universitas indonesia laporan praktik kerja profesi apoteker di suku

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29
PERIODE 01 - 11 JULI 2014
LAPORAN PRATIK KERJA PROFESI APOTEKER
MARLINA QURRATUL AINI, S. Farm.
1306502586
ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2015
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29
PERIODE 01 - 11 JULI 2014
LAPORAN PRATIK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
MARLINA QURRATUL AINI, S. Farm.
1306502586
ANGKATAN LXXIX
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
DEPOK
JANUARI 2015
ii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
HALA
iii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
iv
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
v
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
vi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karunia-Nyalah, kami dapat menyelesaikan laporan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara
ini. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai syarat untuk
menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker dan memperoleh gelar
Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Kami menyadari tanpa bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari
berbagai pihak penulisan laporan ini sangatlah sulit. Pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Bambang Suheri., selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Utara
2. drg. Leny Ariyani, selaku Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara
3. Drs. Kusnaedi, Apt., selaku Pembimbing dari Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Utara dan Kepala Koordinator Farmasi Makanan dan
Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara atas
bimbingan selama pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Utara
4. Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia
5. Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia.
6. Seluruh staf Departemen Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara.
7. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara,
8. Seluruh staf pengajar khususnya Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia.yang telah memberikan ilmu yang berharga
dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis.
9. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa dan
semangat kepada penulis.
vii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
10. Semua teman-teman Apoteker Universitas Indonesia angkatan 79 dan
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis
selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker, yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini
dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
2014
viii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
ABSTRAK
Nama
: Marlina Qurratul Aini
NPM
: 1306502586
Program Studi
: Profesi Apoteker
Judul
: Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Di Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara Jl. Yos Sudarso
No. 27-29 Periode 01 - 11 Juli 2014
Dalam upaya meningkatkan pemahaman serta untuk meningkatkan peran dan
fungsi apoteker di pemerintahan, maka calon apoteker perlu melakukan praktik
kerja profesi apoteker di pemerintahan. Apoteker berperan dalam melakukan
pengawasan obat, makanan dan minuman di wilayah kerja suku dinas tersebut,
selain itu juga berperan dalam perizinan sarana kefarmasian. Tugas khusus yang
dikerjakan adalah mengenai perizinan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT).
Kata Kunci: Apoketer, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, UMOT.
Tugas umum : xii + 50 halaman, 25 lampiran
Tugas khusus :iii +18 halaman, 4 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum
: 13 (1972 – 2012)
Daftar Acuan Tugas Khusus
: 7 (2002 – 2012)
ix
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
ABSTRACT
Name
: Marlina Qurratul Aini
NPM
: 1306502586
Study Program
: Apothecary Profession
Tittle
: Pharmacist Internship Report At Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Utara Jl. Yos Sudarso No. 27 –
29, 1st – 11st July 2014
To enrich the understanding and improve the role of pharmacist in public services
area by goverment, pharmacist students did the internship in the goverment office.
Drug, food, baverage control and monitor is pharmacist duty in goverment office.
Besides it, give the lisence of pharmaceutical fasility also the pharmacist duty in
goverment office. Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT; micro industry of
traditional remedies) license is the specific assignment that student was obtained.
Keywords: Pharmacist, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, UMOT (micro
industry of traditional remedies).
General Assignment : xii + 50 pages, 25 appendices
Spesific Assignment : iii +18 pages, 4 appendices
Bibliography of General Assignment
: 13 (1972 – 2012)
Bibliography of Spesific Assignment
: 7 (2002 – 2012)
x
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME ..................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.........................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................
ABSTRACT ....................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i
ii
iii
vi
v
vi
vii
ix
x
xi
xii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................
1.1 Latar Belakang .................................................................................
1.2 Tujuan ..............................................................................................
1
1
2
BAB 2. TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA
ADMINISTRASI JAKARTA UTARA ...........................................
2.1 Profil Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara .....................................
2.2 Visi dan Misi ....................................................................................
2.3 Struktur Organisasi ..........................................................................
2.3.1 Sub Bagian Tata Usaha .......................................................
2.3.2 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan .............................
2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat ...............................................
2.3.4 Seksi Sumber Daya Kesehatan ............................................
2.3.5 Seksi Pelayanan Kesehatan .................................................
4
4
5
5
6
9
14
19
26
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS FARMASI MAKANAN DAN
MINUMAN .......................................................................................
3.1 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan
Minuman dan Tenaga Kesehatan.....................................................
3.1.1 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmakmin ...........
3.1.2 Perizinan Tenaga Kesehatan ...............................................
3.2 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Saran Pelayanan
Kesehatan Farmakmin .....................................................................
38
BAB 4. PEMBAHASAN ...............................................................................
41
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
5.1 Kesimpulan .......................................................................................
5.2 Saran ..................................................................................................
58
58
58
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
59
31
31
32
35
LAMPIRAN ....................................................................................................
61
xi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Lampiran 24
Lampiran 25
Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ...........
Alur Prosedur Permohonan Izin Tenaga dan Sarana
Pelayanan FMM ............................................................................
Surat Izin Kerja Asisten Apoteker .................................................
Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian ...............................
Surat Izin Praktik Apoteker ...........................................................
Surat Izin Kerja Apoteker ..............................................................
Lembar Check-list SIPA/SIK ........................................................
Lembar Check-list SIKTTK ..........................................................
Formulir Permohonan Izin Apotek ................................................
Permohonan Izin UMOT ...............................................................
Formulir Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan IRT ....................
Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat ...........................................
Berita Acara Pemeriksaan UKOT .................................................
Berita Acara Pemeriksaan Sub penyalur Alat Kesehatan ..............
Berita Acara Pemeriksaan Apotek.................................................
Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat ...........................................
Permohona Izin Pedagang Eceran Obat ........................................
Permohonan Izin Perpanjangan Pedagang Eceran Obat ...............
Formulir Permohonan Izin Apotek Karena Pergantian Nama ......
Formulir Permohonan Surat Izin Apotek Karena Pindah
Alamat ...........................................................................................
Formulir Permohonan Izin Apotek Karena Pergantian
Penangung Jawab ..........................................................................
Formulir Permohonan Izin Apotek Karena Pergantian
Pemilik Sarana Apotek ..................................................................
Checklist Kelengkapan Persyaratan Izin Apotek Karena
Pergantian Apoteker Pengelola Apotek.........................................
Checklist Kelengkapan Persyaratan Izin Apotek Karena
Pergantian Pemilik Sarana Apotek ................................................
Checklist Kelengkapan Persyaratan Izin Apotek Karena
Perubahan Alamat Apotek .............................................................
xii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
72
75
77
78
80
85
87
88
89
90
91
92
93
94
95
1
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab
atas penyelenggaraan upaya kesehatan. Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Tujuan dari upaya kesehatan adalah untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat dengan menyelenggarakan
upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan
perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan tujuan tersebut adalah
memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004. Undang-Undang tersebut
memuat ketentuan yang menyatakan bahwa bidang kesehatan sepenuhnya
diserahkan kepada daerah masing-masing yang setiap daerah diberi kewenangan
untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh aspek kesehatan. Sebagai tindak
lanjut dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, Pemerintah telah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 yang mengatur
tentang pembagian urusan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa kesehatan merupakan
salah satu urusan wajib pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan
daerah.
Dengan adanya sistem otonomi daerah, maka dalam perwujudan
pembangunan kesehatan dibuatlah peraturan daerah tentang sistem kesehatan
daerah (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009a). Sesuai dengan Peraturan
Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, maka terdapat Dinas Kesehatan sebagai salah satu
perangkat daerah yang merupakan unsur pelaksanan otonomi daerah di bidang
kesehatan, yang dalam organisasinya dibantu oleh Suku Dinas Kesehatan yang
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
2
terdapat di setiap Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi. Berdasarkan
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009,
terjadi perubahan struktur organisasi dalam Suku Dinas Pelayanan Kesehatan.
Suku Dinas Pelayanan Kesehatan disatukan dengan Suku Dinas Kesehatan
Masyarakat membentuk Suku Dinas Kesehatan.
Peran apoteker di dalam pemerintahan sebagai upaya mewujudkan tujuan
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi individu maupun
masyarakat adalah bergabung dengan Suku Dinas Kesehatan yang merupakan unit
kerja dinas kesehatan provinsi DKI Jakarta dalam pelaksanaan kegiatan
pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Apoteker di Suku Dinas
Kesehatan menjadi penanggung jawab dari Koordinator farmasi makanan dan
minuman yang mempunyai tugas pokok dalam perijinan, serta pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian sarana dan tenaga kesehatan farmasi makanan dan
minuman.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman serta untuk mengetahui peran dan
fungsi apoteker di pemerintahan, maka calon Apoteker membutuhkan suatu
program praktek kerja yang dapat memberikan pengalaman kerja, pengetahuan
dan gambaran tentang peran Apoteker di Pemerintahan. Oleh karena itu, Program
Studi Apoteker Universitas Farmasi bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Utara dengan mengadakan kegiatan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) untuk memberikan wawasan kepada calon Apoteker
mengenai perannya di Suku Dinas Kesehatan. PKPA dilaksanakan pada tanggal 1
Juli hingga 11 Juli 2014.
I.2 Tujuan
a
Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara
b
Mengetahui dan memahami peran Apoteker di Seksi Sumber Daya
Kesehatan khususnya Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman
(Farmakmin)
c
Mengetahui dan memahami pelaksanaan tugas dan fungsi Koordinator
Farmasi Makanan dan Minuman, baik yang terkait dengan perizinan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
3
maupun yang terkait dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
sarana dan tenaga kesehatan pelayanan kesehatan Farmasi Makanan dan
Minuman.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
4
BAB 2
TINJAUAN UMUM
SUKU DINAS KESEHATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
2.1 Profil Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara
Suku Dinas Kesehatan adalah salah satu unsur pelaksana Pemerintah
Daerah Tingkat II di bidang kesehatan yang mempunyai tugas dan kewajiban
dalam pembangunan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan dibentuk di setiap kota
administrasi yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan
Jakarta Pusat.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara merupakan penamaan baru yang atas
penggabungan dari dua Suku Dinas yang terdahulu, yakni Suku Dinas Pelayanan
Kesehatan Jakarta Utara dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Utara
sesuai dengan peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
No.150 Tahun 2009. Hal ini menimbulkan perubahan pada struktur organisasi
secara keseluruhan.
Sebelum penggabungan ini Suku Dinas Kesehatan Masyarakat terdiri dari
6 seksi: Seksi Pendataan dan Program, Seksi Penyakit Menular, Seksi Penyakit
Tidak Menular, Seksi Kesehatan Jiwa dan Napza, Seksi Gizi PPSM, Seksi
Penyehatan Lingkungan serta Subbag Tata usaha, sedangkan Suku Dinas
Pelayanan Kesehatan terdiri dari 6 seksi; yaitu Seksi Pelayanan kesehatan Dasar,
Seksi Farmasi Makanan Minuman, Seksi Pelayanan Kesehatan Spesialistik, Seksi
Pendataan dan Program, Seksi Gawat Darurat Bencana dan Gakin, Seksi
Pengobatan Tradisional, serta Subbag Tata Usaha (Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Utara, 2010).
Setelah Penggabungan kedua Suku Dinas tersebut menjadi SUKU DINAS
KESEHATAN JAKARTA UTARA, struktur organisasi berubah menjadi 4 seksi;
yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber
Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan, dan Subbag Tata
Usaha.
4
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
5
2.2 Visi dan Misi
Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yaitu “Menjadi Suku Dinas
Kesehatan yang Profesional Menuju Jakarta Utara Sehat Untuk Semua”. Untuk
mewujudkan visi tersebut, maka telah ditetapkan misi yaitu (Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara, 2010) :
1. Meningkatkan kompetensi seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) di jajaran
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara;
2. Mengembangkan pelayanan perizinan berbasis teknologi informasi;
3. Menciptakan dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja;
4. Meningkatkan
sistem
informasi
yang
cepat,
tepat,
dan
dapat
dipertanggungjawabkan berbasis komputer;
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih;
6. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih, sehat, serta untuk
penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana;
7. Meningkatkan kualitas dan respon time pelayanan kesehatan Gawat Darurat
dan Bencana;
8. Meningkatkan kerja sama lintas program, lintas sektoral dengan organisasi
profesi, organisasi masyarakat dan institusi lainnya dalam mengatasi masalahmasalah kesehatan masyarakat di Jakarta Utara;
9. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat.
2.3 Struktur Organisasi
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta diatur
dengan Pasal 23 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
No.150 Tahun 2009 terdiri dari (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009):
1. Kepala Suku Dinas Kesehatan;
2. Sub Bagian Tata Usaha;
3. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan;
4. Seksi Kesehatan Masyarakat;
5. Seksi Sumber Daya Kesehatan;
6. Seksi Pelayanan Kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
6
Sub bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian dan setiap seksi
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan. Struktur organisasi
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Terlampir pada Lampiran 1.
2.3.1 Sub Bagian Tata Usaha
Berdasarkan peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas kesehatan
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 36:
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai ruang lingkup tugas:
1.
Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
2.
Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
3.
Mengoordinasikan penyusunan RKA dan DPA Suku Dinas;
4.
Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan DPA
Suku Dinas;
5.
Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Suku Dinas;
6.
Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas;
7.
Penyediaan, penatausahaan, penggunaan dan pemeliharaan dari perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas;
8.
Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor;
9.
Melaksanakan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas;
10. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara Suku Dinas;
11. Menerima,
mencatat,
membukukan,
mensetorkan,
dan
melaporkan
penerimaan retribusi Suku Dinas kesehatan;
12. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Sub Bagian
Tata Usaha;
13. Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan
akuntabilitas) Suku Dinas;
14. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Sub Bagian
Tata Usaha.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
7
Koordinator dalam Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha (Subbag TU) membawahi 3 koordinator, yaitu
(Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010) :
1. Koordinator Kepegawaian
a. Tugas dan Tanggungjawab
1.
Mengumpulkan dan mengusulkan perencanaan kebutuhan pegawai
Puskesmas dan Suku Dinas Kesehatan
2.
Mengkoordinir pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian,
mutasi, pendayagunaan pegawai, pengembangan karir dan penghargaan
3.
Membuat usulan perencanaan kebutuhan pendidikan dan pelatihan
pegawai Suku Dinas Kesehatan
4.
Menyusun usulan DUPAK jabatan fungsional susuai kewenagannya
5.
Melaksanakan monitoring pengendalian disiplin pegawai dan kinerja di
lingkungan Suku Dinas Kesehatan
6.
Memantau, mengawasi, membina/sosialisasi pegawai Puskesmas dan
menindaklanjuti permasalahan kepegawaian untuk pegawai Puskesmas
dan Suku Dinas Kesehatan
7.
Menyusun usulan rencana kerja dan anggaran DPA dan kerangka acuan
kerja kegiatan yang menjadi tanggungjawab urusan kepegawaian.
8.
Melaksanakan kegiatan sesuai DPA dan KAK yang menjadi tanggung
jawab urusan kepegawaian
9.
Mengolah, menganalisa dan mengajukan informasi kepegawaian
10. Menyusun
bahan
laporan
dan
melaporkan
serta
mempertanggungjawabkan tugas urusan kepegawaian
b. Wewenang
1.
Melaksanakan seluruh aktivitas kepegawaian sesuai dengan tugas dan
fungsinya
c. Sub bagian
1.
Pengelola data pegawai dan disiplin pegawai
2.
Pengelola Administrasi Kesejahteraan Pegawai
3.
Pengelola Administrasi Pengembangan Karir
2. Koordinator Keuangan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
8
a. Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Mengkoordinir pengelolaan keuangan anggaran DPA- SKPD
2.
Mengkoordinir pelaksanaan pelaporan keuangan Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Utara
3.
Melaksanakan koordinasi dengan pelaksana program berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari DPA-SKPD
4.
Mengkoordinir pelaksanaan pengarsipan dokumen gaji pegawai dll.
5.
Mengkoordinir pelaksanaan penilaiaan kinerja
6.
Mengkoordinir pengajuan SPP
7.
Mengkoordinir pelaksanaan pelaporan pajak
8.
Bertanggungjawab terhadap pengadministrasian keuangan di SuDin
Kesehatan Jakarta Utara
b. Wewenang
1.
Mengurus pengajuan uang kegiatan yang bersumber dari DPA-SKPD
2.
Melakukan Binwasdal ke Puskesmas
c. Sub Bagian
1.
Bendahara
2.
Verifikator
3.
Pengelola Pelaporan
4.
Pengelola pajak dan sisa kegiatan
5.
Pengelola SPJ
3. Koordinator Umum dan Protokol
a. Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Mengkoordinir pengadministrasian surat menyurat
2.
Mengkoordinir pelaksanaan protokoler dan rumah tangga
3.
Mengkoordinir pelaksanaan urusan perlengkapan
4.
Mengkoordinir pembuatan rencana kerja dan anggaran (RKA)
b. Wewenang
1.
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian urusan umum dan
protokol
c. Sub bagian
1.
Pengurus Barang
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
9
2.
Pengelola pemeliharaan sarana dan prasarana kantor
3.
Pengelola surat menyurat
4.
Pengelola protokol
5.
Pengadministrasi surat keluar
6.
Pengadministrasi surat masuk
7.
Pengaministrasi kegiatan kepala unit
8.
Pengadministrasi protokol
2.3.2 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku
Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan.
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.
Adapun tugas pokok dan fungsi Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan
antara lain:
1.
Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
2.
Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
3.
Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular,
kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah
atau KLB (Kejadian Luar Biasa), dan kesehatan lingkungan;
4.
Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji;
5.
Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit
menular serta kesehatan jiwa masyarakat;
6.
Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis
peningkatan
kompetensi
surveilans
epidemiologi,
tenaga
kesehatan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa
masyarakat;
7.
Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama, dan kemitraan pengendalian
penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan
satuan kerja perangkat daerah (SKPD), unit kerja perangkat daerah (UKPD)
dan/atau instansi pemerintahan /swasta/masyarakat;
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
10
8.
Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan
imunisasi;
9.
Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, serta
memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai sistem
kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB) pada lingkup kota
administrasi;
10. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan dugaan
wabah serta keracunan makanan;
11. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau KLB dan surveilans;
12. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian;
13. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan
wabah atau KLB dan surveilans;
14. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan
lingkungan meliputi penyehatan air minum atau air bersih, penyehatan
makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor,
pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempattempat umum, penyehatan di tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida
termasuk pemberian rekomendasi analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL),
dan
upaya
pengelolaan
lingkungan/upaya
pemantauan
lingkungan;
15. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang
kesehatan lingkungan;
16. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan
kesehatan kerja;
17. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan;
18. Melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
tugas
Seksi
Pengendalian Masalah Kesehatan.
Koordinator dalam Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan
a. Koordinator Penyakit Menular-Tidak Menular
1. Tugas dan tanggung jawab
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
11
a.
Melaksanakan
pengendalian
penyakit
menular,
tidak
menular,
kesehatan jiwa masyarakat, imunisasi, NAPZA dan melaksanakan
kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan bayi
b.
Menyiapkan
materi sosialisasi kesehatan tentang
pengendalian
penyakit menular/tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat,imunisasi
dan kesehatan haji
c.
Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan
teknis ternaga kesehatan penyakit menular, tidak menular, imunisasi,
haji, dan kesehatan jiwa masyarakat dan NAPZA
d.
Menyiapakan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan ruang
lingkup tugasnya
e.
Mengusulakan rencana kegiatan dan mengalokasikan anggarannya
f.
Melakukan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian
kegiatan penyakit menular dan tidak menular tehadap puskesmas
g.
Menganalisa dan memberikan informasi perkembangan penyakit
menular di Jakarta Utara
h.
Mengelola laporan kegiatan penyakit menular dan tidak menular dari
puskesmas
i.
Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas-tugas dalam ruang lingkup
program penyakit menular dan tidak menular
j.
Bertanggung jawab atas laporan pertanggungjawaban jalannya tugastugas tersebut terhadap Kepala seksi pengendalian masalah kesehatan
2. Wewenang
a.
Memberikan
masukan
kepada
seksi
pengendalian
kesehatan
masyarakat sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan
b.
Meminta laporan hasil kegiatan
program penyakit menular-tidak
menular dari puskesmas kecamatan di Jakarta Utara
c.
Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya
d.
Mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya
e.
Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat
3. Sub Bagian
a.
Pengelola DBD
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
12
b.
Pengelola Imunisasi
c.
Pengelola kesehatan jiwa
d.
Pengelola NAPZA
e.
Pengelola tuberkulosa
f.
Pengelola ISPA dan pneumoni
g.
Pengelola diare
h.
Pengelola kusta
i.
Pengelola HIV/AIDS
j.
Pengelola penyakit tidak menular
b. Koordinator Wabah Dan Surveillance
1. Tugas dan tanggung jawab
a.
