Templat tugas akhir S1

advertisement
ANALISIS BRAND EQUITY KAYU JATI BUNDAR PERUM
PERHUTANI
(Studi Kasus Wilayah Klender Jakarta)
SRI NUR AMALINA HASYYATI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Brand Equity
Kayu Jati Bundar Perum Perhutani studi kasus wilayah Klender Jakarta adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Sri Nur Amalina Hasyyati
NIM H24114084
ABSTRAK
SRI NUR AMALINA H. Analisis Brand Equity Kayu Jati Bundar Perum
Perhutani (Studi Kasus Wilayah Klender Jakarta). Dibimbing oleh JONO M
MUNANDAR.
Kayu merupakan komoditas bahan baku utama dalam segala jenis
konstruksi. Salah satu jenis kayu yang paling banyak diminati oleh para pelaku
bisnis kayu adalah kayu jenis jati (tectona grandis L.f). Produksi kayu jati banyak
diminati oleh para konsumen, karena secara teknis kayu jenis jati memiliki sifat
yang baik dari segi kekuatan, keawetan serta ketahanan. Bisnis usaha kayu jati
bundar yang tersertifikasi dan legal di Indonesia masih sangat terbatas. Salah satu
pelaku usaha kayu jati bundar yang memiliki legal dan sertifikasi di Indonesia
adalah Perum Perhutani. Peneliti melakukan analisis mengenai brand equity dari
empat elemen utama, yaitu brand awareness, brand association, perceived
quality, dan brand loyalty. Tujuan penelitian menganalisis brand equity dan
menganalisis hubungan variabel dari persepsi pelanggan dan variabel dari profil
pelanggan. Pengolahan analisis data dilakukan menggunakan uji Validitas, uji
Reliabilitas, Analisis Deskriptif, Skala Likert, Skala Semantic Differensial, uji
Cochran dan uji korelasi dengan metode chi square. Hasil penelitian dari brand
awareness bahwa produk kayu jati bundar Perum Perhutani mendapatkan posisi
top of mind, hasil brand loyalty menunjukan tingkat loyalitas switcher 38%,
liking the brand 75%, committed buyer 33.3 % dan satisfied buyer 87.5%.
Kata kunci: Brand equity, Brand loyalty, Kayu jati bundar
ABSTRACT
SRI NUR AMALINA H. Analysis of Brand Equity Perum Perhutani Teak Round
(Case Study Klender Territory of Jakarta). Supervised by JONO M
MUNANDAR.
Wood is the main raw material commodities in all types of construction.
One type of wood that is most in demand by businesses wood is wood of teak
(Tectona grandis Lf). Teak production demand by consumers, because it is
technically teak wood types have good properties in terms of strength, durability
and resilience. Business enterprises certified teak and legal round in Indonesia is
still very limited. One round teak wood business operators who have legal and
certification in Indonesia is Perum Perhutani. Researchers conducted an analysis
of the brand equity of the four main elements, namely brand awareness, brand
association, perceived quality, and brand loyalty. The purpose of research
analyzing brand equity and analyze the relationship of variables and variable
customer perception of the customer profile. Processing data analysis was
performed using test validity, reliability test, descriptive analysis, Likert Scale,
Scale Semantic Differential, Cochran test and correlation with the chi-square
method. The results of the brand awareness that round teak wood products
Perhutanioffice get top of mind position, the result indicates the level of brand
loyalty loyalty switcher 38%, liking the brand 75%, 33.3% committed buyers and
87.5% satisfied buyer.
Keywords: Brand equity, Brand loyalty, Round teak wood
ANALISIS BRAND EQUITY KAYU JATI BUNDAR PERUM
PERHUTANI
(Studi Kasus Wilayah Klender Jakarta)
SRI NUR AMALINA HASYYATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas
segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Analisis Brand Equity Kayu Jati
Bundar Perum Perhutani (Studi kasus Wilayah Klender jakarta).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Jono M Munandar, M. Sc
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran,dan bimbingan yang
sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa
dan kasih sayangnya.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna dan memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis. Penulis mengharapkan adanya penelitian berikutnya sebagai
penyempurna skripsi ini.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun untuk penelitian selanjutnya.
Bogor, Maret 2015
Sri Nur Amalina H
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kayu
Jati (Tectona Grandis L.F.)
Pengertian Merek
Pengertian Brand Equity
METODE
Kerangka Pemikiran
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Hasil Uji Awal
Profil Pelanggan
Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
xii
xii
xiii
1
1
3
3
3
3
5
5
7
8
8
14
14
15
15
15
19
19
23
25
40
47
49
50
63
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Produksi hasil hutan dan pemasaran/penjualan dalam negeri kayu jati
bundar Perum Perhutani 2009-2012
Hasil survei pelanggan
Peta Produk-produk Perum Perhutani sesuai pengelolaan hulu dan hilir
Hasil crosstabs tempat terjadinya transaksi pembelian dengan
kelompok pelanggan
Hasil crosstabs persepsi pelanggan terhadap dari mana pelanggan
mendapat informasi tentang produk kayu jati bundar Perum Perhutani
dengan persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh
pelanggan tentang kayu jati bundar dari sumber
Hasil crosstabs jenis informasi yang diperoleh dari sumber dengan
persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati yang dipasok dari
Perum Perhutani dengan pemasok lainnya
Hasil uji cochran asosiasi produk kayu jati bundar Perum Perhutani
Rataan atribut perceived quality kayu jati bundar Perum Perhutani
Brand image kayu jati bundar Perum Perhutani
1
2
22
27
29
30
33
34
40
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Bagian-bagian kayu (Dumanauw 2001)
Konsep brand equity (Aaker 1997)
Piramida brand awareness (Aaker 1997)
Piramida brand loyalty (Aaker 1997)
Piramida brand loyalty bentuk segitiga terbalik (Aaker 1997)
Kerangka pemikiran
Profil pengunjung berdasarkan kelompok pelanggan
Profil pelanggan berdasarkan latar belakang pelanggan
Lama menjadi pelanggan
Profil pelanggan berdasarkan tempat terjadi transaksi di KBM, TPK
Grafik persepsi pelanggan terhadap faktor yang paling di
pertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu
Grafik persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati bundar yang
dipasok Perhutani dengan pemasok lainnya
Grafik persepsi pelanggan terhadap dari mana pelanggan mendapat
informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perhutani
Grafik persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh mengenai
kayu jati bundar Perhutani dari sumber informasi
Persepsi pelanggan terhadap keputusan pembeli dalam membeli kayu
jati bundar yang menjadikan asal produsen sebagai pertimbangan utama
Top of mind produk kayu jati bundar
Brand Recall merek Kayu Jati Bundar
Grafik Semantic Differensial produk kayu jati bundar Perum Perhutani
Piramida brand loyalty produk kayu jati bundar Perum Perhutani
5
9
10
12
12
14
25
25
26
26
28
28
29
30
31
32
32
35
37
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1
Output uji validitas dan uji reliabilitas brand association produk kayu
jati bundar Perum Perhutani lokasi Klender Jakarta dengan SPSS
statistic 20
2 Output hasil uji validitas dan uji reliabilitas perceived quality produk
kayu jati bundar Perum Perhutani Klender Jakarta dengan SPSS statistic
20
3 Hasil uji chi square kelompok pelanggan terhadap profil pelanggan
4 Hasil uji chi square jabatan pelanggan terhadap profil pelanggan dan
persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20
5 Hasil uji chi square lama menjadi pelanggan terhadap profil pelanggan
dan persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20
6 Hasil uji chi square tempat terjadi transaksi pembelian terhadap
persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20
7 Hasil uji chi square persepsi pelanggan terhadap faktor yang paling di
pertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar
Perhutani terhadap persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20
8 Hasil uji chi square persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati
bundar yang dipasok Perhutani dengan Pemasok lainnya terhadap
persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20
9 Hasil uji chi square persepsi pelanggan terhadap dari mana anda
mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum
Perhutani terhadap persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20
10 Output hasil uji cochran brand association produk kayu jati bundar
Perum Perhutani Klender Jakarta dengan SPSS statistic 20
11 Output hasil switcher, satisfied buyer,liking the brand, dan committed
buyer produk kayu jati bundar Perum Perhutani Klender Jakarta
12 Saluran distribusi berdasarkan hasil data primer melalui wawancara
50
52
55
55
56
56
57
57
57
58
60
62
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kayu merupakan komoditas bahan baku utama dalam segala jenis
konstruksi. Salah satu jenis kayu yang paling banyak diminati oleh para pelaku
bisnis kayu adalah kayu jenis jati (tectona grandis L.f.), karena mempunyai
kegunaan yang cukup luas. Produksi kayu jati banyak diminati oleh para
konsumen, karena secara teknis kayu jenis jati memiliki sifat yang baik dari segi
kekuatan, keawetan serta ketahanan terhadap serangan rayap.
Para pelaku usaha dalam bisnis kayu jati bundar di Indonesia bersaing
menghasilkan kayu jati bundar berkualitas tinggi untuk mencapai Standar
Internasional Indonesia (SNI), sehingga para konsumen mendapatkan kepuasan
dan kenyamanan dari produk yang dihasilkan para pelaku usaha. Bisnis usaha
kayu jati bundar yang tersertifikasi dan legal di Indonesia masih sangat terbatas.
Salah satu pelaku usaha kayu jati bundar yang memiliki legal dan sertifikasi di
Indonesia adalah Perum Perhutani.
Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang
Kehutanan. Wilayah kerjanya meliputi kawasan hutan Negara, baik hutan
produksi maupun hutan lindung, di Pulau Jawa dan Madura. Perum Perhutani
mengemban tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan
hutan dengan memperhatikan aspek produksi/ekonomi, aspek sosial dan aspek
lingkungan. Dalam operasinya, Perum Perhutani berada dalam pengawasan
Kementerian BUMN dan bimbingan teknis dari Kementerian Kehutanan (Laporan
Tahunan Perhutani 2012).
Perum Perhutani merupakan salah satu perusahaan kehutanan yang menjual
kayu tebangan dengan prinsip kelola lestari. Kayu bundar Jati telah menjadi
produk utama perusahaan selama lebih dari 50 tahun dan telah menjadi
“trademark” perusahaan, bahwa dimana “Java Teak” disitulah Perhutani. Tahun
2012, total pendapatan penjualan kayu dalam negeri mencapai Rp1.525,56 Miliar,
naik 8% dari pendapatan tahun 2011. Penjualan kayu tebangan memberi
kontribusi 41% dari seluruh total pendapatan perusahaan. Pendapatan tersebut,
berasal dari penjualan kayu bundar sebesar 976,736 m3 dengan rincian jenis Jati
sebesar 390,288 m3 dan jenis rimba sebesar 586,448 m3. Terhadap rencana tahun
2012, terdapat peningkatan volume penjualan hingga 6%, dikarenakan terdapat
tambahan penjualan dari sisa persediaan tahun sebelumnya.
Tabel 1 Produksi hasil hutan dan pemasaran/penjualan dalam negeri kayu jati
bundar Perum Perhutani 2009-2012
Uraian/analysis
PEMASARAN/PENJUALAN
Pemasaran dalam Negeri
Kayu Bundar Jati
Satuan
3
M
RKAP
314.616
2012
375.660
2011
379.604
Sumber: Laporan Tahunan Perhutani (2012)
Kayu jati dipasarkan dalam bentuk log dan kayu olahan. Pelanggan yang
membeli kayu jati berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Pelanggan dalam
2
negeri dilayani oleh Kesatuan Bisnis mandiri (KBM) pemasaran kayu (untuk log)
dan KBM industri kayu (untuk kayu olahan). Kayu jati sebagai salah satu produk
unggulan perusahaan, memiliki kurva permintaan yang linier seiring dengan
kondisi perekonomian, baik untuk permintaan di pasar global maupun nasional.
Untuk permintaan di pasar domestik, produk kayu jati perusahaan baik masih
berupa tebangan maupun olahan tetap mendominasi.
Sejak tahun 2010 Perum Perhutani telah mengembangkan Program
Customer Relationship Management, yang merupakan strategi pengelolaan
hubungan dengan konsumen yang memperhatikan persyaratan yang diminta
pelanggan untuk mendapatkan tingkat kepuasan pelanggan yang diinginkan salah
satunya yaitu melaksanakan survey kepuasan pelanggan dan menerapkan produk
branding. Selama 3 tahun pelaksanaan didapatkan hasil survei kepuasan
pelanggan bahwa perkembangan kepuasan pelanggan selalu meningkat seperti
pada tabel 2 hasil survei sebagai berikut.
Tabel 2 Hasil survei pelanggan
No
KBM
Nilai bobot inndeks
Kategori
kepuasan
Responden yang
menjawab
Puas
tidak
puas
76.29
%
Puas
%
87.26
%
12.74
78.39
Puas
89.82
10.18
Kepuasan
Tahun 2011
1
Korporat
Sar
Kayu
Nilai bobot inndeks
Kepuasan
Kategori
kepuasan
Tahun 2012
%
%
91.63
Sangat
Puas
95.91
Sangat
Puas
Responden yang
menjawab
Puas
tidak
puas
%
91.87
%
8.13
93.13
6.87
Sumber: Laporan Tahunan Perhutani (2012)
Perum Perhutani ingin melakukan komunikasi pemasaran dengan
mendapatkan umpan balik dari para konsumen atas berbagai produk dan jasa
dimana salah satunya produk kayu jati bundar, tujuannya untuk menetapkan
strategi pemasaran yang paling tepat untuk masing-masing kelompok produk dan
pola pengembangan yang harus dilakukan untuk suatu produk tertentu agar
mampu memenuhi harapan konsumen. Dengan dipenuhinya harapan dan
kepuasan konsumen maka pemasaran produk tertentu akan lebih terjamin dalam
jangka panjang. Perencanaan produksi maupun investasi yang dilakukan oleh
Perusahaan akan semakin efektif dan effisien serta memberikan imbal hasil yang
lebih optimal (Laporan Tahunan Perhutani 2012).
Peneliti ingin melakukan survey pelanggan untuk mengetahui persepsi
konsumen, tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap salah satu produk
Perum Perhutani yaitu kayu jati bundar, dengan melakukan analisis mengenai
brand equity yang dilihat dari empat elemen utama, yaitu brand awareness, brand
association, perceived quality dan brand loyalty. dimana informasi tersebut dapat
menyusun strategi pemasaran dalam mencapai loyalitas pelanggan dan bagaimana
penempatan posisi merek produk kayu jati bundar di banding dengan
kompetitornya. Selain itu, dapat diketahui pula faktor-faktor yang mempengaruhi
brand image yang akan menjadi referensi Perum Perhutani dalam menentukan
strategi pengembangan brand image kayu jati bundar.
3
Perumusan Masalah
Perum Perhutani sebagai salah satu Produsen kayu jati bundar bersertifikasi
dan legal memiliki rencana jangka panjang dalam menentukan strategi pemasaran
yang mampu meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan dan
memberikan keuntungan bagi perusahaan. Kajian kualitas merek seperti apa yang
perlu di evaluasi untuk meningkatkan loyalitas konsumen sehingga mampu
membedakan kualitas dengan produsen pesaing. Wilayah Klender Jakarta
merupakan salah satu tempat pelanggan kayu jati bundar Perhutani diantaranya
pedagang trader/perantara, pengolah langsung, dan pengrajin. Pedagang kayu jati
bundar di Klender berada di satu jalan yaitu jalan revolusi dimana di wilayah
tersebut ada beberapa penjual kayu jati bundar. Kayu jati bundar yang dijual di
wilayah tersebut terutama kayu jati bundar Perhutani secara umum dijual kembali
ke industri. oleh karena itu beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana brand equity Kayu Jati Bundar Perum Perhutani studi kasus
wilayah Klender Jakarta?
2. Bagaimana hubungan antar variabel dari persepsi pelanggan dengan variabel
dari profil pelanggan untuk produk Kayu Jati Bundar Perum Perhutani studi
kasus wilayah Klender Jakarta?
Tujuan Penelitian
Kajian dilaksanakan, baik dari sisi konsumen maupun kompetitornya, untuk:
1. Menganalisis brand equity untuk mengetahui tingkat kepuasan dan loyalitas
konsumen terhadap produk Kayu Jati Bundar Perum Perhutani studi kasus
wilayah Klender Jakarta
2. Menganalisis hubungan variabel dari persepsi pelanggan dan variabel dari
profil pelanggan.
Manfaat Penelitian
manfaat penelitian yang dikaji dalam penelitian ini, yakni:
1. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pada
Program Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, dan untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengamati, mengumpulkan, menganalis data serta mampu
mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan.
2. Sebagai sumber referensi dan pengembangan lebih lanjut bagi penelitian
mengenai merek.
Ruang Lingkup Penelitian
Pelaksanaan penelitian ditetapkan dengan beberapa batasan ruang lingkup
antara lain adalah penelitian ini fokus pada analisis brand equity kajian merek
4
dari Perum Perhutani yaitu produk kayu jati bundar studi kasus wilayah Klender
Jakarta. Secara garis besar pelaksanaan kajian merek produk kayu jati bundar ada
di wilayah Klender Jakarta dengan responden yang dipilih sebagai objek
penelitian adalah konsumen yang membeli produk kayu jati bundar di Perum
Perhutani seperti industri, pedagang, ataupun pengrajin.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kayu
Kayu sebagai hasil hutan sekaligus hasil sumber kekayaan alam, merupakan
bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan
kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang istimewa, karena tidak
dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Kayu dapat didefinisikan sebagai sesuatu
bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, sebagai
bagian dari suatu pohon. Dalam hal pengelolaannya lebih lanjut, perlu
diperhitungkan secara cermat bagian-bagian kayu manakah yang dapat lebih
banyak dimanfaatkan untuk suatu tujuan tertentu. Ditilik dari tujuan
penggunaannya, kayu dapat dibedakan atas kayu pertukangan, kayu industri dan
kayu bakar. Pohon sebagai satu kesatuan memiliki bagian-bagian yang penting.
Bagian-bagian penting tersebut adalah akar, batang, cabang, ranting, dan daun
(Dumanauw 2001).
Bagian-Bagian Kayu
Dumanauw (2001) menyatakan bagian-bagian kayu secara singkat dapat
dipaparkan dengan (Gambar 1) berikut.
