BAB II KAJIAN PUSTAKA , RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Manajemen Pemasaran 1.1 Definisi Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilh pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan dan mengkominikasikan nilai pelanggan yang unggul. Kita dapat membedakan definisi sosial dan manajerial tentang pemasaran. Definisi sosial menunjukan peran yang dimainkan pemasaran dalam masyarakat. Seorang pemasar mengatakan bahwa peran pemasaran adalah “Menyerahkan standar hidup yang lebih tinggi”. Disini ada definisi sosial yang menunjang tujuan kita : Pemasaran suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan. Dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pentingnya pemasaran, keberhasilan keuangan sering tergantung pada kemampuan pemasaran. Operasi, keuangan, akunting, dan fungsi bisnis lainnya sesungguhnya tidak berarti kalau tidak ada permintaaan akan produk dan jasa 15 16 sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba. Pertumbuhan ekonomi NegaraNegara yang sedang berkembang sangat tergantung kepada kemampuan mereka mengembangkan sistem distribusi yang efektif dalam mengelola bahan mentah, hasil industri- industri besar Negara (Inggris, Swedia, Italia) senantiasa mencari praktik – praktik pemasaran modern sebagai sarana meningkatkan ekonomi mereka. Pentingnya pemasaran di dunia usaha akan menjadi lebih jelas jika dijabarkan secara kuantitatif. Antara seperempat dan sepertiga tenaga kerja terlihat dalam kegiatan pemasaran. Ini termasuk semua pegawai yang melakukan kegiatan eceran, grosir, transportasi, pergudangan dan industri – industri komunikasi. (Theodore levitt dari Harvard) Menggambarkan perbedaan pemikiran yang kontras antara konsep penjualan dan pemasaran : Penjualan berfokus pada kebutuhan penjual, sementara pemasaran berfokus pada kebutuhan pembeli. Penjualan memberi perhatian pada kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang tunai, sementara pemasaran mempunyai gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan lewat sarana – sarana produk dan keseluruhan kelompok barang yang dihubungkan dengan hal menciptakan, menyerahkan dan akhirnya mengkonsumsinya. Konsep pemasaran muncul pada pertengahan 1950-an. Sebagai ganti filosofi “buat dan jual”, yang berpusat pada produk, kita bergeser ke filosofi “pahami dan tanggapi” Sebagai ganti “berburu”, pemasaran adalah “berkebun”. Jabatan itu bukan untuk menemukan pelanggan yang tepat bagi produk Anda, melainkan menemukan produk yang tepat bagi pelanggan Anda. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut 17 harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan dan mengomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Pemasaran holistik keseluruhan perangkat kekuatan yang tampak dalam dasawarsa terakhir menuntut praktir dan pemasaran dan bisnis baru. Perusahaan memiliki kapabilitas baru yang dapat mengubah cara mereka melakukan pemasaran. Perusahaan membutuhkan pemikiran segar tentang bagaimana beroprasi dan bersaing dalam lingkungan pemasaran baru. Para pemasar dalam abad ke-dua puluh satu semakin menyadari kebutuhan untuk memiliki satu pendekatan kohesif yang lebih lengkap yang melampaui aplikasi tradisional ata konsep pemasaran. Menurut (Kotler,Keller 2009) Bauran pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran kiat pemasaran untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran. Unsur pokok dalam strategi pemasaran adalah Marketing mix, yang oleh Stanton didefinisikan sebagai kombinasi dari empat variabel atau kegitan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yaitu produk, harga, kegiatan promosi dan system distribusi. Kiat pemasaran tersebut adalah : 1. Produk (Product) Produk adalah segala sesuatu yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia ataupun organisasi. Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. 2. Promosi (Promotion) 18 Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. 3. Harga (Price) Harga adalah nilai yang disebut dalam ruapiah dan sen/medium moneter lainnya sebagai alat tukar. 