BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia bertindak dengan mempertimbangkan segala hal yang diamati dan mengarahkan perilakunya pada suatu perbuatan sebagaimana yang ia interpretasikan. Sebuah pendekatan yang jika diketengahkan dalam konteks komunikasi politik akan sangat menentukan bagaimana para pelakunya bermain dengan sangat cair di panggung politik termasuk interpretasinya terhadap wilayah panggung politik yang menjadi tempat pementasan skenario politiknya (Lely Arrianie : 2010).1 Almond dan Powell mendefinisikan komunikasi politik sebagai fungsi politik bersama-sama fungsi artikulasi, agregasi, sosialisasi dan rekruitmen yang terdapat di dalam suatu sistem politik dan komunikasi politik merupakan prasyarat (prerequisite) bagi berfungsinya fungsi-fungsi politik yang lain. Plano (1982:24) melihat bahwa komunikasi politik merupakan proses penyebaran arti, makna atau pesan yang bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik. 2 Melalui komunikasi politik, rakyat memberi dukungan, menyampaikan aspirasi dan melakukan pengawasan terhadap sistem politik. Melalui komunikasi, 1 Arrianie, Lely. 2010. Komunikasi Politik Politisi dan Pencitraan di Panggung Politik Bandung : Widya Padjajaran hal 64 2 Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik Filsafat Paradigma Teori Tujuan Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu hal 16 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ politik rakyat dapat mengetahui apakah dukungan, aspirasi dam pengawasan itu tersalur atau tidak dalam berbagai kebijakan publik. Pihak penerima mencerna dan menafsirkan pesan politik yang diterimanya sebagai proses sosial yang berkesinambungan. Dilihat dari definisi komunikasi politik di atas, baik dalam arti luas maupun sempit, selalu ada proses pertukaran pesan yang dilakukan oleh komunikator politik. Bahkan masih terdapat defenisi lain yang dapat digolongkan sebagai batasan komunikasi politik dalam arti sempit yaitu suatu komunikasi dapat dikatakan memiliki nilai atau bobot politik bila komunikasi yang dimaksud mempunyai konsekuensi atau akibat politik (faktual/berkemampuan) yang mengatur tingkah laku manusia di bawah petentangan (Soerwadi: 1995:6) Apabila konsekuensi dari komunikasi yang memiliki bobot atau kemampuan untuk mengatur tingkah laku manusia di bawah pertentangan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai bentuk perilaku para komunikator politik. Organisasi politik adalah organisasi atau kelompok yang bergerak atau berkepentingan atau terlibat dalam proses politik dan dalam ilmu kenegaraan, secara aktif berperan dalam menentukan nasib bangsa tersebut. Organisasi politik merupakan bagian dari suatu kesatuan yang berkepentingan dalam pembentukan tatanan sosial pada suatu wilayah tertentu oleh pemerintahan yang sah. Organisasi ini juga dapat menciptakan suatu bentuk struktur untuk diikuti. 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Partai Keadilan Sejahtera, sejarah berdirinya Partai Keadilan (PK) bisa dikatakan berbeda dengan partai lainnya baik partai yang berbasis ideologis maupun yang non ideologis. Kelahiran partai keadilan berangkat dari musyawarah yang cukup panjang, yang membahas tentang penyikapan terhadap era reformasi yang membuka keran kebebasan untuk berekspresi diantaranya mendirikan partai politik. Persoalan mendirikan partai adalah agenda yang hangat dibicarakan kalangan tarbiyah, sebagian mengatakan perlu mendirikan partai politik dan sebagian menyatakan tidak perlu. Lahirnya Partai Keadilan Sejahtera tidak bisa lepas dari peranan Partai Keadilan. Pernyataan ini bukan tanpa bukti. Menurut sumber Wikipedia (http://pkspringsewu.org/?p=2413), bisa kita amati dimana pada pemilu 1999, Partai Keadilan menduduki peringkat ke tujuh diantara 48 partai politik peserta pemilu. Hasil ini tidak mencukupi