BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanda dalam Komunikasi Dalam setiap pesan yang disampaikan melalui proses komunikasi bila tanpa adanya kesamaan makna niscaya komunikasi tidak akan berjalan dengan sempurna. Hal ini berarti proses melengkapi antara sesama manusia tadi tidak akan terwujud. Dalam setiap pesan-pesan tersebut terdapat tanda-tanda, makna, simbol dan kode. Tanda terdapat dimana-mana, kata-kata, gerak isyarat, lampu kendaraan, bendera dan sebagainya. Menurut Umberto Eco yang dikutip oleh Van Zoest dalam buku serba-serbi semiotika, mendefinisikan tanda sebagai “sesuatu yang atas dasar konvensi masyarakat, dapat mewakili sesuatu yang lain. Umberto Eco juga menyebutkan bahwa tanda adalah suatu “kebohongan karena dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi dibaliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri. Sedangkan menurut Saussure, tanda dan kata-kata yang digunakan dalam berkonteks sosial, mengkontruksikan presepsi dan pandangan kita tentang realitas. Hal ini dianggap sebagai pendapat yang cukup mengejutkan dan dianggap revolusioner. Hal ini dikarenakan tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekedar merefleksikan realitas yang ada.1 1 Ratna Noviani, Jalan Tengah Memahami Iklan, Yogyakarta 2002, hal. 87 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 “Tanda juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang bersifat fisik, yang bisa dipresepsi oleh indera kita. Tanda mengacu pada sesuatu diluar tanda itu sendiri dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga bisa disebut tanda 2” Menurut Ferdinand de Saussure, sebuah tanda terdiri dari sebuah penanda (signifier) untuk menjelaskan bentuk atau ekspresi dan petanda (signified). “penanda mengacu pada petanda, yang selnjutnya mengacu pada referensi atau realitas. Dalam pandangan Saussure, makna adalah apa-apa yang ditandakan (petanda), yakni kandungan isi3.” Berkaitan dengan hal itu, Saussure menekankan perlunya semacam konvensi sosial di kalangan komunitas bahasa, yang mengatur makna sebuah tanda. “Satu kata mempunyai makna tertentu disebabkan adanya kesepakatan sosial diantara komunitas pengguna bahasa 4.” 2.2. Periklanan 2.2.1. Iklan Iklan mampu mendorong satu trend berbahasa. Pesannya menjadi mudah diingat, karena bentuk pesan yang disampaikan memang pendek, slogan iklan jarang yang membentuk kalimat. Kata-kata iklan yang paling mengena tak bisa menjadi sebuah kalimat. Namun lebih banyak didasarkan pada pengemasan bahasa agar enak didemgar, atau mengikuti arus trend berbahasa yang tengah muncul. Iklan televisi dengan daya pikatnya telah menciptakan satu efisiensi dalam menjual produk. Hal tersebut memang tak lepas dari karakter media Televisi. 2 Dennis McQuail, Op. Cit, hal. 251 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika : Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Jalasutra, 2003, hal. 158 4 Yasraf Amir Piliang, Op. Cit, hal. 258 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Televisi telah menjadi agen pemasaran yang fungsi dan efektifitasnya dalam mempersuasi konsumen yang telah terbukti ampuh. Hanya dalam hitungan detik, iklan televisi namun mampu menciptakan dampak yang kuat. Diluar pertimbangan lainnya televisi mempunyai kemampuan unik untuk digunakan sebagai media beriklan diantaranya adalah : 5 1. Kemampuan mendemonstrasikan produk. Tidak ada media lain yang menjangkau konsumen secara serempak melalui indera pendengaran dan penglihatan. Para penonton dapat mendengar dan melihat yang didemonstrasikan, mengidentifikasikan para pemakai produk, dan juga membayangkan diri mereka juga memakai produk. 2. Televisi juga mempunyai kemampuan untuk muncul tanpa diharapkan (instrusion value) yang tidak sejajar dengan media lainnya, yaitu, iklan televisi menggunakan indera seorang dan menarik perhatiannya bahkan pada saat orang tersebut tidak inggin menonton iklan. 3. Keunggulan iklan melalui televisi lainnya adalah kemampuan memberikan hiburan dan memberikan kesenangan. Produk yang diiklankan dapat dihidupkan atau ditampilkan lebih besar dari produk aslinya. 4. Iklan televisi juga mempunyai kemampuan unik untuk menjangkau para konsumen satu persatu, misalnya pada saat seorang pembicara atau pendukung (endorser) mendukung keunggulan suatu produk tertentu. 