profil tenaga kerja perhotelan kota makassar

advertisement
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
ISSN 1979 - 7168
PROFIL TENAGA KERJA PERHOTELAN
KOTA MAKASSAR
Oleh:
SYAMSU RIJAL
Politeknik Pariwisata Makassar, Jl. Gunung Rinjani, Kota Mandiri MetroTanjung Bunga,
Makassar
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian tentang profil tenaga kerja perhotelan kota Makassar tahun 2015 merupakan penelitian
survei yang berfokus pada data tenaga kerja menurut klasifikasi hotel, jumlah tenaga kerja menurut
bidang, jenis kelamin, tingkat pendidikan, serta kualitas tenaga kerja menurut sertifikasi kompetensi
yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Oktober tahun 2015. Lokasi penelitian adalah
pada seluruh usaha hotel berbintang dan non-bintang yang tersebar pada 14 kecamatan di kota
Makassar. Responden penelitian ini sebanyak 268 pimpinan hotel dan usaha akomodasi lainnya.Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah melalui kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah hotel dan kamar di kota Makassar rata-rata sekitar
60 persen setiap tahun yang lebih didominasi oleh hotel kecil dan menengah. Pasar utama usaha
perhotelan di kota Makassar adalah sektor pemerintah dan perusahaan yang melakukan kegiatan
pertemuan (MICE) dengan share sekitar 40 %. Hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar bagi
usaha perhotelan dalam menyediakan fasilitas ruang pertemuan dan restoran. Jumlah tenaga kerja yang
terdistribusi pada usaha perhotelan pada tahun 2015 sebanyak 7.719 orang. Kelompok usaha yang
terbesar dalam penyerapan tenaga kerja adalah pada hotel berbintang 3, yaitu sebesar 2.082 orang
tenaga kerja; disusul oleh kelompok hotel berbintang 4, sebanyak 1.503 orang; dan kelompok usaha
yang terkecil dalam penyerapan tanaga kerja adalah pada usaha pondok wisata, yang hanya menyerap
88 orang tenaga kerja.Rasio antara jumlah kamar dengan jumlah tenaga kerja pada hotel berbintang
adalah 1 : 0,75, dan pada hotel non-bintang adalah sebesar 1 : 0,47, sehingga secara keseluruhan rasio
antara jumlah kamar dan tenaga kerja perhotelan di kota Makassar adalah 1 : 0,66.
Kata kunci: Hotel, rasio kamar dengan tenaga kerja, hotel berbintang
Abstract
The Research of Hotel workforce profile of Makassar year 2015 is a survey that focused on
employment data according to hotel classification, department and section, gender, education level, as
well as the quality labor according to competency certification. This research was conducted in March
and October 2015. The research location is on the whole five-star hotel business and non-star hotels
scattered in 14 districts in Makassar. Respondents of this study are 268 hotels and business managers
in Makassar. Data collected by questionnaires, interviews, and documentation. The results showed
that the growth in the number of hotels and rooms in Makassar on average about 60% every year
which is dominated by small and medium-sized hotels. The main market of hotel business in Makassar
is the government sector and the company conducting meetings (MICE) with a share of around 40%.
This provides a huge influence for the hotel business in providing meeting room facilities and a
restaurant.The amount of labor which is distributed in the hotel business as many as 7.719 employee.
The largest business group in employment is the 3-star hotel, which amounted to 2,082 employee;
followed by a 4-star hotel group, 1,503 employee; and the smallest group in the absorption workers
which only absorb 88 workers. The ratio between the number of rooms to the number of workers at the
five-star hotel is 1: 0.75, and the non-star hotel is 1: 0.47, so the overall ratio between the number of
rooms and hotel workers in Makassar is 1: 0, 66.
Keywords: Hotel, Ratio of room to employee, Stars Hotel
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
90
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Globalisasi dan kemajuan
teknologi informasi telah memacu laju
transformasi ekonomi dari struktur
ekonomi sekunder (industri) ke arah
ekonomi tersier (jasa). Fenomena ini
ikut mempengaruhi kebutuhan struktur
tenaga kerja karena laju pertumbuhan
ekonomi sebuah bangsa sangat
ditentukan
oleh
daya
saing
(competitiveness), dimana sumber
daya manusia merupakan faktor utama
dan strategis dalam pembangunan
tersebut.
Salah satu ciri dari masyarakat
global adalah masyarakat yang
berbasis pengetahuan (knowledge
based
society)
yang
akan
mempengaruhi
terbentuknya
peradaban
berlandaskan
ilmu
pengetahuan dan teknologi, yaitu
sebuah masyarakat modern yang
mendasarkan hidup dan kehidupan
sehari-harinya
dengan
berbagai
kemudahan yang dihasilkan oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam
mendorong peningkatan produktivitas
masyarakat. World Economy Forum
mendefenisikan ekonomi berbasis
pengetahuan sebagai sistem ekonomi
yang menciptakan, mendesimenasikan
dan menggunakan pengetahuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan daya saing (Zuhal, 2008).
Persoalan ketenagakerjaan di
Indonesia tidak hanya terkait dengan
upaya perluasan kesempatan kerja,
tetapi
juga
mencakup
upaya
memfasilitasi perpindahan surplus
tenaga kerja keluar dari sektor
informal ke sektor modern yang lebih
ISSN 1979 - 7168
produktif dan memberikan upah yang
lebih tinggi. Perpindahan surplus
tenaga kerja dari sektor informal ini
selain bertujuan meningkatkan hakhak tenaga kerja juga menjadi tujuan
utama dari siklus pembangunan,
pertumbuhan
ekonomi
dan
pengurangan kemiskinan.