untuk mencapai ketentuan electoral threshold, sehingga tidak bisa mengikut pemilu 2004 kecuali berganti nama dan lambing. Karena kegagalan ini Partai Keadilan (PK) bermetamorfosis menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Beberapa pengamat menilai bahwa salah satu faktor kekalahan partai Islam pada pemilu 1999 adalah parpol Islam belum menampakan inklusivitasnya. Para komunikator politik merupakan aktor-aktor yang terdiri dari berbagai lapisan mulai dari suku, ras, agama bahkan gender. Menarik membahas tentang gender, perempuan dan laki-laki adalah dua kategori politik yang utama, karena sangat perlu keduanya diwakili dalam politik untuk mencapai proses demokrasi 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang baik. Oleh karena itu kepentingan dan orientasi politik perempuan tidak dapat dipandang sebelah mata serta sepadan dengan kepentingan dan orientasi politik laki-laki. Keterlibatan perempuan dalam ranah politik dan demokrasi harus menjadi suatu kebutuhan, sehingga mampu melahirkan perlindungan terhadap hak-hak perempuan. Sebuah penelitian yang dilakukan Hege Skjeie (International IDEA: 1998) pada parlemen Norwegia dimana lebih 40 % anggotanya adalah perempuan, menemukan bahwa; a. Memasukkan perempuan kedalam partai politik telah mengubah sudut pandang partai, lebih konkrit mengubah agenda partai. b. Memasukkan perempuan dalam politik tidak menghasilkan wilayah perhatian yang tumpang tindih. Artinya, perempuan mempunyai kepentingan dan sudut pandang politik yang berbeda dengan laki-laki. c. Wilayah perhatian politisi perempuan lebih dominan pada bidang social dan kesejahteraan, perlindungan lingkungan, perlucutan senjata, kebijakan kesetaraan, pendidikan dan kesehatan. Sementara perhatian politisi laki-laki lebih besar pada bidang ekonomi, transportasi, isu-isu energy, keamanan nasional, industry dan luar negeri. d. Wilayah kebijakan yang memperlihatkan pengaruh perempuan paling dominan adalah pada politik perlindungan secara bertahap yang ditujukan pada tanggungjawab Negara untuk memberikan kesempatan kepada perempuan menggabungkan kewajiban keibuan (motherhood) dengan hak 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/ kemerdekaan ekonomi. Hasil konkritnya adalah meningkatnya anggaran publik untuk pembiayaan perawatan anak-anak, pemilihan waktu kerja yang lebih lentur lewat penganggaran kerja/waktu, perluasan cuti orang tua dan menjamin hak ayah berbagi periode cuti, dan juga hak pensiun bagi pelayanan kerja yang tidak diupah. Keterlibatan perempuan dalam politik merupakan salah satu upaya mensejahterakan masyarakat. Kondisi perempuan diyakini dapat berubah kearah yang lebih baik jika banyak perempuan bergabung dalam organisasi-organisasi ataupun partai-partai politik. Kesempatan perempuan Indonesia untuk mendapat keadilan berpartisipasi dalam politik mulai terbuka lebih luas sejak diberikannya kuota 30 persen di parlemen bagi perempuan Indonesia melalui UU Pemilu No. 12 tahun 2003 pasal 65 sehingga mampu terselenggaranya kesetaraan gender dan keadilan gender. UU No. 12 tahun 2003 pasal 65 (1) tersebut menyatakan : “setiap partai politik peserta Pemilu dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%”. Melalui UU Pemilu No 12 tahun 2003 pasal 65, setiap partai politik diharuskan menampung 30% keterwakilan perempuan, dimana artinya pintu bagi perempuan untuk berpolitik dan membawa permasalahannya ke wadah yang lebih tinggi semakin terbuka. 