94 METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian analisis-kuantitatif dan deskriptifkualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Secara umum, studi kasus memberikan akses dan peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif, dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar-variabel, serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas. Selain itu, studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuantemuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam, dalam rangka pengembangan ilmu (Yin 1997; Azis 2003). Black dan Champion (1992) menyebutkan beberapa keunggulan spesifik studi kasus, di antaranya: (1) bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang digunakan; (2) keluwesan studi kasus menjangkau dimensi yang sesungguhnya dari topik yang diselidiki; (3) dapat dilaksanakan secara praktis di dalam banyak lingkungan sosial; (4) studi kasus menawarkan kesempatan menguji teori. Disamping keunggulan, juga terdapat sejumlah kelemahan: pertama, studi kasus kurang memberikan dasar yang kuat terhadap suatu generalisasi ilmiah; Kedua, ada kecenderungan studi kasus kurang mampu mengendalikan bias subyektivitas peneliti. Untuk mengatasi hal tersebut, empat hal penting yang perlu diperhatikan sebelum menetapkan penggunaan metode studi kasus: pertama, studi kasus harus signifikan. Artinya, kasus yang diangkat mengisyaratkan sebuah keunikan dan betul-betul khas, serta menyangkut kepentingan publik atau masyarakat umum; kedua, studi kasus harus lengkap. Kelengkapan ini dicirikan oleh tiga hal: (1) kasus yang diteliti memiliki batas-batas yang jelas (ada perbedaan yang tegas antara fenomena dengan konteksnya); (2) tersedianya bukti-bukti relevan yang meyakinkan; dan (3) mempermasalahkan ketiadaan kondisi buatan tertentu; ketiga, studi kasus mempertimbangkan alternatif perspektif; keempat, studi kasus 95 harus menampilkan bukti yang memadai dan secara bijak mendukung atas kasus yang diteliti (Yin 1997; Bungin 2003). Pendekatan studi kasus yang digunakan tidaklah kaku sifatnya, dan sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan perkembangan fakta empiris yang tengah dicermati. Hal ini tidak berarti terjadinya inkonsistensi, melainkan terhadap fenomena sosial yang menjadi unit analisis, lebih dikedepankan dan diutamakan aspek emik daripada etik-nya. Hal ini menyangkut prinsip dalam penelitian kualitatif. Sebab, fenomena dan praktik-praktik sosial, sebagai sasaran ”buruan” penelitian kualitatif tidak bersifat mekanistik, melainkan penuh dinamika dan keunikan, dan karenanya tidak bisa diciptakan dalam otak dan menurut kehendak peneliti semata (Bungin 2003; Vayda 1996 diacu dalam Golar 2007). Transisi-transisi antara fenomena dan pengamatan dapat dilihat pada Gambar 8. emik etik Metode Penelitian Gambar 8. Transisi-transisi antara fenomena dan pengamatan yang berbeda. I: Informan, R: peneliti, P: fenomena, PI: fenomena yang diinterpretasikan oleh I, PR (I) : PI yang diinterpretasikan oleh R. (diadaptasi dari Gooner 2001 diacu dalam Golar 2007). 96 Lokasi dan Waktu Penelitian Penetapan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan penelusuran hasil-hasil penelitian terdahulu, baik yang dilakukan oleh tim STORMA, maupun penelitipeneliti perorangan, serta dosen pembimbing serta survey pendahuluan. Melalui hasil penelusuran awal tersebut ditetapkan secara purposive Desa Salua sebagai lokasi penelitian. Secara administratif Desa Salua, terletak di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah Beberapa pertimbangan yang mendasari penetapan Desa Salua sebagai lokasi penelitian, di antaranya: (1) sebagian besar wilayah Desa Salua berbatasan langsung dengan kawasan TNLL; (2) masyarakat Desa Salua sangat bergantung kepada TNLL baik secara