Menyusun program, rencana kegiatan dan mengalokasikan anggaran
kegiatan penanggulangan wabah dan surveillance
b.
Menyiapkan bahan untuk sosialisasi program surveillance
c.
Melakukan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
kegiatan surveillance terhadap puskesmas kecamatan
d.
Menganalisa dan memberikan informasi perkembangan penyakit
menular terutama yang berpotensi KLB
e.
Mengelola laporan mingguan dari puskesmas
f.
Mengelola laporan bulanan dari puskesmas
g.
Mengirimkan laporan kegiatan surveillance ke dinas kesehatan Provinsi
DKI Jakarta
h.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas dalam ruang lingkup
kegiatan penanggulangan wabah dan surveillance
i.
Bertanggungjawab atas laporan pertanggungjawaban jalannya tugastugas tersebut kepada kepala seksi pengendalian masalah kesehatan
2. Wewenang
a.
Memberikan masukan kepada seksi penyakit menular sesuai dengan
kegiatan yang dilaksanakan
b.
Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada petugas surveillance
ditingkat puskesmas sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
13
c.
Meminta laporan kegiatan pengendalian wabah dan surveillance PKM
kecamatan di Jakarta Utara
d.
Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya
e.
Mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya
f.
Mewakili kasie dalam pertemuan atau rapat
3. Sub Bagian
a.
Pengelola surveillance berbasis rumah sakit dan laboratorium
b.
Pengelola survaillance berbasis puskesmas dan surveillance kematian
c. Koordinator Kesehatan Lingkungan
1. Tugas dan Tanggung Jawab
a.
Menyusun program, rencana kegiatan dan mengalokasikan anggaran
kegiatan kesehatan lingkungan
b.
Melakukan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi; penyehatan
makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vector,
pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh, penyehatan
ditempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida dan
lingkungan lainnya
c.
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian limbah dan pemberian
rekomendasi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDL), upaya
pengelolaan lingkungan/upaya pemantauan lingkungan (UKL/UPL)
d.
Pembinaan,
pengawasan
dan
pengendalian
pelaksanaan
sarana
penunjang dalam mendukung program kesehatan lingkungan
e.
Menilai dampak dan risiko lingkungan terhadap kesehatan masyarakat
f.
Menyiapkan materi promosi kesehatan tentang program penyehatan
lingkungan dan kesehatan kerja
g.
Menyiapkan
materi
pelatihan
teknis
dalam
bidang
kesehatan
lingkungan dan kesehatan kerja
h.
Memelihara hubungan kerjasama dengan instansi/akademisi/lembaga
sosial masyarakat (LSM) di dalam dan di luar negri yang bergerak
dalam kesehatan lingkungan, dan kesehatan kerja.
i.
Melakukan monitoring dan evaluasi kesehatan lingkungan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
14
j.
Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan
tugas seksi pengendalian masalah kesehatan
k.
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi
pengendalian masalah kesehatan
2. Wewenang
a.
Memberikan masukan kepada seksi pengendalian masalah kesehatan
program kesehatan lingkungan
b.
Memberikan masukan kepada suku dinas kesehatan melalui seksi
pengendalian masalah kesehatan bidang pengendalian kesehatan
lingkungan berupa sanksi hukum, teguran, saran perbaikan kepada
institusi/unit usaha sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
c.
Memberikan masukan kepada seksi pengendalian masalah kesehatan,
tenyang kinerja petugas kesehatan lingkungan di puskesmas
d.
Menilai kualitas kesehatan terhadap institusi/unit usaha yang menjadi
sasaran pembinaan, seperti: tempat pengelolaan makanan dan minuman,
tempat-tempat umum, tempat kerja/industry, tempat pengelolaan
pestisida dan lingkungan lainnya
e.
Rekomendasi pengeluaran sertifikasi laik hygiene bagi usaha jasa boga,
rumah makan/restoran, cafe, bakery, dan pengelolaan makanan siap saji
lainnya (non kemasan/usia masa umur konsumsi dibawah 3 hari)
f.
Rekomendasi pengeluaran izin pest control bagi usaha jasa pest control
3. Sub Bagian
a.
Pengelola makanan dan minuman
b.
Pengelola tempat-tempat umum/tempat-tempat industri (TTU-TTI)
c.
Pengelola penyehatan lingkungan pemukiman
2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat
Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan
masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.
Berdasarkan peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
15
150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tatat Kerja Dinas kesehatan Propinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 37:
Tugas pokok dan fungsi Seksi Kesehatan Masyarakat adalah sebagai
berikut:
1.
Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
2.
Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
3.
Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga
termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, anak pra sekolah, anak usia
sekolah, remaja, kesehatan reproduksi usia lanjut, keluarga berencana,
pekerja wanita, dan asuhan keperawatan;
4.
Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan
dan pengendalian program kesehatan masyarakat;
5.
Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi;
6.
Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan
masyarakat;
7.
Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat
kota administrasi;
8.
Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi
manajemen kesehatan yang terintegrasi;
9.
Melaksanakan
pengendalian
pelaksanaan
program
gizi
dan
PPSM
(Pembinaan Peran Serta Masyarakat);
10. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG);
11. Melaksanakan kegiatan peran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan
sehat;
12. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
seksi kesehatan masyarakat;
13. Melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
tugas
Seksi
Kesehatan Masyarakat.
Koordinator dalam Seksi Kesehatan Masyarakat
Koordinator dalam seksi kesehatan masyarakat membawahi 3 koordinator,
yaitu (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010) :
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
16
1. Koordinator Kesehatan Keluarga
a. Tugas dan Tanggungjawab
1.
Mempelajari program kerja petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
kegiatan program kesehatan keluarga yang meliputi bidang kesehatan
anak, kelompok bayi, balita, anak prasekolah, anak usia sekolah,
remaja, wanita usia subur, ibu hamil/nifas/ menyusui, pekerja wanita,
dan lanjut usia, kebijakan yang ada sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas
2.
Melaksanakan kegiatan program kesehatan keluarga
3.
Mengkoordinasikan secara teknis kegiatan program kesehatan keluarga
4.
Melaksanakan koordinasi lintas program dan lintas sector terkait dalam
rangka penyelenggaraan kegiatan kesehatan keluarga
5.
Memeriksa kebenaran data/laporan kegiatan kesehatan keluarga
6.
Membuat laporan pelaksanaan kegiatan dan pengolahan anggaran serta
evaluasi program kesehatan keluarga secara lisan maupun tertulis untuk
disampaikan atasan
7.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka
memperlancar pelaksanaan kegiatan
b. Wewenang
1.
meminta laporan kegiatan program kesehatan keluarga dari PKM
kecamatan di Jakarta Utara
2.
mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya
3.
mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya
4.
mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat
c. Sub Bagian
1.
Pengelola kesehatan ibu
2.
Pengelola kesehatan anak
3.
Pengelola perawatan kesehatan masyarakat
4.
Pengelola lansia
5.
Pengelola Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
6.
Pengelola kesehatan gigi dan mulut
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
17
2. Koordinator promosi dan Informasi Kesehatan
a. Tugas dan Tanggungjawab
1.
Melaksanakan dan bdertanggung jawab atas kelancaran kegiatan
promosi dan informasi kesehatan
2.
Melaksanakan kegiatan peningkatan kemampuan dan peran masyarakat
untuk berprilaku hidup bersih dan sehat
3.
Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi
manajemen kesehatan yang terintegrasi
4.
Menyusun program, rencana kegiatan dan mengalaokasikan anggaran
Promosi dan informasi kesehatan
5.
Mensosialisasikan program dan rencana kegisntsn promosi kesehatan
6.
Mengolah laporan kegiatan penyuluhan dan data informasi dari
Puskesmas
7.
Melaporkan kegiatan promosi dan informasi kesehatan ketingkat dinas
kesehatah provinsi DKI Jakarta
8.
Menyediakan data dan evaluasi kegiatan promosi dan informasi
kesehatan di Puskesmas
b. Wewenang
1.
Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada petugas promosi
kesehatan (promkes) dan petugas informasi kesehatan (infokes) di
tingkat Puskesmas sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan
2.
Meminta laporan kegiatan program promosi dan informasi kesehatan
dari PKM kecamatan di Jakarta Utara
3.
Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidaginya
4.
Mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya
5.
Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat
c. Sub Bagian
1.
Pengelola promosi kesehatan
2.
Pengelola Sistem Pelaporan Puskesmas Terpadu (SP2TP)
3.
Pengelola sistem promosi kesehatan (SIK)
3. Koordinator Gizi & PPSM
a. Tugas dan Tanggungjawab
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
18
1.
Membuat usulan rencana penjabaran dan pengajuan kebutuhan
anggaran kegiatan gizi dan PPSM
2.
Melaksanakan kegiatan gizi dan PPSM sesuai dengan usulan yang ada
3.
Melaksanakan pengendalian pelaksanaan dan mengkoordinasikan
secara teknis kegiatan gizi dan PPSM di puskesmas kecamatan dan
keluarahan di Jakarta Utara
4.
Melaksanakan koordinasi lintas program dan lintas sector terkait dalam
rangka penyelenggaraan kegiatan gizidan PPSM
5.
Memeriksa kebenaran data/laporan layanan gizi & PPSM
6.
Membuat laporan pelaksanaan kegiatan dan pengolahan anggaran serta
evalausi kegiatan gizi secara lisan maupun tertulis untuk disampaikan
atasan
7.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka
memperlancar pelaksanaan kegiatan
8.
Menerapkan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)
9.
Melaksanakan kegiatan peran serta masyarakat dalam berprilaku hidup
bersihdan sehat
b. Wewenang
1.
Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada petugas gizi & PPSM
di tingkat Puskesmas sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan
2.
Meminta laporan kegiatan program gizi & PPSM dari PKM kecamatan
di Jakarta Utara
3.
Mengusulkan rencana program kegiatan gizi & PPSM
4.
Mengendalikan program kegiatan gizi & PPSM
5.
Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat
6.
Mendokumentasikan kegiatan dan mengarsipkan dokumen gizi &
PPSM
c. Sub bagian
1.
Pengelola program gizi
2.
Pengelola PSM
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
19
2.3.4 Seksi Sumber Daya Kesehatan
Merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan
kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan yang dipimpin oleh seorang Kepala
Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku
Dinas. Berdasarkan draft peraturan gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 150 tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Kesehatan
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 39, seksi Sumber Daya Kesehatan
memiliki tugas sebagai berikut:
1.
Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup
tugasnya;
2.
Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
3.
Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan
minuman.
4.
Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.
5.
Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan serta pelatihan.
6.
Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas
kesehatan terhadap standar pelayanan.
7.
Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem
manajemen mutu.
8.
Melaksanakan survei kepuasaan pelanggan kesehatan.
9.
Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan
sistem manajemen mutu kepada Puskesmas.
10. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator.
11. Melaksanakan
fasilitasi
peningkatan
kemampuan
tenaga
fasilitator,
instruktur, pengkaji, dan auditor mutu pelayanan kesehatan.
12. Melaksanakan kegiatan
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat
tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan
industri makanan minuman rumah tangga.
13. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan
persediaan cadangan obat esensial.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
20
14. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada
lingkup kota administrasi.
15. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.
16. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Sumber Daya Kesehatan.
17. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Sumber Daya Kesehatan.
Seksi Sumber Daya Kesehatan dibagi menjadi 3 koordinator, yaitu
koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan; koordinator Farmasi Makanan dan
Minuman (Farmakmin); Koordinator Tenaga Kesehatan (Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Utara, 2010).
1. Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan
a. Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Memastikan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu
ditetapkan, diterapkan dan dipelihara
2.
Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan
3.
Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan
penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas
4.
Melaksanakan kegiatan pertemuan koordinasi forum komunikasi
manajemen mutu di tingkat kota administrasi Jakarta Utara
5.
Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator,
instruktur, assessor dan auditor mutu pelayanan kesehatan
6.
Mengusulkan perencanaan dan alokasi anggaran program mutu
7.
Merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit
internal, eksternal, serta tinjauan manajemen dalam rangka penerapan
sistem manajemen mutu.
b. Wewenang
1.
Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang
lingkup tugasnya
2.
Melaporkan kinerja seksi yang mempengaruhi sistem manajemen mutu
suku dinas kesehatan Jakarta Utara ke kepala suku dinas kesehatan
Jakarta Utara
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
21
3.
Menyusun perencanaan program mutu dan alokasi anggaran
4.
Mewakili kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan
yang diberikan
c. Sub bagian Standarisasi Mutu Kesehatan
1.
Pengelola administrasi dan perencanaan mutu
2.
Pengelola survei kepuasan pelanggan
3.
Pengelola audit internal
4.
pengelola audit eksternal
5.
Pengelola forum komunikasi mutu
2. Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman
a. Tugas dan tanggung jawab
1.
Memberikan pelayanan perizinan farmasi makanan dan minuman
2.
Mengendalikan mutu pelayanan farmakmin
3.
Membuat perencananaan kegiatan dan anggaran farmakmin
4.
KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) pada customer
5.
Verifikasi berkas perizinan yang masuk (ditolak atau dilanjutkan)
6.
Melaksanakan
inspeksi/pemeriksaan
setempat
terhadap
sarana
pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman
7.
Membuat perencanaan kerja mingguan
8.
Membuat laporan dan evaluasi kerja mingguan
9.
Membuat laporan mingguan hasil inspeksi saran yang ditentukan.
b. Wewenang
1.
Menetapkan perencanaan kegiatan Farmakmin
2.
Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan
yang diberikan
3.
Mengendalikan kegiatan perizinan Farmakmin dan kegiatan Binwasdal
4.
Merekomendasikan terbit atau tidaknya izin Farmakmin
c. Sub Bagian
1.
Pengelola administrasi Farmakmin
a.
Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Mengkoordinir peninjauan lapangan
2.
Melakukan pengetikan sertifikat dari perizinan atau penolakan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
22
3.
Pemegang program
kegiatan
sosialisasi
tenaga
asisten
apoteker, penyuluhan keamanan pangan dan pembinaan sarana
pelayanan Farmakmin
4.
Menerima berkas perizinan dan dicatat dalam buku register
5.
Memberi nomor surat tugas dan rekap BAP
6.
Mengkoordinir Binwasdal ke lapangan untuk semua sarana
pelayanan kesehatan Farmakmin
7.
Membuat laporan kegiatan program (SPJ lengkap)
8.
Konfirmasi ke kelurahan untuk pelaksanaan inspeksi
9.
Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana
kesehatan Farmakmin
10. Mengarsipkan surat izin/sertifikat
11. Mencatat ke buku register untuk masing-masing sarana
12. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang
ditentukan
b.
2.
Wewenang
1.
Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat
2.
Mengusulkan rencana kegiatan
3.
Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya
Pengelola apotek dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT)
a.
Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Melaksanakan peninjauan lapangan ke apotek dan IKOT
2.
Melaksanakan kegiatan sosialisasi tenaga asisten apoteker
3.
Mengkoordinir dan melaksanakan binwasdal ke lapangan
untuk apotek dan IKOT
4.
Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program
5.
Menerima laporan pemakaian narkotika dan psikotropika dan
dicatat dalam absensi apotek
6.
Mencatat laporan pemakaian narkotika dan psikotropika harian
7.
Merekap laporan pemakaian narkotika dan psikotropika
perbulan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
23
8.
Melaksanakan inspeksi atau pemeriksaan setempat terhadap
sarana pelayanan kesehatan farmakmin
9.
Membuat status kendali berkas perizinan dan sarmut
10. Membuat laporan perizinan
11. Input data perizinan dan pendataan sarana farmakmin
12. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi atau pemerikasaan
sarana yang ditentukan
13. Membuat jadwal kegiatan farmakmin, jadwal distribusi
perbekalan alat kesehatan
14. Merevisi checklist, formulir dan perubahan dokumen ISO
b.
3.
Wewenang
1.
Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat
2.
Mengusulkan rencana kegiatan
3.
Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya
Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan
a.
Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Melaksanakan peninjauan lapangan ke industri rumah tangga
pangan
2.
Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan industri rumah
tangga pangan
3.
Melaksanakan kegiatan sosialisasi industri rumah tangga
pangan
4.
Mengkoordinir dan melaksanakn binwasdal ke lapangan untuk
industri rumah tangga pangan
5.
Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program
6.
Menerima laporan pemakaian LPLPO dari kecamatan
7.
Mencatat lapooran pemakaian LPLPO kecamatam
8.
Merekap laporan pemakaian LPLPO perbulan
9.
Melaksanaakan inspeksi atau pemeriksaan setempat terhadap
sarana pelayanan kesehatan farmakmin
10. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang di
tentukan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
24
11. Membuat surat tugas insidentil
b.
4.
Wewenang
1.
Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat
2.
Mengusulkan rencana kegiatan
3.
Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya
Pengelola Toko Obat
a.
Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Melaksanakan peninjauan lapangan ke toko obat
2.
Melaksanakan kegiatan sosialisasi toko obat
3.
Mengkoordinir dan melaksanakan Binwasdal ke lapangan
untuk toko obat
4.
Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program
5.
Menerima dan menyimpan obat dan alat perbekalan kesehatan
dalam gudang obat dan mencatat dalam buku penerimaan dan
kartu stok obat dan alat perbekalan kesehatan
6.
Mendistribusikan obat buffer dan alat perbekalan kesehatan ke
uinit pelayanan kesehatan dan dicatat dalam buku pengeluaran
dan kartu stok obat
7.
Memeriksa laporan pemakaian dan lembar permintaan obat
8.
Memeriksa persentase pemakaian obat generic dipuskesmas
9.
Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana
pelayanan kesehatan Farmakmin
10. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang
ditentukan
b.
Wewenang
1.
Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat
2.
Mengusulkan rencana kegiatan
3.
Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya
4.
Mempunyai
kewenangan
untuk
merekomendasikan
diberikannya izin atau tidak kepada sarana yang ditinjau ke
lapangan yang tidak memenuhi persyaratan
5.
Penerima perizinan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
25
a.
Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Memberikan informasi tentang perizinan kepada customer
2.
Menerima dan memeriksa kelengkapan berkas dan mengisi
checklist sesuai dengan persyaratan permohonan izin
3.
Mencatat berkas permohonan izin kedalam buku register
4.
Menginput data berkas perizinan
5.
Membuat berita acara serah terima
6.
Mengisi blangko retribusi pembayaran dan diserahkan ke
pemohon untuk segera membayar ke kas daerah
7.
Menerima surat tanda terima pembayaran dari pemohon dan
memberikan surat izin/sertifikat asli kepada pemohon
8.
Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana
pelayanan kesehatan Farmakmin
b.
Wewenang
1.
Membuat laporan mingguan hasil inspeksi/pemeriksaan sarana
yang ditentukan
2.
Mengecek surat izin/sertifikat yang akan di paraf kasubab TU
dan ditandatangani Kasudin
3. Koordinator Tenaga Kesehatan
a. Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Membantu Kepala seksi menyusun bahan rencana kerja dan
anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) seksi
Sumber Daya Kesehatan
2.
Menyusun dan mengkoordinasikan pembuatan jadwal pelaksanaan
bimbingan teknis tenaga kesehatan wilayah Jakarta Utara
3.
Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan diktat
4.
Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan penilaian calon
tenaga
kesehatan teladan di puskesmas tingkat kota administrasi Jakarta
Utara
5.
Mengkoordinir pelaksanaan pembinaan tenaga kesehatan untuk
lintas sector wilayah Jakarta Utara
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
26
6.
Membantu Kepala seksi dalam pelaksanaan segala proses perizinan
tenaga kesehatan, mulai dari verifikasi berkas permohonan,
kunjungan lapangan sam pai percetakan izin tenaga kesehatan
7.
Melaksanakan tugas kunjungan dalam hal perizinan tenaga
kesehatan
b. Wewenang
1.
Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat
2.
Mengusulkan rencana program tenaga kesehatan
3.
Mengkoordinasi program kegiatan tenaga kesehatan kepada seksi
terkait
c. Sub Bagian
1.
Pengelola Diklat
2.
Administrasi Umum
3.
Pengarsip Perizinan tenaga kesehatan
2.3.5 Seksi Pelayanan Kesehatan
Merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.
Tugas pokok dan fungsi Seksi Pelayanan Kesehatan diantaranya adalah:
1.
Menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen
pelaksanaan anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
2.
Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
3.
Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata
laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.
4.
Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan
memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.
5.
Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar
pelayanan kesehatan.
6.
Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan akreditasi sarana
pelayanan kesehatan.
7.
Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan;
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
27
8.
Memberikan tanda daftar ke pengobatan tradisional.
9.
Melaksanakan siaga 24 jam atau pusat pengendali dukungan kesehatan
(Pusdaldukkes).
10. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal
pelayanan kesehatan.
11. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
seksi pelayanan kesehatan.
12. Melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
tugas
Seksi
Pelayanan Kesehatan.
