BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia bertindak dengan mempertimbangkan segala hal yang diamati
dan mengarahkan perilakunya pada suatu perbuatan sebagaimana yang ia
interpretasikan. Sebuah pendekatan yang jika diketengahkan dalam konteks
komunikasi politik akan sangat menentukan bagaimana para pelakunya bermain
dengan sangat cair di panggung politik termasuk interpretasinya terhadap wilayah
panggung politik yang menjadi tempat pementasan skenario politiknya (Lely
Arrianie : 2010).1
Almond dan Powell mendefinisikan komunikasi politik sebagai fungsi
politik bersama-sama fungsi artikulasi, agregasi, sosialisasi dan rekruitmen yang
terdapat di dalam suatu sistem politik dan komunikasi politik merupakan
prasyarat (prerequisite) bagi berfungsinya fungsi-fungsi politik yang lain. Plano
(1982:24) melihat bahwa komunikasi politik merupakan proses penyebaran arti,
makna atau pesan yang bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik. 2
Melalui komunikasi politik, rakyat memberi dukungan, menyampaikan
aspirasi dan melakukan pengawasan terhadap sistem politik. Melalui komunikasi,
1
Arrianie, Lely. 2010. Komunikasi Politik Politisi dan Pencitraan di Panggung Politik Bandung : Widya
Padjajaran hal 64
2
Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik Filsafat Paradigma Teori Tujuan Strategi dan Komunikasi Politik
Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu hal 16
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
politik rakyat dapat mengetahui apakah dukungan, aspirasi dam pengawasan itu
tersalur atau tidak dalam berbagai kebijakan publik. Pihak penerima mencerna
dan menafsirkan pesan politik yang diterimanya sebagai proses sosial yang
berkesinambungan.
Dilihat dari definisi komunikasi politik di atas, baik dalam arti luas
maupun sempit, selalu ada proses pertukaran pesan yang dilakukan oleh
komunikator politik. Bahkan masih terdapat defenisi lain yang dapat digolongkan
sebagai batasan komunikasi politik dalam arti sempit yaitu suatu komunikasi
dapat dikatakan memiliki nilai atau bobot politik bila komunikasi yang dimaksud
mempunyai konsekuensi atau akibat politik (faktual/berkemampuan) yang
mengatur tingkah laku manusia di bawah petentangan (Soerwadi: 1995:6)
Apabila konsekuensi dari komunikasi yang memiliki bobot atau
kemampuan untuk mengatur tingkah laku manusia di bawah pertentangan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai bentuk perilaku para
komunikator politik.
Organisasi politik adalah organisasi atau kelompok yang bergerak atau
berkepentingan atau terlibat dalam proses politik dan dalam ilmu kenegaraan,
secara aktif berperan dalam menentukan nasib bangsa tersebut.
Organisasi politik merupakan bagian dari suatu kesatuan yang
berkepentingan dalam pembentukan tatanan sosial pada suatu wilayah tertentu
oleh pemerintahan yang sah. Organisasi ini juga dapat menciptakan suatu bentuk
struktur untuk diikuti.
2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Partai Keadilan Sejahtera, sejarah berdirinya Partai Keadilan (PK) bisa
dikatakan berbeda dengan partai lainnya baik partai yang berbasis ideologis
maupun yang non ideologis. Kelahiran partai keadilan berangkat dari
musyawarah yang cukup panjang, yang membahas tentang penyikapan terhadap
era reformasi yang membuka keran kebebasan untuk berekspresi diantaranya
mendirikan partai politik. Persoalan mendirikan partai adalah agenda yang hangat
dibicarakan kalangan tarbiyah, sebagian mengatakan perlu mendirikan partai
politik dan sebagian menyatakan tidak perlu.
Lahirnya Partai Keadilan Sejahtera tidak bisa lepas dari peranan Partai
Keadilan. Pernyataan ini bukan tanpa bukti. Menurut sumber Wikipedia
(http://pkspringsewu.org/?p=2413), bisa kita amati dimana pada pemilu 1999,
Partai Keadilan menduduki peringkat ke tujuh diantara 48 partai politik peserta
pemilu. Hasil ini tidak mencukupi untuk mencapai ketentuan electoral threshold,
sehingga tidak bisa mengikut pemilu 2004 kecuali berganti nama dan lambing.
