Templat tugas akhir S1

advertisement
ANALISIS POTENSI EKSPOR IKAN SARDEN INDONESIA DI
NEGARA-NEGARA AFRIKA PERIODE TAHUN 2010
SAMPAI 2014
RIZKA SUCI RAHMADHANI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Potensi Ekspor
Ikan Sarden Indonesia di Negara-Negara Afrika Periode Tahun 2010 sampai 2014
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2017
Rizka Suci Rahmadhani
NIM H14130019
ABSTRAK
RIZKA SUCI RAHMADHANI. Analisis Potensi Ekspor Ikan Sarden Indonesia di
Negara-Negara Afrika Periode Tahun 2010 sampai 2014. Dibimbing oleh SRI
MULATSIH.
Kawasan Afrika merupakan negara yang memiliki pasar berpotensi cukup
besar untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia. Ikan sarden merupakan komoditi
unggulan dari sektor hasil industri yang berpotensi untuk meningkatkan ekspor
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing ikan sarden di
kawasan Afrika dan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor ikan
sarden Indonesia di kawasan Afrika khususnya negara Angola, Benin, Cameroon,
Ghana, Nigeria, Mauritius, dan Sierra Leone. Periode analisis yaitu tahun 2010
sampai 2014 dengan menggunakan analisis RCA, EPD, Porter’s Diamond dan
Gravity Model dengan analisis data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ikan sarden Indonesia berdaya saing di kawasan Afrika dan memiliki integrasi
perdagangan yang kuat. Hasil estimasi EPD ikan sarden Indonesia rata-rata berada
pada posisi Rising Star, Lost Opportunity, dan Falling Star. Hasil analisis gravity
model menunjukkan bahwa variabel yang signifikan memengaruhi nilai ekspor ikan
sarden Indonesia ke kawasa Afrika adalah GDP riil negara tujuan, populasi negara
tujuan, jarak ekonomi, dan harga ekspor.
Kata kunci: daya saing, ekspor produk makanan olahan, EPD, gravity model,
porter’s diamond, RCA
ABSTRACT
RIZKA SUCI RAHMADHANI. Analysis of the Export Potentioal of Indonesia’s
Sardine in African States for the Period 2010 to 2014. Supervised by SRI
MULATSIH.
African region is a country that has a potential market to increase the value of
Indonesia's exports. Sardines are commodity sector industrial output potential to
increase exports of Indonesia. This study aimed to analyze the competitiveness of
sardines in the African region and determine the factors that affect Indonesian
exports sardines in Africa, especially Angola, Benin, Cameroon, Ghana, Nigeria,
Mauritius and Sierra Leone. Namely the analysis period 2010 to 2014 by using
analysis of RCA, EPD, Porter's Diamond and Gravity Model with panel data
analysis. The results showed that sardines Indonesia competitiveness in Africa and
has a strong trade integration. The estimation results of sardines Indonesia EPD
average in the position of Rising Star, Lost Opportunities, and Falling Star. The
results of the analysis of the gravity models suggest that the variables that
significantly affect the value of exports sardines kawasa Indonesia to Africa is real
GDP destination country, the population of the country of destination, within the
economy, and the export price.
Keywords: Competitiveness, exports of processed products food, EPD, gravity
model, porter’s diamond, RCA
ANALISIS POTENSI EKSPOR IKAN SARDEN INDONESIA DI
NEGARA-NEGARA AFRIKA PERIODE TAHUN 2010
SAMPAI 2014
RIZKA SUCI RAHMADHANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Judul Skripsi : Analisis Potensi Ekspor Ikan Sarden Indonesia di Negara-Negara
Afrika Periode Tahun 2010 sampai 2014
Nama
: Rizka Suci Rahmadhani
NIM
: H14130019
Disetujui oleh
Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MAEc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini
berjudul “Analisis Potensi Ekspor Ikan Sarden Indonesia di Negara-Negara Afrika
Periode Tahun 2010 sampai 2014” dan merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yaitu
Darman dan Sri Hernetti, dan kakak penulis Suci Rezki, serta seluruh keluarga, atas
segala doa, kasih sayang, serta semangat yang terus diberikan untuk penulis. Selain
itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu memberikan arahan, saran, motivasi dan nasihat kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr Ir Yeti Lis Purnamadewi, MScAgr selaku dosen penguji utama dan
Bapak Dr Muhammad Findi Alexandi, ME selaku dosen penguji dari komisi
pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran terkait skripsi ini.
3. Teman satu bimbingan: Eris, Widya, dan Fajar atas semangat, masukan,
bantuan, doa, dan kebersamaan selama perjuangan penulisan skripsi ini.
4. Teman terbaik selama perkuliahan: Putri, Nadya, Piety, Kintan, Riri,
Prancis, Siti, Jamil, Gerry dan Didit atas kebersamaan dan semangat selama
menjalani perkuliahan hingga perjuangan menyelesaikan skripsi.
5. Teman-teman dari Bukittinggi: SEOZZIC, Ayu, Serin, Arief, Alwi, Fitri
(almh).
6. Teman-teman Ilmu Ekonomi 50, yang telah memberikan momen-momen
terbaik selama menjalani perkuliahan bersama.
7. Teman-teman HIPOTESA divisi DISTRO, Emir, Anzhila, Fajar, Sri
Sundari, Ica, Sarah, Anita, Mutia, dan Ali, atas kebersamaannya selama
menjalani organisasi.
8. Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2017
Rizka Suci rahmadhani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
6
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
Defisini Ekspor
7
Definisi Perdagangan Internasional
7
Definisi Produk Makanan Olahan
8
Konsep Daya Saing
9
Teori Pendapatan
10
Jarak Ekonomi
10
Nilai Tukar
11
Harga Ekspor
11
Populasi Negara Tujuan
11
Tinjauan Penelitian Terdahulu
12
Kerangka Pemikiran
13
Hipotesis Penelitian
14
METODE PENELITIAN
15
Jenis dan Sumber Data
15
Metode Analisis
15
Export Product Dynamic (EPD)
15
Revealed Comparative Advantage (RCA)
16
Porter’s Diamond Model
17
Gravity Model
18
Estimasi Model
19
Pemilihan Model
19
Pengujian Asumsi Model
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
Gambaran Umum
22
Daya Saing Komparatif Ikan Sarden Indonesia di Negara-Negara Afrika
24
Dinamika Ekspor Ikan Sarden Indonesia di Negara-Negara Afrika
25
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Ikan Sarden Indonesia di Kawasan
Afrika
26
Daya Saing Kompetitif (Porter’s Diamond) Ikan Sarden Indonesia di Kawasan
Afrika
30
SIMPULAN DAN SARAN
34
Simpulan
34
Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
38
RIWAYAT HIDUP
44
DAFTAR TABEL
1. Perkembangan hasil industri ekspor non migas Indonesia
2. Jenis dan sumber data
3. Selang nilai statistik Durbin-Watson serta keputusannya
4. Sepuluh cabang industri yang menyerap tenaga kerja paling besar
5. Jumlah populasi negara-negara di Afrika
6. Volume ekspor ikan sarden Indonesia di kawasan Afrika
7. Hasil estimasi RCA ikan sarden Indonesia
8. Hasil estimasi EPD ikan sarden Indonesia
9. Hasil uji estimasi model ikan sarden Indonesia
10. Hasil estimasi gravity model ikan sarden Indonesia
2
15
21
22
23
24
24
25
26
27
DAFTAR GAMBAR
1. Perkembangan ekspor migas dan non migas Indonesia
2. Perkembangan ekspor ikan sarden di negara tujuan ekspor
3. Persentase nilai ekspor rata-rata ikan sarden Indonesia
4. Kurva perdagangan internasional
5. Kerangka pemikiran
6. Matriks daya saing EPD
7. Diagram Portes’s Diamond Model
8. Perkembangan GDP riil di tujuh negara tujuan ekspor
9. Produktivitas tenaga kerja sub sektor industri
10. Diagram Porter’s Diamond Model
1
3
4
8
14
16
17
23
30
32
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil estimasi EPD ikan sarden Indonesia
2. Hasil estimasi RCA ikan sarden Indonesia
3. Data untuk Gravity Model
4. Hasil Uji Hausman dan Hasil Uji Chow
5. Hasil estimasi Fixed Effect Model
6. Hasil uji Normalitas
7. Hasil uji Multikolinearitas
38
39
40
41
42
42
43
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,
yakni perekonomian yang berinteraksi secara bebas dengan perekonomian
diseluruh dunia seperti mulai terbukanya lalu lintas perdagangan internasional yang
meliputi ekspor dan impor. Kegiatan ekspor dan impor dapat berperan penting
dalam perekonomian dalam negeri dan dapat memberikan kontribusi yang besar
bagi pertumbuhan dan pembangunan di Indonesia. Ekspor merupakan kegiatan
yang diprioritaskan dalam peningkatan pertumbuhan dan pembangunan di
Indonesia. Ekspor tidak saja sebagai sumber penerimaan devisa negara tetapi juga
berperan penting dalam menggairahkan perekonomian Indonesia. Ekspor dapat
menarik banyak investor, meningkatkan penyerapan tenaga kerja dalam negeri serta
dapat memanfaatkan sumber daya alam secara optimal.
Sumber: BPS 2017
Gambar 1. Perkembangan ekspor migas dan non migas Indonesia
Gambar 1 menjelaskan bahwa komoditi ekspor Indonesia terdiri atas ekspor
non migas (segala sesuatu yang merupakan hasil alam atau industri tetapi bukan
termasuk minyak bumi dan gas alam) dan ekspor migas (komoditi yang merupakan
hasil minyak bumi dan gas alam). Selama periode tahun 2010 sampai 2014, nilai
ekspor migas dan non migas Indonesia cenderung berfluktuasi. Hal ini disebabkan
karena terjadinya krisis di Eropa pada tahun 2011 sehingga terjadi perlambatan
ekonomi dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan
ekspor non migas Indonesia pada Januari 2011 mencapai US$ 11.9 miliar atau
meningkat 29 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2010 sebesar US$
9.22 miliar. Peningkatan ekspor non migas di bulan Januari 2011 didorong oleh
sektor pertambangan, industri, dan pertanian. Ketiga faktor tersebut membuat
neraca perdagangan ekspor non migas pada Januari 2011 mengalami surplus
sebesar US$ 2.4 miliar dibandingkan tahun Januari 2010 yang hanya US$ 1.7
miliar. Pada Gambar 1 nilai ekspor Indonesia didominasi oleh ekspor non migas.
2
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang berkontribusi paling besar
dalam peningkatan ekspor non migas. Hal ini disebabkan karena sektor industri
menyumbang sebesar 66 persen untuk peningkatan ekspor non migas (Kemenperin
2016). Salah satu sektor industri yang paling berkontribusi dalam peningkatan
ekspor non migas di Indonesia adalah industri makanan dan minuman. Hal ini
disebabkan karena industri makanan dan minuman memiliki trend positif setiap
tahunnya daripada komoditi hasil industri lain yang cenderung berfluktuasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa industri makanan dan minuman memiliki
perkembangan ekspor yang membaik.
Produk makanan olahan merupakan salah satu sub sektor industri makanan
dan minuman yang memiliki potensi dalam meningkatkan ekspor Indonesia. Hal ini
disebabkan karena produk makanan olahan sangat diminati oleh masyarakat yang
memiliki aktivitas padat dan sedikit waktu di luar pekerjaan mereka, sehingga
cenderung memilih sesuatu yang mudah dan cepat dilakukan, contohnya adalah
pemilihan bahan makanan olahan. Jumlah penduduk yang terus bertambah,
peningkatan daya beli masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi, kenaikan upah
menjadi pendorong utama pertumbuhan permintaan produk makanan olahan.
Tabel 1. Perkembangan hasil industri ekspor non migas Indonesia Tahun 20122015 (US $ Milyar)
Trend th
Hasil Industri
2012
2013
2014
2015
2015 (%)
Kelapa Sawit
23.40
20.66
23.71
20.75
19.45
Otomotif
15.03
14.68
15.81
14.46
13.55
Tekstil
12.45
12.66
12.72
12.26
11.50
Elektronika
9.44
8.52
8.07
6.91
6.48
Karet
10.82
9.72
7.50
6.17
5.79
Makanan dan Minuman
4.65
5.38
5.55
5.60
5.25
Pulp dan Kertas
5.52
5.64
5.50
5.33
5.00
Pengolahan Kayu
4.54
4.73
5.20
5.19
4.86
Logam Mulia
2.19
2.03
3.67
4.72
4.43
Alas Kaki
3.56
3.93
4.09
4.62
4.33
Sumber: Kementerian Perindustrian 2016
Kementerian Perdagangan tahun 2007 mengeluarkan sebuah program
pengembangan produk utama dan produk potensial sub sektor non migas agar
produk makanan olahan menjadi 10 produk utama yang potensial dalam
meningkatkan daya saing sub sektor non migas yaitu program perluasan pasar ke
negara-negara yang sedang tumbuh dan berkembang. Tahun 2012 program dari
Kementerian Perdagangan tersebut belum sepenuhnya tercapai. Akan tetapi produk
makanan olahan menempati posisi keenam produk potensial dalam sektor non
migas yang memiliki trend sebesar 5.25 persen pada tahun 2015 (Tabel 1). Nilai
ekspor produk makanan olahan meningkat signifikan dari tahun 2012 sampai
dengan 2015 sebesar US$ 0.95 milyar. Hal ini disebabkan karena naiknya tingkat
konsumsi masyarakat negara mitra terhadap produk makanan olahan Indonesia
sehingga produk makanan olahan dapat memberikan dampak pada besarnya
kontribusi sektor non migas yang lebih tinggi dari sektor migas (Kemendag RI
2014).
