11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang berinteraksi sosial dengan orang lain, baik secara psikologis maupun fisiologis. Melalui komunikasi akan timbul persamaan ide, gagasan serta seluruh kegiatan manusia harus dilakukan melalui komunikasi. Pengertian komunikasi mengandung makna bersama–sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama–sama.1 Banyak pula menurut para ahli yang mendefinisikan komunikasi dari sudut pandang mereka masing–masing seperti Hoveland, Jenis & Kelly, mendefinisikan komunikasi adalah suatu proses melalui nama seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata–kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lainnya (khalayak).2 Komunikasi dapat juga dilihat dari sisi proses komunikasinya dan hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan. Pikiran dapat berupa gagasan, informasi, opini dan lainnya 1 Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT.Grasindo. Jakarta. 2004. hal 5. Dani Vardiansyah. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. 2005. hal 25. 2 11 12 yang muncul dalam benak seseorang. Sedangkan perasaan dapat berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sesuatu yang timbul dari dalam hatinya. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika saat penyampaian tidak terkontrol antara pikiran dan perasaannya. Menurut Onong Uchjana Effendy, pengertian komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informative, yakni agar orang lain mengerti dan tahu,tetapi juga persuasive, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham dan keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lainnya.3 2.1.2 Unsur – Unsur Komunikasi Komunikasi terdiri dari berbagai komponen yaitu : 4 1. Pengirim (sender),yaitu pihak yang mengirim pesan 2. Pesan (message) merupakan gagasan atau ide yang disampaikan pengirim kepada penerima untuk tujuan tertentu 3. Penerima (receiver), yaitu pihak yang menerima pesan 4. Media (media), yaitu sarana bagi komunikator untuk menyampaikan pesan kepada sasaran yang dituju 5. Pengkodean (encoding), yaitu proses untuk menjabarkan pesan ke dalam simbol. Simbol dapat berupa lisan, tulisan, isyarat atau lainnya ke dalam media 6. Penerjemah (decoding), yaitu proses yang dilakukan oleh penerima pesan untuk sender. 7. Tanggapan (respone), yaitu reaksi penerima setelah menerima pesan 8. Umpan balik (feedback), yaitu bagian dari reaksi yang dikomunikasikan kembali kepada pengirim pesan 9. Gangguan (noise),yaitu gangguan yang tak terduga selama proses komunikasi yang dapat mengakibatkan penerima pesan memperoleh pesan yang berbeda dari yang dikirimkan. 3 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2006. hal 9. 4 Husein Umar,Metode Riset Komunikasi Organisasi. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. 2002. hal 5. 13 2.2 Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit – unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi.5 Sedangkan dari definisi tradisional (fungsional dan objektif ) komunikasi cenderung menekankan kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu “batas organisasional”.6 Komunikasi dipandang dari suatu perspektif interpretif(subjektif) adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi. Proses interaksi tersebut tidak mencerminkan organisasi, tapi merupakan organisasi tersebut. Komunikasi organisasi adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Lebih jelasnya, komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi.7 5 R. Wayne Pace, Don F . Faules. Komunikasi Organisasi. Strategi meningkatkan Kinerja Perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2005. hal 31. 