langsung maupun tidak langsung; (3) Desa Salua memilik ancaman dari banjir dan erosi karena terletak di lembah Kulawi dan dilewati oleh tiga sungai besar (sungai Miu, Salua dan Lariang). Selain itu, beberapa pertimbangan penting lainnya adalah : pertama, desa ini belum pernah menjadi site penelitian yang dilakukan oleh STORMA (Stability of Rainforest Margins in Indonesia) yang merupakan mitra dalam penelitian ini. Site utama penelitian STORMA di Kecamatan Kulawi adalah Desa Toro. Dengan demikian, untuk memperluas wilayah penelitian STORMA dipilihlah Desa Salua sebagai lokasi penelitian. Penelitian berlangsung selama dua bulan, yang dimulai pada awal bulan Agustus 2005 dan diselesaikan pada bulan September 2005. Metode Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan terdiri atas: (a) wawancara individual dengan key person (key person interview); (b) pengamatan terlibat (participant observation); dan (c) wawancara dengan rumah tangga (household interview). Wawancara Individual dengan Key Person Metode ini dilakukan dengan wawancara indepth interview dan wawancara bertipe open-ended, menggunakan kuisioner. Indepth interview digunakan untuk mengumpulkan data-data menyangkut perubahan lingkungan yang terjadi dan perumusan strategi pengelolaan lingkungan di Desa Salua dengan menggunakan 97 analisis SWOT. Selain itu, ditanyakan pula sejarah pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan dalam rentang waktu tertentu. Untuk mendapatkan sumber informasi atau informan kunci yang tepat dilakukan tiga tahap, yakni: 1) pemilihan responden awal yang terkait dengan fokus penelitian; 2) pemilihan responden lanjutan guna memperluas deskripsi informasi dan melacak variasi informasi yang mungkin ada; dan 3) menghentikan pemilihan responden lanjutan bilamana dianggap sudah tidak ditemukan lagi variasi informasi. Dalam menempuh tiga tahapan tersebut digunakan metode snowball sampling. Dalam pemilihan informan kunci awal digunakan empat kriteria, sebagai berikut: 1. Subjek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas pengelolaan lingkungan di Desa Salua, serta menghayati secara sungguh-sungguh sebagai akibat dari keterlibatannya yang cukup lama dengan kegiatan yang bersangkutan. Hal ini ditandai oleh kemampuannya dalam memberikan informasi (hafal “di luar kepala”) tentang sesuatu yang ditanyakan 2. Subjek memiliki jabatan pada lembaga desa atau lembaga adat 3. Subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk diwawancarai 4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dipersiapkan terlebih dahulu. Mereka ini tergolong “lugu” (apa adanya) dalam memberikan informasi, sehingga diharapkan dapat diperoleh informasi yang lebih faktual Untuk mendukung validitas data yang dikumpulkan, selain menggunakan metode wawancara dilakukan pula studi pustaka, terutama terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu serta dokumen-dokumen terkait lainnya. Pengamatan Terlibat (participant observation) Metode ini digunakan terutama dalam mengamati secara langsung praktik pengelolaan lingkungan/hutan di Desa Salua. Pengamatan difokuskan pada sejauh mana masyarakat menerapkan prinsip-prinsip kelestarian, serta sejauh mana peran lembaga adat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan hidup, 98 aktivitas masyarakat dalam pengelolaan hutan, serta kondisi lingkungan aktual di Desa Salua. Beberapa perilaku terselubung (covered behavior) lainnya dicatat dan diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap penelitian yang dilakukan. Dalam metode ini ditetapkan dua orang responden kunci (key informan), yang merupakan sumber informasi utama dan juga sebagai mitra yang membantu peneliti berinteraksi dengan masyarakat Salua. Responden pertama adalah salah seorang tokoh masyarakat adat