Tenaga kerja bidang pariwisata
sebagai
bagian
integral
dari
pembangunan
ketenagakerjaan
Indonesia, mengalami hal yang sama
dalam
pengembangannya
yaitu
kesenjangan antara pendidikan dan
pelatihan keterampilan yang diberikan
pada dunia pendidikan dengan
kebutuhan yang dinamis pada dunia
industri serta kebutuhan terhadap
pengakuan
berupa
sertifikasi
kompetensi bagi tenaga kerja dan
lulusan lembaga pendidikan dan
pelatihan. Tenaga kerja terdidik dan
terampil dalam bidang pariwisata
khususnya yang bekerja pada sektor
hotel, belakangan ini menghadapi
ancaman
dalam
hal
sertifikasi
kompetensi sejak ditandatanganinya
Mutual Recognition Arrangement
(MRA)
dan
diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Kota Makassar merupakan
salah salah destinasi dan barometer
perkembangan pariwisata nasional
adalah salah satu kota dengan
pertumbuhan
jumlah
kinjungan
wisatawan dan usaha perhotelan yang
sangat positif. Arus kunjungan
wisatawan,
baik
wisatawan
mancanegara maupun nusantara ke
kota Makassar sebagai ibu kota
provinsi dan pintu masuk utama
wisatawan menunjukkan pertumbuhan
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
91
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
yang signifikan khususnya pada
periode tahun 2008 sampai dengan
tahun 2013.
Jumlah kunjungan wisatawan
manca negara ke kota Makassar
melalui Bandar udara internasional
Sultan Hasanuddin dan pelabuhan laut
Soekarno-Hatta
secara
kumulatif
menunjukkan peningkatan. Disisi lain,
jika dibandingkan dengan angka
kunjungan wisatawan manca negara
pada tahun 2013, pada periode bulan
Januari sampai dengan Juni 2014
tercatat hanya 7.578 orang wisatawan
atau menurun sebesar 7,70% dari
periode bulan yang sama. Negara asal
wisatawan
mancanegara
yang
terbanyak melakukan kunjungan ke
kota Makassar adalah Malaysia
sebanyak 4.342 wisatawan, kemudian
singapura sebanyak 547 wisatawan,
Perancis sebanyak 412 wisatawan,
Jerman sebanyak 206 wisatawan, serta
Belanda dan Tiongkok masing-masing
sebanyak 198 orang wisatawan (Ditjen
Imigrasi dan BPS, diolah kembali oleh
Pusdatin Kemenparekraf, 2014).
Pertumbuhan minat kunjungan
wisatawan serta perkembangan jumlah
usaha dan industri perhotelan di kota
Makassar dengan sendirinya harus
didukung oleh ketersediaan komponen
pariwisata lainnya, termasuk sumber
daya manusia. Sampai saat ini,
ketersediaan data akurat tentang profil
tenaga kerja sektor perhotelan masih
sangat
terbatas
dan
belum
komprehensif. Melalui survei ini,
diperoleh gambaran tentang struktur
tenaga kerja pariwisata pada sektor
perhotelan yang berhubungan dengan
jumlah, kualitas, dan distribusi tenaga
ISSN 1979 - 7168
kerja perhotelan menurut jenis kelamin
dan tingkat pendidikan yang dimiliki,
serta jumlah tenaga kerja yang telah
memiliki sertifikasi kompetensi dari
lembaga sertifikasi berlisensi dari
BNSP, sehingga dapat dilakukan
pengendalian dan pengembangan
tenaga kerja yang kompeten agar
peningkatan kualitas dan daya saing
tenaga kerja sektor pariwisata kota
Makassar dapat terwujud.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana struktur tenaga kerja
perhotelan Kota Makassar, yang
mencakup aspek klasifikasi hotel,
bidang pekerjaan (department dan
section), jenis kelamin, tingkat
pendidikan,
dan
sertifikasi
kompetensi.
b. Bagaimana
potensi
dan
pengembangan
tenaga
kerja,
termasuk pengendalian sertifikasi
kompetensi tenaga kerja.
LANDASAN TEORI
Globalisasi Tenaga Kerja Pariwisata
Globalisasi merupakan proses
tatanan masyarakat dunia yang tidak
mengenal
batas
wilayah
dan
hakekatnya adalah suatu proses dari
gagasan dan kesepakatan dan menjadi
pedoman bersama bagi bangsa- bangsa
di seluruh dunia. Globalisasi ditandai
oleh ambivalensi antara “peluang”
sekaligus “ancaman” yang berpulang
pada kemampuan setiap bangsa dalam
meningkatkan
kualitas
dalam
persaingan yang sangat terbuka dan
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
92
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
kompetitif. Globalisasi tenaga kerja
bagi Indonesia memberikan dampak
terhadap pilihan dan strategi untuk
mengejar
ketertinggalan
dalam
persaingan kualitas kebutuhan tenaga
kerja
Internasional
dan
upaya
menjadikan tenaga kerja Indonesia
sebagai tuan di rumah sendiri.
Era global memperhadapkan
manusia pada perubahan-perubahan
yang tidak menentu. Hal tersebut
menyebabkan hubungan yang tidak
linear antara pendidikan dan lapangan
kerja sehingga terjadi kesenjangan.
Dalam kaitannya dengan pendidikan,
Tilaar (1994) mengemukakan bahwa
pendidikan nasional dewasa ini sedang
dihadapkan pada empat krisis pokok
yang berkaitan dengan kuantitas,
relevansi atau efisiensi eksternal,
elitisme dan manajemen. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa
beberapa
masalah pokok sistem pendidikan
nasional, yaitu 1) menurunnya akhlak
dan moral peserta didik; 2) pemerataan
kesempatan
belajar;
3)
masih
rendahnya efisiensi internal sistem
pendidikan; 4) status kelembagaan; 5)
manajemen pendidikan yang tidak
sejalan dengan pembangunan nasional;
dan 6) Sumberdaya yang belum
profesional.
