Sifat-sifat pengusaha yang diberkahi " Dari Muadz bin Jabal R.A. dia berkata, Rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya sebaik-baik penghasilan adalah penghasilan para pedagang, yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila diberi amanat tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam menaikkan harga), apabila berhutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan".( diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman ) Hadis di atas menerangkan kepada kita bahwa islam sangat memuji penghasilan yang didapatkan seseorang dari berusaha/berdagang, bukan berarti islam membedakan kedudukan seseorang dengan profesinya, karena kalimat Kasb yang dimaksud dalam hadits di atas adalah usaha atau pekerjaan ( secara umum ) dalam mencari rizki. Asy Syaibani mengatakan bahwa kasb adalah mencari harta dengan menempuh sebab yang halal. Sedangkan kasb thoyyib, maksudnya adalah usaha yang berkah atau halal. Sebagaimana jawaban Nabi SAW atas pertanyaan sahabat sebagai berikut : "Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling baik?" Beliau bersabda, "Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi)." (HR. Ahmad 4: 141, hasan lighoirihi) Kita dapat mengambil pelajaran penting bahwa para sahabat tidak bertanya manakah pekerjaan yang paling banyak penghasilannya. Namun yang mereka tanya adalah manakah yang paling thoyyib (diberkahi). Sehingga dari sini kita dapat tahu bahwa tujuan dalam mencari rizki adalah mencari yang paling berkah, bukan mencari manakah yang menghasilkan paling banyak. Nasihat Pekanan Insan Takaful 006, 27-08-2013 Page 1 Namun kalau kita bisa mendapatkan penghasilan yang banyak dan barokah itulah yang dianjurkan oleh islam bagi umatnya. Timbul pertanyaan, “bagaimana mendapatkan penghasilan yang diberkahi”? Untuk itu Rasulullah SAW sudah menjelaskan dalam hadis di atas yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi, bahwa orang yang berusaha/berdagang seperti marketing kalau di perusahaan, mereka akan mendapatkan penghasilan yang penuh berkah kalau memiliki sifat-sifat berikut : ( Jujur, amanat, menepati janji, tidak mencela barang yang dibeli, tidak berlebihan dalam menaikkan harga, tidak menunda-nunda dalam melunasi hutang, dan tidak memberatkan orang yang lagi dalam kesulitan). Pada segmen ini penulis hanya menerangkan 1 (satu) dari 7 (tujuh) sifat tersebut, sifatsifat lainnya akan dijelaskan pada segmen-segmen selanjutnya. Jujur secara etimologi memiliki dua ma’na, Pertama, jujur merupakan lawan kata dusta. Dalam bahasa Arab diungkapkan dengan "Ash-Shidqu" sedangkan "Ash-Shiddiq" adalah orang yang selalu bersikap jujur baik dalam perkataan mau pun perbuatan. Allah SWT Berfirman, "dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (an-Nisa' [4]:69) Maksud "para pecinta kebenaran" pada ayat di atas adalah mereka yang gemar bersikap jujur, mengakui kebenaran, atau orang yang mempraktikkan apa dikatakannya. Seperti hal nya pedagang ketika menjual barang dagangannya maka dia sampaikan semua kelebihan dan kekurangan barang tersebut tanpa ada satupun ditutupi, ataupun menakar timbangan tanpa melakukan kecurangan dalam menakar dan menimbang barang yang dijual. Sebagaimana firman Allah SWT : Nasihat Pekanan Insan Takaful 006, 27-08-2013 Page 2 "Celakalah bagi orang-orang yang curang ( dalam menakar dan menimbang )!(yaitu ) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang ( untuk orang lain ), mereka mengurangi". Kedua, Jujur berma’na pengikut terbaik para nabi yang dengan segera mengakui kebenaran kenabian, seperti sahabat Abu Bakar r.a. Allah SWT berfirman : "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar." (at-Taubah [9]:119) Maksud dari "orang-orang yang benar" yang diperintahkan Allah untuk kita teladani pada ayat di atas adalah mereka yang selalu bersama dengan Rasulullah saw., bukan dengan orang-orang munafik. Wallahu ‘alam bisshowaab By : Satibi Darwis Sekretaris Dewan Pengawas Syariah Nasihat Pekanan Insan Takaful 006, 27-08-2013 Page 3