KINGDOM TRAINING KINGDOM TRAINING HEIRS BE A SOURCE MODUL 1 BE A SOURCE Heirs - Leadership 1 LEADERSHIP HEIRS BE A SOURCE Tujuan: Agar calon pemimpin dapat mengetahui : 1. Arti dari kepemimpinan 2. Pola / gaya kepemimpinan 3. Kepemimpinan pola Kristus 4. Tahapan kepemimpinan yang melahirkan pemimpin 5. Bagaimana memperlengkapi calon pemimpin / mewariskan kepemimpinan 1 Petrus 5:2-3 “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. 2 Heirs - Leadership PELAJARAN 1 KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP) LEADERSHIP / KEPEMIMPINAN I. DEFINISI Ada banyak definisi mengenai KEPEMIMPINAN, setiap aspek kehidupan yang memiliki hirarki/jenjang pasti memiliki seorang pemimpin dan juga penerapan kepemimpinan. Kepemimpinan didefinisikan sebagai: “The only definition of a leader is someone who has followers / Satu-satunya definisi seorang pemimpin adalah seseorang yang memiliki pengikut”. Untuk memenangkan pengikut diperlukan pengaruh, dan dalam memenangkan pengikut atau meraih pengaruh atas pengikutnya seorang pemimpin harus memiliki keutuhan integritas hidup. Hampir sama seperti di atas, John C. Maxwell menyimpulkan kepemimpinan dengan sangat singkat namun tepat, yaitu “leadership is influence - nothing more, nothing less / kepemimpinan adalah pengaruh – tidak lebih, tidak kurang”. Ini bukan sekedar pendefinisian seorang pemimpin, tetapi melihat kemampuannya untuk memberikan pengaruh / dampak bagi orang lain. Kepemimpinan yang baik akan terlihat dari dampak yang diberikan, baik itu dampak pada sekelilingnya atau pun juga orang-orang yang akan mengikuti cara kepemimpinannya. Kepemimpinan mengenai adalah PENGARUH John C. Maxwell II.POLA / GAYA KEPEMIMPINAN Pola kepemimpinan dalam gereja ada lima, dan kelimanya saling membutuhkan satu sama lain: 1. Kepemimpinan Pelopor / Pioneering Leadership: Ciri khas kepemimpinan ini adalah mampu mendorong diri sendiri untuk mengambil risiko demi membawa Heirs - Leadership 3 maju orang-orang yang dipimpinnya, menemui dan meraih sasaran jangka panjang. Pemimpin pelopor bergairah akan visinya, memiliki komitmen sepenuh hati. Paulus adalah contoh dari pemimpin seperti ini, yang mengarahkan pelayanannya untuk menghancurkan batas-batas dalam gereja, tanpa mempedulikan risiko yang harus ditanggung sendiri. 2. Kepemimpinan Strategis / Strategic Leadership: Dalam kepemimpinan starategis, pemimpin dapat menjabarkan visi dan tujuan besar ke dalam tugastugas terperinci. Mereka sangat dibutuhkan dalam gereja, karena visi besar hanya bisa berjalan jika dapat diperinci dan dimonitor pelaksanaannya. Contoh pemimpin strategis dalam Alkitab adalah Nehemia, yang dapat membangun Tembok Yerusalem dalam jangka waktu singkat, memiliki kemampuan menjalankan dan mengawasi rencana yang sudah dibuat. 3. Kepemimpinan Kelompok / Team Leadership: Pemimpin dalam konteks kelompok, memiliki kepemimpinan secara formal ataupun non-formal, sangat dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan dan efektifitas pelayanan tim. Kunci kekuatan pemimpin kelompok adalah keinginannya bekerja-sama dengan anggota lainnya (a leader among leaders), dan kemampuan mempercayai mereka. Sebagai pemimpin kelompok dibutuhkan kerendahan hati dan kehambaan. Tujuan pemimpin kategori ini hanyalah mencapai sasaran bersama tim, tujuan pribadi menjadi sekunder. Contoh dalam Alkitab adalah Barnabas yang menolong Paulus, Markus yang menolong Petrus. 4. K e p e m i m p i n a n Pe n d o r o n g / E n c o u r a g i n g Leadership: Pemimpin pendorong memiliki kemampuan untuk memotivasi seluruh jemaat, kelompok dan individu. Mereka memiliki ketajaman melihat talenta, pikiran/ perasaan dan apa yang dapat memotivasi orang-orang yang dipimpin. Pemimpin pendorong memiliki pengetahuan bagaimana kata/kalimat yang tepat dapat menggerakkan orang berjalan ke arah visi / tujuan, 4 Heirs - Leadership kapan untuk menantang mereka mengeluarkan yang terbaik dari diri masing-masing, atau untuk mendukung. 5. Manajemen – Administrasi/ManagementAdministration: Selain keempat jenis kepemimpinan di atas, masih ada satu jenis lagi, yaitu pemimpin yang fokus pada administrasi. Mereka seringkali tidak dilihat sebagai pemimpin, hanya sebagai pembantu/wakil pemimpin. Gereja membutuhkan pengelola yang baik, seseorang dengan talenta di bidang administrasi. Setiap visi atau perubahan membutuhkan pemimpin yang dapat merencanakan dan mengatasi masalah, mendelegasikan serta mengorganisir (Kel. 18:19-23 dan Kis 6:3). III.KEPEMIMPINAN POLA KRISTUS Kepemimpinan pola Kristus berbeda sama sekali dengan kepemimpinan sekuler, kriteria yang terpenting bukanlah apa yang dia miliki atau mampu, melainkan hubungannya dengan Allah. Berikut adalah pola kepemimpinan Sang Raja: 1. Kepemimpinan Hamba / Servant Leadership Hal pertama dan terpenting dalam kepemimpinan pola Kristus adalah kepemimpinan-hamba yang harus lahir dari jiwa hancur, bukan akibat kerendahan diri melainkan melihat anugerah Allah yang menyelamatkan dia dari dosa. Kesadaran orang hina yang diangkat menjadi anak Raja inilah yang mendasari kepemimpinan-hamba. Kepemimpinan hamba adalah sebuah proses dari sebuah hubungan, dimana keunikannya terletak pada pelayanan sang pemimpin kepada anggota-anggota lainnya dalam sebuah kelompok, dan kekuatannya terletak dari kerendahan hati pemimpin terhadap kelompok serta di antara anggota satu sama lain. Mereka menyadari bahwa sendiri mereka tidak dapat berhasil, melainkan hanya secara bersama-sama / dalam kelompok. Gambaran yang salah mungkin melekat pada pemimpin-hamba; yaitu lemah, penurut, tidak bisa memimpin dengan dinamis / tegas, takut terhadap tekanan. Pemimpin bukan mengenai menjadi BOS, tetapi mengenai menjadi PELAYAN Heirs - Leadership 5 “..kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-muridNya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu” (Yoh. 13:5). Padahal justru sebaliknya, pemimpin-hamba adalah seorang pemimpin yang memiliki karakter, determinasi, kepribadian, dan yang terpenting kerohanian yang kuat, namun dengan sukarela mengambil sikap seorang hamba. Hati dan sikap seorang pemimpin-hamba ditunjukkan Yesus ketika membasuh kaki murid-muridNya. Yesus ingin memberi contoh bahwa pola kepemimpinan murid-muridNya untuk meneruskan pekerjaanNya di bumi adalah pemimpin-hamba, di mana sendiri mereka tidak akan bisa berhasil, tetapi bersama-sama dengan saling merendahkan hati terhadap sesama mereka pasti akan dapat melakukan pekerjaan yang lebih besar lagi dari DIA. Satu hal paling membedakan antara pemimpin-hamba dari pemimpin sekuler adalah, bahwa motivasi kepemimpinannya hanya untuk mengeluarkan potensi pengikutnya dan mengarahkan mereka melakukan suatu tugas / menjalani suatu tujuan, dan pada akhirnya mereka sendirilah yang akan menikmati hasilnya. Kekuatan mereka terletak bukan pada temperamen, energi atau kelebihan lainnya, tetapi pada motivasi yang mengutamakan pengikut atau sesamanya. 2. Iman / Faith Iman kepada Allah adalah salah satu aspek penting bagi seorang pemimpin sejati, yang berarti: a. Percaya bahwa Allah akan menyediakan (Filipi 4:19). Apa yang disediakanNya? Hal penting yang dibutuhkan seorang pemimpin, yaitu kekayaan akan hikmat dan bijaksana. b. Percaya bahwa apa yang diperbuat bagi Allah pasti akan berhasil (Mazmur 1:3). Pasti berhasil karena Allah yang akan memberikan akal budi dan solusi bagi setiap rencana dan masalah yang dihadapi. c. Percaya bahwa Allah dapat dipercaya dan akan kuasaNya. Penyerahan total akan Allah dan kedaulatanNya, janji-janjiNya, dan bahwa Dia tidak akan pernah gagal atau menipu anak-anakNya, membuat seorang pemimpin yang dipilih Allah tenang dan yakin pada dirinya dan pelayanan/ pekerjaannya. 