3
Negara-negara yang sedang tumbuh dan berkembang mencakup kawasan
Afrika, Asia, Amerika Latin dan lain sebagainya merupakan negara tujuan ekspor
alternatif bagi produk makanan olahan Indonesia. Kawasan Afrika merupakan
kawasan yang dapat dijadikan salah satu pasar potensial bagi pengembangan
produk makanan olahan Indonesia. Hal ini disebabkan karena negara-negara di
kawasan Afrika memiliki pertumbuhan ekonomi yang membaik dari tahun ke
tahun. Selain itu kegiatan ekspor Indonesia ke kawasan Afrika dapat
menguntungkan bagi Indonesia karena tingginya permintaan terhadap produk
makanan olahan Indonesia di kawasan Afrika sehingga dapat meningkatkan nilai
tambah bagi Indonesia.
Nilai ekspor non migas Indonesia di kawasan Afrika periode Januari sampai
Agustus 2014 sudah mencapai US$ 3.99 milyar, nilai ini mengalami peningkatan
sebesar 14.5 persen dibanding tahun 2013 periode yang sama. Sebelumnya, kinerja
perdagangan bilateral Indonesia dengan negara-negara di kawasan Afrika juga
mengalami pertumbuhan. Untuk ekspor non migas pada periode 2009 sampai 2013
tumbuh sebesar 20.9 persen per tahun (Kemendag RI 2016).
Sumber: Un Comtrade 2017 (diolah)
Gambar 2. Perkembangan ekspor ikan sarden di kawasan Afrika
Kawasan Afrika merupakan kawasan yang dapat dijadikan alternatif pasar
Indonesia untuk memperluas ekspor dan diversivikasi produk. Produk makanan
olahan Indonesia yang saat ini di minati oleh masyarakat di kawasan Afrika adalah
Sardines, sardinella & brisling spr (HS 160413). Hal ini disebabkan karena ikan
sarden Indonesia merupakan makanan olahan yang memiliki gizi yang cukup baik
dikonsumsi serta harganya yang terjangkau bagi masyarakat di kawasan Afrika
yang cukup miskin khususnya di tujuh negara tujuan ekspor yaitu Angola, Benin,
Cameroon, Ghana, Nigeria, Mauritius, dan Sierra Leone.
Selain itu, Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di
dunia dengan wilayah laut yang mencapai 5.8 juta kilometer persegi yang meliputi
75% dari keseluruhan wilayah Indonesia. Sehingga Indonesia memiliki potensi dan
peluang besar di sektor perikanan dengan berbagai kekayaan dan keanekaragaman
laut yang melimpah. Potensi kelautan dan perikanan Indonesia mampu menjadikan
Indonesia sebagai produsen dan eksportir utama produk perikanan dunia. Ikan
sarden merupakan salah satu produk makanan olahan yang memiliki peningkatan
4
nilai ekspor di tujuh negara tujuan ekspor Afrika. Gambar 2 menunjukkan bahwa
total ekspor ikan sarden ke tujuh negara tujuan ekspor di kawasan Afrika cenderung
mengalami peningkatan pada tahun 2010 sampai 2012. Sedangkan pada tahun 2013
sampai tahun 2014 mengalami penurunan.
Sumber: Un Comtrade 2017 (diolah)
Gambar 3. Nilai ekspor produk ikan sarden Indonesia periode 2010 sampai 2014 di
tujuh negara tujuan ekspor
Indonesia merupakan salah satu negara eksportir ikan sarden terbesar ke
kawasan Afrika setelah Maroko dan Thailand. Pada tahun 2011 ekspor ikan sarden
Indonesia di kawasan Afrika meningkat karena produksi Maroko yang menurun
dan terjadi kenaikan biaya buruh di Thailand sehingga Indonesia bisa merebut pasar
Afrika (Gambar 2). Ghana merupakan negara importir terbesar ikan sarden
Indonesia dari enam negara lainnya sebesar 46 persen. Disusul oleh Angola dan
Nigeria dengan nilai ekspor rata-rata tahun 2010 sampai 2014 sebesar 14 persen
dan 13 persen (Gambar 3). Melihat kondisi permintaan ekspor ikan sarden
Indonesia yang cenderung fluktuatif, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki
pangsa pasar dan kemampuan untuk memenuhi permintaan pasar di negara tujuan
ekspor.
Perumusan Masalah
Negara China, Jepang, Amerika Serikat, India dan Singapura merupakan
negara tujuan ekspor utama Indonesia yang mencapai 69.9 persen dari total ekspor
non migas pada tahun 2015 (Kemendag 2017). Ketergantungan yang tinggi
terhadap pasar tertentu sangat beresiko bagi aktivitas ekspor di Indonesia terutama
jika terjadi goncangan ekonomi di dunia, contohnya krisis ekonomi Eropa pada
tahun 2011. Krisis ekonomi Eropa tersebut mengakibatkan perlambatan ekonomi
dunia khususnya Indonesia sehingga nilai ekspor dan nilai impor menurun yaitu
terjadi penurunan permintaan pada sisi demand dan terjadi penurunan produksi
pada sisi supply.
5
Negara berkembang merupakan pasar potensial yang bisa dijadikan tujuan
ekspor untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap negara tujuan ekspor
utamanya. Negara-negara yang sedang tumbuh dan berkembang mencakup
kawasan Afrika, Asia, Amerika Latin dan lain sebagainya merupakan tujuan ekspor
alternatif bagi produk ikan sarden Indonesia. Kawasan Afrika merupakan kawasan
yang dapat dijadikan salah satu pasar potensial bagi pengembangan produk ikan
sarden. Hal ini disebabkan karena kawasan Afrika memiliki pertumbuhan ekonomi
yang pesat dilihat dari pertumbuhan GDP yang meningkat setiap tahunnya.
Meski sedang dilanda krisis, prospek ekspor produk makanan olahan
Indonesia khususnya ikan sarden di kawasan Afrika masih terbuka lebar.
Kendalanya adalah adanya faktor-faktor yang menghambat peningkatan pangsa
ekspor ke kawasan Afrika. Meski memiliki perairan yang kaya ikan, Indonesia
setiap tahun juga masih rutin mengimpor ikan sarden untuk industri ikan kaleng.
Hal ini disebabkan produksi ikan lemuru sebagai bahan baku ikan sarden
mengalami penurunan sebesar 100.000 ton per tahun akibat pasokan ikan sarden
yang terbatas dari nelayan untuk industri pengolahan ikan dalam negeri.
Kendala utama lainnya adalah minimnya fasilitas pendingin atau cold
storage yang ada di sentra-sentra ikan, sehingga banyak ikan segar yang busuk
akibat minimnya alat pendingin tersebut meski populasi ikan sarden dan bahan
baku industri ikan kaleng sangat melimpah. Selain itu, kendala dalam peningkatan
pangsa ekspor ke Afrika yaitu adanya pesaing dari negara-negara lain sebagai
pemasok utama di kawasan Afrika seperti negara Malaysia, Singapura, Thailand,
Vietnam, dan Maroko. Sehingga pangsa ekspor yang awalnya di targetkan
meningkat sekitar 10 persen, faktanya turun 4 persen sebesar US$ 5.16 miliar
(Kemendag 2017). Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, permasalahan
yang dapat dirumuskan adalah:
1. Bagaimana daya saing komparatif dan dinamika ekspor ikan sarden
Indonesia di negara-negara Afrika periode tahun 2010 sampai 2014?
2. Apakah faktor-faktor yang dapat memengaruhi terjadinya permintaan
ekspor ikan sarden Indonesia?
3. Bagaimana daya saing kompetitif ikan sarden Indonesia di negara-negara
Afrika periode tahun 2010 sampai 2014?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan antara lain:
1. Menganalisis daya saing komparatif dan dinamika ekspor ikan sarden
Indonesia di negara-negara Afrika periode tahun 2010 sampai 2014.
2. Menganalisis faktor–faktor yang dapat memengaruhi permintaan ekspor
ikan sarden Indonesia.
3. Menganalisis daya saing kompetitif ikan sarden Indonesia di negara-negara
Afrika periode tahun 2010 sampai 2014.
6
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pembelajaran sehingga dapat
menambah wawasan serta pemahaman tentang potensi ekspor ikan sarden
Indonesia ke negara tujuan ekspor
2. Bagi pemerintah, diharapkan mampu memberikan informasi dan masukan
mengenai strategi kebijakan yang dapat meningkatkan daya saing ikan
sarden Indonesia
3. Bagi pihak-pihak lain, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perdagangan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis mengenai potensi ekspor dan daya saing ikan
sarden Indonesia di kawasan Afrika. Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian adalah dari tahun 2010
sampai dengan 2014.
2. Pemilihan negara mitra dagang berdasarkan tujuh dari sepuluh negara
tujuan ekspor terbesar ikan sarden Indonesia di kawasan Afrika, yaitu
Angola, Benin, Cameroon, Ghana, Nigeria, Mauritius, dan Sierra Leone.
3. Komoditi yang diteliti berdasarkan jenis produk ikan olahan dengan ratarata ekspor terbesar dengan kode Harmony System (HS) digit enam yaitu
Sardines, sardinella & brisling spr (HS 160413) dengan nomenclature
product code HS 2007.
4. Variabel-variabel yang menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor
ikan sarden Indonesia ke negara-negara Afrika antara lain: (i) GDP riil
negara tujuan ekspor; (ii) Nilai tukar riil efektif (REER); (iii) Jarak ekonomi
Indonesia dengan negara tujuan ekspor; (iv) Harga ekspor ikan sarden; (iv)
Populasi negara tujuan ekspor.
5. Daya saing komoditi ikan sarden Indonesia dan faktor-faktor yang
memengaruhi ekspor ikan sarden Indonesia di analisis menggunakan
metode RCA, EPD, dan Porter’s Diamond Model.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Defisini Ekspor
Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan
kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor. Kegiatan eksporimpor memiliki banyak manfaat, diantaranya: dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat, pendapatan negara bertambah karena adanya devisa, meningkatkan
perekonomian rakyat, dan mendorong berkembangnya kegiatan industri. Khusus
kegiatan ekspor, memiliki peranan yang penting sebagai motor penggerak
perekonomian nasional. Adanya aliran perdagangan berupa ekspor ke negaranegara tujuan ekspor dapat dikarenakan penawaran ekspor dari negara eksportir
maupun permintaan ekspor dari negara importir.
Penawaran ekspor adalah jumlah komoditas yang dapat dijual oleh suatu
negara. Semakin banyak jumlah yang diproduksi, maka penawaran ekspor suatu
negara meningkat. Permintaan ekspor adalah jumlah suatu komoditas ekspor yang
diminta oleh suatu negara tertentu. Dalam permintaan ekspor terdapat beberapa
faktor yang menentukan, seperti rata-rata pendapatan rumah tangga dan jumlah
penduduk. Jika ada kenaikan pendapatan rata-rata rumah tangga menyebabkan
jumlah komoditas yang diminta lebih banyak pada setiap harga tertentu dan jika ada
kenaikan jumlah penduduk, maka permintaan suatu komoditas meningkat pada
tingkat harga tertentu (Marina 2016).
Definisi Perdagangan Internasional
Perdagangan merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi di setiap negara (Todaro 2006). Perdagangan internasional adalah
perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara
lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar
individu, individu dengan pemerintah, atau antar pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain (Mankiw 2006). Perdagangan internasional tercermin dari
kegiatan ekspor impor suatu negara yang menjadi salah satu komponen dalam
pembentukan GDP (Gross Domestic Product). Teori perdagangan kian terus
berkembang mulai dari teori keunggulan absolut oleh Adam Smith dan teori
keunggulan komparatif oleh David Ricardo. Peningkatan ekspor akan menjadi salah
satu faktor untuk meningkatkan GDP suatu negara (Oktaviani dan Novianti 2009).
Volume ekspor suatu komoditi dari negara tertentu ke negara lain
merupakan selisih antara penawaran domestik dan permintaan domestik yang
disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Pada pihak lain, kelebihan
penawaran dari negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain atau
merupakan kelebihan permintaan (excess demand). Selain dipengaruhi oleh
permintaan dan penawaran domestik, ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri, jumlah komoditas itu sendiri dan
8
komoditas substitusinya di pasar internasional serta hal-hal yang dapat
memengaruhi harga baik secara langsung maupun tidak langsung (Salvatore 1997).
Sumber: Salvator 1997
Gambar 4. Kurva Perdagangan Internasional
Pada Gambar 4 di atas menjelaskan terdapat perdagangan internasional
antara negara A dan negara B. Sehingga pada perdagangan internasional antara
negara A sebagai negara pengekspor dan negara B sebagai negara pengimpor
terjadi keseimbangan harga komoditi relatif. Selain itu perdagangan internasional
terjadi akibat kelebihan penawaran pada negara A dan kelebihan permintaan pada
negara B. Pada negara A harga suatu komoditas sebesar PA, dan di negara B harga
komoditas tersebut sebesar PB (cateris paribus). Pada pasar internasional harga
yang dimiliki oleh negara A akan lebih kecil yaitu berada pada harga PD (harga
dunia) sehingga negara A akan mengalami kelebihan penawaran (excess supply) di
pasar internasional.
Pada negara B, terjadi harga yang lebih besar dibandingkan harga pada
pasar internasional. Sehingga akan terjadi kelebihan permintaan (excess demand) di
pasar internasional. Pada keseimbangan di pasar internasional kelebihan penawaran
negara A menjadi penawaran pada pasar internasional yaitu pada kurva ES.
Sedangkan kelebihan permintaan negara B menjadi permintaan pada pasar
internasional yaitu sebesar ED. Kelebihan penawaran dan permintaan tersebut akan
terjadi keseimbangan harga sebesar PD. Peristiwa tersebut akan mengakibatkan
negara A mengekspor, dan negara B mengimpor komoditas tertentu dengan harga
sebesar PD di pasar internasional. Dari penjelasan di atas didapat bahwa
perdagangan internasional (ekspor-impor) terjadi karena terdapat perbedaan antara
harga domestik (PA dan PB), dan harga internasional (P*); permintaan (ED), dan
penawaran (ES) pada komoditas tertentu.
