Kotri mengurangi risiko kematian sampai 41% dalam 6 bulan pertama ART Oleh: Keith Alcorn & Virginia Differding, aidsmap.com, 28 Februari 2007 Dalam penelitian retrospektif Malawi yang melibatkan lebih dari 1.000 pasien, bila terapi antiretroviral (ART) diberi bersamaan dengan profilaksis kotrimoksasol (kotri), risiko terhadap kematian pada enam bulan pertama pengobatan menurun sebanyak 41 persen. Temuan ini, yang disampaikan pada Conference on Retroviruses and Opportunistic Infections (CROI) ke-14 di Los Angeles, AS, mempunyai implikasi bermakna terhadap program pengobatan HIV di rangkaian terbatas sumber daya. Semua pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini memulai ART waktu jumlah CD4-nya kurang dari 200 atau dinilai sebagai pasien dengan penyakit HIV stadium III atau IV WHO. Latar belakang penelitian Angka kematian tetap tinggi di antara orang yang mulai memakai ART di Afrika dan Asia karena beban infeksi oportunistik yang berat. Walaupun profilaksis kotri untuk melawan infeksi oportunistik, misalnya pneumonia pneumosistis, toksoplasmosis dan infeksi bakteri, disarankan bagi semua orang dengan HIV yang mempunyai jumlah CD4 di bawah 500, penerapannya tidak sempurna. Pada saat data yang dipakai oleh penelitian ini dikumpulkan pada Juli dan Agustus 2005, Malawi menawarkan ART kepada semua pasien dewasa yang memenuhi kriteria WHO stadium III atau IV atau yang mempunyai jumlah CD4 di bawah 200. Tetapi pada waktu itu pedoman nasional untuk profilaksis kotri bagi orang yang baru memulai ART belum diterapkan secara luas, sebagian karena masalah persediaan obat. Oleh karena itu para peneliti dapat membandingkan secara retrospektif klinik yang menawarkan kotri dengan klinik di mana kotri tidak tersedia. Para peneliti mengamati hampir 1300 rekam medis pasien di 11 klinik kesehatan. Lima klinik tersebut memberi kotri dan ART dan selama enam bulan hanya memberi ART. Setelah memilih sesuai kriteria penelitian, rekam medis 574 pasien dari klinik yang memberi ART + kotri dan 478 yang hanya menerima ART diamati. Ke 11 klinik tersebut serupa dalam hal sensus pasien, lokasi dan dukungan keuangan. Rekam medis mencatat apakah pasien masih hidup atau sudah meninggal, apakah mereka menghilang dari pemantauan, apakah mereka telah menghentikan pengobatan atau telah pindah keluar daerah. Pasien di klinik yang memberi ART + kotri lebih sakit secara bermakna dibandingkan pasien di klinik yang tidak diberi kotri, dibuktikan dengan lebih banyak pasien yang mempunyai jumlah CD4 di bawah 200 sebagai indikator untuk ART (19% banding. 7%, p < 0,0001) dan lebih banyak pasien dengan riwayat atau masih menderita TB aktif saat ART dimulai (14% banding 8%, p = 0,003). Hasil penelitian Dalam kedua kelompok penelitian, 62 persen adalah pasien perempuan. Ketika memulai ART, usia rata-rata peserta adalah 38 tahun pada enam klinik yang memberi ART + kotri dan 37 tahun pada lima klinik yang hanya memberi ART (berkisar 15-71 tahun). Kira-kira 63 pasien dalam kelompok ART + kotri dan 76 dalam kelompok ART saja mangkir dari penelitian ini, tetapi angka ini menunjukkan bahwa tambahan beban pil kotri tidak menjadi faktor dalam hal kepatuhan. Pada hari ke-45 setelah memulai terapi ART + kotri, perbedaan ketahanan hidup diperhatikan. Menurut para penulis, tes log-rank menunjukkan perbaikan yang bermakna dalam kemungkinan ketahanan hidup Kaplan-Meier pada kelompok kotri (p = 0,0011). Enam bulan kemudian, rekam medis ART+ kotri menunjukkan penurunan risiko kematian 41% di atas Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Kotri mengurangi risiko kematian sampai 41% dalam 6 bulan pertama ART kelompok ART saja, (11,6% banding 19,6%, p <0,0001). Rasio odds kematian di klinik non-kotri adalah 1,62 (p < 0,01). Laki-laki juga berisiko lebih tinggi terhadap kematian (OR 1,54, p=0,02), seperti juga orang dengan penyakit stadium IV WHO (OR 1,99, p = 0,01). Kesimpulan Sejak sebelum penelitian ini sudah diketahui bahwa di Afrika sub-Sahara, bahkan dengan ketiadaan ART, menerima profilaksis kotri dikaitkan dengan 25-46 persen penurunan mortalitas pasien HIV-positif. Sekarang, penelitian ini menunjukkan bahwa ART yang dipakai bersamaan dengan kotri, obat yang umum dan terjangkau di Afrika sub-Sahara, dapat menurunkan kematian secara bermakna di rangkaian terbatas sumber daya. Hasil temuan ini bahkan lebih meyakinkan karena adanya angka kematian dini yang tinggi program ART di Afrika sub-Sahara, dan resistansi bakteri yang tinggi terhadap antibiotik ini. Lebih lanjut, kenyataan bahwa manfaat yang bermakna ditemukan pada kelompok pasien yang 14 persennya mempunyai riwayat atau masih terinfeksi TB bahkan lebih menguatkan hasil ini secara mencolok dan dapat memberi dampak lebih besar untuk program ART di masa mendatang di rangkaian terbatas sumber daya. Ringkasan: Cotrimoxazole prophylaxis reduces risk of death by 41% during first six months of ART Sumber: Lowrance D et al. Cotrimoxazole prophylaxis reduced the early mortality of HIV-infected patients on ART in Malawi. Fourteenth Conference on Retroviruses and Opportunistic Infections, Los Angeles, abstract 83, 2007. –2–