Kebijakan Pengembangan SDM
Pariwisata
Pembangunan kepariwisataan
diarahkan
pada
pengembangan
pariwisata sebagai sektor andalan dan
unggulan dalam arti luas yang mampu
menjadi salah satu penghasil devisa,
mendorong pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan daerah,
ISSN 1979 - 7168
memberdayakan
perekonomian
masyarakat, memperluas lapangan
kerja, dan kesempatan berusaha, serta
meningkatkan
pengenalan
dan
pemasaran produk nasional dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat dengan tetap memelihara
kepribadian bangsa, nilai-nilai agama,
serta kelestarian fungsi dan mutu
lingkungan hidup.
Keterlibatan
sumberdaya
manusia dalam kepariwisataan dapat
dikelompokkan
dalam
beberapa
kategori yaitu: SDM yang berada pada
lembaga
pemerintahan
yang
menghasilkan kebijakan dan peraturan
dalam pembangunan kepariwisataan;
SDM yang berada pada lembaga
pendidikan
yang tidak terlibat
langsung dengan usaha pariwisata; dan
SDM yang terlibat langsung dalam
usaha pariwisata sebagai pihak yang
menghasilkan produk dan atau jasa
bagi wisatawan dalam suatu kegiatan
usaha formal.
Kontribusi sektor pariwisata
dalam penyerapan tenaga kerja sangat
ditentukan oleh pertumbuhan dan
perkembangan dunia usaha. Menurut
data Bappenas tahun 2009, dampak
terhadap tenaga kerja di berbagai
sektor
ekonomi terkait pariwisata
karena adanya kegiatan pariwisata
mencapai 5.126 ribu orang atau 5,22
persen dari tenaga kerja nasional.
Jumlah tenaga kerja terbesar di sektor
pariwisata diciptakan oleh pengeluaran
wisatawan nusantara yang mencapai
2,72 persen dari jumlah tenaga kerja
nasional,
sementara
pengeluaran
wisatawan mancanegara berperan
sebesar 1,46 persen, untuk permintaan
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
93
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
yang lain kurang memberikan dampak
yang berarti terhadap penyerapan
tenaga kerja yakni pengeluaran
investasi hanya berperan sebesar 0,81
persen, pengeluaran pre-post-trip dari
wisatawan Indonesia yang keluar
negeri sebesar 0,14 persen dan
promosi pariwisata hanya sebesar 0,09
persen.
Sektor akomodasi pada hotel
berbintang secara nasional tercatat
sebanyak 1.169 usaha akomodasi
dengan jumlah kamar 112.079 dan
jumlah tempat tidur sebanyak 174.321.
Sektor ini mampu menyerap pekerja
sebesar 117.684 atau rata-rata 1,227
tenaga kerja per kamar. Untuk hotel
non-bintang secara nasional tercatat
sebanyak 12.585 usaha akomodasi
dengan jumlah kamar 213.139 dan
jumlah tempat tidur sebanyak 349.619.
Sektor ini mampu menyerap pekerja
sebesar 7.747 atau rata-rata 0,516
tenaga kerja per kamar (BPS, 2009).
Kompetensi Tenaga Kerja
Kompetensi merupakan salah
satu pilar utama dalam menciptakan
budaya budaya kinerja yang tinggi
bagi sumberdaya manusia sebagai
modal pembangunan (human capital).
Hal inilah menyebabkan seluruh
sektor,
termasuk usaha/ industri
pariwisata menjadikan kompetensi
sebagai penggerak utama daya saing
dalam kompetisi global.
Kompetensi
merupakan
kemampuan
seseorang
untuk
menghasilkan pada tingkat yang
memuaskan di tempat kerja, termasuk
kemampuan dalam mentransfer dan
mengaplikasikan keterampilan dan
ISSN 1979 - 7168
pengetahuan tersebut dalam situasi
yang baru (transfer skills, contingency
skills, and environment skills).
Kompetensi
menunjukkan
karakteristik
pengetahuan
dan
keterampilan yang dimiliki atau
dibutuhkan oleh setiap individu untuk
melaksanakan
tugas
dan
tanggungjawab mereka secara efektif
dan meningkatkan kualitas profesional
dalam pekerjaan mereka.
McAshan dalam Mulyasa
(2002:38) mengemukakan defenisi
kompetensi sebagai ”... is a
knowledge, skills and abilities or
capabilities that a person achieves,
which become part of his or her being
to the exent he or she can satisfactorily
perform particular cognitive, affective,
and psychomotor behaviors”.
Menurut Wibowo (2011 : 324),
kompetensi adalah suatu kemampuan
untuk melakukan suatu pekerjaan atau
tugas yang dilandasi atas keterampilan
dan pengetahuan serta didukung oleh
sikap kerja yang dituntut oleh
pekerjaan
tersebut.
Kompetensi
menunjukkan
keterampilan
atau
pengetahuan yang dicirikan oleh
profesionalisme dalam suatu bidang
tertentu
sebagai
sesuatu
yang
terpenting, sebagai unggulan bidang
tersebut.
Agung
(2007:123)
mengemukakan pengertian kompetensi
sebagai karakteristik seseorang yang
terkait dengan kinerja terbaik dalam
sebuah
pekerjaan
tertentu.
Karakteristik tersebut terdiri dari lima
hal, yaitu : motif, sifat bawaan, konsep
diri, pengetahuan, dan keahlian. Lebih
jauh dikemukakan bahwa motif adalah
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
94
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
segala sesuatu yang yang secara
konsisten dan terus-menerus difikirkan
untuk terjadi dan merupakan area yang
menggerakkan, mengendalikan dan
mengarahkan prilaku menuju sesuatu
yang ingin dicapai tersebut. Sifat
bawaan
(traits)
menggambarkan
tentang karakteristik fisik maupun
nonfisik seseorang yang relatif tidak
dapat diubah dalam merespon suatu
kejadian. Konsep diri merupakan
pandangan, nilai-nilai, keyakinan dan
citra diri seseorang yang bersifat
individu dan banyak dipengaruhi oleh
pengalaman, pengetahuan, ajaran,
maupun informasi yang diterimanya.