Seksi Pelayanan Kesehatan membawahi 3 koordinator, yaitu Koordinator
Pelayanan Kesehatan Dasar, Koordinator Gawat Darurat dan Bencana, serta
Koordinator Pelayanan Kesehatan Keahlian dan Tradisional (Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara, 2010).
1. Koordinator Pelayanan Kesehatan Dasar
a. Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan
pengelolaan dan pengembangan pelayanan kesehatan dasar
2.
Melaksanakan bimbingan, konsultasi dan fasilitasi akreditasi sarana
pelayanan kesehatan dasar
3.
Memberikan, mengendalikan, dan mengevaluasi perizinan sarana
pelayanan kesehatan dasar
4.
Melakukan koordinasi dengan puskesmas terhadap pelaksanaan standar
pelayanan minimal
5.
Menghimpun, mengolah, memelihara, menyajikan, mengembangkan
dan memanfaatkan data dan informasi yang berkaitan dengan upaya
pelayanan kesehatan serta melakukan feedback dan rencana tindak
lanjut
6.
Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA)
dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) bidang pelayanan kesehatan
7.
Mengkoordinasikan penyusunan laporan (keuangan, kinerja, kegiatan
dan akuntabilitas) bidang pelayanan kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
28
b. Wewenang
1.
Mengkoordinasikan proses pelayanan perizinan
2.
Merekomendasikan sarana yang memenuhi persyaratan atau tidak untuk
diterbitkan izinnya
3.
Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya
4.
Mewakili kasie dalam pertemuan atau rapat
5.
Mengusulkan rencana kegiatan
c. Sub Bagian
Pengelola perizinan dan Binwasdal sarana pelayanan kesehatan dasar
2. Koordinator Gawat Darurat dan Bencana
a. Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Menyusun pedoman/petunjuk teknis/petunjuk pelaksanaan pelayanan
kegawatdaruratan dan bencana di setiap tingkatan
2.
Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan
sarana kesehatan gawatdaruratan dan bencana
3.
Menyusun petunjuk teksnis penanganan kegawatdaruratan (disaster
plan) pada bangunan public
4.
Mengkoordinasikan
kegiatan
pelayanan
kegawatdaruratan
dan
penanggulangan bencana oleh sarana pelayanan kesehatan
5.
Menyusun,
mengendalikan
dan
mengevaluasi
penerapan
perizinan/standar/rekomendasi kendaraan ambulans gawat darurat
6.
Menyusun materi pelatihan untuk tenaga kesehatan dan penduduk
tentang kegawatdaruratan dan bencana
7.
Membangun kesiapan
tenaga kesehatan dan penduduk dalam
mengahadapi keadaan darurat dan bencana dari aspek kesehatan
8.
Membangun system dan jaringan komunikasi gawat darurat dan
bencana disemua tingkatan melalui koordinasi siaga 24 jam/pusat
pengendali operasional dukungan kesehatan (pusdaldukkes) dan unit
pelayanan gawat darurat
9.
Menyiapkan dukungan logistik menghadapi kondisi gawat darurat dan
bencana di tiap wilayah
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
29
10. Menghimpun, mengolah, memelihara, menyajikan, mengembangkan
dan memanfaatkan data dan informasi yang berkaitan dengan pelayanan
kegawatdaruratan dan bencana disetiap tingkatan
11. Menyiapakan bahan laporan bidang pelayanan kesehatan yang terkait
dengan tugas seksi gawat darurat dan bencana
12. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi
gawat darurat dan bencana
b. Wewenang
1.
Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat
2.
Mengusulkan rencana kegiatan kesehatan gawat darurat dan bencana
3.
Mengendalikan
kegiatan
program
yang
dibidang
kesehatan
gawatdarurat dan bencana
4.
Membantu kepala seksi dalam evaluasi dan menganalisa data program
kesehatan gawat darurat dan bencana
c. Sub Bagian
Pengelola Kesehatan Gadar Bencana
3. Koordinator Pelayanan Kesehatan Keahlian dan Tradisional.
a. Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Melakukan pengawasan dan pengendalian pemberian perizinan sarana
pelayanan kesehatan keahlian dan pengobatan tradisional dan
komplementer alternatif
2.
Melaksanakan
monitoring
dan
evaluasi
pelaksanaan
kegiatan
pengawasan dan pengendalian sarana pelayanan kesehatan keahlian
termasuk sarana pelayanan kesehatan rujukan dan sarana pelayanan
kesehatan keahlian
3.
Menghimpun, mengolah, memelihara, menyajikan, mengembangkan
dan memanfaatkan data dan informasi yang berkaitan dengan sarana
pelayanan kesehatan keahlian termasuk sarana pelayanan kesehatan
rujukan dan sarana pelayanan kesehatan keahlian
b. Wewenang
1.
Mengkoordinasikan proses pelayanan perizinan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
30
2.
Merekomendasikan sarana yang memenuhi persyaratan atau tidak untuk
diterbitkan izinnya
3.
Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya
4.
Mewakili kepala seksi dalam pertemuan atau rapat
5.
Mengusulkan rencana kegiatan
c. Sub Bagian
1.
Pengelola perizinan dan Binwasdal sarana pelayanan kesehatan
keahlian
2.
Pengelola perizinan dan Binwasdal sarana pelayanan kesehatan
tradisional
3.
Pengadministrasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
31
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN
Bagian farmasi makanan dan minuman (Farmakmin) tergabung di seksi
Sumber Daya Kesehatan (SDK), memiliki dua fungsi utama yaitu:
a Perizinan terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi makanan dan minuman
serta tenaga kesehatan
b Pembinaan pengawasan dan pengendalian sarana kesehatan farmasi makanan
dan minuman
Dalam menjalankan fungsi tersebut bagian Farmakmin Sudinkes Jakarta
Utara dipimpin oleh seorang koordinator berkualifikasi apoteker. Pemerintah
provinsi DKI Jakarta melalui Sub Dinas Pelayanan Kesehatan telah mengeluarkan
Buku Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan Minuman dan Buku Pedoman
Pembinaan Pengawasan Dan Pengendalian Sarana Kesehatan Farmasi Makanan
Dan Minuman pada tahun 2002. Buku tersebut digunakan sebagai pedoman
pelayanan di Farmakmin untuk seluruh Suku Dinas Kesehatan di DKI Jakarta
termasuk Sudinkes Jakarta Utara.
Untuk dapat menjalankan fungsi secara maksimal, di bagian farmakmin
dibagi lagi menjadi beberapa sub bagian diantaranya:
a. Pengelolan administrasi farmakmin
b. Pengelola Apotek dan UMOT
c. Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan
d. Pengelola Toko Obat
e. Penerima Perizinan
f. Koordinator Tenaga Kesehatan
Sub bagian diatas bekerja dalam melaksanakan dua fungsi utama
farmakmin yaitu perizinan sarana dan tenaga kesehatan serta binwasdal sarana
kesehatan yang mendapatkan izin dari Sudinkes Jakarta Utara.
3.1 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan Minuman
dan Tenaga Kesehatan
Sebelum dikeluarkannya undang-undang RI no. 22 tahun 1999 tentang
otonomi daerah, perizinan sarana kesehatan kefarmasian dan tenaga kesehatan
31
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
32
dilakukan di dinas kesehatan provinsi namun setelah otonomi daerah wewenang
tersebut didelegasikan kepada dinas kesehatan kabupaten/kotamadya. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam bidang perizinan sudinkes jakarta utara
telah membuat standar prosedur guna menjamin mutu dan konsistensi pelayanan.
Terdapat alur pengajuan perizinan (lampiran 1) serta Prosedur Pemberian Izin
Saryankes FMM (Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman)
dan Izin Praktek & izin Tenaga Teknis Kefarmasian.
3.1.1 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan
Minuman
Perizinan yang dikelola oleh suku dinas kesehatan atau dinas kesehatan
kabupaten/kotamadya adalah izin apotek dan apotek rakyat, izin pedagang eceran
obat, izin industri kecil obat tradisional, dan pemberian sertifikasi produksi
pangan industri rumah tangga. Begitu pula pada Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Utara, perizinan dilakukan terhadap sarana dalam bidang kesehatan farmasi,
makanan dan minuman. Perizinan ini dilakukan oleh Seksi Sumber Daya
Kesehatan (SKM) bagian Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin).
Suku dinas kesehatan jakarta utara memiliki standar operasional prosedur
(SOP) untuk melalukan perizinan, SOP dibuat oleh kepala Seksi Sumber Daya
Kesehatan dan disetujui oleh kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
Pembuatan SOP berdasarkan beberapa dasar hukum yaitu:
- UU Kesehatan No. 36 tahun 2009
- Peraturan Pemerintah DKI Jakarta No. 2 tahun 2001 tentang bentuk susunan
organisasi dan tata kerja perangkat daerah dan sekretariat DPRD propinsi
DKI Jakarta.
- SK Gubernur DKI Jakarta no. 3 tahun 2001 tentang tugas pokok dan fungsi
suku dinas kesehatan.
Berikut ini merupakan kegiatan perizinan sarana kesehatan farmasi,
makanan dan minuman yang dilakukan oleh suku dinas kesehatan jakarta utara.
a.
Perizinan Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemmerintan no. 51 tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
33
dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Izin apotik diberikan oleh
menteri, selanjutnya menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotik
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang
Perubahan
Atas
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin
apotek. Pemberian izin terhadap apotek secara resmi ditandai dengan
diterbitkannya
SIA
(Surat
Izin
Apotek)
oleh
dinas
kesehatan
kabupaten/kotamadya.
Peran suku dinas kesehatan jakarta utara dalam penerbitan SIA
meliputi:
1. Menerima pengajuan permohonan SIA serta memeriksa kelengkapan
administrasinya.
2. Melakukan perneriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk
melakukan kegiatan.
3. Mengeluarkan SIA jika apotek telah memenuhi persyaratan atau
mengeluarkan surat penundaan atau penolakan jika apotek tidak memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
4. Melakukan pembimbingan, pengawasan dan pengendalian terhadap apotek
yang telah memiliki izin. Hasil dari kegiatan ini adalah pembekuan izin,
pencairan izin, dan pencabutan izin apotek bagi apotek yang tidak sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002.
b. Izin Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)
UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional
dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. Sebelum
diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 002 tahun 2012 tentang
registrasi obat tradisional, UMOT dikenal dengan IKOT (Industri Kecil Obat
Tradisional), selanjutnya istilah IKOT digantikan dengan UMOT. Setiap
industri dan usaha obat tradisional berkewajiban:
1. Menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional
yang dihasilkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
34
2. Melakukan penarikan produk obat tradisional yang tidak memenuhi
ketentuan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu dari peredaran.
3. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.
Selain itu, setiap industri dan usaha di bidang obat tradisional wajib
memiliki izin dari Menteri, begitu pula dengan UMOT. Namun menteri
medelegasikan kewenangan pemberian izin UMOT kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Peran suku dinas kesehatan jakarta utara dalam perizinan UMOT
adalah:
1. Menerima
pengajuan
permohonan
izin
UMOT
serta
memeriksa
kelengkapan administrasinya.
2. Menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat.
3. Menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai
setempat.
c.
Izin pedagang eceran obat
Pedagang eceran obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
167 Tahun 1972 adalah orang atau badan hukum indonesia yang memiliki
izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat bebas terbatas (daftar W)
untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam
surat izin. Berdasarkan Permenkes RI No. 1331/MENKES/SK/X/2002
tentang perubahan Permenkes RI No. 167 tahun 1972 menyebutkan bahwa
pedagang eceran obat menjual obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas
dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya secara eceran dan harus
menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrikpabrik farmasi atau pedagang besar farmasi (PBF) yang mendapat izin dari
menteri kesehatan.
Pemberian izin Pedagang Eceran Obat dilaksanakan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, di wilayah Jakarta Utara dilaksanakan
oleh suku dinas kesehatan Jakarta Utara. Setiap penerbitan izin Pedagang
Eceran Obat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menyampaikan
tembusan kepada menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta Kepala
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
35
Balai POM setempat. Izin usaha pedagang eceran obat berlaku selama dua
tahun terhitung dari mulai tanggal ditetapkan dan 3 (tiga) bulan sebelum masa
berlaku izin berakhir harus mengajukan permohonan perpanjangan izin
pedagang eceran obat. Penanggung jawab toko obat adalah asisten apoteker
yang merupakan penanggung jawab teknis farmasi.
d. Pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPPIRT)
Berdasarkan
Keputusan
Kepala
BPOM
RI
Nomor
HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga (SPP-IRT) adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh
Bupati/Walikota terhadap pangan produksi IRTP di wilayah kerjanya yang
telah memenuhi persyaratan pemberian SPP-IRT dalam rangka peredaran
Pangan Produksi IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan). Sedangkan IRTP
sendiri adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat
tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis.
SPP-IRT diberikan oleh Bupati/Walikota namun wewenangnya
didelegasikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. SPP-IRT hanya
dapat diberikan kepada IRTP yang memenuhi syarat:
1. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan
2. Hasil Rekomendasi Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga.
Teknis
pemberian
SPP-IRT
dilakukan
oleh
dinas
kesehatan
kabupaten/kotamadya bagian farmasi makanan dan minuman. Bagian farmasi
makanan dan minuman dalam pemberian SPP-IRT ini adalah:
1. Penerimaan Pengajuan Permohonan SPP-IRT
2. Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan
3. Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
4. Pemberian Nomor P-IRT
3.1.2 Perizinan Tenaga Kesehatan
Koordinator Farmasi, makanan dan minuman Kota Administrasi Jakarta
Utara menjalankan fungsinya dalam perizinan tenaga kesehatan berlandaskan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
36
pada Undang-Undang, Peraturan Pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah No.32
1996 tentang tenaga kesehatan, Permenkes No. 1796/2011 tentang registrasi
tenaga kesehatan dan Permenkes No.889/2011 tentang registrasi, izin praktik dan
izin kerja tenaga kefarmasian. Isi dari Peraturan Pemerintah maupun Permenkes
diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Peraturan Pemerintah No.32 1996 tentang tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan wajib
memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan dengan ijazah
dari lembaga pendidikan. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya
kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari
Menteri. Dikecualikan dari pemilikan izin tersebut bagi tenaga kesehatan
masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur oleh Menteri.
b) Permenkes No. 1796/2011 tentang registrasi tenaga kesehatan
Dalam pelaksanaan registrasi, setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan
pekerjaannya wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Untuk
memperoleh STR, tenaga kesehatan harus memiliki ijazah dan sertifikat
kompetensi yang diberikan kepada peserta didik setelah dinyatakan lulus
ujian program pendidikan dan uji kompetensi oleh perguruan tinggi bidang
kesehatan
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan.
Sertifikat
kompetensi berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 tahun.
Sertifikat kompetensi dipergunakan sebagai dasar untuk memperoleh STR.
c) Permenkes No.889/2011 tentang registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga
kefarmasian
Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian,
yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis
Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
37
wajib memiliki surat izin sesuai dengan tempat tenaga kefarmasian bekerja.
Surat izinnya berupa:
a. SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian
b. SIPA bagi apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian
c. SIKA bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas
produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran
d. SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.
Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian
wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Apoteker
wajib memiliki SIPA atau SIKA, sedangkan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib
memiliki SIKTTK. SIPA/SIKA/SIKTTK dikeluarkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.
a.
Apoteker
Menurut Permenkes RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011, Apoteker
adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker. Apoteker wajib memiliki surat izin berupa SIPA atau
SIKA, SIPA diperuntukkan bagi Apoteker penanggung jawab atau Apoteker
pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, sedangkan SIKA diperuntukkan
bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau
fasilitas distribusi/penyaluran. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, apoteker
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat
pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus
melampirkan :
a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat
keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari
pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi, dan
d. Pas foto ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua)
lembar
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
38
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau
SIKA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan
dinyatakan lengkap.
b. Tenaga Teknis Kefarmasian
Menurut Permenkes RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011, Tenaga
Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi,
Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Tenaga Teknis
Kefarmasian wajib memiliki surat izin berupa SIKTTK. Permohonan SIKTTK
harus melampirkan :
1. Fotokopi STRTTK
2. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan
pekerjaan kefarmasian
3. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis
Kefarmasian, dan
4. Pas foto berwarna 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua)
lembar.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKTTK
paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan
dinyatakan lengkap.
3.2 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan
Farmasi Makanan dan Minuman
Pembinaan
(counseling)
adalah
kegiatan
untuk
menyiapkan
dan
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan agar mempunyai kompetensi
untuk memenuhi persyaratan. Pembinaan merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh suku dinas kesehatan dalam bentuk pemberian informasi, sosialisasi
peraturan, memberi penyegaran, memberikan bimbingan teknis secara langsung
ke lapangan maupun tidak langsung untuk meningkatkan konsistensi petugas agar
memenuhi persyaratan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah melakukan
pembinaan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang
berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
39
kesehatan (Undang-Undang RI No.36, 2009). Pembinaan yang dilakukan
pemerintah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; menggerakkan dan
melaksanakan
penyelenggaraan
upaya
kesehatan;
memfasilitasi
dan
menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan;
memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan kesehatan,
termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan minuman;
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan persyaratan;
melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan
bahaya bagi kesehatan (Undang-Undang RI No.36, 2009).
Bentuk pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah berdasarkan UU RI
No.36/2009 antara lain komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat; pendayagunaan tenaga kesehatan; serta pembiayaan. Pegawasan
(Supervision/Inspection) adalah evaluasi kesesuaian melalui pengamatan dan
penetapan, jika perlu dengan pengukuran, uji atau cara lain. Tujuan besar dari
pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk
melindungi pihak-pihak yang ada maupun terlibat dalam upaya kesehatan. Dalam
melaksanakan pembinaan dan pengawasan, pemerintah dalam hal ini menteri
kesehatan dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pihak lain, misalnya
lembaga pemerintah non-kementerian, kepala dinas provinsi, dan kepala dinas
kabupaten/ kota yang berperan di bidang kesehatan. Pengawasan pada sarana
kefarmasian dilaksanakan secara langsung ke sarana farmasi oleh dinas kesehatan,
suku dinas kesehatan, dan lintas sektor terkait untuk mengetahui apakah
pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek telah sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan. Menteri atau Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya dapat
mengangkat tenaga pengawas dengan tugas pokok untuk melakukan pengawasan
terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan sumber daya di bidang
kesehatan dan upaya kesehatan (Undang-Undang RI No.36, 2009).
Selanjutnya pengendalian (Controling) merupakan bagian dari kegiatan
yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi yang focus
kepada pemenuhan persyarat/peraturan perundangan. Pengendalian dilaksanakan
sebagai upaya tindak lanjut dari pengawasan yang dapat berupa sanksi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
40
administrasi, teguran, peringatan, sampai pencabutan izin. Suku dinas kesehatan
kota administrasi melaksanakan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh dinas
kesehatan yaitu melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
terhadap teknis pelaksanaan program di kota administrasi misalnya apotek,
puskesmas, dan rumah sakit. Suku dinas kesehatan kota administrasi dapat
memberikan teguran dan pencabutan izin. Pembinaan, pengawasan, pengendalian
(Binwasdal) berfungsi untuk memantau proses dan produk-produk layanan di
bidang kesehatan secara efektif dan efisien. Hal tersebut terkait dengan upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kepuasan
masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dapat dipenuhi secara optimal sesuai
dengan sumber daya yang ada.
Berdasarkan Tupoksi Kesehatan FMM Pasal 33-SK Gub DKI No. 58
Tahun 2002, maka lingkup pelayanan BINWASDAL meliputi :
1.
Mengendalikan mutu meliputi Bimbingan Teknis dan Self Assessment
Mutu pada Sarana Farmasi Makanan dan Minuman
2.
Audit Mutu Sarana Farmasi Makanan dan Minuman (FMM)
3.
Rekomendasi Perbaikan dan Penyeliaan (Supervisi)
4.
Memberikan Sanksi
5.
Memfasilitasi Penyelesaian Perselisihan/Pengaduan/Keluhan dari
Organisasi Profesi dan Masyarakat
6.
Mensosialisasikan Peraturan Perundangan Tentang Mutu Kesehatan
FMM
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
41
BAB 4
PEMBAHASAN
Selama melakukan PKPA di Sudinkes Jakarta Utara kami membantu
proses perizinan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan, serta membantu bidang
administrasi dan pelaporan dalam merekapitulasi LPLPO (Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat) dan memantau absensi SINAP (Sistem Informasi
Narkotika dan Psikotropika). Perizinan sarana kesehatan meliputi izin apotek,
toko obat dan UMOT, serta pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga (SPP-IRT). Perizinan tenaga kesehatan meliputi Surat Izin Praktek
Apoteker (SIPA), Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA), dan Surat Izin Kerja Tenaga
Teknis Kefarmasian (SIKTTK). Seluruh perizinan di kota administrasi jakarta
utara telah dilakukan secara terpadu di PTSP (Pelayanan Terpadu Sistem
Perizinan). Alur perizinan seluruh sarana kesehatan dan tenaga kesehatan sama,
yang berbeda adalah syarat dari masing-masing perizinan. Alur tersebut dapat
dilihat pada lampiran 1.