Gambar 1 Bagian-bagian kayu (Dumanauw 2001)
1. Kulit.Kulit terdapat pada bagian terluar dan mempunyai dua bagian, yaitu
a. Kulit bagian luar yang mati dan mempunyai ketebalan yang bervariasi
menurut jenis pohonnya
b. Kulit bagian dalam yang bersifat hidup dan tipis
2. Kambium. Kambium merupakan jaringan yang mempunyai lapisan tipis dan
bening, melingkari kayu. Fungsi kambium ke arah luar, kambium membenruk
kulit baru menggantikan kilit lama yang telah rusak; dan ke arah dalam,
membentuk kayu yang baru. Dengan adanya kambium pohon lambat laun
dapat bertambah besar. Sementara itu, pertumbuhan meninggi ditentukan oleh
jaringan meristem. Kambium terletak di antara kulit dalam dan kayu gubal.
3. Kayu gubal. Kayu gubal adalah bagian kayu yang masih muda. Terdiri dari
sel-sel yang masih hidup dan terletak di sebelah dalam kambium. Kayu gubal
berfungdsi sebagai penyalur cairan dan tempat penimbunan zat-zat makanan.
Tebal lapisan kayu gubal bervariasi, menurut jenis pohonnya. Umumnya jenis
pohon yang tumbuh cepat mempunyai lapisan kayu gubal lebih tebal
dibansingkan kayu terasnya. Kayu gubal biasanya mempunyai warna terang.
6
4. Kayu teras. Kayu teras terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahanperubahan sel hidup pada lingkaran kayu gubal bagian dalam. Terbentuknya
kayu teras disebabkan oleh terhentinya fungsi sebagai penyalur cairan dan
proses-proses lain dalam kahidupan kayu. Ruang dalam kayu teras dapat
mengandung berbagai macam zat yang memberi warna lebih gelap, tetapi tidak
semua jenis kayu yang memiliki zat ekstraksif dapat dipastikan keawetannya.
5. Hati. Hati merupakan bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran tahun
(tidak mutlak pada kayu bontos). Hati berasal dari kayu awal, yaitu bagian
kayu yang pertama kali dibentuk oleh kambium. Oleh karena itu, umumnya
hati mempunyai sifat rapuh atau lunak.
6. Lingkaran tahun. Lingkaran tahun adalah batas antara kayu yang terbentuk
pada permulaan dan akhir suatu musim. Melalui lingkaran-lingkaran tahun ini
dapat diketahui umur suatu pohon. Apabila pertumbuhan diameter (membesar)
terganggu oleh musim kering karena pengguguran daun ataupun serangan
serangga/hama.
Kerusakan dan Cacat-Cacat Kayu
Dumanauw (2001) menyatakan bentuk-bentuk cacat pada suatu kayu
banyak sekali. Cacat-cacat kayu tersebut sekurang-kurangnya ada delapan
sebagaimana dijelaskan berikut ini.
1. Cacat mata kayu. Mata kayu adalah lembaga atau bagian cabang yang berada
di dalam kayu. mata kayu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu mata kayu sehat,
mata kayu lepas dan mata kayu busuk.
2. Pecah dan belah. Pada badan kayu bulat atau pada bontos kayu bulat sering
terlihat adanya serat-serat yang terpisah memanjang. Berdasarkan ketentuan
pengujian kayu, lebar terpisahnya serat yang tidak melebihi 2 mm dinamakan
retak. Apabila tidak lebih dari 6 mm dikatakan pecah, dan kalau lebarnya lebih
dari 6 mm disebut belah.
3. Pecah busur dan pecah gelang. Pecah busur adalah pecah yang mengikuti
arah lingkaran tumbuh, bentuknya kurang dari setengah lingkaran. Adapun
pecah gelang adalah kelanjutan pecah busur yang kedua ujungnya bertemu
membentuk lingkaran penuh atau lebih dari setengah lingkaran.
4. Hati rapuh. Hati ialah pusat lingkaran tumbuh kayu bulat. Hati berbeda
dengan pusat bontos. Letak hati mungkin saja tidak sama dengan pusat bontos,
tapi ada kalanya berhimpit. Pengertian rapuh ialah tahap pertama proses
pembusukan. Bagian kayu rapuh menunjukkan tanda-tanda berkurangnya
kekerasan dan kepadatannya. Hati rapuh ini merupakan tanda khas yang umum
dimiliki kayu daun lebar di daerah tropis misalnya kayu meranti dan lain
sebagainya.
5. Arah serat. Ada beberapa jenis kayu (lara, kesambi, dan lain-lain) yang
memilikiserat berpadu. Secara umum, serat berpadu ini dianggap sebagai
kerugian karena kayu teresbut sukar dikerjakan. Di lain pihak, kayu semacam
ini mempunyai keteguhan belah yang tinggi, sehingga untuk keperluan tertentu
sangat baik. Serat berombak mempunyai kekurangan yang sama dengan serat
berpadu. Tapi ada kalanya serat berombak ini justru bisa menimbulkan lukisan
yang indah. Untuk keperluan tertentu serat ini sangat tinggi nilainya. Lain
halnya dengan jenis kayu yang memiliki serat melintang, artinya jalannya serat
tidak sejajar dengan sumbu batang. Kayu yang digergaji dari batang semacam
7
ini sudah tentu akan mewarisi serat yang melintang pula. Serat ini akan
menyebabkan keteguhan kayu berkurang.
6. Jamur penyerang kayu. Jamur penyerang kayu dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu Jamur pembusuk
kayu, Jamur pelapuk kayu, Jamur penyebab noda kayu.
7. Serangga perusak kayu. Serangga-serangga perusak kayu antara lain rayap,
kumbang kayu, dan bubuk kayu. Sudah barang tentu kekuatan kayu akan
berkurang, karena serangga-serangga tersebut merusak kayu dengan membuat
lubang-lubang terowongan di dalam kayu sebagai makanan dan tempat
tinggalnya.
8. Lubang gerek dan lubang cacing laut. Lubang gerek ialah lubang-lubang
pada kayu yang disebabkan oleh serangga penggerek. Lubang cacing laut ialah
lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh cacing-cacing laut.
Jati (Tectona Grandis L.F.)
Jati dengan nama ilmiah T. grandis L.f. termasuk ke dalam famili
Verbenaceae. Jati dikenal pula dengan nama daerah sebagai berikut: deleg,
dodolan, jate, jatih, jatos, kiati dan kulidawa. Di berbagai negara, jati lebih dikenal
dengan nama giati (Venezuela), teak (Burma, India, Muangthai, Amerika Serikat,
Inggris, Belanda, Jerman), kyun (Burma), sagwan (India), mai sak (Muangthai),
teck (Perancis) dan teca (Brazil) (Martawijaya et al. 1981).
Pada habitusnya, pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan panjang batang
bebas cabang 15-20 m, diameter dapat mencapai 220 cm, umurnya 50 cm, bentuk
batang tidak teratur. Penyebaran daerah phon jati berada di seluruh Jawa,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat (Sumbawa), Maluku
dan Lampung (Martawijaya et al. 1981).
Ciri Umumnya, warna kayu teras berwarna coklat muda, coklat kelabu
sampai coklat merah tua atau merah coklat. Kayu gubal berwarna putih atau
kelabu kekuning-kuningan. Tekstur kayu jati agak kasar dan tidak merata. Arah
serat kayu jati lurus atau kadang-kadang agak terpadu. Kesan raba kayu jati
permukaan kayu licin atau agak licin, kadang-kadang seperti berminyak. Gambar
lingkaran tumbuh nampak jelas, baik pada bidang transversal maupun radial,
seringkali menimbulkan gambar yang indah. Bau kayu jati berbau bahan
penyamak yang mudah hilang (Martawijaya et al. 1981).
Strukturnya, pori kayu jati sebagian besar atau hampir seluruhnya soliter
dalam susunan tata lingkar, diameter 20-40 µ (mikron), frekuensi 3-7 per mm2.
Parenkim termasuk tipe paratrakeal berbentuk selubung lengkap atau tidak
lengkap. Di samping itu terdapat pula parenkim apotrakeal berbentuk pita
tangensial pendek atau panjang. Parenkim terminal terdapat pada batas lingkaran
tumbuh. Jari-jari kayu jati homogen, lebar 50-100 µ, tinggi 500-2000 µ, frekuensi
4-6 per mm. Panjang serat kayu jati rata-rata 1.316 µ dengan diameter 24,8 µ,
tebal dinding 3,3 µ dan diameter lumen 18,2 µ (Martawijaya et al., 1981).
Sifat Fisisnya, berat jenis kayu jati dan kelas kuat jati adalah 0,67 (0,620,75); II. Penyusutan kayu jati sampai kering tanur 2,8% (R) dan 5,2% (T)
(Martawijaya et al., 1981). Keawetan kayu jati termasuk kelas awet II,
berdasarkan hasil percobaan laboratoris terhadap Cryptotermes cynocephalus
8
Light dan percobaan kuburan terhadap jamur dan rayap tanah. Jenis kayu ini juga
dilaporkan tahan terhadap serangan jamur, antara lain schizophyllum commune.
Keterawetan kayu jati secara peleburan dengan Carbolineum dan NaF
memberikan hasil penetrasi obat yang dalam (Martawijaya et al. 1981).
Karena sifat-sifatnya yang baik, kayu jati merupakan jenis kayu yang paling
banyak dipakai untuk berbagai keperluan, terutama di pulau Jawa. Kayu jati
praktis sangat cocok untuk segala jenis konstruksi seperti tiang, balok dan gelagar
pada bangunan rumah dan jembatan, rangka atap, kosen pintu dan jendela, tiang
dan papan bendungan dalam air tawar, bantalan dan kayu perkakas kereta api,
mebel, alat-alat yang memerlukan perubahan bentuk yang kecil, kulit dan dek
kapal, lantai (papan dan parket) dan sirap (Martawijaya et al. 1981).
Meskipun kayu jati mempunyai kegunaan yang luas, tetapi karena sifatnnya
agak rapuh, kurang baik untuk digunakan sebagai bahan yang memerlukan
kekenyalan tinggi seperti tangkai perkakas, alat olah raga, peti pengepak dan
sebagainya. Jati merupakan kayu yang paling baik untuk pembuatan kapal yang
berlayar di daerah tropis. Kayu jati dapat juga dipakai untuk tong, pipa dan lainlain dalam industri kimia dan mempunyai daya tahan terhadap berbagai bahan
kimia. Selain daripada itu dikabarkan juga bahwa kayu jati dapat dipakai sebagai
obat kolera dan kejang usus (Martawijaya et al. 1981).
Pengertian Merek
American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai “nama,
istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok
penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Maka merek adalah
produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan
beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan
kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional, atau nyata yang
berhubungan dengan kinerja produk dari merek. Perbedaan ini bisa juga lebih
bersifat simbolis, emosional, atau tidak nyata yang berhubungan dengan apa yang
direpresentasikan merek (Kotler dan Keller 2008). Merek diartikan sebagai nama
dan atau simbol yang bersifat membedakan (sebuah logo, cap, atau kemasan)
dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau
sebuah kelompok penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari barangbarang dan jasa yang dihasilkan para kompetitor (Aaker 1997).
Pengertian Brand Equity
Menurut Aaker (1997), brand equity adalah seperangkat aset dan liabilitas
merek yang terkait dengan suatu merek nama dan simbol mampu menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik pada
perusahaan maupun pada pelanggan. Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas
merek, maka aset dan liabilitas merek harus berhubungan dengan nama atau
sebuah simbol. Dengan demikian, jika dilakukan perubahan terhadap nama dan
9
simbol merek, maka beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar
ekuitas merek akan berubah pula.
Menurut Aaker (1997), brand equity (Gambar 2) dapat dikelompokkan
kedalam lima kategori, yaitu :
1. Brand awareness. Menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali dan mengingat kembali suatu merek, sebagai bagian dari suatu
kategori produk tertentu.
2. Brand association. segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait
dengan ingatannya mengenai suatu merek.
3. Perceived quality. Persepsi pelanggan terhadap keseluruhan mutu atau
keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang
diharapkan oleh pelanggan.
4. Brand loyalty. suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek.
5. Other proprietary brand assets (aset-aset merek lainnya). Aset-aset merek
lainnya akan sangat bernilai jika aset-aset itu menghalangi dan mencegah para
kompetitor menggerogoti loyalitas konsumen. Aset-aset merek lainnya seperti
paten, cap dagang dan saluran hubungan.
Perceived Quality
Brand Association
Brand Awareness
Brand Equity
Other proprietary
brand assets
Brand Loyalty
Memberikan nilai kepada
pelanggan dengan memperkuat :
Memberikan nilai kepada
perusahaan dengan memperkuat :
 Intrepetasi / proses
informasi
 Rasa percaya diri dalam
pembelian
 Pencapaian kepuasan dari
pelanggan
 Efisiensi dan efektivitas
program pemasaran
 Brand loyalty
 Harga / laba
 Perluasan merek
 Peningkatan perdagangan
 Keuntungan kompetitif
Gambar 2 Konsep brand equity (Aaker 1997)
Pengertian Brand Awareness
Aaker (1997) menjelaskan bahwa pengertian brand awareness adalah
kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali
bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Penjelasan
mengenai piramida brand awareness (Gambar 3) dari tingkatan terendah sampai
tingkat tertinggi (Aaker 1997) adalah sebagai berikut :
10
1. Unaware of brand (tidak menyadari merek). Tingkatan ini merupakan
tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana
konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.
2. Brand recognition (pengenalan merek). Tingkatan ini merupakan tingkat
minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli
memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian.
3. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek). Tingkatan ini
merupakan pengingatan kembali konsumen terhadap merek yang didasarkan
pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu
kelas produk.
4. Top of mind (puncak pikiran). Tingkatan yang terdapat dalam merek yang
paling banyak disebutkan pertama kali apabila seseorang ditanya secara
langsung tanpa diberi bantuan.
Top Of
Mind
Brand Recall
Brand Recognition
Unware Brand
Gambar 3 Piramida brand awareness (Aaker 1997)
Pengertian Brand Association
Aaker (1997), menjelaskan bahwa pengertian brand association adalah
segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Asosiasi itu tidak
hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu
merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau
penampakkan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat
konsumen dapat dirangkai, sehingga membentuk citra tentang merek atau brand
image didalam benak konsumen. Secara sederhana, pengertian brand image
adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen.
Pengertian Perceived Quality
Aaker (1997), pengertian perceived quality adalah persepsi pelanggan
terhadap keseluruhan mutu atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan
berkaitan dengan maksud yang diharapkan. Berbagai hal yang harus diperhatikan
dalam membangun perceived quality :
1. Komitmen terhadap kualitas. Perusahaan harus mempunyai komitmen
terhadap kualitas serta memelihara kualitas secara terus menerus. Upaya
memeliharakualitas bukan hanya basa basi tetapi tercermin dalam tindakan
tanpa kompromi.
2. Budaya kualitas. Komitmen kualitas harus terefleksi dalam budaya
perusahaan, norma perilakunya, dan nilai-nilai. Jika perusahaan dihadapkan
kepad a pilihan kualitas dan biaya maka kualitas yang harus dimenangkan.
11
3. Informasi masukan dari pelanggan. Pada akhirnya dalam membangun
perceived quality pelangganlah yang mendefinisikan kualitas. Sering kali para
pemimpin keliru dalam memperkirakan apa yang dianggap penting oleh
pelanggannya.
4. Sasaran/standar yang jelas. Sasaran kualitas harus jelas dan tidak terlalu
umum karena sasaran kualitas yang terlalu umum cenderung menjadi tidak
bermanfaat. Kualitas juga harus memiliki standar yang jelas, dapat dipahami
dan diprioritaskan. Terlalu banyak sasaran tanpa prioritas sama saja dengan
tidak mempunyai sasaran yang fokus yang pada akhirnya akan membahayakan
kelangsungan perusahaan itu sendiri.
5. Kembangkan karyawan yang berinisiatif. Karyawan harus dimotivasi dan
diizinkan untuk berinisiatif serta dilibatkan dalam mencari solusi masalah yang
dihadapi dengan pemikiran yang kreatif dan inovatif. Karyawan juga secara
aktif dilibatkan dalam pengendalian kualitas layanan.
Pengertian Brand Loyalty
Menurut Aaker (1997), tingkatan brand loyalty (Gambar 4) terdiri dari:
1. Switcher (berpindah-pindah). Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas
ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar.
Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari
suatu merek ke merek-merek yang lain, mengindikasikan mereka sebagai
pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut.
Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu
produk karena harganya murah.
2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan). Pembeli yang berada
pada tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas
dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya tidak mengalami
ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut.
3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan). Pada tingkatan
ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila dapat mengkonsumsi
merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan
pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya
peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat
dengan tindakan mereka beralih merek.
4. Liking the brand (menyukai merek). Pembeli yang masuk dalam kategori
loyalitas ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek
tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada
merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan
simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang
dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perceived
quality yang tinggi.
5. Committed buyer (pembeli yang komit). Pada tahapan ini pembeli merupakan
pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna
suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka
dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa
sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli
ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek
tersebut kepada pihak lain. Tiap tingkatan loyalitas merek mewakili tantangan
12
yang berbeda dan mewakili tipe aset yang berbeda dalam pengelolaan dan
eksploitasinya.
Committed
buyer
Liking the brand
Satisfied buyer
Habitual buyer
Switcher
Gambar 4 Piramida brand loyalty (Aaker 1997)
Dari piramida loyalitas tersebut terlihat bahwa merek yang belum memiliki
brand equity yang kuat, porsi terbesar konsumennya berada pada tingkatan
switcher. Selanjutnya, porsi terbesar kedua ditempati oleh konsumen yang berada
pada taraf habitual buyer, hingga porsi terkecil ditempati oleh committed buyer.
Meskipun demikian, bagi merek yang memiliki brand equity yang kuat, tingkatan
dalam brand loyalty diharapkan membentuk segitiga terbalik, yaitu makin ke atas
makin melebar, sehingga diperoleh jumlah committed buyer yang lebih besar
daripada switcher (gambar 5).
Committed
buyer
Liking the brand
Satisfied buyer
Habitual buyer
Switcher
Gambar 5 Piramida brand loyalty bentuk segitiga terbalik (Aaker 1997)
Hasil Penelitian yang Relevan
Ferdie Pratama (2006) melakukan analisis analisis brand equity pocari
sweat dalam persaingan industri minuman (studi kasus : mahasiswa di bogor).
Dalam penelitian ini dipelajari posisi kekuatan merek pocari sweat ditengah
persaingan merek industri minuman dari perspektif konsumen. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment, alfa
cronbach, metode spearman-brown, skala likert, rataan dan simpangan baku, skala
semantic differential, analisis biplot, uji cochran, dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian tersebut, di dalam elemen brand awareness, merek Pocari
Sweat memiliki posisi tertinggi pada tingkatan top of mind. Sedangkan pada
brand recall posisi tertinggi ditempati oleh merek Mizone. Asosiasi yang
membentuk brand image merek Pocari Sweat yaitu, aman bagi kesehatan, dan
rasa yang segar pelepas dahaga. Merek Mizone mendapatkan empat brand image,
13
yaitu kemasannya menarik, aromanya enak, aman bagi kesehatan dan rasa yang
segar pelepas dahaga. Sedangkan merek ProSweat tidak memiliki asosiasi yang
dapat menjadi brand image.
