UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 01 - 11 JULI 2014 LAPORAN PRATIK KERJA PROFESI APOTEKER MARLINA QURRATUL AINI, S. Farm. 1306502586 ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015 Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 01 - 11 JULI 2014 LAPORAN PRATIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker MARLINA QURRATUL AINI, S. Farm. 1306502586 ANGKATAN LXXIX PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2015 ii Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 HALA iii Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 iv Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 v Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 vi Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah, kami dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ini. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker dan memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Kami menyadari tanpa bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak penulisan laporan ini sangatlah sulit. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. dr. Bambang Suheri., selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara 2. drg. Leny Ariyani, selaku Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara 3. Drs. Kusnaedi, Apt., selaku Pembimbing dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara dan Kepala Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara atas bimbingan selama pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara 4. Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia 5. Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 6. Seluruh staf Departemen Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 7. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, 8. Seluruh staf pengajar khususnya Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.yang telah memberikan ilmu yang berharga dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis. 9. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat kepada penulis. vii Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 10. Semua teman-teman Apoteker Universitas Indonesia angkatan 79 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Penulis 2014 viii Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 ABSTRAK Nama : Marlina Qurratul Aini NPM : 1306502586 Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara Jl. Yos Sudarso No. 27-29 Periode 01 - 11 Juli 2014 Dalam upaya meningkatkan pemahaman serta untuk meningkatkan peran dan fungsi apoteker di pemerintahan, maka calon apoteker perlu melakukan praktik kerja profesi apoteker di pemerintahan. Apoteker berperan dalam melakukan pengawasan obat, makanan dan minuman di wilayah kerja suku dinas tersebut, selain itu juga berperan dalam perizinan sarana kefarmasian. Tugas khusus yang dikerjakan adalah mengenai perizinan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT). Kata Kunci: Apoketer, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, UMOT. Tugas umum : xii + 50 halaman, 25 lampiran Tugas khusus :iii +18 halaman, 4 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 13 (1972 – 2012) Daftar Acuan Tugas Khusus : 7 (2002 – 2012) ix Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 ABSTRACT Name : Marlina Qurratul Aini NPM : 1306502586 Study Program : Apothecary Profession Tittle : Pharmacist Internship Report At Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara Jl. Yos Sudarso No. 27 – 29, 1st – 11st July 2014 To enrich the understanding and improve the role of pharmacist in public services area by goverment, pharmacist students did the internship in the goverment office. Drug, food, baverage control and monitor is pharmacist duty in goverment office. Besides it, give the lisence of pharmaceutical fasility also the pharmacist duty in goverment office. Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT; micro industry of traditional remedies) license is the specific assignment that student was obtained. Keywords: Pharmacist, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, UMOT (micro industry of traditional remedies). General Assignment : xii + 50 pages, 25 appendices Spesific Assignment : iii +18 pages, 4 appendices Bibliography of General Assignment : 13 (1972 – 2012) Bibliography of Spesific Assignment : 7 (2002 – 2012) x Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ................................................................................... HALAMAN JUDUL ...................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME .................................................. PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................ PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. i ii iii vi v vi vii ix x xi xii BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1.2 Tujuan .............................................................................................. 1 1 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA ........................................... 2.1 Profil Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ..................................... 2.2 Visi dan Misi .................................................................................... 2.3 Struktur Organisasi .......................................................................... 2.3.1 Sub Bagian Tata Usaha ....................................................... 2.3.2 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan ............................. 2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat ............................................... 2.3.4 Seksi Sumber Daya Kesehatan ............................................ 2.3.5 Seksi Pelayanan Kesehatan ................................................. 4 4 5 5 6 9 14 19 26 BAB 3. TINJAUAN KHUSUS FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN ....................................................................................... 3.1 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan Minuman dan Tenaga Kesehatan..................................................... 3.1.1 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmakmin ........... 3.1.2 Perizinan Tenaga Kesehatan ............................................... 3.2 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Saran Pelayanan Kesehatan Farmakmin ..................................................................... 38 BAB 4. PEMBAHASAN ............................................................................... 41 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 5.2 Saran .................................................................................................. 58 58 58 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59 31 31 32 35 LAMPIRAN .................................................................................................... 61 xi Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 21 Lampiran 22 Lampiran 23 Lampiran 24 Lampiran 25 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ........... Alur Prosedur Permohonan Izin Tenaga dan Sarana Pelayanan FMM ............................................................................ Surat Izin Kerja Asisten Apoteker ................................................. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian ............................... Surat Izin Praktik Apoteker ........................................................... Surat Izin Kerja Apoteker .............................................................. Lembar Check-list SIPA/SIK ........................................................ Lembar Check-list SIKTTK .......................................................... Formulir Permohonan Izin Apotek ................................................ Permohonan Izin UMOT ............................................................... Formulir Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan IRT .................... Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat ........................................... Berita Acara Pemeriksaan UKOT ................................................. Berita Acara Pemeriksaan Sub penyalur Alat Kesehatan .............. Berita Acara Pemeriksaan Apotek................................................. Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat ........................................... Permohona Izin Pedagang Eceran Obat ........................................ Permohonan Izin Perpanjangan Pedagang Eceran Obat ............... Formulir Permohonan Izin Apotek Karena Pergantian Nama ...... Formulir Permohonan Surat Izin Apotek Karena Pindah Alamat ........................................................................................... Formulir Permohonan Izin Apotek Karena Pergantian Penangung Jawab .......................................................................... Formulir Permohonan Izin Apotek Karena Pergantian Pemilik Sarana Apotek .................................................................. Checklist Kelengkapan Persyaratan Izin Apotek Karena Pergantian Apoteker Pengelola Apotek......................................... Checklist Kelengkapan Persyaratan Izin Apotek Karena Pergantian Pemilik Sarana Apotek ................................................ Checklist Kelengkapan Persyaratan Izin Apotek Karena Perubahan Alamat Apotek ............................................................. xii Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 72 75 77 78 80 85 87 88 89 90 91 92 93 94 95 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan upaya kesehatan. Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Tujuan dari upaya kesehatan adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat dengan menyelenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan tujuan tersebut adalah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004. Undang-Undang tersebut memuat ketentuan yang menyatakan bahwa bidang kesehatan sepenuhnya diserahkan kepada daerah masing-masing yang setiap daerah diberi kewenangan untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh aspek kesehatan. Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 yang mengatur tentang pembagian urusan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa kesehatan merupakan salah satu urusan wajib pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah. Dengan adanya sistem otonomi daerah, maka dalam perwujudan pembangunan kesehatan dibuatlah peraturan daerah tentang sistem kesehatan daerah (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009a). Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka terdapat Dinas Kesehatan sebagai salah satu perangkat daerah yang merupakan unsur pelaksanan otonomi daerah di bidang kesehatan, yang dalam organisasinya dibantu oleh Suku Dinas Kesehatan yang 1 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 2 terdapat di setiap Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi. Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009, terjadi perubahan struktur organisasi dalam Suku Dinas Pelayanan Kesehatan. Suku Dinas Pelayanan Kesehatan disatukan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat membentuk Suku Dinas Kesehatan. Peran apoteker di dalam pemerintahan sebagai upaya mewujudkan tujuan mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi individu maupun masyarakat adalah bergabung dengan Suku Dinas Kesehatan yang merupakan unit kerja dinas kesehatan provinsi DKI Jakarta dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Apoteker di Suku Dinas Kesehatan menjadi penanggung jawab dari Koordinator farmasi makanan dan minuman yang mempunyai tugas pokok dalam perijinan, serta pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana dan tenaga kesehatan farmasi makanan dan minuman. Dalam upaya meningkatkan pemahaman serta untuk mengetahui peran dan fungsi apoteker di pemerintahan, maka calon Apoteker membutuhkan suatu program praktek kerja yang dapat memberikan pengalaman kerja, pengetahuan dan gambaran tentang peran Apoteker di Pemerintahan. Oleh karena itu, Program Studi Apoteker Universitas Farmasi bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara dengan mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) untuk memberikan wawasan kepada calon Apoteker mengenai perannya di Suku Dinas Kesehatan. PKPA dilaksanakan pada tanggal 1 Juli hingga 11 Juli 2014. I.2 Tujuan a Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara b Mengetahui dan memahami peran Apoteker di Seksi Sumber Daya Kesehatan khususnya Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) c Mengetahui dan memahami pelaksanaan tugas dan fungsi Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman, baik yang terkait dengan perizinan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 3 maupun yang terkait dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana dan tenaga kesehatan pelayanan kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 4 BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA 2.1 Profil Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Suku Dinas Kesehatan adalah salah satu unsur pelaksana Pemerintah Daerah Tingkat II di bidang kesehatan yang mempunyai tugas dan kewajiban dalam pembangunan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan dibentuk di setiap kota administrasi yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara merupakan penamaan baru yang atas penggabungan dari dua Suku Dinas yang terdahulu, yakni Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Utara dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Utara sesuai dengan peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No.150 Tahun 2009. Hal ini menimbulkan perubahan pada struktur organisasi secara keseluruhan. Sebelum penggabungan ini Suku Dinas Kesehatan Masyarakat terdiri dari 6 seksi: Seksi Pendataan dan Program, Seksi Penyakit Menular, Seksi Penyakit Tidak Menular, Seksi Kesehatan Jiwa dan Napza, Seksi Gizi PPSM, Seksi Penyehatan Lingkungan serta Subbag Tata usaha, sedangkan Suku Dinas Pelayanan Kesehatan terdiri dari 6 seksi; yaitu Seksi Pelayanan kesehatan Dasar, Seksi Farmasi Makanan Minuman, Seksi Pelayanan Kesehatan Spesialistik, Seksi Pendataan dan Program, Seksi Gawat Darurat Bencana dan Gakin, Seksi Pengobatan Tradisional, serta Subbag Tata Usaha (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010). Setelah Penggabungan kedua Suku Dinas tersebut menjadi SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA UTARA, struktur organisasi berubah menjadi 4 seksi; yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan, dan Subbag Tata Usaha. 4 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 5 2.2 Visi dan Misi Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yaitu “Menjadi Suku Dinas Kesehatan yang Profesional Menuju Jakarta Utara Sehat Untuk Semua”. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka telah ditetapkan misi yaitu (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010) : 1. Meningkatkan kompetensi seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) di jajaran Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara; 2. Mengembangkan pelayanan perizinan berbasis teknologi informasi; 3. Menciptakan dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja; 4. Meningkatkan sistem informasi yang cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan berbasis komputer; 5. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih; 6. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih, sehat, serta untuk penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana; 7. Meningkatkan kualitas dan respon time pelayanan kesehatan Gawat Darurat dan Bencana; 8. Meningkatkan kerja sama lintas program, lintas sektoral dengan organisasi profesi, organisasi masyarakat dan institusi lainnya dalam mengatasi masalahmasalah kesehatan masyarakat di Jakarta Utara; 9. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat. 2.3 Struktur Organisasi Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta diatur dengan Pasal 23 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No.150 Tahun 2009 terdiri dari (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009): 1. Kepala Suku Dinas Kesehatan; 2. Sub Bagian Tata Usaha; 3. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan; 4. Seksi Kesehatan Masyarakat; 5. Seksi Sumber Daya Kesehatan; 6. Seksi Pelayanan Kesehatan. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 6 Sub bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian dan setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan. Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Terlampir pada Lampiran 1. 2.3.1 Sub Bagian Tata Usaha Berdasarkan peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 36: Sub Bagian Tata Usaha mempunyai ruang lingkup tugas: 1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 3. Mengoordinasikan penyusunan RKA dan DPA Suku Dinas; 4. Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan DPA Suku Dinas; 5. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Suku Dinas; 6. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas; 7. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan dan pemeliharaan dari perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas; 8. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor; 9. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas; 10. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara Suku Dinas; 11. Menerima, mencatat, membukukan, mensetorkan, dan melaporkan penerimaan retribusi Suku Dinas kesehatan; 12. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Sub Bagian Tata Usaha; 13. Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) Suku Dinas; 14. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Sub Bagian Tata Usaha. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 7 Koordinator dalam Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha (Subbag TU) membawahi 3 koordinator, yaitu (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010) : 1. Koordinator Kepegawaian a. Tugas dan Tanggungjawab 1. Mengumpulkan dan mengusulkan perencanaan kebutuhan pegawai Puskesmas dan Suku Dinas Kesehatan 2. Mengkoordinir pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian, mutasi, pendayagunaan pegawai, pengembangan karir dan penghargaan 3. Membuat usulan perencanaan kebutuhan pendidikan dan pelatihan pegawai Suku Dinas Kesehatan 4. Menyusun usulan DUPAK jabatan fungsional susuai kewenagannya 5. Melaksanakan monitoring pengendalian disiplin pegawai dan kinerja di lingkungan Suku Dinas Kesehatan 6. Memantau, mengawasi, membina/sosialisasi pegawai Puskesmas dan menindaklanjuti permasalahan kepegawaian untuk pegawai Puskesmas dan Suku Dinas Kesehatan 7. Menyusun usulan rencana kerja dan anggaran DPA dan kerangka acuan kerja kegiatan yang menjadi tanggungjawab urusan kepegawaian. 8. Melaksanakan kegiatan sesuai DPA dan KAK yang menjadi tanggung jawab urusan kepegawaian 9. Mengolah, menganalisa dan mengajukan informasi kepegawaian 10. Menyusun bahan laporan dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan tugas urusan kepegawaian b. Wewenang 1. Melaksanakan seluruh aktivitas kepegawaian sesuai dengan tugas dan fungsinya c. Sub bagian 1. Pengelola data pegawai dan disiplin pegawai 2. Pengelola Administrasi Kesejahteraan Pegawai 3. Pengelola Administrasi Pengembangan Karir 2. Koordinator Keuangan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 8 a. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Mengkoordinir pengelolaan keuangan anggaran DPA- SKPD 2. Mengkoordinir pelaksanaan pelaporan keuangan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara 3. Melaksanakan koordinasi dengan pelaksana program berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari DPA-SKPD 4. Mengkoordinir pelaksanaan pengarsipan dokumen gaji pegawai dll. 5. Mengkoordinir pelaksanaan penilaiaan kinerja 6. Mengkoordinir pengajuan SPP 7. Mengkoordinir pelaksanaan pelaporan pajak 8. Bertanggungjawab terhadap pengadministrasian keuangan di SuDin Kesehatan Jakarta Utara b. Wewenang 1. Mengurus pengajuan uang kegiatan yang bersumber dari DPA-SKPD 2. Melakukan Binwasdal ke Puskesmas c. Sub Bagian 1. Bendahara 2. Verifikator 3. Pengelola Pelaporan 4. Pengelola pajak dan sisa kegiatan 5. Pengelola SPJ 3. Koordinator Umum dan Protokol a. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Mengkoordinir pengadministrasian surat menyurat 2. Mengkoordinir pelaksanaan protokoler dan rumah tangga 3. Mengkoordinir pelaksanaan urusan perlengkapan 4. Mengkoordinir pembuatan rencana kerja dan anggaran (RKA) b. Wewenang 1. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian urusan umum dan protokol c. Sub bagian 1. Pengurus Barang Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 9 2. Pengelola pemeliharaan sarana dan prasarana kantor 3. Pengelola surat menyurat 4. Pengelola protokol 5. Pengadministrasi surat keluar 6. Pengadministrasi surat masuk 7. Pengaministrasi kegiatan kepala unit 8. Pengadministrasi protokol 2.3.2 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Adapun tugas pokok dan fungsi Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan antara lain: 1. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 3. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah atau KLB (Kejadian Luar Biasa), dan kesehatan lingkungan; 4. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji; 5. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular serta kesehatan jiwa masyarakat; 6. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat; 7. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama, dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), unit kerja perangkat daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintahan /swasta/masyarakat; Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 10 8. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi; 9. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, serta memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB) pada lingkup kota administrasi; 10. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan dugaan wabah serta keracunan makanan; 11. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau KLB dan surveilans; 12. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian; 13. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah atau KLB dan surveilans; 14. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum atau air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempattempat umum, penyehatan di tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), dan upaya pengelolaan lingkungan/upaya pemantauan lingkungan; 15. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan; 16. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja; 17. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan; 18. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Koordinator dalam Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan a. Koordinator Penyakit Menular-Tidak Menular 1. Tugas dan tanggung jawab Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 11 a. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, imunisasi, NAPZA dan melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan bayi b. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular/tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat,imunisasi dan kesehatan haji c. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis ternaga kesehatan penyakit menular, tidak menular, imunisasi, haji, dan kesehatan jiwa masyarakat dan NAPZA d. Menyiapakan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan ruang lingkup tugasnya e. Mengusulakan rencana kegiatan dan mengalokasikan anggarannya f. Melakukan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan penyakit menular dan tidak menular tehadap puskesmas g. Menganalisa dan memberikan informasi perkembangan penyakit menular di Jakarta Utara h. Mengelola laporan kegiatan penyakit menular dan tidak menular dari puskesmas i. Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas-tugas dalam ruang lingkup program penyakit menular dan tidak menular j. Bertanggung jawab atas laporan pertanggungjawaban jalannya tugastugas tersebut terhadap Kepala seksi pengendalian masalah kesehatan 2. Wewenang a. Memberikan masukan kepada seksi pengendalian kesehatan masyarakat sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan b. Meminta laporan hasil kegiatan program penyakit menular-tidak menular dari puskesmas kecamatan di Jakarta Utara c. Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya d. Mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya e. Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat 3. Sub Bagian a. Pengelola DBD Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 12 b. Pengelola Imunisasi c. Pengelola kesehatan jiwa d. Pengelola NAPZA e. Pengelola tuberkulosa f. Pengelola ISPA dan pneumoni g. Pengelola diare h. Pengelola kusta i. Pengelola HIV/AIDS j. Pengelola penyakit tidak menular b. Koordinator Wabah Dan Surveillance 1. Tugas dan tanggung jawab a. Menyusun program, rencana kegiatan dan mengalokasikan anggaran kegiatan penanggulangan wabah dan surveillance b. Menyiapkan bahan untuk sosialisasi program surveillance c. Melakukan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan surveillance terhadap puskesmas kecamatan d. Menganalisa dan memberikan informasi perkembangan penyakit menular terutama yang berpotensi KLB e. Mengelola laporan mingguan dari puskesmas f. Mengelola laporan bulanan dari puskesmas g. Mengirimkan laporan kegiatan surveillance ke dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta h. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas dalam ruang lingkup kegiatan penanggulangan wabah dan surveillance i. Bertanggungjawab atas laporan pertanggungjawaban jalannya tugastugas tersebut kepada kepala seksi pengendalian masalah kesehatan 2. Wewenang a. Memberikan masukan kepada seksi penyakit menular sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan b. Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada petugas surveillance ditingkat puskesmas sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 13 c. Meminta laporan kegiatan pengendalian wabah dan surveillance PKM kecamatan di Jakarta Utara d. Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya e. Mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya f. Mewakili kasie dalam pertemuan atau rapat 3. Sub Bagian a. Pengelola surveillance berbasis rumah sakit dan laboratorium b. Pengelola survaillance berbasis puskesmas dan surveillance kematian c. Koordinator Kesehatan Lingkungan 1. Tugas dan Tanggung Jawab a. Menyusun program, rencana kegiatan dan mengalokasikan anggaran kegiatan kesehatan lingkungan b. Melakukan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi; penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vector, pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh, penyehatan ditempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida dan lingkungan lainnya c. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian limbah dan pemberian rekomendasi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDL), upaya pengelolaan lingkungan/upaya pemantauan lingkungan (UKL/UPL) d. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan sarana penunjang dalam mendukung program kesehatan lingkungan e. Menilai dampak dan risiko lingkungan terhadap kesehatan masyarakat f. Menyiapkan materi promosi kesehatan tentang program penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja g. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja h. Memelihara hubungan kerjasama dengan instansi/akademisi/lembaga sosial masyarakat (LSM) di dalam dan di luar negri yang bergerak dalam kesehatan lingkungan, dan kesehatan kerja. i. Melakukan monitoring dan evaluasi kesehatan lingkungan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 14 j. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan k. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan 2. Wewenang a. Memberikan masukan kepada seksi pengendalian masalah kesehatan program kesehatan lingkungan b. Memberikan masukan kepada suku dinas kesehatan melalui seksi pengendalian masalah kesehatan bidang pengendalian kesehatan lingkungan berupa sanksi hukum, teguran, saran perbaikan kepada institusi/unit usaha sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku c. Memberikan masukan kepada seksi pengendalian masalah kesehatan, tenyang kinerja petugas kesehatan lingkungan di puskesmas d. Menilai kualitas kesehatan terhadap institusi/unit usaha yang menjadi sasaran pembinaan, seperti: tempat pengelolaan makanan dan minuman, tempat-tempat umum, tempat kerja/industry, tempat pengelolaan pestisida dan lingkungan lainnya e. Rekomendasi pengeluaran sertifikasi laik hygiene bagi usaha jasa boga, rumah makan/restoran, cafe, bakery, dan pengelolaan makanan siap saji lainnya (non kemasan/usia masa umur konsumsi dibawah 3 hari) f. Rekomendasi pengeluaran izin pest control bagi usaha jasa pest control 3. Sub Bagian a. Pengelola makanan dan minuman b. Pengelola tempat-tempat umum/tempat-tempat industri (TTU-TTI) c. Pengelola penyehatan lingkungan pemukiman 2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Berdasarkan peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 15 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tatat Kerja Dinas kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 37: Tugas pokok dan fungsi Seksi Kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 3. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, anak pra sekolah, anak usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita, dan asuhan keperawatan; 4. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat; 5. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi; 6. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat; 7. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota administrasi; 8. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi; 9. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM (Pembinaan Peran Serta Masyarakat); 10. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG); 11. Melaksanakan kegiatan peran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat; 12. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat; 13. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat. Koordinator dalam Seksi Kesehatan Masyarakat Koordinator dalam seksi kesehatan masyarakat membawahi 3 koordinator, yaitu (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010) : Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 16 1. Koordinator Kesehatan Keluarga a. Tugas dan Tanggungjawab 1. Mempelajari program kerja petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis kegiatan program kesehatan keluarga yang meliputi bidang kesehatan anak, kelompok bayi, balita, anak prasekolah, anak usia sekolah, remaja, wanita usia subur, ibu hamil/nifas/ menyusui, pekerja wanita, dan lanjut usia, kebijakan yang ada sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas 2. Melaksanakan kegiatan program kesehatan keluarga 3. Mengkoordinasikan secara teknis kegiatan program kesehatan keluarga 4. Melaksanakan koordinasi lintas program dan lintas sector terkait dalam rangka penyelenggaraan kegiatan kesehatan keluarga 5. Memeriksa kebenaran data/laporan kegiatan kesehatan keluarga 6. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan dan pengolahan anggaran serta evaluasi program kesehatan keluarga secara lisan maupun tertulis untuk disampaikan atasan 7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan b. Wewenang 1. meminta laporan kegiatan program kesehatan keluarga dari PKM kecamatan di Jakarta Utara 2. mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya 3. mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya 4. mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat c. Sub Bagian 1. Pengelola kesehatan ibu 2. Pengelola kesehatan anak 3. Pengelola perawatan kesehatan masyarakat 4. Pengelola lansia 5. Pengelola Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 6. Pengelola kesehatan gigi dan mulut Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 17 2. Koordinator promosi dan Informasi Kesehatan a. Tugas dan Tanggungjawab 1. Melaksanakan dan bdertanggung jawab atas kelancaran kegiatan promosi dan informasi kesehatan 2. Melaksanakan kegiatan peningkatan kemampuan dan peran masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat 3. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi 4. Menyusun program, rencana kegiatan dan mengalaokasikan anggaran Promosi dan informasi kesehatan 5. Mensosialisasikan program dan rencana kegisntsn promosi kesehatan 6. Mengolah laporan kegiatan penyuluhan dan data informasi dari Puskesmas 7. Melaporkan kegiatan promosi dan informasi kesehatan ketingkat dinas kesehatah provinsi DKI Jakarta 8. Menyediakan data dan evaluasi kegiatan promosi dan informasi kesehatan di Puskesmas b. Wewenang 1. Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada petugas promosi kesehatan (promkes) dan petugas informasi kesehatan (infokes) di tingkat Puskesmas sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan 2. Meminta laporan kegiatan program promosi dan informasi kesehatan dari PKM kecamatan di Jakarta Utara 3. Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidaginya 4. Mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya 5. Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat c. Sub Bagian 1. Pengelola promosi kesehatan 2. Pengelola Sistem Pelaporan Puskesmas Terpadu (SP2TP) 3. Pengelola sistem promosi kesehatan (SIK) 3. Koordinator Gizi & PPSM a. Tugas dan Tanggungjawab Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 18 1. Membuat usulan rencana penjabaran dan pengajuan kebutuhan anggaran kegiatan gizi dan PPSM 2. Melaksanakan kegiatan gizi dan PPSM sesuai dengan usulan yang ada 3. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan dan mengkoordinasikan secara teknis kegiatan gizi dan PPSM di puskesmas kecamatan dan keluarahan di Jakarta Utara 4. Melaksanakan koordinasi lintas program dan lintas sector terkait dalam rangka penyelenggaraan kegiatan gizidan PPSM 5. Memeriksa kebenaran data/laporan layanan gizi & PPSM 6. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan dan pengolahan anggaran serta evalausi kegiatan gizi secara lisan maupun tertulis untuk disampaikan atasan 7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan 8. Menerapkan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) 9. Melaksanakan kegiatan peran serta masyarakat dalam berprilaku hidup bersihdan sehat b. Wewenang 1. Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada petugas gizi & PPSM di tingkat Puskesmas sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan 2. Meminta laporan kegiatan program gizi & PPSM dari PKM kecamatan di Jakarta Utara 3. Mengusulkan rencana program kegiatan gizi & PPSM 4. Mengendalikan program kegiatan gizi & PPSM 5. Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat 6. Mendokumentasikan kegiatan dan mengarsipkan dokumen gizi & PPSM c. Sub bagian 1. Pengelola program gizi 2. Pengelola PSM Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 19 2.3.4 Seksi Sumber Daya Kesehatan Merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Berdasarkan draft peraturan gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 39, seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki tugas sebagai berikut: 1. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman. 4. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan. 5. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan serta pelatihan. 6. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan. 7. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu. 8. Melaksanakan survei kepuasaan pelanggan kesehatan. 9. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas. 10. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. 11. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, pengkaji, dan auditor mutu pelayanan kesehatan. 12. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga. 13. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 20 14. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup kota administrasi. 15. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. 16. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. 17. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dibagi menjadi 3 koordinator, yaitu koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan; koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin); Koordinator Tenaga Kesehatan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010). 1. Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan a. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Memastikan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu ditetapkan, diterapkan dan dipelihara 2. Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan 3. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas 4. Melaksanakan kegiatan pertemuan koordinasi forum komunikasi manajemen mutu di tingkat kota administrasi Jakarta Utara 5. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor dan auditor mutu pelayanan kesehatan 6. Mengusulkan perencanaan dan alokasi anggaran program mutu 7. Merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit internal, eksternal, serta tinjauan manajemen dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu. b. Wewenang 1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya 2. Melaporkan kinerja seksi yang mempengaruhi sistem manajemen mutu suku dinas kesehatan Jakarta Utara ke kepala suku dinas kesehatan Jakarta Utara Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 21 3. Menyusun perencanaan program mutu dan alokasi anggaran 4. Mewakili kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan yang diberikan c. Sub bagian Standarisasi Mutu Kesehatan 1. Pengelola administrasi dan perencanaan mutu 2. Pengelola survei kepuasan pelanggan 3. Pengelola audit internal 4. pengelola audit eksternal 5. Pengelola forum komunikasi mutu 2. Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman a. Tugas dan tanggung jawab 1. Memberikan pelayanan perizinan farmasi makanan dan minuman 2. Mengendalikan mutu pelayanan farmakmin 3. Membuat perencananaan kegiatan dan anggaran farmakmin 4. KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) pada customer 5. Verifikasi berkas perizinan yang masuk (ditolak atau dilanjutkan) 6. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman 7. Membuat perencanaan kerja mingguan 8. Membuat laporan dan evaluasi kerja mingguan 9. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi saran yang ditentukan. b. Wewenang 1. Menetapkan perencanaan kegiatan Farmakmin 2. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan yang diberikan 3. Mengendalikan kegiatan perizinan Farmakmin dan kegiatan Binwasdal 4. Merekomendasikan terbit atau tidaknya izin Farmakmin c. Sub Bagian 1. Pengelola administrasi Farmakmin a. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Mengkoordinir peninjauan lapangan 2. Melakukan pengetikan sertifikat dari perizinan atau penolakan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 22 3. Pemegang program kegiatan sosialisasi tenaga asisten apoteker, penyuluhan keamanan pangan dan pembinaan sarana pelayanan Farmakmin 4. Menerima berkas perizinan dan dicatat dalam buku register 5. Memberi nomor surat tugas dan rekap BAP 6. Mengkoordinir Binwasdal ke lapangan untuk semua sarana pelayanan kesehatan Farmakmin 7. Membuat laporan kegiatan program (SPJ lengkap) 8. Konfirmasi ke kelurahan untuk pelaksanaan inspeksi 9. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana kesehatan Farmakmin 10. Mengarsipkan surat izin/sertifikat 11. Mencatat ke buku register untuk masing-masing sarana 12. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang ditentukan b. 2. Wewenang 1. Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat 2. Mengusulkan rencana kegiatan 3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya Pengelola apotek dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) a. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Melaksanakan peninjauan lapangan ke apotek dan IKOT 2. Melaksanakan kegiatan sosialisasi tenaga asisten apoteker 3. Mengkoordinir dan melaksanakan binwasdal ke lapangan untuk apotek dan IKOT 4. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program 5. Menerima laporan pemakaian narkotika dan psikotropika dan dicatat dalam absensi apotek 6. Mencatat laporan pemakaian narkotika dan psikotropika harian 7. Merekap laporan pemakaian narkotika dan psikotropika perbulan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 23 8. Melaksanakan inspeksi atau pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan farmakmin 9. Membuat status kendali berkas perizinan dan sarmut 10. Membuat laporan perizinan 11. Input data perizinan dan pendataan sarana farmakmin 12. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi atau pemerikasaan sarana yang ditentukan 13. Membuat jadwal kegiatan farmakmin, jadwal distribusi perbekalan alat kesehatan 14. Merevisi checklist, formulir dan perubahan dokumen ISO b. 3. Wewenang 1. Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat 2. Mengusulkan rencana kegiatan 3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan a. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Melaksanakan peninjauan lapangan ke industri rumah tangga pangan 2. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan industri rumah tangga pangan 3. Melaksanakan kegiatan sosialisasi industri rumah tangga pangan 4. Mengkoordinir dan melaksanakn binwasdal ke lapangan untuk industri rumah tangga pangan 5. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program 6. Menerima laporan pemakaian LPLPO dari kecamatan 7. Mencatat lapooran pemakaian LPLPO kecamatam 8. Merekap laporan pemakaian LPLPO perbulan 9. Melaksanaakan inspeksi atau pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan farmakmin 10. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang di tentukan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 24 11. Membuat surat tugas insidentil b. 4. Wewenang 1. Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat 2. Mengusulkan rencana kegiatan 3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya Pengelola Toko Obat a. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Melaksanakan peninjauan lapangan ke toko obat 2. Melaksanakan kegiatan sosialisasi toko obat 3. Mengkoordinir dan melaksanakan Binwasdal ke lapangan untuk toko obat 4. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program 5. Menerima dan menyimpan obat dan alat perbekalan kesehatan dalam gudang obat dan mencatat dalam buku penerimaan dan kartu stok obat dan alat perbekalan kesehatan 6. Mendistribusikan obat buffer dan alat perbekalan kesehatan ke uinit pelayanan kesehatan dan dicatat dalam buku pengeluaran dan kartu stok obat 7. Memeriksa laporan pemakaian dan lembar permintaan obat 8. Memeriksa persentase pemakaian obat generic dipuskesmas 9. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan Farmakmin 10. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang ditentukan b. Wewenang 1. Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat 2. Mengusulkan rencana kegiatan 3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya 4. Mempunyai kewenangan untuk merekomendasikan diberikannya izin atau tidak kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan 5. Penerima perizinan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 25 a. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Memberikan informasi tentang perizinan kepada customer 2. Menerima dan memeriksa kelengkapan berkas dan mengisi checklist sesuai dengan persyaratan permohonan izin 3. Mencatat berkas permohonan izin kedalam buku register 4. Menginput data berkas perizinan 5. Membuat berita acara serah terima 6. Mengisi blangko retribusi pembayaran dan diserahkan ke pemohon untuk segera membayar ke kas daerah 7. Menerima surat tanda terima pembayaran dari pemohon dan memberikan surat izin/sertifikat asli kepada pemohon 8. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan Farmakmin b. Wewenang 1. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi/pemeriksaan sarana yang ditentukan 2. Mengecek surat izin/sertifikat yang akan di paraf kasubab TU dan ditandatangani Kasudin 3. Koordinator Tenaga Kesehatan a. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Membantu Kepala seksi menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) seksi Sumber Daya Kesehatan 2. Menyusun dan mengkoordinasikan pembuatan jadwal pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan wilayah Jakarta Utara 3. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan diktat 4. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan penilaian calon tenaga kesehatan teladan di puskesmas tingkat kota administrasi Jakarta Utara 5. Mengkoordinir pelaksanaan pembinaan tenaga kesehatan untuk lintas sector wilayah Jakarta Utara Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 26 6. Membantu Kepala seksi dalam pelaksanaan segala proses perizinan tenaga kesehatan, mulai dari verifikasi berkas permohonan, kunjungan lapangan sam pai percetakan izin tenaga kesehatan 7. Melaksanakan tugas kunjungan dalam hal perizinan tenaga kesehatan b. Wewenang 1. Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat 2. Mengusulkan rencana program tenaga kesehatan 3. Mengkoordinasi program kegiatan tenaga kesehatan kepada seksi terkait c. Sub Bagian 1. Pengelola Diklat 2. Administrasi Umum 3. Pengarsip Perizinan tenaga kesehatan 2.3.5 Seksi Pelayanan Kesehatan Merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Tugas pokok dan fungsi Seksi Pelayanan Kesehatan diantaranya adalah: 1. Menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. 4. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. 5. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan. 6. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. 7. Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan; Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 27 8. Memberikan tanda daftar ke pengobatan tradisional. 9. Melaksanakan siaga 24 jam atau pusat pengendali dukungan kesehatan (Pusdaldukkes). 10. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan. 11. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan. 12. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan membawahi 3 koordinator, yaitu Koordinator Pelayanan Kesehatan Dasar, Koordinator Gawat Darurat dan Bencana, serta Koordinator Pelayanan Kesehatan Keahlian dan Tradisional (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010). 1. Koordinator Pelayanan Kesehatan Dasar a. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan pengelolaan dan pengembangan pelayanan kesehatan dasar 2. Melaksanakan bimbingan, konsultasi dan fasilitasi akreditasi sarana pelayanan kesehatan dasar 3. Memberikan, mengendalikan, dan mengevaluasi perizinan sarana pelayanan kesehatan dasar 4. Melakukan koordinasi dengan puskesmas terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal 5. Menghimpun, mengolah, memelihara, menyajikan, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi yang berkaitan dengan upaya pelayanan kesehatan serta melakukan feedback dan rencana tindak lanjut 6. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) bidang pelayanan kesehatan 7. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (keuangan, kinerja, kegiatan dan akuntabilitas) bidang pelayanan kesehatan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 28 b. Wewenang 1. Mengkoordinasikan proses pelayanan perizinan 2. Merekomendasikan sarana yang memenuhi persyaratan atau tidak untuk diterbitkan izinnya 3. Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya 4. Mewakili kasie dalam pertemuan atau rapat 5. Mengusulkan rencana kegiatan c. Sub Bagian Pengelola perizinan dan Binwasdal sarana pelayanan kesehatan dasar 2. Koordinator Gawat Darurat dan Bencana a. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Menyusun pedoman/petunjuk teknis/petunjuk pelaksanaan pelayanan kegawatdaruratan dan bencana di setiap tingkatan 2. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana kesehatan gawatdaruratan dan bencana 3. Menyusun petunjuk teksnis penanganan kegawatdaruratan (disaster plan) pada bangunan public 4. Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan kegawatdaruratan dan penanggulangan bencana oleh sarana pelayanan kesehatan 5. Menyusun, mengendalikan dan mengevaluasi penerapan perizinan/standar/rekomendasi kendaraan ambulans gawat darurat 6. Menyusun materi pelatihan untuk tenaga kesehatan dan penduduk tentang kegawatdaruratan dan bencana 7. Membangun kesiapan tenaga kesehatan dan penduduk dalam mengahadapi keadaan darurat dan bencana dari aspek kesehatan 8. Membangun system dan jaringan komunikasi gawat darurat dan bencana disemua tingkatan melalui koordinasi siaga 24 jam/pusat pengendali operasional dukungan kesehatan (pusdaldukkes) dan unit pelayanan gawat darurat 9. Menyiapkan dukungan logistik menghadapi kondisi gawat darurat dan bencana di tiap wilayah Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 29 10. Menghimpun, mengolah, memelihara, menyajikan, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi yang berkaitan dengan pelayanan kegawatdaruratan dan bencana disetiap tingkatan 11. Menyiapakan bahan laporan bidang pelayanan kesehatan yang terkait dengan tugas seksi gawat darurat dan bencana 12. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi gawat darurat dan bencana b. Wewenang 1. Mewakili Kepala seksi dalam pertemuan atau rapat 2. Mengusulkan rencana kegiatan kesehatan gawat darurat dan bencana 3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidang kesehatan gawatdarurat dan bencana 4. Membantu kepala seksi dalam evaluasi dan menganalisa data program kesehatan gawat darurat dan bencana c. Sub Bagian Pengelola Kesehatan Gadar Bencana 3. Koordinator Pelayanan Kesehatan Keahlian dan Tradisional. a. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Melakukan pengawasan dan pengendalian pemberian perizinan sarana pelayanan kesehatan keahlian dan pengobatan tradisional dan komplementer alternatif 2. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana pelayanan kesehatan keahlian termasuk sarana pelayanan kesehatan rujukan dan sarana pelayanan kesehatan keahlian 3. Menghimpun, mengolah, memelihara, menyajikan, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi yang berkaitan dengan sarana pelayanan kesehatan keahlian termasuk sarana pelayanan kesehatan rujukan dan sarana pelayanan kesehatan keahlian b. Wewenang 1. Mengkoordinasikan proses pelayanan perizinan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 30 2. Merekomendasikan sarana yang memenuhi persyaratan atau tidak untuk diterbitkan izinnya 3. Mengusulkan rencana program kegiatan yang dibidanginya 4. Mewakili kepala seksi dalam pertemuan atau rapat 5. Mengusulkan rencana kegiatan c. Sub Bagian 1. Pengelola perizinan dan Binwasdal sarana pelayanan kesehatan keahlian 2. Pengelola perizinan dan Binwasdal sarana pelayanan kesehatan tradisional 3. Pengadministrasi Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 31 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN Bagian farmasi makanan dan minuman (Farmakmin) tergabung di seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK), memiliki dua fungsi utama yaitu: a Perizinan terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi makanan dan minuman serta tenaga kesehatan b Pembinaan pengawasan dan pengendalian sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman Dalam menjalankan fungsi tersebut bagian Farmakmin Sudinkes Jakarta Utara dipimpin oleh seorang koordinator berkualifikasi apoteker. Pemerintah provinsi DKI Jakarta melalui Sub Dinas Pelayanan Kesehatan telah mengeluarkan Buku Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan Minuman dan Buku Pedoman Pembinaan Pengawasan Dan Pengendalian Sarana Kesehatan Farmasi Makanan Dan Minuman pada tahun 2002. Buku tersebut digunakan sebagai pedoman pelayanan di Farmakmin untuk seluruh Suku Dinas Kesehatan di DKI Jakarta termasuk Sudinkes Jakarta Utara. Untuk dapat menjalankan fungsi secara maksimal, di bagian farmakmin dibagi lagi menjadi beberapa sub bagian diantaranya: a. Pengelolan administrasi farmakmin b. Pengelola Apotek dan UMOT c. Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan d. Pengelola Toko Obat e. Penerima Perizinan f. Koordinator Tenaga Kesehatan Sub bagian diatas bekerja dalam melaksanakan dua fungsi utama farmakmin yaitu perizinan sarana dan tenaga kesehatan serta binwasdal sarana kesehatan yang mendapatkan izin dari Sudinkes Jakarta Utara. 3.1 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan Minuman dan Tenaga Kesehatan Sebelum dikeluarkannya undang-undang RI no. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, perizinan sarana kesehatan kefarmasian dan tenaga kesehatan 31 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 32 dilakukan di dinas kesehatan provinsi namun setelah otonomi daerah wewenang tersebut didelegasikan kepada dinas kesehatan kabupaten/kotamadya. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam bidang perizinan sudinkes jakarta utara telah membuat standar prosedur guna menjamin mutu dan konsistensi pelayanan. Terdapat alur pengajuan perizinan (lampiran 1) serta Prosedur Pemberian Izin Saryankes FMM (Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman) dan Izin Praktek & izin Tenaga Teknis Kefarmasian. 3.1.1 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Perizinan yang dikelola oleh suku dinas kesehatan atau dinas kesehatan kabupaten/kotamadya adalah izin apotek dan apotek rakyat, izin pedagang eceran obat, izin industri kecil obat tradisional, dan pemberian sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga. Begitu pula pada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, perizinan dilakukan terhadap sarana dalam bidang kesehatan farmasi, makanan dan minuman. Perizinan ini dilakukan oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan (SKM) bagian Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin). Suku dinas kesehatan jakarta utara memiliki standar operasional prosedur (SOP) untuk melalukan perizinan, SOP dibuat oleh kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dan disetujui oleh kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Pembuatan SOP berdasarkan beberapa dasar hukum yaitu: - UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 - Peraturan Pemerintah DKI Jakarta No. 2 tahun 2001 tentang bentuk susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah dan sekretariat DPRD propinsi DKI Jakarta. - SK Gubernur DKI Jakarta no. 3 tahun 2001 tentang tugas pokok dan fungsi suku dinas kesehatan. Berikut ini merupakan kegiatan perizinan sarana kesehatan farmasi, makanan dan minuman yang dilakukan oleh suku dinas kesehatan jakarta utara. a. Perizinan Apotek Berdasarkan Peraturan Pemmerintan no. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 33 dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Izin apotik diberikan oleh menteri, selanjutnya menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotik kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. Pemberian izin terhadap apotek secara resmi ditandai dengan diterbitkannya SIA (Surat Izin Apotek) oleh dinas kesehatan kabupaten/kotamadya. Peran suku dinas kesehatan jakarta utara dalam penerbitan SIA meliputi: 1. Menerima pengajuan permohonan SIA serta memeriksa kelengkapan administrasinya. 2. Melakukan perneriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan. 3. Mengeluarkan SIA jika apotek telah memenuhi persyaratan atau mengeluarkan surat penundaan atau penolakan jika apotek tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan. 4. Melakukan pembimbingan, pengawasan dan pengendalian terhadap apotek yang telah memiliki izin. Hasil dari kegiatan ini adalah pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek bagi apotek yang tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002. b. Izin Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. Sebelum diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 002 tahun 2012 tentang registrasi obat tradisional, UMOT dikenal dengan IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional), selanjutnya istilah IKOT digantikan dengan UMOT. Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban: 1. Menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang dihasilkan. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 34 2. Melakukan penarikan produk obat tradisional yang tidak memenuhi ketentuan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu dari peredaran. 3. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. Selain itu, setiap industri dan usaha di bidang obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri, begitu pula dengan UMOT. Namun menteri medelegasikan kewenangan pemberian izin UMOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Peran suku dinas kesehatan jakarta utara dalam perizinan UMOT adalah: 1. Menerima pengajuan permohonan izin UMOT serta memeriksa kelengkapan administrasinya. 2. Menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat. 3. Menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat. c. Izin pedagang eceran obat Pedagang eceran obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 167 Tahun 1972 adalah orang atau badan hukum indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat bebas terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin. Berdasarkan Permenkes RI No. 1331/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan Permenkes RI No. 167 tahun 1972 menyebutkan bahwa pedagang eceran obat menjual obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya secara eceran dan harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrikpabrik farmasi atau pedagang besar farmasi (PBF) yang mendapat izin dari menteri kesehatan. Pemberian izin Pedagang Eceran Obat dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, di wilayah Jakarta Utara dilaksanakan oleh suku dinas kesehatan Jakarta Utara. Setiap penerbitan izin Pedagang Eceran Obat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menyampaikan tembusan kepada menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta Kepala Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 35 Balai POM setempat. Izin usaha pedagang eceran obat berlaku selama dua tahun terhitung dari mulai tanggal ditetapkan dan 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku izin berakhir harus mengajukan permohonan perpanjangan izin pedagang eceran obat. Penanggung jawab toko obat adalah asisten apoteker yang merupakan penanggung jawab teknis farmasi. d. Pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPPIRT) Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota terhadap pangan produksi IRTP di wilayah kerjanya yang telah memenuhi persyaratan pemberian SPP-IRT dalam rangka peredaran Pangan Produksi IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan). Sedangkan IRTP sendiri adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. SPP-IRT diberikan oleh Bupati/Walikota namun wewenangnya didelegasikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. SPP-IRT hanya dapat diberikan kepada IRTP yang memenuhi syarat: 1. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan 2. Hasil Rekomendasi Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Teknis pemberian SPP-IRT dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kotamadya bagian farmasi makanan dan minuman. Bagian farmasi makanan dan minuman dalam pemberian SPP-IRT ini adalah: 1. Penerimaan Pengajuan Permohonan SPP-IRT 2. Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan 3. Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga 4. Pemberian Nomor P-IRT 3.1.2 Perizinan Tenaga Kesehatan Koordinator Farmasi, makanan dan minuman Kota Administrasi Jakarta Utara menjalankan fungsinya dalam perizinan tenaga kesehatan berlandaskan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 36 pada Undang-Undang, Peraturan Pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah No.32 1996 tentang tenaga kesehatan, Permenkes No. 1796/2011 tentang registrasi tenaga kesehatan dan Permenkes No.889/2011 tentang registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga kefarmasian. Isi dari Peraturan Pemerintah maupun Permenkes diantaranya adalah sebagai berikut: a) Peraturan Pemerintah No.32 1996 tentang tenaga kesehatan Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan dengan ijazah dari lembaga pendidikan. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari Menteri. Dikecualikan dari pemilikan izin tersebut bagi tenaga kesehatan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur oleh Menteri. b) Permenkes No. 1796/2011 tentang registrasi tenaga kesehatan Dalam pelaksanaan registrasi, setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Untuk memperoleh STR, tenaga kesehatan harus memiliki ijazah dan sertifikat kompetensi yang diberikan kepada peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji kompetensi oleh perguruan tinggi bidang kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sertifikat kompetensi berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 tahun. Sertifikat kompetensi dipergunakan sebagai dasar untuk memperoleh STR. c) Permenkes No.889/2011 tentang registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga kefarmasian Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 37 wajib memiliki surat izin sesuai dengan tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izinnya berupa: a. SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian b. SIPA bagi apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian c. SIKA bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran d. SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Apoteker wajib memiliki SIPA atau SIKA, sedangkan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki SIKTTK. SIPA/SIKA/SIKTTK dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. a. Apoteker Menurut Permenkes RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011, Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker wajib memiliki surat izin berupa SIPA atau SIKA, SIPA diperuntukkan bagi Apoteker penanggung jawab atau Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, sedangkan SIKA diperuntukkan bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan : a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi, dan d. Pas foto ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 38 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. b. Tenaga Teknis Kefarmasian Menurut Permenkes RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011, Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin berupa SIKTTK. Permohonan SIKTTK harus melampirkan : 1. Fotokopi STRTTK 2. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian 3. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian, dan 4. Pas foto berwarna 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. 3.2 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Pembinaan (counseling) adalah kegiatan untuk menyiapkan dan mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan agar mempunyai kompetensi untuk memenuhi persyaratan. Pembinaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suku dinas kesehatan dalam bentuk pemberian informasi, sosialisasi peraturan, memberi penyegaran, memberikan bimbingan teknis secara langsung ke lapangan maupun tidak langsung untuk meningkatkan konsistensi petugas agar memenuhi persyaratan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 39 kesehatan (Undang-Undang RI No.36, 2009). Pembinaan yang dilakukan pemerintah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan; memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan; memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan kesehatan, termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan minuman; memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan persyaratan; melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan (Undang-Undang RI No.36, 2009). Bentuk pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah berdasarkan UU RI No.36/2009 antara lain komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat; pendayagunaan tenaga kesehatan; serta pembiayaan. Pegawasan (Supervision/Inspection) adalah evaluasi kesesuaian melalui pengamatan dan penetapan, jika perlu dengan pengukuran, uji atau cara lain. Tujuan besar dari pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk melindungi pihak-pihak yang ada maupun terlibat dalam upaya kesehatan. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan, pemerintah dalam hal ini menteri kesehatan dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pihak lain, misalnya lembaga pemerintah non-kementerian, kepala dinas provinsi, dan kepala dinas kabupaten/ kota yang berperan di bidang kesehatan. Pengawasan pada sarana kefarmasian dilaksanakan secara langsung ke sarana farmasi oleh dinas kesehatan, suku dinas kesehatan, dan lintas sektor terkait untuk mengetahui apakah pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Menteri atau Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya dapat mengangkat tenaga pengawas dengan tugas pokok untuk melakukan pengawasan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan sumber daya di bidang kesehatan dan upaya kesehatan (Undang-Undang RI No.36, 2009). Selanjutnya pengendalian (Controling) merupakan bagian dari kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi yang focus kepada pemenuhan persyarat/peraturan perundangan. Pengendalian dilaksanakan sebagai upaya tindak lanjut dari pengawasan yang dapat berupa sanksi Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 40 administrasi, teguran, peringatan, sampai pencabutan izin. Suku dinas kesehatan kota administrasi melaksanakan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh dinas kesehatan yaitu melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap teknis pelaksanaan program di kota administrasi misalnya apotek, puskesmas, dan rumah sakit. Suku dinas kesehatan kota administrasi dapat memberikan teguran dan pencabutan izin. Pembinaan, pengawasan, pengendalian (Binwasdal) berfungsi untuk memantau proses dan produk-produk layanan di bidang kesehatan secara efektif dan efisien. Hal tersebut terkait dengan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dapat dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada. Berdasarkan Tupoksi Kesehatan FMM Pasal 33-SK Gub DKI No. 58 Tahun 2002, maka lingkup pelayanan BINWASDAL meliputi : 1. Mengendalikan mutu meliputi Bimbingan Teknis dan Self Assessment Mutu pada Sarana Farmasi Makanan dan Minuman 2. Audit Mutu Sarana Farmasi Makanan dan Minuman (FMM) 3. Rekomendasi Perbaikan dan Penyeliaan (Supervisi) 4. Memberikan Sanksi 5. Memfasilitasi Penyelesaian Perselisihan/Pengaduan/Keluhan dari Organisasi Profesi dan Masyarakat 6. Mensosialisasikan Peraturan Perundangan Tentang Mutu Kesehatan FMM Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 41 BAB 4 PEMBAHASAN Selama melakukan PKPA di Sudinkes Jakarta Utara kami membantu proses perizinan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan, serta membantu bidang administrasi dan pelaporan dalam merekapitulasi LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) dan memantau absensi SINAP (Sistem Informasi Narkotika dan Psikotropika). Perizinan sarana kesehatan meliputi izin apotek, toko obat dan UMOT, serta pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT). Perizinan tenaga kesehatan meliputi Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA), dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK). Seluruh perizinan di kota administrasi jakarta utara telah dilakukan secara terpadu di PTSP (Pelayanan Terpadu Sistem Perizinan). Alur perizinan seluruh sarana kesehatan dan tenaga kesehatan sama, yang berbeda adalah syarat dari masing-masing perizinan. Alur tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. Sesuai dengan alur yang telah ditetapkan, fungsi kooordinator farmakmin dalam perizinan dimulai ketika berkas permohonan telah diserahkan oleh bagian TU. Dilakukan verifikasi ulang dari berkas persyaratan tersebut, verifikasi berkas sebenarnya telah dilakukan oleh front line officer PTSP namun farmakmin tetap harus melakukan verifikasi ulang untuk memperkecil kesalahan. Jika berkas telah memenuhi persyaratan selanjutnya dibuat surat tugas bagi sarana kesehatan yang memerlukan survei, bagi sarana kesehatan yang tidak memerlukan survei maka surat izin langsung dapat dicetak. Survei sarana kesehatan dilakukan oleh bagian farmakmin Sudinkes Jakarta Utara tanpa meminta bantuan teknis dari BPOM. Setelah survei dilakukan, untuk sarana kesehatan yang telah memenuhi syarat akan dibuatkan surat izin jadi. Jika belum memenuhi persyaratan akan dibuatkan surat penolakan. Sedangkan untuk perizinan tenaga kesehatan tidak memerlukan survei selayaknya sarana kesehatan, surat izin dapat langsung dicetak dengan sebelumnya melihat kebenaran sarana kesehatan yang dimaksudkan dalam surat permohonan izin kerja. Syarat perizinan masing-masing sarana kesehatan dan tenaga kesehatan berbeda-beda, maka hal ini perlu menjadi perhatian khusus saat verifikasi 41 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 42 dokumen. Berikut merupakan syarat-syarat yang harus dilengkapi oleh pemohon untuk mendapatkan izin, cara penomoran izin yang dilakukan oleh sudinkes jakarta utara, serta kendala yang dihadapi petugas dalam proses perizinan. Penjelasan terkait dengan hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Perizinan Sarana Kesehatan a. Apotek Persyaratan untuk pengajuan izin apotek dibedakan berdasarkan jenis apotek yang akan dibuat. Terdapat tiga jenis apotek, yakni apotek yang bekerja sama dengan pihak lain, izin apotek praktek profesi dan izin apotek yang berasal dari toko obat. No Apotek yang Izin apoteker praktek Apotek berasal dari bekerjasama dengan profesi toko obat Surat permohonan APA Surat permohonan APA Surat permohonan APA ditujukan kepada ditujukan kepada ditujukan kepada Kasudinkes jakut Kasudinkes jakut Kasudinkes jakut sebanyak 3 rangkap, 1 sebanyak 3 rangkap, 1 sebanyak 3 rangkap, 1 rangkap bermaterai Rp. rangkap bermaterai Rp. rangkap bermaterai Rp. 6000 6000 6000 pihak lain 1 2 FC akte notaris badan FC akte notaris badan hukum & FC hukum & FC pengesahan badan pengesahan badan hukum dari Dep. - hukum dari Dep. Kehakiman & HAM Kehakiman & HAM bila dalam bentuk PT bila dalam bentuk PT yang disahkan. yang disahkan. 3 FC KTP DKI APA FC KTP DKI Apoteker FC KTP DKI APA 4 FC SIK/SP apoteker FC SIK/SP dan pas photo FC SIK/SP apoteker 2x3 2 lembar 5 FC perjanjian kontrak Status kepemilikan Status gedung: sertifikat bangunan & KTP tanah: sertifikat atau bila jika milik sendiri atau Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 43 pemilik bangunan yang sewa maka surat sewa bila sewa maka FC masih berlaku minimal minimal 2 tahun perjanjian kontrak 2 tahun. bangunan & KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal 2 tahun 6 FC UUG FC NPWP Apoteker - 7 FC IMB - - 8 Surat keterangan FC izin domisili dari domisili dari kelurahan lurah dan Surat setempat - keterangan domisili dari kelurahan setempat 9 Surat pernyataan Surat pernyataan dari Surat pernyataan pemohon akan tunduk apotek bahwa selama pemohon akan tunduk serta patuh terhadap buka apoteker harus ada serta patuh terhadap peraturan yang berlaku apotekernya (bila tidak peraturan yang berlaku diatas materai Rp. 6000 ada apotekernya harus diatas materai Rp. 6000 tutup). 10 Peta lokasi dan denah 11 Surat pernyataan dari Surat pernyataan dari PSA tidak pernah PSA tidak pernah terlibat dalam terlibat dalam pelanggaran peraturan pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat 12 Peta lokasi dan denah - Peta lokasi dan denah di bidang farmasi/obat dan tidak ikut campur dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan dalam hal pengelolaan obat diatas materai Rp. obat diatas materai Rp. 6000 6000 Surat pernyataan APA tidak sedang bekerja pada bidang farmasi - - lain diatas materai Rp. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 44 6000 13 Surat pernytaan tidak melakukan penjualan 14 - melakukan penjualan narkotika, OKT tanpa narkotika, OKT tanpa R/, diatas materai Rp. R/, diatas materai Rp. 6000 6000 Struktur organisasi dan Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana 15 Surat pernytaan tidak - tata kerja/tata laksana Daftar ketenagakerjaan Daftar ketenaga kerjaan berdasarkan pendidikan berdasarkan pendidikan dilampiri dengan SK - pengangkatan dan daftar gaji yang disetujui apoteker diatas materai Rp. 6000 16 SIK AA - SIK AA 17 Rencana jadwal buka Rencana jadwal buka Rencana jadwal buka apotek apotek bersama dengan apotek petugas atau apoteker yang akan melakukan kegiatan kefarmasian 18 19 20 Daftar peralatan Daftar peralatan peracikan obat peracikan obat Buku wajib peraturan - - Buku wajib peraturan per UU dibidang per UU dibidang farmasi farmasi Form laporan narkotika - - dan psikotropika 21 Surat pernyataan bahwa apoteker dan pemilik bersedia bila diperiksa - - ke apotek oleh petugas Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 45 kesehatan yang berwenang diatas materai Rp. 6000 22 - Surat rekomendasi dari Surat rekomendasi dari IAI DKI Jakarta yang IAI DKI Jakarta yang menyatakan bahwa ybs menyatakan bahwa ybs layak untuk melakukan layak untuk melakukan apoteker profesi yang apoteker profesi yang diterbitkan setiap tahun diterbitkan setiap tahun sekali sekali 23 Surat penyataan kapala pasar akan ikut mengawasi kegiatan - - apotek terhadap ketentuan per II farmasi yang berlaku diatas materai Rp. 6000 24 Pernyataan pemilik sarana, lokasi hanya pada sentra pasar - - tempat toko obat dan tidak pindah diluar pasar diatas materai Rp. 6000 Setelah persyaratan diatas terpenuhi, akan dilakukan survei apotek yang bertujuan untuk melihat kesesuaian apotek dengan yang dicantumkan dipersyaratan, serta untuk mengetahui kesiapan apotek melakukan pelayanan. Selama melakukan PKPA di Sudinkes Jakarta Utara kami belum berkesempatan untuk mengikuti survei lapangan. Namun kami mempelajari kegiatan apa saja yang akan dilakukan jika melakukan survei apotek, dalam melaksanakan survei petugas harus membuat Berita Acara Pemeriksaan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 46 (BAP) apotek dan check list kelengkapan apotek. Petugas akan mencocokkan setiap perlengkapan fasilitas apotek dengan check list yang dibawa. Jika berdasarkan survei apotek tidak memenuhi kelengkapan, maka akan dibuat surat penolakan. Namun jika apotek telah memenuhi kelengkapan akan dibuat surat izin apotek. Namun kami mempelajari kegiatan apa saja yang akan dilakukan jika melakukan survei apotek, dalam melaksanakan survei petugas harus membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) apotek dan check list kelengkapan apotek. Petugas akan mencocokkan setiap perlengkapan fasilitas apotek dengan check list yang dibawa. Jika berdasarkan survei apotek tidak memenuhi kelengkapan, maka akan dibuat surat penolakan. Namun jika apotek telah memenuhi kelengkapan akan dibuat surat izin apotek. Dalam pembuat surat izin apotek, terdapat sistem penomoran untuk memudahkan rekapitulasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian apotek oleh sudinkes jakut. Sistem penomoran izin apotek terbagi berdasarkan jenis apotek yang akan didirikan, yakni apotek kerja sama, apotek praktek profesi, apotek ex toko obat. Terdapat dua macam nomor dalam surat izin apotek yaitu: 1. Nomor surat dari tata usaha Nomor ini berupa nomor urut yang diberikan oleh bagian tata usaha sudinkes jakarta utara untuk memudahkan pendokumentasian surat keluar. Nomor urut ini sama untuk semua jenis apotek baik apotek kerjasama, apotek praktek profesi, maupun apotek ex toko obat. Cara penomoran: .............../2014 Sesuai tahun dikeluarkannya surat Sesuai nomor urut surat izin yang dikeluarkan oleh sudinkes 2. Nomor urut yang diterbitkan oleh seksi FMM Nomor urut / Kode Wilayah / Pergantian / Sudinkes / Bulan / Tahun Keterangan : Nomor urut : sesuai dengan nomor surat yang dikeluarkan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 47 Kode wilayah : 01 (Jakarta Pusat), 02 (Jakarta Utara), 03 (Jakarta Barat), 04 (Jakarta Selatan), 05 (Jakarta Timur). Pergantian : Terdapat 6 digit angka. Angka yang ditulis menunjukkan jumlah pergantian yang pernah dilakukan. Angka 0 menunjukkan bahwa apotek belum pernah mengalami perubahan, angka 1 menunjukkan telah terjadi perubahan 1x, angka 2 menunjukkan perubahan 2x dan seterusnya. Digit 1 2 3 4 5 6 Ket. Pindah Perluasan/ Surat Pergantian Pergantian Pergantian lokasi perubahan izin APP alamat APP, PSA APP denah hilang/ tanpa pindah rusak lokasi Contoh nomor FMM : 0045/ 02/ 003210 / Sudinkes/ 07/ 2014 Artinya dari nomor tersebut adalah sebagai berikut: - 0045 : merupakan surat izin apotek ke-45 yang dikeluarkan oleh sudinkes - 02 : wilayah jakarta utara - 002310 : belum pernah pindah lokasi, belum pernah melakukan perluasan atau perubahan denah, surat izin APP hilang atau rusak sebanyak 3x, pergantian alamat APP tanpa pindah lokasi sebanyak 2x, pergantian PSA sebanyak 1x dan belum pernah mengajukan pergantian APP. b. Toko Obat Izin toko obat berlaku setiap 2 tahun, bagian farmakmin melakukan verifikasi ulang terhadap persyaratan izin toko obat. Hal-hal yang perlu di check dalam pemberian izin toko obat adalah: 1. Surat permohonan izin toko obat dari pemilik, ditujukan kepada kepada Sudinkes Jakut sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp. 6000,Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 48 2. FC KTP DKI Jakarta dari pemilik toko obat. 3. Akte pendirian perusahaan bila berbentuk badan hukum yang disah/ terdaftar pada Menkeh HAM 4. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan 5. Ijazah dan surat izin kerja asisten apoteker, pas photo 2x3 sebanyak 2 lembar 6. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai asisten apoteker penanggung jawab teknis pada toko obat doatas materai Rp. 6000,7. Status bangunan, jika tempat usaha milim sendiri lampirkan sertifikat. Jika sewa lampirkan surat sewa selama minimal 2 tahun san FC KTP pemilik. 