Pengetahuan merupakan sejumlah
informasi maupun teori yang diperoleh
seseorang dalam bidang tertentu.
Sedangkan
keahlian
adalah
kemampuan
seseorang
dalam
mengerjakan sebuah pekerjaan tertentu
yang menjadi bidang kerjanya.
Sejalan dengan pandangan
tersebut, Wibowo (2011 : 325 – 326)
mengemukakan lima tipe karakteristik
kompetensi, yaitu : (a) Motif, adalah
sesuatu
yang
secara
konsisten
difikirkan atau diinginkan orang yang
menyebabkan tindakan, mendorong,
mengarahkan, dan memilih prilaku
menuju tindakan atau tujuan tertentu;
(b) Sifat, adalah karakteristik fisik dan
respons yang konsisten terhadap
situasi atau informasi; (c) Konsep diri,
yaitu sikap, nilai-nilai atau citra diri
seseorang; (d) Pengetahuan, adalah
informasi yang dimiliki seseorang
dalam bidang spesifik dan merupakan
kompetensi yang kompleks, dan (e)
Keterampilan,
yaitu
kemampuan
ISSN 1979 - 7168
mengerjakan tugas fisik atau mental
tertentu.
Defenisi Operasional Variabel
Untuk memberikan kesamaan
pemahaman dalam penelitian ini, maka
variabel penelitian yang digunakan
didefenisikan sebagai berikut:
a. Tenaga
kerja
di
Bidang
Kepariwisataan yang selanjutnya
disebut tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan
pekerjaan
guna
menghasilkan
barang dan/ atau jasa dalam usaha
pariwisata baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.
b. Hotel berbintang adalah suatu
usaha yang menggunakan suatu
bangunan
atau
sebahagian
bangunan yang disediakan secara
khusus, dimana setiap orang dapat
menginap, makan, memperoleh
pelayanan
dan
menggunakan
fasilitas
lainnya
dengan
pembayaran.
c. Hotel melati/ losmen/ penginapan
adalah usaha penyediaan jasa
pelayanan penginapan bagi umum
yang dikelola secara komersial
dengan menyediakan sebahagian
atau seluruh bagian bangunan.
d. Penginapan remaja adalah usaha
penyediaan
jasa
pelayanan
penginapan bagi remaja sebagai
akomodasi dalam rangka kegiatan
pariwisata dengan tujuan untuk
rekreasi, memperluas pengetahuan/
pengalaman dan perjalanan.
e. Pondok wisata adalah usaha
penyediaan
jasa
pelayanan
penginapan bagi umum dengan
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
95
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
pembayaran harian, yang dilakukan
perseorangan dengan menggunakan
sebahagian dari tempat tinggalnya.
f. Usaha akomodasi lainnya adalah
usaha penyediaan jasa pelayanan
penginapan yang tidak termasuk
pada hotel melati, penginapan
remaja, dan pondok wisata,
misalnya wisma.
g. Department/section adalah bagian
atau sub bagian dari bidang profesi
tertentu menurut organisasi hotel
dalam
memberikan
pelayanan
kepada pelanggan, baik yang
berhubungan secara langsung (guest
contact) maupun yang tidak
berhubungan secara langsung dalam
pelayanan tamu (back office).
METHODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
survey yang memaparkan tentang
jumlah
tenaga
kerja
menurut
klasisikasi hotel, jumlah tenaga kerja
menurut bidang (department dan
section), jumlah tenaga kerja menurut
jenis kelamin,jumlah tenaga kerja
menurut tingkat pendidikan, serta
kualitas
tenaga
kerja
menurut
sertifikasi kompetensi.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian
survei
ini
dilaksanakan pada bulan Maret sampai
dengan Oktober tahun 2015. Lokasi
penelitian adalah pada seluruh usaha
hotel berbintang dan non-bintang di
kota Makassar yang tersebar pada 14
kecamatan di kota Makassar.
ISSN 1979 - 7168
Profil Responden
Responden
penelitian
ini
sebanyak 352 pimpinan hotel dan
usaha akomodasi lainnya di Makassar,
namun data yang dapat diolah dan
dianalisis adalah sebanyak 268 hotel
dan usaha akomasi lainnya. Hal ini
disebabkan oleh karena kesesuaian
data dan analisis yang digunakan
terhadap
potensi
tenaga
kerja,
sehingga sebanyak 84 buah hotel dan
usaha akomodasi lainnya tidak dapat
di analisis karena hotel tersebut sedang
dalam tahap renovasi, pembangunan
fisik belum selesai dan belum
beroperasi, hotel yang sudah tidak
beroperasi
lagi
karena
pindah
kepemilikan, serta jenis usaha
akomodasi lainnya berupa rumah atau
pondok penduduk di sekitar destinasi,
khususnya kawasan Pantai Tanjung
Bayang dan Pantai Anging Mammiri.
Adapun rincian hotel dan usaha
akomodasi lainnya yang menjadi
responden dalam survei ini adalah
sebanyak 300 buah, dengan rincian
sebagai berikut:
1) Hotel berbintang, sebanyak 105
buah terdiri dari : Hotel Berbintang
5, sebanyak 2 buah; Hotel
Berbintang 4, sebanyak 8 buah;
Hotel Berbintang 3, sebanyak 33
buah; Hotel Berbintang 2, sebanyak
36 buah; dan Hotel Berbintang 1,
sebanyak 26 buah.
2) Hotel non-bintang, sebanyak 195
buah, terdiri dari :hotel melati
(Jasmine Hotel), sebanyak 78 buah;
penginapan remaja (Youth Hostel),
sebanyak 31 buah; pondok wisata
(Homestay), sebanyak 16 buah; dan
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
96
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
usaha
akomodasi
sebanyak 70 buah.