Definisi Produk Makanan Olahan
Menurut Putri (2006), makanan olahan adalah makanan hasil proses
pengolahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan.
Makanan olahan bisa dibedakan menjadi makanan olahan siap saji dan tidak siap
saji. Makanan olahan siap saji adalah makanan yang sudah diolah dan siap
9
disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan, contohnya
pisang goreng. Sedangkan makanan olahan tidak siap saji adalah makanan yang
sudah mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan
pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum, contohnya makanan
kaleng.
Konsep Daya Saing
Daya saing menjadi kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di
dalam perdagangan internasional. Daya saing merupakan kemampuan suatu
komoditas untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan
dalam pasar Internasional. Porter (1990) menyatakan bahwa daya saing
diidentikkan dengan produktivitas, yaitu tingkat output yang dihasilkan untuk setiap
input yang digunakan. Terdapat dua pendekatan yang sering digunakan untuk
mengukur daya saing suatu komoditi dari dua indikator yaitu keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif.
Teori Kunggulan Komparatif
Hukum keunggulan komparatif menurut David Ricardo dalam Principles of
Political Economy and Taxation (1817) ialah meskipun sebuah negara kurang
efisien (memiliki kerugian absolut) terhadap negara lain dalam memproduksi suatu
komoditi yang dihasilkan, namun kedua belah pihak masih tetap dapat melakukan
perdagangan yang menguntungkan. Keuntungan dapat tercipta dengan melakukan
spesialisasi dalam memproduksi komoditi tersebut. Dengan cara mengekspor
komoditi yang kerugian absolutnya lebih kecil (keunggulan komparatif) dan
mengimpor komoditi yang kerugian absolutnya lebih besar (kerugian komparatif).
Para ahli ekonomi lainnya yaitu Heckser dan Ohlin menyebutkan bahwa
keuntungan komparatif juga ditentukan oleh kelimpahan faktor produksi. Suatu
negara yang memiliki kekayaan faktor produksi dan mampu memanfaatkannya
akan memproduksi barang dengan faktor produksi padat karya yang relatif lebih
murah.
Teori Keunggulan Kompetitif
Teori keunggulan kompetitif menurut Porter dalam bukunya The
Competitive Advantage of Nation (1990) ialah antara dua faktor produksi yang
dimiliki suatu negara yaitu sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya
manusia yang murah, tidak ada korelasi langsung yang dimanfaatkan menjadi
keunggulan daya saing dalam perdagangan Internasional. Porter lalu menyatakan
bahwa terdapat empat atribut utama yang dapat menentukan industri dalam suatu
negara dapat bersaing di pasar internasional, yaitu:
1. Kondisi faktor produksi, seperti teknologi, infrastruktur yang memadai, dan
tenaga kerja terampil.
2. Kondisi permintaan dan tuntutan mutu untuk barang dan jasa industri di
dalam negeri.
3. Industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif.
10
4. Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan menentukan bagaimana
perusahaan tersebut diciptakan, diatur, dan dikelola.
Selain keempat faktor tersebut, terdapat dua faktor lagi yang dapat
memengaruhi interaksi keempat faktor yaitu faktor kebetulan atau kesempatan
(chance events) seperti melonjaknya harga, perubahan nilai tukar, penemuan
produk baru, konflik keamanan antar negara, dan lain-lain, serta faktor kebijakan
pemerintah (government).
Teori Pendapatan
Gross Domestic Product (GDP) adalah pendapatan total domestik, termasuk
pendapatan yang diperoleh faktor-faktor produksi yang dimiliki asing, pengeluaran
total atas barang dan jasa yang diproduksi secara domestik (Mankiw 2007). Tujuan
GDP ini adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama
periode waktu tertentu. GDP dapat dijelaskan oleh dua konsep, yakni GDP nominal
dan GDP riil. GDP riil merupakan nilai barang dan jasa yang diukur menggunakan
harga konstan sedangkan GDP nominal merupakan nilai barang dan jasa yang
diukur menggunakan harga yang berlaku.
Y = C + I + G + NX
Komponen-komponen pengeluaran pendapatan nasional membagi GDP
menjadi empat kelempok pengeluaran, yakni konsumsi (C), investasi (I), pembelian
pemerintah (G), dan ekspor neto (NX). Simbol Y unutk GDP, menunjukkan
persamaan matematis pendapatan nasional (Hanoum 2016).
Jarak Ekonomi
Jarak adalah faktor geografi yang menjadi variabel utama dalam gravity
model untuk analisis aliran perdagangan bilateral. Variabel jarak ini merupakan
indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan
ekspor. Semakin jauh jarak, semakin besar biaya transportasi dan semakin rendah
nilai ekspornya. Jika biaya transportasi terlalu mahal maka nilai perdagangan akan
menurun bersamaan dengan penurunan keuntungan. Adapaun jarak ekonomi yang
digunakan untuk perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Jarak geografis
j
: Jarak
= geografis Indonesia dengan negara kawasan Afrika
: Negara tujuan ekspor
11
Nilai Tukar
Nilai tukar antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk
kedua negara untuk saling melakukan perdagangan (Mankiw 2006). Nilai tukar riil
efektif (Real Effective Exchange Rate) adalah indeks dari nilai tukar nominal yang
disesuaikan dengan pergerakan relatif dari harga domestik dari suatu negara dan
nilai perdagangan dengan negara-negara mitra dagangnya. Jika REER negara
tujuan tinggi menunjukkan melemahnya nilai tukar negara tujuan (depresiasi),
maka harga barang-barang di negara tujuan relatif lebih murah dibandingkan
dengan harga domestik. Kondisi ini mendorong penduduk luar negeri membeli
produk domestik dalam jumlah yang sedikit sehingga menyebabkan ekspor
domestik menurun. Sebaliknya, jika REER negara tujuan rendah menandakan
menguatnya mata uang negara tujuan relatif terhadap mitra dagang (apresiasi),
maka harga barang-barang di negara tujuan relatif lebih mahal dibandingkan
domestik. Kondisi ini meningkatkan ekspor domestik ke negara tujuan ekspor
(Kemenperin 2015).
Harga Ekspor
Harga merupakan faktor utama yang memengaruhi kegiatan ekspor. Harga
dapat memengaruhi ekspor melalui dua sisi yaitu sisi penawaran dan sisi
permintaan. Harga berhubungan positif pada jumlah ekspor yang ditawarkan namun
memiliki hubungan negatif dengan jumlah ekspor yang diminta oleh negara
pengimpor. Jika harga suatu komoditi meningkat maka permintaan terhadap suatu
komoditi menurun sehingga ekspor menurun, namun jika harga suatu komoditi
menurun maka akan meningkatkan permintaan ekspor terhadap komoditi tersebut.
Rumus umum harga dijabarkan pada persamaan.
Populasi Negara Tujuan
Jumlah penduduk menjadi salah satu faktor penentu dalam permintaan
ekspor. Semakin banyaknya jumlah penduduk suatu negara, maka semakin banyak
juga permintaan negara tersebut terhadap suatu barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakatnya (cateris paribus). Kenaikan jumlah penduduk akan menggeser
kurva permintaan ke kanan atas dan memperlihatkan bahwa dengan naiknya jumlah
penduduk maka jumlah komoditas yang diminta pada setiap tingkat harga akan
lebih banyak (Lipsey, 1993).
12
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Naufal Anhar (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kinerja
Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia ke Amerika Latin Periode
Tahun 2009 sampai 2013” menggunakan metode deskriptif RCA, EPD, porter’s
diamond model, dan gravity model dengan analisis data panel statis. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa TPT Indonesia memiliki daya saing komperatif
(RCA) yang kuat di Amerika Latin. Hasil analisis gravity menunjukkan bahwa
variabel yang memeengaruhi nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin adalah
GDP per kapita negara tujuan, populasi, tarif, dan jarak ekonomi sedangkan
variabel nilai tukar tidak memengaruhi.
Ayu Widiya (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya
Saing Produk Makanan Olahan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor”, menganalisis
daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor produk makanan
olahan Indonesia ke enam negara tujuan ekspor terbesar periode 2007 sampai 2012
menggunakan metode deskriptif, Revealed Comparative Advantage (RCA), Intra
Industry Trade (IIT), dan Gravity Model dengan analisis data panel statis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa produk makanan olahan berdaya saing di negara
tujuan ekspornya dan cenderung memiliki integrasi perdagangan yang lemah.
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi nilai total ekspor adalah GDP riil
Indonesia, GDP riil negara tujuan, nilai tukar riil, jarak ekonomi dan nilai ekspor
pada tahun sebelumnya dengan arah yang berbeda pada masing-masing produk.
Ulfah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Potensi Ekspor
Produk Makanan olahan Indonesia di Pasar Non Tradisional Asia” menggunakan
data time series selama periode 2003–2010. Metode analisis yang digunakan berupa
EPD, RCA dan Gravity Model. Hasil analisis EDP dan RCA menunjukkan produk
roti, kue, biskuit memiliki potensi ekspor ke negara Bahrain, India, Kamboja,
Macau dan Thailand namun memiliki daya saing rendah di Kamboja. Hasil analisis
dengan gravity model diperoleh bahwa GDP per kapita riil, harga ekspor relatif, dan
nilai ekspor tahun sebelumnya memengaruhi permintaan ekspor ke semua produk
yang diteliti.
Nurmalina (2012) dalam jurnal nya yang berjudul “Analisis Kinerja Dan
Daya Saing Perdagangan Biji Kakao Dan Produk Kakao Olahan Indonesia Di Pasar
Internasional”. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja dan daya saing
perdagangan biji kakao dan produk-produk kakao olahan Indonesia di pasar
internasional. Mengukur daya saing produk kakao Indonesia menggunakan RCA,
ISP, EPD, dan CMSA. Hasil analisis menunjukkan bahwa Indonesia mengalami
surplus dalam perdagangan kakao. Indonesia juga memiliki keunggulan komparatif
sebagai eksportir biji kakao dan kakao olahan di pasar internasional. Hasil analisis
EPD dan CMSA, terdapat sedikit perbedaan. Analisis EPD hampir semua produk
kakao memiliki daya saing, sedangkan analisis CMSA menunjukkan produkproduk kakao yang memiliki daya saing adalah produk-produk kakao olahan.
Harum (2013) dalam penelitiannya mengenai “Analisis Daya Saing dan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Mangga Indonesia ke Negara
Tujuan Tahun 2001 hingga 2011”. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
metode analisis RCA, EPD, IIT dan Gravity model. Hasil analisis dari gravity
model menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor mangga
13
adalah GDP per kapita riil, harga mangga di pasar dunia dan jarak ekonomi antara
Indonesia dengan negara tujuan.
Hafni (2011) dalam penelitiannya mengenai Analisis Daya Saing dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Ekspor Pisang Indonesia menggunakan
metode Revealed Comparatif Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD),
dan Intra-Industry Trade (IIT) untuk menganalisis daya saing komoditi selama
periode 2005-2009 dan pendekatan gravity model untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi aliran ekspor pisang Indonesia ke negara tujuan dengan data
panel berupa time series tahun 2001-2009 dan cross section enam negara tujuan
ekspor: Jepang, Hongkong, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, dan Amerika Serikat
serta menggunakan analisis Fixed Effect Model.
Mufti (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Ekspor
Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi” dengan periode analisis 2005-2009. Metode yang digunakan dalam
analisisnya adalah Trade Performance Index (TPI), analisis deskriptif dan gravity
model dengan data panel statis. Analisis TPI diperoleh hasil bahwa yang termasuk
dalam komoditas makanan olahan unggulan adalah tembakau, sereal, kopi dan teh,
juga ikan. Hasil model gravitasi menunjukkan faktor volume ekpor berpengaruh
signifikan bagi nilai ekspor makanan olahan Indonesia.
Safitri (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Posisi Daya saing dan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Otomotif Indonesia ke Negara Tujuan
Utama Tahun 2009-2014”. Metode yang digunakan dalam analisis yaitu RCA,
EPD, dan Porter’s Diamond Model digunakan untuk menganalisis daya saing.
Analisis ekonometrik menggunakan data panel dengan pendekatan gravity model.
Hasil analisis menunjukkan bahwa otomotif Indonesia memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif di dunia tetapi di beberapa negara tujuan memiliki daya
saing lemah. Hasil analisis data panel menunjukkan bahwa GDP riil negara tujuan
ekspor, jarak ekonomi, harga ekspor, nilai tukar riil, dan populasi negara tujuan
secara signifikan memengaruhi volume ekspor otomotif Indonesia.
Kerangka Pemikiran
Kondisi ekspor di Indonesia mampu meningkatkan pendapatan negara.
Sektor non migas merupakan sektor yang dapat meningkatkan pendapatan negara
salah satu komoditinya adalah sub sektor ikan sarden. Nilai ekspor dari sub sektor
ini yang cenderung meningkat setiap tahunnya menjadikan sektor ini berpotensi
untuk dikembangkan dengan meningkatkan daya saing terhadap produk nya
sehingga mampu menyerap tenaga kerja dan mampu terus berkontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi. Untuk mengetahui potensi ekspor ikan sarden Indonesia di
negara-negara Afrika digunakan empat metode analisis, yaitu: metode Export
Product Dynamic (EPD), metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan
Porter’s Diamond Model, dan Gravity Model untuk menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi permintaan ekspor ikan sarden di kawasan Afrika.
14
Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia
Pengembangan kinerja ekspor ikan sarden di Afrika
Daya saing ikan sarden Indonesia di
negara tujuan ekspor
1.
2.
3.
Revealed Comparative Advantage (RCA)
Export Product Dynamic (EPD)
Porter’s Diamond Model
Faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan ekspor ikan sarden Indonesia
-
-
Gravity Model:
GDP per kapita negara tujuan ekspor
REER
Jarak ekonomi
Harga Ekspor
Populasi
Potensi Ekspor Ikan Sarden
Indonesia
Gambar 5 Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini didasarkan pada teori-teori yang ada dan
beberapa penelitian terdahulu. Hipotesis tersebut diantaranya:
1) GDP riil negara pengimpor berhubungan positif dan signifikan memengaruhi
nilai ekspor ikan sarden Indonesia.
2) Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor ikan sarden
Indonesia.
3) Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap dolar Amerika Serikat
berpengaruh positif.
4) Harga ekspor berhubungan negatif dan signifikan terhadap nilai permintaan
nilai ekspor ikan sarden Indonesia.
5) Populasi negara tujuan berhubungan positif dan signifikan terhadap permintaan
nilai ekspor ikan sarden Indonesia.
6) Ikan sarden Indonesia memiliki daya saing yang kuat di tujuh negara kawasan
Afrika.
15
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder periode 2010 sampai 2014 . Data
tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan,
United Nations Commodity Trade Statistics Database (UN COMTRADE), dan
World Integrated Trade Solutions (WITS), World Development Indicator (WDI)
dari World Bank, CEPII (Centre d’Etudes Prospective et d’Informations
Internatinales) database, dan UNCTAD. Rincian terkait jenis dan sumber data
dapat dilihan pada Tabel 3.
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
Nilai Ekspor Ikan Sarden
Volume Ekspor Ikan Sarden
GDP Riil Negara Tujuan Ekspor
REER
Jarak Geografis
Populasi
Satuan
US $
Ton
Sumber Data
Un Comtrade
Un Comtrade
US $
Mata uang negaranegara afrika/US$
Km
World Bank
UNCTAD
Jiwa
World Bank
CEPII
Sumber: data peneliti
Data mengenai ekspor produk makanan olahan yang diteliti dalam
penelitian ini diperoleh dari Un Comtrade dengan kode Harmonized System (HS
2007). Komoditi yang dianalisis adalah Sardines, sardinella & brisling spr (HS
160413). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft
Excel 2010 dan untuk mengolah data time series dan cross section menggunakan
program Eviews 8.
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif. Metode analisis
kuantitatif yang digunakan adalah metode Export Product Dynamic (EPD),
Revealed Comparative Advantage (RCA), gravity model, dan Porter’s Diamond
Model. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer
Microsoft Excel dan Eviews 8.
Export Product Dynamic (EPD)
Salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran yang baik tentang
tingkat daya saing adalah Export Product Dynamics (EPD). Indikator ini mengukur
posisi pasar dari produk suatu negara untuk tujuan pasar tertentu. Ukuran ini
mempunyai kemampuan untuk membandingkan kinerja ekspor diantara negara-
16
negara di seluruh dunia. Posisi daya saing suatu komoditas terdiri dari “Rising
Star”, yang menunjukkan bahwa negara tersebut memperoleh tambahan pangsa
pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat (fast-growing products). “Lost
Opportunity, terkait dengan penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang
dinamis, adalah posisi yang paling tidak diinginkan. “Falling Star”, juga tidak
disukai, meskipun masih lebih baik jika dibandingkan dengan “Lost Opportunity”,
karena pangsa pasarnya tetap meningkat. Sementara itu, “Retreat”, biasanya tidak
diinginkan. (Bappenas, 2009).
Gambar 6. Matriks Daya Saing EPD
Model EPD ini digunakan untuk menganalisis tujuh negara potensial di
kawasan Afrika yang terdiri dari Angola, Benin, Cameroon, Ghana, Nigeria,
Mauritius, dan Sierra Leone yang berpotensi dijadikan negara tujuan ekspor ikan
sarden Indonesia dengan melihat daya saing serta performa dari produk makanan
olahan yang diekspor ke negara-negara tersebut.
Revealed Comparative Advantage (RCA)
Konsep RCA ini pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965,
yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau
terungkap dalam ekspornya. Pada saat itu, konsep RCA banyak digunakan dalam
laporan penelitian dan studi empiris yang dijadikan sebagai indikator keunggulan
komparatif suatu produk dan dipergunakan sebagai acuan spesialisasi perdagangan
internasional.
Metode RCA merupakan metode analisis untuk menentukan keunggulan
komparatif atau daya saing. Melalui analisis perhitungan RCA, posisi daya saing
dari produk makanan olahan Indonesia di kawasan Afrika dapat diketahui. Kinerja
ekspor produk makanan olahan Indonesia ke negara-negara Afrika merupakan
variabel yang diukur dengan menghitung pangsa nilai ekspor produk makanan
olahan Indonesia terhadap total ekspor ke kawasan Afrika yang selanjutnya
dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor dunia ke kawasan Afrika. Sehingga dapat
17
diketahui secara kuantitatif kemampuan ataupun ketidakmampuan produk makanan
olahan Indonesia bersaing di negara-negara Afrika. Adapun metode perhitungan
RCA adalah sebagai berikut:
Dimana:
Xijt
Xjt
Wijt
Wjt
ï‚·
ï‚·
: Nilai
= ekspor produk i Indonesia ke negara j pada tahun ke-t (Ribu US$)
: Nilai
= total ekspor Indonesia ke negara j pada tahun ke-t (Ribu US$)
: Nilai
= ekspor produk i dunia ke negara j pada tahun ke-t (Ribu US$)
: Nilai
= total ekspor dunia ke negara j (Ribu US$)
Jika nilai RCA>1, menyatakan bahwa produk-produk tersebut memiliki
keunggulan komparatif atau berdaya saing kuat.
Jika nilai RCA<1, menyatakan bahwa produk-produk tersebut tidak memiliki
keunggulan komparatif atau berdaya saing lemah.
Porter’s Diamond Model
Daya saing dapat diidentifikasikan dengan produktivitas, yakni tingkat
output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan (Porter 1990).
Keunggulan kompetitif suatu komoditi merupakan keunggulan yang dapat
dikembangkan dengan berbagai usaha (tidak menekankan pada kondisi alami suatu
komoditi). Porter’s Diamond menganalisis faktor-faktor dalam membentuk sistem
dan peningkatan keunggulan daya saing. Adapun faktor-faktor utama yang
membentuk daya saing suatu komoditi yakni kondisi faktor, kondisi permintaan,
industri terkait dan penunjang, serta strategi, struktur, dan persaingan perusahaan.
Keempat faktor tersebut didukung oleh peran pemerintah dan kesempatan dalam
meningkatkan daya saing kertas Indonesia. Diagram Porter’s diamond ditunjukkan
pada Gambar 7.
Strategi, Struktur,
dan Persaingan
Kondisi Faktor
Kesempatan
Kondisi
Permintaan
Industri Terkait
dan Penunjang
Kebijakan
Pemerintah
Gambar 7. Porter Diamond Model
18
Gravity Model
Gravity Model adalah model yang digunakan untuk menganalisis faktorfaktor ekonomi yang memengaruhi perdagangan antara dua negara. Model yang
dibentuk berdasarkan hukum gravitasi Newton ini diaplikasikan untuk menganalisis
terjadinya aliran perdagangan antar negara. Perumusan model ini didapat dari
perumusan umum gravitasi Newton dalam bidang fisika yang menyatakan bahwa
“interaksi antar dua variabel adalah sebanding dengan massanya dan berbanding
terbalik dengan jarak antara objek”. Berdasarkan persamaan tersebut, model
gravitasi mengasumsikan bahwa hubungan perdagangan antarnegara sangat
berpengaruh oleh jarak antarnegara yang melakukan perdagangan tersebut.
Variabel-variabel yang diduga memengaruhi permintaan ekspor produk
makanan olahan Indonesia di kawasan Afrika, yaitu GDP perkapita negara tujuan
ekspor, populasi penduduk negara tujuan ekspor, jarak ekonomi, REER mata uang
negara tujuan ekspor terhadap dolar Amerika Serikat, dan harga ekspor relatif
komoditi. Dengan demikian, model ekonometrika untuk faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia
di Kawasan Afrika adalah sebagai berikut:
lnEXPij = α + β1 lnGDPjt + β2 lnDISTijt + β3 lnHEijt + β4 LlnPOPjt + β5 lnREERjt + µit
Dimana:
lnEXPij
lnGDPi
lnREERij
lnDISTijt
lnPOPij
lnHEijt
µit
: Nilai
= ekspor produk i Indonesia ke negara tujuan tahun ke-t (US$)
: GDP
= perkapita negara j pada tahun ke-t (US$)
: Nilai
= tukar pada tahun ke-t (mata uang negara tujuan/US$)
: Jarak
=
ekonomi pada tahun ke-t (km)
: Populasi negara tujuan (jiwa)
: Harga ekspor (US$/unit)
: error
=
term
Jarak ekonomi diperoleh dengan menggunakan rumus pada persamaan berikut:
Panel Data
Panel data merupakan gabungan antara data time seris dan cross section.
Panel data memiliki jarak yang sama dengan dimensi waktu. Ada beberapa
keuntungan dari menggunakan panel data (Firdaus, 2011) antara lain:
1. Panel data dapat membuat observasi menjadi lebih besar
2. Panel data memberikan informasi data yang lebih informatif, mengurangi
kolinearitas antar peubah serta meningkatkan derajat kebebasan yang
artinya meningkatkan efisiensi
3. Panel data lebih baik dalam mempelajari dynamics of adjustment
4. Data panel dapat mengurangi masalah identifikasi
19
5. Data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang
secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section dan time series
saja
6. Data panel mampu mengontrol heterogenitas individu
Estimasi Model
Pooled Least Square (PLS)
Pada prinsipnya, pendekatan ini adalah menggunakan gabungan dari seluruh
data (pooled), sehingga terdapat N x T observasi, dimana N menunjukkan jumlah
unit cross section dan T menunjukkan jumlah time series yang digunakan (Firdaus,
2011). Pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan parameter β akan bias.
Parameter yang bias ini disebabkan karena PLS tidak dapat membedakan observasi
yang sama pada periode yang berbeda.
Fixed Effect Model (FEM)
FEM muncul ketika antara efek individu dan peubah penjelas memiliki
korelasi dengan Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi ini
membuat komponen error dari efek individu dan waktu dapat menjadi bagian dari
intersep, yaitu:
Untuk one way komponen error: yit = αi + λi + Xitβ + uit
Untuk two way komponen error: yit = αi + λi + uit + Xitβ + uit
Random Effect Model (REM)
REM muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada korelasi.
Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan
kedalam error.
Untuk one way komponen error: yit = αi + λi + Xitβ + uit
Untuk two way komponen error: yit = αi + Xitβ + uit + λi + µit
Pemilihan Model
Dalam melakukan pemilihan model untuk sebuah penelitian diperlukan
dasar pertimbangan statistik. Hal ini ditujukan untuk memperoleh dugaan yang
efisien. Pengujian statistik pemilihan model dalam pengolahan data panel meliputi:
Chow Test
Chow test adalah pengujian untuk memilih apakah model Pooled Least Square
atau Fixed Effect Model yang digunakan. Dalam pengujian ini dilakukan hipotesa
sebagai berikut:
20
H0
H1
: Model Pooled Least Square (PLS)
: Model Fixed Effect (FEM)
Dasar penolakan terhadap H0 adalah dengan menggunakan F-statistik seperti
yang dirumuskan oleh Chow:
Dimana:
ESS1
ESS2
N
T
K
=
=
=
=
=
Residual Sum Square hasil pendugaan model PLS
Residual Sum Square hasil pendugaan FEM
Jumlah data cross section
Jumlah data time section
Jumlah variabel penjelas
Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N1, NT-N-K) jika nilai Chow statistic (F-stat) hasil pengujian lebih besar dari Ftabel,
maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang
digunakan adalah fixed effect model dan begitu juga sebalinya.
Hausman Test
Hausman test adalah pengujian untuk memilih apakah Random Effect
Model atau Fixed Effect Model yang digunakan. Model fixed effect mengandung
unsur trade off, yaitu hilangnya unsur derajat bebas dengan memasukkan variabel
dummy. Namun, penggunaan model random effect juga harus memperhatikan
ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat. Berikut ini hipotesa
Hausman test:
H0
: Model Random Effect Model (REM)
H1
: Model Fixed Effect (FEM)
Sebagai dasar penolakan H0, maka digunakan statistik Hausman dan
membandingkannya dengan Chi-Square. Statistik Hausman dirumuskan sebagai
berikut:
m = (β – b) (M0 – M1)-1 (β – b) ~χ2 (K)
dimana β adalah vektor statistik variabel fixed effect, b adalah vektor statistik
variabel random effect, M0 adalah matriks kovarians untuk dugaan fixed effect
model, dan M1 adalah matriks kovarians untuk dugaan random effect model.
Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari χ2-tabel, maka cukup bukti
melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan adalah model
fixed effect dan begitu pula sebaliknya.
Pengujian Asumsi Model
Untuk dapat menghasilkan model yang efisien, tidak bias, dan konsisten,
maka perlu dilakukan pendeteksian terhadap pelanggaran asumsi dasar model
ekonometrika dengan melakukan pengujian asumsi pada model menyangkut uji
multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
21
Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas menyebabkan R-Squared tinggi, tetapi sedikit koefisiennya
yang nyata bahkan hubungan dapat terbalik. Cara mendeteksinya dengan
Spearman’s Rho Correlation, apabila angka korelasi lebih kecil dari 0.8 makan
dapat dikatakan terbebas dari masalah multikolinieritas.