Sesuai dengan alur yang telah ditetapkan, fungsi kooordinator farmakmin
dalam perizinan dimulai ketika berkas permohonan telah diserahkan oleh bagian
TU. Dilakukan verifikasi ulang dari berkas persyaratan tersebut, verifikasi berkas
sebenarnya telah dilakukan oleh front line officer PTSP namun farmakmin tetap
harus melakukan verifikasi ulang untuk memperkecil kesalahan. Jika berkas telah
memenuhi persyaratan selanjutnya dibuat surat tugas bagi sarana kesehatan yang
memerlukan survei, bagi sarana kesehatan yang tidak memerlukan survei maka
surat izin langsung dapat dicetak. Survei sarana kesehatan dilakukan oleh bagian
farmakmin Sudinkes Jakarta Utara tanpa meminta bantuan teknis dari BPOM.
Setelah survei dilakukan, untuk sarana kesehatan yang telah memenuhi syarat
akan dibuatkan surat izin jadi. Jika belum memenuhi persyaratan akan dibuatkan
surat penolakan. Sedangkan untuk perizinan tenaga kesehatan tidak memerlukan
survei selayaknya sarana kesehatan, surat izin dapat langsung dicetak dengan
sebelumnya melihat kebenaran sarana kesehatan yang dimaksudkan dalam surat
permohonan izin kerja.
Syarat perizinan masing-masing sarana kesehatan dan tenaga kesehatan
berbeda-beda, maka hal ini perlu menjadi perhatian khusus saat verifikasi
41
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
42
dokumen. Berikut merupakan syarat-syarat yang harus dilengkapi oleh pemohon
untuk mendapatkan izin, cara penomoran izin yang dilakukan oleh sudinkes
jakarta utara, serta kendala yang dihadapi petugas dalam proses perizinan.
Penjelasan terkait dengan hal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perizinan Sarana Kesehatan
a. Apotek
Persyaratan untuk pengajuan izin apotek dibedakan berdasarkan jenis
apotek yang akan dibuat. Terdapat tiga jenis apotek, yakni apotek yang
bekerja sama dengan pihak lain, izin apotek praktek profesi dan izin apotek
yang berasal dari toko obat.
No
Apotek yang
Izin apoteker praktek
Apotek berasal dari
bekerjasama dengan
profesi
toko obat
Surat permohonan APA
Surat permohonan APA
Surat permohonan APA
ditujukan kepada
ditujukan kepada
ditujukan kepada
Kasudinkes jakut
Kasudinkes jakut
Kasudinkes jakut
sebanyak 3 rangkap, 1
sebanyak 3 rangkap, 1
sebanyak 3 rangkap, 1
rangkap bermaterai Rp.
rangkap bermaterai Rp.
rangkap bermaterai Rp.
6000
6000
6000
pihak lain
1
2
FC akte notaris badan
FC akte notaris badan
hukum & FC
hukum & FC
pengesahan badan
pengesahan badan
hukum dari Dep.
-
hukum dari Dep.
Kehakiman & HAM
Kehakiman & HAM
bila dalam bentuk PT
bila dalam bentuk PT
yang disahkan.
yang disahkan.
3
FC KTP DKI APA
FC KTP DKI Apoteker
FC KTP DKI APA
4
FC SIK/SP apoteker
FC SIK/SP dan pas photo
FC SIK/SP apoteker
2x3 2 lembar
5
FC perjanjian kontrak
Status kepemilikan
Status gedung: sertifikat
bangunan & KTP
tanah: sertifikat atau bila
jika milik sendiri atau
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
43
pemilik bangunan yang
sewa maka surat sewa
bila sewa maka FC
masih berlaku minimal
minimal 2 tahun
perjanjian kontrak
2 tahun.
bangunan & KTP
pemilik bangunan yang
masih berlaku minimal
2 tahun
6
FC UUG
FC NPWP Apoteker
-
7
FC IMB
-
-
8
Surat keterangan
FC izin domisili dari
domisili dari kelurahan
lurah dan Surat
setempat
-
keterangan domisili
dari kelurahan setempat
9
Surat pernyataan
Surat pernyataan dari
Surat pernyataan
pemohon akan tunduk
apotek bahwa selama
pemohon akan tunduk
serta patuh terhadap
buka apoteker harus ada
serta patuh terhadap
peraturan yang berlaku
apotekernya (bila tidak
peraturan yang berlaku
diatas materai Rp. 6000
ada apotekernya harus
diatas materai Rp. 6000
tutup).
10
Peta lokasi dan denah
11
Surat pernyataan dari
Surat pernyataan dari
PSA tidak pernah
PSA tidak pernah
terlibat dalam
terlibat dalam
pelanggaran peraturan
pelanggaran peraturan
di bidang farmasi/obat
12
Peta lokasi dan denah
-
Peta lokasi dan denah
di bidang farmasi/obat
dan tidak ikut campur
dan tidak ikut campur
dalam hal pengelolaan
dalam hal pengelolaan
obat diatas materai Rp.
obat diatas materai Rp.
6000
6000
Surat pernyataan APA
tidak sedang bekerja
pada bidang farmasi
-
-
lain diatas materai Rp.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
44
6000
13
Surat pernytaan tidak
melakukan penjualan
14
-
melakukan penjualan
narkotika, OKT tanpa
narkotika, OKT tanpa
R/, diatas materai Rp.
R/, diatas materai Rp.
6000
6000
Struktur organisasi dan
Struktur organisasi dan
tata kerja/tata laksana
15
Surat pernytaan tidak
-
tata kerja/tata laksana
Daftar ketenagakerjaan
Daftar ketenaga kerjaan
berdasarkan pendidikan
berdasarkan pendidikan
dilampiri dengan SK
-
pengangkatan dan
daftar gaji yang
disetujui apoteker
diatas materai Rp. 6000
16
SIK AA
-
SIK AA
17
Rencana jadwal buka
Rencana jadwal buka
Rencana jadwal buka
apotek
apotek bersama dengan
apotek
petugas atau apoteker
yang akan melakukan
kegiatan kefarmasian
18
19
20
Daftar peralatan
Daftar peralatan
peracikan obat
peracikan obat
Buku wajib peraturan
-
-
Buku wajib peraturan
per UU dibidang
per UU dibidang
farmasi
farmasi
Form laporan narkotika
-
-
dan psikotropika
21
Surat pernyataan bahwa
apoteker dan pemilik
bersedia bila diperiksa
-
-
ke apotek oleh petugas
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
45
kesehatan yang
berwenang diatas
materai Rp. 6000
22
-
Surat rekomendasi dari
Surat rekomendasi dari
IAI DKI Jakarta yang
IAI DKI Jakarta yang
menyatakan bahwa ybs
menyatakan bahwa ybs
layak untuk melakukan
layak untuk melakukan
apoteker profesi yang
apoteker profesi yang
diterbitkan setiap tahun
diterbitkan setiap tahun
sekali
sekali
23
Surat penyataan kapala
pasar akan ikut
mengawasi kegiatan
-
-
apotek terhadap
ketentuan per II farmasi
yang berlaku diatas
materai Rp. 6000
24
Pernyataan pemilik
sarana, lokasi hanya
pada sentra pasar
-
-
tempat toko obat dan
tidak pindah diluar
pasar diatas materai
Rp. 6000
Setelah persyaratan diatas terpenuhi, akan dilakukan survei apotek
yang bertujuan untuk melihat kesesuaian apotek dengan yang dicantumkan
dipersyaratan, serta untuk mengetahui kesiapan apotek melakukan
pelayanan. Selama melakukan PKPA di Sudinkes Jakarta Utara kami belum
berkesempatan untuk mengikuti survei lapangan. Namun kami mempelajari
kegiatan apa saja yang akan dilakukan jika melakukan survei apotek, dalam
melaksanakan survei petugas harus membuat Berita Acara Pemeriksaan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
46
(BAP) apotek dan check list kelengkapan apotek. Petugas akan
mencocokkan setiap perlengkapan fasilitas apotek dengan check list yang
dibawa. Jika berdasarkan survei apotek tidak memenuhi kelengkapan, maka
akan dibuat surat penolakan. Namun jika apotek telah memenuhi
kelengkapan akan dibuat surat izin apotek. Namun kami mempelajari
kegiatan apa saja yang akan dilakukan jika melakukan survei apotek, dalam
melaksanakan survei petugas harus membuat Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) apotek dan check list kelengkapan apotek. Petugas akan
mencocokkan setiap perlengkapan fasilitas apotek dengan check list yang
dibawa. Jika berdasarkan survei apotek tidak memenuhi kelengkapan, maka
akan dibuat surat penolakan. Namun jika apotek telah memenuhi
kelengkapan akan dibuat surat izin apotek.
Dalam pembuat surat izin apotek, terdapat sistem penomoran untuk
memudahkan rekapitulasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian
apotek oleh sudinkes jakut. Sistem penomoran izin apotek terbagi
berdasarkan jenis apotek yang akan didirikan, yakni apotek kerja sama,
apotek praktek profesi, apotek ex toko obat. Terdapat dua macam nomor
dalam surat izin apotek yaitu:
1. Nomor surat dari tata usaha
Nomor ini berupa nomor urut yang diberikan oleh bagian tata usaha
sudinkes jakarta utara untuk memudahkan pendokumentasian surat
keluar. Nomor urut ini sama untuk semua jenis apotek baik apotek
kerjasama, apotek praktek profesi, maupun apotek ex toko obat.
Cara penomoran: .............../2014
Sesuai tahun dikeluarkannya surat
Sesuai nomor urut surat izin yang
dikeluarkan oleh sudinkes
2. Nomor urut yang diterbitkan oleh seksi FMM
Nomor urut / Kode Wilayah / Pergantian / Sudinkes / Bulan / Tahun
Keterangan :
Nomor urut
: sesuai dengan nomor surat yang dikeluarkan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
47
Kode wilayah
: 01 (Jakarta Pusat), 02 (Jakarta Utara), 03 (Jakarta
Barat), 04 (Jakarta Selatan), 05 (Jakarta Timur).
Pergantian
: Terdapat 6 digit angka. Angka yang ditulis
menunjukkan
jumlah
pergantian
yang
pernah
dilakukan. Angka 0 menunjukkan bahwa apotek
belum pernah mengalami perubahan, angka 1
menunjukkan telah terjadi perubahan 1x, angka 2
menunjukkan perubahan 2x dan seterusnya.
Digit
1
2
3
4
5
6
Ket.
Pindah
Perluasan/
Surat
Pergantian
Pergantian
Pergantian
lokasi
perubahan
izin APP
alamat APP,
PSA
APP
denah
hilang/
tanpa pindah
rusak
lokasi
Contoh nomor FMM : 0045/ 02/ 003210 / Sudinkes/ 07/ 2014
Artinya dari nomor tersebut adalah sebagai berikut:
- 0045
: merupakan surat izin apotek ke-45 yang dikeluarkan oleh
sudinkes
- 02
: wilayah jakarta utara
- 002310
: belum pernah pindah lokasi, belum pernah melakukan
perluasan atau perubahan denah, surat izin APP hilang atau rusak
sebanyak 3x, pergantian alamat APP tanpa pindah lokasi sebanyak 2x,
pergantian PSA sebanyak 1x dan belum pernah mengajukan pergantian
APP.
b. Toko Obat
Izin toko obat berlaku setiap 2 tahun, bagian farmakmin melakukan
verifikasi ulang terhadap persyaratan izin toko obat. Hal-hal yang perlu di
check dalam pemberian izin toko obat adalah:
1. Surat permohonan izin toko obat dari pemilik, ditujukan kepada
kepada Sudinkes Jakut sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap
diatas materai Rp. 6000,Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
48
2. FC KTP DKI Jakarta dari pemilik toko obat.
3. Akte pendirian perusahaan bila berbentuk badan hukum yang disah/
terdaftar pada Menkeh HAM
4. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan
5. Ijazah dan surat izin kerja asisten apoteker, pas photo 2x3 sebanyak 2
lembar
6. Surat
pernyataan
kesediaan bekerja sebagai
asisten
apoteker
penanggung jawab teknis pada toko obat doatas materai Rp. 6000,7. Status bangunan, jika tempat usaha milim sendiri lampirkan sertifikat.
Jika sewa lampirkan surat sewa selama minimal 2 tahun san FC KTP
pemilik.
8. Surat izin usaha perdagangan
9. NPWP.
Penomoran yang dilakukan hampir serupa dengan penomoran izin
apotek, yaitu nomor dari TU dan nomor FMM.
Nomor urut / Kode Wilayah / Pergantian / Sudinkes / Bulan / Tahun
Keterangan :
Nomor urut
: sesuai dengan nomor surat yang dikeluarkan
Kode wilayah
: 01 (Jakarta Pusat), 02 (Jakarta Utara), 03 (Jakarta
Barat), 04 (Jakarta Selatan), 05 (Jakarta Timur).
Pergantian
: Terdapat 6 digit angka. Angka yanh ditulis
menunjukkan
jumlah
pergantian
yang
pernah
dilakukan. Angka 0 menunjukkan bahwa apotek
belum pernah mengalami perubahan, angka 1
menunjukkan telah terjadi perubahan 1x, angka 2
menunjukkan perubahan 2x dan seterusnya.
Digit
1
Ket.
Pindah
lokasi
2
3
4
5
6
Perluasan/ Surat izin
Pergantian
Pergantian
Pergantian
perubahan
TO
alamat TO,
Pemilik
AA
denah TO
hilang/
tanpa pindah
TO
penganggu
rusak
lokasi
ng jawab
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
49
Contoh nomor FMM : 0045/ 02/ 003210 / Sudinkes/ 07/ 2014
Artinya dari nomor tersebut adalah sebagai berikut:
-
0045
: merupakan surat toko obat ke-45 yang dikeluarkan
oleh sudinkes
-
02
: wilayah jakarta utara
-
002310
: belum pernah pindah lokasi, belum pernah
melakukan perluasan atau perubahan denah, surat izin TO hilang
atau rusak sebanyak 3x, pergantian alamat TO tanpa pindah lokasi
sebanyak 2x, pergantian pemilik TO sebanyak 1x dan belum
pernah mengajukan pergantian AA penganggung jawab.
c. UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional)
Persyaratan yang harus di verifikasi oleh bagian farmakmin adalah
No
Persyaratan
1
Surat permohonan dari Direktur/Pimpinan/ Perorangan di
tunjukan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara rangkap 3,
satu rangkap diatas meterai Rp 6000,-
2
Fotokopi Akte pendirian badan usaha perorangan yg sah
3
Susunan Direksi/Pengurus & Komisaris /Badan Pengawas dalam
hal permohonan bukan perseorangan
4
Fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus & Komisaris Badan
Pengawas
5
Pernyataan Direksi /Pengurus & Komisaris /Badan Pengawas
tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang –
undangan di bidang farmasi
6
Fotokopi bukti pengusaan tanah dan bangunan
7
Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal permohonan bukan
perseorangan
8
Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan
bukan perseorangan
9
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak
10
Fotokopi Surat Keterangan Domisili
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
50
Penomoran yang dilakukan hampir serupa dengan penomoran izin apotek,
yaitu nomor dari TU dan nomor FMM.
Nomor urut / Kode Wilayah / Pergantian / Sudinkes / Bulan / Tahun
Keterangan :
Nomor urut
: sesuai dengan nomor surat yang dikeluarkan
Kode wilayah
: 01 (Jakarta Pusat), 02 (Jakarta Utara), 03 (Jakarta
Barat), 04 (Jakarta Selatan), 05 (Jakarta Timur).
Pergantian
: Terdapat 6 digit angka. Angka yanh ditulis
menunjukkan
jumlah
pergantian
yang
pernah
dilakukan. Angka 0 menunjukkan bahwa apotek
belum pernah mengalami perubahan, angka 1
menunjukkan telah terjadi perubahan 1x, angka 2
menunjukkan perubahan 2x dan seterusnya.
Digit
1
2
3
4
5
6
7
Pindah
Perluasan /
Surat
Pergantian
Pergantian
Pergantian
Penambahan
lokasi
perubahan
izin
alamat
Pemilik
penganggu
produksi
denah
UMOT
UMOT,
UMOT
ng jawab
UMOT
UMOT
hilang/
tanpa
rusak
pindah
keKet.
UMOT
lokasi
Contoh nomor FMM : 0045/ 02/ 0032102 / Sudinkes/ 07/ 2014
Artinya dari nomor tersebut adalah sebagai berikut:
- 0045 : merupakan surat toko obat ke-45 yang dikeluarkan oleh sudinkes
- 02
: wilayah jakarta utara
- 0023102: belum pernah pindah lokasi, belum pernah melakukan
perluasan atau perubahan denah, surat izin UMOT hilang atau rusak
sebanyak 3x, pergantian alamat UMOT tanpa pindah lokasi sebanyak 2x,
pergantian pemilik UMOT sebanyak 1x dan belum pernah mengajukan
pergantian penganggung jawab, ada 2x penambahan produksi UMOT.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
51
d. Industri Rumah Tangga Pangan (IPRT)
Persyaratan yang harus di chek untuk izin IPRT adalah
No
Persyaratan
1
Permohonan dari Direktur/Pimpinan ditujukan kepada Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Utara rangkap 2(dua) dan 1(satu)
rangkap diatas materai Rp 6000,-
2
TDI ( Tanda Daftar Industri ) / TDP ( Tanda Daftar Perusahaan
) bagi yang berbadan Hukum
3
Fotokopi Penyuluhan Keamanan Pangan Pemilik Industri Rumah
Tangga
4
Akte Pendirian perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte
notaries
5
Peta Lokasi
6
Denah ruangan produksi
7
Rancangan etiket
8
Fotokopi KTP pemilik
9
Pasfoto pemilik 3 x 4 cm 2 lembar
10
Khusus untuk Re-pack harus ada surat keterangan dari asal
produk
11
Status gedung (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat,
bila sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun
Penomoran yang dilakukan hampir serupa dengan penomoran izin apotek,
yaitu nomor dari TU dan nomor FMM.
Nomor urut / Kode Wilayah / Pergantian / Sudinkes / Bulan / Tahun
Keterangan :
Nomor urut
: sesuai dengan nomor surat yang dikeluarkan
Kode wilayah
: 01 (Jakarta Pusat), 02 (Jakarta Utara), 03 (Jakarta
Barat), 04 (Jakarta Selatan), 05 (Jakarta Timur).
Pergantian
: Terdapat 6 digit angka. Angka yanh ditulis
menunjukkan
jumlah
pergantian
yang
pernah
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
52
dilakukan. Angka 0 menunjukkan bahwa apotek
belum pernah mengalami perubahan, angka 1
menunjukkan telah terjadi perubahan 1x, angka 2
menunjukkan perubahan 2x dan seterusnya.
Digit
1
2
Ket.
Pindah
lokasi
3
4
5
6
Perluasan/ Surat izin
Pergantian
Pergantian
Penambahan
perubahan
SP
alamat SP,
Pemilik
produksi SP
denah
hilang/
tanpa pindah
SP
rusak
lokasi
Contoh nomor FMM : 0045/ 02/ 003210 / Sudinkes/ 07/ 2014
Artinya dari nomor tersebut adalah sebagai berikut:
-
0045
: merupakan surat toko obat ke-45 yang dikeluarkan oleh
sudinkes
-
02 : wilayah jakarta utara
-
002310
: belum pernah pindah lokasi, belum pernah melakukan
perluasan atau perubahan denah, surat izin SP hilang atau rusak
sebanyak 3x, pergantian alamat SP tanpa pindah lokasi sebanyak 2x,
pergantian pemilik SP sebanyak 1x dan belum pernah melakukan
penambahan produksi.
Selain penomoran surat izin, pada IPRT juga ada nomor produk yang
dikeluarkan oleh sudinkes jakarta utara. Nomor ini ditempel disetiap etiket
atau dicetak pada wadah/ bungkus produk makanan dan minuman.
SP. KES No.
0001.
1/
No. Urut
SP
Jenis
makanan
&
minuma
n yang
diproduk
si
09.
01 / BULAN / TAHUN
Kode
Kode
produksi
wilayah
&
minuma
n yang
diproduk Universitas Indonesia
si
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
53
Kendala yang dihadapi oleh farmakmin selama proses perizinan sarana
kesehatan adalah adanya beberapa persyaratan yang belum dilengkapi oleh sarana
kesehatan.