Pada elemen perceived quality, konsumen menilai bahwa merek Pocari
Sweat memiliki keunggulan yang lebih banyak dibandingkan merek lainnya, yaitu
dari atribut manfaat, aman bagi kesehatan, menghilangkan dehidrasi, rasa dan
memulihkan stamina. Keunggulan dari atribut aroma, kemasan dan volume diraih
oleh merek Mizone. Sedangkan Aqua dipandang oleh konsumen memiliki
keunggulan dari atribut harga dan kemudahan mendapat. Merek Pocari Sweat
memiliki karakteristik dari atribut manfaat, aman bagi kesehatan, menghilangkan
dehidrasi dan memulihkan stamina yang tercermin dari kedekatan antara posisi
relatif merek dengan atribut. Brand loyalty merek Pocari Sweat memiliki nilai
6,94% pada tingkatan switcher. Tingkatan habitual buyer memliki nilai sebesar
20,14%, tingkatan satisfied buyer memiliki nilai sebesar 63,19%, tingkatan liking
the brand memiliki nilai sebesar 61,81% dan yang terakhir tingkatan committed
buyer memiliki nilai 7,64%. Sementara itu, bentuk piramida brand loyalty Pocari
Sweat belum memperlihatkan bentuk piramida terbalik yang menunjukkan bahwa
brand loyalty Pocari Sweat belum kuat.
Sunda (2011) melakukan analisis brand equity radio megaswara dalam
persaingan industri penyiaran radio. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah software SPSS versi 16.0, teknik alpha cronbach, Skala
likert, rataan, simpangan baku, uji cochran, analisis deskriptif, dan skala semantic
differential. Pada analisis brand awareness PT. Radio Megaswara Bogor yang
mencakup top of mind, brand recall, brand recognition dan brand unaware.
Untuk analisis top of mind dapat diketahui merek PT. Radio Megaswara Bogor
menempati urutan tertinggi dengan presentase 43%, untuk analisis brand recall
diperoleh merek kisi yang paling banyak disebut dengan presentase 49% setelah
merek pertama kali disebut, sedangkan merek Megaswara hanya memperoleh
sebesar 25%, untuk analisis brand recognition diketahui tidak ada yang perlu
diberi bantuan dalam mengenal merek Megaswara, dan untuk analisis brand
unaware, diketahui bahwa tidak ada seorangpn yang tidak mengenal merek PT.
Radio Megaswara atau lebih sering di sebut Megaswara.
Pada analisis brand loyalty yang mencakup switcher, habitual buyer,
satisfied buyer, liking the brand dan committedbuyer, PT. Radio Megaswara
Bogor menunjukan brand loyalty pada piramida brand loyalty Megaswara Bogor
menunjukan tingkat loyalitas committed buyer yang buruk tapi hanya sampai
dengan kelompok swither yang menunjukan rentang skala buruk, ini dikarenakan
para pendengar biasanya memindahkan frekuensi stasiun radio atau acara yang
sedang di dengarkan telah selesai atau mencari acara pada stasiun radio lainya
yang menurut mereka lebih menarik. Sedangkan pada kelompok liking the brand,
satisfied buyer dan habitual buyer memiliki rentang skala cukup hingga baik,
pada satisfied buyer termasuk dalam skala baik ini dikarenakan tidak adanya
keluhan pada acara dan kualitas yang diberikan stasiun radio megaswara pada
pendengarnya sehingga rasa kepuasan yang didapatkan para pendengar terpenuhi.
Liking the brand juga masuk dalam skala baik, yang harus menjadi perhatian
adalah pada habitual buyer yang memasuki skala cukup ini perlu ditingkatkan
karena dengan meningkatnya habitual buyer maka akan meningkatkan secara
otomatis commited buyer.
METODE
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis elemen-elemen utama brand
equity (ekuitas merek), yaitu brand awareness atau kesadaran merek, dari elemen
ini akan diketahui top of mind dan brand recall dari kayu jati bundar Perum
Perhutani yang akan membentuk bagaimana mengasosiasikan merek. Kedua,
elemen brand association atau kesan merek, dari elemen ini akan membentuk
persepsi kualitas dari suatu merek. Ketiga, elemen perceived quality atau persepsi
kualitas terhadap merek, elemen ini akan mengetahui persepsi pelanggan terhadap
suatu merek yang akan membentuk loyalitas terhadap suatu merek. Terakhir,
elemen brand loyalty atau kesetiaan terhadap merek, elemen ini akan
mengidentifikasi bagaimana pelanggan loyal atau tidak loyal terhadap suatu
merek. Kerangka dapat dilihat pada (Gambar 6).
Kayu Jati Bundar
Perum Perhutani
Analisis
Brand
Awareness
Analisis
Brand
Association
Analisis
Perceived
Quality
Analisis
Brand
Loyalty
Korelasi Profil
pelanggan dan
persepsi
pelanggan
Analisis
Deskriptif
Analisis Uji
Cochran
 Skala
Likert
 Skala
Semantic
Differential
Analisis
Deskriptif
Analisis Uji
Chi Square
Brand Equity kayu jati bundar
Perum Perhutani
Gambar 6 Kerangka pemikiran
15
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian Kajian Brand Equity Produk Kayu Jati Bundar
Perum Perhutani terhadap Loyalitas Konsumen di wilayah Klender Jakarta.
Penentuan lingkup wilayah (lokasi) kegiatan survey dimaksudkan karena sebagian
konsumen kayu jati bundar Perhutani berada di wilayah Klender Jakarta.
Pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal 1 november 2013 – 1Juni
2014, dengan mengambil data di Klender Jakarta pada pedagang kayu jati
gelondongan, industri kayu, dan pengrajin mebel.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuesioner yang
disusun untuk menganalisis dari elemen-elemen brand equity, bentuk pertanyaan
terdiri dari pertanyaan terbuka (open ended question) pertanyaan yang
memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab, pertanyaan tertutup
(close ended question) berupa pertanyaan yang alternatif jawabannya telah
disediakan, sehingga responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang
telah disediakan, dan pertanyaan semi terbuka adalah sebuah pertanyaan yang
selain memberikan pilihan, juga menyediakan tempat untuk menjawab secara
bebas jika jawaban diluar jawaban yang tersedia. Data sekunder diperoleh dari
data perusahaan, media internet dan melalui studi literatur yang relevan
bermanfaat untuk membantu dalam mendesain survey yang akan dilakukan,
termasuk dalam membuat kuesioner dan menentukan responden survey.
Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability
sampling dengan teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010) sampling
jenuh adalah teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering digunakan bila jumlah populasi relatif kecil,
misalnya kurang dari 30 orang. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus,
dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Penelitian dilakukan di lokasi
klender Jakarta ditujukan pada pelanggan kayu jati bundar Perhutani. Jumlah
sampel yang didapat untuk penelitian brand equity kayu jati bundar Perhutani
sebanyak 24 responden pada wilayah Klender Jakarta. Responden yang di
wawancara adalah pelanggan kayu jati bundar perhutani dari pedagang, industri,
dan pengrajin kayu.
Analisis Data
Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2010), instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan
hasil penelitian yang valid adalah bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
16
Pengujian suatu butir kuesioner dapat dikatakan valid jika R-hitung (Corrected
Item-Total Correlation) lebih besar dari R-tabel.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen pada kuesioner
dapat digunakan lebih dari satu kali misalnya seseorang telah mengisi kuesioner
dimintakan mengisi kembali, isian kuesioner pertama dan kedua haruslah
dianggap sama, atau dengan kata lain kuesioner harus konsisten (Umar 2010).
Alat ukur yang digunakan dalampengujian reliabilitas adalah dengan melihat
cronbach‟s alpha. Uji reliabilitas dikatakan baik apabila nilai cronbach‟s alpha
lebih besar dari 0,60.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis profil responden, elemen
brand awareness, dan brand loyalty. Data primer yang diperoleh ditabulasi ke
dalam kerangka table dan dilakukan analisis kemudian diintepretasikan. profil
responden yang akan dianalisis diantaranya meliputi nama perusahaan, kelompok
pelanggan, jabatan responden, dan lama menjadi pelanggan Perhutani. Pada
elemen brand awareness, analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui
besarnya masing-masing tingkatan di dalam elemen brand awareness, yaitu top of
mind, brand recall. Sedangkan pada brand loyalty diketahui hasil switcher,
satisfied, liking the brand dan committed buyer.
Skala Likert dan Rataan
Menurut Durianto dkk (2001) skala Likert merupakan skala pengukuran
yang dapat digunakan untuk menunjukkan tanggapan konsumen terhadap
karakteristik suatu produk. Informasi yang diperoleh dengan skala Likert berupa
skala pengukuran ordinal.
Sebagai gambaran bila peneliti memberi 5 alternatif terhadap
responden,maka rentang skala yang digunakan 1 sampai 5. Misalkan Pemetaan
bobot penilaian adalah sebagai berikut:
Skala 1 = bobot 1 (Sangat jelek)
Skala 2 = bobot 2 (Jelek)
Skala 3 = bobot 3 (Cukup)
Skala 4 = bobot 4 (Baik)
Skala 5 = bobot 5 (Sangat Baik)
Selanjutnnya, dari data yang diperoleh, dicari nilai rata-ratanya untuk
mengetahui ukuran pemusatan.
............................................................................(1)
Keterangan: Xi : nilai pengukuran ke-i
fi : frekuensi kelas ke-i
hasil dari nilai rata-rata tersebut kemudian dipetakan ke rentang skala yang
mempertimbangkan informasi interval tersebut:
............................(2)
17
Setelah besarnya interval diketahui,kemudian dibuat rentang skala sehingga
dapat diketahui dimana letak rata-rata penilaian responden terhadap setiap unsur
diferensiasinya. Rentang skala tersebut adalah:
1,00 – 1,80 = Sangat jelek
1,80 – 2,60 = Jelek
2,60 – 3,40 = Cukup
3,40 – 4,20 = Baik
4,20 – 5,00 = Sangat baik
Skala likert dan rataan digunakan untuk menganalisis perceived quality dan brand
loyalty.
Skala Semantic Differensial
Skala semantic differensial digunakan untuk menganalisis perceived quality
(kesan kualitas). Kesan kualitas yang akan diukur mengacu pada dimensi kesan
kualitas. Skala ini merupakan salah satu skala faktor yang dikembangkan untuk
menganalisis dua masalah (Durianto dkk 2001), yaitu :
1. Pengukuran populasi yang multidimensi
2. Pengungkapan dimensi yang belum dikenal atau belum diketahui
Tahap-tahap penggunaan skala sematic differential (Durianto dkk 2001):
1. Pemilihan konsep yang akan digunakan dalam studi
2. Menentukan pilihan dua kata yang akan ditempatkan dalam titik
kutub/ekstrem
3. Observasi tanggapan responden terhadap faktor-faktor tersebut, dengan
meminta kesediaan responden mengisi kolom-kolom alternatif yang tersedia
diantara dua kutub polar.
4. Menghitung rata-rata skor jawaban responden dan memplotnya dalam suatu
grafik yang akan menggambarkan kecenderungan positif atau negatif.
Untuk menginterpretasikan data yang diperoleh dengan skala ini, pertama
kalinya dapat dicari rentang skalanya. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
..................................................................................................(3)
Keterangan: m = skor tertinggi pada skala
n = skor terendah pada skala
b = jumlah kelas atau kategori yang dibuat
Cochran Test
Menurut Durianto dkk (2001), uji cochran digunakan pada data dengan skala
pengukuran nominal atau untuk informasi dalam bentuk terpisah dua, misalnya
informasi „ya‟ atau „tidak‟. Penggunaan uji ini adalah untuk mengetahui
keberadaan hubungan antara beberapa variabel. Hipotesis pengujian :
Ho : Kemungkinan jawaban „ya‟ adalah sama untuk semua atribut/variabel
Ha : Kemungkinan jawaban „ya‟ adalah berbeda untuk semua atribut/variabel
18
Kemudian hitung statistik Q dengan rumus :
....................................................................(4)
Keterangan :
C : banyaknya variabel (asosiasi)
Ri: jumlah baris jawaban „ya‟
Cj: jumlah kolom jawaban „ya‟
N : total responden
Uji cochran digunakan untuk mengetahui signifikasi hubungan setiap
asosiasi merek yang ada dalam suatu produk dimulai dengan pengujian semua
asosiasi. Asosiasi yang saling berhubungan akan membentuk brand image dari
merek tersebut dengan cara membandingkan nilai Q dengan X2tabel(α,v). jika
diperoleh nilai Q < X2tabel(α,v), maka H0 diterima yang berarti semua asosiasi yang
diuji saling berhubungan membentuk brand image dari suatu merek.jika nilai Q >
X2tabel(α,v), dapat disimpulkan belum cukup bukti untuk menerima H0. Dalam
analisis ini df atau derajat kebebasan adalah jumlah variabel (atribut)-1 dan α atau
tingkat signifikasi adalah 5 %.
Analisis Chi-Square
Analisis dengan menggunakan metode chi square digunakan untuk
mengetahui hubungan antara vaariabel-variabel yang terdapat pada profil
pelanggan dengan persepsi pelanggan. Menurut sugiyono (2010) analisis chi
square merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas, data terbentuk
nominal dan sampelnya besar. Rumus dasar chi square yang digunakan adalah:
..........................................................................................(5)
Keterangan :
X2= chi kuadrat
Fo= Frekuensi yang diobservasi
Fh= Frekuensi yang diharapkan, didapatkan dari total frekuensi yang diamati
dibagi dengan n yaitu jumlah data
Hipotesis:
Ho: tidak terdapat perbedaan secara signifikan
Ha: terdapat perbedaan secara signifikan
Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang terdapat pada profil
pelanggan dengan persepsi pelanggan digunakan taraf signifikan yaitu α(0,1):
 Apabila Sig.x2 hitung ≤ 0,1 = Ho ditolak, berarti ada hubungan antara profil
pelanggan dengan persepsi pelanggan
 Apabila Sig.x2 hitung ≥ 0,1 = Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara profil
pelanggan dengan persepsi pelanggan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Perum Perhutani adalah perusahaan yang bergerak di bidang Kehutanan
(khususnya di Pulau Jawa dan Madura) dan mengemban tugas serta wewenang
untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Hutan (SDH)
dengan memperhatikan aspek produksi/ekonomi, aspek sosial dan aspek
lingkungan. Dalam operasionalnya, Perum Perhutani berada di bawah koordinasi
Kementerian BUMN dengan bimbingan teknis dari Departemen Kehutanan.
Perum Perhutani mempunyai kisah panjang dalam sejarah pembentukannya,
diawali dengan terbentuknya Jawatan Kehutanan dengan Gouvernement Besluit
(Keputusan Pemerintah) tanggal 9 Februari 1897 nomor 21, termuat dalam
Bijblad 5164. Sejarah hutan di bawah kekuasaan Hindia Belanda itu segera
berakhir setelah Indonesia memproklamasikan diri sebagai negara merdeka pada
17 Agustus 1945. Hak, kewajiban, tanggung jawab, dan kewenangan pengelolaan
hutan di Jawa dan Madura oleh Jawatan Kehutanan Hindia Belanda q.q. den
Dienst van het Boschwezen, dilimpahkan secara peralihan kelembagaan kepada
Jawatan Kehutanan Republik Indonesia berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang berbunyi: “Segala badan negara
dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang
baru menurut undang- undang dasar ini.”
Dengan disahkannya Ketetapan MPRS No. 11/ MPRS/1960, seperti tersebut
dalam Lampiran Buku I, Jilid III, Paragraf 493 dan paragraph 595, industri
kehutanan ditetapkan menjadi Proyek B. Proyek B ini merupakan sumber
penghasilan untuk membiayai proyek-proyek A (Tambahan Lembaran Negara
R.I. No. 2551). Pada waktu itu direncanakan untuk mengubah status Jawatan
Kehutanan menjadi Perusahaan Negara yang bersifat komersial.
Kemudian diterbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara. Untuk mewujudkan perubahan
status Jawatan Kehutanan menjadi Perusahaan Negara, Pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 sampai dengan Nomor 30, tahun 1961, tentang
”Pembentukan Perusahaan-Perusahaan Kehutanan Negara (PERHUTANI)”.
Perum Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang awalnya
berada di bawah Departemen Kehutanan diberi tanggung jawab dan hak
pengelolaan hutan di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur sejak
tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 tahun 1972.
Wilayah kerja Perum Perhutani selanjutnya diperluas pada tahun 1978 dengan
masuknya kawasan hutan Negara di Provinsi Jawa Barat berdasarkan PP Nomor 2
tahun 1978.
Dalam perkembangan selanjutnya, penugasan Perum Perhutani mengalami
penyesuaian dengan ditetapkannya PP Nomor 36 tahun 1986 tentang Perusahaan
Umum Kehutanan Negara dan disempurnakan pada tahun 1999 melalui penetapan
PP Nomor 53 tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum
Perhutani). Pada tahun 2001 bentuk pengusahaan Perum Perhutani ditetapkan oleh
pemerintah sebagai BUMN berbentuk Perseroan Terbatas (PT ) Perhutani melalui
PP Nomor 14 tahun 2001. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tanggung
20
jawab sosial dan lingkungan yang dimiliki PT. Perhutani, bentuk pengusahaan PT.
Perhutani tersebut kembali menjadi BUMN dengan bentuk Perum berdasarkan PP
Nomor 30 tahun 2003 yang selanjutnya dalam perjalanannya Peraturan
Pemerintah tersebut digantikan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun
2010 yang disahkan pada tanggal 22 Oktober 2010.
Dari sejarah awal berdirinya Perhutani tersebut, terlihat ada fungsi strategis
yang diemban oleh perusahaan ini untuk memberikan kontribusi kepada negara
dalam bentuk pundi-pundi penerimaan negara. Tugas semacam ini telah Perum
Perhutani emban hingga kini, karena sebagai BUMN Perum Perhutani juga harus
menjadi lokomotif pertumbuhan perekonomian nasional. Dalam kumparan waktu
52 tahun, banyak perubahan sosial, ekonomi dan politik yang berpengaruh
terhadap Perum Perhutani. Ambil contoh, pasca reformasi, sebagaimana hutanhutan yang lain, hutan-hutan Perum Perhutani juga dijarah secara besar-besaran
oleh masyarakat. Kondisi ini menyebabkan hutan Perum Perhutani menjadi
kerontang bahkan gundul, hingga bisnis Perum Perhutani juga sempat merosot.