Uji Autokorelasi
Akibat adanya autokorelasi dalam model yang diestimasi, yaitu pendugaan
parameter masih tetap tidak bias dan konsisten. Namun, penduga ini memiliki
standar error yang bias ke bawah, atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya
sehingga nilai statistik uji-t tinggi (overestimate). Salah satu cara untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan menggunakan metode Generalized Least Square dalam
estimasi model. Untuk mengetahui ada tidaknya masalah autokorelasi pada model
dapat dilihat dari hasil uji Durbin-Watson (DW). Kisaran nilai Durbin-Watson
(DW) yang mengindikasikan ada tidaknya masalah autokorelasi dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya
Nilai DW
Keputusan
2.966 < DW < 4
Tolak H0; ada autokorelasi negatif
2.033 < DW < 2.966
Tidak tentu, coba uji yang lain
1.967 < DW < 2.033
Terima H0
1.034 < DW < 1.967
Tidak tentu, coba uji yang lain
0 < DW < 1.034
Tolak H0; ada autokorelasi positif
Sumber: Firdaus 2004
Uji Heteroskedastisitas
Jika seluruh faktor pengganggu pada model tidak memiliki varian yang
konstan maka diduga model mengalami masalah heteroskedastisitas atau dengan
kata lain, heteroskedastisitas terjadi jika ragam sisaan tidak konstan. Mendeteksi
adanya heteroskedastisitas adalah dengan membandingkan Sum Square Resid pada
Weighted Statistics dengan Sum Squared Resid pada Unweighted Statistics. Jika
Sum Square Resid pada Weighted Statistics < Sum Squared Resid pada Unweighted
Statistics, maka terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengatasi masalah ini digunakan
metode White Heteroscedasticity yang diestimasi dengan Generalized Least
Square (GLS).
Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi error term apakah terdistribusi
secara normal atau tidak. Cara mendeteksi uji normalitas ini yaitu dengan melihat
nilai probabilitas yang dihasilkan. Nilai probabilitas yang lebih dari taraf nyata (5
persen) dapat dinyatakan bahwa model tersebut menyebar secara normal.
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
GAMBARAN UMUM
Ikan olahan merupakan salah satu sub sektor produk makanan olahan dari
sektor industri yang menyumbang pertumbuhan ekspor di Indonesia. Indonesia
mengekspor produk makanan olahan yang di klasifikasikan dengan kode HS
(Harmonized System) yakni HS 16, HS 17, HS 18, HS 19, HS 20, HS 21, dan HS
24. Penelitian ini berfokus pada ekspor komoditi dengan kode HS digit enam yaitu
Sardines, sardinella & brisling spr (HS 160413). Produk makanan olahan
Indonesia dengan kode HS 160413 merupakan salah satu komoditi terbesar ekspor
Indonesia ketujuh negara di kawasan Afrika yaitu Angola, Benin, Cameroon,
Ghana, Nigeria, Mauritius, dan Sierra Leone. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan ekonomi dikawasan Afrika meningkat pesat sehingga daya beli
masyarakat meningkat akibat peningkatan pendapatan juga meningkat.
Tabel 4. Sepuluh cabang industri yang menyerap tenaga kerja paling besar (orang)
Sektor Industri
Tenaga Kerja (orang)
Makanan dan Minuman
2,908,034
Kayu, gabus, anyaman rotan
1,474,599
Pakaian jadi
906,514
Barang galian bukan logam
841,777
Testil
519,364
Furnitur
396,879
Pengolahan tembakau
336,678
Barang logam, bukan mesin
250,844
Alas kaki
185,450
Radio dan peralatan komunikasi
123,730
Sumber: BPS diolah Kemenperin 2014
Menurut GPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman
Indonesia), industri makanan dan minuman termasuk produk makanan olahan
merupakan industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja karena bersifat
padat karya. Berdasarkan data dari Tabel 4 industri makanan dan minuman
termasuk produk makanan olahan merupakan peringkat pertama dalam penyerapan
tenaga kerja yaitu sebesar 2,908,034 orang yaitu mengalami peningkatan sebesar
138,406 orang pada tahun 2014.
Jumlah populasi di negara tujuan ekspor sangat berpengaruh terhadap
peningkatan ekspor dan daya beli masyarakat. Jumlah populasi di kawasan Afrika
seperti Angola, Benin, Cameroon, Ghana, Nigeria, Mauritius, dan Sierra Leone
terus meningkat setiap tahun sehingga Indonesia sangat tertarik untuk terus
meningkatkan ekspornya ke kawasan Afrika. Nigeria merupakan negara yang
memiliki populasi tertinggi di antara enam negara lainnya dan meningkat dari tahun
ke tahun dengan pertumbuhan sebesar 2.72 persen. Sedangkan Angola merupakan
negara yang memiliki pertumbuhan populasi terbesar di antara tujuh negara tujuan
ekspor sebesar 3.37 persen pada tahun 2010 sampai 2014.
23
Tabel 5. Jumlah populasi negara-negara di kawasan Afrika periode tahun 2010
sampai 2014 (Juta Jiwa)
Negara
Angola
Benin
Cameroon
Ghana
Nigeria
Mauritius
Sierra
Leone
2010
21.22
9.51
20.59
24.32
159.42
1.25
2011
21.94
9.78
21.12
24.93
163.77
1.25
5.78
5.91
Tahun
2012
22.69
10.05
21.66
25.54
168.24
1.26
6.04
2013
23.45
10.32
22.21
26.16
172.82
1.26
2014
24.23
10.6
22.77
26.79
177.48
1.26
6.18
6.32
Pertumbuhan
(%) / tahun
3.37
2.75
2.55
2.45
2.72
0.20
2.26
Sumber: UNCTAD 2017
Gross Domestic Product (GDP) suatu negara merupakan suatu patokan
bahwa negara tersebut memiliki potensi besar dalam perluasan pangsa pasar
perdagangan suatu negara. Berdasarkan Gambar 8 menunjukkan bahwa GDP riil
pada negara tujuan ekspor mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan
GDP riil tersebut merupakan sebuah kesempatan bagi Indonesia untuk
mengembangkan ekspornya ke kawasan Afrika khususnya tujuh negara tujuan
ekspor. GDP riil meningkat berkisar antara 0.8 persen sampai 4.7 persen pada
periode 2010-2014. GDP yang terus meningkat diperkirakan dapat meningkatkan
ekspor ikan sarden ke kawasan Afrika.
Sumber: World Bank (diolah)
Gambar 8. Perkembangan gdp riil pada tujuh negara tujuan ekspor
GDP dan populasi yang meningkat setiap tahunnya dapat menjadikan acuan
bagi Indonesia untuk terus berusaha meningkatkan ekspor produk makanan olahan
pada negara yang dituju untuk pengembangan ekspor. Salah satu caranya adalah
melihat kondisi daya saing dan mengetahui kebijakan yang tepat dalam upaya
peningkatan ekspor (Hanoum 2016).
24
Tabel 6. Volume ekspor ikan sarden di negara tujuan ekspor periode tahun 2010
sampai 2014 (Ton)
Tahun
Negara
Angola
Benin
Cameroon
Ghana
Nigeria
Mauritius
Sierra Leone
2010
1221.3
231.2
519.5
2960.3
525.5
36.0
31.0
2011
1586.5
209.5
1088.1
4353.2
1193.9
96.0
135.2
2012
2287.1
736.8
1490.7
2788.0
1569.1
40.0
118.8
2013
1279.2
561.1
466.2
4168.4
490.9
96.4
117.5
2014
1505.5
446.0
1011.7
3251.0
427.5
80.0
59.3
Pertumbuhan
(%) / tahun
11.9
49.5
48.7
9.7
19.2
58.1
68.3
Sumber: Un Comtrade 2017 (diolah)
Tabel 6 menunjukkan bahwa volume ekspor ikan sarden cenderung
berfluktuasi setiap tahunnya. Ghana merupakan negara yang memiliki volume
ekspor terbesar dengan pertumbuhan sebesar 9.7 persen/tahun pada periode 2010
sampai 2014. Negara yang memiliki pertumbuhan volume ekspor terbesar (68.3
persen/tahun) dari tahun 2010 sampai 2014 adalah negara Sierra Leone. Meskipun
terdapat peningkatan ekspor ikan sarden Indonesia ke kawasan Afrika, namun
volume ekspornya cenderung menurun pada tahun 2014 yaitu pada negara Benin,
Ghana, Nigeria, Mauritius, dan Sierra Leone dibandingkan tahun sebelumnya. Hal
ini disebabkan karena menurunnya harga ikan dunia serta turunnya produksi dalam
negeri (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2015).
Daya Saing Komparatif Ikan Sarden Indonesia di Negara-Negara Afrika
Daya saing komparatif ikan sarden Indonesia dilakukan dengan metode
analisis RCA. Nilai RCA yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa produkproduk yang di analisis memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing kuat
sehingga dapat melakukan ekspor di kawasan Afrika. Sedangkan nilai RCA yang
lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa produk-produk yang di analisis tidak
memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing lemah sehingga sebaiknya
tidak melakukan ekspor di kawasan Afrika. Hasil analisis daya saing komparatif
ikan sarden Indonesia mempunyai nilai RCA dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil estimasi RCA ikan sarden Indonesia periode tahun 2010 sampai 2014
Pertumbuhan
Negara
Nilai RCA
Ket
Ket
RCA (%) / tahun
Angola
39.05
Kuat
30.46
+
Benin
63.32
Kuat
12.66
+
Cameroon
113.13
Kuat
32.03
+
Ghana
73.67
Kuat
-7.73
Nigeria
83.30
Kuat
-13.74
Mauritius
3.01
Kuat
74.03
+
Sierra Leone
44.29
Kuat
43.65
+
Sumber: Un Comtrade 2017 (diolah)
25
Hasil perhitungan dengan analisis RCA (Tabel 7) menunjukkan bahwa tujuh
negara di negara-negara Afrika memiliki nilai RCA yang lebih dari satu,
mengindikasikan bahwa ikan sarden dapat berdaya saing komparatif di negaranegara Afrika. Negara Angola, Benin, Cameroon, Mauritius, dan Sierra Leone
memiliki pertumbuhan daya saing yang meningkat setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan karena Indonesia merupakan negara importir tiga terbesar komoditi
ikan sarden Indonesia di kawasan Afrika setelah Maroko dan Thailand. Sedangkan
Ghana dan Nigeria memiliki pertumbuhan daya saing yang menurun karena adanya
negara importir lain yang menjual komoditi ikan sarden lebih murah daripada
Indonesia. Sehingga masyarakat di negara Ghana dan Nigeria cenderung memilih
untuk membeli ikan sarden yang harganya lebih murah.
Dinamika Ekspor Ikan Sarden Indonesia di Negara-Negara Afrika
Untuk mengetahui negara-negara di kawasan Afrika yang berpotensi
dijadikan tujuan ekspor ikan sarden Indonesia dapat dilihat dari posisi pasar dengan
menggunakan metode EPD (Export Product Dynamic). Posisi pasar “Rising Star”
menunjukkan bahwa adanya peningkatan pangsa pasar dan permintaan ekspor ikan
sarden Indonesia ke negara tujuan ekspor. Posisi pasar “Loss Opportunity”
menunjukkan bahwa pertumbuhan permintaan relatif meningkat namun
pertumbuhan ekspor dari Indonesia masih rendah. Posisi pasar “Falling Star”
menunjukkan bahwa pertumbuhan pasar relatif rendah namun pertumbuhan ekspor
dari Indonesia relatif tinggi. Sedangkan posisi pasar “Retreat” menunjukkan bahwa
pertumbuhan pasar relatif rendah dan pertumbuhan ekspor Indonesia relatif rendah.
Tabel 8 Hasil estimasi EPD ikan sarden Indonesia periode tahun 2010 sampai 2014
Nilai EPD
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Negara
Posisi Pasar
Pangsa Pasar
Pangsa Pasar
Ekspor (%)
Produk (%)
Angola
12.55
-7.46
Falling Star
Benin
3.02
45.40
Rising Star
Cameroon
15.84
-8.56
Falling Star
Ghana
-4.83
8.15
Lost Opportunity
Nigeria
-7.21
8.40
Lost Opportunity
Mauritius
39.71
-14.08
Falling Star
Sierra Leone
47.58
6.78
Rising Star
Sumber: Un Comtrade (diolah) 2017
Hasil analisis EPD pada Tabel 8 menunjukkan bahwa ikan sarden memiliki
posisi pasar Rising Star, Lost Opportunity, dan Falling Star. Posisi pasar Rising
Star menunjukkan bahwa negara tersebut terjadi peningkatan pangsa pasar ekspor
dan pangsa pasar produk. Negara yang mengalami posisi pasar Rising Star yaitu
Benin dan Sierra Leone. Posisi pasar Lost Opportunity menunjukkan bahwa negara
tersebut terjadi penurunan pangsa pasar tetapi permintaan terhadap komoditi ikan
sarden justru meningkat. Negara-negara yang mengalami Lost Opportunity yaitu
Ghana dan Nigeria. Negara Angola, Cameroon, dan Mauritius memiliki posisi daya
26
saing Falling Star yang mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan pangsa pasar
ekspor namun pangsa pasar produk menurun.
Negara Benin dan Sierra Leone memiliki posisi pasar dan nilai RCA yang
Rising Star dan kuat yaitu terjadi peningkatan pada pangsa pasar ekspor,
peningkatan permintaan ikan sarden, dan mampu berdaya saing di negara tujuan
ekspor. Sehingga Indonesia mempunyai kesempatan untuk terus memperluas pasar
dan mempertahankan ekspor komoditi ikan sarden di negara Benin dan Sierra
Leone.
Negara Angola, Cameroon, dan Mauritius memiliki daya saing yang kuat
dan berada di posisi Falling Star. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pangsa
pasar ekspor meningkat namun terjadi penurunan permintaan komoditi ikan sarden
di negara tersebut, artinya Indonesia kehilangan kesempatan untuk memenuhi
permintaan ikan sarden Indonesia di kedua negara tersebut. Meskipun begitu
komoditi tersebut masih memiliki kesempatan untuk memenuhi permintaan di
negara tujuan. Salah satu caranya dengan melakukan peningkatan kualitas produk
agar diminati oleh negara tujuan.