Karena kegagalan ini Partai Keadilan (PK) bermetamorfosis menjadi Partai
Keadilan Sejahtera (PKS). Beberapa pengamat menilai bahwa salah satu faktor
kekalahan partai Islam pada pemilu 1999 adalah parpol Islam belum menampakan
inklusivitasnya.
Para komunikator politik merupakan aktor-aktor yang terdiri dari berbagai
lapisan mulai dari suku, ras, agama bahkan gender. Menarik membahas tentang
gender, perempuan dan laki-laki adalah dua kategori politik yang utama, karena
sangat perlu keduanya diwakili dalam politik untuk mencapai proses demokrasi
3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang baik. Oleh karena itu kepentingan dan orientasi politik perempuan tidak
dapat dipandang sebelah mata serta sepadan dengan kepentingan dan orientasi
politik laki-laki.
Keterlibatan perempuan dalam ranah politik dan demokrasi harus menjadi
suatu kebutuhan, sehingga mampu melahirkan perlindungan terhadap hak-hak
perempuan. Sebuah penelitian yang dilakukan Hege Skjeie (International IDEA:
1998) pada parlemen Norwegia dimana lebih 40 % anggotanya adalah
perempuan, menemukan bahwa;
a.
Memasukkan perempuan kedalam partai politik telah mengubah sudut
pandang partai, lebih konkrit mengubah agenda partai.
b.
Memasukkan perempuan dalam politik tidak menghasilkan wilayah perhatian
yang tumpang tindih. Artinya, perempuan mempunyai kepentingan dan sudut
pandang politik yang berbeda dengan laki-laki.
c.
Wilayah perhatian politisi perempuan lebih dominan pada bidang social dan
kesejahteraan, perlindungan lingkungan, perlucutan senjata, kebijakan
kesetaraan, pendidikan dan kesehatan. Sementara perhatian politisi laki-laki
lebih besar pada bidang ekonomi, transportasi, isu-isu energy, keamanan
nasional, industry dan luar negeri.
d.
Wilayah kebijakan yang memperlihatkan pengaruh perempuan paling
dominan adalah pada politik perlindungan secara bertahap yang ditujukan
pada tanggungjawab Negara untuk memberikan kesempatan kepada
perempuan menggabungkan kewajiban keibuan (motherhood) dengan hak
4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kemerdekaan ekonomi. Hasil konkritnya adalah meningkatnya anggaran
publik untuk pembiayaan perawatan anak-anak, pemilihan waktu kerja yang
lebih lentur lewat penganggaran kerja/waktu, perluasan cuti orang tua dan
menjamin hak ayah berbagi periode cuti, dan juga hak pensiun bagi pelayanan
kerja yang tidak diupah.
Keterlibatan perempuan dalam politik merupakan salah satu upaya
mensejahterakan masyarakat. Kondisi perempuan diyakini dapat berubah kearah
yang lebih baik jika banyak perempuan bergabung dalam organisasi-organisasi
ataupun partai-partai politik.
Kesempatan perempuan Indonesia untuk mendapat keadilan berpartisipasi
dalam politik mulai terbuka lebih luas sejak diberikannya kuota 30 persen di
parlemen bagi perempuan Indonesia melalui UU Pemilu No. 12 tahun 2003 pasal
65 sehingga mampu terselenggaranya kesetaraan gender dan keadilan gender. UU
No. 12 tahun 2003 pasal 65 (1) tersebut menyatakan : “setiap partai politik peserta
Pemilu dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/ Kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan
keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%”.
Melalui UU Pemilu No 12 tahun 2003 pasal 65, setiap partai politik
diharuskan menampung 30% keterwakilan perempuan, dimana artinya pintu bagi
perempuan untuk berpolitik dan membawa permasalahannya ke wadah yang lebih
tinggi semakin terbuka.
5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pemerintah dalam undang-undang pemilu mewajibkan kepada seluruh
partai politik untuk menempatkan 30 persen keterwakilan perempuan dalam
pemilu. Dengan adanya undang-undang tersebut keterwakilan perempuan di
seluruh parpol haruslah dimanfaatkan dengan baik.