Dalam konteks inilah, peran strategis Perum Perhutani juga bertransformasi. Jika
sebelumnya hanya berperan dalam sistem perekonomian nasional, pasca reformasi
Perum Perhutani juga Berperan dalam mendukung sistem kelestarian lingkungan,
dan sistem sosial budaya, khususnya dalam memberdayakan masyarakat di sekitar
hutan, agar mereka bisa merasakan manfaat adanya hutan di satu sisi. Pada sisi
lain masyarakat juga terlibat dalam mengelola dan mengamankan hutan dari
penjarahan.
Dalam kondisi hutan yang rusak tersebut, untuk menjalankan fungsi
strategis untuk mendukung sistem kelestarian lingkungan hidup, Perum Perhutani
kini giat melakukan penanaman hutan. Penanaman pohon ini tak hanya dilakukan
oleh korporasi, tetapi juga oleh individu karyawan. Perum Perhutani mewajibkan
seluruh karyawannya untuk menanam paling sedikit 25 pohon baik di sekitar
rumah, maupun lahan kosong lainnya.
Visi dan Misi Perum Perhutani
Perum Perhutani berdasarkan surat Direksi No.17/Kpts/Dir/2009 tanggal 9
januari 2009 memiliki visi dan misi sebagai berikut:
1. Visi : Menjadikan pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
2. Misi :
a. Mengelola sumber daya hutan dengan prinsip pengelolaan hutan lestari
berdasarkan karakteristik wilayah dan daya dukung daerah aliran sungai,
serta meningkatkan manfaat hasil hutan, kayu dan bukan kayu, ekowisata,
jasa lingkungan, agroforestry serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya
guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan
secara berkelanjutan.
b. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi, serta sumberdaya
manusia perusahaan yang modern, professional dan handal, serta
memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga
perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan.
c. Mendukung dan turut berperanserta dalam pembangunan wilayah secara
regional dan nasional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam
penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional.
21
Produk, Jasa dan Bidang Usaha Perum Perhutani
Bidang usaha Perum Perhutani adalah usaha di bidang Kehutanan
(khususnya di Pulau Jawa dan Madura) dan mengemban tugas serta wewenang
untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Hutan (SDH)
dengan memperhatikan aspek produksi/ekonomi, aspek sosial dan aspek
lingkungan. Maksud penyelenggaraan usaha Perum Perhutani adalah:
1. Menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan yang menghasilkan barang dan
jasa yang bermutu tinggi dan memadai guna memenuhi hajat hidup orang
banyak dan memupuk keuntungan.
2. Menyelenggarakan pengelolaan hutan sebagai ekosistem sesuai dengan
karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat optimal dari segi ekologi,
sosial, budaya dan ekonomi bagi perusahaan dan masyarakat. Sejalan dengan
tujuan pembangunan nasional dengan berpedoman kepada rencana pengelolaan
hutan yang disusun berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan.
Perum Perhutani memiliki 9 (sembilan) kelompok produk barang dan jasa
dan/atau 8 (delapan) produk unggulan. Semuanya terkait dengan pengelolaan
hutan. Produk dan jasa Perum Perhutani adalah:
1. Sustainable Wood Product : Perhutani menghasilkan kayu-kayu berkualitas
tinggi, dipanen dari hutan yang dikelola dengan prinsip berkelanjutan. Jenisjenis kayu bundar yang dipasarkan melalui KBM (Kesatuan Bisnis Mandiri)
Pemasaran Kayu adalah: Jati, Pinus, Mahoni, Sonokeling, Damar, Akasia,
Jabon, Sengon, Gmelina, Rasamala dan lain sebagainya, termasuk beberapa
jenis rotan dan bambu. Perum Perhutani memproduksi barang jadi atau produk
industri kayu olahan dari KBM Industri Kayu Cepu, KBM Industri Kayu
Brumbung, KBM Industri Kayu Gresik. Beberapa produk kayu olahan adalah:
Garden Furniture, Housing Component (Pintu dan Kusen), Indoor Furniture,
Flooring (Lantai Kayu), Raw Sawn Timber, TOP ( Teak Overlay Plywood) dan
Produk lain sesuai pesanan.
2. Forest Chemical Product : Perhutani menghasilkan Forest Chemical Product
berupa Gondorukem dan Terpentin. Produk Gondorukem dan Terpentin
merupakan hasil destilasi getah Pinus yang berkualitas tinggi. Produk lain yang
masuk kedalam kategori ini adalah: kopal, minyak kayu putih, lak, minyak
ylangylang dan sebagainya.
3. Ecotourism and Landscape Beauty : Perum Perhutani mengelola wisata alam di
162 (seratus enam puluh dua) lokasi, berupa wisata rekreasi hutan, wisata
pantai, wisata air terjun, wisata telaga, wisata kawah, wisata gua. Beberapa
lokasi wisata dilengkapi dengan atraksi-atraksi seni dan budaya yang menarik
seperti festival wisata Kawah Putih, petik strawberry dan sebagainya.
4. Forest Food and Health Product : Perum Perhutani menyediakan produk madu
berkualitas tinggi, diproduksi di kebun perlebahan Parung Panjang Bogor,
Regaloh dan lokasi lainnya di hutan Jawa Tengah. Produk lain pada kelompok
ini adalah Air Minuman Madu dan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
berlabel “Air Perhutani”. Selain itu, Perhutani memproduksi: kopi, padi,
jagung, empon-empon dan bahan pangan lain hasil kerjasama dengan
22
5.
6.
7.
8.
9.
masyarakat desa hutan melalui program Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat (PHBM).
Forest Seed Product : Benih dan bibit-bibit tanaman kehutanan berkualitas dan
bersertifikat dihasilkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhutani di
Cepu. Produk pada kategori ini diutamakan untuk menunjang bisnis
pengelolaan hutan Perum Perhutani, disamping juga untuk dipasarkan.
Forestry Trainning and Development : Perum Perhutani menyediakan paket
training dan konsultasi tentang bisnis kehutanan yang diselenggarakan di Pusat
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Madiun. Perum
Perhutani juga memiliki Assessment Centre yang dapat dimanfaatkan dalam
bentuk kerjasama dengan pihak lain.
Forest Clean Energy Product : Perum Perhutani mengembangkan usaha energi
alternatif melalui teknologi mikrohidro, memanfaatkan sumber-sumber air
hutan atau sungai yang memiliki air terjun. Perhutani juga bekerjasama
Pemerintah Korea mengembangkan energi alternatif biomassa dari limbah
tebangan.
Flora and Fauna Forestry Product : Perum Perhutani menyediakan produk
kokon, benang sutera, penangkaran kera, penangkaran rusa, penangkaran buaya
sekaligus untuk konservasi.
Commercial Zone Product : Perum Perhutani membuka kerjasama dengan
pihak lain untuk optimalisasi pemanfaatan asset berupa; rest area, papan
reklame, tower, penyewaan gedung pertemuan, dan sebagainya.
Adapun Produk-produk yang sudah dipetakan menurut pengelolaan hulu
dan hilirnya sebagai berikut:
Tabel 3 Peta Produk-produk Perum Perhutani sesuai pengelolaan hulu dan hilir
Hulu
Hutan
Produksi
Produksi Kayu (Log)/
Non Kayu
1. Kayu Jati
2. Kayu Rimba (Pinus,
Sengon,
Mahoni,
Damar, Sonokeling)
3. Getah Pinus
4. Kopal
5. Daun Kayu Putih
6. Lak
7. Ekowisata
8. Sumber Daya Air
9. Satwa
10. Non Kayu Lainnya
Hilir
Pengusahaan Saat Ini
1. Industri
Kayu Jati
2. Industri
Kayu Rimba
3. Gondorukem
&Terpentin
4. Minyak
Kayu Putih
5. Madu
6. AMDK
7. Wanawisata
8. Pengolahan
Kopi
1. Menjual Log
2. Mengelola 3 Industri Kayu
3. Kemitraan dalam industri
kayu
4. Mengelola
7
Pabrik
Gondorukem & Terpentin
5. Mengelola
4
Pabrik
Minyak Kayu Putih
6. Mengelola 1 Pabrik Lak
7. Mengelola 1 Pabrik
AMDK
8. Mengelola 3 Pabrik Air
madu
9. Mengelola 162 lokasi
Wana Wisata
Sumber: Laporan tahunan Perum Perhutani tahun (2012)
23
Lanjutan Tabel 3
Hulu
Hutan
Lindung
Optimalisasi
Asset
Usaha Lain
Produksi Kayu
Hilir
(Log)/ Non Kayu
1. Getah Pinus
1. Gondorukem
2. Kopal
& Terpentin
3. Ekowisata
2. Wanawisata
4. Sumberdaya Air 3. Pengolahan
5. Satwa
Kopi
6. Tanaman obatobatan
7. Kopi
8. Non
Kayu
lainnya
1. Tanah
&
Bangunan
Perusahaan
1. Benih/Bibit
2. Agroforestry
3. Lembaga
Pendidikan
4. Rehabilitasi dan
Reklamasi
Pengusahaan Saat Ini
1. Kelola Sendiri
2. Kerjasama dengan mitra
1. Menjual Bibit dan Benih
2. Mengerjakan
Proyek
Pemerintah dan BUMN
untuk rehabilitasi
Sumber: Laporan Tahunan Perum Perhutani Tahun 2012
Output produk dari seluruh kelompok produk barang dan jasa tersebut
sangat beragam, dan terdiri dari lebih 60 (enam puluh) jenis produk barang dan
jasa yang bersumber dari areal hutan kelolaan seluas sekitar 2,5 juta Ha di Jawa
dan Madura.
Hasil Uji Awal
Uji awal dalam penelitian ini melibatkan 24 responden yang merupakan
industry kayu, pedagang kayu jati gelondongan dan pengrajin kayu. pengujian ini
dilakukan dengan sampel sensus semua populasi yang membeli atau
menggunakan produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani hanya di wilayah
Jakarta Timur. Pengujian awal dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang
valid dan reliabel (Sugiyono 2010). Merek yang dilakukan dalam penelitian
adalah produk kayu jati bundar Perum Perhutani.
Uji awal Brand Association
Brand association adalah segala kesan yang muncul dibenak pelanggan
yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek (Durianto dkk 2001).
Asosiasi-asosiasi yang diuji, yaitu :
1. memiliki keunggulan dibanding produk kayu jati lainnya.
2. memiliki program sertifikasi dan standarisasi produk.
3. Atribut-atribut (kualitas, layanan, status legalitas/sertifikasi) sudah sesuai
dengan harganya.
4. kelas mutu dan ukuran kayu jati bundar sudah sesuai permintaan pelanggan.
5. merupakan produsen utama kayu jati bundar di dunia.
24
6. mudah mengenali produk secara fisik.
7. lebih dikenal sebagai produsen kayu jati dibanding produsen produk lainnya
(seperti: wanawisata, kayu rimba, furniture, dll).
8. mampu memasok kayu jati bundar secara berkelanjutan, karena memiliki hutan
jati sendiri.
9. Perum Perhutani telah lama memproduksi kayu jati bundar.
Hasil pengujian validitas brand Association produk kayu jati bundar Perum
Perhutani yang melibatkan 24 responden dari pengujian asosiasi 1 (satu) sampai
asosiasi 9 (sembilan) memiliki nilai r hitung > r tabel. Berdasarkan metode korelasi
Product moment pearson, jika nilai r hitung > r tabel maka nilai r hitung valid. Selain
pengujian awal validitas, dilakukan uji awal reliabilitas. Berdasarkan hasil yang
didapat dari metode alfa cronbach, asosiasi-asosiasi yang diuji dari asosiasi 1
(satu) sampai asosiasi 9 (sembilan) mendapat nilai |r 11| sebesar 0,605 dengan nilai
minimum 0,600, maka nilai atribut brand association reliable. Data uji validitas
dan uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1.
Uji Awal Perceived Quality
Perceived quality dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap
keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan
dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durianto dkk, 2001). Terdapat dua
tahap pengujian awal yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Atribut-atribut yang
diuji terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Kayu jati bundar perhutani terjamin mutunya
Tidak ada cacat bentuk pada batang utama kayu jati bundar Perhutani
Tidak ada cacat badan pada batang utama kayu jati bundar Perhutani
Tidak ada cacat bontos pada batang utama kayu jati bundar Perhutani
Kayu jati bundar Perhutani lebih tahan lama (tahan terhadap rayap, air, dll)
dibanding kayu jati dari produsen lain
Umur kayu jati yang diproduksi Perhutani cukup tua, sehingga menghasilkan
warna/corak yang indah
Ukuran diameter dan panjang kayu jati bundar perhutani sudah tepat
Harga kayu jati bundar Perhutani bersaing dengan produsen kayu jati lainnya
Saya mengetahui promosi/iklan yang dilakukan oleh Perum Perhutani
mengenai kayu jati bundar bagus/menarik
Saya mengetahui promosi mengenai kayu jati bundar Perhutani jelas dan
lengkap
Konsumen mudah dalam mendapatkan informasi seputar mutu, sortimen dan
harga kayu jati bundar Perhutani
Prosedur pembelian kayu jati bundar dengan Perhutani lebih mudah,
sederhana (tidak berbelit), aman dan terjamin
Memiliki saluran penjualan yang baik dan sederhana.
Hasil pengujian validitas perceived quality produk kayu jati bundar Perum
Perhutani yang melibatkan 24 responden dari hasil pengujian, semua atribut
perceived quality memiliki nilai r hitung > r tabel. Berdasarkan metode korelasi
Product moment, jika nilai r hitung > r tabel maka nilai r hitung valid.
Selain pengujian awal validitas, dilakukan uji awal reliabilitas. Berdasarkan
hasil yang didapat dari metode alfa cronbach, semua atribut perceived quality
25
mendapat nilai |r11| sebesar 0,747 dengan nilai minimum 0,600, maka nilai atribut
perceived quality reliable. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Profil Pelanggan
Kelompok Pelanggan
Berdasarkan kelompok pelanggan, persentase pelanggan kayu jati bundar
Perum Perhutani di lokasi Klender Jakarta kelompok pedagang memiliki jumlah
paling besar sebanyak 50,0%, kelompok industri sebanyak 41,7% dan kelompok
pengrajin sebanyak 8,3%.Grafik data disajikan pada (Gambar 7).
.
50.0
50.0
45.0
41.7
40.0
Percent
35.0
30.0
25.0
Kelompok Pelanggan
20.0
15.0
8.3
10.0
5.0
0.0
INDUSTRI
PEDAGANG
PENGRAJIN
Gambar 7 Profil pengunjung berdasarkan kelompok pelanggan
Latar Belakang Pelanggan
Berdasarkan latar belakang pelanggan lokasi klender Jakarta, persentase
terbesar untuk latar belakang pelanggan kayu jati bundar di peroleh pada latar
belakang Pemilik Perusahaan memiliki jumlah sebanyak 58,3%, latar belakang
Direksi sebanyak 25%, latar belakang staf sebanyak 12,5%, dan latar belakang
manager sebanyak 4,167%. Grafik data disajikan pada (Gambar 8).
12,5%
STAF
4,2%
MANAGER/SUPERVISOR
25,0%
DIREKSI
0,0%
Latar belakang pelanggan
58,3%
PEMILIK
20,0%
40,0%
60,0%
Percent
Gambar 8 Profil pelanggan berdasarkan latar belakang pelanggan
26
Lama Menjadi pelanggan
Berdasarkan lama menjadi pelanggan lokasi Klender Jakarta, hasil
presentase data menunjukkan yang paling lama menjadi pelanggan adalah <10
tahun dan 20-30 tahun masing-masing sebanyak 46%. Grafik data disajikan pada
(Gambar 9).
46
50
46
Percent
40
30
20
10
4
4
0
tidak
menjawab
<10
10-19
20-30
Lama menjadi pelanggan (tahun)
Gambar 9 Lama menjadi pelanggan
Tempat Transaksi Pembelian
Berdasarkan tempat terjadinya transaksi pembelian, pelanggan melakukan
transaksi di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM), Tempat Penimbunan Kayu (TPK)
dan Trader (Perantara). Pelanggan yang melakukan transaksi pembelian di KBM
Jawa Barat menempati jumlah paling tinggi yaitu sebanyak 46%. Grafik data
disajikan pada (Gambar 10).
8
TPK (Jawa Barat)
13
Trader/Pedagang
17
KBM/TPK
13
TPK (Jawa Tengah)
Transaksi pembelian
4
KBM (Jawa Tengah) dan TPK (Jawa Timur)
46
KBM (Jawa Barat)
0
10
20
30
40
50
Percent
Gambar 10 Profil pelanggan berdasarkan tempat terjadi transaksi di KBM, TPK
dan trader
27
Selanjutnya dilakukan uji keterkaitan hubungan dengan kelompok
pelanggan menggunakan chi square. Hasil uji chi square menyatakan signifikan
untuk korelasi antara kelompok pelanggan dengan profil pelanggan berdasarkan
tempat terjadinya transaksi pembelian. Tabel uji chi square dapat dilihat pada
Lampiran 3, untuk hasil crosstabs dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil crosstabs tempat terjadinya transaksi pembelian dengan kelompok
pelanggan
Kelompok
Pelanggan
Tempat terjadi transaksi pembelian
KBM(Jawa
KBM(Jawa
TPK(Jawa
TPK(Jawa
Tengah) dan
Barat)
Tengah)
Barat)
Total
Trader/Per KBM/
antara
TPK
TPK (Jawa
Timur)
Industri
1
4
2
2
1
0
10
Pedagang
0
7
1
0
0
2
10
Pengrajin
0
0
0
0
2
2
4
Total
1
11
3
2
3
4
24
Tabel 4 menunjukkan kelompok pelanggan pedagang lebih banyak
melakukan transaksi pembelian di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Jawa Barat,
pelanggan tidak memberikan alasan mengapa cenderung memilih transaksi
pembelian di KBM Jawa Barat tetapi menurut majalah duta rimba yang
diterbitkan Perhutani (2012/03) harga kayu jati di Jawa Barat lebih murah
dibandingkan dengan jati yang berasal dari Blora Jawa Tengah. Pada beberapa
bagian kayu jati Jawa Barat terdapat warna coklat kemerahan, namun jika dijemur
langsung di bawah sinar matahari warna tersebut akan hilang dan berubah coklat
keemasan serta hutan dimana pohon jati Jawa Barat tumbuh memiliki struktur
tanah yang lebih subur sehingga pertumbuhan pohon sedikit lebih cepat
dibandingkan tanah di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang banyak
mengandung kapur. Pertumbuhan yang lebih cepat memungkinkan pori-pori lebih
besar.
