FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DALAM PELAKSANAAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANIKI BAWAH, KOTA MANADO Roni Ruung*, Febi K Kolibu*, Chreisye K. F. Mandagi* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Pelaksanaan posyandu memegang peranan dalam peninkatan derajat kesehatan masyarakat, bila kader tidak aktif maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi bayi atau balita dibawa lima tahun tidak dapat dideteksi secara jelas.. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader Posyandu dalam pelaksanaan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Paniki bawah, Kota Manado. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan rancangan crosssectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Mapanget di 7 kelurahan yaitu, kairagi satu, kairagi dua, paniki bawah, paniki satu, paniki dua, lapangan dan mapanget pada bulan april – juli 2017. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah kader posyandu yang terdaftar dalam data pelaksanaan kegiatan posyandu yaitu 42 orang kader. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan kader memiliki nilia p = 0,362 (Pvalue > 0,05). Terdapat 27 (64%) responden pernah mengikuti pelatihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kader memiliki nilai p = 0,006 (Pvalue < 0,05). Terdapat 23 (54,8) responden yg memiliki motivasi yang baik dan terdapat 27 (64,3) kader yang aktif. Kesimpulan tidak terdapat hubungan antara pelatihan dengan keaktifan kader posyandu dan Terdapat hubungan antara motivasi kader dengan keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. Puskesmas paniki bawah dan Pemerintah Kelurahan untuk terus dapat memotivaso para kader Posyandu agar selalu aktif dalam kegiatan Posyandu. Kata Kunci: Pelatihan, Motivasi, Keaktifan Kader ABSTRACT Posyandu implementation plays a role in improving the health status of the community, if the cadres are not active then the implementation of posyandu will be impeded and consequently the nutritional status of infants or under five years cannot be detected precisely. Objective: To determine the factors that have relationship with the activeness of Posyandu cadres in the implementation of Posyandu in Paniki Bawah primary health centre working area, Manado City. The type of this research was analytic survey research with cross-sectional study design. This research was conducted in Mapanget subdistrict in 7 urban villages namely, Kairagi Satu, Kairagi Dua, Paniki Bawah, Paniki Satu, Paniki Dua, Lapangan and Mapanget in april - july 2017. Population and sample in this research was posyandu cadre registered in the data of the implementation of Posyandu activities with total number was 42 cadres. The instrument used in this study was a questionnaire. Data were analyzed using univariate and bivariate analysis. The results showed that cadre training p = 0.362 (P value> 0.05). There were 27 (64%) of respondents have attended the training. The results showed that the motivation of cadres p = 0.006 (Pvalue <0.05). There were 23 (54.8) respondents who have good motivation and there were 27 (64.3) active cadres. Conclusion there was no relationship between training and the activeness of posyandu cadres and there was relationship between cadre motivation and activeness of posyandu cadre in Paniki Bawah primary health centre working area. Paniki Bawah primary health centre and urban village Government to continue to motivate Posyandu cadres to constantly be active in Posyandu activities. Keywords: Training, motivation, cadre activeness 1 PENDAHULUAN dan yang aktif berjumlah 49 dan yang kurang Peran kader dalam posyandu sangat penting aktif 14, tahun 2014 dan tahun 2015 jumlah karena dalam kader kesehatan adalah 70 yang aktif 55 orang pelaksanaan posyandu, bila kader tidak aktif dan yang kurang aktif berjumlah 15 orang dan maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi pada tahun 2016 jumlah tenaga kader posyandu tidak lancar dan akibatnya status gizi bayi atau berjumlah 60 orang, yang aktif berjumlah 30 balita dibawa lima tahun tidak dapat dideteksi orang dan yang kurang aktif berjumlah 30 secara jelas, Hal ini akan mempengaruhi orang, tingkat aktifnya tenaga kader kesehatan untuk satu kader bertanggung keberhasilan khususnya dalam jawab program pemantauan posyandu tumbuh data tersebut menunjukan kurang tahun terakir. kembang balita (Legi, 2015). Presentase kader aktif secara nasional adalah 69,2% dan angka METODE PENELITIAN drop-out kader sekitar 30,8% (Adisasmito, Jenis penelitian ini adalah penelitian survey 2010). Puskesmas Paniki Bawah dengan analitik dengan wilayah kerja yang terdiri dari tujuh kelurahan study. Penelitian yakni kairagi satu, kairagi dua, paniki bawah, Kecamatan Mapanget di 7 kelurahan yaitu, paniki satu, paniki dua, lapangan, mapanget kairagi satu, kairagi dua, paniki bawah, paniki barat, dengan salah satu program yang ada di satu, paniki dua, lapangan dan mapanget pada Puskesmas Paniki Bawah yaitu Kesehatan Ibu bulan april – juli 2017. Populasi dan sampel dan Anak dimana dilibatkan kader kesehatan dalam penelitian ini adalah kader posyandu dalam program yang terdaftar dalam data pelaksanaan kegiatan tersebut, tenaga kader kesehatan dari 21 posyandu yaitu 42 orang kader. Instrumen yang posyandu. Pada tahun 2012 berjumlah 60 orang digunakan dan yang aktif 45 dan kurang aktif sebanyak kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah 15 orang dan tahun 2013 berjumlah 65 orang analisis univariat dan bivariat. Hasil penlitian membantu meningkatkan rancangan dalam ini cross-sectional dilaksanakan penelitian ini di adalah HASIL PENELITIAN Tabel 1. Hubungan pelatihan kader dengan keaktifan kader Keaktifan Kader Tidak Aktif n % n % Pernah 59 41 16 11 Tidak pernah 73 27 11 4 Total 27 64 15 36 Tabel 1. menujukan bahwa dari 27 responden responden Pelatihan Kader Aktif yang pernah mengikuti pelatihan terdapat 16 Total n 27 15 42 yang aktif P value % 100 0,362 100 100 dan 11 responden yang aktif dan 15 responden yang tidak pernah 2 mengikuti pelatihan dan yang aktif 11 responden dan yang tidak aktif 4 Tabel 2. Hubungan motivasi dengan keaktifan kader Keaktifan Kader Aktif Kurang Aktif Motivasi Kader n Baik Kurang Baik 19 8 % 83 42 Total 27 60 n Total 4 11 % 17 58 n 23 19 % 100 100 15 36 42 100 P value OR 0,006 6,531 Tabel 2. Menunjukan bahwa hubungan antara dilaksanakan oleh Puskesmas setempat dan motivasi Dinas kesehatan. kader posyandu dengan diperoleh keaktifan sebanyak 27 Hasil penelitian yang dilakukann di wilayah responden yang aktif dengan rincian 19 kerja Puskesmas paniki bawah bertujuan untuk responden yang memiliki motivasi yang baik melihat bahwa pelatihan kader merupakan dan yang memiliki motivasi kurang baik salah satu faktor yang berhubungan dengan sebanyak 8 responden sedangkan responden keaktifan kader posyandu. Hasil penelitian ini yang kurang aktif sebanyak 15 orang dengan menunjukan bahwa dari 42 kader posyandu rincian responden yang memiliki motivasi baik terdapat 27 kader yang pernah mengikuti sebanyak 4 orang dan responden yang memiliki pelatihan dan 15 kader yang tidak pernah motivasi kurang baik sebanyak 11 orang. mengikuti pelatihan. Dari 27 kader yang Berdasarkan uji chi-square pernah mengikuti pelatihan terdapat 16 kader diperoleh nilai p= 0,006 < 0,05 artinya, yang aktif dan 11 kader yang kurang aktif. terdapat hubungan antara motivasi kader Sedangkan dari 15 kader yang tidak pernah dengan keaktifan kader posyandu. mengikuti pelatihan terdapat 11 kader yang hasil data kader analisis aktif dan 4 kader yang kurang aktif. Hal ini PEMBAHASAN menunjukkan bahwa sebagian kader yang tidak Hubungan pelatihan kader dengan keaktifan pernah mengikuti pelatihan berperan aktif kader dalam kegiatan posyandu. Tetapi, hasil analisis Pelatihan untuk bivariat dengan menggunakan uji chi square di meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peroleh nilai p value = 0,362. Karena nilai p kader serta kemandirian kader.pelatihan yanng value > α ( 0,05) maka tidak terdapat hubungan di dapatkan oleh kader turut meningkatkan antara pelatihan kader dengan keaktifan kader, keaktifan dan partisipasi dalam setiap kegiatan atau hipotesis nol diterima. posyandu. kader merupakan Biasanya upaya pelatihan kader 3 Dari hasil tersebut, peneliti juga yang menyatakan bahwa tidak mendapatkan berpendapat bahwa kader yang mengikuti pelatihan pelatihan akan lebih terampil dan handal dalam berkesinambungan. Hal ini mejadi perhatian pelaksanaan kegiatan posyadu. Kader yang besar untuk para petugas kesehatan khususnya terampil dan handal akan lebih mudah untuk di Puskesmas di wilayahnya. Perlu adanya menerapkan materi yang akan dibawakan. Hal evaluasi ulang terhadap kegiatan posyandu ini juga akan bermanfaat untuk pengembangan untuk