Dengan hadirnya wakil-wakil perempuan dalan jumlah yang pantas
(proporsional) dalam kepengurusan partai politik maupun dilembaga legislatif
akan memberi peluang kepada perempuan untuk ikut membuat kebijakankebijakan yang adil. Atas dasar itu, maka hanya dengan jumlah kursi mereka yang
signifikan dalam lembaga politik formal, kaum perempuan dapat menciptakan
perubahan yang berarti (Kusumaatmadja,2007 : 67)
Keberadaan perempuan di parlemen tidak boleh hanya menjadi hiasan,
sebagai pemanis parlemen yang didominasi oleh para laki-laki. Tidak juga hanya
untuk memenuhi syarat kuota 30% semata. Bustanul Arif menyoroti kualitas
politik perempuan, dalam bukunya „Partisipasi Politik Perempuan Dalam Proses
Pembuatan Kebijakan Publik Di Daerah Jawa Timur‟, ia menyatakan :
Kuota 30% yang telah dicapai tidak akan bermakna sama sekali manakala
perempuan tidak membekali diri dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan.
Jika target hanya memenuhi kuota, atau sekedar ada perempuan yang duduk di
kursi DPR atau BPD, tanpa bekal kualitas yang memadai, maka hal itu sama
dengan merendahkan martabat perempuan, karena orang-orang yang masuk untuk
memenuhi kuota tersebut hanya akan menjadi pajangan politik. (Arif, 30)
Kemajuan zaman telah banyak mengubah pandangan tentang perempuan,
mulai dari pandangan yang menyebutkan bahwa perempuan hanya berhak
mengurus rumah dan selalu berada di rumah, sedangkan laki-laki adalah makhluk
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang harus berada di luar rumah, kemudian dengan adanya perkembangan zaman
dan emansipasi menyebabkan perempuan memperoleh hak yang sama dengan
laki-laki. 3
Tuntutan persamaan hak perempuan tentunya didasarkan pada beberapa
anggapan bahwa antara perempuan dan laki-laki tidak banyak terdapat perbedaan,
sebagaimana dikemukakan Presiden Pertama Indonesia, Soekarno
dalam
bukunya berjudul kewajiban wanita dalam perdjoangan Republik Indonesia
(Soekarno : 1963 : 30) bahwa:
“... ini tidak menjadi bukti bawa dus kwaliteit otak perempuan itu kurang dari
kwaliteit otak kaum laki-laki,atau ketajaman otak perempuan kalah dengan
ketajaman otak laki-laki. Kwaliteitnya sama, ketajamannya sama hanya
kesempatan-bekerjanya yang tidak sama, kesempatan berkembangnya yang tidak
sama. Maka oleh karena itu, justru dengan alasan kurang dikasihnya kesempatan
oleh masyarakat sekarang pada kaum perempuan, maka kita wajib berikhtiar
membongkar ke-tidak-adilan masyarakat terhadap kepada kaum perempuan itu”.
Perempuan Indonesia memiliki peranan dalam pembangunan di bidang
politik, baik terlibat dalam kepartaian, legislatif, maupun dalam pemerintahan.
Keterlibatan dalam bidang politik ini tidaklah semata-mata hanya sekedar
pelengkap saja melainkan harus berperan aktif di dalam pengambilan keputusan
politik yang menyangkut kepentingan kesinambungan negara dan bangsa.