6 Heirs - Leadership 3. Kerendahan Hati / Humility Allah menuntut dari para hamba-Nya kerendahan hati agar bisa dipakai untuk menjalankan visi-misi Allah. Seorang pemimpin harus sadar bahwa Allah adalah Yang Tertinggi, dan dia hanyalah alat di tanganNYA. Kerendahan hati ini juga didasari kesadaran bahwa pemilihan Allah atas dia untuk menjadi pemimpin atas domba-dombaNYA bukan berdasarkan kehebatan dirinya, melainkan berdasarkan kedaulatan Allah semata saja. Seorang pemimpin baru dapat memimpin orang lain berdasarkan kerendahan hatinya, hanya jika dia bisa mengembangkan tiga sikap total kepada Tuhan: a. Dia harus tidak memiliki apapun untuk dibuktikan (tidak mencoba untuk menganggap diri layak). b. Dia harus tidak memiliki apa-apa yang dapat dirugikan/sikap legawa (tidak berusaha menciptakan suatu gambaran dalam diri kita atau popularitas). c. Dia harus tidak memiliki sesuatu yang disembunyikan (tidak memainkan suatu permainan, tapi terbuka, tidak bersembunyi). 4. Kekudusan Hidup / Holiness Life Apa hubungannya kekudusan hidup dengan kemampuan memimpin? Dalam pemikiran sekuler kepemimpinan adalah suatu area kehidupan dalam ruang publik, berhubungan dengan orang-orang lain. Sedangkan kekudusan adalah area pribadi seseorang, dan itu tidak ada hubungannya dengan orang lain. Kualitas seorang pemimpin di mata Allah hanya berdasarkan hubungannya dengan Dia. Aspek hubungan antara seorang pemimpin dengan Allah adalah kekudusan hidupnya. Allah Mahakudus hanya akan memberikan karunia memimpin kepada seseorang jika orang itu menjaga kekudusan, sehingga dapat berhubungan dengan Dia. Contoh bahwa kepemimpinan ilahi berkaitan erat dengan kekudusan hidup adalah Daniel dan ketiga kawannya di Babel. Walaupun mereka hidup di tengah bangsa kafir, mereka menjaga dengan ketat kekudusan; tidak makan dan minum yang haram, taat beribadah kepada Allah, dan hanya mau menyembah Heirs - Leadership 7 Dia. Dan bagaimana kepemimpinan dan akhir hidup mereka? Walaupun difitnah, diancam mati lewat tungku api dan singa-singa yang lapar, Allah tetap melindungi mereka. Dan Allah mengangkat mereka menjadi orang kepercayaan raja bangsa kafir. Jadi tidak mungkin seorang pemimpin yang berkenan bagi Tuhan hanya mengasah kemampuan atau tehnik kepemimpinan tanpa mau sungguh-sungguh menjaga kekudusan hidupnya. Kekudusan bukan hanya mengasah kemampuan memimpin, tetapi juga menjaga integritas pribadi pemimpin, yang tidak akan mudah jatuh ke dalam godaan duniawi (tahta, harta, wanita). Dari pemaparan pola kepemimpinan Kristus kita melihat bahwa bukan kemampuan kepemimpinan duniawi, seperti intelegensia, kemampuan komunikasi, pendidikan tinggi, dsb yang menjadi kriteria penting di mata Allah, melainkan aspek-aspek rohani atau aspek hubungan sang pemimpin dengan Sang Raja. I. TA H A PA N K E P E M I M P I N A N MELAHIRKAN PEMIMPIN “saya sedang tidak membangun sebuah pelayanan, saya sedang membangun orang-orang. Kesuksesan dalam pelayanan saya bukan terletak pada berapa banyak cabang gereja yang dibangun, tetapi berapa banyak anak-anak rohani yang saya lahirkan bagi kemuliaan Tuhan.” Pdt. Timotius Arifin. YA N G Kesuksesan seorang pemimpin rohani tidak diukur dari hasil yang dilakukan atau diraih bersama gereja, melainkan dari keberhasilannya melahirkan pemimpin-pemimpin baru dalam pelayanan. Dalam Alkitab kita melihat contoh bahwa pemimpinpemimpin besar selalu melahirkan pemimpin baru yang meneruskan tongkat kepemimpinan bagi r e n c a n a A l l a h : A b r a h a m ? I s h a k ? Ya k u b , Musa? Yosua, Elia? Elisa, Paulus? Timotius dan tentu Yesus? 12 Murid. Perlu disadari bahwa posisi seorang pemimpin tidak otomatis melahirkan calon pemimpin baru, bahkan tidak jarang status / posisi justru tidak menghasilkan pemimpin dari antara orang-orang yang dipimpin. 8 Heirs - Leadership Lima tahap kepemimpinan (sumber : dari EQUIP buku 3) : Pribadi Seseorang Orang mengikuti pemimpin karena jati dirinya dan apa yang diwakilinya Pengembangan Orang Orang mengikuti pemimpin karena apa yang telah diperbuatnya bagi mereka Produksi Orang mengikuti pemimpin karena apa yang dia telah lakukan bagi organisasi atau gereja Tahap para pemimpin yang telah menghabiskan waktu lama mengembangkan orang dan organisasi. Hanya sedikit orang mencapai tahap ini. Menjadi teladan dalam kehidupan yang berintegritas. Tahap ini terjadi pertumbuhan jangka panjang. Komitmen untuk mengembangkan para pemimpin menjamin pertumbuhan berkelanjutan bagi gereja maupun pribadipribadi yang dipimpin. Pemimpin menjadi mentor dan terjadi pelipatgandaan. Ini adalah tahap di mana kesuksesan dirasakan banyak orang. Pemimpin di tahap ini disukai baik pribadi maupun apa yang dilakukan. Calon pemimpin bisa/mulai muncul karena mereka melihat buah yang dihasilkan pemimpin bagi gereja. Orang mengikuti lebih dari otoritas resmi. Tahap ini menyebabkan pekerjaan pelayanan menjadi Orang mengikuti pemenyenangkan. Namun terlalu lama dalam posisi ini mimpin karena sudah akan menyebabkan pengikut yang punya motivasi ada hubungan pribamenjadi gelisah. Belum ada pemimpin dilahirkan karena di antara pemimpin belum berbuah bagi gereja. dan yang dipimpin Permisi Posisi Orang mengikuti pemimpin karena suatu keharusan (jabatan / gelar) Pengaruh pada tahap ini tidak akan melebihi deskripsi tugas. Otoritas yang dimiliki hanyalah otoritas yang diberikan oleh jabatan. Semakin lama berada pada tahap ini semakin cepat tingkat kemunduran dan semakin rendah tingkat kepercayaan dari orang yang dipimpin. Tidak akan ada pemimpin yang dilahirkan karena tidak ada hubungan pribadi. Heirs - Leadership 9 Dari tahapan kepemimpinan diatas kita melihat bahwa dalam tahap 1-2 seorang pemimpin hanya dapat melahirkan pengikut-pengikut bukan calon pemimpin, karena mereka diharuskan berdasarkan posisi sang pemimpin dan keuntungan yang diraih bagi diri mereka masing-masing. Hanya pada tahap 3-5 saja seorang pemimpin dapat melahirkan calon pemimpin, dan semuanya diraih berdasarkan hubungan pribadi antara mereka. Atau dengan kata lain tahap 1-2 melahirkan pengikut organisatoris, tahap 3-5 melahirkan anak-anak organisme. Dalam pelayanan seorang pemimpin harus menyadari bahwa dia tidak mungkin menyelesaikan rencana Allah hanya melalui dirinya sendiri, tanpa menginginkan lahirnya pemimpin baru. Syarat mutlak untuk dapat menciptakan pemimpin baru adalah memiliki hubungan bapak-anak dalam kasih Kristus. Diluar itu yang terbangun adalah hubungan atasanbawahan. Dalam hubungan bapak-anak hasil yang ingin diraih adalah: bapak ingin memperlengkapi dan melihat anaknya berhasil, dan anak ingin melihat ayahnya berhasil menyelesaikan visi-misinya. Sikap sejati seorang bapak rohani adalah dia ingin anak-anaknya mendapatkan semua yang Allah ingin berikan kepada mereka. Inilah yang disebut meneruskan warisan kepemimpinan berdasarkan sebuah hubungan “..the heart of the father must be turned toward the son; it is the father's choosing and responsibility. The father's purpose must not be the promotion of self but the furtherance of the visions in his sons..”. V. MEMPERLENGKAPI CALON PEMIMPIN/ MEWARISKAN KEPEMIMPINAN Organisasi tidak mungkin meningkatkan produtivitasnya, hanya sumber daya manusia yang bisa “..sistem bisa ketinggalan, bangunan dan mesin bisa menjadi usang, tetapi manusia bisa bertumbuh berkembang dan menjadi lebih efektif kalau mereka mempunyai pemimpin yang memahami nilai potensial mereka. Kalau Anda ingin menjadi pemimpin yang benar-benar sukses, Anda harus mengembangkan serta 10 Heirs - Leadership memperlengkapi pemimpin-pemimpin lain di sekeliling Anda”. Memperlengkapi berarti memberikan nilai tambah dalam diri calon pemimpin berdasarkan kasih, bukan berdasarkan kemampuan teknis semata saja. Proses memperlengkapi calon pemimpin seperti yang akan kita lihat di bawah dimulai dari aspek hubungan atau hati antara keduanya: Pertama: Mengembangkan hubungan pribadi dengan orang yang diperlengkapi / anak rohani. Semua hubungan bimbing-membimbing dimulai dengan hubungan pribadi. Pemimpin / bapak rohani harus tahu seluruh kisah kehidupan anak didiknya, hasrat hati, kekuatan dan kelemahan pribadinya. Satu pertanyaan yang selalu diajukan Pdt. Timotius Arifin kepada anak-didik yang bergabung dalam pelayanan di ROCK adalah “..what is your dream in the ministry?..”