Analisis Persepsi Pelanggan
Pertama rincian persepsi pelanggan
terhadap faktor yang paling
dipertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu
jati bundar Perum
Perhutani yang disajikan dalam (Gambar 11) mengenai faktor pelanggan yang
paling dipertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar Perum
Perhutani.
28
4.2
4.2
KETERSEDIAAN JUMLAH
LEGALITAS/SERTIFIKASI
50.0
MUTU
16.7
SORTIMEN DAN UKURAN
25.0
HARGA
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
Percent
Gambar 11 Grafik persepsi pelanggan terhadap faktor yang paling di
pertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu
Berdasarkan (Gambar 11) di atas persepsi konsumen yang paling
dipertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar Perum Perhutani
yang paling tertinggi adalah mutu sebanyak 50,0%, kedua harga sebanyak 25,0 %,
ketiga sortimen dan ukuran sebanyak 16,7 % dan paling rendah ketersediaan
jumlah dan legalitas masing-masing 4,2 %.
Pertanyaan kedua adalah mengenai persepsi pelanggan terhadap perbedaan
kayu jati bundar yang dipasok dari Perum Perhutani dengan pemasok lainnya.
Berikut hasil rincian dijelaskan dalam (Gambar 12) di bawah ini.
4,2
UMUR/USIA KAYU
12,5
LEGALITAS/SERTIFIKASI
58,3
MUTU
12,5
WARNA KAYU
DIAMETER
4,2
SORTIMEN
4,2
LAINNYA
4,2
0,0
perbedaan kayu jati
bundar Perhutani dengan
merek lainnya
10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0
Gambar 12 Grafik persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati bundar yang
dipasok Perhutani dengan pemasok lainnya
Berdasarkan (Gambar 12) di atas persepsi pelanggan terhadap perbedaan
kayu jati bundar yang dipasok dari Perum Perhutani dengan pemasok lainnya.
Pelanggan yang menjawab perbedaan kayu dari mutu memiliki jumlah tertinggi
sebanyak 58,3%.
Pertanyaan ketiga adalah mengenai persepsi pelanggan terhadap dari mana
pelanggan mendapat informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum
Perhutani. Berikut hasil rincian dijelaskan dalam (Gambar 13) di bawah ini.
29
70.8
TEMAN/KOLEGA BISNIS
25.0
KANTOR PERHUTANI
IKLAN DI SURAT KABAR
Informasi yang didapat
pelanggan tentang produk
kayu jati bundar perhutani
4.2
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0
Percent
Gambar 13 Grafik persepsi pelanggan terhadap dari mana pelanggan mendapat
informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perhutani
Berdasarkan (Gambar 13) di atas persepsi pelanggan terhadap dari mana
pelanggan mendapat informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum
Perhutani, jumlah paling tinggi adalah informasi dari teman/kolega bisnis
sebanyak 70,8%, kedua dari kantor Perhutani sebanyak 25,0% dan paling kecil
informasi dari iklan di surat kabar sebanyak 4,2%. Setelah mengetahui tentang
persepsi pelanggan mendapat informasi tentang produk kayu jati bundar dari
Perum Perhutani, dilakukan uji keterkaitan hubungan dengan persepsi pelanggan
terhadap informasi yang diperoleh pelanggan mengenai kayu jati bundar Perum
Perhutani dari sumber menggunakan chi square. Hasil uji chi square menyatakan
signifikan untuk korelasi antara persepsi pelanggan dari mana mendapat informasi
tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani dengan persepsi pelanggan
terhadap informasi yang diperoleh pelanggan mengenai kayu jati bundar Perum
Perhutani dari sumber. Tabel uji chi square dapat dilihat pada Lampiran 9, untuk
hasil crosstabs (tabulasi silang) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil crosstabs persepsi pelanggan terhadap dari mana pelanggan
mendapat informasi tentang produk kayu jati bundar Perum Perhutani
dengan persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh pelanggan
tentang kayu jati bundar dari sumber
Dari mana anda mendapatkan
informasi yang di peroleh pelanggan dari sumber
informasi tentang produk kayu Klasifikasi
jati bundar dari Perum
harga
Jenis
Kualitas/
Kelebihan Dan
kayu jati
mutu
Kekurangan Kayu
Perhutani
Total
Lainnya
Jati Perhutani
Iklan di surat kabar
0
0
0
1
0
1
Kantor perhutani
0
0
5
0
1
6
Teman/kolega bisnis
5
1
9
1
1
17
Total
5
1
14
2
2
24
Tabel 5 menunjukkan informasi yang diperoleh pelanggan mengenai
kualitas atau mutu lebih banyak mendapatkan informasi dari teman/kolega bisnis
,karena perbedaan kayu jati bundar Perum Perhutani dengan pemasok lain adalah
30
dari kualitas atau mutu yang lebih unggul. Informasi yang di peroleh pelanggan
mengenai klasifikasi harga lebih bantak mendapat informasi dari teman/kolega
bisnis karena klasifikasi harga yang diberikan Perhutani sesuai dengan tipe mutu,
ukuran panjang dan diameter kayu yang di inginkan. Pertanyaan keempat adalah
pertanyaan mengenai persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh
mengenai kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber. Berikut hasil rincian
dijelaskan dalam (Gambar 14) dibawah ini.
KELEBIHAN DAN…
8.3
58.3
KUALITAS/MUTU
Informasi yang
diperoleh pelanggan
mengenai produk kayu
jati bundar Perhutani
4.2
JENIS KAYU JATI
20.8
KLASIFIKASI HARGA
8.3
LAINNYA
0.0
20.0
40.0
60.0
Percent
Gambar 14 Grafik persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh
mengenai kayu jati bundar Perhutani dari sumber informasi
Berdasarkan (Gambar 14) di atas persepsi pelanggan terhadap informasi
yang diperoleh mengenai kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber paling
tinggi adalah diperoleh informasi mengenai kulitas/mutu sebanyak 58,3% dan
paling kecil adalah informasi yang diperoleh mengenai jenis kayu jati. Setelah
mengetahui tentang persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh
pelanggan tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani dari sumber,
dilakukan uji keterkaitan hubungan dengan persepsi pelanggan terhadap
perbedaan kayu jati yang dipasok dari Perum Perhutani dengan Pemasok lainnya
menggunakan chi square. Hasil uji chi square menyatakan signifikan untuk
korelasi antara persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh mengenai
kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber dengan persepsi pelanggan
terhadap perbedaan kayu jati yang dipasok dari Perum Perhutani dengan Pemasok
lainnya. Tabel uji chi square dapat dilihat pada Lampiran 8, untuk hasil crosstabs
(tabulasi silang) dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil crosstabs jenis informasi yang diperoleh dari sumber dengan
persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati yang dipasok dari Perum
Perhutani dengan pemasok lainnya
Jenis informasi yang di
peroleh dari sumber
Perbedaan kayu jati yang dipasok dari Perhum Perhutani dengan
Pemasok lainnya
Sortimen
Diameter
Warna
kayu
Mutu
Legalitas/ Umur/
sertifikasi usia
kayu
Total
Lainnya
Klasifikasi harga
Jenis kayu jati
Kualitas/mutu
0
0
0
1
0
0
2
0
1
2
0
11
0
0
2
0
0
0
0
1
0
5
1
14
Kelebihan dan kekurangan
kayu jati perhutani
1
0
0
0
1
0
0
2
Lainnya
Total
0
1
0
1
0
3
1
14
0
3
1
1
0
1
2
24
31
Tabel 6 menunjukkan pelanggan yang mendapat informasi tentang kualitas
atau mutu kayu jati bundar Perum Perhutani mayoritas menjawab mutu sebagai
jawaban persepsi terhadap perbedaan kayu jati bundar yang di pasok dari Perum
Perhutani dengan pemasok lain, karena mereka telah mengetahui informasi
kualitas atau mutu kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber dan bisa
mempersepsikan perbedaan kayu jati bundar Perum Perhutani dengan Pemasok
lainnya.
Selanjutnya, berdasarkan survei pelanggan yang mengambil keputusan
membeli kayu jati bundar menjadikan asal produsen sebagai pertimbangan utama
yaitu mayoritas pelanggan menjawab „ya‟ sebanyak 83,3%.Hasil dapat dilihat
pada (Gambar 15).
Gambar 15 Persepsi pelanggan terhadap keputusan pembeli dalam membeli kayu
jati bundar yang menjadikan asal produsen sebagai pertimbangan
utama
Terakhir, menjelaskan mengenai jumlah pelanggan kayu jati bundar Perum
Perhutani yang menjawab perbedaan kayu jati yang dipasok dari Perum Perhutani
dengan pemasok lainnya. Mayoritas pelanggan menjawab „ya‟ sebanyak 100%.
Analisis Brand Awareness
Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali, atau mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu
kategori produk tertentu (David Aaker 1997). Dalam analisis brand awareness
terbagi berdasarkan beberapa tingkatan yaitu top of mind, brand recall.
Analisis Top of Mind
Top of mind merupakan merek yang pertama kali diingat pelanggan atau
yang pertama kali ketika pelanggan ditanya tentang suatu kategori produk
(Durianto dkk 2001). Top of Mind juga merupakan tingkatan tertinggi dalam
brand awareness dan juga merupakan pimpinan dari berbagai merek yang
terdapat dalam produk yang serupa yang ada dalam benak pelanggan (David
Aaker 1997). Berdasarkan survei yang dilakukan di lapangan, sebagian besar
sebanyak 66,7% pelanggan menyebutkan merek Perum Perhutani sebagai merek
produk kayu jati bundar yang paling diingat. Gambaran selengkapnya dapat
dilihat pada (Gambar 16).
32
Produsen/pemasok kayu jati bundar apa yang
paling anda ingat
33.3
KAYU JATI
PERHUTANI
66.7
KAYU JATI RAKYAT
Gambar 16 Top of mind produk kayu jati bundar
Berdasarkan (Gambar 16), ternyata merek Kayu Jati Bundar Perum
Perhutani menempati posisi puncak dalam top of mind sebanyak 66,7% yang
berarti bahwa merek tersebut merupakan merek yang paling banyak diingat oleh
pelanggan. Merek Kayu Rakyat juga masuk ke dalam penyebutan top of mind
Kayu Jati Bundar walaupun perbedaan persentasenya sangat signifikan
dibandingkan dengan merek Perum Perhutani sebanyak 33,3%.
Analisis Brand Recall
Brand recall menggambarkan pengingatan kembali merek yang
mencerminkan merek-merek apa yang diingat pelanggan setelah menyebutkan
merek yang pertama kali disebut. Brand recall merupakan multi response
questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu (unaided question) (Durianto
dkk 2001). Hasil penelitian menunjukkan sebanyak (60%) menyebutkan merek
Kayu Jati Bundar Perhutani sebagai merek Kayu Jati Bundar kedua yang mereka
ingat setelah menyebutkan merek pertama. Setelah itu diikuti merek kayu jati
bundar Rakyat (40%). Pelanggan dapat memberikan lebih dari satu jawaban
sesuai dengan ingatannya terhadap merek-merek kayu jati bundar selain yang
telah disebutkan pada elemen top of mind. Gambaran selengkapnya dapat dilihat
pada (Gambar 17).
Gambar 17 Brand Recall merek Kayu Jati Bundar
Analisis Brand Association
Analisis ekuitas merek kedua yaitu menggunakan brand association.
Asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul dibenak pelanggan yang terkait
dengan ingatannya mengenai suatu merek (Durianto dkk 2001). Untuk menguji
33
asosiasi- asosiasi tersebut,maka digunakan metode uji cochran. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui hubungan asosiasi-asosiasi tersebut yang terdapat pada produk
kayu jati bundar Perum Perhutani. Hasil perhitungan brand association dapat
dilihat pada Lampiran. Asosiasi-asosiasi yang diuji, yaitu :
1. memiliki keunggulan dibanding produk kayu jati lainnya.
2. memiliki program sertifikasi dan standarisasi produk.
3. Atribut-atribut (kualitas,layanan, status legalitas/sertifikasi) sudah sesuai
dengan harganya.
4. kelas mutu dan ukuran kayu jati bundar sudah sesuai permintaan pelanggan.
5. merupakan produsen utama kayu jati bundar di dunia.
6. mudah mengenali produk secara fisik.
7. lebih dikenal sebagai produsen kayu jati dibanding produsen produk lainnya
(seperti : wanawisata, kayu rimba, furniture, dll).
8. mampu memasok kayu jati bundar secara berkelanjutan, karena memiliki hutan
jati.
9. Perum Perhutani telah lama memproduksi kayu jati bundar.
Uji Asosiasi
Pengujian asosiasi-asosiasi produk kayu jati bundar melibatkan seluruh
pelanggan yaitu sebanyak 24 orang dari lokasi Klender Jakarta. Hasil dapat dilihat
dalam (Tabel 7).
Tabel 7 Hasil uji cochran asosiasi produk kayu jati bundar Perum Perhutani
Uji
Asosiasi
db X2 tabel Cochran’s Q
Hasil
Asosiasi No.
1
8 15,507 16,211
Q > X2 tabel
1,2,3,4,5,6,7,8,9
2
7 14,017 10,925
Q < X2 tabel
Asosiasi No.1,2,3,4,6,7,8,9
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa pada tahap ke dua proses
pengujian dihentikan karena nilai Q < X2 yang artinya Ho diterima dan dapat
disimpulkan bahwa asosiasi yang menjadi brand image dari produk kayu jati
bundar Perum Perhutani adalah asosiasi memiliki keunggulan dibanding produk
kayu jati lainnya, asosiasi memiliki program sertifikasi dan standarisasi produk,
asosiasi atribut-atribut (kualitas,layanan, status legalitas/sertifikasi) sudah sesuai
dengan harganya, asosiasi kelas mutu dan ukuran kayu jati bundar sudah sesuai
permintaan pelanggan, asosiasi mengenali produk secara fisik,asosiasi lebih
dikenal sebagai produsen kayu jati dibanding produsen produk lainnya (seperti :
wanawisata, kayu rimba, furniture, dll), asosiasi mampu memasok kayu jati
bundar secara berkelanjutan, karena memiliki hutan jati, asosiasi Perum Perhutani
telah lama memproduksi kayu jati bundar. Hasil selengkapnya tentang pengujian
asosiasi merek produk kayu jati bundar Perum Perhutani dapat dilihat pada
Lampiran 10.
Analisis Perceived Quality
Perceived quality dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap
keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan
dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durianto dkk 2001). Dalam
penelitian ini, perceived quality akan diukur dengan skala Semantic Differensial.
34
Analisis atribut pengujian ini menggunakan skala evaluasi enam angka yang
berjajar dari 1 sampai 6. Nilai rataan dapat dilihat pada (Tabel 8).
Tabel 8 Rataan atribut perceived quality kayu jati bundar Perum Perhutani
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Atribut
Kayu jati bundar perhutani terjamin mutunya
Tidak ada cacat bentuk pada batang utama kayu jati bundar Perhutani
Tidak ada cacat badan pada batang utama kayu jati bundar Perhutani
Tidak ada cacat bontos pada batang utama kayu jati bundar Perhutani
Kayu jati bundar Perhutani lebih tahan lama (tahan terhadap rayap, air,
dll) dibanding kayu jati dari produsen lain.
Umur kayu jati yang diproduksi Perhutani cukup tua, sehingga
menghasilkan warna/corak yang indah.
Ukuran diameter dan panjang kayu jati bundar perhutani sudah tepat
Harga kayu jati bundar Perhutani bersaing dengan produsen kayu jati
lainnya
Saya mengetahui promosi/iklan yang dilakukan oleh Perum Perhutani
mengenai kayu jati bundar bagus/menarik
Saya mengetahui promosi mengenai kayu jati bundar Perhutani jelas
dan lengkap
Konsumen mudah dalam mendapatkan informasi seputar mutu,
sortimen dan harga kayu jati bundar Perhutani
Prosedur pembelian kayu jati bundar dengan Perhutani lebih mudah,
sederhana (tidak berbelit), aman dan terjamin
Memiliki saluran penjualan yang baik dan sederhana
Rataan
4,833
3,167
3,083
3,083
5,041
5,333
4,625
4,042
2,500
2,583
4,375
4,625
4,792
Rentang skala yang digunakan dalam analisis perceived quality adalah sebagai
berikut:
1= sangat tidak baik
2= tidak baik
3= kurang baik
4= cukup baik
5= baik
6= sangat baik
Menurut (Tabel 8) dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat enam atribut
yang memiliki rentang skala baik (5) yaitu atribut kayu jati bundar perhutani
terjamin mutunya, atribut kayu jati bundar Perhutani lebih tahan lama (tahan
terhadap rayap, air, dll) dibanding kayu jati dari produsen lain, atribut umur kayu
jati yang diproduksi Perhutani cukup tua sehingga menghasilkan warna/corak
yang indah, atribut Ukuran diameter dan panjang kayu jati bundar perhutani sudah
tepat, atribut Prosedur pembelian kayu jati bundar dengan Perhutani lebih mudah,
sederhana (tidak berbelit), aman dan terjamin, dan atribut Memiliki saluran
penjualan yang baik dan sederhana.
Selain memiliki enam atribut baik, kayu jati bundar Perum Perhutani juga
memiliki nilai rataan tertinggi yaitu berada pada atribut umur kayu jati yang
diproduksi Perhutani cukup tua sehingga menghasilkan warna/corak yang indah
(5,333). Sedangkan nilai rataan terendah berada pada atribut saya mengetahui
promosi/iklan yang dilakukan oleh Perum Perhutani mengenai kayu jati bundar
35
bagus/menarik (2,500). Hasil Grafik skala semantic differential pada (Gambar
18).
Gambar 18 Grafik Semantic Differensial produk kayu jati bundar Perum Perhutani
36
Brand Loyalty
Sebagai suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran
ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan
beralih ke merek lain yang ditawarkan oleh kompetitor atau pesaing, terutama jika
pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun
atribut lainnya (Durianto dkk 2001).
Analisis Switcher
Analisis switcher dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa
banyak pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang termasuk ke
dalam switcher. Konteks switcher dalam penelitian ini adalah kepuasan pelanggan
kayu jati bundar Perum Perhutani membeli produk kayu jati bundar Perum
Perhutani karena faktor harga. Switcher adalah pelanggan yang menjawab “sangat
setuju”, ”setuju” dan “cukup setuju”apabila ditanyakan ”Kepuasan anda membeli
produk kayu jati bundar Perum Perhutani karena faktor harga?”.