Hak suara perempuan memiliki kesejajaran dengan laki-laki dalam hal
mengambil dan menentukan keputusan, begitupula apabila wanita terlibat dalam
pemilihan umum untuk memilih salah satu partai politik yang menjadi pilihannya,
3
Arif, Bustanul. Partisipasi Politik Perempuan Dalam Proses Pembuatan KebijakanPublik Di Daerah Jawa
Timur. Sur abaya : Yayasan Cakrawala Timur, hal 30
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
apalagi ia duduk sebagai pengurus dari salah satu partai, seperti dikemukakan
Nilakusuma (1960:180),
“Kita harus insyaf dan mengerti akan keharusan adanya partai-partai di suatu
negara, dan sumbangan-sumbangan apa yang diberikan partai untuk
pembangunan negara dan bangsa.Di samping ini, kita harus mengerti pula. Bahwa
partai-partai itu adalah kumpulan dari orang-orang yang mempunyai ideologi
sama, agar di dalam meneruskan suara merupakan kesatuan yang baik. Dengan
mempunyai kesadaran ini, perempuanpun dapat berdiri sendiri dengan
kecerdasannya, memilih partai yang sesuai dengan cita-citanya.Sungguh
mengecewakan, jika partai-partai itu menjadi sasaran pencari untuk untuk sendiri,
dan wanita dijadikan alatnya karena tidak cukup kesadaran di dalam partai. Jika
wanita duduk di dalam partai, bukanlah semata-mata untuk diberi tugas guna
menyediakan jamuan pada rapat-rapat partainya atau ketika partai kedatangan
tamu agung, tetapi juga memberikan suaranya bersama dengan anggota laki-laki”
Walaupun demikian, bahwa hak-hak politik yang dimiliki perempuan
pada kenyataannya tidaklah sesuai yang diinginkan, sebagaimana Suwondo
(1981:141) mengemukakan:
“Kenyataan bahwa jumlah perempuan yang duduk dalam badan-badan legislatif
belum memadai, disebabkan oleh sistem pencalonan melalui daftar calon, di mana
perempuan dicantumkan di bagian bawah dari daftar. Dan kenyataan yang
menunjukkan bahwa jabatan/kedudukan penentuan kebijaksanaan (policy making)
belum banyak diisi oleh kaum perempuan”
Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peranan perempuan dalam
pembangunan nampaknya harus mendapat porsi yang seimbang dengan kaum
laki-laki, sebagaimana dikemukakan oleh Yusuf (dalam Tan, 1991 : 35) sebagai
berikut,
“Di bidang kehidupan politik, baik dari segi eksekutif, legislatif maupun
yudikatifnya, kepemimpinan perempuan telah mulai diperhitungkan walaupun
belum seimbang dengan proporsinya dalam masyarakat. Jumlah menteri dalam
kabinet terbatas, itupun hanya kepentingan tertentu saja yang mestinya
ditambah.Sekertaris jendral, direktur jendral dapat dihitung dengan jari. Apakah
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
jabatan yang penuh tanggung jawab tersebut harus dipegang oleh pemimpin lakilaki ? pemimpin perempuan dengan kualitas yang sama nampaknya belum
mungkin dipercayai memegang jabatan tersebut”
Kaderisasi bisa diibaratkan sebagi jantungnya sebuah organisasi, tanpa
adanya kaderisasi rasanya sulit dibayangkan suatu organisasi mampu bergerak
maju dan dinamis. Hal ini karena kaderisasilah yang menciptakan embrio-embrio
baru yang nantinya akan memegang tongkat estafet perjuangan organisasi.
Kaderisasi berusaha menciptakan kader yang bukan hanya hebat dalam
mengerjakan suatu program, tapi lebih dari itu. Kaderisasi haruslah mampu
menciptakan kader yang memiliki jiwa pemimpin, memiliki emosi yang
terkontrol, kreatif dan mampu menjadi pemberi solusi untuk setiap permasalahan
serta yang terpenting mampu dan pantas nantinya menjadi seorang teladan bagi
anggotanya.
Pelaku kaderisasi merupakan individu-individu yang telah memiliki
kapasitas yang mantap untuk mengkader para anggotanya dan memahami alur
kaderisasi dalam organisasi tersebut. Sementara sasaran kaderisasi merupakan
individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk menjadi penerus visi dan
misi organisasi.
Kaderisasi merupakan suatu kebutuhan internal yang harus dilakukan
demi kelangsungan organisasi. Seperti hukum alam akan adanya suatu siklus,
dimana semua proses pasti akan terus berulang dan terus berganti. Namun satu
yang perlu kita pikirkan, yaitu format dan mekanisme yang komprehensif dan
mapan, guna memunculkan kader-kader yang tidak hanya mempunyai
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kemampuan di bidang manajemen organisasi, tapi yang lebih penting adalah tetap
berpegang pada komitmen sosial dengan segala dimensinya. Sukses atau tidaknya
sebuah institusi organisasi dapat diukur dari kesuksesannya dalam proses
kaderisasi internal yang di kembangkannya. Karena, wujud dari keberlanjutan
organisasi adalah munculnya kader-kader yang memiliki kapabilitas dan
komitmen terhadap dinamika organisasi untuk masa depan.
(Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2012/07/05/21460/mengapa-harus-ada-
kaderisasi-dalam-organisasi/#ixzz3m0eKFEAp)
Nampaknya tindakan perempuan dalam kaderisasi di partai perlu dikaji
kembali mengingat jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah perempuan yang
seharusnya berperan. Karena itu, perlu dikaji kembali bentuk tindakan yang nyata
dalam kehidupan politik bagi kaum perempuan. Kaderisasi penting bagi
organisasi politik karena menyangkut banyak hal. Diantaranya untuk memenuhi
hak, memenuhi kebutuhan adil, memenuhi Undang-Undang, dan tuntutan
organisasi
Perempuan yang menginginkan karier di bidang politik dapat menjadi
anggota salah satu partai politik yang sesuai dengan ideologinya, terutama dalam
memperjuangkan kaum perempuan. Bagian dari partai politik biasa disebut elite
politik. Elite politik inilah yang berkiprah menjadi kader yang militan pada parpol
yang dipilihnya.
Partai PKS terus mendidik kader kadernya menjadi kader yang solid bagi
partainya. PKS sendiri meruapakan sebuah partai yang memiliki kader yang
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sangat solid. Kader yang solid ini tidak lepas dari pemilihan dan seleksi ketat
dalam merekruit calon anggota. Sistem prekruitan yang ketat ini melalui sistem
management Tarbiyah dengan menerapkan kurikulum dan materi yang di buat
oleh orang orang Tarbiyah PKS. Tarbiyah PKS sendiri menyeleksi, meramu, dan
kemudian mengembangkan sendiri dengan bimbingan seorang murrabbi.
Tarbiyah PKS juga mengadopsi pemikiran pemikiran tokoh tokoh melalui
referensi referensi yang dipakainya. Hasil dari prekruitan PKS ini akan bisa
menghasilkan sebuah modul atau kurikulum untuk di pelajari oleh kader. Ini
menjadi daya tarik dan keberbedaan dibanding partai politik lainnya.
Tarbiyah tersebut dijalankan oleh perempuan – perempuan PKS, sehingga
dalam menjalankan Tarbiyah, perempuan PKS dituntut untuk dapat mencetak
kader yang diharapkan PKS. Tuntutan tersebut harus dibekali kemampuan,
pengetahuan, dan kapabilitas yang nantinya akan dibawa sebagai bekal untuk
memproses kaderisasi selanjutnya.
Perempuan PKS menjalankan fungsi Murabbi, Murrabbi merupakan
sebutan atau julukan bagi seorang guru yang memiliki murid atau binaan yang
dikader, di PKS biasa menyebut murid-murid yang dibina dengan sebutan
Muttarobbi. Setiap pekan diadakan rutin pertemuan langsung dalam suatu
lingkaran kecil yang isinya membahas pengetahuan umum, ajaran-ajaran islam
dan bahkan amalan-amalan sesuai Hadist dan Al Quran.
Berbeda dengan partai lain, kaderisasi tetap dijalankan, tapi fungsi
Murrabbi tidak dijalankan oleh kader partai lain termasuk kader perempuan.
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tahapan-tahapan kaderisasi maisng-masing partai memang berbeda, di PKS
sendiri system manajemen tarbiyahlah yang menjadi program unggulan dan
keberbedaan dengan partai lainnya.
Perekrutan oleh kader dipersiapkan untuk mengikuti proses Pemilu. Salah
satu ciri Negara demokratis rule of law adalah terselenggaranya kegiatan
pemilihan umum yang bebas. Pemilihan umum merupakan sarana politik untuk
mewujudkan kehendak rakyat dalam hal memilih wakil-wakil mereka di lembaga
legislatif serta memilih pemegang kekuasaan eksekutif baik itu presiden/wakil
presiden maupun kepala daerah. Pemilihan umum bagi suatu Negara demokrasi
berkedudukan sebagai sarana untuk menyalurkan hak asasi politik rakyat.
Dalam budaya PKS, perempuan tidak bisa dijadikan sebagai pimpinan
paling atas dalam hal ini adalah presiden PKS, apalagi ketidakmungkinan
perempuan PKS menjadi presiden negara Republik Indonesia. Oleh karena itu
tantangan perempuan PKS dalam menjalankan peran dan posisi perempuan yang
terjadi di tengah partai yang berideologi islam. Perempuan merupakan makhluk
yang dimuliakan oleh Islam. Perempuan PKS dijadikan sebagai “pelengkap”
tugas yang tidak bisa dikerjakan oleh laki-laki PKS.