6 Ibid. hal 33 7 Ibid 14 2.3 Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan – pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang berlangsung.8 Ciri – ciri komunikasi antarpribadi yaitu:9 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bersifat spontan Tidak berstruktur Terjadi secara kebetulan Tidak mengejar tujuan yang direncanakan Identitas keanggotaannya tidak jelas Terjadi hanya sambil lalu. Sifat komunikasi antar pribadi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu komunikasi diadik (dyadic communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group communication).10 1. Komunikasi diadik adalah komunikasi yang berlangsung antar dua orang dalam situasi tatap muka. 2. Komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antar 3 orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota – anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya. Devito (1976) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mengandung lima karakteristik berikut ini :11 Komunikasi antarpribadi bersifat keterbukaan (0penness) Yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Keterbukaan atau sikap keterbukaan sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang dihadapi srta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut. 8 Alo Liliweri. Manajemen Strategis Public Reations. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2004. hal 12. Wiryanto, op.cit., hal. 13 10 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2011. hal 32. 11 Dasrun Hidayat, op.cit., Hal 43-49 9 15 Johnson Supratiknya (1995) mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan. Secara psikologis, apabila individu mau membuka diri kepada orang lain maka orang lain yang diajak bicara akan merasa aman dalam melakukan komuniaksi antarpribadi yang akhirnya orang lain tersebut akan turut membuka diri. Komunikasi antarpribadi bersifat empati (emphaty) Yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung kondusif apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukan rasa empati pada komunikan (penerima pesan). Sugiyo (2005), empati dapat diartikan sebagai mengayati perasaaan orang lain atau turut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Sementara Surya (Sugiyo,2005) mendefinisikan bahwa empati adalah sebagai suatu kesediaan untuk memahami orang lain secara paripurna, baik yang nampak maupun yang terkandung, khususnya dalam aspek perasaan, pikiran, dan keinginan. Individu dapat menempatkan diri dalam suasana perasaan, pikiran, dan keinginan orang lain sedekat mungkin apabila individu tersebut dapat berempati. Apabila empati tersebut tumbuh dalam proses komunikasi antarpribadi maka suasana hubungan komunikasi akan dapat berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan. Empati tidak saja berkaitan dengan aspek kognitif, tetapi juga mengandung aspek afektif, dan ditunjukan dalam gerakan, cara berkounikasi (mengandung dimensi kognitif, afektif, perceptual, somatic/kinesthetic, apperceptual, dan communicative). Komunikasi antarpribadi bersifat dukungan (supportiveness) Yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan sikap member dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. Hal senada dikemukakan Sugiyo (2005), dalam komunikasi antarpribadi perlu adanya suasana yang mendukung atau memotivasi, lebih – lebih dari komunikator. Rahmat (2005) mengemukakan bahwa “sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive. Orang yang defensive cenderung lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikan daripada mmemahami pesan orang lain. Dukungan emrupakan pemberian dorongan atau pengobaran semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komuniaksi, karena itu, dengan adanya dukungan dalam situasi tersebut, komuniaksi antarpribadi akan bertahan lama karena tercipta suasana yang mendukung. Komunikasi antarpribadi bersifat positif (positiveness) 16 Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Rasa positif merupakan kecendrungan seseorang untuk mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan social yang telah diterima. Dapat member dan menerima pujian tanpa pura-pura member dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah. Rasa positif adalah adanya kecendrungan bertindak pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri komunikan. Dalam komunikasi antarpribadi, hendaknya antara komunikator dengan komunikan Komunikan saling menunjukan sikap positif karena dalam hubungan komuniaksi tersebut akan muncul suasana menyenangkan sehingga pemutusan hubungan komunikasi tidak dapat terjadi. Komunikasi antarpribadi bersifat kesetaraan atau kesamaan (equality) Yaitu pengakuan secara diam-iam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, altar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya. Rahmat (2005) mengemukakan bahwa prsamaan atau kesetaraan adalah siakp memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis, tidak menunjukan diri sendiri lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain,karena status, kekuasaan, kemampuan, intelektual kekayaan atau kecantikan. Dalam persaman tidak mempertegas perbedaan, artinya tidak menggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama,yaitu mengomunikasikan penghargaan dan rasa hirmat pada perbedan pendapat merasa nyaman, yang akhirnya proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar. 2.4 Kualitas Komunikasi Antarpribadi Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau 17 pengertian yang lain. Pengertian kualitas menurut beberapa ahli yang banyak kenal antara lain : 12 Juran (1962) ”kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”. Crosby (1979) ”kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availibility, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness”. Elliot (1993) ”kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan”. Kepemimpinan lebih dari sekedar seperangkat keterampilan dan keahlian. Kepemimpinan mempunyai kualitas personal halus yang agak sulit dilihat, tetapi sangat berpengaruh. Kualitas-kualitas ini termasuk antusiasme, integritas, keberanian, dan kemanusiaan. Kualiatas-kualiatas ini walaupun kelihatan halus, tetapi berpengaruh besar bagi organisasi. Pemimpin dituntut untuk mempunyai pemikiaran yang terbuka,yang mau menerima ide-ide baru, rela menerima kritikan dan mau belajr serta mendengarkan kebenaran yang disampaikan oleh bawahannya. Pemimpin menciptakan kualitas hubungan yang baik dengan bawahan, kualiatas komunikasi yang manusiawi, dan kualitas kesejahteraan antara pemimpin dan bawahannya. Sebaliknya, manajemen menciptakan jarak emosional, lebih menuntut pemenuhan kebutuhan sepihak dan lebih banyak mendasarkan diri pada kekuasaan jabatan tanpa kualitas pribadi yang tinggi.13 Sementara itu tingkat kualitas dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu (1). Sempurna atau tebaik; (2).Asal Jadi, dan (3). Buruk.14 Kualitas juga merupakan standard seseorang/kelompok/lembaga/organisasi/ yang mengenail harus kualitas dicapai oleh Sumber Daya Manusia, kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang berupa barang dan jasa.15 12 Dorothea Wahyu Ariani. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2004. hal.8. 13 Triantoro Safaria. Kepemimpinan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2004. hal 30-31 14 Triguno. Budaya Kerja. PT Golden Trayon Press. Jakarta,1996, hal 75. 15 Ibid. hal 76. 18 Komunikasi antarpribadi merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Maka dalam komunikasi antarpribadi pimpinan terhadap karyawan dibutuhkan suatu kualitas yang baik, karena kualitas yang baik akan mempengaruhi kinerja karyawan. Kualitas Komunikasi antarpribadi pimpinan terhadap karyawan yang terjalin dengan baik dapat membantu peningkatan kinerja karyawan. Sebaliknya apabila kualitas komunikasi antarpribadi pimpinan tehadap karyawan tidak baik maka akan membuat kinerja karyawan menjadi menurun. 2.5 Pemimpin Seorang pemimpin paling sedikit harus mampu memimpin bawahan untuk mencapai tujuan oraganisasi, mampu menangani hubungan antarkaryawan, mempunyai interaksi antarpersonal yang baik, dan mempunyai kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan beberapa sifat pemimpin yang berguna dan dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut:16 Keinginan untuk menerima tanggung jawab Kemampuan untuk “perceptive” Kemampuan untuk bersikap objektif Kemampuan untuk menentukan prioritas Kemampuan untuk berkomunikasi Pemimpin harus mampu menyatukan seluruh jiwa, hati, dan pikiran mereka untuk kemajuan orang lain, melalui penghargaan, kepercayaan, kemauan untuk mendengarkan, dan kepekaan hati nurani, maka seorang pemimpin akan dihargai. Pemimpin yang baik harus menjadi manusia pembelajar, yang senantiasa belajar dari kehidupannya, lingkungan sekitarnya, dan orang lain, tidak pandang aoakah orang tersebut merupakan bawahannya atau atasannya. Untuk menjadi seorang pemimpin yang berkualitas, dituntut untuk menggembleng dirinya sendiri, senantiasa 16 Sadili Samsudin. Manajemen Sumber Daya Manusia. CV Pustaka Setia. Bandung. 