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Pemerintah dalam undang-undang pemilu mewajibkan kepada seluruh partai politik untuk menempatkan 30 persen keterwakilan perempuan dalam pemilu. Dengan adanya undang-undang tersebut keterwakilan perempuan di seluruh parpol haruslah dimanfaatkan dengan baik. Dengan hadirnya wakil-wakil perempuan dalan jumlah yang pantas (proporsional) dalam kepengurusan partai politik maupun dilembaga legislatif akan memberi peluang kepada perempuan untuk ikut membuat kebijakankebijakan yang adil. Atas dasar itu, maka hanya dengan jumlah kursi mereka yang signifikan dalam lembaga politik formal, kaum perempuan dapat menciptakan perubahan yang berarti (Kusumaatmadja,2007 : 67) Keberadaan perempuan di parlemen tidak boleh hanya menjadi hiasan, sebagai pemanis parlemen yang didominasi oleh para laki-laki. Tidak juga hanya untuk memenuhi syarat kuota 30% semata. Bustanul Arif menyoroti kualitas politik perempuan, dalam bukunya „Partisipasi Politik Perempuan Dalam Proses Pembuatan Kebijakan Publik Di Daerah Jawa Timur‟, ia menyatakan : Kuota 30% yang telah dicapai tidak akan bermakna sama sekali manakala perempuan tidak membekali diri dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan. Jika target hanya memenuhi kuota, atau sekedar ada perempuan yang duduk di kursi DPR atau BPD, tanpa bekal kualitas yang memadai, maka hal itu sama dengan merendahkan martabat perempuan, karena orang-orang yang masuk untuk memenuhi kuota tersebut hanya akan menjadi pajangan politik. (Arif, 30) Kemajuan zaman telah banyak mengubah pandangan tentang perempuan, mulai dari pandangan yang menyebutkan bahwa perempuan hanya berhak mengurus rumah dan selalu berada di rumah, sedangkan laki-laki adalah makhluk 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang harus berada di luar rumah, kemudian dengan adanya perkembangan zaman dan emansipasi menyebabkan perempuan memperoleh hak yang sama dengan laki-laki. 3 Tuntutan persamaan hak perempuan tentunya didasarkan pada beberapa anggapan bahwa antara perempuan dan laki-laki tidak banyak terdapat perbedaan, sebagaimana dikemukakan Presiden Pertama Indonesia, Soekarno dalam bukunya berjudul kewajiban wanita dalam perdjoangan Republik Indonesia (Soekarno : 1963 : 30) bahwa: “... ini tidak menjadi bukti bawa dus kwaliteit otak perempuan itu kurang dari kwaliteit otak kaum laki-laki,atau ketajaman otak perempuan kalah dengan ketajaman otak laki-laki. Kwaliteitnya sama, ketajamannya sama hanya kesempatan-bekerjanya yang tidak sama, kesempatan berkembangnya yang tidak sama. Maka oleh karena itu, justru dengan alasan kurang dikasihnya kesempatan oleh masyarakat sekarang pada kaum perempuan, maka kita wajib berikhtiar membongkar ke-tidak-adilan masyarakat terhadap kepada kaum perempuan itu”. Perempuan Indonesia memiliki peranan dalam pembangunan di bidang politik, baik terlibat dalam kepartaian, legislatif, maupun dalam pemerintahan. Keterlibatan dalam bidang politik ini tidaklah semata-mata hanya sekedar pelengkap saja melainkan harus berperan aktif di dalam pengambilan keputusan politik yang menyangkut kepentingan kesinambungan negara dan bangsa. Hak suara perempuan memiliki kesejajaran dengan laki-laki dalam hal mengambil dan menentukan keputusan, begitupula apabila wanita terlibat dalam pemilihan umum untuk memilih salah satu partai politik yang menjadi pilihannya, 3 Arif, Bustanul. Partisipasi Politik Perempuan Dalam Proses Pembuatan KebijakanPublik Di Daerah Jawa Timur. Sur abaya : Yayasan Cakrawala Timur, hal 30 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ apalagi ia duduk sebagai pengurus dari salah satu partai, seperti dikemukakan Nilakusuma (1960:180), “Kita harus insyaf dan mengerti akan keharusan adanya partai-partai di suatu negara, dan sumbangan-sumbangan apa yang diberikan partai untuk pembangunan negara dan bangsa.Di samping ini, kita harus mengerti pula. Bahwa partai-partai itu adalah kumpulan dari orang-orang yang mempunyai ideologi sama, agar di dalam meneruskan suara merupakan kesatuan yang baik. Dengan mempunyai kesadaran ini, perempuanpun dapat berdiri sendiri dengan kecerdasannya, memilih partai yang sesuai dengan cita-citanya.Sungguh