ISSN 1979 - 7168
Lainnya,
Prosedur Penelitian dan Teknik
Pengumpulan Data
Prosedur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengumpulkan
data
awal
terdokumentasi melalui Badan
Pusat Statistik Provinsi Sulawesi
Selatan
2) Mengembangkan
instrumen
pengumpulan
data.
Instrumen
dikembangkan dengan pendekatan
survei.
3) Mengidentifikasi jumlah responden
menurut klasifikasi populasi.
4) Menyebarkan
kuesioner
dan
melakukan wawancara.
5) Mengumpulkan dan menganalisis
data
melalui
pemeriksaan,
pengkodean, validasi dan tabulasi.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini, terdiri
dari:
1) Kuesioner,
daftar
pertanyaan
digunakan dalam mengumpulkan
data tentang klasifikasi, fasilitas,
department/ section, dan jumlah
tenaga kerja menurut jenis kelamin,
tingkat pendidikan, bidang tugas/
pekerjaan,
dan
sertifikasi
kompetensi yang dimiliki oleh
tenaga kerja perhotelan di kota
Makassar
2) Wawancara, teknik wawancara
digunakan untuk mengklarifikasi
data kuesioner sehingga validitas
data dan informasi penelitian dapat
diyakini
tingkat
validitasnya.
Wawancara
dilakukan
dengan
pertanyaan tertutup dan terbuka.
3) Dokumentasi, teknik dokumentasi
digunakan dalam mengumpulkan
data tertulis, tercetak dan terekam
dari berbagai sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan,
sehubungan dengan jenis data yang
dibutuhkan dalam kegiatan survei.
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kota Makassar
Kota Makassar yang juga
dikenal dengan sebutan Ujung
Pandang, merupakan salah satu kota di
provinsi Sulawesi Selatan yang
mempunyai
keunikan
tersendiri
dengan posisi strategis di bibir pantai
yang merupakan pintu gerbang
kawasan timur Indonesia. Secara
geografis, Kota Makassar berada di
bagian barat daya provinsi Sulawesi
Selatan yaitu pada 5o 8' 6'19" Lintang
Selatan dan 119o 24'17'38" Bujur
Timur dengan ketinggian yang
bervariasi antara 1-25 meter di atas
permukaan laut.
Kota Makassar merupakan
daerah pantai yang datar dengan
kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat,
diapit dua muara sungai yakni sungai
Tallo yang bermuara di bagian utara
kota dan sungai Jeneberang yang
bermuara di selatan kota. Luas wilayah
kota Makassar seluruhnya berjumlah
kurang lebih 175,77 km2 daratan dan
termasuk 11 pulau di selat Makassar
dengan luas wilayah perairan kurang
lebih 100 Km2. Wilayah Kota
Makassar terdiri dari 14 wilayah
kecamatan dengan 1143 wilayah
kelurahan, 974 RW dan 4.827 RT.
Adapun batas-batas wilayah Kota
Makassar adalah : sebelah Utara
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
97
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
berbatasan dengan Kabupaten Maros;
sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Maros; sebelah Selatan
dengan Kabupaten Gowa; dan sebelah
Barat dengan Selat Makassar
Kota Makassar merupakan kota
dengan etnik penduduk yang sangat
heterogen, terdiri dari suku Makassar,
Bugis,
Mandar,
Toraja,
dan
masyarakat dari etnik lainnya seperti
Jawa, Batak, Madura, Banjar, Arab,
China, India, dan sebagainya, dengan
karakteristik bahasa yang sangat
varifatif pula.Dampak dari pluralisme
kehidupan sosial masyarakat ini juga
memberikan kontribusi yang sangat
besar terhadap kehidupan sosial
budaya masyarakat kota Makassar. Hal
ini tercermin dari kekayaan bahasa,
adat istiadat, permainan rakyat, lagu
dan alat music tradisonal, serta upacara
adat dan keagamaan yang terus
bertahan dan bertumbuh dengan baik
seiring dengan pertumbuhan zaman
dan peradaban masyarakat kota
Makassar.
Struktur Tenaga Kerja Perhotelan
Kota Makassar
Usaha dan industri perhotelan Kota
Makassar
Pertumbuhan jumlah hotel di
kota Makassar yang berkembang
sangat pesat memberikan pengaruh
signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja. Hal tersebut telah ikut
menyumbangkan perbaikan ekonomi
masyarakat serta mendorong minat
masyarakat kota Makassar untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan
kepariwisataan dan perhotelan pada
berbagai tingkatan satuan pendidikan,
ISSN 1979 - 7168
mulai pendidikan menengah hingga
pendidikan
tinggi,
termasuk
pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
dan luar sekolah yang menawarkan
berbagai jenis pelatihan dan kursus
menurut kebutuhan sektor perhotelan.
Jumlah hotel di kota Makassar
didominasi oleh hotel non-bintang
yaitu sebanyak 195 buah dan
selebihnya sebanyak 105 buah
merupakan hotel berbintang. Data
jumlah hotel tersebut belum termasuk
hotel dan usaha akomodasi lainnya
yang sedang melakukan renovasi,
hotel yang beralih kepemilikan, hotel
baru yang sedang dalam tahap
penyelesaian yang secara fisik
sebahagian besar akan beroperasi pada
tahun 2015, serta pondok-pondok
wisata milik masyarakat yang terletak
di sekitar kawasan daya tarik wisata
pantai Tanjung Merdeka, Tanjung
Bayang dan Pantai Anging Mammiri.
