingga mendapatkan data yang kredibel. 8. Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan secara bertahap untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pra-Lapangan Merupakan tahap awal dalam proses penelitian yang ditujukan untuk mengetahui lebih dalam permasalahan yang menjadi objek dan subjek penelitian sehingga dapat dipastikan permasalahan tersebut benarbenar terjadi. Dalam tahap awal ini, peneliti mengumpulkan informasi mengenai objek dan subjek penelitian dari berbagai sumber. Penelusuran yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah dengan menggali serta menghimpun informasi sebanyak mungkin mengenai program-program CSR PT. Adaro Indonesia melalui diskusi secara on- 42 line dengan salah satu staff departemen CSR PT. Adaro Indonesia. Selanjutnya peneliti mencoba memformulasikan masalah-masalah dalam pelaksanaan program CSR hingga kemudian menemukan tema dan permasalahan yang kemudian diangkat ke dalam bentuk proposal penelitian. Penyusunan proposal didampingi oleh pembimbing serta rekan-rekan dari peneliti dan dilanjutkan dengan mengurus perizinan penelitian. Proses perizinan dimulai peneliti dari tingkat jurusan, fakultas, universitas hingga ke Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta. Setelah itu, perizinan juga berlanjut pada tingkat Pemerintah Daerah Tabalong, Kalimantan Selatan dan PT. Adaro Indonesia. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan Setelah menyelesaikan tahap pra-lapangan, maka tahap selanjutnya adalah pekerjaan lapangan. Pada tahap ini, peneliti berada di lapangan untuk menghimpun sejumlah data, bahan, dokumentasi dan informan yang dibutuhkan dalam penelitian. Metode yang digunakan peneliti disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan di lapangan. Kegiatan pada tahap ini meliputi observasi lapangan, pengumpulan data sekunder dan melakukan wawancara dengan beberapa informan penelitian. Observasi yang dilakukan oleh peneliti pada dasarnya sudah dilakukan pada saat peneliti mendapat kesempatan dalam acara kunjungan/site visit ke kantor PT. Adaro Indonesia di Dahai dan wilayah kerja perusahaan pada tanggal 4 agustus tahun 2011. Namun sifatnya hanya sebatas perkenalan tentang perusahaan khususnya departemen 43 external dan kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya termasuk juga program CSR. Peneliti mengumpulkan data di lapangan secara formal dalam waktu efektif tidak kurang selama 3 minggu. 3. Tahap Analisis Data Pada tahap ini peneliti memfokuskan data-data yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Sejumlah data yang telah dihimpun oleh peneliti kemudian diolah dan dipilah hingga data utama yang terkait serta sesuai dengan penelitian ini dapat dipahami dengan mudah. Proses ini dilakukan secara terus-menerus sejak awal selama proses penelitian berlangsung. Analisis terhadap data dimaksudkan untuk memperoleh tafsir ataupun makna yang kemudian dihubungkan dengan masalah penelitian yang sedang diteliti. 4. Tahap Penyusunan Laporan Tahap terakhir dalam penelitian ini yaitu penyusunan laporan. Dalam tahap ini, peneliti menyajikan data yang telah diperoleh kedalam bentuk laporan akhir. Peneliti berusaha untuk menguraikan dan memaparkan hasil penelitian dengan cukup mendetail sehingga menjadi sajian yang mudah dipahami serta dimengerti, baik oleh pribadi peneliti maupun orang lain. G. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini disusun sebagai skripsi. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 44 Bab I, sebagai pendahuluan, pada bagian ini memuat tentang latar belakang permasalahaan penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka koseptual, metode penelitan dan diakhiri dengan sistematika penulisan. Bab II, pada bab yang selanjutnya akan dipaparkan tentang deskripsi umum wilayah penelitian meliputi kondisi geografis, demografis, dan kondisi sosial budaya-nya serta deskripsi umum PT. Adaro Indonesia. Deskripsi wilayah dan objek penelitian menjadi penting untuk dipaparkan agar benar-benar dapat diperoleh pemahaman yang jelas tentang setting maupun konteks sosial penelitian ini dilaksanakan. Bab III, pada bab ketiga berisi tentang kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar tambang melalui program CSR PT. Adaro Indonesia. Dalam bab ini peneliti membahas tentang dinamika implementasi program CSR perusahaan dari awal munculnya program hingga dinamika eksternal yang muncul. Peneliti juga membahas tentang proses perencanaan program CSR, siapa saja yang terlibat dalam proses tersebut. Dan pada bagian akhir peneliti memaparkan program-program CSR yang diberikan kepada masyarakat. Bab IV, pada bab keempat berisi tentang dampak program CSR. Dalam bagian ini peneliti memaparkan dampak dari dua sisi baik positif maupun negatif bagi masyarakat sekitar penerima program CSR. Disamping itu, peneliti juga memaparkan dampak program CSR bagi perusahaan. 45 Bab V, pada bab yang terakhir berisi kesimpulan dari penelitian dan saran sebagai bentuk masukan ataupun rekomendasi bagi pihak-pihak terkait implementasi program CSR. 46