Ikan sarden di Ghana dan Nigeria memiliki daya saing yang kuat namun
berada di posisi Lost Opportunity. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pangsa
pasar ekspor komoditi tersebut mengalami penurunan ketika permintaan terhadap
komoditi ikan sarden di kedua negara tersebut mengalami peningkatan, artinya
Indonesia kehilangan kesempatan dalam mengoptimalkan pasar yang dinamis untuk
meningkatkan keuntungan. Pemerintah harus lebih memfokuskan ekspor kepada
negara-negara yang memiliki permintaan ekspor yang besar untuk meningkatkan
keuntungan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan inovasi agar bahan baku
ikan sarden tidak terjadi penurunan produksi.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Ikan Sarden Indonesia di Kawasan
Afrika
Gravity Model dengan metode data Panel digunakan untuk menjelaskan
faktor-faktor yang memengaruhi nilai ekspor ikan sarden Indonesia ke negara
tujuannya yaitu tujuh negara di kawasan Afrika. Variabel yang di gunakan
diantaranya yaitu nilai ekspor komoditi ikan sarden Indonesia ke Afrika (EXP),
GDP riil negara tujuan ekspor (GDPj), Real Effective Exchange Rate (REER), jarak
ekonomi (DISTij), populasi negara tujuan ekspor (POPjt) dan harga ekspor (Heij).
Estimasi pemilihan model terbaik dilakukan dengan uji chow dan uji hausman
(lampiran 4) untuk memilih model terbaik yaitu Pooled Least Square (PLS), Fixed
Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM). Tabel 10 menunjukkan
hasil uji estimasi model komoditi ikan sarden (HS 160413) yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 9. Hasil uji estimasi model ikan sarden Indonesia (HS 160413)
Uji Estimasi Model
Prob
Kesimpulan
Chow Test
0.0000
Tolak H0
FEM
Hausman Test
0.0000
Tolak H0
FEM
Sumber: diolah oleh penulis
27
Berdasarkan Tabel 9, probabilitas uji chow dan uji hausman lebih kecil dari
taraf nyata 5 persen (prob < 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Tolak H0 dan
model terbaik yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).
Tabel 10. Hasil estimasi gravity model dengan data panel ikan sarden Indonesia
Variabel
Koefisien
Prob.
C
107.8784*
0.0218
LNGDPJ
4.8651**
0.0817
LNDIST
-6.2708*
0.0280
LNHE
1.9236*
0.0000
LNPOP
-10.7323**
0.0751
LNREER
0.2307
0.6123
Weighted Statistics
R-square
0.9478
Prob(F-statistic)
0.0000
Sum squared resid
4.9701
Durbin-Watson stat
2.6402
Unweighted Statistics
Sum squared resid
5.511810
Keterangan: Signifikan pada taraf nyata 5% (*)
Signifikan pada taraf nyata 10% (**)
Model yang digunakan dalam ekspor ikan sarden Indonesia adalah sebagai
berikut:
LNEXP = 107.8784 + 4.8651 LNGDPjt – 6.2708 LNDISTijt + 1.9236 LNHEijt – 10.7323
LNPOPjt + 0.2307 REERjt + µit
Tabel 10 menunjukkan bahwa jarak ekonomi dan harga ekspor merupakan
variabel-variabel yang signifikan memengaruhi nilai ekspor komoditi ikan sarden
dengan HS 160413 Indonesia ke tujuh negara tujuan di Afrika pada taraf nyata 5
persen. GDP riil negara tujuan ekspor dan populasi signifikan pada taraf nyata 10
persen. Sedangkan Real Effective Exchange Rate (REER) tidak signifikan
memengaruhi ekspor komoditi ikan sarden Indonesia di kawasan Afrika. Hasil
estimasi model tersebut memiliki nilai R-squared sebesar 0.9478 yang
menunjukkan bahwa 94.78 persen keragaman variabel dependen dapat di jelaskan
oleh variabel-variabel independen pada model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh
variabel lain diluar model.
Model diatas perlu untuk diuji asumsi klasik agar mendapatkan model yang
memenuhi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Terdapat empat uji asumsi
klasik yang memenuhi BLUE diantara lain: Uji multikolinearitas dapat dilihat dari
nilai probabilitas dan matriks korelasi antar variabel. Model nilai ekspor ikan
sarden Indonesia memiliki nilai R-Squared sebesar 0.9494 dan terdapat empat
variabel bebas yang signifikan dan satu variabel yang tidak signifikan,
menunjukkan bahwa model terbebas dari multikolinearitas. Selain itu uji
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai probabilitas dan matriks korelasi antar
variabel (Lampiran 7). Pada model menunjukkan bahwa nilai korelasi parsial antar
variabel independen lebih kecil dari 0.8 (Spearmen’s Rho Correlation), atau
28
variabel independen tidak melebihi nilai R-squared, sehingga dapat disimpulkan
tidak terjadi multikolinearitas.
Uji normalitas menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari taraf
nyata 5 persen (0.2964 > 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa model sudah
memiliki error terms yang menyebar normal. Uji autokorelasi menggunakan uji
Durbin-Watson menyatakan bahwa Nilai DW sebesar 2.6402, sehingga tidak ada
kesimpulan. Namun untuk panel data, uji asumsi klasik Autokorelasi dapat di
abaikan (Iqbal, 2015). Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai sum squared
resid pada weighted statistics sebesar 4.9701 lebih kecil dari sum squared resid
pada unweighted statistics sebesar 5.5118. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat
permasalahan heteroskedastisitas pada model tersebut, namun heteroskedastisitas
dapat diabaikan karena estimasi model telah menggunakan pembobotan crosssection.
GDP Riil Negara Tujuan
GDP sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja ekonomi. Semakin
besar GDP suatu negara menunjukkan semakin besarnya kemampuan dari negara
tersebut untuk melakukan perdagangan dengan negara lain. Hasil analisis regresi
gravity model aliran ekspor produk makanan olahan Indonesia dengan kode HS
160413 menunjukkan koefisien variabel GDP negara mitra dagang (GDPjt)
memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai ekspor komoditi ikan
sarden. Variabel ini mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.0817 terhadap nilai
ekspor Indonesia pada taraf nyata 10 persen. Hasil estimasi menunjukkan ketika
terjadi kenaikan GDP riil negara tujuan sebesar 1 persen, maka terjadi peningkatan
nilai ekspor ikan sarden sebesar 4.86 persen (cateris paribus). Kenaikan GDP di
tujuh negara tujuan ekspor mengindikasikan bahwa daya beli penduduk negara
tujuan yang tinggi terhadap ikan sarden Indonesia sehingga permintaan ekspor akan
meningkat. Hipotesis ini sesuai dengan penelitian dari Putri (2013). Koefisien
sebesar (4.865182 > 1) menunjukkan bahwa elastisitas pendapatan terhadap
permintaan yang tinggi menunjukkan komoditas tersebut merupakan barang
normal. Hal ini mengindikasikan bahwa GDP meningkat yang menggambarkan
peningkatan pendapatan maka konsumsi masyarakat dinegara tersebut akan
meningkat.
Real Effective Exchange Rate (REER)
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai tukar negara tujuan memiliki
hubungan positif dan tidak signifikan berpengaruh terhadap nilai ekspor komoditi
ikan sarden Indonesia di tujuh negara di kawasan Afrika. REER memiliki
probabilitas sebesar 0.6123 terhadap nilai ekspor komoditi ikan sarden Indonesia.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan terhadap REER
sebesar 1 persen maka akan terjadi peningkatan nilai ekspor komoditi ikan sarden
Indonesia sebesar 0.23 persen (cateris paribus). Menurut penelitian dari Hanoum
(2016) menyatakan bahwa REER merupakan nilai tukar yang dipengaruhi oleh
pembobotan perdagangan dengan negara-negara mitra dagang. Pembobotan ini
mengakibatkan hubungan antara kedua variabel menjadi positif, karena keadaan
Indonesia yang lebih banyak melakukan ekspor barang komoditas primer.
29
Variabel nilai tukar riil secara teoritis berhubungan positif dan signifikan
terhadap nilai ekspor ikan sarden Indonesia. Hasil estimasi ini sesuai dengan
penelitian Mira (2016) yang menyatakan bahwa apabila nilai tukar suatu negara
menguat (apresiasi) maka harga di dalam negeri lebih mahal dan harga produk di
luar negeri terlihat lebih murah. Sehingga penduduk di negara mitra lebih memilih
untuk membeli barang-barang luar negeri yang lebih murah.
Jarak Ekonomi
Jarak ekonomi merupakan hasil perhitungan jarak antara Indonesia dengan
negara importir terhadap GDP riil negara tujuan ekspor yang digunakan dalam
menentukan aliran perdagangan suatu produk. Jarak ekonomi berhubungan dengan
biaya transportasi, jadi semakin jauh jarak maka akan meningkatkan biaya
transportasi sehingga akan mengurangi perdagangan. Pada komoditi ikan sarden,
jarak ekonomi memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap nilai ekspor
Indonesia. Hasil estimasi menunjukkan bahwa ketika biaya transportasi mengalami
peningkatan sebesar 1 persen maka nilai ekspor ikan sarden mengalami penurunan
sebesar 6.27 persen (cateris paribus). Hasil estimasi ini didukung oleh studi
Yuniarti (2007) yang menyatakan bahwa jarak ekonomi berpengaruh negatif
dengan perdagangan bilateral. Peningkatan jarak ekonomi mengindikasikan biaya
transportasi untuk pengangkutan semakin meningkat karena semakin jauh jarak
yang harus ditempuh sehingga akan berdampak pada penurunan ekspor ikan sarden
Indonesia ke negara-negara Afrika.
Harga Ekspor
Harga ekspor ikan sarden Indonesia memiliki nilai probabilitas sebesar
0.0000 dan signifikan pada taraf nyata 5 persen. Hasil estimasi menunjukkan bahwa
harga ekspor komoditi ikan sarden berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
ekspor Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan harga ekspor
komoditi ikan sarden sebesar 1 persen maka nilai ekspor komoditi ikan sarden
Indonesia di negara-negara Afrika meningkat sebesar 1.92 persen (cateris paribus).
Harga ekspor ikan sarden yang meningkat menggambarkan mutu dan kualitas
terhadap komoditi tersebut. Harga ikan sarden diperoleh dari nilai ekspor ikan
sarden dibagi dengan volume ekspor ikan sarden, sehingga antara nilai ekspor
dengan harga ekspor memiliki hubungan yang positif (Hanoum, 2016). Selain itu
ikan sarden bagi masyarakat di negara-negara Afrika yang tergolong negara cukup
miskin menjadi makanan yang cukup praktis dikonsumsi dan memiliki kandungan
gizi yang cukup baik. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian dari Ulfah (2012).
Populasi Negara Tujuan Ekspor
Hasil estimasi menunjukkan bahwa peningkatan populasi negara-negara
Afrika berhubungan negatif dan signifikan terhadap nilai ekspor ikan sarden
Indonesia dengan nilai probabilitas sebesar 0.0751 yang signifikan pada taraf nyata
10 persen. Apabila terjadi peningkatan populasi negara tujuan sebesar 1 persen
maka akan menurunkan nilai ekspor komoditi ikan sarden sebesar 10.73 persen
(cateris paribus). Hasil estimasi ini sesuai dengan penelitian Mufti (2012) yang
30
menyatakan bahwa meningkatnya jumlah populasi masyarakat negara mitra
menyebabkan permintaan terhadap impor ikan sarden Indonesia juga semakin
meningkat. Kendalanya adalah kurangnya pasokan bahan baku ikan sarden
sehingga dari sisi penawaran, Indonesia mengurangi ekspor walaupun terjadi
permintaan yang cukup meningkat di kawasan Afrika. Sedangkan penelitian dari
Permatasari (2015) menyatakan bahwa suatu negara yang memiliki ukuran lebih
besar menunjukkan bahwa negara tersebut mempunyai potensi produk yang
beragam dan cenderung bisa memenuhi kebutuhan negaranya sendiri. Sehingga
besarnya populasi diperkirakan mempunyai hubungan yang negatif dengan
perdagangan.
Daya Saing Kompetitif (Porter’s Diamond) Ikan Sarden Indonesia di Kawasan
Afrika
Kondisi Faktor
Kondisi faktor meliputi semua ketersediaan sumber daya input, yaitu seperti
sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, sumber daya IPTEK
dan sumber daya infrastruktur. Ketersediaan input dalam jumlah sesuai dengan
kebutuhan serta semakin tinggi kualitas input, semakin besar peluang industri dan
negara dalam meningkatkan dayasaing.
Kondisi faktor industri produk makanan olahan Indonesia berdasarkan hasil
studi literatur adalah seperti berikut ini.