Berdasarkan klasifikasi hotel
berbintang, jumlah hotel
yang
terbanyak adalah pada kelompok hotel
berbintang 2, sebanyak 36 buah;
disusul
oleh
kelompok
hotel
berbintang 3, sebanyak 33 buah; dan
kelompok hotel berbintang dengan
jumlah terkecil adalah hotel berbintang
5 yang hanya berjumlah sebanyak 2
buah. Pada klasifikasi hotel nonbintang, jumlah hotel terbanyak adalah
pada kelompok hotel melati, sebanyak
78 buah; disusul oleh kelompok usaha
akomodasi lainnya yaitu sebanyak 70
buah; dan kelompok hotel non-bintang
dengan jumlah usaha terkecil adalah
pondok wisata, dengan jumlah hanya
sebanyak 16 buah.
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
98
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Dari jumlah hotel berbintang
sebanyak 105 buah, jumlah kamar
yang tersedia sebanyak 7.732 buah,
dan didominasi oleh kelompok hotel
berbintang 3, yaitu sebanyak 2.841
buah kamar; disusul oleh kelompok
hotel berbintang 2, yaitu sebanyak
2.099 buah kamar; dan kelompok hotel
berbintang 5 merupakan kelompok
dengan jumlah kamar terkecil yaitu
hanya sebanyak 486 buah kamar.
Walaupun dari segi jumlah usaha,
kelompok hotel non bintang lebih
banyak dari jumlah hotel berbintang
namun dalam hal ketersediaan jumlah
kamar menunjukkan bahwa jumlah
kamar hotel berbintang lebih banyak,
yaitu sebesar 7.732 buah kamar dan
hotel non-bintang hanya sebanyak
4.092 kamar.
Jumlah kamar pada klasifikasi
hotel non-bintang menunjukkan bahwa
kelompok hotel melati merupakan
kelompok terbesar dalam ketersediaan
jumlah kamar yaitu sebanyak 1.991
buah, disusul oleh kelompok usaha
akomodasi lainnya, yaitu sebanyak
1.360 buah kamar; dan kelompok
usaha penginapan remaja merupakan
kelompok hotel non-bintang dengan
jumlah kamar terkecil yaitu hanya
sebanyak 220 buah kamar.
Dalam hal ketersediaan jumlah
tempat tidur yaitu sebanyak 14.862
buah, menunjukkan bahwa untuk
klasifikasi hotel berbintang tersedia
tempat tidur sebanyak 9.980 buah, dan
hotel non-bintang tersedia sebanyak
4882 buah tempat tidur. Dari jumlah
tersebut, klasisifikasi hotel berbintang
3 merupakan kelompok dengan jumlah
tempat tidur terbanyak, yaitu sebesar
ISSN 1979 - 7168
3.683 buah; disusul oleh kelompok
hotel berbintang 2, sebanyak 2.766
buah; dan kelompok hotel non-bintang
yaitu pondok wisata merupakan usaha
yang paling sedikit menyediakan
tempat tidur, yaitu hanya sebanyak 241
buah.
Salah satu dampak berganda
(mutiplier effect) yang menjadi
kontribusi positif dari perkembangan
usaha perhotelan di kota Makassar
adalah penyerapan tenaga kerja.
Dalam penyerapan tenaga kerja,
menunjukkan bahwa jumlah tenaga
kerja yang terdistribusi pada usaha
perhotelan di kota Makassar pada
tahun 2015 sebanyak 7.719 orang.
Kelompok usaha yang terbesar dalam
penyerapan tenaga kerja adalah pada
hotel berbintang 3, yaitu sebesar 2.082
orang tenaga kerja; disusul oleh
kelompok
hotel
berbintang
4,
sebanyak 1.503 orang; dan kelompok
usaha yang terkecil dalam penyerapan
tanaga kerja adalah pada usaha pondok
wisata, yang hanya menyerap 88 orang
tenaga kerja.
Selain jumlah usaha, jumlah
kamar, jumlah tempat tidur, dan
penyerapan tenaga kerja adalah rasio
antara jumlah kamar dengan jumlah
tenaga kerja. Rasio tenaga kerja
dengan jumlah kamar menunjukkan
bahwa
pada
klasifikasi
hotel
berbintang adalah 1 : 0,75, dan pada
hotel non-bintang adalah sebesar 1 :
0,47, sehingga secara keseluruhan
rasio antara jumlah kamar dan tenaga
kerja perhotelan di kota Makassar
adalah 1 : 0,66.
Rasio tenaga kerja dan jumlah
kamar
pada
hotel
berbintang
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
99
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
menunjukkan rasio yang lebih tinggi
yaitu sebanyak 1 : 0,75 dibandingkan
dengan rasio kamar dan tenaga kerja
pada hotel non-bintang yang hanya
sebanyak 1 : 0,47. Rasio tenaga kerja
tertinggi
terdapat
pada
hotel
berbintang 4, yaitu sebanyak 1 : 1,03;
kemudian disusul oleh kelompok hotel
berbintang 5, yaitu sebanyak 1 : 0,91;
dan rasio perbandingan antara kamar
dan tenaga kerja yang terkecil adalah
pada kelompok pondok wisata yang
hanya mencapai rasio 1 : 0,40.
Pertumbuhan usaha perhotelan
di kota Makassar lebih didominasi
oleh hotel kecil dan menengah (nonbintang, bintang 1, dan bintang 2)
dengan jumlah kamar antara 25 sampai
50 kamar sehingga lebih memudahkan
dalam pengisian kamar oleh tamu.
Pasar utama usaha perhotelan di kota
Makassar adalah sektor pemerintah
dan perusahaan yang melakukan
kegiatan pertemuan (MICE) dengan
share sekitar 40 %. Hal ini
memberikan pengaruh yang sangat
besar bagi usaha perhotelan dalam
menyediakan fasilitas ruang pertemuan
dan restoran.