5 Terence A. Shimp, Dasar – dasar periklanan, Jakarta, Hal. 535 - 536 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 Seperti presentasi penjualan perorangan, interaksi antara pembicara dan konsumen, terjadi pada tingkat perorangan. 5. Lebih dari media mana pun, televisi dapat menggunakan humor sebagai strategi periklanan yang efektif. Karena iklan yang paling diingat adalah iklan yang menggunakan format humor. Selain efektivitas dalam menjangkau konsumen akhir, iklan televisi juga efektif dengan tenaga penjualan perusahaan dan perdagangan. Para penjual akan lebih mudah menjual merek-merek baru atau yang telah ada ke pasar bila kampanye utama telah disusun. 2.2.2. Hakikat Periklanan Menurut Kotler (1999): Segala macam bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa non-personal yang dibayar oleh sponsor tertentu. Ada juga ahli yang mengatakan bahwa Periklanan adalan komuinikasi non-personal yang dibayar oleh pihak sponsor yang menggunakan media massa untuk membujuk dan mempengaruhi audience. Menurut Wells (1992). Namun menurut PPP (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia) itu sendiri Periklanan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayaioleh pemrakarsadan ditujuan untuk sebagian atau seluruh masyarakat. Definisi periklanan sendiri bagi Dunn & Barban hampir sama dengan Kotler yaitu Periklanan adalah komunikasi non-personal melalui beragam media yang dibayar oleh perusahaan,organisasi non-profit dan individu-individu dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 menggunakan pesan iklan yang diharapkan dapat menginformasikan atau membujuk kalangan tertentu yang membaca pesan tersebut. Ada juga yang menyebut periklanan adalah suatu pesan yang dibayar oleh sponsor dan disampaikan melalui beberapa medium komunikasi massa (Russel & Lane 1990) 6. Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran. Iklan atau advertising merupakan bagian dari bauran promosi yang terdiri dari pemasaran langsung (direct promotion), public relation, promosi penjualan dan penjualan personal. Iklan secara etimologis berasal dari beberapa istilah asing, di antaranya “i’lan” dari bahasa Arab, menurut Klepper yang dikutip oleh Rendra Widyatama mengatakan bahwa iklan berasal dari bahasa latin, “ad-vere” yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain, sedangkan “advertantie” dari bahasa Belanda, dan “advertising” dari bahasa Inggris dan “reclamare” dari bahasa prancis.7 Tujuan dari sebuah iklan secara umum adalah untuk menciptakan pengenalan merk/produk/perusahaan. Melalui beriklan diharapkan produk dapat memposisikan dirinya dan membedakannya dengan produk yang lain, mendorong masyarakat untuk mencoba produk tersebut dengan pesan-pesan persuasif, dengan beriklan diharapkan dapat menaikan angka penjualan produk. 6 7 http://www.academia.edu/12008849/Definisi_Periklanan_Menurut_Beberapa_Ahli Rendra Widyatama, Pengantar Periklanan, Jakarta : PT. Busana Pustaka Indonesia, 2005 hal. 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 2.2.3. Fungsi Iklan Mengingat iklan mampu berfungsi membantu pemasaran produk,maka dalam kajian pemasaran,menempatkan iklan sebagai salah satuunsur pelengkap pemasaran. Pemasaran tidak melakukan kegiatanperiklanan, akan menyebabkan pemasaran yang dilakukan tidak dapat berjalan sempurna. Adapun beberapa fungsi iklan : a) Kegiatan periklanan merupakan bagian dari kegiatan promosi. Sebagaimana diketahui, dalam aktifitas promosi di dalamnya terdapat aktifitas lain bersama-sama dengan iklan, yaitu penjualan pribadi,publisitas dan promosi dagang. b) Fungsi komunikasi. Artinya, bahwa iklan sebenarnya merupakan sebentuk pesan dari komunikator kepada khalayaknya. Sama halnya dengan kita berbicara kepada orang lain, maka iklan juga merupakan pesan yang menghubungkan antara komunikator dengan komunikan. Dengan kata lain, fungsi iklan seperti ini dapat disebut sebagai fungsi komunikasi. c) Fungsi pendidikan,fungsi ini mengandung makna bahwa iklan merupakan alat yang dapat membantu mendidik khalayak mengenai sesuatu, agar mengetahui, dan mampu melakukan sesuatu. Mendidik dalam hal ini, tentu saja cenderung diartikan dalam perspektif kepentingan komersialisme,industrialisme,dan kapitalisme, Artinya, situasi khalayak yang sudah terdidik tersebut dimaksudkan agar khalayak siap menerima produk yang dihasilkan oleh produsen. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 d) Fungsi ekonomi. Fungsi ini mengandung makna bahwa iklan mampu menjadi penggerak ekonomi agar kegiatan ekonomi tetap dapat berjalan. Bahkan dengan iklan, ekonomi dapat berkembang dan melakukan ekspansi. Fungsi ini terjadi karena melalui iklan, masyarakat menjadi terbujuk untuk membeli barang dan melakukan konsumerisme. Dalam upaya menyediakan suplai barang yang cukup tersebut, pabri kan meningkat produksi baik dengan intensifikasi maupun ekstensifikasi. Artinya, Denyut kehidupan ekonomi menjadi berkembang. e) Fungsi sosial. Dalam fungsi ini, iklan ternyata telah mampu menghasilkan dampak sosial psikologis yang cukup besar. Iklan membawa berbagai pengaruh dalam masyarakat, misalnya munculnya budaya konsumerisme, menciptakan status sosial baru, menciptakan budaya pop, dan sebagainya 8 2.3. Periklanan Sebagai Proses Komunikasi Kata komunikasi berasal dari kata dalam bahasa Latin “communis”, yang artinya “sama” (dalam bahasa inggris common). Komunikasi kemudian dianggap sebagai proses menciptakan sesuatu kesamaan (commonness) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dengan penerima. Kunci utama dari definisi ini adalah diperlukan kesamaan pemikiran yang dikembangkan antara pengirim dan penerima jika diharapkan terjadi komunikasi. Kesamaan pemikiran ini 8 Widyatama, Rendra.Pengantar Periklanan...hal, 144 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 membutuhkan adanya hubungan saling berbagi (sharing) antara pengirim (pengiklan, misalnya) dengan penerima (konsumen). 9 Dalam bukunya, Deddy Mulyana menjelaskan, menurut Harold Laswell, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan pertanyaan berikut, Who Says What ,In Which Channel, To Whom, With What Effect ? atau siapa yang mengatakan apa, dengan media/saluran apa, untuk siapa, dengan pengaruh atau dampak yang bagaimana? . Berdasarkan definisi yang diungkapkan laswell jika diturunkan menjadi lima unsur komunikasi yang saling bergantung sama lain, yaitu : Pertama, sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), pesan (message), media (channel), komunikator (communicator), umpan balik (feedback).10 Gambaran dari teori yang dikemukakan oleh Harold Laswell sangat erat kaitannya dan dapat diterapkan dalam periklanan. Hal ini dapat dilihat dari paparan beberapa definisi iklan pada pembahasan diatas, yang pada intinya adalah iklan merupakan kegiatan untuk menyampaikan pesan dengan tujuan tertentu baik untuk memberitahu produk atau jasa baru , atau hanya sekedar mengingatkan barang dan jasa yang sudah ada, dari produsen pemilik produk atau jasa, melalui media – media tertentu, kepada khalayak sasaran agar khalayak mengetahui dan melakukan tindakan untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Terence A.Shimp. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu, Edisi ke-5 Jilid 1. Trans. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2003 hal 162 - 163 10 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosda Karya. 2004. hal. 69 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Dari rangkuman definisi tersebut dapat ditarik elemen – elemen yang merupakan unsur terjadinya iklan. Yaitu adanya pesan yang disampaikan, adanya produsen yaitu orang atau perusahaan pemilik barang atau jasa sebagai komunikator, melalui media yang telah dipilih kepada komunikan atau khalayak sasaran yang telah ditentukan. Berdasarkan pemaparan di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa unsur yang terdapat dalam iklan sejalan dengan unsur umum yang terdapat dalam teori komunikasi Laswell, Who Says What ,In Which Channel, To Whom, With What Effect ? dengan penjabaran sebagai berikut, Who merujuk pada pengiklan yaitu produsen atau Perusahaan pemilik produk atau jasa yang ditawarkan, Say What adalah pesan apa yang disampaikan dalam iklan, In Which Channel merupakan media apa yang dipilih untuk menyampaikan iklan tersebut seperti media cetak, elektronik, atau bahkan media baru yang berbasis internet seperti website, jejaring sosial, blog, dan lain sebagainya . To Whom, kepada siapa iklan tersebut akan disampaikan, khalayak sasaran yang merupakan target market produk atau jasa yang ditawarkan. With