2. Perizinan Tenaga Kesehatan
a. Permohonan SIPA atau SIKA
Persyaratan dalam permohonan SIPA atau SIKA, persyaratan yang harus
dilampirkan adalah:
1) Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional
2) Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat
keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari
pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran
3) Surat rekomendasi dari organisasi profesi
4) Pas foto berwarna 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2
(dua) lembar.
SIPA atau SIKA diterbitkan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak
surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
Dalam penomoran SIPA atau SIKA, proses penomorannya adalah sebagai
berikut:
a.
Tata cara pengisian form SIPA:
1.
Kolom nama diisi dengan nama lengkap dan gelar
2.
Kolom tempat/tanggal lahir diisi dengan tempat dan tanggal lahir
3.
Kolom alamat diisi dengan alamat lengkap pengaju
4.
Kolom No.STRA diisi dengan nomor registrasi STRA pengaju
5.
Kolom STRA berlaku diisi dengan tanggal, bulan dan tahun STRA
6.
Kolom praktik sebagai diisi dengan jabatan pengaju di sarana
pelayanan
7.
Kolom nama dan alamat praktik diisi dengan nama dan alamat
lengkap perusahaan tempat pengaju bekerja
8.
Kolom nomor Surat Izin Praktik Apoteker diisi sesuai dengan
format berikut:
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
54
19861210/SIPA_31.02/2011/1002
Tahun, bulan dan
tanggal lahir
Kode
Prop/Kab/Kota
02= Jakarta utara
9.
Tahun SIPA
diterbitkan
1= kelamin
(1=laki-laki;
2=perempuan)
002= nomor urut
Kolom masa berlaku SIPA
Tanggal dan bulan masa berlaku diisi berdasarkan tanggal dan
bulan kelahiran pengaju. Tahun masa berlaku: diisi terhitung 5
tahun setelah SIPA diterbitkan
Contoh:
Tanggal lahir pemohon
: 10 Desember 1986
Tanggal terbit SIPA
: 30 Juni 2011
Masa berlaku SIPA
: 10 Desember 2016
10. Kolom perubahan identitas diri apabila pemegang SIPA pindah
tempat bekerja dan masih di dalam kab/kota yang sama.
b.
Tata cara pengisian form SIKA:
1.
Kolom nama diisi dengan nama lengkap dan gelar
2.
Kolom tempat/tanggal lahir diisi dengan tempat dan tanggal lahir
3.
Kolom alamat diisi dengan alamat lengkap pengaju
4.
Kolom no.STRA diisi dengan nomor registrasi STRA pengaju
5.
Kolom STRA berlaku diisi dengan tanggal, bulan dan tahun STRA
6.
Kolom praktik sebagai diisi dengan jabatan pengaju di sarana
pelayanan
7.
Kolom nama dan alamat praktik diisi dengan nama dan alamat
lengkap perusahaan tempat pengaju bekerja
8.
Kolom nomor Surat Izin Kerja Apoteker diisi sesuai dengan format
berikut:
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
55
19861210/SIKA_31.02/2011/1002
Tahun, bulan dan
tanggal lahir
Kode
Prop/Kab/Kota
1= kelamin
(1=laki-laki;
2=perempuan)
002= nomor urut
Tahun SIKA
diterbitkan
02= Jakarta utara
9.
Kolom masa berlaku SIKA
Tanggal dan bulan masa berlaku diisi berdasarkan tanggal dan
bulan kelahiran pengaju. Tahun masa berlaku: diisi terhitung 5
tahun setelah SIKA diterbitkan
Contoh:
Tanggal lahir pemohon
: 10 Desember 1986
Tanggal terbit SIKA
: 30 Juni 2011
Masa berlaku SIKA
: 10 Desember 2016
10. Kolom perubahan identitas diri apabila pemegang SIKA pindah
tempat bekerja dan masih di dalam kab/kota yang sama.
Masalah atau kendala yang sering dihadapi oleh Farmakmin dalam
perizinan SIPA/SIKA adalah: persyaratan tidak lengkap yang lolos dari
Pelayanan Terpadu, jumlah foto kurang, KTP yang belum diperpanjang,
tidak punya surat uji kompetensi, serta Izin sarana belum ada namun sudah
mengajukan izin SIPA/SIKA.
b. Permohonan Tenaga Teknis Kefarmasian
Persyaratan
dalam
permohonan
SIKTTK,
persyaratan
yang harus
dilampirkan adalah:
1) Fotokopi STRTTK
2) Surat
pernyataan
Apoteker
atau
pimpinan
tempat
emohon
melaksanakan pekerjaan kefarmasian
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
56
3) Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis
Kefarmasian, dan
4) Pas foto berwarna 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2
(dua) lembar.
SIKTTK diterbitkan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat
permohonan diterima dan dinyatakan lengkap oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Dalam penomoran SIKTTK, proses penomorannya adalah sebagai berikut:
1.
Kolom nama diisi dengan nama lengkap dan gelar
2.
Kolom tempat/tanggal lahir diisi dengan tempat dan tanggal lahir
3.
Kolom alamat diisi dengan alamat lengkap pengaju
4.
Kolom no.STRTTK diisi dengan nomor registrasi STRTTK pengaju
5.
Kolom STRTTK berlaku diisi dengan tanggal, bulan dan tahun
STRTTK
6.
Kolom praktik sebagai diisi dengan jabatan pengaju di sarana
pelayanan
7.
Kolom nama dan alamat praktik diisi dengan nama dan alamat
lengkap perusahaan tempat pengaju bekerja
8.
Kolom nomor Surat Izin Kerja Tenaga Teknik Kefarmasian diisi
sesuai dengan format berikut:
19861210/SIKTTK_31.02/2011/1002
Tahun, bulan dan
tanggal lahir
Kode
Prop/Kab/Kota
Tahun
SIKTTK
diterbitkan
1= kelamin
(1=laki-laki;
2=perempuan)
002= nomor urut
02= Jakarta utara
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
57
9.
Kolom masa berlaku SIKTTK
Tanggal dan bulan masa berlaku diisi berdasarkan tanggal dan bulan
kelahiran pengaju. Tahun masa berlaku: diisi terhitung 5 tahun setelah
SIPA diterbitkan
Contoh:
Tanggal lahir pemohon : 10 Desember 1986
Tanggal terbit SIKTTK : 30 Juni 2011
Masa berlaku SIKTTK
: 10 Desember 2016
10. Kolom perubahan identitas diri apabila pemegang SIKTTK pindah
tempat bekerja dan masih di dalam kab/kota yang sama
Masalah atau kendala yang paling sering dihadapi oleh petugas dalam
proses perizinan diantaranya adalah belum berizinnya sarana namun sudah
mengajukan SIKTTK.
Selain membantu di bidang perizinan, kami juga membantu bidang
administrasi dan pelaporan dalam merekapitulasi LPLPO (Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat) dan memantau absensi SINAP (Sistem Informasi
Narkotika dan Psikotropika). Rekapitulasi LPLPO dilakukan setiap 1 bulan sekali
dengan menggunakan data yang telah dikirimkan oleh puskesmas setempat.
Setelah semua data LPLPO direkap, selanjutnya data tersebut akan dilaporkan
kepada Dinas Kesehatan Provinsi setiap 3 bulan sekali. LPLPO ini dapat
digunakan untuk melihat prevalensi penyakit di suatu daerah tertentu dengan
melihat obat apa yang paling banyak digunakan di daerah tersebut. Selain LPLPO,
bidang administrasi dan pelaporan melakukan pemantauan SINAP, pemantauan
ini dilakukan secara online dengan memantau pelaporan narkotika dan
psikotropika yang dilakukan sarana kesehatan setiap bulannya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
58
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki tugas
pokok dan fungsi memberikan perizinan, perencanaan, pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian serta penilaian efektivitas kepada sarana
kesehatan serta tenaga kesehatan di wilayah Jakarta Utara.
b
Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman berperan dalam memberikan
pelayanan
perizinan,
pelayanan,
pembinaan,
pengawasan
dan
pengendalian terhadap sarana Apotek, Toko Obat, UMOT, PIRT, serta
Pembuatan SIPA, SIKA, SIKTTK dan Sertifikat Penyuluhan Keamanan
Pangan (SPKP).
c
Prosedur perizinan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Utara khususnya yang dilakukan Koordinator Farmasi Makanan dan
Minuman sudah tertata dengan jelas serta sudah tertata dengan jelas serta
sudah dilaksanakan dengan baik karena telah diterapkannya sistem
manajemen mutu sesuai standar ISO, namun kegiatan binwasdal belum
dapat dilaksanakan secara optimal disebabkan oleh masalah keterbatasan
anggaran untuk kegiatan tersebut.
5.2 Saran
a
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan perlu memiliki
website yang interaktif dan menarik untuk media penyampaian informasi
pelayanan, kebijakan, maupun kegiatan suku dinas kesehatan.
b
Perlunya
meningkatkan
kegiatan
pembinaan,
pengawasan,
dan
pengendalian (binwasdal) dalam rangka sosialisasi informasi dan
peraturan baik mengenai sarana maupun tenaga kesehatan.
c
Perlunya penambahan sumber daya manusia dalam kegiatan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian (binwasdal).
58
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
59
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengawasan Obat dan Makanan. 2012. Keputusan Kepala BPOM RI Nomor
HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta: Balai Pengawasan Obat
dan Makanan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan
dan tata cara pemberian izin apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan
reupblik Indonesia
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2009. Peraturan Daerah
Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan
Daerah. Jakarta.
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2008. Peraturan Daerah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta: Pemerintah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2009a. Peraturan Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009. Jakarta: Gubernur
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2009b. Peraturan Gubernur Propinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Pasal 36. Jakarta: Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2009c. Peraturan Gubernur Propinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi
dan Tatat Kerja Dinas kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Pasal 37. Jakarta: Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2009d. Peraturan gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 tahun 2009 tentang organisasi
dan tata kerja Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Pasal 39. Jakarta: Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah no. 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia
59
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
60
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 1972. Permenkes RI No.
1331/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan Permenkes RI No. 167 tahun
1972. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pemerintah Republik Indonesia. 1996. Peraturan Pemerintah No.32 1996 tentang
tenaga kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Permenkes No. 1796/2011
tentang registrasi tenaga kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Permenkes No.
889/MENKES/PER/V/2011 tentang registrasi, izin praktik dan izin kerja
tenaga kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
Ka Sub Bagian
Tata Usaha
-
Koordinator Kepegawaian
Koordiantor Keuangan
Koordinator Umum
Koordinator Perencanaan dan Anggaran
Ka Seksi Kesehatan
Gadarben &Gakin
Ka Seksi
Kesehatan
Masyarakat
- Koordinator
Pendataan
- Koordinator
Penyusunan
Program
- Koordinator Umum
Ka Seksi Yankes
Dasar
- Koordinator
Pelayanan
Perizinan
- Koordinator
Administrasi
- Koordinator
Binwasdal
Ka Seksi Yankes
Spesialistik
- Koordinator Binwasdal
- Koordinator Perizinan
- Koordinator
Administers
Ka Seksi Yankes
Tradisional
- Koordinator Perizinan
- Koordinator Binwasdal
- Koordinator Administrasi
Ka Seksi
Yan Farmakmin
- Koordinator
Perizinan
- Koordinator
Binwasdal
- Koordinator
Administrasi
- Koordinator
Kesehatan
Gakin
- Koordinator
Kesehatan
Gawat Darurat
Bencana
- Koordinator
Administrasi
Lampiran 1: Struktur organisasi suku dinas kesehatan Jakarta Utara
Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kotamadya Jakarta Utara.
61
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
Front Line Oficer
PTSP
Subbag TU
Seksi Yankes/SDK
Kepala Sudin
Verifikasi
Ulang
Tidak Lengkap
Pemohon
Berkas
Permohonan
Syah
Perlu
Disurvey ?
Verifikasi
Kelengkapan
Berkas
Tidak Syah
Perlu
Lengkap
Pencatatan
Register
Penerimaan
Berkas
Tidak Perlu
Pembuatan
Surat Tugas
Pencatatan
Register Surat
Masuk
Survey ke
Sarana Pemohon
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Pembuatan Surat
Penolakan
Pencetakan Surat
Izin
Surat Penolakan
Surat Izin Jadi
Paraf Kasubbag
TU
Lampiran 2: Alur prosedur permohonan izin tenaga dan sarana pelayanan FMM
Pemohon
Tanda Tangan
Surat Izin/Surat
Penolakan
Pencatatan Register
Pengambilan Surat
Izin Jadi
Pencatatan Register
Surat Keluar
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
62
Surat Izin/Surat
Penolakan
63
Lampiran 3: Surat Izin Kerja Asisten Apoteker
PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
SUKU DINAS KESEHATAN
SURAT IZIN KERJA ASISTEN APOTEKER
Nomor :2.43.523/ 07. 2013
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 679/MENKES/ SK/V/2003 tentang
Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker maka kepada :
NAMA
Tempat/Tanggal Lahir
Alamat rumah
Nomor SIAA
Dikeluarkan oleh
Pada Tahun
:
:
:
:
:
Diberikan izin kerja untuk melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker lulusan ...... Pada :
Nama
Alamat
:
:
Surat Izin Kerja ini berlaku sampai dengan tanggal .............
Dikeluarkan di
Pada Tanggal
: Jakarta
: ............
Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Adiministrasi Jakarta Utara
dr.H.Kurnianto Amien.MM
NIP: 196109271989101001
Tembusan :
1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta
2. Organisasi Profesi
3. Arsip.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
64
Lampiran 4: Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian
Nomor : 564/-1.777.13
PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
SUKU DINAS KESEHATAN
SURAT IZIN KERJA TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes /Per/V/2011 tentang Registrasi ,Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian ,yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Utara menberikan Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian Kepada :
NAMA
Tempat/Tanggal Lahir
Alamat
Nomor STRTTK
STRTTK Berlaku sampai dengan
Untuk Kerja Sebagai
Pada Sarana Kesehatan
Nama Sarana Ke 1
Alamat
:
:
:
:
: Asisten Apoteker
:
:
Nomor Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian(SIKTTK)
19530403/SIKTTK-31.02/2012/2009
Masa Berlaku s/d .......
Dengan Ketentuan Sebagai Berikut
:
1.
Penyelenggara pekerjaan kefarmasian fasilitas produksi/distribusi/pelayanan kefarmasian harus
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta ketentuan peraturan perundang - undangan
2. Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas
Dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin.
Dikeluarkan di
: Jakarta
Pada Tanggal
: .............
Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Adiministrasi Jakarta Utara
dr.H.Kurnianto Amien.MM
NIP: 196109271989101001
Tembusan :
1
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta
2
Organisasi Profesi
3
Arsip.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
65
Lampiran 5: Surat Izin Praktik Apoteker
Nomor : 319/1.777.13
PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
SUKU DINAS KESEHATAN
SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes /Per/V/2011 tentang Registrasi ,Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian ,yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Utara menberikan Izin Praktik Apoteker Kepada :
NAMA
Tempat/Tanggal Lahir
Alamat
Nomor STRA
STRA berlaku sampai dengan
Untuk berpraktik sebagai
Nama dan Alamat Praktik
:
:
:
:
: Apoteker
:
Nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
19860828/SIPA-31.02/2012/2014
Masa berlaku s/d .........
Dengan Ketentuan Sebagai Berikut
1
2
:
Penyelenggara pekerjaan /praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian harus selalu
mengikuti paradima pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta ketentuan peraturan perundang –undangan.
Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas
Dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin.
Dikeluarkan di
: Jakarta
Pada Tanggal
: .............
Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Adiministrasi Jakarta Utara
dr.H.Kurnianto Amien.MM
NIP: 196109271989101001
Tembusan :
1
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta
2
Ketua Komite Farmasi Nasional
3
Organisasi Profesi.
4
Arsip
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
66
Lampiran 6: Surat Izin Kerja Apoteker
Nomor : 2450/-1.7771.3
PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
SUKU DINAS KESEHATAN
SURAT IZIN KERJA APOTEKER
Nomor :2.43.523/ 07. 2013
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes /Per/V/2011 tentang Registrasi ,Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian ,yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Utara menberikan Izin Praktik Apoteker Kepada :
NAMA
: ……………………………………………
: ……………………………………………
: ……………………………………………
: ……………………………………………
: Apoteker
: ……………………………………………
: ……………………………………………
Tempat/Tanggal Lahir
Alamat
Nomor STRA
STRA berlaku sampai dengan
Untuk berpraktik sebagai
Alamat Sarana
Masa berlaku SIK
Dengan Ketentuan Sebagai Berikut
1
2
:
Penyelenggara pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi /distribusi /penyaluran harus mematuhi
ketentuan Cara Pembuatan Obat Yang Baik/Cara Distribusi Obat Yang Baik dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundang –undangan.
Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas
Dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin.
Dikeluarkan di
: Jakarta
Pada Tanggal
: .................
Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Adiministrasi Jakarta Utara
dr.H.Kurnianto Amien.MM
NIP: 196109271989101001
Tembusan :
1
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta
2
Ketua Komite Farmasi Nasional
3
Arsip.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
67
Lampiran 7: Lembar Check List SIPA/SIK
LEMBAR CHECK-LIST SIPA/SIK
Nama
Alamat
Nama Sarana
:
:
:
KEABSAHAN
NO
KELENGKAPAN
STATUS
1.
Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN
Ada / Tidak
2.
Surat pernyataan mempunyai tempat
Ada / Tidak
MASA
BERLAKU
TERISI LENGKAP
(DICAP/STEMPEL/NO
SURAT DLL )
praktek profesi atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian
dari pimpinan fasilitas produksi atau
distribusi/penyaluran
3.
4.
Surat rekomendasi dari organisasi profesi
Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2
(dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua)
lembar
Ada / Tidak
Ada / Tidak
5.
Foto Kopi KTP 1 lembar
Ada/Tidak
6.
Foto Kopi Sertifikat Kompetensi
Ada/Tidak
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
68
Lampiran 8: Lembar Check List SIKTTK
LEMBAR CHECK-LIST SIKTTK
Nama
Alamat
Nama Sarana
:
:
:
KEABSAHAN
NO
KELENGKAPAN
STATUS
1.
Fotokopi STRTTK
Ada / Tidak
2.
Surat pernyataan Apoteker atau
Ada / Tidak
TERISI LENGKAP
( DICAP/STEMPEL/NO
SURAT DLL )
MASA
BERLAKU
pimpinan tempat pemohon
melaksanakan pekerjaan kefarmasian
3.
Ada / Tidak
4.
Surat rekomendasi dari organisasi yang
menghimpun tenaga teknis kefarmasian
Pas foto berwarna ukuran 4x6
sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4
sebanyak 2 (dua) lembar
5.
Fota Kopi KTP 1 Lembar
Ada/Tidak
Ada / Tidak
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
69
Lampiran 9: Formulir Permohonan Izin Apotek
FORMULIR PERMOHONAN IZIN APOTEK
Nomor
Lampiran
Hal.
:
: 3 (tiga) berkas.
: Permohonan Surat Izin Apotek.
.
Kepada
Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Utara.
di
Jakarta. Utara
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Apotik
karena dengan data – data sebagai berikut :
1. Pemohon
Nama Apoteker
Nomor STRA
Nomor KTP
Alamat dan No. Telp.
Pekerjaan sekarang
NPWP
2. Apotik
Nama Apotek
Alamat
No. Telpon
Kelurahan
Kecamatan
Propinsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
: DKI Jakarta.
3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri/ milik orang lain.
Nama pemilik sarana
:
kte PerjanjianKerja Sama No. :
Yang dibuat dihadapan Notaris
:
di
:
Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir.
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak/Ibu, kami sampaikan terima
kasih.
Pemohon.
Materai Rp.6000,(…………………….....)
Apoteker Pengelola Apotek
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
70
Lampiran 10: Permohonan Izin UMOT
PERMOHONAN IZIN USAHA MENENGAH OBAT
TRADISIONAL ( UMOT )
Nomor
Lampiran
Perihal
:
:
: Permohonan Izin Usaha Mikro Obat Tradisional
Yang Terhormat,
Kepala Dinas Kesehatan
Kapaten/Kota……………..
Di
……………………
Dengan ini kami mengajukan permohonan Izin Usaha Mikro Obat Tradisional sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006 Tahun 2012 tentang industry dan Usaha
Obat Tradisional dengan data sebagai berikut :
1.
Umum
1.Pemohon
a.
Nama Direktur Utama
:………………………………………………
b.
Alamat dan No. Telepon
:……………………………………………..
c.
Pimpinan Perusahaan
: terlampir
(daftar nama direksi/pengurus
dan komisaris/badan pengawas
d.
Surat Pernyataan tidak terlibat
: terlampir
2. Perusahaan
: …….………………………………………
a.
Nama Perusahaan
b.
Alamat dan nomor telepon :………………………………………………
c.
Akta pendirian badan usaha
: terlampir
Perorangan yang sah sesuai
ketentuan peraturan perundang
undangan
d.