mengecewakan, jika partai-partai itu menjadi sasaran pencari untuk untuk sendiri, dan wanita dijadikan alatnya karena tidak cukup kesadaran di dalam partai. Jika wanita duduk di dalam partai, bukanlah semata-mata untuk diberi tugas guna menyediakan jamuan pada rapat-rapat partainya atau ketika partai kedatangan tamu agung, tetapi juga memberikan suaranya bersama dengan anggota laki-laki” Walaupun demikian, bahwa hak-hak politik yang dimiliki perempuan pada kenyataannya tidaklah sesuai yang diinginkan, sebagaimana Suwondo (1981:141) mengemukakan: “Kenyataan bahwa jumlah perempuan yang duduk dalam badan-badan legislatif belum memadai, disebabkan oleh sistem pencalonan melalui daftar calon, di mana perempuan dicantumkan di bagian bawah dari daftar. Dan kenyataan yang menunjukkan bahwa jabatan/kedudukan penentuan kebijaksanaan (policy making) belum banyak diisi oleh kaum perempuan” Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peranan perempuan dalam pembangunan nampaknya harus mendapat porsi yang seimbang dengan kaum laki-laki, sebagaimana dikemukakan oleh Yusuf (dalam Tan, 1991 : 35) sebagai berikut, “Di bidang kehidupan politik, baik dari segi eksekutif, legislatif maupun yudikatifnya, kepemimpinan perempuan telah mulai diperhitungkan walaupun belum seimbang dengan proporsinya dalam masyarakat. Jumlah menteri dalam kabinet terbatas, itupun hanya kepentingan tertentu saja yang mestinya ditambah.Sekertaris jendral, direktur jendral dapat dihitung dengan jari. Apakah 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ jabatan yang penuh tanggung jawab tersebut harus dipegang oleh pemimpin lakilaki ? pemimpin perempuan dengan kualitas yang sama nampaknya belum mungkin dipercayai memegang jabatan tersebut” Kaderisasi bisa diibaratkan sebagi jantungnya sebuah organisasi, tanpa adanya kaderisasi rasanya sulit dibayangkan suatu organisasi mampu bergerak maju dan dinamis. Hal ini karena kaderisasilah yang menciptakan embrio-embrio baru yang nantinya akan memegang tongkat estafet perjuangan organisasi. Kaderisasi berusaha menciptakan kader yang bukan hanya hebat dalam mengerjakan suatu program, tapi lebih dari itu. Kaderisasi haruslah mampu menciptakan kader yang memiliki jiwa pemimpin, memiliki emosi yang terkontrol, kreatif dan mampu menjadi pemberi solusi untuk setiap permasalahan serta yang terpenting mampu dan pantas nantinya menjadi seorang teladan bagi anggotanya. Pelaku kaderisasi merupakan individu-individu yang telah memiliki kapasitas yang mantap untuk mengkader para anggotanya dan memahami alur kaderisasi dalam organisasi tersebut. Sementara sasaran kaderisasi merupakan individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk menjadi penerus visi dan misi organisasi. Kaderisasi merupakan suatu kebutuhan internal yang harus dilakukan demi kelangsungan organisasi. Seperti hukum alam akan adanya suatu siklus, dimana semua proses pasti akan terus berulang dan terus berganti. Namun satu yang perlu kita pikirkan, yaitu format dan mekanisme yang komprehensif dan mapan, guna memunculkan kader-kader yang tidak hanya mempunyai 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ kemampuan di bidang manajemen organisasi, tapi yang lebih penting adalah tetap berpegang pada komitmen sosial dengan segala dimensinya. Sukses atau tidaknya sebuah institusi organisasi dapat diukur dari kesuksesannya dalam proses kaderisasi internal yang di kembangkannya. Karena, wujud dari keberlanjutan organisasi adalah munculnya kader-kader yang memiliki kapabilitas dan komitmen terhadap dinamika organisasi untuk masa depan. (Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/05/21460/mengapa-harus-ada- kaderisasi-dalam-organisasi/#ixzz3m0eKFEAp) Nampaknya tindakan perempuan dalam kaderisasi di partai perlu dikaji kembali mengingat jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah perempuan yang seharusnya berperan. Karena itu, perlu dikaji kembali bentuk tindakan yang nyata dalam kehidupan politik bagi kaum perempuan. Kaderisasi penting bagi organisasi politik karena menyangkut banyak hal. Diantaranya untuk memenuhi hak, memenuhi kebutuhan adil, memenuhi Undang-Undang, dan tuntutan organisasi Perempuan yang menginginkan karier di bidang politik dapat menjadi anggota salah satu partai politik yang sesuai dengan ideologinya, terutama dalam memperjuangkan kaum perempuan. Bagian dari partai politik biasa disebut elite politik. Elite politik inilah yang berkiprah menjadi kader yang militan pada parpol yang dipilihnya. Partai PKS terus mendidik kader kadernya menjadi kader yang solid bagi partainya. PKS sendiri meruapakan sebuah partai yang memiliki kader yang 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ sangat solid. Kader yang solid ini tidak lepas dari pemilihan dan seleksi ketat dalam merekruit calon anggota. Sistem prekruitan yang ketat ini melalui sistem management Tarbiyah dengan menerapkan kurikulum dan materi yang di buat oleh orang orang Tarbiyah PKS. Tarbiyah PKS sendiri menyeleksi, meramu, dan kemudian mengembangkan sendiri dengan bimbingan seorang murrabbi. Tarbiyah PKS juga mengadopsi pemikiran pemikiran tokoh tokoh melalui referensi referensi yang dipakainya. Hasil dari prekruitan PKS ini akan bisa menghasilkan sebuah modul atau kurikulum untuk di pelajari oleh kader. Ini menjadi daya tarik dan keberbedaan dibanding partai politik lainnya. Tarbiyah tersebut dijalankan oleh perempuan – perempuan PKS, sehingga dalam menjalankan Tarbiyah, perempuan PKS dituntut untuk dapat mencetak kader yang diharapkan PKS. Tuntutan tersebut harus dibekali kemampuan, pengetahuan, dan kapabilitas yang nantinya akan dibawa sebagai bekal untuk memproses kaderisasi selanjutnya. Perempuan PKS menjalankan fungsi Murabbi, Murrabbi merupakan sebutan atau julukan bagi seorang guru yang memiliki murid atau binaan yang dikader, di PKS biasa menyebut murid-murid yang dibina dengan sebutan Muttarobbi. Setiap pekan diadakan rutin pertemuan langsung dalam suatu lingkaran kecil yang isinya membahas pengetahuan umum, ajaran-ajaran islam dan bahkan amalan-amalan sesuai Hadist dan Al Quran. Berbeda dengan partai lain, kaderisasi tetap dijalankan, tapi fungsi Murrabbi tidak dijalankan oleh kader partai lain termasuk kader perempuan. 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Tahapan-tahapan kaderisasi maisng-masing partai memang berbeda, di PKS sendiri system manajemen tarbiyahlah yang menjadi program unggulan dan keberbedaan dengan partai lainnya. Perekrutan oleh kader dipersiapkan untuk mengikuti proses Pemilu. Salah satu ciri Negara demokratis rule of law adalah terselenggaranya kegiatan pemilihan umum yang bebas. Pemilihan umum merupakan sarana politik untuk mewujudkan kehendak rakyat dalam hal memilih wakil-wakil mereka di lembaga legislatif serta memilih pemegang kekuasaan eksekutif baik itu presiden/wakil presiden maupun kepala daerah. Pemilihan umum bagi suatu Negara demokrasi berkedudukan sebagai sarana untuk menyalurkan hak asasi politik rakyat. Dalam budaya PKS, perempuan tidak bisa dijadikan sebagai pimpinan paling atas dalam hal ini adalah presiden PKS, apalagi ketidakmungkinan perempuan PKS menjadi presiden negara Republik Indonesia. Oleh karena itu tantangan perempuan PKS dalam menjalankan peran dan posisi perempuan yang terjadi di tengah partai yang berideologi islam. Perempuan merupakan makhluk yang dimuliakan oleh Islam. Perempuan PKS dijadikan sebagai “pelengkap” tugas yang tidak bisa dikerjakan oleh laki-laki PKS. Partai PKS yang awalnya dianggap paling tenang, mulai goyah semenjak pasca kasus korupsi daging impor sapi yang menjerat mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. Partai