8. Surat izin usaha perdagangan 9. NPWP. Penomoran yang dilakukan hampir serupa dengan penomoran izin apotek, yaitu nomor dari TU dan nomor FMM. Nomor urut / Kode Wilayah / Pergantian / Sudinkes / Bulan / Tahun Keterangan : Nomor urut : sesuai dengan nomor surat yang dikeluarkan Kode wilayah : 01 (Jakarta Pusat), 02 (Jakarta Utara), 03 (Jakarta Barat), 04 (Jakarta Selatan), 05 (Jakarta Timur). Pergantian : Terdapat 6 digit angka. Angka yanh ditulis menunjukkan jumlah pergantian yang pernah dilakukan. Angka 0 menunjukkan bahwa apotek belum pernah mengalami perubahan, angka 1 menunjukkan telah terjadi perubahan 1x, angka 2 menunjukkan perubahan 2x dan seterusnya. Digit 1 Ket. Pindah lokasi 2 3 4 5 6 Perluasan/ Surat izin Pergantian Pergantian Pergantian perubahan TO alamat TO, Pemilik AA denah TO hilang/ tanpa pindah TO penganggu rusak lokasi ng jawab Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 49 Contoh nomor FMM : 0045/ 02/ 003210 / Sudinkes/ 07/ 2014 Artinya dari nomor tersebut adalah sebagai berikut: - 0045 : merupakan surat toko obat ke-45 yang dikeluarkan oleh sudinkes - 02 : wilayah jakarta utara - 002310 : belum pernah pindah lokasi, belum pernah melakukan perluasan atau perubahan denah, surat izin TO hilang atau rusak sebanyak 3x, pergantian alamat TO tanpa pindah lokasi sebanyak 2x, pergantian pemilik TO sebanyak 1x dan belum pernah mengajukan pergantian AA penganggung jawab. c. UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional) Persyaratan yang harus di verifikasi oleh bagian farmakmin adalah No Persyaratan 1 Surat permohonan dari Direktur/Pimpinan/ Perorangan di tunjukan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara rangkap 3, satu rangkap diatas meterai Rp 6000,- 2 Fotokopi Akte pendirian badan usaha perorangan yg sah 3 Susunan Direksi/Pengurus & Komisaris /Badan Pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan 4 Fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus & Komisaris Badan Pengawas 5 Pernyataan Direksi /Pengurus & Komisaris /Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang – undangan di bidang farmasi 6 Fotokopi bukti pengusaan tanah dan bangunan 7 Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan 8 Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan perseorangan 9 Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak 10 Fotokopi Surat Keterangan Domisili Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 50 Penomoran yang dilakukan hampir serupa dengan penomoran izin apotek, yaitu nomor dari TU dan nomor FMM. Nomor urut / Kode Wilayah / Pergantian / Sudinkes / Bulan / Tahun Keterangan : Nomor urut : sesuai dengan nomor surat yang dikeluarkan Kode wilayah : 01 (Jakarta Pusat), 02 (Jakarta Utara), 03 (Jakarta Barat), 04 (Jakarta Selatan), 05 (Jakarta Timur). Pergantian : Terdapat 6 digit angka. Angka yanh ditulis menunjukkan jumlah pergantian yang pernah dilakukan. Angka 0 menunjukkan bahwa apotek belum pernah mengalami perubahan, angka 1 menunjukkan telah terjadi perubahan 1x, angka 2 menunjukkan perubahan 2x dan seterusnya. Digit 1 2 3 4 5 6 7 Pindah Perluasan / Surat Pergantian Pergantian Pergantian Penambahan lokasi perubahan izin alamat Pemilik penganggu produksi denah UMOT UMOT, UMOT ng jawab UMOT UMOT hilang/ tanpa rusak pindah keKet. UMOT lokasi Contoh nomor FMM : 0045/ 02/ 0032102 / Sudinkes/ 07/ 2014 Artinya dari nomor tersebut adalah sebagai berikut: - 0045 : merupakan surat toko obat ke-45 yang dikeluarkan oleh sudinkes - 02 : wilayah jakarta utara - 0023102: belum pernah pindah lokasi, belum pernah melakukan perluasan atau perubahan denah, surat izin UMOT hilang atau rusak sebanyak 3x, pergantian alamat UMOT tanpa pindah lokasi sebanyak 2x, pergantian pemilik UMOT sebanyak 1x dan belum pernah mengajukan pergantian penganggung jawab, ada 2x penambahan produksi UMOT. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 51 d. Industri Rumah Tangga Pangan (IPRT) Persyaratan yang harus di chek untuk izin IPRT adalah No Persyaratan 1 Permohonan dari Direktur/Pimpinan ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara rangkap 2(dua) dan 1(satu) rangkap diatas materai Rp 6000,- 2 TDI ( Tanda Daftar Industri ) / TDP ( Tanda Daftar Perusahaan ) bagi yang berbadan Hukum 3 Fotokopi Penyuluhan Keamanan Pangan Pemilik Industri Rumah Tangga 4 Akte Pendirian perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notaries 5 Peta Lokasi 6 Denah ruangan produksi 7 Rancangan etiket 8 Fotokopi KTP pemilik 9 Pasfoto pemilik 3 x 4 cm 2 lembar 10 Khusus untuk Re-pack harus ada surat keterangan dari asal produk 11 Status gedung (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat, bila sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun Penomoran yang dilakukan hampir serupa dengan penomoran izin apotek, yaitu nomor dari TU dan nomor FMM. Nomor urut / Kode Wilayah / Pergantian / Sudinkes / Bulan / Tahun Keterangan : Nomor urut : sesuai dengan nomor surat yang dikeluarkan Kode wilayah : 01 (Jakarta Pusat), 02 (Jakarta Utara), 03 (Jakarta Barat), 04 (Jakarta Selatan), 05 (Jakarta Timur). Pergantian : Terdapat 6 digit angka. Angka yanh ditulis menunjukkan jumlah pergantian yang pernah Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 52 dilakukan. Angka 0 menunjukkan bahwa apotek belum pernah mengalami perubahan, angka 1 menunjukkan telah terjadi perubahan 1x, angka 2 menunjukkan perubahan 2x dan seterusnya. Digit 1 2 Ket. Pindah lokasi 3 4 5 6 Perluasan/ Surat izin Pergantian Pergantian Penambahan perubahan SP alamat SP, Pemilik produksi SP denah hilang/ tanpa pindah SP rusak lokasi Contoh nomor FMM : 0045/ 02/ 003210 / Sudinkes/ 07/ 2014 Artinya dari nomor tersebut adalah sebagai berikut: - 0045 : merupakan surat toko obat ke-45 yang dikeluarkan oleh sudinkes - 02 : wilayah jakarta utara - 002310 : belum pernah pindah lokasi, belum pernah melakukan perluasan atau perubahan denah, surat izin SP hilang atau rusak sebanyak 3x, pergantian alamat SP tanpa pindah lokasi sebanyak 2x, pergantian pemilik SP sebanyak 1x dan belum pernah melakukan penambahan produksi. Selain penomoran surat izin, pada IPRT juga ada nomor produk yang dikeluarkan oleh sudinkes jakarta utara. Nomor ini ditempel disetiap etiket atau dicetak pada wadah/ bungkus produk makanan dan minuman. SP. KES No. 0001. 1/ No. Urut SP Jenis makanan & minuma n yang diproduk si 09. 01 / BULAN / TAHUN Kode Kode produksi wilayah & minuma n yang diproduk Universitas Indonesia si Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 53 Kendala yang dihadapi oleh farmakmin selama proses perizinan sarana kesehatan adalah adanya beberapa persyaratan yang belum dilengkapi oleh sarana kesehatan. 2. Perizinan Tenaga Kesehatan a. Permohonan SIPA atau SIKA Persyaratan dalam permohonan SIPA atau SIKA, persyaratan yang harus dilampirkan adalah: 1) Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional 2) Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran 3) Surat rekomendasi dari organisasi profesi 4) Pas foto berwarna 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar. SIPA atau SIKA diterbitkan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Dalam penomoran SIPA atau SIKA, proses penomorannya adalah sebagai berikut: a. Tata cara pengisian form SIPA: 1. Kolom nama diisi dengan nama lengkap dan gelar 2. Kolom tempat/tanggal lahir diisi dengan tempat dan tanggal lahir 3. Kolom alamat diisi dengan alamat lengkap pengaju 4. Kolom No.STRA diisi dengan nomor registrasi STRA pengaju 5. Kolom STRA berlaku diisi dengan tanggal, bulan dan tahun STRA 6. Kolom praktik sebagai diisi dengan jabatan pengaju di sarana pelayanan 7. Kolom nama dan alamat praktik diisi dengan nama dan alamat lengkap perusahaan tempat pengaju bekerja 8. Kolom nomor Surat Izin Praktik Apoteker diisi sesuai dengan format berikut: Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 54 19861210/SIPA_31.02/2011/1002 Tahun, bulan dan tanggal lahir Kode Prop/Kab/Kota 02= Jakarta utara 9. Tahun SIPA diterbitkan 1= kelamin (1=laki-laki; 2=perempuan) 002= nomor urut Kolom masa berlaku SIPA Tanggal dan bulan masa berlaku diisi berdasarkan tanggal dan bulan kelahiran pengaju. Tahun masa berlaku: diisi terhitung 5 tahun setelah SIPA diterbitkan Contoh: Tanggal lahir pemohon : 10 Desember 1986 Tanggal terbit SIPA : 30 Juni 2011 Masa berlaku SIPA : 10 Desember 2016 10. Kolom perubahan identitas diri apabila pemegang SIPA pindah tempat bekerja dan masih di dalam kab/kota yang sama. b. Tata cara pengisian form SIKA: 1. Kolom nama diisi dengan nama lengkap dan gelar 2. Kolom tempat/tanggal lahir diisi dengan tempat dan tanggal lahir 3. Kolom alamat diisi dengan alamat lengkap pengaju 4. Kolom no.STRA diisi dengan nomor registrasi STRA pengaju 5. Kolom STRA berlaku diisi dengan tanggal, bulan dan tahun STRA 6. Kolom praktik sebagai diisi dengan jabatan pengaju di sarana pelayanan 7. Kolom nama dan alamat praktik diisi dengan nama dan alamat lengkap perusahaan tempat pengaju bekerja 8. Kolom nomor Surat Izin Kerja Apoteker diisi sesuai dengan format berikut: Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 55 19861210/SIKA_31.02/2011/1002 Tahun, bulan dan tanggal lahir Kode Prop/Kab/Kota 1= kelamin (1=laki-laki; 2=perempuan) 002= nomor urut Tahun SIKA diterbitkan 02= Jakarta utara 9. Kolom masa berlaku SIKA Tanggal dan bulan masa berlaku diisi berdasarkan tanggal dan bulan kelahiran pengaju. Tahun masa berlaku: diisi terhitung 5 tahun setelah SIKA diterbitkan Contoh: Tanggal lahir pemohon : 10 Desember 1986 Tanggal terbit SIKA : 30 Juni 2011 Masa berlaku SIKA : 10 Desember 2016 10. Kolom perubahan identitas diri apabila pemegang SIKA pindah tempat bekerja dan masih di dalam kab/kota yang sama. Masalah atau kendala yang sering dihadapi oleh Farmakmin dalam perizinan SIPA/SIKA adalah: persyaratan tidak lengkap yang lolos dari Pelayanan Terpadu, jumlah foto kurang, KTP yang belum diperpanjang, tidak punya surat uji kompetensi, serta Izin sarana belum ada namun sudah mengajukan izin SIPA/SIKA. b. Permohonan Tenaga Teknis Kefarmasian Persyaratan dalam permohonan SIKTTK, persyaratan yang harus dilampirkan adalah: 1) Fotokopi STRTTK 2) Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat emohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 56 3) Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian, dan 4) Pas foto berwarna 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar. SIKTTK diterbitkan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam penomoran SIKTTK, proses penomorannya adalah sebagai berikut: 1. Kolom nama diisi dengan nama lengkap dan gelar 2. Kolom tempat/tanggal lahir diisi dengan tempat dan tanggal lahir 3. Kolom alamat diisi dengan alamat lengkap pengaju 4. Kolom no.STRTTK diisi dengan nomor registrasi STRTTK pengaju 5. Kolom STRTTK berlaku diisi dengan tanggal, bulan dan tahun STRTTK 6. Kolom praktik sebagai diisi dengan jabatan pengaju di sarana pelayanan 7. Kolom nama dan alamat praktik diisi dengan nama dan alamat lengkap perusahaan tempat pengaju bekerja 8. Kolom nomor Surat Izin Kerja Tenaga Teknik Kefarmasian diisi sesuai dengan format berikut: 19861210/SIKTTK_31.02/2011/1002 Tahun, bulan dan tanggal lahir Kode Prop/Kab/Kota Tahun SIKTTK diterbitkan 1= kelamin (1=laki-laki; 2=perempuan) 002= nomor urut 02= Jakarta utara Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 57 9. Kolom masa berlaku SIKTTK Tanggal dan bulan masa berlaku diisi berdasarkan tanggal dan bulan kelahiran pengaju. Tahun masa berlaku: diisi terhitung 5 tahun setelah SIPA diterbitkan Contoh: Tanggal lahir pemohon : 10 Desember 1986 Tanggal terbit SIKTTK : 30 Juni 2011 Masa berlaku SIKTTK : 10 Desember 2016 10. Kolom perubahan identitas diri apabila pemegang SIKTTK pindah tempat bekerja dan masih di dalam kab/kota yang sama Masalah atau kendala yang paling sering dihadapi oleh petugas dalam proses perizinan diantaranya adalah belum berizinnya sarana namun sudah mengajukan SIKTTK. Selain membantu di bidang perizinan, kami juga membantu bidang administrasi dan pelaporan dalam merekapitulasi LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) dan memantau absensi SINAP (Sistem Informasi Narkotika dan Psikotropika). Rekapitulasi LPLPO dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan menggunakan data yang telah dikirimkan oleh puskesmas setempat. Setelah semua data LPLPO direkap, selanjutnya data tersebut akan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi setiap 3 bulan sekali. LPLPO ini dapat digunakan untuk melihat prevalensi penyakit di suatu daerah tertentu dengan melihat obat apa yang paling banyak digunakan di daerah tersebut. Selain LPLPO, bidang administrasi dan pelaporan melakukan pemantauan SINAP, pemantauan ini dilakukan secara online dengan memantau pelaporan narkotika dan psikotropika yang dilakukan sarana kesehatan setiap bulannya. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 58 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan perizinan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian serta penilaian efektivitas kepada sarana kesehatan serta tenaga kesehatan di wilayah Jakarta Utara. b Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman berperan dalam memberikan pelayanan perizinan, pelayanan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap sarana Apotek, Toko Obat, UMOT, PIRT, serta Pembuatan SIPA, SIKA, SIKTTK dan Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (SPKP). c Prosedur perizinan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara khususnya yang dilakukan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman sudah tertata dengan jelas serta sudah tertata dengan jelas serta sudah dilaksanakan dengan baik karena telah diterapkannya sistem manajemen mutu sesuai standar ISO, namun kegiatan binwasdal belum dapat dilaksanakan secara optimal disebabkan oleh masalah keterbatasan anggaran untuk kegiatan tersebut. 5.2 Saran a Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan perlu memiliki website yang interaktif dan menarik untuk media penyampaian informasi pelayanan, kebijakan, maupun kegiatan suku dinas kesehatan. b Perlunya meningkatkan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (binwasdal) dalam rangka sosialisasi informasi dan peraturan baik mengenai sarana maupun tenaga kesehatan. c Perlunya penambahan sumber daya manusia dalam kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal). 58 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 59 DAFTAR PUSTAKA Balai Pengawasan Obat dan Makanan. 2012. Keputusan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta: Balai Pengawasan Obat dan Makanan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan reupblik Indonesia Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2009. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2008. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta: Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2009a. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009. Jakarta: Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2009b. Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 36. Jakarta: Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2009c. Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tatat Kerja Dinas kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 37. Jakarta: Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2009d. Peraturan gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasal 39. Jakarta: Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah no. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia 59 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 60 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 1972. Permenkes RI No. 1331/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan Permenkes RI No. 167 tahun 1972. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pemerintah Republik Indonesia. 1996. Peraturan Pemerintah No.32 1996 tentang tenaga kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Permenkes No. 1796/2011 tentang registrasi tenaga kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Permenkes No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 LAMPIRAN Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 Ka Sub Bagian Tata Usaha - Koordinator Kepegawaian Koordiantor Keuangan Koordinator Umum Koordinator Perencanaan dan Anggaran Ka Seksi Kesehatan Gadarben &Gakin Ka Seksi Kesehatan Masyarakat - Koordinator Pendataan - Koordinator Penyusunan Program - Koordinator Umum Ka Seksi Yankes Dasar - Koordinator Pelayanan Perizinan - Koordinator Administrasi - Koordinator Binwasdal Ka Seksi Yankes Spesialistik - Koordinator Binwasdal - Koordinator Perizinan - Koordinator Administers Ka Seksi Yankes Tradisional - Koordinator Perizinan - Koordinator Binwasdal - Koordinator Administrasi Ka Seksi Yan Farmakmin - Koordinator Perizinan - Koordinator Binwasdal - Koordinator Administrasi - Koordinator Kesehatan Gakin - Koordinator Kesehatan Gawat Darurat Bencana - Koordinator Administrasi Lampiran 1: Struktur organisasi suku dinas kesehatan Jakarta Utara Kepala Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara. 61 Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 Front Line Oficer PTSP Subbag TU Seksi Yankes/SDK Kepala Sudin Verifikasi Ulang Tidak Lengkap Pemohon Berkas Permohonan Syah Perlu Disurvey ? Verifikasi Kelengkapan Berkas Tidak Syah Perlu Lengkap Pencatatan Register Penerimaan Berkas Tidak Perlu Pembuatan Surat Tugas Pencatatan Register Surat Masuk Survey ke Sarana Pemohon Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Pembuatan Surat Penolakan Pencetakan Surat Izin Surat Penolakan Surat Izin Jadi Paraf Kasubbag TU Lampiran 2: Alur prosedur permohonan izin tenaga dan sarana pelayanan FMM Pemohon Tanda Tangan Surat Izin/Surat Penolakan Pencatatan Register Pengambilan Surat Izin Jadi Pencatatan Register Surat Keluar Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 62 Surat Izin/Surat Penolakan 63 Lampiran 3: Surat Izin Kerja Asisten Apoteker PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN SURAT IZIN KERJA ASISTEN APOTEKER Nomor :2.43.523/ 07. 2013 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 679/MENKES/ SK/V/2003 tentang Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker maka kepada : NAMA Tempat/Tanggal Lahir Alamat rumah Nomor SIAA Dikeluarkan oleh Pada Tahun : : : : : Diberikan izin kerja untuk melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker lulusan ...... Pada : Nama Alamat : : Surat Izin Kerja ini berlaku sampai dengan tanggal ............. Dikeluarkan di Pada Tanggal : Jakarta : ............ Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Adiministrasi Jakarta Utara dr.H.Kurnianto Amien.MM NIP: 196109271989101001 Tembusan : 1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta 2. Organisasi Profesi 3. Arsip. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 64 Lampiran 4: Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian Nomor : 564/-1.777.13 PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN SURAT IZIN KERJA TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes /Per/V/2011 tentang Registrasi ,Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian ,yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara menberikan Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian Kepada : NAMA Tempat/Tanggal Lahir Alamat Nomor STRTTK STRTTK Berlaku sampai dengan Untuk Kerja Sebagai Pada Sarana Kesehatan Nama Sarana Ke 1 Alamat : : : : : Asisten Apoteker : : Nomor Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian(SIKTTK) 19530403/SIKTTK-31.02/2012/2009 Masa Berlaku s/d ....... Dengan Ketentuan Sebagai Berikut : 1. Penyelenggara pekerjaan kefarmasian fasilitas produksi/distribusi/pelayanan kefarmasian harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundang - undangan 2. Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas Dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Dikeluarkan di : Jakarta Pada Tanggal : ............. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Adiministrasi Jakarta Utara dr.H.Kurnianto Amien.MM NIP: 196109271989101001 Tembusan : 1 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta 2 Organisasi Profesi 3 Arsip. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 65 Lampiran 5: Surat Izin Praktik Apoteker Nomor : 319/1.777.13 PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes /Per/V/2011 tentang Registrasi ,Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian ,yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara menberikan Izin Praktik Apoteker Kepada : NAMA Tempat/Tanggal Lahir Alamat Nomor STRA STRA berlaku sampai dengan Untuk berpraktik sebagai Nama dan Alamat Praktik : : : : : Apoteker : Nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) 19860828/SIPA-31.02/2012/2014 Masa berlaku s/d ......... Dengan Ketentuan Sebagai Berikut 1 2 : Penyelenggara pekerjaan /praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian harus selalu mengikuti paradima pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundang –undangan. Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas Dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Dikeluarkan di : Jakarta Pada Tanggal : ............. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Adiministrasi Jakarta Utara dr.H.Kurnianto Amien.MM NIP: 196109271989101001 Tembusan : 1 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta 2 Ketua Komite Farmasi Nasional 3 Organisasi Profesi. 4 Arsip Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 66 Lampiran 6: Surat Izin Kerja Apoteker Nomor : 2450/-1.7771.3 PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN SURAT IZIN KERJA APOTEKER Nomor :2.43.523/ 07. 