. Setelah mengenal kehidupan anak didik, pemimpin harus menunjukkan minat tulusnya dalam membangun hubungan bapakanak. Dengan demikian anak didik akan melihat pemimpin bukan sebagai atasan melainkan bapak rohaninya, dan ini akan memberikan ketenangan bagi dirinya dalam berhubungan di segala aspek. Kedua: Menjelaskan visi-misi pemimpin kepada anak rohaninya. Pemimpin harus mau dan berani menjelaskan visi-misi dan impiannya, sehingga anak didik mengerti tujuan hidup dan hasrat hati pemimpinnya. Ini membuat anak didik yang diperlengkapi memahami arah tujuan pemimpin berjalan, dan memahami bahwa dia memiliki peran untuk ikut mengantar pemimpin meraih impiannya. Di sini anak didik tidak melihat dirinya sebagai obyek bagi bapak rohaninya, melainkan anak yang berjalan dengan bapaknya. Ketiga: Meminta komitmen anak rohani. Sebelum memulai proses memperlengkapi, pemimpin harus menjelaskan harga yang harus dibayar anak rohani dan meyakini bahwa anak didiknya rela dan bisa membayar harga tersebut. Salah satu harga yang harus dibayar adalah kesetiaan total. Keempat: Menetapkan sasaran untuk pertumbuhan. Calon pemimpin harus diberikan tujuan yang jelas di hadapan mereka, sehingga mereka memiliki sasaran yang tepat, dan ini memberikan gairah serta motivasi Heirs - Leadership 11 dalam diri mereka. Sasaran seperti sebuah peta kehidupan yang dapat diikuti untuk bertumbuh “sasaran membentuk rencana; rencana menetapkan tindakan; tindakan mencapai hasil; dan hasil mendatangkan sukses”. Pemimpin memandu calon pemimpin menetapkan sasaran mereka sebagai berikut: 1. Pastikan sasarannya pantas: Dalam melahirkan calon pemimpin baru, seorang pemimpin hanya punya satu target, yaitu berkembangnya orang yang dipimpin menjadi pemimpin baru yang efektif. Sasaran yang dituju harus diidentifikasikan sejak awal. 2. Pastikan sasaran dapat diraih: Pemimpin membuat sasaran yang dapat diraih, bukan yang muluk-muluk. Sasaran yang tidak dapat diraih hanya akan membuat kedua belah pihak frustrasi dan cepat menyerah. Salah satu cara untuk meraih sasaran akhir adalah membuat sasaran tahapan, dari yang paling mudah/ rendah sampai kepada yang paling susah/tinggi. 3. Pastikan sasaran dapat diukur: Sasaran bertahap yang dapat diukur akan memberikan gambaran jelas bagi calon pemimpin apakah dia sudah lulus secara bertahap atau tidak. Dengan begitu dia tahu perkembangannya dan apa yang harus terus diperbaiki. 4. Pastikan sasarannya 'menuntut': Pemimpin harus cukup mengenal anak didiknya untuk mengidentifikasikan sasaran yang dapat dicapai tetapi juga menuntut upaya keras. Ini membuat pemimpin tahu batas tanggung-jawab yang dapat diberikan kepada calon pemimpin. 5. Nyatakan dan tuliskan sasaran dengan jelas: Bapak dan anak rohani memiliki sesuatu yang dapat terus dilihat untuk mengukur keberhasilan yang akan dicapai. Setelah mendapatkan calon pemimpin / anak rohani yang tepat, pemimpin / bapak rohani barulah memulai proses memperlengkapi diri anak didiknya, dalam hal ini melatih mereka melaksanakan tugas-tugas yang telah ditetapkan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. Perlu kembali diingat, ini merupakan proses pelatihan seumur-hidup, karena yang diberikan bukanlah pelatihan akademis atau teoretis, melainkan 12 Heirs - Leadership kehidupan dan pribadi sang pemimpin / bapak rohani. Metode pelatihan bapak-anak ini mencakup lima langkah: 1. Pemimpin memberikan teladan: Pemimpin melaksanakan tugas-tugasnya, sementara anak rohani memperhatikan / mengamati. Dengan demikian pemimpin memberikan peluang kepada anak-anak rohaninya untuk melihat keseluruhan proses yang dijalankan untuk mencapai sasarannya. Salah satu proses yang dapat dilihat adalah waktu doa yang diambil pemimpin dalam mencari pimpinan Tuhan dalam setiap langkah rencananya. 2. Pemimpin membimbing: Dalam menjalankan tugas-tugasnya pemimpin mengajak anak didiknya untuk mendampingi, melatihnya dengan cara mengizinkan mereka membantu bapak rohani dalam setiap tahap proses. Dengan demikian ada kesempatan bagi pemimpin untuk menjelaskan, dan bagi anak didik untuk bertanya. Hal yang paling penting disini adalah waktu yang diberikan dan kesabaran. 3. Pemimpin memantau: Dalam tahap ini anak didik diberikan kesempatan untuk melakukan tugas-tugas bapak rohani. Pemimpin memperhatikan, memberikan koreksi. Hal yang penting disini adalah pemimpin bersikap positif dan selalu memberikan semangat kepada anak didiknya. 4. Pemimpin memotivasi: Anak didik diberikan kesempatan untuk melakukan tugasnya sendiri. Tugas pemimpin disini adalah memastikan bahwa anak didik tahu cara menyelesaikan tugasnya dan mau memperbaiki diri menuju kesempurnaan. Peran pemimpin disini adalah pendamping dan motivator. 5. Pemimpin melipat-gandakan: Setelah satu calon pemimpin lulus dalam keseluruhan proses dan mencapai sasaran, dan menjadi pemimpin baru, dia harus menjalankan pelatihan yang diterima dari mentor lama kepada calon pemimpin baru. Dengan demikian akan lahir calon pemimpin baru lainnya. Dalam proses memperlengkapi calon pemimpin, satu hal penting yang harus dimiliki adalah sebuah hubungan bapak-anak. Hanya sebagai bapak dalam sebuah “Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah--yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan-- yaitu Allah yang membawa banyak orang (sons – uihos/õéï ? òì ) kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan. Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,” Ibr 2:10-11 “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah Anak Allah. Sebab kamu tidak meneri-ma roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita ber-seru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Rom 8:14-18 Heirs - Leadership 13 pelayanan pemimpin dapat mewariskan identitas, tujuan, visi dan juga berkat-berkat ilahi kepada generasi-generasi berikutnya. Tanpa hubungan bapak-anak, maka warisan yang ditinggalkan dengan mudah akan hancur oleh penerusnya, karena mereka tidak tahu rencana jangka panjang yang diterima pemimpin sebelumnya dari Allah. Seorang pemimpin gereja harus menyadari ini, oleh sebab itu tujuannya bukanlah membangun gereja atau pelayanan melainkan membangun orang-orang kudus dan generasi-generasi berikutnya. Kegagalan menciptakan hubungan bapak-anak akan membawa gereja kepada visi-misi baru yang belum tentu dari Allah, pengajaran sesat, munculnya pemimpin yang sebenarnya masih dalam tahap “bayi rohani”, dan cepat atau lambat pada kehancuran gereja. Tuhan Yesus selalu menekankan bahwa semua yang dilakukanNya di muka bumi adalah melakukan kehendak BapaNya di sorga, dan Anak selalu satu bersama dengan Bapa. Yesus bukan saja melahirkan muridmurid, tetapi lebih dari itu, dia melahirkan anak-anak rohani. Hanya sebagai anak murid-murid dapat satu dengan Kristus, mampu melakukan perintahNya, dan juga mendapatkan kekuatan dari Dia melalui Roh Kudus yang diberikan kepada mereka. Bukan hanya kesediaan pemimpin sebagai bapak rohani yang penting, sebaliknya juga demikian, yaitu calon pemimpin bersedia untuk masuk dalam hubungan sebagai anak rohani dengan pemimpinnya. Ini adalah hubungan bapak-anak dalam pelayanan untuk mengerti dan menerima visi, menemukan identitas, menyelesaikan tujuan hidup, dan untuk menerima warisan ilahi bagi tugas ini. Ini bukan mengenai mengikuti manusia tetapi untuk pembangunan tugas yang diberikan Allah. Seorang anak rohani dalam mengikuti bapak rohaninya akan mendapatkan banyak berkat dan keuntungan yang berharga yang diperlukannya. Dia bukan hanya berjalan dalam keadaan baik, tetapi dia akan senang mengikuti bapak rohaninya dalam keadaan-keadaan sulit sekalipun. Oleh karena itu syarat penting yang harus dimiliki seorang anak rohani 14 Heirs - Leadership adalah kesetiaan dan penundukan diri total kepada bapak rohaninya “..submission is not just obedience to a father but a willingness to not only heed the father's voice but also be about his business..”