Dari hasil penelitian dengan pelanggan kayu jati bundar Perum Perhutani,
jumlah pelanggan yang sensitif terhadap harga dengan sangat setuju, setuju dan
cukup setuju kepuasan membeli produk kayu jati bundar Perum Perhutani karena
faktor harga sebesar 38% atau 9 orang. Hasil penghitungan switcher produk kayu
jati bundar Perum Perhutani dapat dilihat pada Lampiran 11.
Analisis Satisfied Buyer
Analisis satisfied buyer dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
berapa banyak pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang termasuk
ke dalam satisfied buyer. Konteks satisfied buyer dalam penelitian ini adalah
pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang mendapatkan kepuasan
dalam melakukan pembelian. Satisfied buyer adalah pelanggan yang menjawab
“cukup puas”, “puas” dan “sangat puas” apabila ditanyakan “Bagaimana pendapat
anda terhadap kualitas produk kayu jati bundar Perum Perhutani?”.
Dari hasil penelitian dengan pelanggan produk kayu jati bundar Perum
Perhutani, jumlah pelanggan yang menemukan kepuasan dalam mengkonsumsi
produk tersebut karena kualitas sebesar 87,5% atau 21 orang. Hasil penghitungan
satisfied buyer dapat dilihat pada Lampiran 11.
Analisis Liking The Brand
Analisis liking the brand dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
berapa banyak pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang termasuk
ke dalam liking the brand. Konteks liking the brand dalam penelitian ini adalah
pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang menyukai merek
tersebut. Liking the brand adalah pelanggan yang menjawab “cukup setuju”,
“setuju” dan “sangat setuju” apabila ditanyakan “Apakah produk kayu jati bundar
Perum Perhutani akan dijadikan sebagai satu-satunya pilihan yang paling dibeli?”.
Dari hasil penelitian dengan pelanggan kayu jati bundar Perum Perhutani,
jumlah pelanggan yang mengkonsumsi kayu jati bundar tersebut karena satusatunya pilihan yang paling dibeli sebesar 75% atau 18 orang. Hasil penghitungan
liking the brand dapat dilihat pada Lampiran 11.
37
Analisis Committed Buyer
Analisis committed buyer dilakukan untuk mengetahui berapa banyak
pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang termasuk ke dalam
committed buyer. Konteks committed buyer dalam penelitian ini adalah pelanggan
kayu jati bundar Perum Perhutani yang merekomendasikan dan mempromosikan
merek tersebut ke pihak lain. Committed buyer adalah pelanggan yang menjawab
“sering” dan “selalu” apabila ditanyakan “Apakah anda pernah menyarankan atau
mengajak orang lain untuk membeli produk kayu jati bundar Perum Perhutani?”.
Dari hasil penelitian dengan pelanggan produk kayu jati bundar Perum
Perhutani, jumlah pelanggan yang menyarankan atau mengajak orang lain untuk
membeli produk kayu jati bundar Perum Perhutani sebesar 33% atau 8 orang,
Hasil penghitungan committed buyer merek kayu jati bundar Perum Perhutani
dapat dilihat pada Lampiran 11.
Piramida Brand Loyalty
Piramida brand loyalty merupakan gambar susunan tingkatan brand loyalty.
Piramida tersebut disusun berdasarkan hasil penghitungan analisis switcher,
satisfied buyer, liking the brand dan committed buyer. Piramida brand loyalty
produk kayu jati bundar Perum Perhutani dapat dilihat pada (Gambar 19).
33%
Committed buyer
75%
87,5%
38%
Liking the brand
Satisfied buyer
Switcher
Gambar 19 Piramida brand loyalty produk kayu jati bundar Perum Perhutani
Menurut Durianto, dkk (2001), bagi merek yang memiliki brand equity
yang kuat, tingkatan dalam brand loyalty-nya diharapkan membentuk segitiga
terbalik, maksudnya makin ke atas makin melebar sehingga diperoleh jumlah
committed buyer yang lebih besar daripada switcher. Berdasarkan Gambar 19
terlihat bentuk dengan piramida yang terbalik, hal ini yang menjadi target dari
banyak perusahaan. Karena penempatan switcher berada pada tingkat terkecil dan
mengerucut dan menempatkan committed buyer pada penempatan yang paling
besar piramida, jadi perusahaan dengan brand loyalty yang tinggi akan memiliki
konsumen setia yang lebih banyak dibandingkan yang switcher. Hal ini bertujuan
agar banyak konsumen yang menjadi setia pada merek yang dipasarkan oleh
perusahaan termasuk yang diinginkan oleh kayu jati bundar Perum Perhutani,
akan tetapi dapat dilihat bahwa piramida brand loyalty kayu jati bundar Perum
Perhutani pada Gambar 19 menunjukan tingkat loyalitas switcher sebesar 38%
38
yang memiliki rentang skala cukup baik. Sedangkan pada tingkat liking the brand
dan committed buyer menurun, hanya sampai pada tingkatan satisfied buyer yang
meningkat 87.5%, pada satisfied buyer termasuk dalam skala sangat baik ini
dikarenakan pelanggan merasa puas menggunakan kayu jati bundar Perum
Perhutani diantaranya atribut kesan terhadap kualitas produk yang dinilai bagus
menurut persepsi pelanggan di tingakatan satisfied buyer yaitu atribut produk
terjamin mutunya; produk lebih tahan lama (awet terhadap rayap) dibanding
produsen lainnya; umur kayu jati yang diproduksi cukup tua, sehingga
menghasilkan warna/corak yang indah; ukuran diameter dan panjang kayu jati
bundar sudah tepat; harga bersaing dengan produsen lainnya; prosedur pembelian
lebih mudah, sederhana, aman dan terjamin; memiliki saluran penjualan yang baik
dan sederhana. Kesan terhadap kualitas yang dipilih kelompok satisfied buyer
perlu dipertahankan untuk kepuasan pelanggan.
Menurut Aaker (1997) preferensi konsumen atau pelanggan yang sungguhsungguh menyukai merek mungkin dilandaskan pada suatu asosiasi; seperti suatu
simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan, atau kesan kualitas
(perceived quality) yang tinggi. Jadi, untuk meningkatkan liking the brand yaitu
dengan meningkatkan nilai perceived quality dengan meningkatkan nilai dari
atribut-atribut perceived quality dan brand image dari atribut brand association.
Pada tingkatan liking the brand dan committed buyer menurun, sebelumnya
satisfied buyer 87.5% menjadi 75% pada liking the brand dan 33% pada
committed buyer, untuk meningkatkan liking the brand dan committed buyer
dengan memperbaiki kesan terhadap kualitas produk yang merasa kurang baik
menurut persepsi pelanggan dari tingkatan liking the brand dan committed buyer
yaitu atribut tidak ada cacat bentuk pada batang utama memiliki skor 3.167 dinilai
cukup baik tetapi masih perlu perawatan lebih intensif memperbaiki cacat bentuk
pada batang utama, atribut tidak ada cacat badan pada batang utama memiliki
skor 3.083 dinilai cukup baik tetapi masih perlu perawatan intensif memperbaiki
cacat badan pada batang utama, dan atribut tidak ada cacat bontos pada batang
utama memiliki skor 3.083 dinilai cukup baik tetapi masih perlu perawatan
intensif memperbaiki cacat bontos pada batang utama.
Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Mereka mempunyai suatu
kebanggan dalam menemukan atau menjadi pengguna dari suatu merek (Aaker
1997). Dari hasil wawancara, pelanggan kayu jati bundar Perum Perhutani
memberikan saran untuk meningkatkan kualitas pelayanan, memberikan
spesifikasi kayu jati sesuai keinginan pelanggan, meningkatkan mutu kayu jati
bundar meskipun lebih memiliki keunggulan dibandingkan kayu jati merek lain,
meningkatkan sarana dan prasarana pengangkutan kayu jati bundar perhutani,
meningkatkan produksi dan volume kayu pada saat lelang dan memperhatikan
para pedagang kecil. Dengan mendengar keluhan dari para pelanggan nilai
committed buyer akan meningkat, agar pelanggan mempunyai suatu kebanggaan
dalam menemukan atau menjadi pengguna kayu jati bundar Perum Perhutani.
Uji Chi Square
Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat korelasi antara kelompok
pelanggan dengan tempat terjadinya transaksi pembelian. Hal ini dapat dilihat dari
nilai P value (Asymp.Sig) < 10 persen (0,046 < 0,10). Korelasi ini dapat
disebabkan karena beberapa hal antara lain sebagai berikut:
39
1. Berdasarkan hasil pengolahan data primer menunjukkan bahwa sebagaian
besar kelompok pelanggan pedagang melakukan transaksi pembelian di
Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Jawa Barat.
2. Berdasarkan keterangan kelompok pelanggan tidak memberikan alasan
mengapa cenderung banyak memilih transaksi pembelian di KBM Jawa Barat
tetapi menurut majalah duta rimba yang diterbitkan Perhutani (2012/03) harga
kayu jati di Jawa Barat lebih murah dibandingkan dengan jati yang berasal dari
Blora Jawa Tengah. Pada beberapa bagian kayu jati Jawa Barat terdapat warna
coklat kemerahan, namun jika dijemur langsung di bawah sinar matahari warna
tersebut akan hilang dan berubah coklat keemasan serta hutan dimana pohon
jati Jawa Barat tumbuh memiliki struktur tanah yang lebih subur sehingga
pertumbuhan pohon sedikit lebih cepat dibandingkan tanah di perbatasan Jawa
Tengah dan Jawa Timur yang banyak mengandung kapur.
3. Pengendalian yang bisa dilakukan yaitu memberikan harga kayu jati yang tidak
terlalu mahal, meningkatkan kualitas kayu, tujuannya dapat meningkatkan
loyalitas pelanggan
Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat korelasi antara persepsi pelanggan
terhadap informasi yang diperoleh dari sumber dengan persepsi pelanggan
terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok dari Perum Perhutani dengan
pemasok lainnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai P value (Asymp.Sig) < 10 persen
(0.000 < 0.10). Korelasi ini dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengolahan data primer menunjukkan pelanggan yang
mendapat informasi dari sumber adalah mengenai kualitas atau mutu kayu jati
bundar Perum Perhutani. Pelanggan tersebut mayoritas menjawab mutu
sebagai jawaban perbedaan kayu jati bundar yang di pasok dari Perum
Perhutani dengan pemasok lain, karena pelanggan telah mengetahui informasi
dari sumber mengenai kualitas atau mutu kayu jati bundar Perum Perhutani dan
bisa mempersepsikan perbedaan kayu jati bundar Perum Perhutani dengan
Pemasok lainnya.
2. Pengendalian yang bisa dilakukan yaitu meningkatkan kualitas atau mutu kayu
jati.
Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat korelasi antara persepsi pelanggan
terhadap pelanggan mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari
Perum Perhutani dengan persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh
dari sumber. Hal ini dapat dilihat dari nilai P value (Asymp.Sig) < 10 persen
(0.055 < 0.10). Korelasi ini dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengolahan data primer menunjukkan informasi yang
diperoleh pelanggan mengenai kualitas atau mutu lebih banyak didapat dari
teman/kolega bisnis ,karena perbedaan kayu jati bundar Perum Perhutani
dengan pemasok lain adalah dari kualitas atau mutu yang lebih unggul. Kedua
Informasi yang di peroleh pelanggan mengenai klasifikasi harga lebih banyak
didapat dari teman/kolega bisnis karena klasifikasi harga dari Perhutani
memiliki harga yang berbeda sesuai dengan tipe mutu, ukuran panjang dan
diameter kayu yang di inginkan.
40
Implikasi Manajerial
Dari pembahasan yang telah dikemukakan maka diperoleh beberapa
informasi yang berguna dalam memperbaiki elemen-elemen brand equity yang
terdiri dari analisis brand awareness, analisis brand association, analisis
perceived quality dan analisis brand loyalty. Berdasarkan hasil perceived quality
atribut dengan nilai rataan tertinggi adalah atribut umur kayu jati yang diproduksi
perhutani cukup tua sehingga menghasilkan warna/corak yang indah dan atribut
Kayu jati bundar Perhutani lebih tahan lama (tahan terhadap rayap, air, dll)
dibanding kayu jati dari produsen lain, sehingga Perum Perhutani dapat
mempertahankan sistem manajemen mutu. Kedua atribut tersebut dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap pembelian kayu jati bundar
perhutani. Atribut perceived quality paling rendah adalah atribut pelanggan
mengetahui promosi/iklan bagus, jelas dan lengkap, karena menurut pelanggan
tidak harus memakai promosi/iklan kayu jati bundar Perum Perhutani sudah
terbukti kualitas dan mutunya dibandingkan dengan kayu jati bundar lainnya.
Dari hasil saran pelanggan mengenai harga, salah satu pedagang
menyarankan agar harga kayu jati bundar perhutani tidak naik, dari beberapa
kelompok industri dan beberapa kelompok pengrajin harga kayu jati bundar
perhutani jangan terlalu mahal. Mayoritas kelompok industri, kelompok pedagang
dan kelompok pengrajin menyarankan agar mutu kayu jati lebih ditingkatkan lagi
meskipun kayu jati bundar Perum Perhutani memiliki keunggulan dibandingkan
merek kayu jati bundar lainnya. Berikut brand image yang terbentuk dari analisis
brand association pada kayu jati bundar Perum Perhutani (Tabel 9).