4. Saluran Distribusi (Distribution) Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang sering tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Macam Kekuatan dalam lingkungan pemasaran, Sunyoto (2013) Meliputi: a. Faktor yang tidak dapat dikenali (uncontrollable factors): 1) Lingkungan makro eksternal Ada enam kekuatan lingkungan makro eksternal yang mempengaruhi sistem pemasaran perusahaan, yaitu: demografi, kondisi ekonomi, persaingan, kekuatan sosisal budaya, kekuatan politik dan hukum serta teknologi. 2) Lingkungan mikro eksternal Lingkungan mikro eksternal ini dapat digambarkan secara visual secara berikut : 19 Gambar 2.1 Lingkungan mikro Eksternal Produsen Perantara Program pemasaran perusahaan Perantara Pasar Pasar adalah sekelompok pembeli actual potensial sebuah produk atau jasa. Pensuplai adalah mereka yang menyuplai bahan mentah dan setengah jadi pada produsen. Perantara pemasaran adalah organisasi bisnis yang membantu mempelancar arus produk atau jasa antara sebuah organisasi pemasaran dan pasarnya. b. Faktor yang dapat dikendalikan (controllable factors) Sistem pemasaran perusahaan juga dipengaruhi oleh kekuatan internal yang dapat dikendalikan oleh organisasi atau perusahaan. 2. Kualitas Pelayanan 2.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan merupakan faktor penting bagi perusahaan. Kualitas pelayanan sebagai penyampaian jasa yang unggul sesuai dengan harapan pengguna jasa. Kualitas merupakan bentuk penilaian atas produk atau jasa yang akan dibeli, apakah sudah memenuhi apa yang diharapkan konsumen. Kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Tjiptono dan Chandra (2005) menyatakan bahwa kualitas pelayanan adalah fungsi harapan konsumen pada pra pembelian, pada proses 20 penyediaan kualitas yang diterima dan pada kualitas output yang diterima. Sehingga kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaian dalam mengimbangi harapan konsumen. Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service atau kualitas jasa yang diharapkan dan kualitas jasa yang diterima atau dirasakan. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang buruk. Menurut Garvin yang dikutip oleh Tjiptono (2006) ada lima macam perspektif kualitas yang berkembang. Kelima macam perspektif inilah yang bisa menjelaskan mengapa kualitas jasa bisa diartikan secara beraneka ragam oleh orang yang berbeda situasi yang berlainan. Adapun kelima macam perspektif mutu kualitas tersebut adalah: a. Transcedental approach Dalam pendekatan ini, kualitas dipandang sebagai innate execellent, dimana mutu kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioprasionalisasikan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam dunia seni musik, drama dan lain sebagainya. 21 b. Product- based approach Pendekatan ini mengganggap bahwa kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk. Karena pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan dan prefensi individual. c. Usser – based approach Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa mutu / kualitas tergantung pada orang – orang yang memandangnya, sehingga produk yang paling memuaskan prefensi seseorang merupakan produk yang berkualitas tinggi. Perspektif yang subjektif dan demand oriental ini juga menyatakan bahwa pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga mutu/kualitas bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimal yang dirasakan. d. Manufacturing – based approach Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan mutu/kualitas sebagai kesesuaian dengan persyaratan. Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara intenal, yang seringkali didorong oleh tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya. Jadi yang menentukan kualitas adalah standart – standart yang telah ditetapkan perusahaan bukan konsumen yang menggunakannya. 22 e. Value – base approach Pendekatan ini memandang mutu / kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga, mutu/kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi yang paling bernilai adalah barang dan jasa yang paling tepat dibeli. 