. Di sinilah kunci dalam memperlengkapi calon pemimpin baru dan mewariskan kepemimpinan kepada penerusnya, yaitu dalam sebuah hubungan sebagai bapak-anak rohani. Melalui teladan hidupnya seorang pemimpin mengajarkan nilai-nilai kebenaran, dan yang terpenting visi-misi Allah yang diterimanya. Visi-misi ini belum tentu diselesaikan oleh sang pemimpin, tetapi justru oleh penerusnya (Musa memimpin di padang gurun, tetapi Yosua yang membawa masuk bangsa Israel ke Kanaan). DISKUSI & APLIKASI Diskusikan : 1. Adakah pemahaman mengenai Kepemimpinan ini memberi Anda inspirasi? 2. Apakah manfaat Anda mempelajari Kepemimpinan ini? 3. Bagaimana rencana Anda menerapkan pola Kepemimpinan ini dalam hidup Anda? Heirs - Leadership 15 FATHER’S FUNCTION Tujuan: HEIRS BE A SOURCE Agar setiap perserta kelas dapat mengerti: 1. Pengertian dari Bapa 2. Tujuan menjadi Bapa 3. 10 Kesalahan yang sering dilakukan Bapa 4. 10 Fungsi Bapa 5. Dampak menjadi Bapa 1 Korintus 4:15 “Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu.” 16 Heirs - Father’s Function PELAJARAN 2 FATHER’S FUNCTION FUNGSI BAPA FUNGSI BAPA I. Pengertian < 1. Bapa - father a. Definisi - (http://www.merriam-webster.com/ dictionary/father) < seorang pria yang mempunyai anak < - seseorang dihubungkan dengan orang lain dalam kaitan bapa kepada anak - orang tua - digunakan sebagai bentuk penghargaan kepada seseorang < seseorang yang menjadi asal / sumber http://www.thefreedictionary.com/father pria yang spermanya bersatu dengan sel telur, hasil dari pembuahan seorang anak - Seorang pria yang mengadopsi seorang anak - Seorang pria yang membangkitkan seorang anak < Leluhur laki-laki < Seorang pemimpin laki-laki dari sebuah kota b. Biblical < Hebrew: Abba àáà (AHB-bah) bahasa Aramaic. n. Abba. "Daddy," "dear Father," "papa"; bentuk sapaan mesra bagi seorang bapa (Markus 14:26; Roma 8:15; Galatia 4:6). Abba adalah ungkapan lebih intim daripada kata normal Ibrani "father" (av). < Greek: ðáôñ pate¯r; “father - Inggris” (harfiah atau kiasan): —ayah, orangtua. < - Seorang Heirs - Father’s Function 17 c. Pengertian umum Myles Munroe mendefinisikan bapa dengan menjabarkan konsep mendasar dari pengertian kata bapa sebagai: < Sumber (Source) < Memberi Makan (Nourisher) < Memelihara (Sustainer) < Mendukung (Supporter) < Membangun (Founder) < Melindungi (Protector) (The Fatherhood Principle, Hal 26) 2. Kebapaan - Fatherhood a. hubungan kekeluargaan antara anak dan ayah, hubungan keluarga, kekerabatan, hubungan (antropologi) keterkaitan atau koneksi oleh darah atau perkawinan atau adopsi b. Allah ketika diingat sebagai pribadi pertama dari Tritunggal; "dengarlah doa kami, Bapa surgawi", Ayah-Allah c. status dari pemimpin keagamaan 3. Pembapaan - Fathering a. Untuk berkembang biak (keturunan) sebagai orangtua laki-laki b. Untuk bertindak atau melayani sebagai seorang ayah untuk (anak) c. Untuk membuat, menemukan, atau berasal d. Mengakui tanggung jawab. e. < Untuk sifat ayah, penciptaan, atau asal usul < Untuk menetapkan salah atau tidak adil Bertindak atau melayani sebagai seorang ayah http://www.thefreedictionary.com/fatherhood II. Tujuan Ada tiga tujuan utama dalam diri seorang bapa, yang pertama adalah “melahirkan” putra-putra (menemukan dan memanggil mereka) – yang kedua membuat mereka bertumbuh dewasa (memuridkan dan menjadi teladan) dan yang terakhir adalah mendewasakan putra-putranya sehingga mengalami hidup yang maksimal. 18 Heirs - Father’s Function 1. Melahirkan Putra-Putra Perintah pertama setelah Allah memberkati Adam dan Hawa adalah beranakcucu dan bertambah banyak. Kepada kita Tuhan memberikan potensi untuk memultiplikasikan diri kita. Prinsip ini tidak hanya berlaku secara fisik tetapi juga secara rohani. Tuhan mau agar kita melahirkan putra-putra secara rohani, agar kerajaanNya mengalami ekspansi dan kemuliaanNya dinyatakan. Bapa-bapa rohani dipanggil untuk melahirkan putra-putra didalam dan lewat hidupnya (Potensi). Titik awal dari keberadaan seorang putra adalah saat bapanya “menemukan” dia. Saat di mana mereka bertemu dan hubungan yang bermakna kemudian dibangun. Secara umum, seorang putra dipanggil dan dipilih untuk ada di bawah pembinaan bapanya. Inilah tujuan awal dari keberadaan seorang bapa dalam Tubuh Kristus. Bapa yang tidak melahirkan putra-putra adalah bapa yang mandul. Bapa yang tidak memiliki kemampuan untuk memultiplikasikan dirinya (Benih). Yesus sebagai teladan utama kita menemukan dan memanggil murid-muridNya. Pertemuan itu bisa terjadi dimana dan dalam keadaan apa saja. Ada murid-murid yang dipanggil saat mereka gagal, ada yang dipanggil saat mereka sibuk, ada yang dipanggil justru saat mereka berada di puncak keberhasilan, dan seterusnya. Intinya adalah seorang bapa harus belajar peka untuk menemukan momen yang tepat dan bertindak untuk memanggil calon putra-putranya. Sekalipun dalam beberapa kasus ada putraputra yang justru datang dan meminta untuk dibina, tetapi pada umumnya bapalah yang memilih putra-putranya (Proaktif). Proses kelahiran seorang putra juga seringkali mem-butuhkan adanya waktu. Dalam hal ini kematangan seorang bapa memegang peranan yang sangat pen-ting. Kedewasaan seorang bapa merupakan syarat mutlak dalam kelahiran seorang putra. Kedewasaan itulah yang “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,……” Kejadian 1:28 Heirs - Father’s Function 19 memberikannya kepekaan dan kemam-puan dalam melakukan pilihan. Yesus memanggil murid-muridNya disaat yang tepat yaitu waktu dimana Dia memulai pelayananNya dibumi ini. Yesus tidak memanggil murid-muridNya sebelum dan sesudah waktu yang tepat (Kedewasaan). “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.” 1 Petrus 2:2 20 Heirs - Father’s Function 2. Menumbuhkan Putra-Putra Pertumbuhan adalah kehendak Tuhan, sama dengan kelahiran. Pertumbuhan adalah sesuatu yang alami dan normal terjadi setelah proses kelahiran. Semua yang dilahirkan dilengkapi dengan potensi untuk bertumbuh. Karena ini adalah kehendak Tuhan, maka Tuhan juga yang memberikan kemampuan dalam diri setiap Putra untuk dia bisa mengalami pertumbuhan. Masalahnya adalah tanpa peran seorang bapa, maka proses pertumbuhan seorang putra akan mengalami banyak hambatan. Peran bapa akan menyempurnakan proses pertumbuhan putra-putranya (Peran). Langkah berikutnya tujuan mengapa diperlukan bapabapa dalam gereja adalah untuk membawa para putra bertumbuh secara rohani. Pertumbuhan adalah suatu keharusan apabila kita menginginkan putra-putra berfungsi secara maksimal. Hanya putra-putra yang rela dibentuk dan didewasakan yang akan mengalami pertumbuhan secara maksimal. Problem yang seringkali terjadi adalah adanya putra-putra yang “setengah jadi.” Dari pihak bapa sebaliknya, bapabapa yang bertanggung jawab sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan para putra. Dibutuhkan bapa-bapa yang mau membayar harganya untuk mendidik para putra agar mengalami pertumbuhan yang sejati (Inisiatif/Bayar Harga). Sangat diperlukan adanya hubungan yang dibangun secara serius dalam proses ini. Melewati kesulitankesulitan maupun kemenangan-kemenangan yang dialami bersama, hubungan antara bapa-putra akan diperkuat. Hubungan ini selanjutnya akan menjadi landasan yang kuat pada saat para putra menghadapi tantangan dalam proses pertumbuhannya. Hubungan yang sehat akan menanamkan suatu rasa aman dalam diri putra-putra yang melewati proses pertumbuhan. Kadang-kadang mereka harus melalui masa-masa sukar yang menyakitkan, disaat itulah hal ini sangat diperlukan (Hubungan). Para putra yang memiliki kepastian bahwa mereka dikasihi oleh bapanya akan memiliki rasa aman yang mendalam. Rasa aman inilah yang membuat mereka tangguh dalam menghadapi dan menyelesaikan tantangan dalam masa pertumbuhan mereka. Seorang bapa harus mengambil keputusan untuk belajar mengasihi putranya terlepas dari bagaimana keadaan mereka. Penerimaan terhadap putra (karena kasih), akan mempersiapkan para putra dan memampukan mereka menyelesaikan proses yang ada (Kasih dan Penerimaan). 