Tabel 9 Brand image kayu jati bundar Perum Perhutani
Item
Perencanaan
Pengendalian
I. Atribut
brand
image
Memiliki keunggulan
- Mempertahankan
- Meningkatkan pemeliharaan
keunggulan
seperti
dan perlindungan hutan kayu
kualitas mutu dan
jati dengan sistem
produksi pada umur
manajemen reboisasi
kayu yang tua
- Mengatur sistem manajemen
- Peningkatan sarana
rantai pasok seperti
dan
prasarana
menentukan alokasi dan
pengangkutan kayu
lokasi terminal bahan baku
jati bundar perhutani
kayu jati untuk
meminimalisasikan biaya
total rantai pasok yang terdiri
dari biaya pembelian biaya
transportasi
Memiliki program
Mempertahankan
- Mengembangkan
sistem
sertifikasi dan
kepuasan pelanggan
manajemen mutu
standarisasi produk
- tetap melakukan perbaikan
terus-menerus
- Audit internal
41
Lanjutan Tabel 9
Item
Kualitas kayu dan
pelayanan sesuai harga
Menawarkan kelas
mutu dan harga sesuai
permintaan
Perencanaan
Pengendalian
Meningkatkan
- Pemeliharaan tanaman
produksi kayu jati - Rehabilitasi hutan dan lahan
dengan benih jati - Sistem manajemen Reboisasi
varitas unggul seperti
benih
jati
plus
perhutani (jpp)
Mempertahankan
- Mengembangkan
sistem
kepuasan pelanggan
manajemen mutu dan tetap
melakukan perbaikan terusmenerus
Meningkatkan
dan - Pemeliharaan tanaman
mempertahankan
- Rehabilitasi hutan dan lahan
kualitas mutu
- Sistem manajemen Reboisasi
Meningkatkan
dan - Pemeliharaan tanaman
mempertahankan
- Rehabilitasi hutan dan lahan
kualitas mutu
- Sistem manajemen Reboisasi
Mampu memasok
lebih, karena memiliki
hutan sendiri
Telah lama
memproduksi kayu jati
bundar
II. Atribut
korelasi
perilaku pelanggan
- Kelompok
- Peningkatan sarana - Mengatur sistem
pelanggan dengan
dan
prasarana
manajemen rantai pasok
tempat terjadi
pengangkutan kayu
seperti menentukan alokasi
transaksi pembelian
jati bundar perhutani
dan lokasi terminal bahan
- Memberikan harga
baku kayu jati untuk
yang sesuai dengan
meminimalisasikan biaya
ukuran dan kualitas
total rantai pasok yang
kayu jati bundar
terdiri dari biaya pembelian
biaya transportasi
- Memberikan harga yang
murah pada ukuran jati
bundar yang lebih kecil
(A1) dan memberikan harga
tinggi pada ukuran kayu A3
- Latar belakang
- Memberikan kualitas - Melakukan pengelolaan
pelanggan dengan
kayu jati bundar
hutan dengan reboisasi dan
persepsi pelanggan
sesuai
keinginan
rehabilitasi hutan,
terhadap perbedaan
pelanggan
dari - Penggunaan bibit unggul
kayu jati bundar
kelompok pedagang,
dengan pemberian benih jati
yang dipasok
industri
atau
varietas unggul seperti bibit
Perhutani dengan
pengrajin
dengan
jati plus Perhutani (JPP)
pemasok lainnya
mengurangi
cacat - Pemangkasan cabang pada
pada
kayu
jati
saat jati berumur muda, akan
bundar seperti cacat
memberi hasil batang tanpa
bentuk, cacat badan
cacat mata kayu
dan cacat bontos
42
Lanjutan Tabel 9
Item
Perencanaan
-
- Persepsi pelanggan
Terhadap
perbedaan kayu jati
bundar dan
informasi yang
diperoleh
pelanggan
mengenai kayu jati
bundar Perum
Perhutani
- Persepsi pelanggan
Terhadap dari
mana pelanggan
mendapatkan
informasi tentang
produk kayu jati
bundar dari Perum
Perhutani dengan
Persepsi pelanggan
informasi yang
diperoleh mengenai
kayu jati bundar
Perum Perhutani
III. Atribut Brand
awareness
- Top of mind produk
kayu jati bundar
adalah merek
Perum Perhutani
- Memberikan promosi produk
- Menjaga
hubungan
baik dan memberikan daftar informasi yang
akurat dan lengkap
Pengendalian
Pemupukan akan
mempercepat pertumbuhan
kayu
Pengendalian hama dan
penyakit
Pemberian sistem informasi
Memberikan promosi melalui
leaflet, brosur, dan lainnya
Memberikan kesempatan
kepada pelanggan untuk
melihat proses produksi kayu
- Menjaga
hubungan - Memberikan promosi melalui
baik dan memberikan
leaflet, brosur, dan lainnya
daftar informasi yang - Pemberian sistem informasi
akurat dan lengkap
- Mempertahankan
kualitas kayu jati
bundar
seperti
tegakan kayu jati
yang lurus, tekstur
dan serat kayu bagus,
kayu jati berumur tua
- Melakukan kegiatan
promosi penjualan,
iklan
- Membangun
hubungan kuat
dengan pelanggan
- Memberikan promosi melalui
leaflet, brosur, dan lainnya
- memberikan harga diskon
bagi pelanggan tetap
- Sering melakukan
komunikasi dengan
pelanggan melalui datang ke
lokasi pelanggan atau melalui
media elektronik
- Mendengar opini pelanggan
dari produk kayu yang telah
dibeli melewati media
elektronik atau datang
langsung ke lokasi alamat
pelanggan
43
Lanjutan Tabel 9
Item
IV. Atribut Perceived
Quality
- Produk terjamin
mutunya dengan
skor 4.833 dinilai
baik
-
Perencanaan
Memberikan kualitas
kayu jati bundar
sesuai keinginan
pelanggan dari
kelompok pedagang,
industri atau pengrajin
Tidak ada cacat
- Melakukan perbaikan
bentuk pada
dalam mengurangi
batang utama
cacat bentuk pada
dengan skor 3.167
batang utama
dinilai cukup baik - Giat melakukan
kegiatan pengendalian
hama dan penyakit
-
Tidak ada cacat
badan pada
batang utama
dengan skor 3.083
dinilai cukup baik
- Melakukan
perbaikan dalam
mengurangi cacat
badan pada batang
utama
- Giat melakukan
kegiatan
pengendalian hama
dan penyakit
-
Tidak ada cacat
bontos pada
batang utama
dengan skor 3.083
dinilai cukup baik
- Melakukan
perbaikan dalam
mengurangi cacat
bontos pada batang
utama
- Giat melakukan
kegiatan
pengendalian hama
dan penyakit
Pengendalian
- penggunaan bibit unggul
dengan pemberian benih jati
varietas unggul seperti bibit
jati plus Perhutani (JPP)
- Memilih benih jati varietas
unggul
- Melakukan penyulaman
yaitu mengganti tanaman
yang mati dengan bibit baru
- Menggunakan insektisida
untuk membasmi hama
seperti inger-inger,
penggerek batang, serangan
bubuk kayu, ulat jati,
serangan uret, dll
- Giat melakukan
pemangkasan cabang atau
ranting pohon yang tidak
diperlukan saat jati berumur
muda
- Menggunakan insektisida
untuk membasmi hama
seperti inger-inger,
penggerek batang, serangan
bubuk kayu, ulat jati,
serangan uret, dll
- Membasmi penyakit jamur
upas dan penyakit kanker
batang dengan pengontrolan
dan pemangkasan secara
teratur
- Giat melakukan
pemangkasan cabang atau
ranting pohon yang tidak
diperlukan saat jati berumur
muda
44
Lanjutan Tabel 9
Item
-
-
-
-
Perencanaan
-
Kayu jati bundar
- Mempertahankan
Perhutani lebih
kualitas kayu jati
tahan lama (tahan
bundar seperti
terhadap rayap,
tegakan kayu jati
air, dll) dibanding
yang lurus, tekstur
kayu jati dari
dan serat kayu
produsen lain
bagus, kayu jati
dengan skor 5.041
berumur tua
dinilai sangat baik
Umur kayu jati
Mempertahankan
yang diproduksi
kualitas kayu jati
Perhutani cukup
bundar seperti
tua, sehingga
tegakan kayu jati
menghasilkan
yang lurus, tekstur
warna/corak yang
dan serat kayu bagus,
indah dengan skor
kayu jati berumur tua
5.333 dinilai
sangat baik
Ukuran diameter
dan panjang kayu
jati bundar
perhutani sudah
tepat sesuai
pesanan dengan
skor 4.625 dinilai
baik
- Mempertahankan
keunggulan
seperti
kualitas mutu dan
produksi pada umur
kayu yang tua
- Peningkatan sarana
dan
prasarana
pengangkutan kayu
jati bundar perhutani
Pengendalian
- Menggunakan insektisida
untuk membasmi hama
seperti inger-inger,
penggerek batang, serangan
bubuk kayu, ulat jati,
serangan uret, dll
- Membasmi penyakit jamur
upas dan penyakit kanker
batang dengan pengontrolan
dan pemangkasan secara
teratur
- Pemeliharaan tanaman
- Rehabilitasi hutan dan lahan
- Sistem manajemen Reboisasi
- Menggunakan bibit
berkualitas baik dan siap
tanam memiliki daun dan
pucuk sehat dan segar,
batang kokoh, kayu
berwarna kecoklatan, media
sarang, akar kuat mengikat
media
- Membasmi hama dan
penyakit
- Meningkatkan pemeliharaan
dan perlindungan hutan kayu
jati dengan sistem
manajemen reboisasi
- Mengatur sistem manajemen
rantai pasok seperti
menentukan alokasi dan
lokasi terminal bahan baku
kayu jati untuk
meminimalisasikan biaya
total rantai pasok yang terdiri
dari biaya pembelian biaya
transportasi
45
Lanjutan Tabel 9
Item
- Harga kayu jati
bundar Perhutani
bersaing dengan
produsen kayu jati
lainnya dengan
skor 4.042 dinilai
baik
-
Saya mengetahui
promosi/iklan yang
dilakukan oleh
Perum Perhutani
mengenai kayu jati
bundar
bagus/menarik
dengan skor 2.500
dinilai kurang baik
-
Saya mengetahui
promosi mengenai
kayu jati bundar
Perhutani jelas dan
lengkap dengan
skor 2.583 dinilai
kurang baik
- Konsumen mudah
dalam mendapatkan
informasi seputar
mutu, sortimen dan
harga kayu jati
bundar Perhutani
dengan skor 4.375
dinilai baik
Perencanaan
Pengendalian
- Memberikan harga - memberikan harga diskon
yang sesuai dengan
bagi pelanggan tetap
ukuran dan kualitas - Memberikan harga yang
kayu jati bundar
murah pada ukuran jati
bundar yang lebih kecil (A1)
dan memberikan harga tinggi
pada ukuran kayu A3
- Melakukan kegiatan - Memberikan promosi
promosi penjualan,
melalui leaflet, brosur, dan
iklan
lainnya
- Membangun
- memberikan harga diskon
hubungan kuat
bagi pelanggan tetap
dengan pelanggan
- Sering melakukan
komunikasi dengan
pelanggan melalui datang ke
lokasi pelanggan atau
melalui media elektronik
- Mendengar opini pelanggan
dari produk kayu yang telah
dibeli melewati media
elektronik atau datang
langsung ke lokasi alamat
pelanggan
- Menjaga hubungan - Memberikan promosi
baik dan
melalui leaflet, brosur, dan
memberikan daftar
lainnya
informasi yang
- Pemberian sistem informasi
akurat dan lengkap - Sering melakukan
komunikasi dengan
pelanggan melalui datang ke
lokasi pelanggan atau
melalui media elektronik
- Mendengar opini pelanggan
dari produk kayu yang telah
dibeli melewati media
elektronik atau datang
langsung ke lokasi alamat
pelanggan
- Menjaga hubungan - Pemberian sistem informasi
baik dan memberikan
daftar informasi yang
akurat dan lengkap
46
Lanjutan Tabel 9
Item
- Prosedur pembelian
kayu jati bundar
dengan Perhutani
lebih mudah,
sederhana (tidak
berbelit), aman dan
terjamin dengan
skor 4.625 dinilai
baik
- Memiliki saluran
penjualan yang baik
dan sederhana
dengan skor 4.792
dinilai baik
Perencanaan
Pengendalian
- Peningkatan sarana - Meningkatkan komunikasi
dan
prasarana
yang baik antara anggota
pengangkutan kayu
pemasaran dan konsumen
jati bundar perhutani
saat melakukan transaksi
- Meningkatkan
pembelian
kualitas pelayanan
- Meningkatkan pelayanan
terhadap konsumen
sistem penjualan
baru juga pelanggan
tetap
- Peningkatan sarana - Mengatur sistem manajemen
dan prasarana
rantai pasok seperti
pengangkutan kayu
menentukan alokasi dan
jati bundar
lokasi terminal bahan baku
perhutani
kayu jati untuk
meminimalisasikan biaya
total rantai pasok yang terdiri
dari biaya pembelian biaya
transportasi
- Mengkoordinasikan strategi
logistik dan membangun
kemitraan kuat dengan
pelanggan untuk
memperbaiki layanan
pelanggan dan mengurangi
biaya saluran
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat
disimpulkan bahwa pada analisis deskriptif Brand Awareness, produk kayu jati
bundar Perhutani yang menjadi top of mind dengan presentase 66.67% dan kayu
jati rakyat 33.3%. Hasil brand recall, kayu jati bundar dengan merek Perhutani
tetap menjadi unggulan sebanyak 60% dan kayu jati rakyat 40%, karena wilayah
Klender Jakarta banyak yang menjadi pelanggan kayu jati bundar Perhutani
dibandingkan menjadi pelanggan kayu jati rakyat. Pada analisis brand
association, bahwa asosiasi yang menjadi brand image dari produk kayu jati
bundar Perum Perhutani wilayah Klender Jakarta adalah asosiasi memiliki
keunggulan dibanding produk kayu jati lainnya, asosiasi memiliki program
sertifikasi dan standarisasi produk, asosiasi atribut-atribut (kualitas,layanan, status
legalitas/sertifikasi) sudah sesuai dengan harganya, asosiasi kelas mutu dan
ukuran kayu jati bundar sudah sesuai permintaan pelanggan, asosiasi mengenali
produk secara fisik,asosiasi lebih dikenal sebagai produsen kayu jati dibanding
produsen produk lainnya (seperti : wanawisata, kayu rimba, furniture, dll),
asosiasi mampu memasok kayu jati bundar secara berkelanjutan, karena memiliki
hutan jati, asosiasi Perum Perhutani telah lama memproduksi kayu jati bundar.
Pada analisis perceived quality, didapatkan rata-rata nilai pada masing-masing
atribut umur kayu jati yang diproduksi Perhutani cukup tua sehingga
menghasilkan warna/corak yang indah memiliki nilai rataan paling tinggi
sebanyak 5.3% dan paling rendah pada atribut saya mengetahui promosi/iklan
yang dilakukan oleh Perum Perhutani mengenai kayu jati bundar bagus/menarik
memiliki nilai rataan sebanyak 2.50%. Pada analisis tingkat loyalitas pelanggan
produk kayu jati bundar Perhutani wilayah Klender Jakarta, sebagian besar
pelanggan masuk dalam tipe Satisfied Buyer 87.5%, Liking the Brand 75%,
Switcher 38%, dan Committed Buyer 33%. Sehingga, dapat dikatakan pelanggan
memiliki sifat sangat puas terhadap produk kayu jati bundar perhutani untuk
wilayah klender.
Pada uji korelasi chi square yang dilakukan pada variabel profil pelanggan
dan variabel persepsi pelanggan diketahui terdapat empat korelasi yang signifikan
yaitu: (1) kelompok pelanggan dengan tempat terjadi transaksi pembelian, (2)
persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok Perhutani
dan Pemasok lainnya dengan persepsi pelanggan terhadap informasi yang
diperoleh mengenai kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber, (3) persepsi
pelanggan terhadap dari mana anda mendapatkan informasi tentang produk kayu
jati bundar dari Perum Perhutani dengan persepsi pelanggan terhadap informasi
yang diperoleh mengenai kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber.
48
Saran
Pada hasil persepsi kualitas produk kayu jati bundar Perhutani masyoritas
memiliki hasil rentang skala baik dan sangat baik sebaiknya dipertahankan atau
ditingkatkan, karena dengan ditingkatkan akan meningkatkan loyalitas konsumen
atau pelanggan produk kayu jati bundar Perhutani terutama meningkatkan nilai
committed buyer pada brand loyalty. Produk kayu jati bundar Perhutani sebaiknya
Melakukan perbaikan dalam mengurangi cacat pada kayu jati bundar seperti cacat
bentuk, cacat badan atau cacat bontos dan melakukan peningkatan kegiatan
promosi penjualan.
Dari hasil wawancara, pelanggan kayu jati bundar Perum Perhutani
memberikan saran untuk meningkatkan kualitas pelayanan, memberikan
spesifikasi kayu jati sesuai keinginan pelanggan, meningkatkan mutu kayu jati
bundar meskipun lebih memiliki keunggulan dibandingkan kayu jati merek lain,
meningkatkan sarana dan prasarana pengangkutan kayu jati bundar perhutani,
meningkatkan produksi dan volume kayu pada saat lelang dan memperhatikan
para pedagang kecil. Dengan mendengar keluhan dari para pelanggan nilai
committed buyer akan meningkat, agar pelanggan mempunyai suatu kebanggaan
dalam menemukan atau menjadi pengguna kayu jati bundar Perum Perhutan
DAFTAR PUSTAKA
Aaker D. 1997. Manajemen Brand Equity. Jakarta (ID): Mitra Utama.
Durianto D, Sugiarto, Sitinjak T. 2001. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset
Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dumanauw JF. 2001. Mengenal Kayu. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Kayu Jati Tampilan Menawan Sang Primadona. 2012. Majalah Duta Rimba (edisi
42)
[internet].
[diunduh
2014
Juli
18].
Tersedia
pada:
http://issuu.com/perhutani/docs/majalah_duta_rimba_42_mar-apr-2012.
Kotler P, Keller KL. 2008. Manajemen Pemasaran (Terjemahan, Jilid 1). Edisi
13.Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Laporan Tahunan Perum Perhutani. 2012. Pemantapan Proses Bisnis Menuju
Perhutani Ekselen. Perum Perhutani [internet]. [diunduh 2014 Febuari 12].
Tersedia pada: http://perumperhutani.com/laporan-perusahaan/laporantahunan/.
Martawijaya A, Kartasudjana I, Kadir K, dan Prawira SA. 1981. Atlas Kayu
Indonesia. Jilid I. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan.
Pratama F. 2006. Analisis Brand Equity Pocarie Sweat dalam Persaingan Industri
Minuman [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta.
Sunda RK. 2011. Analisis Brand Equity Radio Megaswara dalam Persaingan
Industri Penyiaran Radio [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Umar H. 2010. Desain Penelitian Manajemen Strategik.Jakarta (ID):Rajawali.