2013 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes /Per/V/2011 tentang Registrasi ,Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian ,yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara menberikan Izin Praktik Apoteker Kepada : NAMA : …………………………………………… : …………………………………………… : …………………………………………… : …………………………………………… : Apoteker : …………………………………………… : …………………………………………… Tempat/Tanggal Lahir Alamat Nomor STRA STRA berlaku sampai dengan Untuk berpraktik sebagai Alamat Sarana Masa berlaku SIK Dengan Ketentuan Sebagai Berikut 1 2 : Penyelenggara pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi /distribusi /penyaluran harus mematuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat Yang Baik/Cara Distribusi Obat Yang Baik dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundang –undangan. Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas Dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Dikeluarkan di : Jakarta Pada Tanggal : ................. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Adiministrasi Jakarta Utara dr.H.Kurnianto Amien.MM NIP: 196109271989101001 Tembusan : 1 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta 2 Ketua Komite Farmasi Nasional 3 Arsip. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 67 Lampiran 7: Lembar Check List SIPA/SIK LEMBAR CHECK-LIST SIPA/SIK Nama Alamat Nama Sarana : : : KEABSAHAN NO KELENGKAPAN STATUS 1. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN Ada / Tidak 2. Surat pernyataan mempunyai tempat Ada / Tidak MASA BERLAKU TERISI LENGKAP (DICAP/STEMPEL/NO SURAT DLL ) praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran 3. 4. Surat rekomendasi dari organisasi profesi Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar Ada / Tidak Ada / Tidak 5. Foto Kopi KTP 1 lembar Ada/Tidak 6. Foto Kopi Sertifikat Kompetensi Ada/Tidak Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 68 Lampiran 8: Lembar Check List SIKTTK LEMBAR CHECK-LIST SIKTTK Nama Alamat Nama Sarana : : : KEABSAHAN NO KELENGKAPAN STATUS 1. Fotokopi STRTTK Ada / Tidak 2. Surat pernyataan Apoteker atau Ada / Tidak TERISI LENGKAP ( DICAP/STEMPEL/NO SURAT DLL ) MASA BERLAKU pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian 3. Ada / Tidak 4. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun tenaga teknis kefarmasian Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar 5. Fota Kopi KTP 1 Lembar Ada/Tidak Ada / Tidak Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 69 Lampiran 9: Formulir Permohonan Izin Apotek FORMULIR PERMOHONAN IZIN APOTEK Nomor Lampiran Hal. : : 3 (tiga) berkas. : Permohonan Surat Izin Apotek. . Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. di Jakarta. Utara Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Apotik karena dengan data – data sebagai berikut : 1. Pemohon Nama Apoteker Nomor STRA Nomor KTP Alamat dan No. Telp. Pekerjaan sekarang NPWP 2. Apotik Nama Apotek Alamat No. Telpon Kelurahan Kecamatan Propinsi : : : : : : : : : : : : : DKI Jakarta. 3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri/ milik orang lain. Nama pemilik sarana : kte PerjanjianKerja Sama No. : Yang dibuat dihadapan Notaris : di : Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir. Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih. Pemohon. Materai Rp.6000,(…………………….....) Apoteker Pengelola Apotek Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 70 Lampiran 10: Permohonan Izin UMOT PERMOHONAN IZIN USAHA MENENGAH OBAT TRADISIONAL ( UMOT ) Nomor Lampiran Perihal : : : Permohonan Izin Usaha Mikro Obat Tradisional Yang Terhormat, Kepala Dinas Kesehatan Kapaten/Kota…………….. Di …………………… Dengan ini kami mengajukan permohonan Izin Usaha Mikro Obat Tradisional sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006 Tahun 2012 tentang industry dan Usaha Obat Tradisional dengan data sebagai berikut : 1. Umum 1.Pemohon a. Nama Direktur Utama :……………………………………………… b. Alamat dan No. Telepon :…………………………………………….. c. Pimpinan Perusahaan : terlampir (daftar nama direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas d. Surat Pernyataan tidak terlibat : terlampir 2. Perusahaan : …….……………………………………… a. Nama Perusahaan b. Alamat dan nomor telepon :……………………………………………… c. Akta pendirian badan usaha : terlampir Perorangan yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang undangan d. Bukti Pengusahaan tanah dan : terlampir Bangunan e. Surat Pernyataan kesanggupan : terlampir Pengelolaan dan pemantauan Lingkungan hidup f. Surat Tanda Daftar Perusahaan : terlampir Dalam hal permohonan bukan Perseroan g. Surat Izin Usaha Perdagangan : terlampir Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 71 h. Nomor Pokok Wajib Pajak i. Surat Keterangan Domisili : : Demekianlah Permohonan kami. Pemohon (……………………………….) Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 72 Lampiran 11: Formulir Pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah tangga FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang Diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan) : Penanggungjawab : Jenis Pangan IRT : Tanggal (tgl/bl/th) Nama Pengawas Pangan Kab/ Kota Tujuan Pemeriksaan: Pemberian SPP-IRT Pemeriksaan Rutin IRTP Cara Penetapan Ketidaksesuaian Sarana Produksi Pangan IRT 1. Pemeriksaan sarana produksi pangan dilakukan berdasarkan Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). 2. Bubuhkan tanda centang (√) apabila jawaban ya pada kotak dalam kolom yang telah disediakan menurut kategori ketidaksesuaian, yaitu Minor (MI),Mayor (MA), Serius (SE), atau Kritis (KR) yang ditemukan dalam pemeriksaan. NO ELEMEN YANG DIPERIKSA KETIDAKSESUAIAN A 1 B 2 3 4 C 5 6 7 D 8 9 LOKASI DAN LINGKUNGAN PRODUKSI Lokasi dan lingkungan IRTP tidak terawat, kotor dan berdebu BANGUNAN DAN FASILITAS Ruang produksi sempit, sukar dibersihkan, dan digunakan untuk memproduksi produk selain Pangan Lantai, dinding, dan langit-langit, tidak terawat,kotor, berdebu dan atau berlendir Ventilasi, pintu, dan jendela tidak terawat, kotor, dan berdebu PERALATAN PRODUKSI Permukaan yang kontak langsung dengan pangan berkarat dan kotor Peralatan tidak dipelihara, dalam keadaan kotor, dan tidak menjamin efektifnya sanitasi. Alat ukur / timbangan untuk mengukur /menimbang berat bersih / isi bersih tidak tersedia atau tidak teliti. SUPLAI AIR ATAU SARANA PENYEDIAAN AIR Air bersih tidak tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan produksi Air berasal dari suplai yang tidak bersih MI MA SE KR MI MA SE KR MI MA SE KR MI MA SE KR Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 73 E FASILITAS DAN KEGIATAN HIGIENE DAN SANITASI Sarana untuk pembersihan / pencucian bahan pangan, peralatan, perlengkapan dan bangunan tidak tersedia dan tidak terawat dengan baik. Tidak tersedia sarana cuci tangan lengkap dengan sabun dan alat pengering tangan. Sarana toilet/jamban kotor tidak terawat dan terbuka ke ruang produksi. Tidak tersedia tempat pembuangan sampah tertutup. MI MA SE KR KESEHATAN DAN HIGIENE KARYAWAN Karyawan di bagian produksi pangan ada yang tidak merawat kebersihan badannya dan atau ada yang sakit Karyawan di bagian produksi pangan tidak mengenakan pakaian kerja dan / atau mengenakan perhiasan MI MA SE KR PEMELIHARAAN DAN PROGRAM HIGIENE DAN SANITASI Bahan kimia pencuci tidak ditangani dan digunakan sesuai prosedur, disimpan di dalam wadah tanpa label Program higiene dan sanitasi tidak dilakukan secara berkala Hewan peliharaan terlihat berkeliaran di sekitar dan di dalam ruang produksi pangan Sampah di lingkungan dan di ruang produksi tidak segera dibuang. MI MA SE KR H 23 PENYIMPANAN Bahan pangan, bahan pengemas disimpan bersamasama dengan produk akhir dalam satu ruangan penyimpanan yang kotor, lembab dan gelap dan diletakkan di lantai atau menempel ke dinding. MI MA SE KR 24 Peralatan yang bersih disimpan di tempat yang kotor. I 25 PENGENDALIAN PROSES IRTP tidak memiliki catatan; menggunakan bahan baku yang sudah rusak, bahan berbahaya, dan bahan tambahan pangan yang tidak sesuai dengan Persyaratan penggunaannya. MI MA SE KR 26 IRTP tidak mempunyai atau tidak mengikuti bagan alir produksi pangan. 27 IRTP tidak menggunakan bahan kemasan khusus untuk pangan. BTP tidak diberi penandaan dengan benar Alat ukur / timbangan untuk mengukur /menimbang BTP tidak tersdia atau tidak teliti. 10 11 12 13 F 14 15 16 17 18 G 19 20 21 22 28 29 Karyawan tidak mencuci tangan dengan bersih sewaktu memulai mengolah pangan, sesudah menangani bahan mentah, atau bahan/ alat yang kotor, dan sesudah ke luar dari toilet/jamban. Karyawan bekerja dengan perilaku yang tidak baik (seperti makan dan minum) yang dapat mengakibatkan pencemaran produk pangan. Tidak ada Penanggung jawab higiene karyawan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 74 J 30 31 K 32 33 L 34 M 35 PELABELAN PANGAN Label pangan tidak mencantumkan nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih/isi bersih, nama dan alamat IRTP, masa kedaluwarsa, kode produksi dan nomor P-IRT Label mencantumkan klaim kesehatan atau klaim gizi PENGAWASAN OLEH PENANGGUNG JAWAB IRTP tidak mempunyai penanggung jawab yang memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) IRTP tidak melakukan pengawasan internal secara rutin, termasuk monitoring dan tindakankoreksi PENARIKAN PRODUK Pemilik IRTP tidak melakukan penarikan produk pangan yang tidak aman PENCATATAN DAN DOKUMENTASI IRTP tidak memiliki dokumen produksi 36 Dokumen produksi tidak mutakhir, tidak akurat, tidak tertelusur dan tidak disimpan selama 2 (dua) kali umur simpan produk pangan yang diproduksi N PELATIHAN KARYAWAN 37 IRTP tidak memiliki program pelatihan keamanan pangan untuk karyawan Jumlah Ketidaksesuaian KRITIS Jumlah Ketidaksesuaian SERIUS Jumlah Ketidaksesuaian MAYOR Jumlah Ketidaksesuaian MINOR Level IRTP : MI MA SE KR MI MA SE KR MI MA SE KR MI MA SE KR Tada Tangan Pengawas Pangan Kab/Kota Dan Tanggal Tanda Tangan Pemilik/Penanggung Jawab IRTP Dan Tanggal Level IRTP Level I Level II Level III Level IV Jadwal Frekuensi Audit Internal Frekuensi Audit Jumlah Penyimpangan (maksimal) Internal Setiap dua bulan Minor Mayor Serius Kritis Setiap bulan Setiap dua minggu Setiap hari Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 75 Lampiran 12: Berita acara pemeriksaan toko obat PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN Gedung Walikota Administrasi Jakarta Utara Blok P Lt.7 Telp. 430-1124 psw 5023-5123-5223-5323 BERITA ACARA PEMERIKSAAN TOKO OBAT :……………………………………………………… :……………………………………………………… Kel……………………….. Kec…………………… Telp…………………… … Fax……………………. III. Surat Tugas : Nomor…………………….Tanggal………………. IV. Sehubungan dengan : …………………………………………………….. V. Hasil Pemeriksaan : 1. Nama Pemilik :……………………………………………………… I. Nama Toko Obat II. Alamat 2. Nama Asisten Apoteker Penanggung Jawab:………………………… No. SIAA :………………………………. No.SIKAA :………………………………. 3. Peta Lokasi : Sesuai / Tidak Sesuai 4. Status Tempat Usaha : Milik Sendiri / Kontrak / Sewa / ……….. 5. Luas Bangunan : 6. Surat Izin Tempat ( SIT), Surat Kontrak / Sewa : Sesuai Asli / Tidak M2 Sesuai Asli 7. SIUP : Sesuai Asli / Tidak Sesuai Asli 8. NPWP : Sesuai Asli / Tidak Sesuai Asli 9. Alamat Sesuai SIT&SIUP: Sesuai / Tidak Sesuai 10. Obat Yang Dijual :…………………………………………… 11. Keterangan Lain ……………………………………………. ……………………………………………. : ………………………………………….. ……………………………………………. ……………………………………………. Jakarta Toko Obat Yang Diperiksa 1. Tanda tangan Pemilik TO : TIM PEMERIKSA 1.Nama:………………….. NIP :………………… 2. Nama :…………………. NIP :…………………. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 76 2. Tanda Tangan A.A : 3. Nama :………………….. NIP :…………………. 4. Nama :………………….. NIP :…………………. 5. Nama :………………….. NIP :………………….. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 77 Lampiran 13: Berita acara pemeriksaan Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) BERITA ACARA PEMERIKSAAN USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL (UKOT) Pada hari ini …………. Tanggal …………….. 2013, Tim Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman berdasarkan Surat Tugas Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara No ……………. Tanggal……………. 2013 Telah melakukan pemeriksaan terhadap Nama Sarana : Nama Penanggung Jawab Alamat Sarana : : No Telp : Hasil Pemeriksaan : Saran : Jakarta, ………………………………. Tim Pemeriksa 1. Drs. Kusnaidi, Apt …………………….. 2. Ade Maesaroh …………………….. 3. Karolina Dewi …………………….. 4. Siti Munawaroh …………………….. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 78 Lampiran 14: Berita acara pemeriksaan sub penyalur alat kesehatan BERITA ACARA PEMERIKSAAN SUB PENYALUR ALAT KESEHATAN NOMOR : Pada hari ini………………tanggal…………bulan……………….Tahun……………… Kami yang bertanda tangan dibawah ini sesuai dengan surat tugas Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Utara .Nomor :…………………………..telah melakukan pemeriksaan setempat Terhadap : 1. Nama Cabang / Sub PAK : …………………………………… …………………………………… 2. Alamat dan Nomor Telp …………………………………… : ……………………………………. Kel………………Kec……………. 3.Alamat Gudang ……………………………………. : ……………………………………. 4. Nama Pimpinan Cabang/Sub PAK : ……………………………………. 5. Nama Penyalur Alkes Pusat : ……………………………………. 6. Alamat Alkes Pusat : ……………………………………. 7. Nama Pimpinan Penyalur Alkes Pusat : ……………………………………. Pemeriksaan ini dilakukan sebagai persyaratan untuk mendirikan Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut : 1. Surat Permohonan : ada / tidak 2. Luas Kantor / Direktur : ………. M2 3. Luas gudang : ……….. M2 4. Perlengkapan Administrasi Kartu persediaan : ada / tidak Kartu penjualan : ada / tidak 5. Jumlah karyawan : S1 ………. orang D3 …….orang SLTA …….orang dll …….orang Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 79 Demikian berita acara ini dibuat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah jabatan. Pimpinan Perusahaan Jakarta, …………………….. Petugas Pemeriksa / Pengawas 1…………………….…………. ( ……………………) NIP………………… 2……………………..………… NIP…………………. 3……………………..…………. NIP………………… 4……………………...…………. NIP…………………. 5……………………..………… Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 80 Lampiran 15: Berita acara pemeriksaan apotek PEMERINTAH DAERAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN Gedung Walikota Administrasi Jakarta Utara Blok P Lt. 7 Telp. 430-1124 psw 5023-5123-5223-5323 Jakarta Utara NOMOR FSDK10 Rev 00 : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN APOTEK BERITA ACARA PEMERIKSAAN APOTEK Pada hari ini ……………………tanggal……………………bulan……………….tahun…………..kami yang bertanda tangan dibawah ini : : …………………………………………………………….. : …………………………………………………………….. : …………………………………………………………….. : …………………………………………………………….. 1. Nama Pangkat Jabatan NIP : …………………………………………………………….. : …………………………………………………………….. : …………………………………………………………….. : …………………………………………………………….. 2. Nama Pangkat Jabatan NIP Berdasarkan surat tugas dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota ………………Nomor …………….. tanggal …………….tahun ……………telah melakukan pemeriksaan setempat terhadap : Nama Apotik : Alamat Kecamatan : : : : Kabupaten/Kotamadya: Provinsi : Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 81 HASIL PEMERIKSAAN NO PERINCIAN PERSYARATAN KENYATAAN PENILAIAN TMS I MS BANGUNAN 1.Sarana Apotek Sarana Apotek dapat di dirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. 2.Bangunan Apotek seku rang kurangnya memiliki ruangan khusus untuk: a.Ruang Peracikan dan pe *ada nyerahan Resep. b.Ruangan administrasi dan sesuai kebutuhan Kamar kerja Apoteker sesuai kebutuhan c.WC *ada *ada sesuai kebutuhan 3.Kelengkapan bangunan calon Apotek: a.Sumber air b.Penerangan harus memenuhi persya *Sumur/PAM/ ratan kesehatan sumur pompa dll harus cukup terang sehingga dapat menjamin pelaksanaan *PLN/generator Petromak dll tugas dan fungsi Apotek c.Alat Pemadam Kebakaran harus berfungsi dengan baik sekurang kurangnya 2 buah …………..buah dengan ukuran …………..Lb …………..Lb d.Ventilasi e.Sanitasi yang baik serta memenuhi persyaratan higyene lainnya harus baik serta memenuhi persyaratan higyene lainnya *Jendela………buah *Ventilasi……..buah *saluran pembuangan limbah : ada / tidak Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 82 *bak bak / tempat pembuangan sampah ada / tidak 4.Papan Nama Berukuran minimal : Berukuran: Panjang : 60 cm Panjang………….cm Lebar Lebar : 40 cm ………….cm Dengan tulisan : Dengan tulisan : hitam diatas dasar putih ……………………… tinggi huruf minimal :5 cm tebal II :5 cm PERLENGKAPAN 1.Alat pembuatan pengolahan dan peracikan a.Timbangan miligram *minimal 1 set *ada / tidak *minimal 1 set *ada / tidak dengan anak timbangan yg sudah ditera b.Timbangan gram dengan anak timbangan yg sudah ditera c.Perlengkapan lain disesuai *ada / tidak kan dengan kebutuhan 2.Perlengkapan dan alat per bekalan farmasi : a.Lemari dan rak untuk penyim *ada dengan jumlah sesuai *ada / tidak panan obat kebutuhan ……………buah b.Lemari pendingin *minimal 1 buah *ada / tidak ……………buah c.Lemari untuk penyimpanan *ada dengan jumlah sesuai *ada / tidak Narkotika dan Psikotropika kebutuhan ……………buah 3.Wadah pengemas dan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 83 pem bungkus : a. Etiket *ada dengan jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan ……………buah b.Wadah pengemas dan pem *ada dengan jumlah sesuai *ada / tidak bungkus untuk penyerahan kebutuhan ……………buah obat. 4.Alat Administrasi a. Blanko pesanan obat b. Blanko kartu stok obat c. Blanko salinan Resep *ada dengan jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan ……………buah *ada dengan jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan ……………buah *ada dengan jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan ……………buah d. Blanko faktur dan blnko nota *ada dengan jumlah sesuai *ada / tidak Penjualan kebutuhan ……………buah e.Buku pencatatan Narkotika *ada dengan jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan ……………buah f.Buku pesanan obat Narkotika g.Form laporan obat Narkotika 5.1. Buku Standart yang diwajibkan *ada dengan jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan ……………buah *ada dengan jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan ……………buah *Farmacope Indonesia edisi *ada / tidak terbaru I buah 2. Kumpulan Peraturan perundang undangan yang berhubungan *ada dengan jumlah sesuai *ada / tidak kebutuhan dengan Apotek III TENAGA KESEHATAN 1.Apoteker Pengelola Apotek *ada ………………orang 2.Apoteker Pendamping ………………orang 3.Asisten Apoteker ………………orang Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 84 Demikianlah Berita Acara kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab. Berita Acara dibuat dalam rangkap 3 ( tiga ) dan dikirim kepada : 1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi 2. Pemohon. 3. Arsip Mengetahui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota……………………. ……………………………………………….. Jakarta,……………… yang membuat berita acara, 1………………………………. NIP NIP. 2………………………………. NIP. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 85 Lampiran 16: Berita acara pemeriksaan toko obat PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN Gedung Walikota Administrasi Jakarta Utara Blok P Lt.7 Telp. 430-1124 psw 5023-5123-5223-5323 BERITA ACARA PEMERIKSAAN TOKO OBAT :……………………………………………………… :……………………………………………………… Kel……………………….. Kec…………………… Telp…………………… … Fax……………………. VIII. Surat Tugas : Nomor…………………….Tanggal………………. IX. Sehubungan dengan : …………………………………………………….. X. Hasil Pemeriksaan : 1. Nama Pemilik :……………………………………………………… VI. Nama Toko Obat VII. Alamat 2. Nama Asisten Apoteker Penanggung Jawab:………………………… No. SIAA :………………………………. No.SIKAA :………………………………. 3. Peta Lokasi : Sesuai / Tidak Sesuai 4. Status Tempat Usaha : Milik Sendiri / Kontrak / Sewa / ……….. 5. Luas Bangunan : 6. Surat Izin Tempat ( SIT), Surat Kontrak / Sewa : Sesuai Asli / Tidak M2 Sesuai Asli 7. SIUP : Sesuai Asli / Tidak Sesuai Asli 8. NPWP : Sesuai Asli / Tidak Sesuai Asli 9. Alamat Sesuai SIT&SIUP: Sesuai / Tidak Sesuai 10. Obat Yang Dijual :…………………………………………… 11. Keterangan Lain ……………………………………………. ……………………………………………. : ………………………………………….. ……………………………………………. ……………………………………………. Jakarta Toko Obat Yang Diperiksa TIM PEMERIKSA 1. Tanda tangan Pemilik TO : 1.Nama:………………….. NIP :………………… 2. Nama :…………………. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 86 NIP 2. Tanda Tangan A.A : :…………………. 3. Nama :………………….. NIP :…………………. 4. Nama :………………….. NIP :…………………. 5. Nama :………………….. NIP :………………….. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 87 Lampiran 17: Permohonan izin Pedagang Eceran Obat F-SYJU-FMM-17 Nomor : Lampiran : Hal : Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Di Jakarta Bersama ini kami mengajukan permohonan Izin Pedagang Eceran Obat dengan data-data sebagai berikut : 1. Data Pemohon 1.1 N ama 1.2 Alamat : : 2. Data Toko Obat 2.1 Nama 2.2 Alamat : : Kel. Tel. Kec Fax. 3. Data Penanggumg Jawab Teknis 3.1 Nama : 3.2 Alamat : 3.3 Nomor SIK : Bersama Permohonan ini kami lampirkan surat-surat yang diperlukan Demikian atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih Hormat Kami ( materai Rp 6000 & stempel ( ) Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 88 Lampiran 18: Permohonan izin perpanjangan pedagang eceran obat F-SYJU-FMM19 Nomor : Lampiran: Hal : Permohonan Izin Perpanjangan Pedagang Eceran Obat Kepada Yth.Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara Di Jakarta Bersama ini kami mengajukan permohonan Perpanjangan Izin Pedagang Eceran Obat dengan data-data sbb : 1. Pemohon 1.1 Nama / Pemilik Toko : 1.2 Alamat : 2. Toko Obat 2.1 Nama Toko 2.2 Alamat : : Kel. Telp. 2.3 Izin berlaku sd 3. Penanggung Jawab Teknis 3.1 Nama 3.2 Alamat 3.3 Nomor SIK Kec Fax. : : : : Bersama permohonan ini kami lampirkan surat-surat yang dibutuhkan Demikian, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih Hormat Kami (materai RP 6000 & stempel) ( ) Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 89 Lampiran 19: Permohonan izin apotek karena pergantian nama Apotek FORMULIR PERMOHONAN IZIN APOTEK KARENA PERGANTIAN NAMA APOTEK Nomor Lampiran Hal. : : 3 (tiga) berkas. : Permohonan Surat Izin Apotek. .karena Pergantian nama Apotek Kepada Yth. Ka. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. di Jakarta. Utara Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Apotik karena dengan data – data sebagai berikut : 1. Pemohon Nama Apoteker : : Nomor SIK / SP Nomor KTP Alamat dan No. Telp. Pekerjaan sekarang NPWP : : : : : 2. Apotik Nama Apotek Lama Nama Apotek Baru Alamat : No. Telpon Kelurahan/Kecamatan Propinsi : : : : : DKI Jakarta. 3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri/ milik orang lain. Nama pemilik sarana : kte PerjanjianKerja Sama No. : Yangg dibuat dihadapan Notaris : di : Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir. Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih. Pemohon. Materai Rp. 6000,(…………………………) Apoteker Pengelola Apotek Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 90 Lampiran 20: Formulir permohonan surat izin apotek karena pindah alamat FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN APOTEK KARENA PINDAH ALAMAT Nomor Lampiran Hal. : : 3 (tiga) berkas. : Permohonan Surat Izin Apotek karena Pindah Alamat. Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. DI Jakarta Utara. Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Apote karena pindah alamat dengan data – data sebagai berikut : 1. Pemohon Nama Apoteker 2. Apotek : : Nomor SIK / SP Alamat dan nomor telpon : : Nama Apotek Alamat lama/No. Telp. Kelurahan Kecamatan Propinsi No. Izin Apotek lama : : : : : : DKI Jakarta. : 3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri/ milik orang lain. Nama pemilik sarana : Akte PerjanjianKerja Sama No. : Yang dibuat dihadapan Notaris : di : Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir. Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih. Pemohon. Materai Rp. 6000,(…………………………) Apoteker Pengelola Apotek Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 91 Lampiran 21: formulir permohonan izin apotek karena pergantian penanggung jawab FORMULIR PERMOHONAN IZIN APOTEK KARENA PERGANTIAN PENANGGUNG JAWAB Nomor Lampiran Hal. : : 3 (tiga) berkas. : Permohonan Surat Izin Apotek karena Pergantian penanggung jawab. Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara. DI JAKARTA. Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin karena Pergantian Penanggung Jawab Apotek dengan data – data Apotik sebagai berikut : 1. Pemohon Nama Apoteker : : Nomor SIK / SP No. KTP Alamat & No. Telp. Pekerjaan sekarang Nama Apoteker lama baru 2. Apotik : : : : : : Nama Apotek Alamat No. Telpon Kelurahan Kecamatan Propinsi No. Izin Apotek lama : : : : : : DKI Jakarta. : 3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri/ milik orang lain. Nama pemilik sarana : Akte PerjanjianKerja Sama No. : Yangg dibuat dihadapan Notaris : di : Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir. Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih. Pemohon. Materai Rp. 6000,(…………………………) Apoteker Pengelola Apotek Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 92 Lampiran 22: Formulir permohonan izin apotek karena pergantian pemilik sarana apotek FSYJU-FMM-34 FORMULIR PERMOHONAN IZIN APOTEK KARENA PERGANTIAN PEMILIK SARANA APOTEK Nomor Lampiran Hal. : : 3 (tiga) berkas. : Permohonan Surat Izin Apotek karena Pergantian Pemilik Sarana Apotek. Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Apotik sebagai berikut : 1. Pemohon Nama Apoteker Kotamadya Jakarta Utara. DI JAKARTA. Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin karena Pergantian Pemilik Sarana Apotek dengan data – data : : Nomor SIK / SP 2. Apotik : : Nama Apotek Alamat No. Telpon Kelurahan Kecamatan Propinsi No. Izin Apotek lama : : : : : : DKI Jakarta. : 3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri/ milik orang lain. Nama pemilik sarana lama : Nama Pemilik Sarana Baru : Akte PerjanjianKerja Sama No. : Yangg dibuat dihadapan Notaris : di : Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir. Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih. Pemohon. Materai Rp. 6000,(…………………………) Apoteker Pengelola Apotek Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 93 Lampiran 23: Check list kelengkapan persyaratan izin apotek karena pergantian apoteker pengelola apotek F-SYJU-FMM-33 CHECK LIST KELENGKAPAN PERSYARATAN IZIN APOTEK KARENA PERGANTIAN APOTEKER PENGELOLA APOTEK Nama Apotek Alamat NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. : : KELENGKAPAN Surat permohanan APA yg baru ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Utara rangklap tiga, 1(satu) rangkap diatas materei Rp 6000,Surat Izin Apotek yg lama Fotokopi KTP APA yang baru Surat Izin atasan bila APA yg baru pegawai negeri Fotokopi ijazah dan keterangan selesai masa bakti bagi non PNS Fotokopi SIK / SP APA yg baru Surat keterangan lolos butuh Surat perjanjian kerjasama antara APA baru dg PSA yang disahkan oleh notaries Serah terima antara APA yang lama kepada APA yg baru Surat pernyatan Apoteker baru tidak merangkap pada sarana farmasi yang lain dan tidak menjadi APA lain diatas materei Rp 6000,Daftar Asisten Apoteker Alur proses Pelayanan Blok S Tata Usaha Ka. Sie. FMM Staf Sie FMM Proses Izin Ka. Sie. FMM Ka. Sudin yankes STATUS Ada/Tidak KETERANGAN Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Tanggal Paraf Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 94 Lampiran 24: Check list kelengkapan persyaratan izin apotek karena pergantian pemilik sarana apotek F-SYJU-FMM35 CHECK LIST KELENGKAPAN PERSYARATAN IZIN APOTEK KARENA PERGANTIAN PEMILIK SARANA APOTEK Nama Apotek Alamat NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. : : KELENGKAPAN Surat permohanan APA ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Utara rangklap tiga, 1(satu) rangkap diatas materei Rp 6000,Surat Izin Apotek yg lama Surat perjanjian kerjasama antara APA dg PSA baru yang disahkan oleh notaris Surat pernyatan PSA yg baru tidak pernah terlibat dlm pelanggaran di bidang farmasi Surat kematian pemilik yg lama(bila meninggal dunia) Bukti pengalihan dari PSA yang lama kepada PSA yg baru(bila tidak meninggal dunia) Alur proses Pelayanan Blok S Tata Usaha Ka. Sie. FMM Staf Sie FMM Proses Izin Ka. Sie. FMM Ka. Sudin yankes STATUS Ada/Tidak KETERANGAN Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Tanggal Paraf Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 95 Lampiran 25 Check list kelengkapan persyaratan izin apotek karena perubahan alamat apotek CHECK LIST KELENGKAPAN PERSYARATAN IZIN APOTEK KARENA PERUBAHAN ALAMAT APOTEK Nama Apotek Alamat NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. : : KELENGKAPAN Surat permohanan APA ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Utara rangklap tiga, 1(satu) rangkap diatas materei Rp 6000,Surat Izin Apotek yg lama UUG pada alamat yang baru Peta lokasi yg baru Denah ruangan Apotek yang baru/perluasan /perubahan. Contoh etiket, kopi resep kop surat dg alamat yg baru/peralatan kerja Status gedung yang baru(sewa/milik sendiri lampirkan sertifikat dan bila sewa surat sewa minimal 2(dua) th beserta KTP pemiliknya. Alur proses Pelayanan Blok S Tata Usaha Ka. Sie. FMM Staf Sie FMM Kunjungan lapangan Proses Izin Ka. Sie. FMM Ka. Sudin yankes STATUS Ada/Tidak KETERANGAN Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Tanggal Paraf Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 UNIVERSITAS INDONESIA PERIZINAN USAHA MIKRO OBAT TRADISIONAL (UMOT) DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA UTARA TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER MARLINA QURRATUL AINI, S. Farm. 1306502586 ANGKATAN LXXIX PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2015 i Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. i ii iii BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................. 1.1. Latar Belakang .................................................................... 1.2. Tujuan ................................................................................. 1 1 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 2.1 Pelayanan Publik .................................................................. 2.2 Obat Tradisional ................................................................... 2.3 Produsen Obat Tradisional dan Perizinan ............................ 2.3.1 Industri Obat Tradisional ......................................... 2.3.2 Industri Ekstrak Bahan Alam ................................... 2.3.3 Usaha Kecil Obat Tradisional .................................. 2.3.4 Usaha Mikro Obat Tradisional ................................. 2.3.5 Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong ..... 2.4 Registrasi Obat Tradisional .................................................. 3 3 3 3 4 5 6 6 7 7 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN ..................................... 3.1 Waktu dan Lokasi ............................................................... 3.2 Metode Penngkajian ............................................................. 9 9 9 BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................. 10 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 5.1 Kesimpulan .......................................................................... 5.2 Saran ..................................................................................... 16 16 16 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... LAMPIRAN .................................................................................... 18 19 ii Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Permohonan Izin UMOT ............................................. Lampiran 2. Alur Proses Perizinan Sarana FMM ............................ Lampiran 3. Alur Peizinan Sarana FMM ......................................... Lampiran 4. Check List UMOT ....................................................... iii 20 21 22 23 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. Dalam melakukan proses produksi, UMOT harus mendapatkan izin dari Menteri Kesehatan RI yang didelegasikan kepada Kepala Suku Dinas Kabupaten/Kota. Dalam hal ini Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara memiliki kewajiban untuk melalukan pelayanan pengurusan izin UMOT. Dalam melakukan pelayanan publik berupa perizinan UMOT, Sudinkes Jakut berpedoman pada semua peraturan yang menjelaskan hal tersebut, baik berupa undang-undang maupun peraturan menteri kesehatan. Namun, untuk membentuk sebuah sistem kerja yang baik Sudinkes Jakut juga membuat Pedoman Mutu untuk setiap pelayanan yang dilakukan. Pedoman mutu ini menjelaskan hal-hal lebih detail dan merupakan penerjemahan kerja dari undang-undang, permenkes juga pedoman perizinan yang dikeluarkan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta yang diwakili oleh dinas kesehatan profinsi DKI Jakarta. Perizinan UMOT oleh Sudinkes Jakut, dilalukan dibawah Seksi SDK (Sumber Daya Kesehatan) Sub bagian Farmasi Makanan dan Minuman yang di ketuai oleh seorang apoteker. Peran apoteker dalam melakukan perizinan sarana farmasi makanan dan minuman sangat penting. Oleh karena itu dalam tugas ini dibahas mengenai perizinan UMOT oleh Sudinkes Jakut, yang akan memberikan gambaran menganai tugas apoteker dalam pemerintahan. Selain itu, akan pula di bahas mengenai langkah rinci pengurusan UMOT yang bersumber dari pedoman mutu Sudinkes Jakut untuk membandingkannya dengan undang-undang dan permenkes yang mendasari hal tersebut. 1 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 2 1.2 Tujuan Tujuan dituliskan tugas khusus ini adalah: a. Mengetahui peran suku dinas kesehatan dalam perizinan UMOT. b. Mengerti dan mengetahui mekanisme kerja suku dinas kesehatan Jakarta Utara dalam melakukan pelayanan publik berupa pemberian izin UMOT. c. Mengerti dan memahami mekanisme pengurusan izin UMOT Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Publik Menurut Undang-undang Pelayanan Publik Nomor 25 Tahun 2009 pasal 1, pelayanan publik didefinisikan sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Selanjutnya dalam ayat 2 pasal 1 dalam undang-undang yang sama disebutkan bahwa penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk bedasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hokum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. 2.2 Obat Tradisional Bersadarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012, obat tradisional didefinisikan sebagai bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. 2.3 Produsen Obat Tradisonal dan Perizinan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 dijelaskan bahwa obat tradisional hanya dapat dibuat oleh industri dan usaha di bidang obat tradisional. Industri yang dimaksudkan terdiri dari Industri Obat Tradisional (IOT) dan Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), sedangkan yang termasuk jenis usaha adalah Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional 3 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 4 (UMOT), Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong. Setiap industri dan usaha obat tradisional dilarang membuat: a. Segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat. b. Obat tradisional dalam bentuk intravaginal, tetes mata, sediaan parenteral, supositoria kecuali untuk wasir dan/atau c. Obat tradisional dalam bentuk cairan obat dalam yang mengandung etanol dengan kadar lebih dari 1% (satu persen). Berikut akan dijelaskan mengenai perbedaan dari masing-masing produsen obat tradional berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 tentang Industri Dan Usaha Obat Tradisional: 2.3.1 Industri Obat Tradisional (IOT) Merupakan industri yang dapat melakukan produksi semua bentuk sediaan obat tradisional, dimana dapat melaksanakan kegiatan proses pembuatan obat tradisional untuk semua tahapan dan/atau sebagian tahapan. Dalam melakukan proses pembuatan IOT harus mendapatkan izin dari Menteri yang didelegaikan kepada Direktur Jenderal. IOT hanya dapat diselenggarakan oleh badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi dengan lokasi yang bebas pencemaran dan tidak mencemari lingkkungan. Izin IOT berlaku seterusnya selama industri obat tradisional yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk mendapatkan izin pendirian IOT diperlukan persetujuan prinsip oleh Direktur Jenderal, yang dimaksud persetujuan prinsip adalah persetujuan yang diberikan kepada pemohon untuk dapat melakukan persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan/instalasi peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui. Persetujuan prinsip berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling lama untuk 1 (satu) tahun. Persetujuan prinsip batal dengan sendirinya apabila dalam Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 5 jangka waktu 3 (tiga) tahun atau melampaui jangka waktu perpanjangannya pemohon tidak melaksanakan kegiatan pembangunan secara fisik. Setelah memperoleh persetujuan prinsip, pemohon wajib menyampaikan informasi mengenai kemajuan pembangunan sarana produksi setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan menggunakan formulir tertentu. Dalam proses penyelenggaraannya IOT harus memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang apoteker warga negara indonesia sebagai penangggung jawab. 2.3.2 Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) Merupakan industri yang khusus membuat sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir. Sama halnya dengan IOT, IEBA mendapatkan izin dari Menteri yang didelegaikan kepada Direktur Jenderal. IEBA hanya dapat diselenggarakan oleh badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi dengan lokasi yang bebas pencemaran dan tidak mencemari lingkungan. Izin IEBA berlaku seterusnya selama industri obat tradisional yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Proses pendirian IEBA juga hampir sama dengan IOT yakni diperlukan persetujuan prinsip terlebih dahulu, yaitu persetujuan yang diberikan kepada pemohon untuk dapat melakukan persiapanpersiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan/instalasi peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui. Persetujuan prinsip berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling lama untuk 1 (satu) tahun. Persetujuan prinsip batal dengan sendirinya apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun atau melampaui jangka waktu perpanjangannya pemohon tidak melaksanakan kegiatan pembangunan secara fisik. Setelah memperoleh persetujuan prinsip, pemohon wajib menyampaikan informasi mengenai kemajuan pembangunan sarana produksi setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 6 kepada Kepala Badan menggunakan formulir yang sama dengan formulir IOT. Dalam proses penyelenggaraannya IEBA harus memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang apoteker warga negara indonesia sebagai penangggung jawab. 2.3.3 Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UKOT adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen. Dalam melakukan proses produksi IKOT harus mendapatkan izin dari Menteri yang didelegaikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi. Permohonan izin UKOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Balai setempat menggunakan formulir tertentu. Dalam proses penyelenggaraannya UKOT sekurangkurangnya memiliki 1 (satu) orang tenaga teknis kefarmasian warga negata Indonesia sebagai penanggung jawab yang memiliki sertifikat CPOTB 2.3.4 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. Dalam melakukan proses produksi UMOT harus mendapatkan izin dari Menteri yang didelegaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Permohonan Izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir UMOT (formulir terlampir). 2.3.5 Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong Usaha Jamu Racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 7 pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Sedangkan Usaha Jamu Gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Berbeda dengan jenis usaha obat tradisional lainnya, usaha jamu racikan dan jamu gendong tidak memerlukan izin usaha dan dapat dilakuakn secara perorangan tidak harus berbentuk perseroan terbatas maupun koperasi. 