Salua, dan responden kedua adalah tokoh pemuda Salua, yang juga aktif dalam organisasi pemuda adat di Desa Salua. Melalui reponden inti, peneliti ikut menjalani aktifitas sehari-hari masyarakat desa, sehingga peneliti dapat diterima di komunitas tersebut. Salah satu pengamatan terlibat (participatory observation) yang dilakukan adalah menelusuri sungai Salua sampai ke hulu untuk mengetahui kondisi lingkungan di hulu sungai. Wawancara dengan Rumah Tangga (household interview) Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam household interview adalah Simple Random Sampling. Metode ini dipakai karena berdasarkan survei pendahuluan, karakteristik populasi relatif homogen, diantaranya dari segi pekerjaan, pendapatan dan pendidikan. Fokus dari wawancara individu ini adalah kemauan membayar masyarakat untuk program perbaikan lingkungan. Tahapan dalam pengambilan contoh adalah sebagai berikut : 1. Mencari daftar seluruh kepala keluarga yang ada di Desa Salua 2. Melakukan penomoran terhadap daftar kepala keluarga yang ada 3. Daftar kepala keluarga yang telah diberikan nomor dipilih secara acak, dengan cara diundi Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 204 rumah tangga atau ± 73% dari total rumah tangga yang ada di Desa Salua yang berjumlah 278. Data dan Pengukurannya 99 Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui (a) wawancara individual dengan person kunci (key person interview); (b) pengamatan terlibat (participant observation); dan (c) wawancara dengan rumah tangga (household interview) dengan menggunakan kuisioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran data yang berasal dari literatur, potensi desa, kecamatan dan kabupaten dalam angka, serta sumber-sumber lain yang relevan. Data Primer Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : 1. Jumlah anggota keluarga 2. Dampak banjir, erosi, dan bahaya lingkungan yang tidak diketahui terhadap kehidupan responden 3. Kemungkinan terjadinya bencana banjir, erosi, dan bahaya lingkungan yang tidak diketahui di masa yang akan datang 4. Pihak yang bertanggungjawab terhadap pencegahan banjir, erosi, dan bahaya lingkungan yang tidak diketahui 5. Data tentang kemauan membayar (willingness to pay) masyarakat Desa Salua terhadap perbaikan lingkungan dari ancaman banjir dan erosi serta bahaya lingkungan yang tidak diketahui 6. Pendapatan rumah tangga rata-rata per bulan 7. Tingkat pendidikan responden 8. Pekerjaan responden 9. Pengetahuan responden terhadap “Katuwua” (suatu keyakinan akan keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam) 10. Data tentang kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang yang dimiliki oleh masyarakat Desa Salua dalam mengelola lingkungan secara lestari Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : 1. Data sosial ekonomi 100 2. Letak dan keadaan geografis lokasi penelitian 3. Data tentang Taman Nasional Lore Lindu Pengukuran data menggunakan skala interval dan rasio dengan tingkat penjenjangan. Pengukuran variabel penelitian beserta indikator dan parameter dari kemauan masyarakat membayar untuk perbaikan lingkungan akan disajikan pada Lampiran 1. 101 Langkah Kerja Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantifikasi nilai ekonomi lingkungan dalam hal pencegahan banjir dan erosi serta bahaya lingkungan yang belum diketahui dengan menggunakan valuasi nonmarket dengan pengukuran secara langsung atau melalui survei (expressed willingness to pay). Metode valuasi non-market melalui survei yang akan dipakai adalah Contingent Valuation Method (CVM). Analisis lain yang digunakan adalah analisis SWOT untuk menentukan strategi pengelolaan hutan di Desa Salua Bahaya lingkungan yang tidak diketahui adalah bahaya lingkungan yang belum terjadi saat ini, akan tetapi diprediksi