2006. Hal 293-294 19 membuka wawasannya, memperdalam pengetahuannya, dan mencari pengalaman yang luas.17 Pemimpin memiliki sifat kepribadian seperti vitalitas dan stamina fisik, kecerdasan dan kearifan dalam bertindak, kemauan menerima tanggung jawab, kompeten dalam menjalankan tugas, memahami kebutuhan pengikutnya, memiliki keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain, kebutuhan untuk berprestasi, mampu memotivasi dan member semangat, mamou memecahkan masalah, meyakinkan, memiliki kapasitas untuk menang, memiliki kapasitas untuk mengelola-memutuskanmenentukan prioritas, mampu memegang kepercayaan, memiliki pengaruh, mampu beradaptasi atau memiliki fleksibilitas.18 Sifat-sifat ideal yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu taqwa, sehat, cakap, jujur, tegas, setia, cerdik, berani, berilmu, efisien, disiplin, manusiawi, bijaksana, besemangat, percaya diri, berjiwa matang, bertindak adil, berkemauan keras, berdaya cipta asli, berwawasan situasi, berpengharapan baik, mampu berkomunikasi, mampu berdaya tanggap tajam, mampu menyusun rencana, mampu membuat keputusan, mampu melakukan control, bermotivasi kerja sehat, memiliki rasa tanggung jawab, satunya kata dengan perbuat an, dan mendahulukan kepentingan orang lain.19 Kepemimpinan adalah pengaruh. Dimana kepemimpinan terjadi karena adanya proses pengaruh. Pemimpin mempengaruhi bawahan atau pengikut kearah yang diinginkan.20 2.6 Kinerja Karyawan 2.6.1 Pengertian Kinerja Karyawan Pengertian kinerja karyawan menunjuk pada kemampuan karyawan dalam melaksanakan kesuluruhan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab karyawan. 17 Triantoro Safaria, op.cit., hal 19-20 Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. Kepemimpinan dan Perilaku Organisai. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003. Hal 19. 19 Soekarso dan Agus Sosro. Teori Kepemimpinan. Mitra Wacana Media. Jakarta. 2010. Hal 89. 20 Ibid. Hal 17. 18 20 Tugas-tugas tersebut biasanya berdasarkan indicator-indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Secara definitive Bernardin dan Russsell, menjelaskan kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Sedang kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan jumlah (rata-rata) dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan. Pengertian kinerja disini tidak bermaksud menilai karakteristik individu tetapi mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh selama periode waktu tertentu.21 Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu.22 Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).23 Kinerja karyawan dikualifikasikan dalam penelitian adalah merupakan indicator utama, Husein Umar mengidentifikasikan indikator-indikator kinerja yaitu: 1. tanggung jawab 2. efisiensi 3. mutu pekerjaan 4. kerjasama 21 Ambar Teguh Sulistiyani & Rosidah. Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2003. Hal 223-224 22 Irham Fahmi. Manajemen Kinerja : Teori dan Aplikasi. Alfabeta. Bandung. 2010. Hal 2. 23 Anwar Prabu Mangkunegara. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT Remaja Rosdakarya. 2009. hal 67. 21 5. kehadiran 6. pengetahuan tentang pekerjaan 7. kejujuran 8. inisiatif, 9. sikap 10. keandalan.24 Peneliti memilih teori Husein Umar untuk menjadi dimensi dalam pengukuran penilaian kinerja karyawan pada Bank Ganesha Cabang Tangerang karena teori ini dapat memperlihatkan hasil dari kinerja karyawan pada Bank Ganesha Cabang Tangerang. 2.6.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja Menurut Timpe faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu :25 A. Kinerja baik dipengaruhi oleh dua factor : 1. Internal (pribadi) a.Kemampuan yang tinggi b.Kerja keras yang baik 2. Eksternal (lingkungan) a.Pekerjaan mudah b.Nasib baik c.Bantuan dari rekan-rekan d.Pemimpin yang baik B. 24 Kinerja buruk dipengaruhi dua factor : Husein Umar. Evaluasi Kinerja Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2002. hal 102. 25 Timpe. Evaluasi dan kinerja SDM. Remaja Rosdakarya. Jakarta. 2005. hal 33. 