PKS harus menanggung beban sejarah akibat dari tindakan yang mereka lakukan dan ini tidak bisa dihapus satu atau dua generasi. Kasus tersebut membuat masyarakat tak percaya lagi terhadap PKS yang 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ mengusung citra sebagai partai dakwah sehingga menimbulkan krisis kepercayaan pada partai PKS ini. Konflik internal di dalam organisasi tersebut berdampak pada kaderisasi, yaitu kader yang objektif tambah tidak yakin dengan elite PKS. Perlahan PKS ditinggalkan pendukungnya. Pengurangan tersebut terlihat dalam kasus Pemilukada di Banten, dimana suara PKS hilang dua per tiga. Hal yang sama juga terjadi di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Partai PKS sepertinya berada dipersimpangan jalan. Kondisi seperti ini tentunya menjadi pelajaran bagi siapapun terutama kalangan internal partai PKS. Sikap pertama yang harus dikedepankan adalah rasa syukur dan terimakasih pada pemilih yang „masih percaya‟ pada PKS bukan sebaliknya mencederai hati mereka dengan sikap yang aneh-aneh dan membuktikan pada seluruh rakyat Indonesia bahwa kehadiran PKS melalui keterwakilan di DPR benar-benar membela rakyat dengan semangat ilahiyyah. Salah satu cara adalah menyiapkan kader yang mampu menjadi teladan di masa yang akan datang Harus diakui bahwa saat ini internal partai yang solid sebagai bentuk pencerminan kedewasaan tidak terjadi di banyak partai. Selama yang dibangun adalah kultur system, bukan kultur individu maka partai ini akan memberi harapan. Konflik internal di PKS menyebabkan pergantian pucuk pimpinan presiden partai mengemban amanah di pemerintahan. Sistem kepartaian harus mengarah pada kondisi dimana klaim „orang baik‟ itu bukan milik satu golongan. Akan sangat mungkin orang baik itu muncul 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dari berbagai kalangan.Yang perlu dilakukan untuk mewujudkan itu semua adalah memperkuat kaderisasi melalui ketokohan. Pemulihan citra diharapkan dapat terjadi melalui kaderisasi tersebut Dalam situasi krisis seperti yang terjadi selama ini, itu juga dibuktikan bagaimana soliditas kader masih cukup kuat atau tidak. Proses pergantian presiden partai dalam waktu cepat, konsolidasi internal jajaran kader secara cepat, sehingga dalam situasi kritis dan krisis, struktur kader tidak tersandera dan bisa teralihkan dengan cepat. Respon publik yang sangat besar walaupun ada kekecewaan, sesungguhnya menjelaskan bahwa ekspektasi publik terhadap PKS besar. Dari sisi jumlah kader dalam arti secara sistemik terus bertambah meskipun tidak ada lonjakan besar.Ini karena kaderisasi yang sistemik ini membutuhkan ikatan yang kuat antar seseorang dengan partai. Citra politisi ternyata berimbas kepada ketidakpercayaan publik terhadap partai politik. Pandangan negatif terhadap parpol terungkap dalam jajak pendapat Maret 2012 yang disuarakan oleh 80,4% responden. Selain faktor perilaku korupsi para kader parpol, kinerja parpol juga dinilai mayoritas responden tidak membaik, yakni belum berpihak kepada kepentingan rakyat (Sumber : Yohan Wahyu, “Yang Muda dan Berintegritas”, Kompas, 28 Mei, 2012, hal. 5). Hal tersebut memang menjadi problem dan tantangan bagi hampir semua parpol. Oleh karena itu, ini adalah peluang politik perempuan PKS untuk bertindak dalam mengkader massa supaya menjadi bagian dari partai PKS. 