Bukti Pengusahaan tanah dan
: terlampir
Bangunan
e.
Surat Pernyataan kesanggupan
: terlampir
Pengelolaan dan pemantauan
Lingkungan hidup
f.
Surat Tanda Daftar Perusahaan
: terlampir
Dalam hal permohonan bukan
Perseroan
g.
Surat Izin Usaha Perdagangan
: terlampir
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
71
h.
Nomor Pokok Wajib Pajak
i.
Surat Keterangan Domisili :
:
Demekianlah Permohonan kami.
Pemohon
(……………………………….)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
72
Lampiran 11: Formulir Pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah
tangga
FORMULIR
PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH
TANGGA
Nama dan alamat fasilitas yang
Diperiksa
Kabupaten /
Kota
Propinsi
Nomor P-IRT
Pemilik Fasilitas (Perusahaan
atau Perorangan) :
Penanggungjawab :
Jenis Pangan IRT :
Tanggal (tgl/bl/th)
Nama Pengawas Pangan Kab/
Kota
Tujuan Pemeriksaan:
Pemberian SPP-IRT
Pemeriksaan Rutin IRTP
Cara Penetapan Ketidaksesuaian Sarana Produksi Pangan IRT
1. Pemeriksaan sarana produksi pangan dilakukan berdasarkan Cara Produksi Pangan yang Baik
untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT).
2. Bubuhkan tanda centang (√) apabila jawaban ya pada kotak dalam kolom yang telah disediakan
menurut kategori ketidaksesuaian, yaitu Minor (MI),Mayor (MA), Serius (SE), atau Kritis (KR)
yang ditemukan dalam pemeriksaan.
NO
ELEMEN YANG DIPERIKSA
KETIDAKSESUAIAN
A
1
B
2
3
4
C
5
6
7
D
8
9
LOKASI DAN LINGKUNGAN PRODUKSI
Lokasi dan lingkungan IRTP tidak terawat,
kotor dan berdebu
BANGUNAN DAN FASILITAS
Ruang produksi sempit, sukar dibersihkan, dan
digunakan untuk memproduksi produk selain
Pangan
Lantai, dinding, dan langit-langit, tidak terawat,kotor,
berdebu dan atau berlendir
Ventilasi, pintu, dan jendela tidak terawat, kotor, dan
berdebu
PERALATAN PRODUKSI
Permukaan yang kontak langsung dengan pangan
berkarat dan kotor
Peralatan tidak dipelihara, dalam keadaan kotor, dan
tidak menjamin efektifnya sanitasi.
Alat ukur / timbangan untuk mengukur /menimbang
berat bersih / isi bersih tidak tersedia atau tidak teliti.
SUPLAI AIR ATAU SARANA PENYEDIAAN AIR
Air bersih tidak tersedia dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi seluruh kebutuhan produksi
Air berasal dari suplai yang tidak bersih
MI
MA
SE
KR
MI
MA
SE
KR
MI
MA
SE
KR
MI
MA
SE
KR
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
73
E
FASILITAS DAN KEGIATAN HIGIENE DAN
SANITASI
Sarana untuk pembersihan / pencucian bahan pangan,
peralatan, perlengkapan dan bangunan
tidak tersedia dan tidak terawat dengan baik.
Tidak tersedia sarana cuci tangan lengkap dengan sabun
dan alat pengering tangan.
Sarana toilet/jamban kotor tidak terawat dan terbuka
ke ruang produksi.
Tidak tersedia tempat pembuangan sampah tertutup.
MI
MA
SE
KR
KESEHATAN DAN HIGIENE KARYAWAN
Karyawan di bagian produksi pangan ada yang tidak
merawat kebersihan badannya dan atau ada yang sakit
Karyawan di bagian produksi pangan tidak
mengenakan pakaian kerja dan / atau mengenakan
perhiasan
MI
MA
SE
KR
PEMELIHARAAN DAN PROGRAM HIGIENE
DAN SANITASI
Bahan kimia pencuci tidak ditangani dan digunakan
sesuai prosedur, disimpan di dalam wadah tanpa label
Program higiene dan sanitasi tidak dilakukan secara
berkala
Hewan peliharaan terlihat berkeliaran di sekitar dan di
dalam ruang produksi pangan
Sampah di lingkungan dan di ruang produksi tidak
segera dibuang.
MI
MA
SE
KR
H
23
PENYIMPANAN
Bahan pangan, bahan pengemas disimpan bersamasama dengan produk akhir dalam satu ruangan
penyimpanan yang kotor, lembab
dan gelap dan diletakkan di lantai atau menempel ke
dinding.
MI
MA
SE
KR
24
Peralatan yang bersih disimpan di tempat yang kotor.
I
25
PENGENDALIAN PROSES
IRTP tidak memiliki catatan; menggunakan bahan baku
yang sudah rusak, bahan berbahaya, dan bahan tambahan
pangan
yang tidak sesuai dengan Persyaratan penggunaannya.
MI
MA
SE
KR
26
IRTP tidak mempunyai atau tidak mengikuti bagan
alir produksi pangan.
27
IRTP tidak menggunakan bahan kemasan khusus untuk
pangan.
BTP tidak diberi penandaan dengan benar
Alat ukur / timbangan untuk mengukur /menimbang BTP
tidak tersdia atau tidak teliti.
10
11
12
13
F
14
15
16
17
18
G
19
20
21
22
28
29
Karyawan tidak mencuci tangan dengan bersih sewaktu
memulai mengolah pangan, sesudah
menangani bahan mentah, atau bahan/ alat yang kotor,
dan sesudah ke luar dari toilet/jamban.
Karyawan bekerja dengan perilaku yang tidak baik
(seperti makan dan minum) yang dapat mengakibatkan
pencemaran produk pangan.
Tidak ada Penanggung jawab higiene karyawan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
74
J
30
31
K
32
33
L
34
M
35
PELABELAN PANGAN
Label pangan tidak mencantumkan nama produk, daftar
bahan yang digunakan, berat bersih/isi bersih, nama dan
alamat IRTP, masa
kedaluwarsa, kode produksi dan nomor P-IRT
Label mencantumkan klaim
kesehatan atau klaim gizi
PENGAWASAN OLEH PENANGGUNG JAWAB
IRTP tidak mempunyai penanggung jawab yang
memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan
(PKP)
IRTP tidak melakukan pengawasan internal secara rutin,
termasuk monitoring dan tindakankoreksi
PENARIKAN PRODUK
Pemilik IRTP tidak melakukan penarikan produk
pangan yang tidak aman
PENCATATAN DAN DOKUMENTASI
IRTP tidak memiliki dokumen produksi
36
Dokumen produksi tidak mutakhir, tidak akurat, tidak
tertelusur dan tidak disimpan selama 2 (dua) kali umur
simpan produk pangan yang diproduksi
N
PELATIHAN KARYAWAN
37
IRTP tidak memiliki program pelatihan keamanan
pangan untuk karyawan
Jumlah Ketidaksesuaian KRITIS
Jumlah Ketidaksesuaian SERIUS
Jumlah Ketidaksesuaian MAYOR
Jumlah Ketidaksesuaian MINOR
Level IRTP :
MI
MA
SE
KR
MI
MA
SE
KR
MI
MA
SE
KR
MI
MA
SE
KR
Tada Tangan Pengawas Pangan Kab/Kota Dan
Tanggal
Tanda Tangan Pemilik/Penanggung Jawab IRTP Dan Tanggal
Level IRTP
Level I
Level II
Level III
Level IV
Jadwal Frekuensi Audit Internal
Frekuensi Audit
Jumlah Penyimpangan (maksimal)
Internal
Setiap dua bulan
Minor Mayor
Serius
Kritis
Setiap bulan
Setiap dua minggu
Setiap hari
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
75
Lampiran 12: Berita acara pemeriksaan toko obat
PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
SUKU DINAS KESEHATAN
Gedung Walikota Administrasi Jakarta Utara Blok P Lt.7
Telp. 430-1124 psw 5023-5123-5223-5323
BERITA ACARA PEMERIKSAAN TOKO OBAT
:………………………………………………………
:………………………………………………………
Kel……………………….. Kec……………………
Telp…………………… … Fax…………………….
III. Surat Tugas
: Nomor…………………….Tanggal……………….
IV. Sehubungan dengan : ……………………………………………………..
V. Hasil Pemeriksaan
:
1. Nama Pemilik :………………………………………………………
I. Nama Toko Obat
II. Alamat
2.
Nama Asisten Apoteker Penanggung Jawab:…………………………
No. SIAA
:……………………………….
No.SIKAA
:……………………………….
3.
Peta Lokasi
: Sesuai / Tidak Sesuai
4.
Status Tempat Usaha
: Milik Sendiri / Kontrak / Sewa / ………..
5.
Luas Bangunan
:
6.
Surat Izin Tempat ( SIT), Surat Kontrak / Sewa : Sesuai Asli / Tidak
M2
Sesuai Asli
7.
SIUP
: Sesuai Asli / Tidak Sesuai Asli
8.
NPWP
: Sesuai Asli / Tidak Sesuai Asli
9.
Alamat Sesuai SIT&SIUP: Sesuai / Tidak Sesuai
10. Obat Yang Dijual
:……………………………………………
11. Keterangan Lain
…………………………………………….
…………………………………………….
: …………………………………………..
…………………………………………….
…………………………………………….
Jakarta
Toko Obat Yang Diperiksa
1. Tanda tangan Pemilik TO :
TIM PEMERIKSA
1.Nama:…………………..
NIP
:…………………
2. Nama :………………….
NIP
:………………….
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
76
2. Tanda Tangan A.A
:
3. Nama :…………………..
NIP
:………………….
4. Nama :…………………..
NIP
:………………….
5. Nama :…………………..
NIP :…………………..
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
77
Lampiran 13: Berita acara pemeriksaan Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT)
BERITA ACARA PEMERIKSAAN USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL
(UKOT)
Pada hari ini …………. Tanggal …………….. 2013, Tim Perizinan Sarana
Farmasi Makanan dan Minuman berdasarkan Surat Tugas Kepala Suku Dinas
Kesehatan
Kota
Administrasi
Jakarta
Utara
No
…………….
Tanggal……………. 2013
Telah melakukan pemeriksaan terhadap
Nama Sarana
:
Nama Penanggung Jawab
Alamat Sarana
:
:
No Telp
:
Hasil Pemeriksaan
:
Saran
:
Jakarta,
……………………………….
Tim Pemeriksa
1. Drs. Kusnaidi, Apt
……………………..
2. Ade Maesaroh ……………………..
3. Karolina Dewi ……………………..
4. Siti Munawaroh
……………………..
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
78
Lampiran 14: Berita acara pemeriksaan sub penyalur alat kesehatan
BERITA ACARA PEMERIKSAAN
SUB PENYALUR ALAT KESEHATAN
NOMOR :
Pada hari
ini………………tanggal…………bulan……………….Tahun………………
Kami yang bertanda tangan dibawah ini sesuai dengan surat tugas Kepala Sudin
Kesehatan Jakarta Utara
.Nomor :…………………………..telah melakukan pemeriksaan setempat
Terhadap :
1. Nama Cabang / Sub PAK
:
……………………………………
……………………………………
2. Alamat dan Nomor Telp
……………………………………
:
…………………………………….
Kel………………Kec…………….
3.Alamat Gudang
…………………………………….
:
…………………………………….
4. Nama Pimpinan Cabang/Sub PAK
:
…………………………………….
5. Nama Penyalur Alkes Pusat
:
…………………………………….
6. Alamat Alkes Pusat
:
…………………………………….
7. Nama Pimpinan Penyalur Alkes Pusat
:
…………………………………….
Pemeriksaan ini dilakukan sebagai persyaratan untuk mendirikan Cabang/Sub
Penyalur Alat Kesehatan dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut :
1. Surat Permohonan
: ada / tidak
2. Luas Kantor / Direktur
: ………. M2
3. Luas gudang
: ……….. M2
4. Perlengkapan Administrasi
Kartu persediaan
: ada / tidak
Kartu penjualan
: ada / tidak
5. Jumlah karyawan
: S1 ………. orang D3
…….orang
SLTA
…….orang dll …….orang
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
79
Demikian berita acara ini dibuat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah
jabatan.
Pimpinan Perusahaan
Jakarta, ……………………..
Petugas Pemeriksa /
Pengawas
1…………………….………….
( ……………………)
NIP…………………
2……………………..…………
NIP………………….
3……………………..………….
NIP…………………
4……………………...………….
NIP………………….
5……………………..…………
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
80
Lampiran 15: Berita acara pemeriksaan apotek
PEMERINTAH DAERAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
SUKU DINAS KESEHATAN
Gedung Walikota Administrasi Jakarta Utara Blok P Lt. 7
Telp. 430-1124 psw 5023-5123-5223-5323
Jakarta Utara
NOMOR
FSDK10
Rev
00
: 1332/MENKES/SK/X/2002
TENTANG :
KETENTUAN
DAN TATA
CARA
PEMERIKSAAN
APOTEK
BERITA ACARA PEMERIKSAAN APOTEK
Pada hari ini ……………………tanggal……………………bulan……………….tahun…………..kami yang
bertanda tangan dibawah ini :
:
……………………………………………………………..
:
……………………………………………………………..
:
……………………………………………………………..
:
……………………………………………………………..
1. Nama
Pangkat
Jabatan
NIP
:
……………………………………………………………..
:
……………………………………………………………..
:
……………………………………………………………..
:
……………………………………………………………..
2. Nama
Pangkat
Jabatan
NIP
Berdasarkan surat tugas dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota ………………Nomor
……………..
tanggal …………….tahun ……………telah melakukan
pemeriksaan setempat terhadap :
Nama Apotik
:
Alamat
Kecamatan
:
:
:
:
Kabupaten/Kotamadya:
Provinsi
:
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
81
HASIL PEMERIKSAAN
NO
PERINCIAN
PERSYARATAN
KENYATAAN
PENILAIAN
TMS
I
MS
BANGUNAN
1.Sarana Apotek
Sarana Apotek dapat di
dirikan pada lokasi yang
sama dengan kegiatan
pelayanan dan komoditi
lainnya diluar sediaan
farmasi.
2.Bangunan Apotek seku
rang kurangnya memiliki
ruangan khusus untuk:
a.Ruang Peracikan dan pe
*ada
nyerahan Resep.
b.Ruangan administrasi
dan
sesuai kebutuhan
Kamar kerja Apoteker
sesuai kebutuhan
c.WC
*ada
*ada
sesuai kebutuhan
3.Kelengkapan bangunan
calon Apotek:
a.Sumber air
b.Penerangan
harus memenuhi persya
*Sumur/PAM/
ratan kesehatan
sumur pompa dll
harus cukup terang
sehingga
dapat menjamin
pelaksanaan
*PLN/generator
Petromak dll
tugas dan fungsi Apotek
c.Alat Pemadam
Kebakaran
harus berfungsi dengan
baik
sekurang kurangnya 2
buah
…………..buah
dengan ukuran
…………..Lb
…………..Lb
d.Ventilasi
e.Sanitasi
yang baik serta memenuhi
persyaratan higyene
lainnya
harus baik serta memenuhi
persyaratan higyene
lainnya
*Jendela………buah
*Ventilasi……..buah
*saluran pembuangan
limbah : ada / tidak
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
82
*bak bak / tempat
pembuangan sampah
ada / tidak
4.Papan Nama
Berukuran minimal :
Berukuran:
Panjang : 60 cm
Panjang………….cm
Lebar
Lebar
: 40 cm
………….cm
Dengan tulisan :
Dengan tulisan :
hitam diatas dasar putih
………………………
tinggi huruf minimal :5 cm
tebal
II
:5 cm
PERLENGKAPAN
1.Alat pembuatan
pengolahan
dan peracikan
a.Timbangan miligram
*minimal 1 set
*ada / tidak
*minimal 1 set
*ada / tidak
dengan anak timbangan yg
sudah ditera
b.Timbangan gram
dengan anak timbangan yg
sudah ditera
c.Perlengkapan lain
disesuai
*ada / tidak
kan dengan kebutuhan
2.Perlengkapan dan alat
per
bekalan farmasi :
a.Lemari dan rak untuk
penyim
*ada dengan jumlah sesuai
*ada / tidak
panan obat
kebutuhan
……………buah
b.Lemari pendingin
*minimal 1 buah
*ada / tidak
……………buah
c.Lemari untuk
penyimpanan
*ada dengan jumlah sesuai
*ada / tidak
Narkotika dan Psikotropika
kebutuhan
……………buah
3.Wadah pengemas dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
83
pem
bungkus :
a. Etiket
*ada dengan jumlah sesuai
*ada / tidak
kebutuhan
……………buah
b.Wadah pengemas dan
pem
*ada dengan jumlah sesuai
*ada / tidak
bungkus untuk penyerahan
kebutuhan
……………buah
obat.
4.Alat Administrasi
a. Blanko pesanan obat
b. Blanko kartu stok obat
c. Blanko salinan Resep
*ada dengan jumlah sesuai
*ada / tidak
kebutuhan
……………buah
*ada dengan jumlah sesuai
*ada / tidak
kebutuhan
……………buah
*ada dengan jumlah sesuai
*ada / tidak
kebutuhan
……………buah
d. Blanko faktur dan blnko
nota
*ada dengan jumlah sesuai
*ada / tidak
Penjualan
kebutuhan
……………buah
e.Buku pencatatan
Narkotika
*ada dengan jumlah sesuai
*ada / tidak
kebutuhan
……………buah
f.Buku pesanan obat
Narkotika
g.Form laporan obat
Narkotika
5.1. Buku Standart yang
diwajibkan
*ada dengan jumlah sesuai
*ada / tidak
kebutuhan
……………buah
*ada dengan jumlah sesuai
*ada / tidak
kebutuhan
……………buah
*Farmacope Indonesia
edisi
*ada / tidak
terbaru I buah
2. Kumpulan Peraturan
perundang
undangan yang
berhubungan
*ada dengan jumlah sesuai
*ada / tidak
kebutuhan
dengan Apotek
III
TENAGA KESEHATAN
1.Apoteker Pengelola
Apotek
*ada
………………orang
2.Apoteker Pendamping
………………orang
3.Asisten Apoteker
………………orang
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
84
Demikianlah Berita Acara kami buat sesungguhnya dengan penuh
tanggung jawab.
Berita Acara dibuat dalam rangkap 3 ( tiga ) dan dikirim kepada :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Pemohon.
3. Arsip
Mengetahui Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota…………………….
………………………………………………..
Jakarta,………………
yang membuat berita
acara,
1……………………………….
NIP
NIP.
2……………………………….
NIP.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
85
Lampiran 16: Berita acara pemeriksaan toko obat
PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
SUKU DINAS KESEHATAN
Gedung Walikota Administrasi Jakarta Utara Blok P Lt.7
Telp. 430-1124 psw 5023-5123-5223-5323
BERITA ACARA PEMERIKSAAN TOKO OBAT
:………………………………………………………
:………………………………………………………
Kel……………………….. Kec……………………
Telp…………………… … Fax…………………….
VIII.
Surat Tugas
: Nomor…………………….Tanggal……………….
IX. Sehubungan dengan : ……………………………………………………..
X. Hasil Pemeriksaan
:
1. Nama Pemilik :………………………………………………………
VI. Nama Toko Obat
VII. Alamat
2.
Nama Asisten Apoteker Penanggung Jawab:…………………………
No. SIAA
:……………………………….
No.SIKAA
:……………………………….
3.
Peta Lokasi
: Sesuai / Tidak Sesuai
4.
Status Tempat Usaha
: Milik Sendiri / Kontrak / Sewa / ………..
5.
Luas Bangunan
:
6.
Surat Izin Tempat ( SIT), Surat Kontrak / Sewa : Sesuai Asli / Tidak
M2
Sesuai Asli
7.
SIUP
: Sesuai Asli / Tidak Sesuai Asli
8.
NPWP
: Sesuai Asli / Tidak Sesuai Asli
9.
Alamat Sesuai SIT&SIUP: Sesuai / Tidak Sesuai
10. Obat Yang Dijual
:……………………………………………
11. Keterangan Lain
…………………………………………….
…………………………………………….
: …………………………………………..
…………………………………………….
…………………………………………….
Jakarta
Toko Obat Yang Diperiksa
TIM PEMERIKSA
1. Tanda tangan Pemilik TO :
1.Nama:…………………..
NIP
:…………………
2. Nama :………………….
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
86
NIP
2. Tanda Tangan A.A
:
:………………….
3. Nama :…………………..
NIP
:………………….
4. Nama :…………………..
NIP
:………………….
5. Nama :…………………..
NIP :…………………..