22 1.Internal (pribadi) a.Kemampuan yang rendah b.Upaya dilakukan sedikit 2. Eksternal (lingkungan) a. Pekerjaan yang sulit b. Nasib buruk c. Rekan-rekan kerja tidak produktif d. Pemimpin yang tidak simpatik 2.7 Employee Relations Inti tugas public relations adalah sinkronisasi antara informasi dari eprusahaan dengan reaksi dan tanggapan public sehingga mencapai suasana akrab, saling mengerti, dan muncul suasana yang emnyenangkan dalam interaksi perusahaan dengan public. Persesuaian yang menciptakan hubungan harmonis dimana suatu sama lain saling member dan menerima hal – hal yang bisa menguntungkan kedua belah pihak. Berdasarkan adanya dua jenis public bagi suatu badan atau perusahaan (public intern dan ekstern), maka tujuan public relations pun diarahkan melalui dua macam tugas,yaitu didalam dengan sebutan internal public relations, dan di luar external public relations, yang termasuk public internal relations adalah hubungan karyawan.26 Dalam suatu perusahaan pasti membutuhkan peranan karyawan walaupun baiknya suatu manajemen dan betapa besarnya modal yang ada karena peranan karyawan akan menentukan berhasil tidaknya tujuan perusahaan. Hubungan karyawan adalah bagian khusus dari PR yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan saling bermanfaat antara manajer dan karyawan tempat organisasi menggantungkan kesuksesannya.27 Hubungan karyawan dapat dilaksanakan dalam dua bentuk kegiatan pada suatu perusahaan : 26 Kustadi Suhandang. Public Relations Pedoman Kerja perusahaan. Nuansa Cendekia. Bandung. 2012. hal – 73. 27 Scott M Cutlip, Allen H Center, Glen M Broom. Effective Public Relations : edisi kesembilan. Kencana. Jakarta. 2006. hal – 11. 23 1. Hubungan seacra formal 2. Hubungan secara informal Hubungan secara formal menyangkut pada hubungan rasional dalam situasi kerja dalam suatu prusahaan. Dalam hal ini dapat diwujudkan kepada tata hubungan berupa kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap public karyawan berdasarkan garis organisasi yang sudah ditetapkan oleh pimpinan. Hubungan secara informal pada masalah yangs ama, yaitu hubngan yang diselenggarakan dalam suatu perusahaan antara seorang pemimpin dengan bawahan yang emnyangkut kepada hubungan yang besifat irasional dan emosional dalam situasi kerja dengan ditandai adanya bentuk hubungan yang erat atau pribadi melalui pernyataan mengenai perasaan, keinginan serta hasrat dari masing- masing karyawan. Dengan singkat dapat ditegaskan disini, hubungan yang bersifat informal ini dapat diwujudkan melalui pengamatan dari sikap, pendapat dan tingkah laku pribadi.28 Dalam suatu perusahaan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut akan tecapai apabila terdapat dukungan penuh dari pihak dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Pada dalam perusahaan tedapat karyawan yang menjadi inti bagian untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu hubungan karyawan yang seimbang dan baik agar membuat tujuan perusahaan tercapai. 2.8 Kerangka Pemikiran Gambar I Kerangka Pemikiran 28 Kualitas Komunikasi Kinerja Antarpribadi Pimpinan Karyawan Danandjaja,op.cit., hal – 24. 24 Keterangan : X : Kualitas Komunikasi Antarpribadi Pimpinan Y : Kinerja Karyawan Dalam kerangka pemikiran ini peneliti menjelaskan mengenai Hubungan Kualitas Komunikasi Antarpribadi terhadap Kinerja Karyawan. 2.9 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah peneliti. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu kesimpulan yang masih harus diuji kebenarannnya.29 Dalam skripsi ini peneliti akan menjelaskan beberapa hipotesis sebelum mengetahui masalah yang ada dalam obyek penelitian ini. Berdasarkan uraianuraian pada Tinjauan Pustaka di atas, peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut: bentuk hipotesis dari penelitian ini adalah : Ho : Kualitas komunikasi antarpribadi pimpinan tidak mempunyai hubungan secara signifikan dengan kinerja karyawan Ha : Kualitas komunikasi antarpribadi pimpinan mempunyai hubungan secara signifikan dengan kinerja karyawan 29 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Alfa Beta. Bandung. 2002. hal 39. 25 Maka hipotesis yang diuji dalam penelitian ini “ Jika kualitas komunikasi antarpribadi pimpinan berjalan dengan baik maka kinerja karyawan Bank Ganesha menjadi tinggi”.