melakukan pelatihan kader secara rutin posyandu di daerahnya. dan berkesinambungan. Hasil penelitian bertahap dan Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Roesli (2017) menyatakan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh bahwah tidak ada hubungan pelatihan kader Mandagi (2014) tentang faktor-faktor yang dengan berhubungan dengan keaktifan kader posyandu diwilayah sejalan secara dengan keaktifan ini kader kader kerja posyandu Puskesmas balita Tumpaan di wilayah kerja Puskesmas Minahasa Talawaan Kabupaten Minahasa Selatan. Roesli (2017) Kabupaten Utara, dengan menyatakan bahwah sebagian besar kader tidak menggunakan desain penelitian survey analitik pernah mengikuti pelatihan kader tetapi aktif dengan pendekatan cross sectional study dalam kegiatan posyandu. Kader yang tidak dengan uji statistik menggunakan uji Fisher pernah mengikuti pelatihan akan kesulitan Exact, didapatkan bahwa terdapat hubungan dalam menyampaikan materi. antara pelatihan kader dengan keaktifan kader Hasil dalam penelitian ini juga diperkuat posyandu dengan nilai p value = 0,003 < α dengan jawaban yang diberikan oleh responden (0,05). Mandagi (2014) menyatakan bahwa terkait dengan pemberian penghargaan berupa kader yang tidak pernah mengikuti pelatihan sertifikat setelah mengikuti pelatihan. Sebagian tidak menutup kemungkinan untuk tidak aktif besar responden mengatakan bahwa tidak karena mendapatkan sertifikat penghargaan setelah keterampilan, mengikuti pelatihan. Hal ini menunjukkan melakukan tugasnya. bahwa perlu adanya evaluasai dalam kurangnya sikap pengetahuan dan motivasi dan dalam Hasil penelitian Prang (2013) tentang melakukan pelatihan kader posyandu guna faktor-faktor untuk keaktifan kader Posyandu di wilayah kerja meningkatkan kualitas kader dan yang berhubungan keikutsetaan dalam kegiatan posyandu, dengan Puskesmas pemberian insentif (penghargaan) untuk para Kabupaten kader posyandu setelah mengikuti pelatihan. menggunakan desain penelitian survey analiik Selain masalah pemberian insentif, penelitin ini dengan pendekatan cross sectional study, serta juga diperkuat dengan jawaban sebagian kader menggunakkan 4 Tareran dengan Kecamatan Tareran Selatan dengan Minahasa analisis uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara Adapun saran yang dapat diberikan pelatihan berkaitan dengan hasil penelitian yang kader dengan keaktifan kader Posyandu. Sebagian besar kader posyandu dilakukan adalah sebagai berikut : berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu Puskesmas Paniki Bawah dan Pemerintah pada Kelurahan untuk dapat terus memotivasi kelompok yang pernah mengikuti pelatihan (Prang, 2013). para kader Posyandu agar terus aktif Pelatihan merupakan sesuatu kegiatan yang Posyandu. Karna pentingnya Posyandu bagi ibu hamil, ibu dikarenakan pendidikan pada hakikatnya tidak menyusui dan bayi di bawah lima tahun pernah berakhir (Moekijat, 2010). Untuk dalam setiap memantau kesehatan ibu menjadi seorang kader posyandu maka para hamil dan balita. kader secara kegiatan terus-menerus, calon dilakukan dalam posyandu wajib mengikuti pelatihan-pelatihan. Hal ini dikarenakan dalam DAFTAR PUSTAKA melaksanakan tugasnya kader posyandu sering Adisasmito, W. melakukan pengetahuan penyuluhan, dan sehingga keterampilan perlu Jakarta: PT. RajaGafindo Persada melalui Moekijat.2010. pelatihan kader posyandu (Ismawati, 2010). penelitian tentang Sumber Daya N. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader KESIMPULAN yang Menajemen Manusia. Bandung: CV. Mandar Maju. Legi Kesimpulan 2010. Sistem kesehatan. diperoleh dari faktor-faktor hasil Posyandu di Wilaya kerja Puskesmas yang Ranotana weru (Online berhubungan dengan keaktifan kader posyandu http://download.portalgaruda.org/article. di wilayah kerja Puskesmas Paniki Bawah Kota php?article=402185&title=FAKTOR%2 Manado pada bulan Mei-Juli 2017 yaitu: 0YANG%20BERHUBUNGAN%20DN Tidak terdapat hubungan antara pelatihan GAN%20KEAKTIFAN%20KADER20 dengan keaktifan kader posyandu di wilayah %POSYANDU%20DI%20WILAYAH% kerja Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. 20KERJA%20PUSKESMAS%20RANO Terdapat hubungan antara motivasi kader TANA%20WERU. dengan keaktifan kader posyandu di wilayah tanggal 17 Maret 2017 ) kerja Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. Prang, R. 2013. Di akses pada Faktor-Faktor Yang Berhungan Dengan Keaktifan Kader SARAN 5 6