BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, jumlah kematian dari penyakit kardiovaskular dan penyakit sirkulasi meningkat tiga kali lipat antara 1990 dan 2010, dan satu dari tiga kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular pada tahun 2015 (Mahmood et al., 2014). Berdasarkan American Heart Association memiliki (AHA) penyakit 71,3 juta kardiovaskular penduduk pada Amerika 2003, dan menyebabkan kematian pada 1 juta penderitanya di tahun yang sama. Diantaranya, sebanyak 13,2 juta diestimasi menderita penyakit jantung koroner (Kleinschmidt, 2006). Di Asia dan Afrika sebagai negara berkembang, telah terjadi kecenderungan peningkatan kasus penyakit jantung koroner Indonesia, (PJK) penyakit dan kematian kardiovaskular akibat telah PJK. Di menduduki peringkat pertama sebagai penyebab utama kematian umum pada tahun Tangga 2000 (SKRT) dari 2001 hasil Survei sebesar 26,3 Kesehatan persen Rumah kematian (Mihardja & Siswoyo, 2009). Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah manifestasi dari penyakit kardiovaskular dengan prevalensi 1 tertinggi dan mortalitas berhubungan yang tinggi. dengan morbiditas Penyakit jantung dan koroner merupakan penyakit yang progresif, dan dalam perjalanan penyakitnya, stabil menjadi sindrom pektoris (IMA) sering keadaan koroner tak terjadi akut stabil (Bassand et plak arteri pada thrombosis, keadaan sebagai yang dikenal (SKA), yang meliputi al., spektrum dari akut (APTS) menjelaskan perubahan dan 2007). infark miokard akut Sindrom koroner akut klinis yang koroner, yang embolisasi dan angina mengikuti disrupsi diperparah obstruksi dari dengan perfusi miokardium (Rhee et al., 2011). Penyakit jantung koroner adalah penyebab dari 52 persen insidensi gagal jantung pada populasi umum dibawah usia 75 tahun (Fox et al., 2001). Penelitian yang dilakukan menunjukkan adalah miokard, jantung bahwa komplikasi dan akut Hasdai et gagal jantung yang apabila al. sering hal berhubungan pada tahun ringan dan sedang dari infark terjadi tersebut dengan terjadi, peningkatan 2003 gagal risiko kematian dalam 30 hari sebesar 4 kali lipat (Hasdai et al., 2003). Gagal jantung pada saat admisi ke rumah sakit berhubungan dengan 3 sampai 4 kali peningkatan 2 risiko kematian di rumah sakit kematian dalam 6 bulan (Steg et al., 2004). The Factor Framingham Intervention Heart Study, Trial, dan the the Multiple Lipid Risk Research Clinic menemukan adanya hubungan langsung antara kadar kolesterol low density lipoprotein (LDL-C) dengan onset baru PJK pada pria dan wanita yang sebelumnya tanpa PJK. Penurunan konsentrasi LDL-C adalah target utama dari prevensi PJK berdasarkan guideline nasional dan internasional guideline mg/dL terbaru. Pada merekomendasikan (2,6 mmol/L). Obat pasien dengan PJK, target level LDL-C < 100 penurun lipid 3-hydroxy-3- methylglutaryl coenzyme A reductase inhibitor seperti statin dapat menurunkan kejadian PJK, tetapi kadar LDLC pada terapi statin tidak selalu prediktif terhadap keluaran (Grundy et al., 2004). Low density heterogen, lipoprotein berdasarkan ukuran memiliki dan struktur yang densitasnya. Low density lipoprotein terbagi dalam tujuh subtipe (LDL1LDL7) dengan ukuran, densitas, dan komposisi kolesterol yang berbeda-beda, LDL1-LDL2 berukuran besar sampai sedang atau disebut juga sebagai large buoyant LDL (lbLDL), sedangkan LDL3-LDL7 merupakan LDL yang berukuran 3 kecil dan padat yang disebut dengan small dense LDL (sd-LDL). sangat yang Dari ketujuh atherogenik lebih mengalami subtipe karena LDL, ukurannya mudah menembus oksidasi karena sd-LDL kecil subendotel, intinya bersifat dan padat sangat mudah tidak mengandung antioksidan, memiliki afinitas rendah terhadap reseptor LDL di liver sehingga sd-LDL tidak dapat masuk ke liver untuk diekskresi dan beredar lebih lama di sirkulasi sampai dengan 5 hari, bila dibandingkan dengan lb-LDL yang hanya 2 hari. Small dense LDL memiliki afinitas tinggi terhadap proteoglikan sehingga akan mengalami retensi dan (Packard, modifikasi 2003; dalam Arsenault et spasium al., subendotelial 2007). Dominansi partikel sd-LDL berhubungan dengan peningkatan 3-7 kali lipat dari risiko penyakit jantung koroner (Packard, 2003). Small dense LDL berhubungan kuat dengan berbagai tipe penyakit jantung koroner, independen dari faktor risiko tradisional berhubungan dengan dan nontradisional, keparahan dan luas tetapi lesi tidak koroner (Mohan et al., 2005). The Quebec cardiovascular study menunjukkan bahwa proporsi sd-LDL yang lebih besar adalah prediktor kuat dan independen terhadap kejadian PJK pada 7 tahun 4 pertama