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
87
Lampiran 17: Permohonan izin Pedagang Eceran Obat
F-SYJU-FMM-17
Nomor :
Lampiran :
Hal
: Permohonan Izin
Pedagang Eceran Obat
Kepada
Yth. Kepala Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara
Di
Jakarta
Bersama ini kami mengajukan permohonan Izin Pedagang Eceran
Obat dengan data-data sebagai berikut :
1. Data Pemohon
1.1 N ama
1.2 Alamat
:
:
2. Data Toko Obat
2.1 Nama
2.2 Alamat
:
:
Kel.
Tel.
Kec
Fax.
3. Data Penanggumg Jawab Teknis
3.1 Nama
:
3.2 Alamat
:
3.3 Nomor SIK
:
Bersama Permohonan ini kami lampirkan surat-surat yang diperlukan
Demikian atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih
Hormat Kami
( materai Rp 6000 & stempel
(
)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
88
Lampiran 18: Permohonan izin perpanjangan pedagang eceran obat
F-SYJU-FMM19
Nomor :
Lampiran:
Hal
: Permohonan Izin Perpanjangan
Pedagang Eceran Obat
Kepada
Yth.Kepala Suku Dinas Pelayanan
Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara
Di
Jakarta
Bersama ini kami mengajukan permohonan Perpanjangan Izin Pedagang Eceran Obat
dengan data-data sbb :
1. Pemohon
1.1 Nama / Pemilik Toko :
1.2 Alamat
:
2. Toko Obat
2.1 Nama Toko
2.2 Alamat
:
:
Kel.
Telp.
2.3 Izin berlaku sd
3. Penanggung Jawab Teknis
3.1 Nama
3.2 Alamat
3.3 Nomor SIK
Kec
Fax.
:
:
:
:
Bersama permohonan ini kami lampirkan surat-surat yang dibutuhkan
Demikian, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih
Hormat Kami
(materai RP 6000 & stempel)
(
)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
89
Lampiran 19: Permohonan izin apotek karena pergantian nama Apotek
FORMULIR PERMOHONAN IZIN APOTEK KARENA PERGANTIAN NAMA APOTEK
Nomor
Lampiran
Hal.
:
: 3 (tiga) berkas.
: Permohonan Surat Izin Apotek.
.karena Pergantian nama Apotek
Kepada
Yth. Ka. Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Utara.
di
Jakarta. Utara
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Apotik
karena dengan data – data sebagai berikut :
1. Pemohon
Nama Apoteker
:
:
Nomor SIK / SP
Nomor KTP
Alamat dan No. Telp.
Pekerjaan sekarang
NPWP
:
:
:
:
:
2. Apotik
Nama Apotek Lama
Nama Apotek Baru
Alamat
:
No. Telpon
Kelurahan/Kecamatan
Propinsi
:
:
:
:
: DKI Jakarta.
3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri/ milik orang lain.
Nama pemilik sarana
:
kte PerjanjianKerja Sama No.
:
Yangg dibuat dihadapan Notaris :
di
:
Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir.
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak/Ibu, kami sampaikan terima
kasih.
Pemohon.
Materai Rp. 6000,(…………………………)
Apoteker Pengelola Apotek
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
90
Lampiran 20: Formulir permohonan surat izin apotek karena pindah alamat
FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN APOTEK KARENA PINDAH ALAMAT
Nomor
Lampiran
Hal.
:
: 3 (tiga) berkas.
: Permohonan Surat Izin Apotek karena
Pindah Alamat.
Kepada
Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Utara.
DI
Jakarta Utara.
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Apote
karena pindah alamat dengan data – data sebagai berikut :
1. Pemohon
Nama Apoteker
2. Apotek
:
:
Nomor SIK / SP
Alamat dan nomor telpon :
:
Nama Apotek
Alamat lama/No. Telp.
Kelurahan
Kecamatan
Propinsi
No. Izin Apotek lama
:
:
:
:
:
: DKI Jakarta.
:
3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri/ milik orang lain.
Nama pemilik sarana
:
Akte PerjanjianKerja Sama No. :
Yang dibuat dihadapan Notaris :
di
:
Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir.
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak/Ibu, kami sampaikan terima
kasih.
Pemohon.
Materai Rp. 6000,(…………………………)
Apoteker Pengelola Apotek
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
91
Lampiran 21: formulir permohonan izin apotek karena pergantian penanggung
jawab
FORMULIR PERMOHONAN IZIN APOTEK KARENA PERGANTIAN PENANGGUNG
JAWAB
Nomor
Lampiran
Hal.
:
: 3 (tiga) berkas.
: Permohonan Surat Izin Apotek karena
Pergantian penanggung jawab.
Kepada
Yth. Kepala Suku Dinas Pelayanan
Kesehatan
Kotamadya Jakarta Utara.
DI
JAKARTA.
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin
karena Pergantian Penanggung Jawab Apotek dengan data – data
Apotik
sebagai berikut :
1. Pemohon
Nama Apoteker
:
:
Nomor SIK / SP
No. KTP
Alamat & No. Telp.
Pekerjaan sekarang
Nama Apoteker lama
baru
2. Apotik
:
:
:
:
:
:
Nama Apotek
Alamat
No. Telpon
Kelurahan
Kecamatan
Propinsi
No. Izin Apotek lama
:
:
:
:
:
: DKI Jakarta.
:
3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri/ milik orang lain.
Nama pemilik sarana
:
Akte PerjanjianKerja Sama No. :
Yangg dibuat dihadapan Notaris :
di
:
Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir.
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak/Ibu, kami sampaikan terima
kasih.
Pemohon.
Materai Rp. 6000,(…………………………)
Apoteker Pengelola Apotek
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
92
Lampiran 22: Formulir permohonan izin apotek karena pergantian pemilik
sarana apotek
FSYJU-FMM-34
FORMULIR PERMOHONAN IZIN APOTEK KARENA PERGANTIAN PEMILIK
SARANA APOTEK
Nomor
Lampiran
Hal.
:
: 3 (tiga) berkas.
: Permohonan Surat Izin Apotek karena
Pergantian Pemilik Sarana Apotek.
Kepada
Yth. Kepala Suku Dinas Pelayanan
Kesehatan
Apotik
sebagai berikut :
1. Pemohon
Nama Apoteker
Kotamadya Jakarta Utara.
DI
JAKARTA.
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin
karena Pergantian Pemilik Sarana Apotek dengan data – data
:
:
Nomor SIK / SP
2. Apotik
:
:
Nama Apotek
Alamat
No. Telpon
Kelurahan
Kecamatan
Propinsi
No. Izin Apotek lama
:
:
:
:
:
: DKI Jakarta.
:
3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri/ milik orang lain.
Nama pemilik sarana lama
:
Nama Pemilik Sarana Baru
:
Akte PerjanjianKerja Sama No. :
Yangg dibuat dihadapan Notaris :
di
:
Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir.
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak/Ibu, kami sampaikan terima
kasih.
Pemohon.
Materai Rp. 6000,(…………………………)
Apoteker Pengelola Apotek
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
93
Lampiran 23: Check list kelengkapan persyaratan izin apotek karena pergantian
apoteker pengelola apotek
F-SYJU-FMM-33
CHECK LIST KELENGKAPAN PERSYARATAN IZIN APOTEK KARENA
PERGANTIAN APOTEKER PENGELOLA APOTEK
Nama Apotek
Alamat
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
:
:
KELENGKAPAN
Surat permohanan APA yg baru ditujukan
kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan
Kesehatan Jakarta Utara rangklap tiga,
1(satu) rangkap diatas materei Rp 6000,Surat Izin Apotek yg lama
Fotokopi KTP APA yang baru
Surat Izin atasan bila APA yg baru pegawai
negeri
Fotokopi ijazah dan keterangan selesai masa
bakti bagi non PNS
Fotokopi SIK / SP APA yg baru
Surat keterangan lolos butuh
Surat perjanjian kerjasama antara APA baru
dg PSA yang disahkan oleh notaries
Serah terima antara APA yang lama kepada
APA yg baru
Surat pernyatan Apoteker baru tidak
merangkap pada sarana farmasi yang lain dan
tidak menjadi APA lain diatas materei Rp
6000,Daftar Asisten Apoteker
Alur proses
Pelayanan Blok S
Tata Usaha
Ka. Sie. FMM
Staf Sie FMM
Proses Izin
Ka. Sie. FMM
Ka. Sudin yankes
STATUS
Ada/Tidak
KETERANGAN
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Tanggal
Paraf
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
94
Lampiran 24: Check list kelengkapan persyaratan izin apotek karena
pergantian pemilik sarana apotek
F-SYJU-FMM35
CHECK LIST KELENGKAPAN PERSYARATAN IZIN APOTEK KARENA
PERGANTIAN PEMILIK SARANA APOTEK
Nama Apotek
Alamat
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
:
:
KELENGKAPAN
Surat permohanan APA ditujukan kepada
Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan
Jakarta Utara rangklap tiga, 1(satu) rangkap
diatas materei Rp 6000,Surat Izin Apotek yg lama
Surat perjanjian kerjasama antara APA dg
PSA baru yang disahkan oleh notaris
Surat pernyatan PSA yg baru tidak pernah
terlibat dlm pelanggaran di bidang farmasi
Surat kematian pemilik yg lama(bila
meninggal dunia)
Bukti pengalihan dari PSA yang lama kepada
PSA yg baru(bila tidak meninggal dunia)
Alur proses
Pelayanan Blok S
Tata Usaha
Ka. Sie. FMM
Staf Sie FMM
Proses Izin
Ka. Sie. FMM
Ka. Sudin yankes
STATUS
Ada/Tidak
KETERANGAN
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Tanggal
Paraf
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
95
Lampiran 25 Check list kelengkapan persyaratan izin apotek karena
perubahan alamat apotek
CHECK LIST KELENGKAPAN PERSYARATAN IZIN APOTEK KARENA
PERUBAHAN ALAMAT APOTEK
Nama Apotek
Alamat
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
:
:
KELENGKAPAN
Surat permohanan APA ditujukan kepada
Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan
Jakarta Utara rangklap tiga, 1(satu) rangkap
diatas materei Rp 6000,Surat Izin Apotek yg lama
UUG pada alamat yang baru
Peta lokasi yg baru
Denah ruangan Apotek yang baru/perluasan
/perubahan.
Contoh etiket, kopi resep kop surat dg alamat
yg baru/peralatan kerja
Status gedung yang baru(sewa/milik sendiri
lampirkan sertifikat dan bila sewa surat sewa
minimal 2(dua) th beserta KTP pemiliknya.
Alur proses
Pelayanan Blok S
Tata Usaha
Ka. Sie. FMM
Staf Sie FMM
Kunjungan lapangan
Proses Izin
Ka. Sie. FMM
Ka. Sudin yankes
STATUS
Ada/Tidak
KETERANGAN
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Ada/Tidak
Tanggal
Paraf
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
UNIVERSITAS INDONESIA
PERIZINAN USAHA MIKRO OBAT TRADISIONAL (UMOT)
DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA UTARA
TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
MARLINA QURRATUL AINI, S. Farm.
1306502586
ANGKATAN LXXIX
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
DEPOK
JANUARI 2015
i
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................
i
ii
iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................
1.1. Latar Belakang ....................................................................
1.2. Tujuan .................................................................................
1
1
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .....................................................
2.1 Pelayanan Publik ..................................................................
2.2 Obat Tradisional ...................................................................
2.3 Produsen Obat Tradisional dan Perizinan ............................
2.3.1 Industri Obat Tradisional .........................................
2.3.2 Industri Ekstrak Bahan Alam ...................................
2.3.3 Usaha Kecil Obat Tradisional ..................................
2.3.4 Usaha Mikro Obat Tradisional .................................
2.3.5 Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong .....
2.4 Registrasi Obat Tradisional ..................................................
3
3
3
3
4
5
6
6
7
7
BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN .....................................
3.1 Waktu dan Lokasi ...............................................................
3.2 Metode Penngkajian .............................................................
9
9
9
BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................
10
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................
5.1 Kesimpulan ..........................................................................
5.2 Saran .....................................................................................
16
16
16
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................
18
19
ii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan Izin UMOT .............................................
Lampiran 2. Alur Proses Perizinan Sarana FMM ............................
Lampiran 3. Alur Peizinan Sarana FMM .........................................
Lampiran 4. Check List UMOT .......................................................
iii
20
21
22
23
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012, Usaha Mikro Obat Tradisional
(UMOT) adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam
bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. Dalam melakukan
proses produksi, UMOT harus mendapatkan izin dari Menteri Kesehatan RI
yang didelegasikan kepada Kepala Suku Dinas Kabupaten/Kota. Dalam hal ini
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara memiliki kewajiban untuk melalukan
pelayanan pengurusan izin UMOT.
Dalam melakukan pelayanan publik berupa perizinan UMOT,
Sudinkes Jakut berpedoman pada semua peraturan yang menjelaskan hal
tersebut, baik berupa undang-undang maupun peraturan menteri kesehatan.
Namun, untuk membentuk sebuah sistem kerja yang baik Sudinkes Jakut juga
membuat Pedoman Mutu untuk setiap pelayanan yang dilakukan. Pedoman
mutu ini menjelaskan hal-hal lebih detail dan merupakan penerjemahan kerja
dari undang-undang, permenkes juga pedoman perizinan yang dikeluarkan
oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta yang diwakili oleh dinas kesehatan
profinsi DKI Jakarta.
Perizinan UMOT oleh Sudinkes Jakut, dilalukan dibawah Seksi SDK
(Sumber Daya Kesehatan) Sub bagian Farmasi Makanan dan Minuman yang
di ketuai oleh seorang apoteker. Peran apoteker dalam melakukan perizinan
sarana farmasi makanan dan minuman sangat penting. Oleh karena itu dalam
tugas ini dibahas mengenai perizinan UMOT oleh Sudinkes Jakut, yang akan
memberikan gambaran menganai tugas apoteker dalam pemerintahan. Selain
itu, akan pula di bahas mengenai langkah rinci pengurusan UMOT yang
bersumber dari pedoman mutu Sudinkes Jakut untuk membandingkannya
dengan undang-undang dan permenkes yang mendasari hal tersebut.
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
2
1.2 Tujuan
Tujuan dituliskan tugas khusus ini adalah:
a. Mengetahui peran suku dinas kesehatan dalam perizinan UMOT.
b. Mengerti dan mengetahui mekanisme kerja suku dinas kesehatan Jakarta
Utara dalam melakukan pelayanan publik berupa pemberian izin UMOT.
c. Mengerti dan memahami mekanisme pengurusan izin UMOT
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Publik
Menurut Undang-undang Pelayanan Publik Nomor 25 Tahun 2009
pasal 1, pelayanan publik didefinisikan sebagai kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang,
jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Selanjutnya dalam ayat 2 pasal 1 dalam undang-undang yang sama
disebutkan bahwa penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi
penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
bedasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan
hokum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
2.2 Obat Tradisional
Bersadarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
007 Tahun 2012, obat tradisional didefinisikan sebagai bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat.
2.3 Produsen Obat Tradisonal dan Perizinan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 dijelaskan bahwa obat tradisional
hanya dapat dibuat oleh industri dan usaha di bidang obat tradisional. Industri
yang dimaksudkan terdiri dari Industri Obat Tradisional (IOT) dan Industri
Ekstrak Bahan Alam (IEBA), sedangkan yang termasuk jenis usaha adalah
Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional
3
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
4
(UMOT), Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong. Setiap industri dan
usaha obat tradisional dilarang membuat:
a. Segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil
isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat.
b. Obat tradisional dalam bentuk intravaginal, tetes mata, sediaan
parenteral, supositoria kecuali untuk wasir dan/atau
c. Obat tradisional dalam bentuk cairan obat dalam yang mengandung
etanol dengan kadar lebih dari 1% (satu persen).
Berikut akan dijelaskan mengenai perbedaan dari masing-masing
produsen obat tradional berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 tentang Industri Dan
Usaha Obat Tradisional:
2.3.1
Industri Obat Tradisional (IOT)
Merupakan industri yang dapat melakukan produksi semua
bentuk sediaan obat tradisional, dimana dapat melaksanakan kegiatan
proses pembuatan obat tradisional untuk semua tahapan dan/atau
sebagian tahapan. Dalam melakukan proses pembuatan IOT harus
mendapatkan izin dari Menteri yang didelegaikan kepada Direktur
Jenderal.
IOT hanya dapat diselenggarakan oleh badan hukum
berbentuk perseroan terbatas atau koperasi dengan lokasi yang bebas
pencemaran dan tidak mencemari lingkkungan. Izin IOT berlaku
seterusnya selama industri obat tradisional yang bersangkutan masih
berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk mendapatkan izin pendirian IOT diperlukan persetujuan
prinsip oleh Direktur Jenderal, yang dimaksud persetujuan prinsip
adalah persetujuan yang diberikan kepada pemohon untuk dapat
melakukan persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan,
pemasangan/instalasi peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada
lokasi yang disetujui. Persetujuan prinsip berlaku untuk jangka waktu
3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling lama untuk 1 (satu)
tahun. Persetujuan prinsip batal dengan sendirinya apabila dalam
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
5
jangka waktu 3 (tiga) tahun atau melampaui jangka waktu
perpanjangannya
pemohon
tidak
melaksanakan
kegiatan
pembangunan secara fisik. Setelah memperoleh persetujuan prinsip,
pemohon wajib menyampaikan informasi mengenai kemajuan
pembangunan sarana produksi setiap 6 (enam) bulan sekali kepada
Direktur
Jenderal
dengan
tembusan
kepada
Kepala
Badan
menggunakan formulir tertentu. Dalam proses penyelenggaraannya
IOT harus memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang apoteker
warga negara indonesia sebagai penangggung jawab.
2.3.2
Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA)
Merupakan industri yang khusus membuat sediaan dalam
bentuk ekstrak sebagai produk akhir. Sama halnya dengan IOT, IEBA
mendapatkan izin dari Menteri yang didelegaikan kepada Direktur
Jenderal. IEBA hanya dapat diselenggarakan oleh badan hukum
berbentuk perseroan terbatas atau koperasi dengan lokasi yang bebas
pencemaran dan tidak mencemari lingkungan. Izin IEBA berlaku
seterusnya selama industri obat tradisional yang bersangkutan masih
berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
Proses pendirian IEBA juga hampir sama dengan IOT yakni
diperlukan persetujuan prinsip terlebih dahulu, yaitu persetujuan yang
diberikan kepada pemohon untuk dapat melakukan persiapanpersiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan/instalasi
peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui.
Persetujuan prinsip berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan
dapat diperpanjang paling lama untuk 1 (satu) tahun. Persetujuan
prinsip batal dengan sendirinya apabila dalam jangka waktu 3 (tiga)
tahun atau melampaui jangka waktu perpanjangannya pemohon tidak
melaksanakan
kegiatan
pembangunan
secara
fisik.
Setelah
memperoleh persetujuan prinsip, pemohon wajib menyampaikan
informasi mengenai kemajuan pembangunan sarana produksi setiap 6
(enam) bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
6
kepada Kepala Badan menggunakan formulir yang sama dengan
formulir IOT. Dalam proses penyelenggaraannya IEBA harus
memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang apoteker warga negara
indonesia sebagai penangggung jawab.
2.3.3
Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT)
Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UKOT
adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional,
kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen. Dalam melakukan proses
produksi IKOT harus mendapatkan izin dari Menteri yang
didelegaikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi. Permohonan izin
UKOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi
dengan
tembusan
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Kepala Balai setempat menggunakan formulir
tertentu. Dalam proses penyelenggaraannya UKOT sekurangkurangnya memiliki 1 (satu) orang tenaga teknis kefarmasian warga
negata Indonesia sebagai penanggung jawab yang memiliki sertifikat
CPOTB
2.3.4
Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)
Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut
UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional
dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. Dalam
melakukan proses produksi UMOT harus mendapatkan izin dari
Menteri yang didelegaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Kota. Permohonan Izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir
UMOT (formulir terlampir).
2.3.5
Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong
Usaha Jamu Racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot
jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
7
pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional
untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Sedangkan Usaha Jamu
Gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan
menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat
segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen.
Berbeda dengan jenis usaha obat tradisional lainnya, usaha jamu
racikan dan jamu gendong tidak memerlukan izin usaha dan dapat
dilakuakn secara perorangan tidak harus berbentuk perseroan terbatas
maupun koperasi.
2.4 Registrasi Obat Tradisional
Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat tradisional
untuk mendapatkan izin edar. Registrasi obat tradisional dijelaskan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012.
Output dari registrasi obat adalah izin edar yang berlaku selama 5 tahun,
dimana seluruh obat tradisional yang diedarkan di wilayah Indonesia wajib
memiliki izin edar sehingga dapat diartikan seluruh produsen obat tradisional
harus melakukan registrasi untuk mendapatkan izin edar. Namun ada
pengecualian dalam melakukan registrasi obat tradisional, yaitu:
a. Obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan usaha jamu
gendong.
b. Simplisia dan sediaan galenik untuk keperluan industri dan keperluan
layanan pengobatan tradisional.
c. Obat tradisional yang digunakan untuk penelitian, sampel untuk
registrasi dan pameran dalam jumlah terbatas dan tidak diperjual
belikan.