2.2 Faktor – Faktor yang Menentukan Penilaian Kualitas Pelayanan Salah satu cara utama mendiferensiasikan sebuah perusahaan jasa adalah memberikan jasa berkualitas tinggi dari pesaing secara konsisten. Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi harapan kualtas jasa pelanggan. Menurut Berry, Parrasuraman, dan Zeithaml yang dikutip oleh Tjiptono (2005) mengemukakan ada lima kesenjangan (Gap) yang menyebabkan penyajian pelayanan tidak berhasil yaitu : a. Kesenjangan antara harapan konsumen dan pandangan manajemen dimana manajemen tidak mengetahui dengan tepat apa yang diinginkan oleh konsumen atau bagaimana penilaian konsumen terhadap layanan. b. Kesenjangan antara persepsi manajemen tentang harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa (manajemen tidak mengetahui harapan konsumen) yang berakar dari tidak adanya interaksi langsung anatara manajemen dengan konsumen dan atau ketidaksiapan dalam mengakomodasi keduanya. 23 c. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dengan yang senyatanya disajikan (gagal dalam memiliki desain dan standar jasa yang benar), dikarenakan permintaan konsumen itu terlalu sulit diprediksi atau cara perusahaan dan personelnya memproses jasa tidak bisa diubah d. Kesenjangan antara penyampaian jasa aktual dengan komunikasi dengan komunikasi internal komunikasi eksternal kepada konsumen (tidak menyampaikan jasa dengan standar yang berorientasi kepada konsumen), dimana kehendak konsumen dipengaruhi janji – janji yang dibuat perusahaan. e. Kesenjangan anatara jasa yang diharapkan dengan secara aktual diterima (perusahaan tidak menyesuaikan untuk kerja dengan janji – janji perusahaan kepada konsumen), dimana adanya perbedaan antara untuk kerja senyatanya dengan persepsi dimiliki konsumen. 2.3 Faktor – faktor Penyebab Kualitas Pelayanan Buruk Menurut Tjiptono (2005), “Ada berbagai macam faktor yang menyebabkan kualitas pelayanan menjadi buruk. Faktor – faktor tersebut meliputi : a. Produksi dan konsumsi yang terjadi secara simultan. Dalam memberikan pelayanan dibutuhkan kehadiran dan partisipasi pelanggan. Akibatnya masalah timbul masalah – masalah sehubungan dengan interaksi produsen dan konsumen. Beberapa kekurangan yang mungkin ada pada karyawan dalam memberikan pelayanan dan dapat berpengaruh terhadap persepsi pelanggan mengenai kualitas pelayananan, misalnya tidak terampilnya 24 karyawan dalam melayani pelanggan, tutur katanya sopan atau bersikap menyebalkan. b. Intensitas tenaga kerja yang tinggi Keterlibatan tenaga kerja yang intensif dalam melaksanakan pelayanan dapat pula menimbulkan masalah pada kualitas, yaitu tingkat variabilitas yang tinggi. Hal – hal yang bisa mempengaruhinya adalah upah yang rendah (umumnya pegawai yang melayani pelanggan memiliki tingkat pendidikan dan upah yang rendah dalam suatu perusahaan), pelatihan yang kurang memadai atau bahkan tidak sesuai, tingkat turn over pegawai yang tinggi. c. Dukungan terhadap pelanggan internal (pelanggan perantara) kurang memadai Karyawan front-line merupakan ujung tombak dari suatu pelaksanaan pelayanan. Supaya mereka dapat memberikan pelayanan yang efektif, maka perlu mendapat dukungan dari fungsi – fungsi utama manajemen (operasi, pemasaran, keuangan dan SDM). Dukungan tersebut bisa berupa peralatan (perkakas, material, pakaian, seragam), pelatihan, keterampilan maupun informasi. d. Kesenjangan – kesenjangan komunikasi Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa komunikasi mereka faktor yang sangat esensial dalam kotak dengan pelanggan. Bila terjadi kesenjangan dalam 25 komunikasi, maka timbul penilaian atau persepsi negatif terhadap kualitas pelayanan. e. Memperlakukan semua pelanggan dengan cara yang sama Pelanggan adalah manusia bersifat unik, karena mereka memiliki pengalaman dan emosi. Dalam hal ini interaksi dengan pelaksana layanan tidak semua pelanggan bersedia menerima pelayanan yang seragam. f. Perluasan atau pengembangan pelayanan secara berlebihan Bila terlampau banyak menawarkan pelayanan yang baru dan tambahan terhadap pelayanan yang sudah ada, maka hasil yang diperoleh belum tentu optimal, bahkan tidak tertutup kemungkinan timbul masalah – masalah seputar standart kualitas pelayanan. g. Tujuan bisnis jangka pendek Tujuan bisnis jangka pendek bisa merusak kualitas pelayanan yang sekarang dibentuk untuk jangka panjang. 