Tenaga kerja perhotelan Kota
Makassar
Data mengenai tenaga kerja
menurut jenis kelamin menunjukkan
bahwa dari 7.719 orang tenaga kerja
perhotelan, didominasi oleh tenaga
kerja laki-laki dengan jumlah sebanyak
5.493 orang (71,16%) dan sisanya
sebanyak 2.226 orang (28,84%)
merupakan tenaga kerja perempuan.
Menurut kelompok usia tenaga kerja
menunjukkan bahwa terdapat 3.944
ISSN 1979 - 7168
orang tenaga kerja (51,09) merupakan
pekerja yang berusia antara 26 sampai
dengan 40 tahun. Untuk pekerja yang
tergolong usia muda yaitu pada
kelompok umum 18 sampai dengan 25
tahun, sebanyak 2.971 orang (38,49
%); dan sisanya sebanyak 804 orang
(10,42 %) merupakan tenaga kerja
yang berusia di atas 40 tahun.
Pendidikan merupakan salah
satu faktor utama yang menentukan
kualitas produk dan pelayanan pada
usaha perhotelan. Keberadaan lembaga
pendidikan dan pelatihan perhotelan
pada berbagai tingkatan satuan
pendidikan mulai dari tingkat SMK,
Lembaga Pelatihan, Balai Latihan
Kerja, Akademi, dan Universitas telah
memberikan kontribusi yang sangat
besar dalam penyiapan tenaga kerja
perhotelan yang berkualitas. Selain itu,
khususnya pada hotel berbintang juga
dilakukan pelatihan (in-house training)
secara berkelanjutan sesuai kebutuhan
oparasional hotel.
Tenaga kerja perhotelan kota
Makassar menurut tingkat pendidikan
menunjukkan bahwa dari 7.719 orang
tenaga kerja, masih didominasi oleh
tenaga kerja dengan keterampilan
rendah. Sebanyak 6.044 tenaga kerja
(78,30 %) merupakan tenaga kerja
dengan pendidikan tertinggi adalah
jenjang sekolah menengah atas dan
sekolah menengah kejuruan. Tenaga
kerja dengan kualifikasi pendidikan
diploma sebanyak 1.012 orang (13,11
%), dan terdapat 663 orang tenaga
kerja (8,59 %) yang memiliki tingkat
pendidikan sarjana. Sebagaimana
halnya
dengan
kondisi
umum
pemanfaatan tenaga kerja yang
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
100
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
berhubungan dengan pendidikan dan
keterampilan, tenaga kerja pada
kelompok ini secara keseluruhan
mengisi posisi kerja pada jenjang
tenaga kerja pemula (apperantice),
Junior attendant, serta posisi lain pada
low level operational.
Data
mengenai
bidang
pekerjaan pada hotel di kota Makassar
sangat berbeda menurut klasifikasi dan
jenis hotel. Pada hotel berbintang 3, 4,
dan 5 lebih membutuhkan karyawan
dengan keterampilan spesifik pada
bidang tertentu. Pada hotel berbintang
1 dan 2, struktur tugas pada hotel
memiliki kecenderungan tugas yang
bersifat divisi sehingga terdapat
perluasan
bidang
tugas
(job
enlargement), misalnya divisi kamar
(room division), divisi makanan dan
minum (food & beverage division),
Bidang administrasi umum dan
personalia (general administration and
Personnel department), dan bidang
keuangan (finance department). Pada
hotel non-bintang, lebih cenderung
menggunakan tenaga kerja yang
memiliki keterampilan umum (multiskills)
sehingga setiap karyawan
dituntut untuk dapat melaksanakan
berbagai macam tugas selain tugas
utamanya.
Dalam
hal
sertifikasi
kompetensi tenaga kerja perhotelan di
kota Makassar adalah tenaga kerja
yang telah mengikuti uji kompetensi
dan dinyatakan kompeten serta
memperoleh sertifikat kompetensi
yang diterbitkan oleh Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP) bidang
pariwisata yang berlisensi dari Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
ISSN 1979 - 7168
Menurut
data
dari
kementrian
Pariwisata, jumlah tenaga kerja di
Provinsi Sulawesi Selatan yang telah
disertifikasi pada tahun 2009 sampai
dengan 2012 adalah sebanyak 2.454
orang. Dari jumlah tersebut, terdapat
1.721 orang tenaga kerja perhotelan.
Pada tahun 2015, telah dilakukan
sertifikasi kompetensi sebanyak 850
orang oleh LSP Pariwisata
Jumlah tenaga kerja yang telah
mengikuti uji kompetensi tersebut
disertifikasi oleh beberapa Lembaga
Sertifikasi yang telah memiliki lisensi
dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi
(BNSP), yaitu LSP Pariwisata
Indonesia, Bali; LSP Pariwisata,
Jakarta; LSP Pariwisata Nasional,
Surabaya, LSP Pariwisata Phinisi, LSP
Pariwisata dan LSP Pariwisata Pihak
Pertama
Akademi
Pariwisata
Makassar. Jumlah tenaga kerja
pariwisata yang telah disertifikasi
tersebut meliputi bidang profesi front
office, housekeeping, food & beverage
service, dan food production. Sesuai
dengan pedoman Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP) dan
panduan mutu Lembaga Sertifikasi
Profesi tentang masa berlaku sertifikat
kompetensi, maka keseluruhan dari
pemegang
sertifikasi
kompetensi
tersebut
telah
berakhir
masa
berlakunya, dan sangat disayangkan
karena tenaga kerja tersebut termasuk
industri tempatnya bekerja tidak
memperpanjang sertifikat kompetensi
yang dimiliki.
PENUTUP
Berdasarkan
keseluruhan
uraian dari analisis potensi tenaga
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
101
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
kerja pariwisata, sektor perhotelan di
kota Makassar tahun 2015, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Simpulan
1. Pertumbuhan usaha perhotelan di
kota Makassar lebih didominasi
oleh hotel kecil dan menengah
(non-bintang, bintang 1, dan
bintang 2) dengan jumlah kamar
antara 25 sampai 50 kamar sehingga
lebih memudahkan dalam pengisian
kamar oleh tamu. Pasar utama
usaha perhotelan di kota Makassar
adalah sektor pemerintah dan
perusahaan
yang
melakukan
kegiatan pertemuan (MICE) dengan
share sekitar 40 %.