Obat tradisional yang diberikan izin edar harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a
Menggunakan bahan yang memenuhi persyaratan keamanan dan
mutu.
b
Dibuat dengan menerapkan CPOTB.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
8
c
Memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia atau persyaratan
lain yang diakui.
d
Berkhasiat yang dibuktikan secara empiris, turun temurun, dan/atau
secara ilmiah.
e
Penandaan berisi informasi yang objektif, lengkap, dan tidak
menyesatkan.
Regitrasi obat tradisional hanya dapat dilakukan oleh industri atau
usaha yang memiliki izin sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Registrasi obat tradisional kontrak hanya dapat dilakukan oleh pemberi
kontrak
dengan
melampirkan
dokumen
kontrak,
namun
keamanan,
khasiat/manfaat dan mutu obat yang diproduksi merupakan tanggung jawab
bersama antara pemberi kontrak dan penerima kontrak. Sedangkan registrasi
obat tradisional lisensi dilakukan oleh IOT atau UKOT penerima lisensi yang
memiliki izn sesuai perundang-undangan yang berlaku. Registrasi obat
tradisional impor dilakukan oleh IOT, UKOT atau importir obat tradisional
yang mendapat petunjuk keagenan dan hak untuk melakukan registrasi di
negara asal. Lalu registrasi obat tradisional khusus ekspor dilakukan oleh IOT
atau UKOT dan UMOT yang memiliki izin edar, obat ini harus sesuai dengan
ketentuan umum registrasi obat di Indonesia dan dapat dilakukan
pengecualian jika terdapat persetujuan tertulis dari negara tujuan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
9
BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1 Waktu dan Lokasi
Praktik kerja dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Seksi
Sumber Daya Kesehatan Sub-Seksi Farmasi Makanan dan Minuman mulai
tanggal 1 Juli 2014 hingga 9 Juli 2014.
3.2 Metode Pengkajian
Metode yang dilakukan adalah pengkajian regulasi perizinan
berdasarkan undang-undang, peraturan menteri maupun keputusan kepala
BPOM yang berlaku serta petunjuk teknis dan stardar operasional prosedur
yang berlaku di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
9
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
10
BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
006 Tahun 2012 disebutkan bahwa dalam melakukan produksi UMOT harus
mendapatkan izin dari menteri yang didelegasikan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara (Sudinkes Jakut)
merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas melakukan pelayanan publik
berupa perizinan UMOT yang berada di wilayah Jakarta Utara. Dalam
melakukan pelayanan tersebut Sudinkes Jakut berpedoman pada peraturan hukum
yang berlaku seperti undang-undang dan peraturan menteri, selain itu dibuat pula
standar operasional dalam pelayanan perizinan UMOT juga terdapat buku
pedoman pelayanan UMOT yang diterbitkan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
006 Tahun 2012, persyaratan pengajuan pendirian UMOT Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota adalah:
a. Surat permohonan;
b. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai
Ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas dalam hal
permohonan bukan perseorangan;
d. Fotokopi
KTP/identitas
pemohon
dan/atau
Direksi/Pengurus
dan
Komisaris/Badan Pengawas;
e. Pernyataan pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan
Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang farmasi;
f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;
g. Surat
Tanda Daftar Perusahaan dalam
hal
permohonan bukan
perseorangan;
10
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
11
h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan
perseorangan;
i. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak
j. Fotokopi Surat Keterangan Domisili.
Permohonan izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dalam hal ini suku dinas kesehata jakarta utara
menggunakan formulir yang telah ditentukan (lampiran 1 ).
Dalam proses pengerjakan perizinan tersebut, sesuai dengan Permenkes
disebutkan bahwa paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima permohonan
untuk izin UMOT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menunjuk tim untuk
melakukan pemeriksaan setempat. Dalam kurun 7 (tujuh) hari setelah penugasan,
tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan administrasi dan teknis kemudian
menyampaikan hasilnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Lalu
dalam waktu 7 (tujuh) hari berikutnya kepala Sudinkes Jakut akan menyetujui,
menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat.
Izin UMOT diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan,
dan ditunda atau ditolak apabila belum memenuhi persyaratan. Kepada pemohon
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi paling
lambat 6 (enam) bulan sejak diterimanya surat penundaan.
Dalam melakukakan pelayanan perizinan UMOT, Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Utara mengutamakan kepuasan publik sehingga dibuatlah standar
operasional prosedur disertai timeline yang jelas. Berikut merupakan merupakan
prosedur perizinan UMOT di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
Tahap
Kegiatan
Target
Waktu
Tahap 1
Pemohon menyerahkan berkas permohonan yang Hari ke 1
Penerimaan
sudah lengkap kepada petugas PTSP (Front Line (1 hari)
berkas di PTSP
Officer). Petugas PTSP menerima dan memeriksa
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
12
kelengkapan persyaratan dan mengisis check list
sesuai dengan persyaratan permohonan izin.
Jika berkas tidak lengkap diberitahukan tentang
kekurangannta dan berkas dikembalikan
kepada
pelanggan/pemohon.
Jika berkas permohonan lengkap dan benar maka
petugas PTSP membuat tanda terima, petugas
mencatat
pada buku register
dan input
data
pelanggan/pemohon melalui software.
Tahap 2
Berkas pemohon oleh petugas PTSP dan TU Hari ke 2-3
Pengelolaan
kemudian di catat, diberi penomoran pada buku
berkas
di
(2 hari)
tata agenda masuk dan diinput dalam sistem komputer
usaha Sudinkes
perizinan.
Membubuhkan
lembar
disposis,
kemudai
TU
meneruskan kepada Ka. Sudin, dan Ka. Sudin
menuliskan disposisi kepada seksi yang dituju dengan
menuliskannya didalam lembar disposisi. Apabila Ka.
Sudin
sedang
dinas
luar/cuti/izin
dsb,
maka
pendisposisian didelegasikan kewenangannya kepada
Kasubbag TU.
Setelah surat didisposisikan, berkas diserahkan ke
seksi yang dituju dengan menulis tanggal penerimaan
di buku agenda keluar dan paraf penerima di Status
Kendali Mutu
Tahap 3
Seksi menerima berkas permohonan dari TU dan Hari ke 4
Penyerahan
dicatac pada register berkas masuk yang ada di seksi
berkas
dan masing-masing.
verifikasi
oleh Koordinator
perizinan
di
masing-masing
(1 hari)
seksi
seksi
melakukan verifikasi kebenaran dan keabsahan
Yankes/SDK
berkas permohonan.
Jika hasil verifikasi tidak memenuhi persyaratan,
seksi membuat surat penolakan yang ditandatangani
oleh Ka. Sudin. Berkas permohonan dan surat
penolakan dan surat penolakan diserahkan kembali ke
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
13
petugas PTSP.
Tahap 4
Jika hasil verifikasi memenuhi persyaratan, seksi Hari ke 5 –
Konfirmasi
membuat surat tugas pada berkas yang akaan 6
kunjungan
dan dikunjungi. Pada berkas yang tanpa dikunjungi (2 hari)
pembuatan surat langsung dibuatkan surat ijin/ SK/ Sertifikat. Setelah
tugas
surat tugas ditandatangani Ka. Sudin, seksi membuat
perjanjian dengan pemohon untuk menjadwalkan
waktu kunjungan ke sarana pemohon.
Apabila Ka. Sudin sinad luar, maka penandatanganan
surat tugas dapat didelegagikan kepada kasubbag TU.
Tahap 5
Melakukan kunjungan ke sarana pemohon, membuat Hari ke 7 –
Keunjungan/
Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
survei ke sarana
Pengkajian BAP lapangan dan melaporkan hasil
8 (2 hari)
pemeriksaan lapangan ke Ka. Sie dan atau Ka. Sudin
Tahap 6
Bila memenuhi persyaratan di lapangan maka Hari ke 9-10
Pencetakan surat dilakuakn pembuatan surat izin/ SK/ Sertifikat.
izin/
penolakan
(2 hari)
surat Bila tidak memenuhi persyaratan di lapangan dibuat
surat penolakan izin dengan alasannya dan ditanda
tangani oleh Ka. Sudinkes Jakut. Surat penolakan dan
berkas permohonan diseraahkan kembali ke petugas
PTSP untuk dikembalikan ke pemohon.
Pemberian nomor surat izin/ sertifikat sarana di
masing-masing seksi dan nomor agenda surat keluar
TU untuk surat izin sarana.
Pemberian nomor SK untuk izin sarana.
Mencetak surat izin sarana.
Pemasangan/ penempelan foro pada surat izin sarana.
Sertifikat diparaf Ka. Sie SDK dan Ka. Subbag TU
kemudian diatnda tangani Ka. Sudin.
Menggandakan surat izin (rangkap 3) kemudian
membubukan staempel Sudinkes Jkut pada surat izin.
Seksi menempelkan photo di buku register perizinan
dan mendokumentasikan surat izin pada berkas
pemohon
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
14
Tahap 7
Seksi menyerahkan asli surat izin ke petugas PTSP Hari ke 11
Penyerahan
dengan berita acara serah terima.
sertifikat
(1 hari)
surat Petugas PTSP menginformasikan kepada pelanggan
izin
untuk mengambil surat izin/ SK/ Sertifikat asli
kepada pelanggan dan menerima surat tanda terima.
Jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 006 Tahun 2012, pelayanan perizinan UMOT di Sudinkes
Jakut lebih cepat 10 hari. Dalam Permenkes tersebut dibutkan bahwa pengurusan
izin UMOT memerlukan waktu maksimal 21 hari dengan rincian rentang waktu 7
hari untuk penugasan tim survey oleh Ka. Sudin, 7 hari untuk melakukan survey
sarana dan 7 hari untuk penyelesaian admisistrasi perizinan. Namun pada standar
operasional prosedur Sudinkes Jakut hanya dibutukan 11 hari untuk
menyelesaikan perizinan UMOT. Untuk mempermudah pemahaman tentang
perizinan, dapat dilihat pemetaan proses perizinan serta alur perizinan pada
Lampiran 2 dan Lampiran 3.
Perubahan baik fisik maupun non fisik dari Sarana Kesehatan Farmasi
Makanan dan Minuman dapat terjadi setiap saat, hal ini sangat berpengaruh
terhadap kondisi sarana yang dimaksud, dalam hal ini UMOT. Perubahan dapat
terjadi dikarenakan habisnya masa sewa bangunan, berakhirnya kerjasama antara
pemilik dan penanggung jawab teknis dan lain sebagainya, sehingga sarana
kesehatan makanan dan minuman perlu mengajukan permohonan ulang.
Perubahan izin secara umum berlaku ketentuan bila terjadi:
1. Perubahan alamat/ pindah alamat Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan
Minuman.
2. Perubahan letak lokasi denah ruangan Sarana Kesehatan Farmasi Makanan
dan Minuman.
3. Penambahan jenis atau bentuk produksi Sarana Kesehatan Farmasi Makanan
dan Minuman.
4. Perubahan alamat tanpa pindah lokasi Sarana Kesehatan Farmasi Makanan
dan Minuman.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
15
5. Perubahan atau pergantian kepemilikan Sarana Kesehatan Farmasi Makanan
dan Minuman.
6. Perubahan/ pergantian tenaga ahli Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan
Minuman.
7. Perubahan/ pergantian nama Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan
Minuman.
8. Perubahan surat izin Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman.
9. Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman.
Secara umum, perubahan -perubahan pada Sarana Kesehatan Farmasi Makanan
dan Minuman dapat dikategotikan menjadi 2 (dua) jenis yaitu perubahan fisik
dan non fisik.
Jika terjadi perubahan pada UMOT, perlu diajukan permohonan izin
ulang. Namun prosesnya tergantung dari jenis perubahan yang terjadi. Pada
perubahan non fisik tidak dilakukan pemeriksaan lapangan, perubahan non fisik
yang dimaksud adalah:
1. Terjadi perubahan direktur/ pimpinan.
2. Terjadi pergantian nama sarana.
3. Terjadi perubahan alamat tanpa pemindahan lokasi.
4. Terjadi pergantian penanggung jawab teknis sarana.
5. Terjadi karena surat izin terdahulu hilang atau rusak.
Pada perubahan fisik, perlu dilakukan pemeriksaan lapangan, perubahan fisik
yang dimaksud adalah:
1. Terjadi pemindahan lokasi.
2. Terjadi perluasan lokasi.
3. Terjadi perluasan/ penambahan jenis produksi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
16
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan adalah:
a. Dalam melakukan produksi, UMOT harus mendapatkan izin dari Menteri
Kesehatan RI yang didelegasikan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota. Di Jakarta utara peran ini dilakukan oleh Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara. Perizinan UMOT dilakukan di Seksi SDK
(Sumber Daya Kesehatan) Sub Bagian Farmasi Makanan dan Minuman
yang diketuai oleh seorang Apoteker.
b. Dalam melakukan pelayanan publik berupa perizinan UMOT, Sudinkes
Jakut berpedoman pada undang-undang, peraturan menteri kesehatan
serta buku pedoman perizinan sarana kesehatan yang diterbitkan oleh
Departemen
Kesehatan
Profinsi
DKI
Jakarta.
Namun
dalam
pelaksanaannya terdapat pula Pedoman Mutu agar pelayanan semakin
baik.
c. Pengurusan izin UMOT di Sudinkes Jakut memerlukan waktu 11 hari
kerja, lebih cepat 10 hari dari standar yang ditetapkan di Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 006
Tahun 2012 yaitu 21 hari. Pengurusan izin UMOT dilakukan secara
terpadu di bagian PTSP, selanjutnya diproses oleh Sub Bagian Farmasi
Makanan dan Minuman dimulai dari tahap pengecekan administrasi,
kemudian peninajauan lokasi hingga akhirnya dikeluarkan izin tersebut.
5.2 Saran
Dalam era digital, pengembangan teknologi informasi dan komputer
merupakan suatu hal penting. Untuk mempermudah pelayanan perizinan
UMOT di Sudinkes Jakut, alangkah baiknya jika perizinan dapat dilakukan
secara online. Seluruh berkas dan persyaratan diunggah secara online ke
Universitas Indonesia
16
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
17
website Sudinkes Jakut, dengan demikian pemohon akan semakin mudah
mengakses pelayanan Sudinkes Jakut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
18
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2002. Pedoman Perizinan Sarana
Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: 4-12;
19-97.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat
Tradisional. Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 Tentang Industri Dan
Usaha Obat Tradision, Jakarta.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2010. Dokumen Tupoksi dan Kempetensi
Seksi Pelayanan Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2010. Dokumen tupoksi dan Kempetensi
Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2011. Prosedur Pemberian Izin Sarana dan
Praktik Tenaga Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Jakarta
18
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
19
LAMPIRAN
19
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
20
Lampiran 1. Permohonan Izin
PERMOHONAN IZIN USAHA MIKRO OBAT
TRADISIONAL ( UMOT )
Nomor
:
Lampiran
:
Perihal : Permohonan Izin Usaha Mikro Obat Tradisional
Yang Terhormat,
Kepala Dinas Kesehatan
Kapaten/Kota……………..
Di ……………………
Dengan ini kami mengajukan permohonan Izin Usaha Mikro Obat Tradisional
sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006 Tahun 2012
tentang industri dan Usaha Obat Tradisional dengan data sebagai berikut :
1. Umum
1.Pemohon
a. Nama Direktur Utama :………………………………………………
b. Alamat dan No. Telepon
:……………………………………………..
c. Pimpinan Perusahaan : terlampir (daftar nama direksi/pengurus dan
komisaris/badan pengawas
d. Surat Pernyataan tidak terlibat : terlampir
2. Perusahaan
a. Nama Perusahaan
: …….………………………………………
b. Alamat dan nomor telepon:………………………………………………
c. Akta pendirian badan usaha Perorangan yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang undangan : terlampir
d. Bukti Pengusahaan tanah dan Bangunan : terlampir
e. Surat Pernyataan kesanggupan Pengelolaan dan pemantauan Lingkungan
hidup : terlampir
f. Surat Tanda Daftar Perusahaan Dalam hal permohonan bukan Perseroan :
terlampir
g. Surat Izin Usaha Perdagangan : terlampir
h. Nomor Pokok Wajib Pajak
:
i. Surat Keterangan Domisili
:
Demekianlah Permohonan kami.
Pemohon
(……………………………….)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
21
1
FLO
TU
Sie
FMM
KEGIATAN
KS
KSD
Penyerahan berkas permohonan 1 hari (Hari ke 1)
1
Penyerahan berkas ke Tata Usaha 3 hari (Hari ke 2 - 4)
2-4
Penyerahan berkas ke Seksi 1 hari (Hari ke 5)
5
6-8
Konfirmasi kunjungan lapangan. Membuat surat tugas. Petugas menerima Surat Tugas &
mempersiapkan perlengkapan pemeriksaan lapangan 3 hari (Hari ke 6 - 8)
Melakukan kunjungan lapangan 1 hari (Hari ke 9)
9
10
11
12
13
14
15
15
Melaporkan hasil Pemeriksaan Lapangan dan membuat Berkas Acara pemeriksaan 1 hari
(Hari ke 10)
Membuat sertifikat (Penomoran No. Urut Surat izin dan No. Urut SK ,no surat keluar TU
serta cetak Izin 1 hari (Hari ke 11)
Paraf Ka Seksi SDK dan Ka Sub Bag TU di sertifikat dan di Status Kendali Mutu 1 hari
(Hari ke 12)
Ka Sudin menandatangani sertifikat dan Surat Keputusan dan paraf di status kendali mutu
1 hari (Hari ke 13)
Seksi menfotokopi sertifikat dan SK (rangkap 3), kemudian memberi cap dan
mendokumentasikan Sertifikat pd buku database Izin lalu di serahkan Sertifikat asli ke FLO
dengan Berita Acara 1 hari (hari ke 14)
FLO menginformasikan kepada pelanggan untuk pembayaran retribusi ke Kasda 1 hari
(Hari ke 15)
Memberikan sertifikat ASLI kepada Pelanggan (Hari 15 )
21
Universitas Indonesia
Lampiran. 2. Alur Proses Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman
ALUR PROSES
P
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
22
Front Line Oficer PTSP
Subbag TU
Seksi Yankes/SDK
Kepala Sudin
Verifikasi
Ulang
Tidak Lengkap
Pemohon
Berkas
Permohonan
Syah
Perlu
Disurvey ?
Verifikasi
Kelengkapan
Berkas
Tidak Syah
Perlu
Lengkap
Pencatatan
Register
Penerimaan
Berkas
Tidak Perlu
Pembuatan
Surat Tugas
Pencatatan
Register Surat
Masuk
Survey ke
Sarana Pemohon
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Pencetakan Surat
Izin
Surat Penolakan
Surat Izin Jadi
22
Universitas Indonesia
Pembuatan Surat
Penolakan
Lampiran 3. Alur Peizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman
Pemohon
Paraf Kasubbag
TU
Tanda Tangan
Surat Izin/Surat
Penolakan
Surat Izin/Surat
Penolakan
Pencatatan Register
Pengambilan Surat
Izin Jadi
Pencatatan Register
Surat Keluar
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
Universitas Indonesia
23
Lampiran 4. Check List UMOT
LEMBAR CHECK-LIST
IZIN USAHA MIKRO OBAT TRADISIONAL
( UMOT )
Nama Perusahaan :
Alamat
:
KEABSAHAN
NO
KELENGKAPAN
STATUS
MASA BERLAKU
1.
Surat permohonan dari Direktur/Pimpinan/
Perorangan di tunjukan kepada Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara rangkap 3, satu
rangkap diatas meterai Rp 6000,Fotokopi Akte pendirian badan usaha
perorangan yg sah
Ada / Tidak
3.
Susunan Direksi/Pengurus & Komisaris
/Badan Pengawas dalam hal
permohonan bukan perseorangan
Ada / Tidak
4.
Fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus &
Komisaris Badan Pengawas
Pernyataan Direksi /Pengurus & Komisaris
/Badan Pengawas tidak pernah terlibat
pelanggaran peraturan perundang –
undangan di bidang farmasi
Fotokopi bukti pengusaan tanah dan
bangunan
Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal
permohonan bukan perseorangan
Ada / Tidak
8.
Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan
dalam hal permohonan bukan
perseorangan
Ada / Tidak
9
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak
Ada / Tidak
10.
Fotokopi Surat Keterangan Domisili
Ada / Tidak
2.
5.
6.
7.
Ada / Tidak
Ada / Tidak
Ada / Tidak
Ada / Tidak
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015
TERISI
LENGKA
P
(
DICAP/ST
EMPEL/N
O SURAT
DLL )
Download