3. Mendewasakan Putra-Putra Kedewasaan adalah sesuatu yang bukan hanya sangat diperlukan, tetapi juga sesuatu yang harus dicapai dalam hidup para pemercaya. Oleh sebab itulah peran seorang bapa sangat diperlukan, karena bapa adalah sumber bagi putra-putranya. Lewat kehidupan seorang bapa, para putra mendapatkan apa yang dia perlukan dalam proses pendewasaan. Bapa menjadi sumber inspirasi dan jawaban bagi putra-putranya (Sumber). Sebagai sumber bagi putra-putranya, seorang bapa haruslah juga mampu menjadi teladan bagi mereka. Putra-putranya belajar bagaimana menghadapi kesukaran hidup, tantangan dalam pelayanan, menyelesaikan konflik dalam hubungan, menolong orang lain menang dalam pergumulan hidup, dan seterusnya lewat cara bagaimana bapa menyelesaikan semuanya. Hampir semua prinsip-prinsip hidup yang mendasar didapatkan putra lewat teladan bapanya. Teladan sangat diperlukan karena putra perlu menyaksikan secara langsung bagaimana bapanya bertindak dalam menjawab pelajaran kehidupan. Kita tahu bagaimana perbuatan berbicara lebih keras dari sekedar sebuah perkataan (Teladan). Putra selanjutnya memerlukan disiplin, tanpa sebuah disiplin yang tepat seorang putra tidak akan memiliki daya pembeda terhadap apa yang pantas dan tidak. Lewat disiplin, seorang bapa akan membangun nilainilai yang hakiki dalam diri putra-putranya. Disiplin “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.” Efesus 4:13 Heirs - Father’s Function 21 yang diberikan bapa terhadap putra sekaligus akan mengungkap apa yang ada dalam hati putranya. Karena lewat pendisiplinan dari seorang bapa, putra-putra akan belajar bertanggung jawab dalam hidupnya. Pada akhirnya lewat hidup yang penuh tanggung jawab, mereka akan menjadi dewasa (Disiplin). Proses kedewasaan juga ditandai dengan kepercayaan yang diberikan oleh seorang bapa kepada putranya. Lewat pendelegasian tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya seorang putra akan belajar secara langsung untuk menyelesaikan apa yang dipercayakan kepadanya. Pendelegasian dari seorang bapa bukan hanya menyatakan kepercayaannya terhadap putranya, tetapi sekaligus merupakan ujian bagi kesanggupan putranya. Keberhasilan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, berarti keberhasilan dalam ujian yang dipercayakan kepadanya. Apa yang selama ini sudah diimpartasikan dan diajarkan oleh bapa akan tampak secara nyata lewat tugas-tugas yang telah dipercayakan tersebut (Delegasi). III.10 Kesalahan Bapa Di sini akan membahas kesalahan-kesalahan yang seringkali dilakukan oleh seorang bapa. Rick Johnson dalam bukunya “Better Dads, Stronger Sons” menjabarkan ada 10 kesalahan yang dapat dilakukan dalam pembapaan. Meskipun ide dasar dari hal-hal ini lebih kepada bapa secara jasmani, tetapi hikmat yang didapat bisa diterapkan kepada bapa-bapa rohani. Dengan mempelajari kesalahan-kesalahan yang berpotensi untuk bisa dilakukan sebagai bapa, kita bisa berhati-hati untuk jadi lebih bijaksana. Sepuluh kesalahan tersebut adalah: 1. Lebih menekankan kelemahan dan bukan kekuatan (Emphasizing weaknesses, not strengths) Manusia lebih cenderung fokus kepada hal-hal yang negatif dan bukan yang positif. Sebagai bapa lebih mudah bagi kita menemukan kelemahan putra kita yang sebenarnya tidak jadi masalah selama sikap kita tidak secara terus menerus tertuju kepada hal-hal tersebut. Setiap orang memiliki kelemahan masing- 22 Heirs - Father’s Function masing, mengetahuinya akan membuat kita lebih berhati-hati. Tugas utama bapa justru adalah membantu putranya untuk menemukan kelebihan yang menjadi kekuatan dalam dirinya. Membantu mereka untuk mengembangkannya dan memakainya agar menjadi berkat bagi banyak orang. 2. Menghindari afeksi fisik (Avoiding physical affection) Ada banyak hal yang sulit untuk kita ungkapkan dengan kata-kata justru lebih mudah dikomunikasikan lewat “sentuhan fisik.” Tepukan di pundak, pelukan, jabat tangan yang hangat, “high five”, dan sebagainya seringkali berbicara lebih banyak dari kata-kata yang kita ucapkan. Masalahnya para pria cenderung menghindari sentuhan-sentuhan fisik karena seringkali dianggap tidak pantas/lemah. 3. Memberikan terlalu sedikit waktu (Giving too little time) Pada akhirnya setelah semua pencapaian dan prestasi yang didapatkan oleh seorang putra, maka yang paling mereka ingat adalah waktu-waktu berharga yang kita luangkan bersama mereka. Waktu adalah komoditi berharga yang tidak akan bisa didapat kembali atau diulang pada saat itu sudah berlalu. Taburan waktu berharga yang kita berikan kepada putra-putra kita akan menunjukkan kepada mereka isi hati kita yang sesungguhnya. 4. Hanya tertarik kepada tampilan (Pushing for performance). Seringkali tanpa sadar kita menilai putra kita hanya dari pencapaian yang mereka peroleh. Di saat kita mulai membandingkan hasil kerja mereka dengan orang lain, maka secara tanpa sadar kita melihat mereka hanya dari apa yang mereka kerjakan. Akibatnya mereka akan melihat Tuhan dengan cara pandang yang sama. Putra kita akan cenderung menilai diri mereka dari pembuktian diri, lebih dari siapa mereka yang sesungguhnya. 5. Lupa untuk waktu bersantai (Forgetting to have fun) Saat kita menjadi telalu sering untuk melihat segala Heirs - Father’s Function 23 sesuatu dengan sangat serius dan lupa untuk memiliki waktu menyenangkan bersama putra kita, kita gagal untuk mengajar mereka keseimbangan dalam hidup. Bahkan Tuhan menciptakan hari sabat untuk manusia. Bapa-bapa yang “over serious” justru seringkali menghambat kreatifitas putra-putranya. Berapa banyak ide brilian dilahirkan justru di tengah-tengah suasana santai dan menyenangkan. 6. Takut gagal (Fearing failure) Tidak ada seorangpun manusia yang sudah sempurna, semua kita berpotensi untuk bisa gagal. Takut akan kegagalan membuat banyak putra menjadi kehilangan kesempatan untuk bisa bertumbuh. Seorang bapa diperlukan agar putranya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Tapi itupun tidak menjamin mereka bisa melakukan kesalahan dalam hidup mereka. Justru dengan adanya keberanian dan terbukanya kesempatan yang kita berikan kepada putraputra kita, akan membuat mereka berani mengambil resiko dan menjadi lebih berkembang kemampuannya. 7. Menyalahgunakan kekuasaan (Abusing your power) Otoritas yang diberikan Tuhan sebagai bapa memberikan kepada kita pilihan dalam penggunaannya. Dalam hal ini seringkali kita justru memperlakukan putra-putra kita jauh lebih “keras” dibanding mereka yang tidak terlalu dekat kita. Ada saat-saat yang tepat dan diperlukan untuk bertindak demikian karena menginginkan kualitas terbaik dalam diri mereka. Masalahnya kedekatan kita terhadap mereka dapat menjadi jebakan yang sangat berbahaya, yang membuat kita tidak peka saat kita mengekspresikan atau mengkomunikasikan emosi kita kepada mereka. 