1. Persediaan bahan baku ikan sarden harus di impor karena terjadi penurunan
produksi (-) (sumber: Jitunews 2014)
2. Minimnya fasilitas pendingin atau cold storage yang ada di sentra-sentra ikan
(-) (sumber: Kemenperin 2014)
3. Produktivitas tenaga kerja sub sektor makanan dan minuman mengalami
fluktuatif namun cenderung meningkat. Pertumbuhan produktivitas tenaga
kerja pada periode tahun 2009 sampai 2012 sebesar 23 persen. Hal ini
ditunjukkan pada Gambar 9. (+) (sumber: Badan Pusat Statistik 2017)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2017
Gambar 9. Produktivitas Tenaga Kerja Sub Sektor makanan dan minuman
4. Penyerapan tenaga kerja bagi industri makanan dan minuman meningkat
sebesar 4.7 persen pada tahun 2014 (+) (sumber: Kemenperin 2015)
31
5. Tenaga kerja di Indonesia yang relatif murah merupakan salah satu keunggulan
bagi industri produk makanan olahan Indonesia untuk dapat menurunkan biaya
produksi (+) (sumber: Okezone 2015)
Kondisi Permintaan
1. Berdasarkan analisis EPD, terdapat 3 negara dikawasan Afrika yang berada
pada posisi Falling Star (-)
2. Nilai RCA >1 yang menunjukkan bahwa ekspor ikan sarden Indonesia
memiliki daya saing komparatif yang kuat. (+)
3. Jarak berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor (-) (sumber: WITS)
4. Harga ekspor berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor (+) (sumber:
WITS)
5. Populasi berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor (-) (sumber: WITS)
Industri Terkait Penunjang
1. Industri hulu ikan sarden menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan dari segi produksi adalah ketersediaan bahan baku (-) (sumber:
Jitunews 2014)
2. Bekerjasama dengan produsen kaleng, saos, dan kardus (+) (sumber:
Kurniawati 2014)
3. Berdasarkan Laporan Kerja Perindustrian tahun 2014, salah satu permasalahan
industri pengalengan ikan Indonesia adalah lemahnya penerapan teknologi
penutupan kaleng dalam industri (-) (sumber: Kemenperin 2014)
Strategi, Struktur, dan Persaingan Usaha
1. Industri pengalengan sarden Indonesia menempati posisi ketiga ekspor ke
kawasan Afrika setelah Maroko dan Thailand (+) (sumber: Kemenperin 2014)
2. Di pasar internasional, industri ikan sarden Indonesia menghadapi pesaing
produsen lainnya yaitu Maroko, Thailand, Philipina, Singapura, dan Malaysia
(-) (sumber: Kemenperin 2014)
3. Strategi industri untuk memperkenalkan produk ke daerah-daerah yang secara
geografis merupakan daerah baru untuk memperbesar pangsa pasar (+)
(sumber: Kurniawati 2014)
Kebijakan Pemerintah
1. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 132/PMK.010/2015 menetapkan bahwa
produk impor olahan ikan atau yang diawetkan, kaviar dan pengganti kaviar
yang diolah dari telur ikan, salmon, dan sarden dikenakan bea masuk sebesar
15 persen (+) (sumber: Kemenperin 2015)
2. Pemerintah memberikan izin impor bahan baku ikan sarden untuk kebutuhan
industri pengalengan (-) (sumber: Kompas 2016)
3. Kebijakan pemerintah pada pasal 22 yang menyatakan bahwa adanya
penyesuaian pengenaan PPh agar dapat menurunkan impor dan mendongkrak
ekspor (+) (sumber: Kemenkeu 2013)
Kesempatan
1. Kondisi pasar ekspor produk makanan olahan di Benin dan Sierra Leone yaitu
Rising Star (+)
32
2. Kondisi pasar ekspor produk makanan olahan di Ghana dan Nigeria yaitu Lost
Opportunity (+)
3. Kondisi pasar ekspor produk makanan olahan di Angola, Cameroon, dan
Mauritius yaitu Falling Star (-)
Kesempatan
1. Rising Star: Benin dan Sierra Leone (+)
2. Lost Opportunity: Ghana dan Nigeria
(+)
3. Falling Star: Angola, Cameroon,
Mauritius (-)
Strategi, Struktur, dan Persaingan
1. Industri
ikan
sarden
Indonesia menempati posisi
ketiga terbesar (+)
2. Pesaing
:
Maroko,
Thailand,
Philipina,
Singapura, dan Malaysia (-)
3. Strategi : memperbesar
pangsa pasar (+)
1.
2.
3.
4.
5.
Kondisi Faktor
Bahan baku makanan olahan sebagian
besar impor (-)
Minimnya fasilitas pendingin atau Cold
Storage (-)
Produktivitas tenaga kerja meningkat
(+)
Penyerapan tenaga kerja meningkat (+)
Tenaga kerja Indonesia relatif murah (+)
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
Kondisi Permintaan
Terdapat 3 negara pada posisi pasar
yang Falling Star (-)
Nilai RCA > 1 (+)
Jarak berpengaruh negatif (-)
Harga ekspor berpengaruh positif (+)
Populasi berpengaruh negatif (-)
Industri Terkait dan Penunjang
Permasalahan bahan baku
pada
industri hulu (-)
Kerjasama dengan produsen kaleng,
saos, dan karton (+)
Lemahnya penguasaan teknologi
penutupan kaleng (-)
Peran Pemerintah
1. Peraturan Menteri Keuangan
132/PMK.010/2015 menetapkan
tarif impor sebesar 15 persen (+)
2. Perizinan impor bahan baku ikan
sarden (-)
3. Peraturan pemerintah pasal 22 (+)
Gambar 10. Diagram Porter’s Diamond Model
33
Berdasarkan hasil dari analisis diagram Porter’s Diamond, Indonesia
memiliki daya saing kompetitif pada komoditas ikan sarden. Keempat faktor utama
yang dianalisis menunjukkan lebih banyak peluang serta faktor-faktor positif
dibandingkan faktor-faktor negatif. Kondisi faktor menunjukkan bahan baku ikan
sarden yang berasal dari ikan lemuru mengalami penurunan produksi sehingga
untuk memenuhi permintaan ekspor dilakukan impor bahan baku. Selain itu masih
minimnya alat pendingin atau cold storage untuk penyimpanan ikan segar sehingga
banyak bahan baku ikan sarden mengalami pembusukan akibat kurangnya alat
pendingin.
Industri terkait dan penunjang dalam ekspor ikan sarden salah satunya
adalah PT Maya Muncar yang menyatakan bahwa masih kurangnya bahan baku
dari ikan sarden tersebut. Selain itu, industri penunjang nya adalah PT United
Canned Company (UCC) Jakarta dan PT Puri Nusa Eka Persada Semarang untuk
memproduksi kaleng, saos, dan kardus. Industri ikan sarden Indonesia menempati
posisi ketiga terbesar setelah negara Maroko dan Thailand yang mengekspor ikan
sarden ke kawasan Afrika. Pesaing importir terbesar ikan sarden di kawasan Afrika
adalah Philipina, Singapura, dan Malaysia. Strategi yang digunakan adalah untuk
memperkenalkan produk ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah
baru untuk memperbesar pasar. Selain itu, meningkatkan kualitas produk agar tidak
kalah saing dengan negara importir lain guna meningkatkan daya saing kompetitif
ikan sarden Indonesia di kawasan Afrika.
Faktor permintaan menjadi faktor utama yang menentukan permintaan
ekspor ikan sarden Indonesia. Populasi dan jarak ekonomi yang berhubungan
dengan biaya transportasi berhubungan negatif terhadap permintaan ekspor ikan
sarden. Hal ini disebabkan karena semakin jauh jarak, maka semakin mahal biaya
ekspor ikan sarden tersebut sehingga permintaan ekspor menurun. Sedangkan harga
ekspor berpengaruh positif terhadap permintaan ikan sarden Indonesia
menyebabkan Indonesia mempunyai daya saing kompetitif. Posisi pasar yang
Falling Star pada negara Angola, Cameroon, dan Mauritius menyebabkan
terjadinya penurunan permintaan terhadap ikan sarden Indonesia. Peran pemerintah
serta kesempatan yang tersedia turut berperan terhadap daya saing kompetitif ikan
sarden Indonesia. Posisi pasar yang Rising Star dan Falling Star menjadi
kesempatan bagi Indonesia untuk terus mempertahankan pangsa pasarnya di
kawasan Afrika. Selain itu peraturan yang dibuat oleh pemerintah juga turut
berperan terhadap daya saing kompetitif ikan sarden Indonesia.
Kondisi yang positif pada keseluruhan faktor perlu dipertahankan agar daya
saing kompetitif ikan sarden Indonesia di kawasan Afrika dapat terus berkontribusi
dalam meningkatkan nilai ekspor Indonesia.
34
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan maka kesimpulan dari
penelitian ini sebagai berikut:
1. Ikan sarden Indonesia di kawasan Afrika memiliki posisi daya saing
komparatif yang kuat dilihat dari nilai RCA yang lebih dari satu. Hasil analisis
EPD terhadap komoditi ikan sarden menempati posisi Rising Star yaitu Benin
dan Sierra Leone, Lost Opportunity pada negara Ghana dan Nigeria. Falling
Star pada negara Angola, Cameroon, dan Mauritius.
2. Berdasarkan hasil analisis gravity model menunjukkan bahwa variabel GDP
perkapita negara tujuan, populasi, harga ekspor dan jarak ekonomi signifikan
memengaruhi nilai ekspor produk makanan olahan dengan komoditi ikan
sarden. Sedangkan nilai tikar tidak signifikan memengaruhi.
3. Berdasarkan hasil analisis Porter’s Diamond Model, terlihat bahwa komponen
daya saing yang menjadi keunggulan komoditi ikan sarden Indonesia terletak
pada kondisi faktor, kesempatan, strategi, struktur, dan persaingan dan peran
pemerintah. Sedangkan kondisi permintaan dan industri terkait dan penunjang
menjadi kelemahan industri ikan sarden Indonesia.
Saran
1. Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus bagi komoditi ikan sarden
Indonesia yang mengalami penurunan pangsa pasar dan permintaan ekspornya.
Sedangkan untuk komoditi produk makanan olahan Indonesia yang mengalami
peningkatan pangsa pasar dan permintaan ekspornya perlu dipertahankan agar
tetap menjadi produk potensial dalam meningkatkan ekspor non migas
Indonesia. Serta harus dilakukan promosi dan pameran bagi komoditas produk
makanan olahan untuk meluaskan diversivikasi produk.
2. Pemerintah perlu meningkatkan kualitas pada negara yang mengalami posisi
pasar yang Falling Star agar pangsa produk komoditi ikan sarden meningkat.
Sedangkan negara yang mengalami posisi pasar yang Lost Opportunity
pemerintah perlu dipertahankan dan perlu menambah inovasi agar bahan baku
ikan sarden Indonesia tidak terjadi penurunan produksi.
3. Pemerintah harus meningkatkan permintaan dan pangsa pasar ekspor pada
negara-negara yang memiliki GDP dan populasi yang tinggi sehingga dapat
bersaing di kawasan Afrika.
35
DAFTAR PUSTAKA
Adhiba, CR. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Ikan Olahan
Indonesia Ke Negara Tujuan Ekspor [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Adji A. 2010. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja Industri Makanan Minuman di Indonesia. Tersedia pada: Buletin Ilmiah
Litbang Perdagangan, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Amalia S dan Fahmi I. 2007. Faktor-faktor yang Memengaruhi Impor Susu
Indonesia. Jurnal Manajemen dan Agribisnis 4(2): 91-21.
Andini D. 2016. Peningkatan Daya Saing Ekspor Produk Olahan Kakao Indonesia
di Pasar Internasional (Studi Pada Ekspor Produk Olahan Kakao Indonesia
tahun 2009-2014). Malang (ID): Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas
Brawijaya.
Anhar, N. 2016. Analisis Kinerja Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
Indonesia ke Amerika Latin Periode Tahun 2009 sampai 2013 [Skripsi].
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
[BAPPENAS]
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2016. Neraca
Perdagangan Indonesia. [diunduh 2016 Desember 13]. Tersedia pada:
www.bappenas.go.id
CEPII database. Berbagai Terbitan. www.cepii.fr [Desember 2016]
[COMTRADE] Commodity Trade Statistics Database. 2016. Acces From World
Integrated Trade Solution (WITS) Database [internet]. [diunduh 2017
Januari].
[Tersedia
Pada:
https://wits.worldbank.org/WITS/WITS/Restricted/Login.aspx]
Ernawati, 2009. Analisis Peluang dan Tantangan Indonesia dalam Meningkatkan
Ekspor Makanan Olahan: Studi Kasus Negara Tujuan Ekspor Vietnam
[jurnal]. Surabaya (ID): Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor
(ID): IPB Press
Hanoum, FN. 2016. Analisis Kinerja Ekspor Elektronika Indonesia ke Amerika
Latin [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Harum, D. 2013. Analisis Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Aliran Ekspor Mangga Indonesia Ke Negara Tujuan [Skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Hazemi R. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ekspor
Kepiting Indonesia [Tesis]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Iqbal M. 2015. Regresi Panel Data “Tahap Analisis”. Jakarta (ID): Perbanas
Institute.
Irwanto EP. 2012. Analisis Faktor Ekspor Komoditas Kakao Indonesia ke Kawasan
Uni Eropa [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
36
Jitunews. 2014. Indonesia Pasar Potensial untuk Pengalengan Ikan. [Tersedia pada:
http://www.jitunews.com/read/5085/indonesia-pasar-potensial-untukpengalengan-ikan]
[KEMENDAG RI] Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Berbagai
Terbitan. www.kemendag.go.id [diunduh 2016 Desember]
[KEMENDAG RI] Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Kajian
Kebijakan Pengembangan Diversivikasi Pasar dan Produk Ekspor.
Diterbitkan Oleh: Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Badan
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan.
[KEMENDAG RI] Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Kajian Tentang
Peluang
Ekspor
Indonesia
ke
Nigeria.
Tersedia
pada:
http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/44614210
56619.pdf
[KEMENKEU RI] Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Paket Kebijakan
Baru untuk Tingkatkan Ekspor dan Tekan Impor. [Tersedia pada:
http://kemenkeu.go.id/Berita/paket-kebijakan-baru-untuk-tingkatkan-ekspordan-tekan-impor]
[KEMENPERIN RI] Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Pemantauan
Impor 31 Kelompok Hasil Industri [internet]. [diunduh 2016 November].
Khairunisa GR. 2016. Daya Saing Minyak Sawit Indonesia Dan Dampak
Renewable Energy Directive (Red) Terhadap Ekspor Indonesia Di Pasar Uni
Eropa [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Kompas. 2016. Impor Ikan Bukan karena Indonesia Kekurangan Ikan. [Tersedia
pada:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/11/16/210000726/impor.ikan.b
ukan.karena.indonesia.kekurangan.ikan]
Krugman, P, Obst Felt M. 2003. Ekonomi Internasional. Faisal, Basri, penerjemah;
Sarwiji. Koordinator Editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari
: Internasional Economics. Ed ke-5.
Lipsey, R.G. Courant, dan CTS 1993. Pengantar Makroekonomi Edisi Kesepuluh
Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara.
Mankiw, G. 2006. Makroekonomi. Liza, Nurmawan, Penerjemah. Jakarta (ID):
Penerbit Erlangga. Terjemahan dari Macroeconomic, 6th Edition. ED ke-6.