Partai PKS yang awalnya dianggap paling tenang, mulai goyah semenjak
pasca kasus korupsi daging impor sapi yang menjerat mantan Presiden PKS
Luthfi Hasan Ishaaq. Partai PKS harus menanggung beban sejarah akibat dari
tindakan yang mereka lakukan dan ini tidak bisa dihapus satu atau dua generasi.
Kasus tersebut membuat masyarakat tak percaya lagi terhadap PKS yang
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengusung citra sebagai partai dakwah sehingga
menimbulkan krisis
kepercayaan pada partai PKS ini.
Konflik internal di dalam organisasi tersebut berdampak pada kaderisasi,
yaitu kader yang objektif tambah tidak yakin dengan elite PKS. Perlahan PKS
ditinggalkan pendukungnya.
Pengurangan tersebut
terlihat
dalam kasus
Pemilukada di Banten, dimana suara PKS hilang dua per tiga. Hal yang sama juga
terjadi di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu.
Partai PKS sepertinya berada dipersimpangan jalan. Kondisi seperti ini
tentunya menjadi pelajaran bagi siapapun terutama kalangan internal partai PKS.
Sikap pertama yang harus dikedepankan adalah rasa syukur dan terimakasih pada
pemilih yang „masih percaya‟ pada PKS bukan sebaliknya mencederai hati
mereka dengan sikap yang aneh-aneh dan membuktikan pada seluruh rakyat
Indonesia bahwa kehadiran PKS melalui keterwakilan di DPR benar-benar
membela rakyat dengan semangat ilahiyyah. Salah satu cara adalah menyiapkan
kader yang mampu menjadi teladan di masa yang akan datang
Harus diakui bahwa saat ini internal partai yang solid sebagai bentuk
pencerminan kedewasaan tidak terjadi di banyak partai. Selama yang dibangun
adalah kultur system, bukan kultur individu maka partai ini akan memberi
harapan. Konflik internal di PKS menyebabkan pergantian pucuk pimpinan
presiden partai mengemban amanah di pemerintahan.
Sistem kepartaian harus mengarah pada kondisi dimana klaim „orang
baik‟ itu bukan milik satu golongan. Akan sangat mungkin orang baik itu muncul
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dari berbagai kalangan.Yang perlu dilakukan untuk mewujudkan itu semua adalah
memperkuat kaderisasi melalui ketokohan. Pemulihan citra diharapkan dapat
terjadi melalui kaderisasi tersebut
Dalam situasi krisis seperti yang terjadi selama ini, itu juga dibuktikan
bagaimana soliditas kader masih cukup kuat atau tidak. Proses pergantian
presiden partai dalam waktu cepat, konsolidasi internal jajaran kader secara cepat,
sehingga dalam situasi kritis dan krisis, struktur kader tidak tersandera dan bisa
teralihkan dengan cepat. Respon publik yang sangat besar walaupun ada
kekecewaan, sesungguhnya menjelaskan bahwa ekspektasi publik terhadap PKS
besar.
Dari sisi jumlah kader dalam arti secara sistemik terus bertambah
meskipun tidak ada lonjakan besar.Ini karena kaderisasi yang sistemik ini
membutuhkan ikatan yang kuat antar seseorang dengan partai.
Citra politisi ternyata berimbas kepada ketidakpercayaan publik terhadap
partai politik. Pandangan negatif terhadap parpol terungkap dalam jajak pendapat
Maret 2012 yang disuarakan oleh 80,4% responden. Selain faktor perilaku
korupsi para kader parpol, kinerja parpol juga dinilai mayoritas responden tidak
membaik, yakni belum berpihak kepada kepentingan rakyat (Sumber : Yohan
Wahyu, “Yang Muda dan Berintegritas”, Kompas, 28 Mei, 2012, hal. 5).
Hal tersebut memang menjadi problem dan tantangan bagi hampir semua
parpol. Oleh karena itu, ini adalah peluang politik perempuan PKS untuk
bertindak dalam mengkader massa supaya menjadi bagian dari partai PKS.