8. Mengabaikan kebutuhan akan persahabatan (Neglecting your need for friendships) Putra-putra kita perlu melihat bagaimana kita membangun persahabatan dengan orang lain. Mereka akan melihat dan belajar secara langsung apa arti persahabatan dan menarik manfaat dari hal tersebut. Mereka 24 Heirs - Father’s Function akan belajar bagaimana mengelilingi diri mereka dengan orang-orang yang mengasihi Tuhan dan saling membangun satu dengan yang lain. Mereka akan belajar cara berkomunikasi yang sehat, dan bagaimana menyelesaikan masalah dalam sebuah hubungan. 9. Menjadi tidak konsisten (Being inconsistent) Kestabilan emosi kita khususnya saat menghadapi tekanan dan masalah dalam hidup akan menyediakan kebutuhan akan rasa aman yanag mereka perlukan untuk bisa bertumbuh secara sehat. Bapa-bapa yang tidak terkendali emosinya saat tekanan datang akan menghasilkan putra-putra yang serupa. Seorang putra belajar bagaimana cara mengatasi emosinya saat tekanan datang lewat teladan yang diberikan bapanya. Mereka akan mampu mengendalikan dirinya, saat mereka melihat bagaimana kita berhasil menang terhadap hal yang demikian. 10.Menjadi berpuas diri dan pasif (Being complacent and passive) Bapa-bapa yang berpikir bahwa semuanya akan selalu baik-baik saja menjadi tidak sadar dengan segala kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Hal ini akan membuat mereka menjadi pasif dan berhenti untuk mengerjakan yang terbaik dalam hidup mereka. Keberhasilan yang kita peroleh tidak boleh menjadi penghalang untuk kita menjadi lebih berkembang. Putra-putra memerlukan dorongan senantiasa, salah satunya dengan melihat pencapaian-pencapaian dari bapanya. IV.10 Fungsi Bapa Myles Munroe dalam bukunya “The Fatherhood Principle” menjelaskan sepuluh fungsi utama bagi seorang bapa. Saat kita mengetahui apa fungsi utama kita sebagai seorang bapa maka kita akan maksimal dalam fungsi tersebut. Fungsi ini adalah tanggung jawab kita kepada putra-putra yang Tuhan percayakan dalam hidup kita. Sepuluh fungsi tersebut adalah: 1. Sumber (Source) Sebagaimana Tuhan yang adalah Bapa bagi kita Heirs - Father’s Function 25 menjadi sumber bagi segala sesuatu (Yoh 1:3, Kej 1, Yes 3, Rom 1:20), maka seorang bapa juga memiliki potensi untuk menjadi sumber bagi putranya. Putra belajar, diinspirasi, diarahkan, dididik, dibentuk didisiplin, dikuatkan, dan sebagainya oleh seorang bapa. Bagaimana kita bisa menjadi bapa yang baik yaitu dengan belajar dari Bapa kita yang di surga. Itulah sebabnya apapun yang Yesus lakukan bersumber dari BapaNya. 2. Yang menurunkan (Progenitor) Bapa adalah pribadi yang menjamin keberlangsungan generasi yang berikutnya. Kehormatan tertinggi yang bisa didapatkan manusia adalah menjadi seorang bapa yang diberi “benih” oleh Tuhan. Bapa-bapa yang tidak berbuah (mandul) akan membuat hilangnya generasi penerus. Itulah sebabnya kekristenan mulamula di Asia kecil punah dan hanya meninggalkan puing-puing sampai saat ini. Sebaliknya bapa-bapa yang berbuah akan menghasilkan generasi yang kuat, yang selanjutnya akan melahirkan generasi baru yang jauh lebih baik dari sebelumnya. 3. Yang memelihara dan memberi makan (Sustainer and Nourisher) Allah menciptakan manusia pada bagian akhir saat semuanya sudah tertata dan tersedia untuk keberlangsungan hidup manusia. Hal yang bersama berlaku bagi keberadaan seorang bapa. Seorang bapa dianugerahi kemampuan untuk dapat memelihara dan memberi makan putra-putranya. Itu sebabnya ketiadaan bapa membuat masyarakat kita menjadi kacau balau. Ada begitu banyak kelaparan dalam berbagai bentuk yang menghasilkan kerusakan dalam tatanan kehidupan manusia (Yes 3:12). 4. Pelindung (Protector) Sebagaimana Tuhan menjaga alam semesta pada fungsinya sehingga semuanya berjalan dengan harmonis. Seorang bapa bertanggung jawab melindungi keluarganya dari semua potensi dalam bentuk apapun yang bisa merusak. Semua bentuk serangan terhadap putra-putra yang dapat menghancurkan hidup dan 26 Heirs - Father’s Function masa depan mereka, dapat dipatahkan oleh keberadaan seorang bapa. Kepada bapa Tuhan memberikan otoritas dan kewenangan yang memampukan mereka untuk melindungi keluarganya dari setiap ancaman yang ada. 5. Pengajar (Teacher) Seorang bapa harus terus belajar dan mengembangkan dirinya. Sebagaimana Adam yang pertama kali menerima semua instruksi dari Tuhan sebelum Hawa dan anak-anak mereka ada. Bapa-bapa juga perlu menerima dari Tuhan apa saja yang mereka butuhkan agar mampu mengajar dan mem-perlengkapi putraputra mereka kelak. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam kehidupan para putra adalah disebabkan karena ketidakmampuan seorang bapa dalam mengajar anak-anaknya. Dimulai dari dirinya untuk bisa diajar (teachable), maka para putrapun akan bisa diajar. Para putra hanya mulai dari batas mana bapanya mengajar dia dan tidak akan melampaui apa yang sudah dibagikan kepada dirinya. 6. Yang mendisiplin (Disciplinarian) Kekacauan terjadi pada saat disiplin gagal untuk diterapkan. Disiplin yang sehat tidak pernah akan menghancurkan seseorang. Disiplin akan menjaga putra untuk bertindak benar dan pada akhirnya membawa dirinya menghasilkan yang terbaik. Tanpa disiplin tidak akan ada hasil yang maksimal. Disiplin yang diberikan oleh seorang bapa akan banyak menolong putranya untuk terjebak dalam kesalahan dalam hidupnya. Putranya akan menjadi orang yang terampil dalam menjalani kehidupan. Disiplin akan mempertajam kemampuan kita dan senantiasa membuat kita menjadi lebih baik. 7. Pemimpin (Leader) Seorang pemimpin diperlukan untuk membawa kita kepada arah yang benar dalam hidup kita. Pemimpin adalah seseorang yang berjalan didepan kita. Para putra hanya akan berjalan kearah dimana bapanya melangkah kesana. Itu sebabnya seorang bapa sangat bertanggung jawa untuk membawa putranya Heirs - Father’s Function 27 ke arah yang benar. Seorang bapa memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam penggenapan “destiny” dalam kehidupan putra-putranya (Yoh 15:1,2). 8. Kepala (Head) Menjadi kepala berarti dia yang pertama-tama bertanggung jawab dan memiliki akuntabilitas dalam keluarganya. Dari seorang bapalah kita dapatkan solusi dalam setiap masalah yang ada, bapa juga yang bertanggung jawab memikirkan semua perencanaan dan bapa juga yang harus memberikan nasehat dalam pergumulan yang dihadapi. Dari bapa kita memperoleh visi dan sudut pandang yang benar dalam menjalani kehidupan. 9. Yang memperhatikan (Caring One) Bapa adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam mengantisipasi kebutuhan yang ada dalam hidup anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan tersebut. Gambaran dari Bapa yang disorga menyatakan hal ini (Maz 8:4). Bahkan Yesus sendiri menggambarkan bapaNya sebagai pribadi yang memahami kebutuhan kita dan memenuhinya (Mat 6:31-33). Seorang bapa berkewajiban memakai waktu dan enerjinya untuk kebutuhan putra-putranya. Pemenuhan dalam hal ini akan membuat para putra tidak mencari perhatian dalam bentuk apapun dan di manapun juga. 10.Yang mengembangkan (Developer) Mengembangkan berarti membuat bertumbuh secara gradual dan secara terus menerus dalam cara yang lebih penuh, luas, dalam dan lebih baik (1Kor 3:6-9). Setiap bapa harus merencanakan, mengkonstruksi, dan mulai membangun putra-putranya secara maksimal. Saat kita membantu mereka menemukan karunia dalam diri mereka, mendorongnya untuk bertumbuh, dan menyediakan lahan untuk itu dikembangkan serta melengkapi dengan semua yang dia diperlukan, maka kita mulai membawa mereka untuk mencapai potensi maksimal dalam diri mereka. 