50
LAMPIRAN
Lampiran 1 Output uji validitas dan uji reliabilitas brand association produk kayu
jati bundar Perum Perhutani lokasi Klender Jakarta dengan SPSS
statistic 20
Aso_1
Aso_2
Correlations
Aso_3 Aso_4 Aso_5
Pearson
1
-,114
,342
-,114
Correlation
Aso_1
Sig. (2-tailed)
,596
,102
,596
N
24
24
24
24
Pearson
**
-,114
1
-,143 ,619
Correlation
Aso_2
Sig. (2-tailed)
,596
,505
,001
N
24
24
24
24
Pearson
,342
-,143
1
,238
Correlation
Aso_3
Sig. (2-tailed)
,102
,505
,263
N
24
24
24
24
Pearson
**
-,114
,619
,238
1
Correlation
Aso_4
Sig. (2-tailed)
,596
,001
,263
N
24
24
24
24
Pearson
**
**
,522
-,218
,655
,073
Correlation
Aso_5
Sig. (2-tailed)
,009
,306
,001
,736
N
24
24
24
24
Pearson
,342
-,143
-,143
-,143
Correlation
Aso_6
Sig. (2-tailed)
,102
,505
,505
,505
N
24
24
24
24
Pearson
,174
,364
-,218
,364
Correlation
Aso_7
Sig. (2-tailed)
,416
,081
,306
,081
N
24
24
24
24
Pearson
,270
-,169
,169
-,169
Correlation
Aso_8
Sig. (2-tailed)
,203
,430
,430
,430
N
24
24
24
24
Pearson
-,091
,798
-,114
,798
Correlation
Aso_9
Sig. (2-tailed)
,673
,000
,596 ,000**
N
24
24
24
24
Pearson
,520
,408
,408
,571
Correlation
Jumlah
Sig. (2-tailed)
,009
,048
,048
,004
N
24
24
24
24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Aso_6
Aso_7
Aso_8
Aso_9
Jml
**
,342
,174
,270
-,091
,520**
,009
24
,102
24
,416
24
,203
24
,673
24
,009
24
-,218
-,143
,364
-,169
,306
24
,505
24
,081
24
,430
24
,000
24
,048
24
**
-,143
-,218
,169
-,114
,408
,001
24
,505
24
,306
24
,430
24
,596
24
,048
24
,073
-,143
,364
-,169
,798**
,571**
,736
24
,505
24
,081
24
,430
24
,000
24
,004
24
1
,364
-,111
,516**
-,174
,623**
24
,081
24
,605
24
,010
24
,416
24
,001
24
,364
1
,073
,507*
-,114
,408*
,081
24
24
,736
24
,011
24
,596
24
,048
24
-,111
,073
1
,000
,605
24
,736
24
24
1,000
24
,009
24
,013
24
1
-,135
,482
,017**
24
,522
,655
**
**
,798
**
,522
*
,408
*
*
,498
,516
,507
*
,000
*
,010**
24
,011
24
1,000
24
24
,530
24
-,174
-,114
,522
-,135
1
,520
,416
24
,596
24
,009
24
,530
24
24
,009*
24
,623
,408
,498
,482
,520
1
,001**
24
,048
24
,013
24
,017
24
,009
24
24
51
Lanjutan Lampiran 1
Atribut
r hitung
r tabel
Kesimpulan
Asosiasi 1
Asosiasi 2
Asosiasi 3
Asosiasi 4
Asosiasi 5
Asosiasi 6
Asosiasi 7
Asosiasi 8
Asosiasi 9
0,520
0,408
0,408
0,571
0,623
0,408
0,498
0,482
0,520
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
Case Processing Summary
N
Valid
Cases
%
24
100,0
0
,0
24
100,0
a
Excluded
Total
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,605
9
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
Aso_1
6,75
2,109
,371
,562
Aso_2
6,79
2,172
,207
,597
Aso_3
6,79
2,172
,207
,597
Aso_4
6,79
1,998
,398
,549
Aso_5
6,92
1,819
,401
,542
Aso_6
6,79
2,172
,207
,597
Aso_7
6,92
1,993
,244
,594
Aso_8
6,83
2,058
,265
,584
Aso_9
6,75
2,109
,371
,562
52
Lampiran 2 Output hasil uji validitas dan uji reliabilitas perceived quality produk
kayu jati bundar Perum Perhutani Klender Jakarta dengan SPSS
statistic 20
Pearson Correlation
,206
,389
,435
,223
,000
,007
N
24
24
24
**
Pearson Correlation
,277
1 ,966
PQ_2
Sig. (2-tailed)
,190
,000
N
24
24
24
Pearson Correlation
,268 ,966**
1
PQ_3
Sig. (2-tailed)
,206
,000
N
24
24
24
**
**
Pearson Correlation
-,184 ,627
,652
PQ_4
Sig. (2-tailed)
,389
,001
,001
N
24
24
24
Pearson Correlation
,167
,279
,352
PQ_5
Sig. (2-tailed)
,435
,186
,092
N
24
24
24
Pearson Correlation
,258
,055
,028
PQ_6
Sig. (2-tailed)
,223
,798
,895
N
24
24
24
Pearson Correlation
,782**
,283
,262
PQ_7
Sig. (2-tailed)
,000
,180
,216
N
24
24
24
Pearson Correlation
,539** -,036 -,003
PQ_8
Sig. (2-tailed)
,007
,868
,990
N
24
24
24
Pearson Correlation
-,278
,469*
,402
PQ_9
Sig. (2-tailed)
,188
,021
,052
N
24
24
24
*
Pearson Correlation
-,059
,443
,378
PQ_10 Sig. (2-tailed)
,784
,030
,069
N
24
24
24
Pearson Correlation
,394
,141
,138
PQ_11 Sig. (2-tailed)
,057
,511
,519
N
24
24
24
Pearson Correlation
,613** -,017 -,044
PQ_12 Sig. (2-tailed)
,001
,937
,839
N
24
24
24
Pearson Correlation
,113 -,046 -,064
PQ_13 Sig. (2-tailed)
,599
,832
,768
N
24
24
24
**
**
**
Pearson Correlation
,527
,677
,653
Jml
Sig. (2-tailed)
,008
,000
,001
N
24
24
24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
24
**
,627
,001
24
,652**
,001
24
1
24
,279
,186
24
,352
,092
24
,352
,092
24
1
24
,055
,798
24
,028
,895
24
,028
,895
24
,610**
,002
24
1
24
,283
,180
24
,262
,216
24
-,204
,339
24
,201
,345
24
,342
,102
24
1
24
-,036
,868
24
-,003
,990
24
-,097
,651
24
,095
,660
24
,254
,230
24
,455*
,025
24
1
PQ_1
Sig. (2-tailed)
Correlations
PQ_1 PQ_2 PQ_3 PQ_4 PQ_5 PQ_6 PQ_7 PQ_8
**
**
1
,277
,268 -,184
,167
,258 ,782
,539
,190
24
,352
,092
24
,028
,895
24
-,204
,339
24
-,097
,651
24
,723**
,000
24
**
,542
,006
24
-,178
,405
24
-,359
,085
24
-,184
,389
24
*
,437
,033
24
24
,610**
,002
24
,201
,345
24
,095
,660
24
,062
,775
24
,059
,783
24
,268
,205
24
,020
,926
24
,075
,729
24
*
,433
,035
24
24
,342
,102
24
,254
,230
24
-,059
,784
24
-,100
,641
24
,406*
,049
24
,385
,063
24
*
,501
,013
24
*
,443
,030
24
24
,455*
,025
24
-,255
,228
24
-,185
,386
24
,407*
,048
24
,584**
,003
24
,166
,437
24
*
,510
,011
24
24
-,076
,723
24
,076
,724
24
,207
,332
24
,523**
,009
24
,138
,521
24
*
,451
,027
24
53
Lanjutan Lampiran 2
PQ_9
PQ_1
PQ_2
PQ_3
PQ_4
PQ_5
PQ_6
PQ_7
PQ_8
PQ_9
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
PQ_10
-,278
,188
24
,469*
,021
24
,402
,052
24
,723**
,000
24
,062
,775
24
-,059
,784
24
-,255
,228
24
-,076
,723
24
1
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
24
,869**
PQ_10 PQ_11 PQ_12 PQ_13
**
Jml
**
-,059
,784
24
,443*
,030
24
,378
,069
24
,542**
,006
24
,059
,783
24
-,100
,641
24
-,185
,386
24
,076
,724
24
,869**
,394
,057
24
,141
,511
24
,138
,519
24
-,178
,405
24
,268
,205
24
*
,406
,049
24
,407*
,048
24
,207
,332
24
-,100
,613
,001
24
-,017
,937
24
-,044
,839
24
-,359
,085
24
,020
,926
24
,385
,063
24
,584**
,003
24
,523**
,009
24
-,133
,113
,599
24
-,046
,832
24
-,064
,768
24
-,184
,389
24
,075
,729
24
*
,501
,013
24
,166
,437
24
,138
,521
24
,014
,527
,008
24
,677**
,000
24
,653**
,001
24
,437*
,033
24
*
,433
,035
24
*
,443
,030
24
,510*
,011
24
,451*
,027
24
,494*
,000
,641
,535
,949
,014
24
1
24
,014
24
-,117
24
-,087
24
,531**
,948
,585
,684
,008
24
1
24
,462*
24
,709**
24
,567**
,023
,000
,004
24
1
24
,586**
24
,494*
,003
,014
24
1
24
,422*
,000
24
-,100
24
,014
,641
,948
24
-,133
24
-,117
24
,462*
Sig. (2-tailed)
,535
,585
,023
N
Pearson Correlation
24
,014
24
-,087
24
,709**
24
,586**
Sig. (2-tailed)
,949
,684
,000
,003
N
Pearson Correlation
24
,494*
24
,531**
24
,567**
24
,494*
24
,422*
24
1
Sig. (2-tailed)
,014
,008
,004
N
24
24
24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
,014
24
,040
24
24
PQ_11
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
PQ_12
PQ_13
Jml
,040
54
Lanjutan Lampiran 2
Atribut
r hitung
r tabel
Kesimpulan
Atribut 1
Atribut 2
Atribut 3
Atribut 4
Atribut 5
Atribut 6
Atribut 7
Atribut 8
Atribut 9
Atribut 10
Atribut 11
Atribut 12
Atribut 13
0,527
0,677
0,653
0,437
0,433
0,443
0,510
0,451
0,494
0,531
0,567
0,494
0,422
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
0,404
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
r hitung > r tabel
Case Processing Summary
N
Valid
Cases
a
Excluded
Total
Reliability Statistics
%
Cronbach's Alpha
24
100,0
0
,0
24
100,0
N of Items
,747
13
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
mutu
47,25
49,152
,441
,727
tdkcacatbentuk
48,92
45,123
,584
,707
tdkcacatbadan
49,00
45,739
,558
,711
tdkcacatbontos
49,00
49,130
,310
,737
awetthdprayap
47,04
50,911
,353
,736
warnabagus
46,75
51,935
,388
,738
ukurantepat
47,46
47,998
,393
,729
hargabersaing
48,04
47,868
,294
,741
promosibagus
49,58
45,993
,314
,742
promosijelas
49,50
45,304
,361
,735
mudahdptinfo
47,71
44,216
,398
,730
prosesbelimudah
47,46
47,650
,361
,732
saluranbeliaman
47,29
49,520
,299
,738
55
Lampiran 3 Hasil uji chi square kelompok pelanggan terhadap profil pelanggan
Profil pelanggan berdasarkan
kelompok pelanggan
Pearson
chi
square
Asymp.
Sig. (2sided)
df
Chi
square
tabel (α)
= 10%
keterangan
Tidak
signifikan
Tidak
signifikan
Signifikan
Tidak
signifikan
Jabatan pelanggan
7,646
0,469
8
13,362
Lama menjadi pelanggan
3,055
0,802
6
10,645
Tempat terjadi transaksi pembelian
Faktor yang paling di
pertimbangkan dalam memutuskan
pembelian kayu jati bundar
Perhutani
Terhadap perbedaan kayu jati
bundar yang dipasok Perhutani
dengan
Pemasok lainnya
Dari mana anda mendapatkan
informasi tentang produk kayu jati
bundar dari Perum Perhutani
Informasi yang diperoleh mengenai
kayu jati bundar perum
Perhutani
18,582
11,700
0,046*
0,165
10
8
15,987
13,362
9,371
0,671
12
18,549
Tidak
signifikan
1,612
0,807
4
7,779
Tidak
signifikan
7,971
0,436
8
13,362
Tidak
signifikan
Lampiran 4 Hasil uji chi square jabatan pelanggan terhadap profil pelanggan dan
persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20
Profil pelanggan berdasarkan
jabatan pelanggan
Pears
on chi
square
Asymp
. Sig.
(2sided)
df
Chi
square
tabel (α)
= 10%
keterangan
Lama menjadi pelanggan
10,126
0,605
12
18,549
Tempat terjadi transaksi pembelian
22,991
0,289
20
28,412
Faktor yang paling di pertimbangkan
dalam memutuskan pembelian kayu
jati bundar Perhutani
Terhadap perbedaan kayu jati bundar
yang dipasok Perhutani dengan
Pemasok lainnya
Dari mana anda mendapatkan
informasi tentang produk kayu jati
bundar dari Perum Perhutani
Informasi yang diperoleh mengenai
kayu jati bundar perum
Perhutani
21,744
0,152
16
23,542
Tidak
signifikan
Tidak
signifikan
Tidak
signifikan
18,476
0,425
18
25,989
Tidak
signifikan
8,603
0,377
8
13,362
Tidak
signifikan
19,305
0,253
16
23,542
Tidak
signifikan
56
Lampiran 5 Hasil uji chi square lama menjadi pelanggan terhadap profil
pelanggan dan persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20
Profil pelanggan berdasarkan
lama menjadi pelanggan
Pearson Asymp.
chi
Sig. (2square
sided)
df
Chi
square
tabel (α)
= 10%
keterangan
Tidak
signifikan
Tidak
signifikan
Tempat terjadi transaksi pembelian
21,917
0,110
15
22,307
Faktor yang paling di pertimbangkan
dalam memutuskan pembelian kayu
jati bundar Perhutani
Terhadap perbedaan kayu jati bundar
yang dipasok Perhutani dengan
Pemasok lainnya
Dari mana anda mendapatkan
informasi tentang produk kayu jati
bundar dari Perum Perhutani
Informasi yang diperoleh mengenai
kayu jati bundar perum
Perhutani
15,273
0,227
12
18,549
17,766
0,471
18
25,989
Tidak
signifikan
3,294
0,771
6
10,645
Tidak
signifikan
6,670
0,879
12
18,549
Tidak
signifikan
Lampiran 6 Hasil uji chi square tempat terjadi transaksi pembelian terhadap
persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20
Profil pelanggan berdasarkan
Tempat terjadi transaksi
pembelian
Faktor yang paling di pertimbangkan
dalam memutuskan pembelian kayu
jati bundar Perhutani
Terhadap perbedaan kayu jati bundar
yang dipasok Perhutani dengan
Pemasok lainnya
Dari mana anda mendapatkan
informasi tentang produk kayu jati
bundar dari Perum Perhutani
Informasi yang diperoleh mengenai
kayu jati bundar perum
Perhutani
Pearson Asymp.
chi
Sig. (2square
sided)
df
Chi
square
tabel (α)
= 10%
keterangan
16,030
0,715
20
28,412
Tidak
signifikan
35,377
0,229
30
40,256
Tidak
signifikan
6,194
0,799
10
15,987
Tidak
signifikan
24,979
0,202
20
28,412
Tidak
signifikan
57
Lampiran 7 Hasil uji chi square persepsi pelanggan terhadap faktor yang paling di
pertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar
Perhutani terhadap persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20
Persepsi pelanggan terhadap
faktor yang paling di
pertimbangkan dalam
memutuskan pembelian kayu jati
bundar perhutani
Terhadap perbedaan kayu jati bundar
yang dipasok Perhutani dengan
Pemasok lainnya
Dari mana anda mendapatkan
informasi tentang produk kayu jati
bundar dari Perum Perhutani
Informasi yang diperoleh mengenai
kayu jati bundar perum
Perhutani
Pearson Asymp.
chi
Sig. (2square
sided)
df
Chi
square
tabel (α)
= 10%
keterangan
22,714
0,537
24
33,196
Tidak
signifikan
5,196
0,736
8
13,362
Tidak
signifikan
12,457
0,712
16
23,542
Tidak
signifikan
Lampiran 8 Hasil uji chi square persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati
bundar yang dipasok Perhutani dengan Pemasok lainnya terhadap
persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20
Persepsi pelanggan Terhadap
perbedaan kayu jati bundar yang
dipasok Perhutani dengan
Pemasok lainnya
Dari mana anda mendapatkan
informasi tentang produk kayu jati
bundar dari Perum Perhutani
Informasi yang diperoleh mengenai
kayu jati bundar perum
Perhutani
Pearson Asymp.
Sig. (2chi
sided)
square
df
Chi
square
tabel (α)
= 10%
keterangan
13,871
0,309
12
18,549
Tidak
signifikan
59,102
0,000*
24
33,196
signifikan
Lampiran 9 Hasil uji chi square persepsi pelanggan terhadap dari mana anda
mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum
Perhutani terhadap persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20
Persepsi pelanggan Terhadap Dari
mana anda mendapatkan
informasi tentang produk kayu jati
bundar dari Perum Perhutani
Informasi yang diperoleh mengenai
kayu jati bundar perum
Perhutani
Pearson Asymp.
chi
Sig. (2square sided)
15,193
0,055*
df
Chi
square
tabel (α)
= 10%
keterangan
8
13,362
signifikan
58
Lampiran 10 Output hasil uji cochran brand association produk kayu jati bundar
Perum Perhutani Klender Jakarta dengan SPSS statistic 20
Frequencies
Test Statistics
Value
0
memiliki keunggulan
dibanding produk lain
memiliki program sertifikasi
dan standarisasi produk
kualitas kayu dan layanan
sesuai harga
N
1
Cochran's Q
1
23
1
23
Asymp. Sig.
di dunia
mengenali secara fisik
produk kayu jati perhutani
1
23
6
18
2
22
Q = 16,211 ; α = 0,05 ; df = 9-1 =
8 ; x2(0,05,8) = 15,507
5
19
Iterasi 1
Q > x2(α,df) ;
16,211 > 15,507 ;
H0 ditolak
4
20
0
24
dibanding produk lain
mampu memasok
lebih,karena memiliki hutan
sendiri
telah lama memproduksi
kayu jati bundar
,039
21
Hipotesis pengujian
H0 = kemungkinan jawaban „ya‟
adalah sama untuk semua variabel
(asosiasi)
H1 = kemungkinan jawaban „ya‟
adalah berbeda untuk semua
variabel (asosiasi)
lebih dikenal sebagai
produsen produk kayu jati
8
3
permintaan
merupakan produsen utama
a
16,211
a. 1 is treated as a success.
menawarkan kelas mutu
dan harga sesuai
df
24
59
Lanjutan Lampiran 10
Frequencies
Test Statistics
Value
memiliki keunggulan
dibanding produk lain
memiliki program sertifikasi
dan standarisasi produk
kualitas kayu dan layanan
sesuai harga
menawarkan kelas mutu dan
harga sesuai permintaan
mengenali secara fisik
produk kayu jati perhutani
0
1
1
23
1
23
3
21
1
23
2
22
5
19
mampu memasok
4
20
0
24
sendiri
telah lama memproduksi
kayu jati bundar
10,925a
Asymp. Sig.
7
,142
a. 1 is treated as a success.
dibanding produk lain
lebih,karena memiliki hutan
Cochran's Q
24
df
lebih dikenal sebagai
produsen produk kayu jati
N
Hipotesis pengujian
H0 = kemungkinan jawaban „ya‟ adalah
sama untuk semua variabel (asosiasi)
H1 = kemungkinan jawaban „ya‟ adalah
berbeda untuk semua variabel (asosiasi)
Q = 10,925 ; α = 0,05 ; df = 8-1 = 7 ;
x2(0,05,7) = 14,067
Iterasi 2
Q < x2(α,df) ;
10,925 < 14,067 ;
H0 diterima
60
Lampiran 11 Output hasil switcher, satisfied buyer,liking the brand, dan
committed buyer produk kayu jati bundar Perum Perhutani Klender
Jakarta
Kepuasan anda membeli produk kayu jati Perum Perhutani
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Kurang setuju
Cukup setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Switcher
Rata-rata
adalah karena faktor harga
Frequency (f)
Percent
3
12,5
6
25,0
6
25,0
2
8,3
6
25,0
1
4,2
24
100,0
38%
3,208
x
1
2
3
4
5
6
f.x
3
12
18
8
30
6
77
Bagaimana pendapat anda terhadap kualitas produk kayu jati bundar Perum
Perhutani
Frequency (f)
Percent
Sangat tidak puas
Tidak puas
Kurang puas
Cukup puas
Puas
Sangat puas
Total
Satisfied buyer
Rata-rata
2
1
1
3
16
1
24
87,5 %
4,375
8,3
4,2
4,2
12,5
66,7
4,2
100,0
x
f.x
1
2
3
4
5
6
2
2
3
12
80
6
105
Apakah produk kayu jati bundar Perum Perhutani akan dijadikan
sebagai satu-satunya pilihan yang paling dibeli
Frequency (f)
Percent
x
f.x
Tidak setuju
Kurang setuju
Cukup setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Liking The Brand
Rata-rata
4
2
2
15
1
24
75%
3,292
16,7
8,3
8,3
62,5
4,2
100,0
1
2
3
4
5
4
4
6
60
5
79
61
Lanjutan Lampiran 11
Apakah anda pernah menyarankan atau mengajak orang lain untuk
membeli produk kayu jati bundar Perum Perhutani
Frequency
Percent
x
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Total
Committed Buyer
Rata-rata
4
1
11
3
5
24
33,33%
3,167
16,7
4,2
45,8
12,5
20,8
100,0
f.x
1
2
3
4
5
4
2
33
12
25
76
Apakah anda berencana untuk memebeli produk kayu jati bundar
kepada produsen lain
Frequency
Valid
YA
TIDAK
Total
7
17
24
Percent
29,2
70,8
100,0
Valid Percent
Cumulative
Percent
29,2
70,8
100,0
29,2
100,0
Dengan kondisi kualitas produk kayu jati bundar Perum Perhutani
saat ini apakah anda akan mempromosikan/menyarankan/mengajak orang
lain untuk membeli produk kayu jati Perum Perhutani
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
YA
TIDAK
22
2
91,7
8,3
91,7
8,3
Total
24
100,0
100,0
Cumulative
Percent
91,7
100,0
62
Lampiran 12 Saluran distribusi berdasarkan hasil data primer melalui wawancara
Tempat transaksi
pembelian dari
Perum Perhutani
Pedagang
trader/perantara
Pengolah
langsung/end
user/pabrikan
Public service
obligation/PSO(pengraji
n dan warung kayu)
Konsumen
63
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 27 Juni 1990. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Dermawan
Chairul Hasri dan Ibu Suriyati. Penulis melaksanakan pendidikan menengah di
SMA Muhammadiyah 25 Pamulang pada tahun 2005 dan lulus tahun 2008.
Penulis diterima pada Program Diploma Manajemen Informatika, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur PMDK pada tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011.
Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Alih jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada
tahun 2011.
Download