Marina M. 2016. Analisis Kinerja Ekspor Kertas Indonesia ke Amerika Latin
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Mufti, Aryo. 2012. Analisis Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan
Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi [Tesis]. Bogor (ID):
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Nurmalina. 2012. Analisis Kinerja dan Daya Saing Perdagangan Biji Kakao dan
Produk Kakao Olahan Indonesia di Pasar Internasional. Bogor (ID): Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Okezone. 2015. Rendahnya Gaji Buruh di Indonesia. [http://www.okezone.com]
Oktaviani R dan Novianti T. 2009. Teori Perdagangan dan Aplikasinya di
Indonesia. Bogor (ID): Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
37
Permatasari M. 2015. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Ekspor Lada Indonesia di Negara Tujuan Ekspor [Skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Porter, ME. 1990. The Competitive Advantage of Nation. The Free Press, New
York. [US]
Porter, M. 1998. The Competitive Advantage of Nations. The Macmillan Press. Ltd.
Hampshire, UK.
Putri, AWE. 2014. Analisis Daya Saing Produk Makanan Olahan Indonesia di
Negara Tujuan Ekspor [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Rinaldi, R. 2014. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Aliran Perdagangan Komoditi Unggulan Ekspor Indonesia ke Afrika Selatan
[Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Safitri A. 2016. Posisi Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor
Otomotif Indonesia Ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009-2014 [skripsi].
Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Haris Munandar [Penerjemah]. Jakarta
(ID): Erlangga
Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi
kesembilan. Yelvi [Penerjemah]. Jakarta (ID): Erlangga
Ulfah, M. 2012. Analisis Potensi Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan
Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
[UNCTAD] United Nation Conference on Trade and Development. 2016. Tersedia
pada: www.unctad.org .
[UN COMTRADE] United Nations Commodity Trade Statistics Database. Access
From World Integrated Trade Solution (WITS) Database [internet]. [diunduh
2017 Januari 26] Tersedia Pada: http://comtrade.un.org/dp/
[WITS] World Integrated Trade Solution. [diunduh Februari 2017]. Tersedia pada:
http://wits.worldbank.org.
World Bank. [diunduh 2017 Januari – 2017 Februari]. Tersedia pada:
http://www.worldbank.org.
Yuniarti D. 2007. Analisis Determinan Perdagangan Bilateral Indonesia Pendekatan
Gravity Model. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 12(2). [IDN]
Zarzoso I dan Lehman F. 2002. Augmented Gravity Model: An Empirical
Application to Mercasur European Union Trade Flows. Journal of Applied
Economics 6(2): 291-316.
38
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Olahan Metode EPD Ikan Sarden Indonesia di Kawasan Afrika
Negara
Tahun
Share
Xij/Wij
Share
Xt/Wt
Angola
2010
2011
2012
2013
2014
0.29
0.34
0.40
0.13
0.23
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
Benin
2010
2011
2012
2013
2014
0.98
0.53
0.87
0.69
0.78
0.01
0.02
0.01
0.01
0.02
Cameroon
2010
2011
2012
2013
2014
0.78
0.47
0.68
0.53
0.95
0.01
0.01
0.01
0.00
0.00
Ghana
2010
2011
2012
2013
2014
0.97
0.86
0.76
0.86
0.78
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
Mauritius
2010
2011
2012
2013
2014
0.03
0.09
0.03
0.05
0.04
0.02
0.02
0.02
0.02
0.01
Nigeria
2010
2011
2012
2013
2014
0.88
0.89
0.88
0.89
0.62
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
Sierra Leone
2010
2011
2012
2013
2014
0.28
0.39
0.99
1.00
0.94
0.02
0.01
0.01
0.02
0.02
Average
Growth
X
na
16.24
18.80
-68.85
84.01
12.55
na
-46.37
64.91
-20.65
14.19
3.02
na
-40.18
46.70
-22.72
79.55
15.84
na
-11.18
-12.01
13.18
-9.31
-4.83
na
182.81
-62.94
46.83
-7.84
39.71
na
1.26
-1.07
0.70
-29.71
-7.21
na
39.56
156.43
0.35
-6.01
47.58
Average
Growth
Y
na
-38.52
6.92
6.03
-4.29
-7.46
na
54.04
-42.09
-12.40
182.05
45.40
na
18.20
-20.38
-32.24
0.17
-8.56
na
-1.95
-24.68
59.05
0.18
8.15
na
-20.53
9.48
-19.32
-25.94
-14.08
na
9.88
-4.94
18.42
10.22
8.40
na
-11.19
2.19
7.22
28.89
6.78
Market
Positioning
Falling Star
Rising Star
Falling Star
Lost Opportunity
Falling Star
Lost Opportunity
Rising Star
39
Lampiran 2 Hasil Olahan Metode RCA Ikan Sarden Indonesia di Kawasan Afrika
Negara
Angola
Benin
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
(Xij)
1614.9
3560.888
5753.587
2455.579
2570.89
558.866
618.444
2040.1
1553.349
1208.78
Cameroon
2010
2011
2012
2013
2014
1109.064
2548.921
4240.319
1338.017
2825.681
Ghana
2010
2011
2012
2013
2014
5121.807
11451.37
6815.093
9527.49
7901.963
Mauritius
2010
2011
2012
2013
2014
88.56
280.576
123.84
218.055
212.8
Nigeria
2010
2011
2012
2013
2014
1109.319
3268.552
4347.496
1197.047
1148.338
Sierra Leone
2010
2011
2012
2013
2014
58.4
281.678
384.6
286.3
167.62
(Xit)
5557.425
10542.095
14338.058
19642.979
11176.513
Rataan
570.796
1177.788
2355.94
2260.767
1540.713
Rataan
1423.311
5468.698
6201.588
2532.337
2978.423
Rataan
5272.086
13271.291
8976.662
11088.308
10140.054
Rataan
2833.223
3173.932
3780.519
4533.598
4800.737
Rataan
1258.842
3662.962
4924.702
1346.599
1837.849
Rataan
210.515
727.536
387.385
287.366
179.011
Rataan
(Wj)
148999.409
103840.516
141815.664
164237.749
189663.988
(Wt)
RCA
(Xij/Xit) /
(Wj/Wt)
14734098.2
16702566.41
21333802.02
23301035.05
28115052.1
28.73
54.33
60.37
17.74
34.10
39.05
72416.19
167364.206
63464.634
71042.699
213117.716
6501801.198
9754929.286
6387602.057
8162924.694
8681966.626
29265.065
43806.203
42557.918
35914.709
36516.333
3928597.713
4975244.763
6070712.895
7560408.776
7673712.114
119417
163964.106
159339.75
246517.204
212273.245
10294273.73
14414973.79
18598463.41
18091486.01
15550981.56
82170.395
85357.278
79736.388
69630.706
61696.506
3701645.555
4838366.286
4128335.713
4468472.495
5346130.515
316867.084
465989.585
413080.439
558177.605
648616.669
35520622.13
47541667.41
44331845.67
50583924
53331893.9
12587.969
20498.416
22399.437
21184.805
24989.983
779212.342
1428776.021
1527778.666
1347659.952
1233435.751
87.91
30.61
87.16
78.95
31.96
63.32
104.60
52.94
97.53
111.23
199.37
113.13
83.75
75.86
88.62
63.06
57.09
73.67
1.41
5.01
1.70
3.09
3.84
83.80
98.78
91.04
94.74
80.56
51.38
3.01
17.17
26.99
67.72
63.38
46.22
44.29
40
Lampiran 3. Data untuk Gravity Model
lnEXP
7.39
8.18
8.66
7.81
7.85
6.33
6.43
7.62
7.35
7.10
7.01
7.84
8.35
7.20
7.95
8.54
9.35
8.83
9.16
8.97
7.01
8.09
8.38
7.09
7.05
4.48
5.64
4.82
5.38
5.36
4.07
5.64
5.95
5.66
5.12
lnGDPj
25.14
25.17
25.22
25.29
25.34
22.66
22.69
22.74
22.81
22.87
23.89
23.93
23.97
24.03
24.08
24.19
24.33
24.41
24.49
24.52
26.63
26.68
26.72
26.78
26.84
23.03
23.07
23.10
23.13
23.17
21.69
21.73
21.87
22.06
22.11
lnREER
4.96
5.00
5.06
5.12
5.16
4.53
4.52
4.50
4.51
4.49
4.87
4.89
4.88
4.90
4.90
4.68
4.64
4.58
4.58
4.33
4.76
4.78
4.89
4.96
5.03
4.79
4.85
4.86
4.85
4.86
4.61
4.52
4.84
4.91
4.90
lnDIST
7.71
7.69
7.68
7.67
7.66
6.17
6.14
6.13
6.13
6.14
6.53
6.51
6.50
6.49
6.50
6.79
6.86
6.90
6.91
6.89
7.28
7.27
7.25
7.24
7.25
7.82
7.82
7.83
7.82
7.83
5.83
5.82
5.91
6.04
6.04
lnHE
0.28
0.81
0.92
0.65
0.54
0.88
1.08
1.02
1.02
1.00
0.76
0.85
1.05
1.05
1.03
0.55
0.97
0.89
0.83
0.89
0.75
1.01
1.02
0.89
0.99
0.90
1.07
1.13
0.82
0.98
0.63
0.73
1.18
0.89
1.04
lnPOP
16.87
16.90
16.94
16.97
17.00
16.07
16.10
16.12
16.15
16.18
16.84
16.87
16.89
16.92
16.94
17.01
17.03
17.06
17.08
17.10
18.89
18.91
18.94
18.97
18.99
14.04
14.04
14.04
14.05
14.05
15.57
15.59
15.61
15.64
15.66
41
Lampiran 4. Uji Hausman dan Uji Chow ikan sarden Indonesia di kawasan Afrika
1. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: REM
Test cross-section random effects
Test Summary
Cross-section random
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
71.912480
5
0.0000
Jika Prob < ∝, artinya Tolak H0, berdasarkan pengujian uji Hausman
dimana hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa nilai probabilitas sebesar
0,0000 lebih kecil dari alpha 5% (0.005). Artinya nilai probabilitas < α sehingga
tolak H0. Hal tersebut menunjukkan bahwa model FEM lebih baik daripada model
REM.
2. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Cross-section F
Statistic
20.936644
d.f.
Prob.
(6,23)
0.0000
Jika Prob < ∝, artinya Tolak H0, berdasarkan pengujian Uji-Chow dimana
hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,0000 lebih
kecil dari alpha 5% (0.05). Artinya nilai probabilitas < α sehingga tolak H0. Hal
tersebut menunjukkan bahwa model FEM lebih baik daripada model PLS.
42
Lampiran 5. Hasil estimasi Fixed Effect Model ikan sarden Indonesia
Dependent Variable: LNEXP
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 03/28/17 Time: 23:18
Sample: 2010 2014
Periods included: 5
Cross-sections included: 7
Total panel (balanced) observations: 35
Linear estimation after one-step weighting matrix
White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)
WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNGDPJ
LNDIST
LNHE
LNPOP
LNREER
C
4.865182
-6.270822
1.923671
-10.73230
0.230797
107.8784
2.672234
2.673864
0.315628
5.757316
0.449184
43.83660
1.820642
-2.345228
6.094735
-1.864115
0.513815
2.460920
0.0817
0.0280
0.0000
0.0751
0.6123
0.0218
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.947853
0.922913
0.464857
38.00570
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
9.265629
5.759282
4.970120
2.640263
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.919257
5.511810
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
7.076000
2.427969
Lampiran 6. Uji Normalitas
6
Series: Standardized Residuals
Sample 2010 2014
Observations 35
5
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
4
3
2
1
Jarque-Bera
Probability
0
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
1.27e-17
0.049493
0.573938
-0.631549
0.382335
-0.179867
1.759740
2.431994
0.296414
43
Lampiran 7. Uji Multikolinearitas
LNEXP
LNGDPJ
LNDIST
LNHE
LNPOP
LNREER
LNEXP
1.000000
0.595547
0.092340
-0.106818
0.675269
-0.038219
LNGDPJ
0.595547
1.000000
0.568480
-0.202602
0.812638
0.422833
LNDIST
0.092340
0.568480
1.000000
-0.216981
-0.011436
0.534490
LNHE
-0.106818
-0.202602
-0.216981
1.000000
-0.148319
-0.163865
LNPOP
0.675269
0.812638
-0.011436
-0.148319
1.000000
0.140292
LNREER
-0.038219
0.422833
0.534490
-0.163865
0.140292
1.000000
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Rizka Suci Rahmadhani, lahir di Bukittinggi,
12 Februari 1995. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari
pasangan H.Darman dan Hj.Sri Hernetti. Latar belakang pendidikan penulis dimulai
tahun 2000 di TK Jammiatul Hujjaj, dilanjutkan tahun 2001 di SDN 08 Tarok Dipo
Bukittinggi, tahun 2007 masuk SMP Negeri 2 Bukittinggi, dan lulus pada tahun
2013 dari SMA Negeri 3 Teladan Bukittinggi. Penulis diterima di IPB melalui jalur
SNMPTN Undangan tahun 2013 di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen.
Selama di IPB, penulis tergabung dalam himpunan mahasiswa Ilmu
Ekonomi, yaitu HIPOTESA sebagai anggota divisi DISTRO (D’Business and
Corporation Troops) selama 2 periode kepengurusan yaitu tahun 2014 sampai 2015
dan tahun 2015 sampai 2016. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan
setingkat Departemen seperti ketua pelaksana katalog distronline, kepala divisi
konsumsi Masa Perkenalan Departemen (MPD), kepala divisi konsumsi Roadshow
film “Filosofi Kopi The Movie”, staff dana usaha HIPOTEX-R tahun 2015, dan
setingkat Fakultas seperti divisi publikasi The 9th Sportakuler FEM IPB. Selain itu,
penulis juga cukup aktif dalam mengikuti berbagai pertandingan olahraga kampus
seperti volley putri dan basket putri di ajang Sportakuler FEM IPB dan IE CUP
Departemen Ilmu Ekonomi.
Download