28 Heirs - Father’s Function V. Dampak Pada akhirnya kita akan melihat dampak yang dihasilkan lewat keberadaan seorang bapa. Ada paling tidak tiga hal utama yang dihasilkan lewat adanya peran bapa terhadap gerejaNya: (1) lahirnya para pemimpin yang lebih baik, (2) adanya generasi baru yang lebih dari generasi sebelumnya, (3) yang terakhir adalah terciptanya masa depan yang jauh lebih maju. 1. Menghasilkan Bapa-Bapa Yang dimaksud pemimpin di sini adalah para pemercaya yang dewasa, yang mampu untuk membapai generasi dibawahnya. Hanya bapa yang melahirkan bapa-bapa yang lainnya. Kita akan memproduksi yang sejenis dengan kita. Lewat potensi yang diberikan Tuhan kepada kita dan komitmen kita untuk melakukan yang terbaik maka putra-putra dilahirkan, dibentuk dan didewasakan. Tugas utama seorang bapa adalah menghasilkan bapa-bapa yang lain dalam hidupnya. Sebagaimana Musa menghasilkan Yosua, Elia – Elisa, Paulus – Timotius, Titus, dan yang lainnya, demikian pula Yesus menghasilkan para rasul yang kemudian meneruskan apa yang Yesus sudah mulai selama hidupNya. 2. Generasi Baru Yang Lebih Baik Generasi yang dipersiapkan dan dididik dengan sungguh-sungguh akan menjadi bahkan lebih baik dari para pendahulunya. Alkitab lewat Mazmur 37:25-26 berkata: “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti, tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.” Ada jaminan yang diberikan kepada anak cucu (generasi penerus) kita, mereka bukan hanya dipelihara Tuhan tetapi menjadi lebih baik dari generasi yang sebelumnya. Pada waktu kita berhenti atau tidak berfungsi secara maksimal dalam fungsi kita sebagai bapa, maka sebaliknya kita akan menghasilkan generasi yang Heirs - Father’s Function 29 lebih buruk. Alkitab mencatat bahwa setelah Yosua maka bangkitlah suatu angkatan yang tidak hidup dalam kebenaran. Kita tahu bagaimana setelah Yosua, maka kitab hakim-hakim ditulis dan menyatakan adanya generasi yang bertindak “apa yang benar” menurut pandangan mereka sendiri. Hanya ada satu jaminan bagaimana kita bisa menghasilkan generasi yang lebih baik. Yaitu apabila kita menjalankan kewajiban kita menjadi bapa bagi generasi yang baru. 3. Masa Depan Yang Lebih Cerah Tentu saja dengan lahirnya sebuah generasi yang lebih baik akan tercipta masa depan yang lebih baik pula. Kalau pemimpinnya baik, pemerintahannya akan baik, maka negara juga akan menjadi baik dan rakyatnya otomatis akan sejahtera. Umat percaya akan memiliki masa depan cerah saat gereja dipimpin oleh mereka yang bijaksana dan hidup sungguhsungguh mengasihi Tuhan. Pemimpin yang adalah bapa yang berkomitmen terhadap tanggung jawabnya akan melahirkan keputusan-keputusan bijaksana serta bekerja dengan keras untuk menghasilkan yang terbaik dalam hidupnya. Akibatnya gereja akan kuat dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dunia. Selanjutnya pekerjaan Tuhan akan bertumbuh dan berkembang, kerajaanNya diperluas dan bumi dipenuhi kemuliaanNya. Dampak dari kehidupan seorang bapa, dan sebuah proses pembapaan yang signifikan akan sangat dashyat, masa depan yang jauh lebih baik. 30 Heirs - Father’s Function DISKUSI & APLIKASI Diskusikan : 1. Sejauh mana Anda memahami peran Bapa? Jelaskan! 2. Sudahkah Anda berperan sebagai Bapa? Jika belum, hal apa yang perlu diperbaiki? 3. Apakah Anda sendiri mempunyai seorang Bapa seperti yang dipelajari di sini? Heirs - Father’s Function 31 HEIRS BE A SOURCE LEGACY Tujuan Supaya peserta dapat memahami arti: 1. Apakah Legacy 2. Mengapa perlu legacy 3. Bagaimana meninggalkan legacy 4. Kepada siapa legacy diberikan Amsal 13:22 “Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar.” 32 Heirs - Legacy PELAJARAN 3 LEGACY - WARISAN LEGACY I. Apakah Legacy 1. Definisi umum: Menurut Merriam Webster dictionary; something transmitted by or received from an ancestor or predecessor or from the past. Sesuatu yang diturunkan oleh atau dari nenek moyang atau leluhur atau dari masa lalu. Menurut John Maxwell; legacy is created only when a person positions someone else to do great things WITHOUT him. Warisan dibuat hanya ketika seseorang menempatkan orang lain melakukan karya besar TANPA dia. 2. Definisi khusus: Dari penjelasan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Legacy adalah nilai-nilai, keteladanan, kebiasaan, bakat dan sikap yang bersifat sosial, fisik, mental, spiritual dan emosional yang diturunkan kepada generasi penerus. Pada hakekatnya, apa saja yang dimiliki hari ini baik ataupun buruk, itulah legacy yang akan diwariskan. Sebagai contoh; seorang ayah yang jujur dan berintegritas akan meneruskan nilai-nilai ini kepada anak-anaknya. Akan sulit mendapatkan generasi penerus yang takut akan Allah jika generasi sebelumnya tidak takut kepada Allah. Karena legacy ada dalam berbagai bentuk maka legacy yang baik menurut Paul J. Meyer jika : a. Berdasar pada prinsip yang baik Heirs - Legacy 33 “Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar.” Amsal 13:22 “Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.” Amsal 22:1 “Orang benar yang bersih kelakuannya (integrity)-berbahagialah keturunannya.” Amsal 20:7 34 Heirs - Legacy b. Memberikan hasil yang kekal c. Dapat diterapkan pada setiap orang d. Bekerja dalam enam wilayah kehidupan : § Keuangan dan karir § Keluarga dan rumah tangga § Kerohanian dan etika § Sosial dan budaya § Fisik dan kesehatan § Mental dan pendidikan Catatan: Legacy yang baik tidak gratis tapi perlu diusahakan, diupayakan dan butuh energi yang tidak sedikit sementara legacy yang buruk gratis dan akan turun dengan sendirinya tanpa perlu upaya apapun. 3. Apa yang akan ditinggalkan sebagai legacy a. Kekayaan Orang yang baik dan bertanggungjawab akan memikirkan keturunannya. Dia akan bekerja dengan tangannya sendiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Ada karya yang ditinggalkannya. b. Nama Baik/reputasi Warisan yang lebih baik adalah nama baik/reputasi. Reputasi akan membuat keturunan hidup terhormat. Orang yang mempunyai reputasi seperti orang yang menanam, suatu hari akan dinikmati orang banyak orang. Reputasi adalah apa yang orang katakan tentang diri kita. c. Integritas Integritas adalah legacy yang selalu diingat dari generasi ke generasi. Integritas adalah siapa kita di hadapan Tuhan. Orang dapat membangun citra diri ataupun nama baik walaupun hatinya jauh dari Tuhan. Tetapi Tuhan melihat hati apa yang tersembunyi di dalamnya. Integritas adalah legacy yang tertinggi yang dapat diwariskan. Contoh legacy dapat dilihat dari cuplikan berikut ini. Pada tahun 1900, A.E. Winship meneliti garis keturunan dua orang yang hidup di zaman yang sama. Pertama, seorang lelaki atheis yang hidup berantakan dan menikahi seorang wanita yang juga tidak benar hidupnya. Pria itu diberi nama samaran Max Jukes (lahir tahun 1700), darinya lahir keturunan, 310 gembel, 150 penjahat, 7 pembunuh, dan 100 pemabuk berat. Selain itu hampir separuh keturunan mereka menjadi beban negara, memboroskan keuangan negara tak kurang dari Rp. 250.000.000.Kedua, Jonathan Edward (lahir tahun 1703), seorang pengkotbah terkenal yang menikahi wanita yang saleh. Darinya didapati keturunan, 13 rektor, 65 profesor, 3 senator AS, 30 hakim, 100 pengacara, 60 dokter, 75 perwira angkatan darat dan laut, 100 penginjil dan pendeta, 60 penulis terkenal dalam bebagai disiplin ilmu, 1 wakil presiden AS, 80 pemuka masyarakat, dan 195 alumnus universitas yang menjadi gubernur dan menteri. tak seorangpun dari 1.394 keturunan mereka yang didata memboroskan dan menjadi beban keuangan negara. Hasil penelitian nyata tersebut menegaskan firman Tuhan. Orang tua yang mengandalkan Tuhan dan mendidik anak-anak berdasarkan firman Tuhan, keturunannya tidak akan mendapat malu. Mereka memiliki anak2 yang membanggakan dan berguna bagi banyak orang. Menurut