follow peningkatan up selama konsentrasi penelitian. lb-LDL Sebaliknya, bukan merupakan prediktor buruk untuk PJK (St-Pierre et al., 2005). Hal ini mrnunjukkan bahwa atherogenesitas LDL berbeda diantara subtipe LDL, dan bahwa hubungan LDL-C dengan PJK terutama karena komponen sd-LDL. Berdasarkan adalah fakta komplikasi di atas, tersering bahwa dari gagal IMA, jantung dan sd-LDL mungkin memiliki hubungan dengan terjadinya IMA, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar sd-LDL pada pasien IMA dengan gagal jantung akut dan tanpa gagal jantung akut. B. Rumusan Masalah Penyakit jantung koroner adalah penyebab dari gagal jantung akut pada 60-70 persen pasien, terutama pada populasi lanjut usia. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi sebagai faktor yang berhubungan dengan insidensi infark miokard, salah satunya adalah kadar sd-LDL. Namun apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari kadar sd-LDL pada pasien infark miokard akut yang mengalami gagal jantung akut dan tidak mengalami gagal jantung akut masih belum sepenuhnya diketahui, karena 5 penelitian tentang kadar sd-LDL khususnya pada penderita infark miokard akut masih sangat terbatas. C. Pertanyaan Penelitian Apakah kadar sd-LDL pasien IMA dengan gagal jantung akut lebih tinggi dibanding pasien IMA tanpa gagal jantung akut? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar small dense LDL dengan terjadinya komplikasi gagal jantung akut pada pasien dengan infark miokard akut. E. Keaslian Penelitian Penelitian dense LDL dilakukan tentang dengan oleh hubungan penyakit beberapa antara jantung peneliti kadar small koroner sudah sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Koba et al. (2008) dengan judul “Small Determining Severe Coronary LDL-Cholesterol Atherosclerosis”, for dimana penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi sd-LDL-C adalah penanda yang lebih baik dibandingkan konsentrasi LDL-C dalam menentukan keparahan PJK. Pasien PJK, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kadar sd-LDL yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan 6 subjek kontrol yang tidak menderita PJK. Pasien PJK juga memiliki kadar lb-LDL dibandingkan dengan kontrol. yang lebih rendah Hasil tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh St-Pierre et al. (2004) yang menunjukkan bahwa predominansi dari sd-LDL adalah faktior risiko yang kuat dan independen terhadap terjadinya penyakit jantung iskemik pada pria, terutama pada 7 tahun pertama follow up. Sedangkan peningkatan lb-LDL tidak berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung iskemik pada 13 tahun follow up. Kwon et sectional al., (2006) terhadap atherosklerosis pada melakukan penelitian hubungan PJK. Dari cross sd-LDL dengan penelitian tersebut ditemukan bahwa terdapat korelasi negatif sedang yang bermakna antara sd-LDL dengan atherosklerosis pada PJK dengan r= -0,4; p=<0,001. Gruzdeva et al. (2013), pada penelitiannya yang berjudul “Relationship between free fatty acids, insulin resistance markers, and oxidized lipoproteins in myocardial failure” menunjukkan dislipidemia masuk infarction dalam yang and acute bahwa pasien atherogenik, klasifikasi left ventricular IMA dan pasien Killip II-IV memiliki IMA yang memiliki konsentrasi oxidized LDL pada hari pertama yang lebih 7 tinggi secara signifikan dibandingkan pasien IMA dengan Killip I (p<0,05). Pada hari ke 12, kedua kelompok memiliki tendensi terhadap peningkatan konsentrasi oxidized LDL. Namun belum terdapat penelitian tentang hubungan yang pasti antara kadar sd-LDL dengan kejadian gagal jantung akut sebagai salah satu komplikasi dari infark miokard akut. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi tenaga medis Jika terbukti bahwa terdapat hubungan antara kadar sd-LDL dengan kejadian gagal jantung akut pada pasien IMA, maka penelitian ini dapat bermanfaat bagi klinisi untuk melakukan pemeriksaan sd-LDL pada pasien-pasien yang memiliki faktor risiko atau penyakit jantung koroner, sehingga dapat memberikan pengobatan rasional dan memperbaiki klinisi dapat outcome berperan dari dalam pasien. upaya Selain preventif itu, primer yang lebih efektif terhadap penyakit kardiovaskular, sehingga insidensi PJK dapat menurun di masa yang akan datang. 2. Bagi institusi pelayanan kesehatan 8 Melengkapi sehingga dapat parameter membantu pemeriksaan identifikasi laboratorium faktor risiko atherosklerosis pada PJK. 3. Manfaat bagi pasien Bagi preventif pasien primer diharapkan dan sekunder dapat supaya dilakukan terhindar upaya dari kejadian sindrom koroner akut. 9