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perempuan dalam PKS memiliki kesempatan yang sama dalam
mengaspirasikan ide serta pemikirannya. Perempuan PKS banyak merupakan istri
dari anggota PKS laki-laki lainnya. Hal demikian disebabkan sebagai organisasi
sosial PKS ingin melebarkan eksistensinya dengan men-PKSkan keluarga atau
kerabat sekitar terlebih dahulu. Disini terlihat keterlibatan perempuan PKS di
dalam lingkungan keluarga dalam ruang lingkup kecil, dan di dalam organisasi
partai politik PKS dalam ruang lingkup besar.
Para perempuan PKS merupakan perempuan terkader berbasis islam.
Dimana para perempuan dengan matang menyatakan segalanya butuh ilmu
ketauhidan kepada illahi guna menyikapi hal apapun. Termasuk politik, bagi
mereka politik merupakan hal mendasar yang dibutuhkan untuk berjuang dalam
mensejahterakan umat. Politik adalah sarana dakwah, sehingga para perempuan
memilih dunia politik untuk menyalurkannya.
PKS tidak memandang perempuan dengan laki-laki tidak dengan gender
mainstream namun family main stream dimana perbedaan peran merupakan
sebuah kesatuan keluarga. Sehingga bukan lagi perbedaan laki-laki dan
perempuan dan siapa yang lebih ditonjolkan. Namun sebagai keluarga, menjadi
satu keluarga dalam suatu kesatuan keanggotaan PKS. Dimana laki-laki sebagai
ayah kepala keluarga dan perempuan sebagai ibu manajer dari keluarga, berperan
satu sama lain. Sama-sama membina PKS sebagai suatu kekeluargaan bersama.
Perempuan PKS merupakan perempuan-perempuan konserfative yang
tidak ekspresif mengenai konsep gender. Perempuan PKS lebih menekankan
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
emansipasi perempuan sebagai suatu persamaan hak dan kewajiban. Hal tersebut
dikarenakan perempuan-perempuan PKS ditempa menjadi kader perempuan
berperspektif keislaman. Sehingga perempuan PKS menjadi politisi yang
memiliki moral politik keislaman.
Atas dasar tersebut, PKS menerapkan nilai-nilai di dalam organisasinya
yang membuat perempuan PKS tidak bisa menduduki jabatan presiden PKS,
apalagi menjadi presiden Republik Indonesia. Perempuan PKS biasanya
ditempatkan pada bidang atau departemen yang fungsinya strategis seperti bidang
keperempuanan atau bidang-bidang lain selain menduduki posisi presiden PKS.
Perempuan PKS mempraktekkan politik yang berperikemanusiaan, politik
yang bernaluri, sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Khaldun, kekuasaan dan
politik menurutnya
memiliki tujuan yang substansial yang seharusnya
diformulasikan untuk kemanusiaan, karena keduanya secara naluri berkait dengan
fitrah manusia dan pola pikirnya yang condong kepada maslahat. Dalam cakupan
ini kebutuhan manusia terhadap perlindungan, keamanan, kesejahteraan dan lainlain adalah termasuk bagian dari tanggung jawab politik dan kekuasaan. 4
Oleh karena perspektif tersebut, kita akan dapat mengetahui tindakan
politik perempuan PKS yang dijalankan didalam PKS dalam kaderisasi.
1.2 Rumusan dan Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini peneliti merumuskan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana tindakan politik perempuan dalam kaderisasi politik partai PKS?
4
Khaldun, Ibnu. 2001 Mukaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar. Hal 7
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Bagaimana motif politik perempuan dalam kaderisasi politik partai PKS?
3. Bagaimana kesadaran politik perempuan dalam kaderisasi politik partai PKS
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian adalah konsekuensi dari masalah yang diteliti,
penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh deskripsi tentang tindakan
politik perempuan dalam kaderisasi politik partai PKS.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui
dan
menggambarkan tindakan politik perempuan, motif politik perempuan dan
kesadaran politik perempuan dalam kaderisasi politik partai PKS.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, pengetahuan,
dan wawasan mengenai ilmu komunikasi politik dan dapat dijadikan sumber
dalam melakukan penelitian di perguruan tinggi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada Partai
Politik, khususnya Partai Keadilan Sejahtera mengenai tindakan politik
perempuan dalam kaderisasi politik pada kepemimpinan politik perempuan
partai PKS.
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download