2.4 Registrasi Obat Tradisional Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat tradisional untuk mendapatkan izin edar. Registrasi obat tradisional dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012. Output dari registrasi obat adalah izin edar yang berlaku selama 5 tahun, dimana seluruh obat tradisional yang diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar sehingga dapat diartikan seluruh produsen obat tradisional harus melakukan registrasi untuk mendapatkan izin edar. Namun ada pengecualian dalam melakukan registrasi obat tradisional, yaitu: a. Obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong. b. Simplisia dan sediaan galenik untuk keperluan industri dan keperluan layanan pengobatan tradisional. c. Obat tradisional yang digunakan untuk penelitian, sampel untuk registrasi dan pameran dalam jumlah terbatas dan tidak diperjual belikan. Obat tradisional yang diberikan izin edar harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a Menggunakan bahan yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu. b Dibuat dengan menerapkan CPOTB. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 8 c Memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia atau persyaratan lain yang diakui. d Berkhasiat yang dibuktikan secara empiris, turun temurun, dan/atau secara ilmiah. e Penandaan berisi informasi yang objektif, lengkap, dan tidak menyesatkan. Regitrasi obat tradisional hanya dapat dilakukan oleh industri atau usaha yang memiliki izin sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Registrasi obat tradisional kontrak hanya dapat dilakukan oleh pemberi kontrak dengan melampirkan dokumen kontrak, namun keamanan, khasiat/manfaat dan mutu obat yang diproduksi merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi kontrak dan penerima kontrak. Sedangkan registrasi obat tradisional lisensi dilakukan oleh IOT atau UKOT penerima lisensi yang memiliki izn sesuai perundang-undangan yang berlaku. Registrasi obat tradisional impor dilakukan oleh IOT, UKOT atau importir obat tradisional yang mendapat petunjuk keagenan dan hak untuk melakukan registrasi di negara asal. Lalu registrasi obat tradisional khusus ekspor dilakukan oleh IOT atau UKOT dan UMOT yang memiliki izin edar, obat ini harus sesuai dengan ketentuan umum registrasi obat di Indonesia dan dapat dilakukan pengecualian jika terdapat persetujuan tertulis dari negara tujuan. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 9 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Praktik kerja dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Seksi Sumber Daya Kesehatan Sub-Seksi Farmasi Makanan dan Minuman mulai tanggal 1 Juli 2014 hingga 9 Juli 2014. 3.2 Metode Pengkajian Metode yang dilakukan adalah pengkajian regulasi perizinan berdasarkan undang-undang, peraturan menteri maupun keputusan kepala BPOM yang berlaku serta petunjuk teknis dan stardar operasional prosedur yang berlaku di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 9 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 10 BAB 4 PEMBAHASAN Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 disebutkan bahwa dalam melakukan produksi UMOT harus mendapatkan izin dari menteri yang didelegasikan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara (Sudinkes Jakut) merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas melakukan pelayanan publik berupa perizinan UMOT yang berada di wilayah Jakarta Utara. Dalam melakukan pelayanan tersebut Sudinkes Jakut berpedoman pada peraturan hukum yang berlaku seperti undang-undang dan peraturan menteri, selain itu dibuat pula standar operasional dalam pelayanan perizinan UMOT juga terdapat buku pedoman pelayanan UMOT yang diterbitkan Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012, persyaratan pengajuan pendirian UMOT Dinas Kesehatan Kabupaten/kota adalah: a. Surat permohonan; b. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai Ketentuan peraturan perundang-undangan; c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan; d. Fotokopi KTP/identitas pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas; e. Pernyataan pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang farmasi; f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan; g. Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan; 10 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 11 h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan perseorangan; i. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak j. Fotokopi Surat Keterangan Domisili. Permohonan izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dalam hal ini suku dinas kesehata jakarta utara menggunakan formulir yang telah ditentukan (lampiran 1 ). Dalam proses pengerjakan perizinan tersebut, sesuai dengan Permenkes disebutkan bahwa paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima permohonan untuk izin UMOT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat. Dalam kurun 7 (tujuh) hari setelah penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan administrasi dan teknis kemudian menyampaikan hasilnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Lalu dalam waktu 7 (tujuh) hari berikutnya kepala Sudinkes Jakut akan menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat. Izin UMOT diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan, dan ditunda atau ditolak apabila belum memenuhi persyaratan. Kepada pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi paling lambat 6 (enam) bulan sejak diterimanya surat penundaan. Dalam melakukakan pelayanan perizinan UMOT, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara mengutamakan kepuasan publik sehingga dibuatlah standar operasional prosedur disertai timeline yang jelas. Berikut merupakan merupakan prosedur perizinan UMOT di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Tahap Kegiatan Target Waktu Tahap 1 Pemohon menyerahkan berkas permohonan yang Hari ke 1 Penerimaan sudah lengkap kepada petugas PTSP (Front Line (1 hari) berkas di PTSP Officer). Petugas PTSP menerima dan memeriksa Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 12 kelengkapan persyaratan dan mengisis check list sesuai dengan persyaratan permohonan izin. Jika berkas tidak lengkap diberitahukan tentang kekurangannta dan berkas dikembalikan kepada pelanggan/pemohon. Jika berkas permohonan lengkap dan benar maka petugas PTSP membuat tanda terima, petugas mencatat pada buku register dan input data pelanggan/pemohon melalui software. Tahap 2 Berkas pemohon oleh petugas PTSP dan TU Hari ke 2-3 Pengelolaan kemudian di catat, diberi penomoran pada buku berkas di (2 hari) tata agenda masuk dan diinput dalam sistem komputer usaha Sudinkes perizinan. Membubuhkan lembar disposis, kemudai TU meneruskan kepada Ka. Sudin, dan Ka. Sudin menuliskan disposisi kepada seksi yang dituju dengan menuliskannya didalam lembar disposisi. Apabila Ka. Sudin sedang dinas luar/cuti/izin dsb, maka pendisposisian didelegasikan kewenangannya kepada Kasubbag TU. Setelah surat didisposisikan, berkas diserahkan ke seksi yang dituju dengan menulis tanggal penerimaan di buku agenda keluar dan paraf penerima di Status Kendali Mutu Tahap 3 Seksi menerima berkas permohonan dari TU dan Hari ke 4 Penyerahan dicatac pada register berkas masuk yang ada di seksi berkas dan masing-masing. verifikasi oleh Koordinator perizinan di masing-masing (1 hari) seksi seksi melakukan verifikasi kebenaran dan keabsahan Yankes/SDK berkas permohonan. Jika hasil verifikasi tidak memenuhi persyaratan, seksi membuat surat penolakan yang ditandatangani oleh Ka. Sudin. Berkas permohonan dan surat penolakan dan surat penolakan diserahkan kembali ke Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 13 petugas PTSP. Tahap 4 Jika hasil verifikasi memenuhi persyaratan, seksi Hari ke 5 – Konfirmasi membuat surat tugas pada berkas yang akaan 6 kunjungan dan dikunjungi. Pada berkas yang tanpa dikunjungi (2 hari) pembuatan surat langsung dibuatkan surat ijin/ SK/ Sertifikat. Setelah tugas surat tugas ditandatangani Ka. Sudin, seksi membuat perjanjian dengan pemohon untuk menjadwalkan waktu kunjungan ke sarana pemohon. Apabila Ka. Sudin sinad luar, maka penandatanganan surat tugas dapat didelegagikan kepada kasubbag TU. Tahap 5 Melakukan kunjungan ke sarana pemohon, membuat Hari ke 7 – Keunjungan/ Berita Acara Pemeriksaan (BAP). survei ke sarana Pengkajian BAP lapangan dan melaporkan hasil 8 (2 hari) pemeriksaan lapangan ke Ka. Sie dan atau Ka. Sudin Tahap 6 Bila memenuhi persyaratan di lapangan maka Hari ke 9-10 Pencetakan surat dilakuakn pembuatan surat izin/ SK/ Sertifikat. izin/ penolakan (2 hari) surat Bila tidak memenuhi persyaratan di lapangan dibuat surat penolakan izin dengan alasannya dan ditanda tangani oleh Ka. Sudinkes Jakut. Surat penolakan dan berkas permohonan diseraahkan kembali ke petugas PTSP untuk dikembalikan ke pemohon. Pemberian nomor surat izin/ sertifikat sarana di masing-masing seksi dan nomor agenda surat keluar TU untuk surat izin sarana. Pemberian nomor SK untuk izin sarana. Mencetak surat izin sarana. Pemasangan/ penempelan foro pada surat izin sarana. Sertifikat diparaf Ka. Sie SDK dan Ka. Subbag TU kemudian diatnda tangani Ka. Sudin. Menggandakan surat izin (rangkap 3) kemudian membubukan staempel Sudinkes Jkut pada surat izin. Seksi menempelkan photo di buku register perizinan dan mendokumentasikan surat izin pada berkas pemohon Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 14 Tahap 7 Seksi menyerahkan asli surat izin ke petugas PTSP Hari ke 11 Penyerahan dengan berita acara serah terima. sertifikat (1 hari) surat Petugas PTSP menginformasikan kepada pelanggan izin untuk mengambil surat izin/ SK/ Sertifikat asli kepada pelanggan dan menerima surat tanda terima. Jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012, pelayanan perizinan UMOT di Sudinkes Jakut lebih cepat 10 hari. Dalam Permenkes tersebut dibutkan bahwa pengurusan izin UMOT memerlukan waktu maksimal 21 hari dengan rincian rentang waktu 7 hari untuk penugasan tim survey oleh Ka. Sudin, 7 hari untuk melakukan survey sarana dan 7 hari untuk penyelesaian admisistrasi perizinan. Namun pada standar operasional prosedur Sudinkes Jakut hanya dibutukan 11 hari untuk menyelesaikan perizinan UMOT. Untuk mempermudah pemahaman tentang perizinan, dapat dilihat pemetaan proses perizinan serta alur perizinan pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Perubahan baik fisik maupun non fisik dari Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman dapat terjadi setiap saat, hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi sarana yang dimaksud, dalam hal ini UMOT. Perubahan dapat terjadi dikarenakan habisnya masa sewa bangunan, berakhirnya kerjasama antara pemilik dan penanggung jawab teknis dan lain sebagainya, sehingga sarana kesehatan makanan dan minuman perlu mengajukan permohonan ulang. Perubahan izin secara umum berlaku ketentuan bila terjadi: 1. Perubahan alamat/ pindah alamat Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. 2. Perubahan letak lokasi denah ruangan Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. 3. Penambahan jenis atau bentuk produksi Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. 4. Perubahan alamat tanpa pindah lokasi Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 15 5. Perubahan atau pergantian kepemilikan Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. 6. Perubahan/ pergantian tenaga ahli Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. 7. Perubahan/ pergantian nama Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. 8. Perubahan surat izin Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. 9. Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman. Secara umum, perubahan -perubahan pada Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman dapat dikategotikan menjadi 2 (dua) jenis yaitu perubahan fisik dan non fisik. Jika terjadi perubahan pada UMOT, perlu diajukan permohonan izin ulang. Namun prosesnya tergantung dari jenis perubahan yang terjadi. Pada perubahan non fisik tidak dilakukan pemeriksaan lapangan, perubahan non fisik yang dimaksud adalah: 1. Terjadi perubahan direktur/ pimpinan. 2. Terjadi pergantian nama sarana. 3. Terjadi perubahan alamat tanpa pemindahan lokasi. 4. Terjadi pergantian penanggung jawab teknis sarana. 5. Terjadi karena surat izin terdahulu hilang atau rusak. Pada perubahan fisik, perlu dilakukan pemeriksaan lapangan, perubahan fisik yang dimaksud adalah: 1. Terjadi pemindahan lokasi. 2. Terjadi perluasan lokasi. 3. Terjadi perluasan/ penambahan jenis produksi. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 16 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan adalah: a. Dalam melakukan produksi, UMOT harus mendapatkan izin dari Menteri Kesehatan RI yang didelegasikan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Di Jakarta utara peran ini dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Perizinan UMOT dilakukan di Seksi SDK (Sumber Daya Kesehatan) Sub Bagian Farmasi Makanan dan Minuman yang diketuai oleh seorang Apoteker. b. Dalam melakukan pelayanan publik berupa perizinan UMOT, Sudinkes Jakut berpedoman pada undang-undang, peraturan menteri kesehatan serta buku pedoman perizinan sarana kesehatan yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Profinsi DKI Jakarta. Namun dalam pelaksanaannya terdapat pula Pedoman Mutu agar pelayanan semakin baik. c. Pengurusan izin UMOT di Sudinkes Jakut memerlukan waktu 11 hari kerja, lebih cepat 10 hari dari standar yang ditetapkan di Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 yaitu 21 hari. Pengurusan izin UMOT dilakukan secara terpadu di bagian PTSP, selanjutnya diproses oleh Sub Bagian Farmasi Makanan dan Minuman dimulai dari tahap pengecekan administrasi, kemudian peninajauan lokasi hingga akhirnya dikeluarkan izin tersebut. 5.2 Saran Dalam era digital, pengembangan teknologi informasi dan komputer merupakan suatu hal penting. Untuk mempermudah pelayanan perizinan UMOT di Sudinkes Jakut, alangkah baiknya jika perizinan dapat dilakukan secara online. Seluruh berkas dan persyaratan diunggah secara online ke Universitas Indonesia 16 Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 17 website Sudinkes Jakut, dengan demikian pemohon akan semakin mudah mengakses pelayanan Sudinkes Jakut. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 18 DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2002. Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: 4-12; 19-97. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional. Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 Tentang Industri Dan Usaha Obat Tradision, Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2010. Dokumen Tupoksi dan Kempetensi Seksi Pelayanan Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2010. Dokumen tupoksi dan Kempetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2011. Prosedur Pemberian Izin Sarana dan Praktik Tenaga Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Jakarta 18 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 19 LAMPIRAN 19 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 20 Lampiran 1. Permohonan Izin PERMOHONAN IZIN USAHA MIKRO OBAT TRADISIONAL ( UMOT ) Nomor : Lampiran : Perihal : Permohonan Izin Usaha Mikro Obat Tradisional Yang Terhormat, Kepala Dinas Kesehatan Kapaten/Kota…………….. Di …………………… Dengan ini kami mengajukan permohonan Izin Usaha Mikro Obat Tradisional sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006 Tahun 2012 tentang industri dan Usaha Obat Tradisional dengan data sebagai berikut : 1. Umum 1.Pemohon a. Nama Direktur Utama :……………………………………………… b. Alamat dan No. Telepon :…………………………………………….. c. Pimpinan Perusahaan : terlampir (daftar nama direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas d. Surat Pernyataan tidak terlibat : terlampir 2. Perusahaan a. Nama Perusahaan : …….……………………………………… b. Alamat dan nomor telepon:……………………………………………… c. Akta pendirian badan usaha Perorangan yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang undangan : terlampir d. Bukti Pengusahaan tanah dan Bangunan : terlampir e. Surat Pernyataan kesanggupan Pengelolaan dan pemantauan Lingkungan hidup : terlampir f. Surat Tanda Daftar Perusahaan Dalam hal permohonan bukan Perseroan : terlampir g. Surat Izin Usaha Perdagangan : terlampir h. Nomor Pokok Wajib Pajak : i. Surat Keterangan Domisili : Demekianlah Permohonan kami. Pemohon (……………………………….) Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 21 1 FLO TU Sie FMM KEGIATAN KS KSD Penyerahan berkas permohonan 1 hari (Hari ke 1) 1 Penyerahan berkas ke Tata Usaha 3 hari (Hari ke 2 - 4) 2-4 Penyerahan berkas ke Seksi 1 hari (Hari ke 5) 5 6-8 Konfirmasi kunjungan lapangan. Membuat surat tugas. Petugas menerima Surat Tugas & mempersiapkan perlengkapan pemeriksaan lapangan 3 hari (Hari ke 6 - 8) Melakukan kunjungan lapangan 1 hari (Hari ke 9) 9 10 11 12 13 14 15 15 Melaporkan hasil Pemeriksaan Lapangan dan membuat Berkas Acara pemeriksaan 1 hari (Hari ke 10) Membuat sertifikat (Penomoran No. Urut Surat izin dan No. Urut SK ,no surat keluar TU serta cetak Izin 1 hari (Hari ke 11) Paraf Ka Seksi SDK dan Ka Sub Bag TU di sertifikat dan di Status Kendali Mutu 1 hari (Hari ke 12) Ka Sudin menandatangani sertifikat dan Surat Keputusan dan paraf di status kendali mutu 1 hari (Hari ke 13) Seksi menfotokopi sertifikat dan SK (rangkap 3), kemudian memberi cap dan mendokumentasikan Sertifikat pd buku database Izin lalu di serahkan Sertifikat asli ke FLO dengan Berita Acara 1 hari (hari ke 14) FLO menginformasikan kepada pelanggan untuk pembayaran retribusi ke Kasda 1 hari (Hari ke 15) Memberikan sertifikat ASLI kepada Pelanggan (Hari 15 ) 21 Universitas Indonesia Lampiran. 2. Alur Proses Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman ALUR PROSES P Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 22 Front Line Oficer PTSP Subbag TU Seksi Yankes/SDK Kepala Sudin Verifikasi Ulang Tidak Lengkap Pemohon Berkas Permohonan Syah Perlu Disurvey ? Verifikasi Kelengkapan Berkas Tidak Syah Perlu Lengkap Pencatatan Register Penerimaan Berkas Tidak Perlu Pembuatan Surat Tugas Pencatatan Register Surat Masuk Survey ke Sarana Pemohon Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Pencetakan Surat Izin Surat Penolakan Surat Izin Jadi 22 Universitas Indonesia Pembuatan Surat Penolakan Lampiran 3. Alur Peizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Pemohon Paraf Kasubbag TU Tanda Tangan Surat Izin/Surat Penolakan Surat Izin/Surat Penolakan Pencatatan Register Pengambilan Surat Izin Jadi Pencatatan Register Surat Keluar Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 Universitas Indonesia 23 Lampiran 4. Check List UMOT LEMBAR CHECK-LIST IZIN USAHA MIKRO OBAT TRADISIONAL ( UMOT ) Nama Perusahaan : Alamat : KEABSAHAN NO KELENGKAPAN STATUS MASA BERLAKU 1. Surat permohonan dari Direktur/Pimpinan/ Perorangan di tunjukan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara rangkap 3, satu rangkap diatas meterai Rp 6000,Fotokopi Akte pendirian badan usaha perorangan yg sah Ada / Tidak 3. Susunan Direksi/Pengurus & Komisaris /Badan Pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan Ada / Tidak 4. Fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus & Komisaris Badan Pengawas Pernyataan Direksi /Pengurus & Komisaris /Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang – undangan di bidang farmasi Fotokopi bukti pengusaan tanah dan bangunan Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan Ada / Tidak 8. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan perseorangan Ada / Tidak 9 Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Ada / Tidak 10. Fotokopi Surat Keterangan Domisili Ada / Tidak 2. 5. 6. 7. Ada / Tidak Ada / Tidak Ada / Tidak Ada / Tidak Universitas Indonesia Laporan praktek..., Marlina Qurratul Aini, FF UI, 2015 TERISI LENGKA P ( DICAP/ST EMPEL/N O SURAT DLL )