berpotensi dapat terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang ada. Contoh dari bahaya lingkungan yang tidak diketahui bisa berupa bencana alam seperti gempa bumi atau kebakaran hutan, penyakit baru bagi manusia atau hama penyakit bagi tumbuhan. Contingent Valuation Method (CVM) Metode CVM digunakan untuk mengetahui besarnya kemauan membayar (willingness to pay) dan mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi besarnya kemauan membayar willingness to pay masyarakat Desa Salua untuk melakukan perbaikan lingkungan yang berhubungan dengan pencegahan banjir dan erosi. Adapun tahapan dari metode CVM adalah sebagai berikut : Tahap Satu Membuat Hipotesis Pasar Hipotesis pasar dilakukan dalam pra survei atau pengumpulan data awal dengan jumlah responden yang terbatas. Hal ini dilakukan untuk memberikan penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan, serta kisaran dan rata-rata kesediaan membayar responden, sehingga bisa dijadikan acuan dalam membuat kisaran harga pada survei sesungguhnya. Langkahlangkah yang dilaksanakan adalah : 102 1. Menjelaskan perbedaan antara resiko banjir dan resiko erosi. Hal tersebut dijelaskan kepada responden melalui gambar. Gambar untuk menjelaskan perbedaan antara resiko banjir dan erosi bisa dilihat pada Lampiran 2 2. Menunjukkan keadaan tanpa adanya pencegahan untuk banjir. Gambar untuk menjelaskan hal tersebut bisa dilihat pada Lampiran 3 3. Menunjukkan keadaan setelah adanya program pencegahan banjir. Gambar untuk menjelaskan hal tersebut bisa dilihat pada Lampiran 4 4. Menunjukkan keadaan tanpa adanya pencegahan untuk erosi tanah. Gambar untuk menjelaskan hal tersebut bisa dilihat pada Lampiran 5 5. Menunjukkan keadaan setelah ada program pencegahan terhadap erosi . Gambar untuk menjelaskan hal tersebut bisa dilihat pada Lampiran 6 6. Menunjukkan kondisi lingkungan yang sehat. Gambar untuk menjelaskan hal tersebut bisa dilihat pada Lampiran 7 7. Menunjukkan kondisi lingkungan tanpa adanya program pencegahan terhadap bahaya lingkungan yang tidak diketahui. Gambar untuk menjelaskan hal tersebut bisa dilihat pada Lampiran 8 8. Menunjukkan kondisi lingkungan setelah adanya program pencegahan bahaya lingkungan yang tidak diketahui. Gambar untuk menjelaskan hal tersebut bisa dilihat pada Lampiran 9 9. Melakukan survei dalam skala kecil, dengan berbagai tingkat harga dan bentuk perbaikan lingkungan, untuk menentukan harga pasar (skala harga dalam kartu ditentukan berdasarkan kisaran jumlah pajak bumi dan bangunan yang biasa dibayar responden per tahun). Survei juga dilakukan untuk mengukur kontribusi responden terhadap program perbaikan lingkungan dalam bentuk sumbangan tenaga. Gambar kartu yang menunjukkan berbagai jenis perbaikan lingkungan dan tingkat harga yang berbeda akan disajikan pada Lampiran 10 10. Menghitung rata-rata dan kisaran biaya yang dipilih oleh responden pada survei skala kecil (survei pendahuluan), kemudian menentukan kisaran harga lelang yang akan dipergunakan dalam penelitian. 103 11. Menghitung rata-rata dan kisaran kontribusi responden dalam bentuk sumbangan tenaga untuk program pencegahan tambahan untuk erosi dan banjir 12. Melakukan pengecekan terhadap konsentrasi responden. Pengecekan ini dilakukan dengan cara memberikan dua pilihan kartu, dengan program perbaikan lingkungan yang sama, akan tetapi memiliki harga yang berbeda. Jika responden berkonsentrasi dalam menjawab maka responden akan memilih harga yang lebih murah, sedangkan jika responden memilih harga yang lebih tinggi tanpa alasan yang jelas maka tahapan di atas, akan diulangi lagi. Gambar kartu percobaannya disajikan pada Lampiran 11 Tahap Kedua : Mendapatkan Nilai Lelang (Bids) Nilai lelang diperoleh dari hasil survei sebenarnya, dengan menggunakan kuisioner. Tujuannya