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Perempuan dalam PKS memiliki kesempatan yang sama dalam mengaspirasikan ide serta pemikirannya. Perempuan PKS banyak merupakan istri dari anggota PKS laki-laki lainnya. Hal demikian disebabkan sebagai organisasi sosial PKS ingin melebarkan eksistensinya dengan men-PKSkan keluarga atau kerabat sekitar terlebih dahulu. Disini terlihat keterlibatan perempuan PKS di dalam lingkungan keluarga dalam ruang lingkup kecil, dan di dalam organisasi partai politik PKS dalam ruang lingkup besar. Para perempuan PKS merupakan perempuan terkader berbasis islam. Dimana para perempuan dengan matang menyatakan segalanya butuh ilmu ketauhidan kepada illahi guna menyikapi hal apapun. Termasuk politik, bagi mereka politik merupakan hal mendasar yang dibutuhkan untuk berjuang dalam mensejahterakan umat. Politik adalah sarana dakwah, sehingga para perempuan memilih dunia politik untuk menyalurkannya. PKS tidak memandang perempuan dengan laki-laki tidak dengan gender mainstream namun family main stream dimana perbedaan peran merupakan sebuah kesatuan keluarga. Sehingga bukan lagi perbedaan laki-laki dan perempuan dan siapa yang lebih ditonjolkan. Namun sebagai keluarga, menjadi satu keluarga dalam suatu kesatuan keanggotaan PKS. Dimana laki-laki sebagai ayah kepala keluarga dan perempuan sebagai ibu manajer dari keluarga, berperan satu sama lain. Sama-sama membina PKS sebagai suatu kekeluargaan bersama. Perempuan PKS merupakan perempuan-perempuan konserfative yang tidak ekspresif mengenai konsep gender. Perempuan PKS lebih menekankan 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ emansipasi perempuan sebagai suatu persamaan hak dan kewajiban. Hal tersebut dikarenakan perempuan-perempuan PKS ditempa menjadi kader perempuan berperspektif keislaman. Sehingga perempuan PKS menjadi politisi yang memiliki moral politik keislaman. Atas dasar tersebut, PKS menerapkan nilai-nilai di dalam organisasinya yang membuat perempuan PKS tidak bisa menduduki jabatan presiden PKS, apalagi menjadi presiden Republik Indonesia. Perempuan PKS biasanya ditempatkan pada bidang atau departemen yang fungsinya strategis seperti bidang keperempuanan atau bidang-bidang lain selain menduduki posisi presiden PKS. Perempuan PKS mempraktekkan politik yang berperikemanusiaan, politik yang bernaluri, sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Khaldun, kekuasaan dan politik menurutnya memiliki tujuan yang substansial yang seharusnya diformulasikan untuk kemanusiaan, karena keduanya secara naluri berkait dengan fitrah manusia dan pola pikirnya yang condong kepada maslahat. Dalam cakupan ini kebutuhan manusia terhadap perlindungan, keamanan, kesejahteraan dan lainlain adalah termasuk bagian dari tanggung jawab politik dan kekuasaan. 4 Oleh karena perspektif tersebut, kita akan dapat mengetahui tindakan politik perempuan PKS yang dijalankan didalam PKS dalam kaderisasi. 1.2 Rumusan dan Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini peneliti merumuskan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana tindakan politik perempuan dalam kaderisasi politik partai PKS? 4 Khaldun, Ibnu. 2001 Mukaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar. Hal 7 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Bagaimana motif politik perempuan dalam kaderisasi politik partai PKS? 3. Bagaimana kesadaran politik perempuan dalam kaderisasi politik partai PKS 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian adalah konsekuensi dari masalah yang diteliti, penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh deskripsi tentang tindakan politik perempuan dalam kaderisasi politik partai PKS. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan tindakan politik perempuan, motif politik perempuan dan kesadaran politik perempuan dalam kaderisasi politik partai PKS. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, pengetahuan, dan wawasan mengenai ilmu komunikasi politik dan dapat dijadikan sumber dalam melakukan penelitian di perguruan tinggi. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada Partai Politik, khususnya Partai Keadilan Sejahtera mengenai tindakan politik perempuan dalam kaderisasi politik pada kepemimpinan politik perempuan partai PKS. 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/