What Effect merupakan efek yang timbul dari penayangan ikan tersebut atau efek juga bisa merujuk pada perubahan prilaku khalayak sasaran yang menjadi tujuan penayangan iklan, misalnya agar mau membeli produk yang ditawarkan atau menggunakan jasa tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa iklan dalam prosesnya periklanan menjalani dan merupakan bagian dari proses komunikasi, dengan melihat unsur – unsur komunikasi yang ada dalam periklanan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Adapun penggunaan periklanan pastinya di latar belakangi oleh beberapa hal yang menjadi acuan penggunaan iklan untuk mengkomunikasikan barang atau jasa yang perusahaan tawarkan. Fungsi – fungsi iklan inilah yang menjadi acuan tersebut. Menurut Monle Lee dan Carla Johnson, iklan menjalankan beberapa fungsi, yaitu :11 1. Periklanan menjalankan fungsi “informasi” , ia mengkomunikasikan info produk , ciri – ciri,dan lokasi penjualannya. Ia memberitahu konsumen tentang produk – produk baru. 2. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “Persuasif”, ia mencoba membujuk para konsumen untuk membeli merek – merek tertentu. Periklanan menjalankan fungsi “Pengingat”, ia terus – menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap membeli produk yang diiklankan tanpa memperdulikan merek yang menjadi pesaingnya. 2.4. Televisi Sebagai Media Periklanan Televisi secara praktis ada dimana – mana, secara sederhana dapat kita perhatikan bahwa rata – rata masyarakat disekeliling kita memiliki televisi dan menyukai program – program yang ada di televisi baik itu yang bersifat informatif atau hanya sekedar hiburan. Televisi sebagai salah satu media komunikasi masa MonleLee dan Carla Johnson.Prinsip –Prinsip Pokok Periklanan Dalam Aspek Global.Jakarta : Prenada Media. 2004. Hal.10 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 memiliki peran yang besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan bagi seluruh lapisan masyarakat. Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan jenis media lainnya yang mencangkup daya jangkau luas, selektivitas dan fleksibilitas, fokus perhatian, kreativitas dan efek, prestise, serta waktu tertentu.12 Sebagai media periklanan, keunikan televisi adalah sangat personal dan demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan dalam persaingan. 13 Televisi merupakan salah satu media yang termasuk dalam kategori above the line (ATL) . Sesuai karakternya , iklan televisi mengandung unsur suara, gambar, dan gerak. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan melalui media ini sangat menarik perhatian impresif. Untuk iklan televisi yang berbentuk spot lebih sering disebut dengan istilah klip iklan. Dewasa ini , bentuk – bentuk iklan televisi cukup bervariasi. Bila dahulu cenderung hanya terdiri atas klip (baik live action, stop action, maupun animasi dan still), sekarang dikembangkan berbagai kemungkinan baru yang dapat berpotensi digunakan oleh pengelola televisi untuk dijadikan sebagai sarana periklanan. Bentuk – bentuk baru tersebut misalnya, running text, super impose, announcer background, blocking programme, bahkan benda – benda yang diperlihatkan disorot oleh kamera digunakan sebagai iklan. Semua itu dapat dipahami karena biaya penyelenggaraan televisi cukup besar, sehingga 12 Morissan, M.A. Periklanan : Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta :Kencana. 2012 hal. 240. Reprint 13 Terence A. Shimp, op.cit., 530. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 menumbuhkan pemasukan keuntungan akhirnya digunakan oleh pengelola televisi sebagai media periklanan. 14 Para pengiklan sering menggunakan televisi sebagai media komunikasi dan promosi bagi produk atau jasa yang mereka tawarkan, bentuk komunikasi ini dikemas sekreatif mungkin dalam bentuk iklan televisi. Agar menarik perhatian khalayak sasaran, iklan televisi biasanya dibuat berhubungan atau semirip mungkin dengan kejadian yang terjadi di kehidupan masyarakat yang menjadi sasarannya. Bahkan sebuah iklan televisi sering menghadirkan fenomena masyarakat yang sedang berlangsung dan menjadi trend di kalangan masyarakat. Hal ini biasa dilakukan untuk memberikan pengaruh yang kuat terhadap ketertarikan minat masyarakat untuk membeli atau menggunakan produk dan jasa yang diiklankan. Para pelaku iklan masih menaruh minat yang sangat besar untuk menggunakan televisi sebagai media periklanan yang paling berpengaruh khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan pemikiran masyarakat Indonesia yang brand minded dimana merek – merek yang pernah muncul di iklan televisi lebih digemari dari pada yang tidak diiklankan. 