pemazmur, orang tua yang takut akan Tuhan tidak akan malu membicarakan anak-anak mereka di pintu gerbang, di mana di zaman itu merupakan tempat berkumpulnya orang-orang untuk memutuskan hal-hal penting pada zaman itu. “Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang” Mazmur 127:5. II.Mengapa perlu legacy 1. Meneruskan karya Tuhan Yesus demi kepentingan Allah Kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia adalah membawa kehidupan yang baru. Kehidupan yang dibawa-Nya telah mengubah dunia dari gelap menjadi terang. Apa yang telah dikerjakan Tuhan Yesus tidak Heirs - Legacy 35 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaanpekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;” Yohanes 14:12 “Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."” Yohanes 20:21 akan berhenti hanya pada satu generasi saja tapi menjadi legacy yang diturunkan dari generasi ke generasi sepanjang sejarah. Tuhan Yesus sudah memberikan legacy yang diteruskan murid-murid-Nya sampai hari ini. 2. Melahirkan generasi penerus demi kepentingan orang lain 2 Timotius 2:2 “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.” Timotius adalah generasi pertama dari Paulus dan diminta meneruskan kepada orang yang dapat dipercaya (generasi kedua) untuk melahirkan dan mengajar generasi ketiga. Kitab Hakim-hakim menunjukkan betapa pentingnya meninggalkan generasi penerus. Kisah-kisah kepahlawan hanya sekedar cerita saja karena semua hakim-hakim di Israel pada masa itu tidak meninggalkan warisan untuk generasi penerus. Mereka semua hanya sibuk dengan tugas dan melupakan betapa pentingnya legacy. Akibatnya, setiap kali seorang hakim meninggal maka Israel lalu kehilangan hubungan dengan Allah karena tidak ada yang mengajar dan memberikan contoh. 3. Cara hidup yang berkenan kepada Tuhan demi kepentingan diri sendiri Kejadian 1:28 “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burungburung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Orang yang tidak melahirkan generasi disebut sebagai orang yang mandul yang konotasinya sebagai orang yang kena kutuk. Dengan meninggalkan legacy akan menunjukkan identitas kita di hadapan orang lain. Setiap orang pasti diciptakan dengan destiny yang 36 Heirs - Legacy harus dicapai. Menurunkan legacy adalah indikator dari destiny yang terpenuhi. III.Bagaimana meninggalkan legacy 1. Membuat keputusan Setiap keputusan membawa akibat dan akibat itu harus dipertanggungjawabkan. Kehidupan harus dipilih karena kehidupan tidak datang dengan sendirinya. Jika seseorang gagal membuat keputusan untuk hidup, maka keputusan akan diambil alih oleh iblis, dan itu berarti kematian. Ke p u t u s a n d i m u l a i d e n g a n m e m b a n g u n / memperbaiki: a. Citra diri. Seseorang tidak akan pernah bisa bersikap dan bertindak benar jika citra dirinya buruk. Lengkapnya lihat pelajaran Believer modul 2 – Harmonious with Self. b. Sikap. Bagaimana seseorang memberikan respon sangat menentukan bagaimana penerimaan orang lain. Lengkapnya lihat pelajaran Disciple modul 1 – Attitude. c. Perkataan. Pro 16:24 “Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.” Perkataan adalah merupakan ungkapan hati. Hati yang baik akan memberikan dampak yang baik, sebaliknya hati yang jahat akan menghasilkan perkataan yang jahat. d. Perbuatan. Lukas 6:31 “Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.” Perbuatan yang baik akan menghasilkan dampak yang baik dari orang lain. e. Kebiasaan. Kebiasaan dilahirkan melalui latihan yang membutuhkan waktu. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang akan melahirkan kebiasaan. “Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka.” Ulangan 30:19-20 2. Membuat komunitas Manusia tidak dapat hidup sendiri dan perlu Heirs - Legacy 37 “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Amsal 27:17 “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anakanakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Ulangan 6:7 “Ketika Abram mendengar, bahwa anak saudaranya tertawan, maka dikerahkannyalah orang-orangnya yang terlatih, yakni mereka yang lahir di rumahnya, tiga ratus delapan belas orang banyaknya, lalu mengejar musuh sampai ke Dan.” Kejadian 14:14 38 Heirs - Legacy komunitas yang baik. Selanjutnya lihat KT Disciple Modul 1. Contoh dalam Alkitab adalah kehidupan Tuhan Yesus selama Dia berada dalam dunia. Pertama kali tampil, Dia memilih duabelas orang murid yang dipanggil mengikuti-Nya. Tuhan Yesus berjalan, tinggal dan hidup bersama-sama dengan murid-murid-Nya di nama saja. Walaupun banyak orang mengikuti Dia, tetapi Tuhan Yesus lebih fokus kepada keduabelas murid-Nya itu. Setiap hari Dia bersama-sama dan mempengaruhi murid-murid-Nya. Memang tidak mudah bagi Tuhan Yesus memberikan legacy dan merubah murid-muridNya, buktinya sampai saat terakhir bersama-sama, beberapa murid masih menampilkan perilaku manusia lama. Terutama Yudas Iskariot yang justru mengkhianati Dia. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang akan berinteraksi dan bertemu dengan banyak orang. Dari semua orang itu, akan ada orang-orang yang melaluinya kita dapat memberikan perhatian, waktu dan tenaga untuk membangun mereka. Itulah komunitas yang Tuhan berikan kepada kita. 3. Melatih dan mengembangkan komunitas a. Teaching Ini adalah perintah Allah untuk membangun generasi penerus. Firman Tuhan yang diajarkan berulang-ulang adalah dasar legacy yang sangat penting. Perlu konsistensi dan ketekunan karena Firman Tuhan seperti benih yang ditabur, perlu disirami dan disiangi setiap hari sampai bertumbuh dan menghasilkan buah, buah kehidupan. b. Coaching Abraham adalah seorang pelatih yang baik yang berhasil membangun pasukan yang kuat. Bayangkan, hanya dengan jumlah yang sedikit dapat mengalahkan ribuan musuh yang menawan Lot keponakannya. 3. Mentoring Daud orang biasa yang berhasil membangun, melatih dan mendampingi orang-orang yang berlatar belakang buruk, sampah masyarakat dan tanpa harapan menjadi pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa (2 Samuel 23:8-12). 4. Fathering Secara khusus Paulus berperan sebagai bapa bagi jemaat di Korintus. Peran bapa adalah sebagai sumber bagi anak-anaknya dalam hal : a. Identitas b. Visi c. Warisan “Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati, maka ia menjadi pemimpin mereka. ......” 1 Samuel 22:2 “Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu.” 1 Korintus 4:15 IV.Kepada siapa legacy diberikan 1. Secara spesifik kepada putera-putera. Hubungan bapa anak tidak didapatkan secara kebetulan. Ada mata rantai yang menghubungkan yang disebut DNA. Walaupun kita harus mengasihi semua orang tetapi tidak dapat menjadi bapa buat semua orang. Setiap orang akan menemukan mata rantai DNA yang spesifik yang berbeda dari orang lain. Untuk itu, sebagai bapa, seseorang haruslah asli apa adanya. Jangan pernah mencoba menjadi orang lain. Jadilah diri sendiri dengan anak-anak yang dilahirkan dari pelayanan sendiri. 2. Secara umum kepada semua orang Abraham adalah bapa bagi banyak orang khususnya kepada tiga agama besar di dunia. Setiap orang harus sadar bahwa kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari orang lain. Setiap apapun yang dilakukan baik maupun buruk, pasti akan berdampak kepada orang lain. “Kepada Timotius, anakku yang sah di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.” 1 Timotius 1:2 “Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua”. Roma 4:16 Heirs - Legacy 39 DISKUSI & APLIKASI Diskusikan : 1. Apakah Anda sudah memahami arti dari Legacy? Jelaskan! 2. Menurut Anda, sudahkah Anda mempersiapkan/meninggalkan Legacy? 3. Adakah penghalang-penghalang yang membuat Anda gagal meninggalkan Legacy? 40 Heirs - Legacy