adalah untuk mengetahui nilai maksimum kemauan membayar (WTP) dari perbaikan lingkungan yang akan dilaksanakan. Teknik yang akan dilakukan adalah payment cards. Nilai lelang diperoleh dengan cara menanyakan apakah responden mau membayar pada kisaran tertentu yang sudah ditentukan dalam survei skala kecil. Nilai ini ditunjukkan kepada responden melalui kartu seperti pada pra survei. Ada dua macam nilai yang akan dilelang, yaitu nilai yang berbentuk nominal uang dan nilai yang berbentuk kontribusi tenaga kerja. Adapun urutan kerjanya adalah sebagai berikut : 1. Menunjukkan kegunaan dari perbaikan lingkungan kepada responden (sama seperti pada saat pra-survei) 2. Menunjukkan kondisi daerah yang mengalami perbaikan lingkungan dan daerah yang tidak mengalami perbaikan lingkungan (sama seperti pada saat pra-survei) 3. Menentukan nilai kemauan responden untuk membayar program pencegahan bahaya lingkungan yang tidak diketahui. Berdasarkan perhitungan pada survei pendahuluan, kisaran harga yang ditawarkan akan disajikan dalam Lampiran 12 4. Menentukan nilai kemauan responden untuk membayar program pencegahan bahaya lingkungan yang tidak diketahui dalam bentuk 104 sumbangan tenaga. Kisaran jumlah kontribusi tenaga yang ditawarkan akan disajikan pada Lampiran 13 5. Menentukan nilai kemauan responden untuk membayar program pencegahan banjir dan erosi. Kisaran jumlah kontribusi tenaga yang ditawarkan akan disajikan pada Lampiran 14 Tahap Ketiga : Menghitung Rataan WTP Setelah survei dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung nilai rataan WTP setiap individu. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang yang diperoleh pada tahap kedua. Perhitungan ini didasarkan pada nilai mean (nilai rataan) dan nilai median (nilai tengah). Tahap Keempat : Memperkirakan Kurva Lelang (Bid Curve) Kurva lelang atau (bid curve) diperoleh dengan meregresikan WTP sebagai variable tidak bebas (dependent variable) dengan variabel bebas. Wi = f (I, P, K,L,D) dimana I adalah pendapatan, P adalah tingkat pendidikan, K adalah pengetahuan masyarakat terhadap ajaran “Katuwua”, L adalah besarnya pendapatan tambahan yang digunakan untuk program perbaikan lingkungan dan D adalah pengetahuan masyarakat tentang banjir di “Dongi-dongi”. Tahap Kelima : Mengagregatkan Data Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengagregatkan rataan lelang yang diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi data rataan sample ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversikan ini adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga dalam populasi (N). Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan sebagai dasar untuk menentukan strategi pengelolaan lingkungan di Desa Salua. Tahapan dari analisis SWOT adalah sebagai berikut : 1. Menyusun matrik faktor-faktor strategis eksternal (EFAS = Eksternal Strategic Factors Analisys Summary), dan faktor-faktor strategis internal (IFAS = Internal Strategic Factors Analysis Summary), kemudian mengidentifikasi variabel-variabel eksternal berupa peluang dan ancaman 105 serta variabel-variabel internal berupa kekuatan dan kelemahan masyarakat Desa Salua dalam mengelola lingkungan. Matrik SWOT yang akan dipergunakan dalam penelitian ini akan disajikan pada Lampiran 15 2. Menentukan bobot dan rating dari masing-masing variabel faktor eksternal dan internal melalui pengumpulan pendapat responden 3. Besarnya nilai pengaruh masing-masing variabel eksternal dan internal ditentukan dengan mengalikan bobot dan rating dari masing-masing variabel tersebut Berdasarkan hasil pada poin (3) kemudian disusun diagram dan matrik SWOT untuk menentukan strategi pengelolaan lingkungan di Desa Salua. Rekapitulasi hasil perhitungan dalam analisis SWOT bisa dilihat pada Lampiran 16.