2.5. Iklan dalam Televisi Menurut Onong UchjanaEffendy Televisi merupakan alat komunikasi yang mempunyai fungsi informasi, fungsi pendidikan, fungsi menghibur, fungsimempengaruhi15. 14 Rendra Widyatama. Pengantar Periklanan. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. 2007, hal 91 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Televisi adalah medium audio visual yang hidup, dengan demikian lebih mengutamakan gerak ataumoving/acting bahkan ada yang berpendapat bahwa gambar yang ditayangkan di televisi haruslah merupakan perpaduan antara seni,gerak dan teknik 16. Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang.Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar17. Televisi sebagai media iklan memiliki karakteristik dan keunggulannya di antara media iklan lainnya, antara lain: a) Kesan realistik, karena sifatnya yang audio-visual dan merupakan kombinasi dari warna dan gerakan, maka iklan televisi nampak begitu hidup dan nyata. Kelebihan ini tidak dimiliki oleh media lain. b) Perhatian khalayak lebih tinggi. Televisi disiarkan ke rumah-rumah dan disaksikan dalam suasana dantai, sehingga khalayak lebih mudah memberikan perhatian. c) Pengulangan/repitis. Iklan televisi biasanya ditayangkan beberapa kali dalam sehari, sehingga lebih mampu memberikan kesan yang mendalam pada diri khalayaknya. 18 15 Onong Uchjana Effendy :2000 J.B Wahyudi : 1986 17 Soerjokanto 2003, hal.24) 18 Endah Muwarni, Dasar-dasar Periklanan, Wacana Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Fakultas Iklmu Komunikasi Univ. Prof. Dr, Moestopo, Jakarta, 2004. Hal 109 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 2.6. Tanda dan Makna Dalam Iklan Komunikasi adalah proses pertukaran pesan dari komunikator kepada komunikan baik itu secara lisan ataupun tulisan, tidak sedikit pula proses komunikasi yang melakukan pengiriman lambang didalamnya dengan maksud agar komunikan paham apa yang disampaikan dan lebih jauh lagi komunikan dapat mengubah perilakunya sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator. Untuk menyimak komunikasi yang dilihat dari sudut pandang penyampaian makna dan tanda-tanda, pesan merupakan konstruksi tanda yang mellalui interaksinya dengan penerima menghasilkan makna. Semua model makna memiliki bentuk yang secara luas dan mirip. Masing-masing memperhatikan tiga unsur yang mesti ada dalam setiap studi tentang makna. Ketiga unsur ini adalah tanda, acuan dan pengguna tanda 19. Upaya memahami makna, sesungguhnya merupakan salah satu filsafat yang tertua dalam umur manusia. Itu sebabnya beberapa pakar komunikasi sering menyebut kata makna ketika merumuskan definisi komunikasi20. Dan seperti yang dikemukakan Fisher, “makna merupakan konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoritisi ilmu sosial selama 2000 tahun silam21. Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi massa melalui media baik elektronik maupun cetak. Sifatnya satu arah dan ditunjukan ke khalayak luas yang heterogen. 19 John Fiske, Cultural And Communication Studies, Jalasutra, Yogyakarta, 1998, hal. 61 Alex Sobur, Op, Cit, hal. 255 21 Alex Sobur, Analisis Teks Media, PT Remadja Rosdakarya, Bandung:2006, hal. 19 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Dalam penelitian ini, iklan Lifebuoy yang diteliti adalah iklan televisi yang mana iklan tersebut menampilkan gambar dan suara yang dapat dinikmati secara audio maupun visual. Pesan dalam iklan berisikan tanda-tanda yang terdiri dari tanda verbal dan nonverbal. Tanda verbal dikenal sebagai bahasa dan tanda non verbal yaitu bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan. Tanda-tanda tersebut dalam iklan mengacu pada suatu rencana konstruksi berisi positioning pada karakteristik konsumen tujuan22. Iklan berusaha untuk menarik minat konsumen agaar membeli dan menggunakan dalam jangka panjang. Maka dari itu, periklanan akan mengkonstruksikan pesannya dengan menampilkan figur-figur tertentu yang lebih dekat dengan konumen, iklan berusaha menggambarkan konstruksi pasar yang dibidik. Dalam hal ini, periklanan melakukan pembentukan konstruksi citra dalam iklan. Dimana teks atau pesan iklan yang didapat merupakan hasil dari konstruksi tanda yang berupa tulisan-tulisan, gambar, suara atau simbol lainnya, yang dibuat pada tahap objektifitas. Hal ini agar citra disampaikan oleh iklan sesuai dengan strategi yag dibuat atau dapat dikatakan makna yang hendak disampaikan. 