2. Jumlah hotel di kota Makassar
didominasi oleh hotel non-bintang
yaitu sebanyak 195 buah (65 %)
dan selebihnya sebanyak 105
buah(35 %) merupakan hotel
berbintang. Jumlah kamar yang
tersedia sebanyak 11.824 buah.
Pada hotel berbintang terdapat
7.732 buahkamar, dan didominasi
oleh kelompok hotel berbintang 3,
yaitu sebanyak 2.841 buah kamar;
kelompok hotel berbintang 2,
sebanyak 2.099 buah kamar; dan
kelompok hotel berbintang 5
merupakan
kelompok
dengan
jumlah kamar terkecil yaitu hanya
sebanyak 486 buah kamar.Jumlah
tenaga kerja yang terdistribusi pada
usaha perhotelan di kota Makassar
sebanyak 7.719 orang. Penyerapan
tenaga kerja terbesar adalah pada
hotel berbintang 3, yaitu sebesar
2.082 orang tenaga kerja; kelompok
hotel berbintang 4, sebanyak 1.503
ISSN 1979 - 7168
orang; dan kelompok yang terkecil
dalam penyerapan tanaga kerja
adalah pada usaha pondok wisata,
yang hanya menyerap 88 orang
tenaga kerja.
Rasio antara jumlah kamar dengan
jumlah tenaga kerja menunjukkan
bahwa pada hotel berbintang adalah
1 : 0,75, dan pada hotel non-bintang
adalah sebesar 1 : 0,47, sehingga
secara keseluruhan rasio antara
jumlah kamar dan tenaga kerja
perhotelan di kota Makassar adalah
1 : 0,66.
Jumlah tenaga kerja menurut jenis
kelamin, didominasi oleh tenaga
kerja laki-laki dengan jumlah 5.493
orang (71,16%) dan sisanya
sebanyak 2.226 orang (28,84%)
merupakan tenaga kerja perempuan.
Menurut tingkat pendidikan, masih
didominasi oleh tenaga kerja
dengan
keterampilan
rendah.
Sebanyak 6.044 tenaga kerja (78,30
%) merupakan tenaga kerja dengan
pendidikan pada jenjang sekolah
menengah atas dan sekolah
menengah kejuruan. Tenaga kerja
dengan
pendidikan
diploma
sebanyak 1.012 orang (13,11 %),
dan terdapat 663 orang (8,59 %)
adalah sarjana.
Berdasarkan bidang pekerjaan,
jumlah tenaga kerja terbesar
terserap pada others department
yaitu sebanyak 2.564 orang
(33,22%). Hal ini lebih disebabkan
oleh karena pada bagian ini
merupakan gabungan dari seluruh
depatment/ section diluar empat
bagian utama yaitu front office,
housekeeping, food & beverage,
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
102
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
dan kitchen.
Rekomendasi
1. Diperlukan kebijakan yang lebih
baik dalam pemberian izin
pembangunan
hotel
yang
bersesuaian dengan Rencana Tata
Ruang dan Wilayah kota Makassar
sehingga akan terdistribusi dan
tertata dengan baik pada wilayahwilayah potensil sesuai dengan
RIPARDA Kota Makassar.
2. Pengembangan database hotel kota
Makassar perlu menjadi prioritas
sehingga
dapat
dilakukan
pemantauan dan pengendalian
terhadap jumlah dan kondisi
fasilitas, tenaga kerja, over supply
kamar yang dapat memicu perang
tariff dan kejenuhan pertumbuhan
usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Agung. Lilik. A.M, 2007, Human
Capital Competencies, SketsaSketsa Praktik Human Capital
Berbasis Kompetensi, P.T. Elex
Media Komputindo, Jakarta
Badan Pusat Statistik, 2006, Survey
Tenaga Kerja Nasional 2006,
Jakarta.
Bappenas, 2009, Laporan Akhir
Strategi Pengembangan SDM di
Bidang Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga
Gonczi, A., Hager, P. and Oliver, L.,
1990. Establishing Competencybased
Standards
in
the
Professions. NOOSR Research
Paper No. 1. Department of
ISSN 1979 - 7168
Employment, Education and
Training: Canberra.
Keller, P., & Bieger, T. , 2007.
Productivity
in
Tourism:
Fundamentals and Concepts for
Achieving
Growth
and
Competitiveness. International
Tourism Research and Concepts
(Vol. 2).
OECD, 2012. Tourism Trade and
Policies 2012.OECD
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2004
tentang
BNSP (Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2004
Nomor
78,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4408)
Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 2006 Tentang Sistem
Pelatihan Kerja Nasional.
Sandberg,
J,
1991.
Human
Competence at Work. Göteborg:
Acta
Universitatis
Gothoburgensis.
Tilaar, H.A.R. 1998. Manajemen
Pendidikan Nasional; Kajian
Pendidikan
Masa
Depan.
Bandung
:
PT.
Remaja
Rosdakarya.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor
39, Tambahan Lembaran Negara
Republik
Indonesia
Nomor
4279).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
103
P3M Politeknik Pariwisata Makassar
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
ISSN 1979 - 7168
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4301).
Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang
Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor
11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966)
UNDP – WTO, 1988. Tourism
Product Improvement Study.
Madrid: Final Report,.
Zuhal, 2008, Kekuatan Daya Saing
Indonesia, PT. Kompas Media
Nusantara.Jakarta.
Jurnal Kepariwisataan, Volume 10, No. 02 Agustus 2016, Halaman 90-104
104
Download