22 Indiwan Seto Wahyu, Semiotika Komunikasi, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2011. Hal. 129 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 2.7. Budaya Populer Amerika dan Superhero Perkembangan Budaya Amerika Serikat banyak dipengaruhi oleh budaya eropa, khususnya Inggris serta budaya Indian sebagai masyarakat asli. Negara Amerika Serikat pada awal-awal berdirinya memberlakukan kebijakan buka pintu bagi para imigran yang datang ke Amerika, dan kemudian memilih untuk menetap dan menjadi warga Amerika, oleh permintaan diminta untuk tidak meninggalkan kebudayaan dan tetap mempraktekannya selama tinggal di Amerika. Hal tersebut membuat budaya Amerika Serikat menjadi multikultural. Berbagai macam budaya dunia bercampur, namun budaya country dan koboi umumnya menjadi salah satu lambang dan ciri khas yang terkenal tentang Amerika. Budaya Amerika Serikat telah berkembang keseluruh dunia dalam berbagai bentuk adaptasi dan telat memengaruhi seluruh dunia, dan tayangan film beserta televisi Amerika Serikat dapat dilihat di manapun. Kini sebagian besar kota di sana memiliki musik klasik, rakyat, pusat penelitian dan museum, pertunjukan tari, musik dan drama23. Budaya popular (dikenal juga sebagai budaya pop) adalah totalitas ide, perspektif, prilaku, citra, dan fenomena lainnya yang dipilih oleh konsensus informal di dalam arus utama sebuah budaya, khususnya oleh budaya barat di awal hingga akhir abad ke-21. Dengan pengaruh besar dari media massa, kumpulan ide ini menembus kehidupan sehari-hari masyarakat. 23 http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Amerika_Serikat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Sosiologi Prancis, Pierre Bourdieau pernah mengatakan bahwa perbedaan budaya seringkali dimanfaatkan untuk memperlebar dan memelihara perbedaan kelas. “selera” misalnya, bisa disebut sebagai sebuah kategori ideologis yang difungsikan sebagai ciri “kelas” (pemakaian istilah “kelas” dalam hal ini diposisikan sebagai arti ganda, yaitu kategori sosial ekonomi dan tingkat kualitas tertentu). Bourdieu menyebut satu contoh “konsumsi budaya”. Baginya konsumsi budaya telah ditentukan, sadar dan tidak sengaja, atau tidak untuk tujuan memenuhi fungsi sosial pengabsahan perbedaan sosial (Bourdieu, 1985:5). Dengan adanya hasil budaya pop Amerika, menghasilkan beberapa cerita fiksi datangnya pahlawan super buatan Amerika yang sangat banyak dan terkenal. Pahlwan super (superhero) adalah karakter fiksi yang memiliki kekuatan luar biasa untuk melakukan tindakan hebat untuk kepentingan umum. Pahlawan super memiliki kekampuan atau kesaktian di atas rata-rata manusia. Memakai pakaian khas yang mencolok setra nama yang khas, dan digambarkan sebagai penolong bagi yang lemah dalam membasmi kejahatan. Sejak kemunculan Superman di komik Amerika Serikat tahun 1938, karakter-karakte bertema hampir sama bermunculan. Tidak hanya di Amerika tetapi juga di negara-negara yang tepengaruh budaya pop Amerika terutama budaya komik. Imaji superhero telah menjadi bagian dari perjalanan cerita hidup masyarakat diberbagai belahan dunia. Mitos dan legenda tentang manusia super sudah lama direproduksi secara tradisional melalui media tutur dan tulis. Pada era moredn, dongeng superhero hadir melalui berbagai bentuk budaya populer. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Dalam ranah fiksi, banyak cerita bertema superhero yang seolah-olah tak habishabis diangkat ke dalam komik, film, sinetron, game, hingga teater. Kehadiran superhero terus berlanjut karena didukung oleh media yang sarat dengan inovasi teknologi, inilah yang membuat superhero menjadi lebih hidup, lebih menarik, dan semakin membuka ruang berkesenian baru yang eksploratif karena sifatnya yang disenangi oleh semua kalangan. Namun, industrialisasi dan komersialisasi superhero sebagai produk budaya populer dituding membawa nilai-nilai buruk yang berupa kekerasan, pornografi, bahkan ideologi tertentu. Anggapan ini tidaklah berlebihan karena dalam visualisasi komik, kartun, game, atau film superhero nyaris tak pernah absen agenda perkelahian yang kadang ditampilkan sampai berdarah-darah. Belum lagi dialog yang diwarnai makian dan kata-kata kasar. Dalam komunikasi, eksistensi superhero sama tuanya dengan sejarah manusia dan ragam pesan komunikasi itu sendiri. Perubahan karakteristik media yang akhirnya membentuk dinamika superhero ke dalam aneka produk pesan dengan inti tujuan sama: menjual imaji dan fantasi. Berangkat dari ririk ini, banyak dimensi yang bisa diangkat sebagai fokus kajian, misalnya tentang transformasi superhero komik yang kini banyak ditampilkan dalam sinema Holywood. Tokoh-tokoh dan karakteristik superhero pun bisa dilihat sebagai bagian dari perwujudan dualitas ego, yakni identitas bertopeng/ menyamar atau tanpa topeng/tidak menyamar. Misi pribadi superhero umumnya klise, antara lain menuntut balas dengan dendam masa lalu yang kelam, atau menjadi superhero http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 karena dikirim dari planet lain, dan banyak pula superhero yang lahir dari kecelakaan sehingga bermutasi memiliki kekuatan super. 2.8. Semiotika Roland Barthes Semiotika secara umum adalah ilmu yang mempelajari tetang simbol-simbol pesan, tanda hingga mitos dalam sebuah pesan komunikasi.Penafsiran dalam sebuah analisa semiotika adalah makna yang terkandung di dalam gambar, tanda, simbol, warna serta bentuk dalam pesan komunikasi yang disampaikan.Untuk menayampaikan pesan atau informasi kepada khalayak sasarannya periklanan memerlukan media massa. Oleh sebab itu, diperlukan ketelitian dari pada produsen untuk memilih media yang tepat agar keberhasilan suatu iklan dalam menjangkau khalayaknya dapat tercapai.Setiap media memiliki sifat karakteristik yang berbeda-beda. Semiotika secara etimologis, kata semiotic berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata “semeion” yang berarti “tanda”. Istilah semeion diturunkan dari kedokteran hiprokratik dan asklepiodik dengan perhatiannya pada simtomalogi dan diagnostic inferensial. Batasan yang lebih jelas dikemukakan oleh Preminger yang dikutip oleh Alex Sobur “semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotic itu mempelajari sistem-sistem, aturan, konvensikonvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti24. 24 Alex Sobur, Analisis Tesk Media, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hal. 96 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Dalam pandangan Zoest, yang dapat dikatakan sebagai tanda seperti sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, sesuatu keheningan, sesuatu kebiasaan makan, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah dan sebagainya. Tabel 2.1 Peta Tanda Roland Barthes 1. Signifie 2. Signified (penanda) (petanda) 3. Denotative Sign Myth (tanda denotatif) 4. Connotative Sign 5. Connotative Signified (penanda konotatif) (petanda konotatif) 6. Connotative Sign (tanda konotatif) Sumber: Paul Colbey & Liza Jansz 1999 dalam Sobur (2006:69) Dengan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa semua yang bisa dikatakan tanda merupakan segala yang terlihat dan dirasa oleh panca indera. Pada penelitian ini memfokuskan atau membatasi pada tanda-tanda, simbolsimbol, serta tampilan dari iklan televisi Lifebuoy Handwash versi changing Colour. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui makna yang terkandung dibalik munculnya tanda-tanda, simbol-simbol dalam materi iklan tersebut, yang mana menjadi satu kesatuan pada tampilan iklan tersebut yang menjadi objek penelitian kali ini. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Spradley dalam Pilliang (1999:20), “konotatif meliputi semua signifikasi sugerstif dari simbol yang lebih dari pada arti refrensialnya” menurut Pilliang (1998:17), “makna konotatif meliputi aspek yang berhubungan dengan perasaan, emosi serta kebuadayaan.” Sebagai contoh, orang yang menangis dapat diartikan sedang bersedih, menangis juga dapat diartikan sebaliknya sebagai rasa ungkapan bahagia yang tidak bisa dilontarkan dengan kata-kata. Untuk memahami makna konotatif harus memahami juga unsur-unsur lainnya. Dalam pandangannya Williamson dalam Pilliang (1999:20) pada teori semiotika, “iklan menganut prinsip peminjaman tanda sekaligus peminjaman kode sosial. Misalnya, iklan yang menghadirkan bintang film terkenal, figure bintang film tersebut. ”makna konotatif bisa bersifat subjektif dalam pengertian bahwa ada pergeseran dari makna umum yaitu denotatif. Maka dari itu, berger dalam Tinarbuko (2008) mencoba membandingkan antara konotasi dan denotasi dengan table. Dengan kata lain konotasi juga dapat dikatakan sebagai sebuah emosi atau perasaan yang diyakini oleh sekelompok orang. Sehingga konotatif dapat merupakan sebuah makna kiasan dari denotasi itu sendiri atau makna yang sesungguhnya. Sebutan “ilmu” terhadap semiologi ini tidaklah sama dengan sebutan kepada ilmu-ilmu pada umumnya. Fisika atau biologi misalnya, tetapi ia berada dalam pengertian lebih longgar (Monaco, 1981:140) 25. Akibatnya timbul masalah tersendiri pada semiologi, apakah semiologi merupakan suatu ilmu tersendiri yang 25 Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, Indonesia Terra, 2001, hal. 52 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 belum jelas bentuknya (sebagaimana yang diramaikan dan diyakini Saussure) ataukan menjadi bagian dari ilmu lain (sebagaimana Roland Barthes menganggapnya sebagai bagian dari linguistik) 26. Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampurkan dengan mengkomunikasikan (to cummunicate). Memaknai berarti bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi, dalam halnya mana obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Barthes dengan demikian melihat signifikasi sebagai sebuah proses yang total dengan suatu susuna yang sudah terstruktur. Signifikasi itu tak terbatas pada bahasa, tetapi terdapat pula pada hal-hal yang bukan bahasa. Yang pada akhirnya Barthes menganggap kehidupan sosil sendiri merupakan suatu bentuk dari signifikasi. Dengan kata lain, kehidupan sosial, apapun bentuknya merupakan sistem tanda tersendiri pula. Barthes adalah penerus pemikiran Saussure tertarik pada cara komplek pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, Roland Barthes cenderung meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”27 Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signified didalam sebuah tanda terhadap suatu realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda, 26 27 Kurniawan, Op, Cit, hal. 44-45 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, hal. 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 sedangkan konotasi adalah istilah yang digunakan oleh Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang jelas terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembicara serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. Misalnya kata “menggagahi” dan “menganiaya secara seksual”. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek; sedangkan denotasi adalah bagaimana menggambarkannya 28. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem signifier-signifer, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna denotasi kemudian berkembang menjadi makna konotasi dan selanjutnya maksa konotasi menjadi mitos. Perspektif Barthes tentang mitos ini menjadi salah satu ciri khas semiologinya yang membuka ranah baru bagi semiologi, yakni penggalian lebih jauh dari penandaan untuk mencapai mitos yang bekerja dalam realitas keseharian masyarakat. Karena hal tersebut, segala peraturan dalam kehidupan kita biasanya diterangkan dengan mitos. Dengan kekuatan mitos yang ada, peraturan itu diharapkan akan dapat mencengkram kehidupan kita sehingga kita takut untuk melanggarnya. Kehadiran suatu mitos merupakan kemestian terutama pada hal 28 Ibid, Op. Cit, hal. 128 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 yang bersifat abstrak. Sesuatu yang tidak jelas tentang baik dan buruknya, sesuatu yang oleh Junus disebut-sebut sebagai ambigous29. Pada penelitian ini penulis ingin menganalisa tanda-tanda yang terdapat pada iklan Lifebuoy handwash versi changing colour, baik tanda secara verbal maupun non verbal dan melihat lebih jauh lagi dari denotasi kan konotasi menjadi mitos yang ada dalam iklan tersebut akan sosok Hulk dalam masyarakat Indonesia. 29 Ibid, hal. 131 http://digilib.mercubuana.ac.id/