2.4 Dimensi Kualitas pelayanan Kualitas pelayanan menurut Kotler (2009) dipengaruhi lima dimensi mutu pelayanan, yaitu: 1. Tangible (bukti fisik) Bukti fisik dalam kualitas layanan adalah bentuk aktualisasi nyata secara fisik dapat terlihat atau digunakan oleh karyawan sesuai dengan penggunaan dan pemanfaatannya yang dapat dirasakan membantu pelayanan yang diterima oleh orang yang menginginkan pelayanan, sehingga puas atas pelayanan yang dirasakan. 26 Perusahaan menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal, yaitu penampilan peralatan fisik, peralatan personel dan media komunikasi. 2. Reliability (keandalan) Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya, seperti tepat waktu, konsisten dan kecepatan dalam pelayanan. Hal ini berarti perusahaan memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama. Selain itu perusahaan juga menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakati (Tjiptono, 2006). Dalam hal ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan produk atau jasa yang handal. Produk atau jasa jangan sampai mengalami kerusakan atau kegagalan. Perusahaan juga harus jujur dalam menyelesaikan masalah sehingga konsumen tidak merasa ditipu. Pemenuhan janji dalam pelayanan akan terkait kredibilitas perusahaan dalam pelayanan. Keandalan berkaitan dengan kemungkinan suatu produk atau jasa melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu dibawah kondisi tertentu dengan demikian keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan. 3. Responsiveness (ketanggapan) Kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada konsumen dengan penyampaian informasi yang jelas. Para anggota perusahaan harus memperhatikan janji spesifik kepada pelanggan. Unsur lain yang juga penting yaitu para anggota perusahaan selalu siap membantu pelanggan. Apa pun posisi seseorang di perusahaan hendaknya selalu selalu memperhatikan 27 pelanggan. Kemampuan untuk segera mengatasi kegagalan secara profesional dapat memberikan persepsi yang positif terhadap kualitas pelayanan. 4. Assurance (jaminan) Kemampuan atas pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan para anggota perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya. Anggota perusahaan harus tampil lebih kompeten, artinya memilik pengetahuan dan keahlian di bidang masing-masing. Perusahaan harus menekankan faktor pengetahuan dan keahlian kepada para teknisi yang menangani pelayanan. Faktor security, yaitu memberikan rasa aman kepada konsumen. Selain itu, anggota perusahaan juga harus bersikap ramah dengan menyapa konsumen yang datang. 5. Empathy (empati) Kemampuan memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual yang diberikan kepada konsumen dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Persoalan dan masalah dapat muncul dan sejauh mana tingkat kepedulian untuk menyelesaikan masalah, mengerti kemauan dan kebutuhan konsumen dapat diaktualisasikan. Kepedulian terhadap masalah konsumen, mendengarkan serta berkomunikasi secara individual, semua itu akan menunjukkan sejauh mana tingkat pelayanan yang diberikan. Dalam Tjiptono (2011), kualitas layanan telah dijabarkan kedalam dua puluh dua atribut yang telah dijadikan sebagai tabel 2.4 Dimensi dan Atribul model SERVQUAL. 28 Tabel 2.4 Dimensi dan Atribul model SERVQUAL No Dimensi 1. Realibility (Realibilitas) Atribut 1. Menyediakan jasa sesuai dengan yang dijanjikan 2. Dapat diandalkan dalam menangani masalah jasa pelanggan 3. Menyampaikan jasa secara benar semenjak pertama kali 4. Menyampaikan jasa sesuai dengan waktu yang dijanjikan 5. Menyimpan catatan/ dokumen tanpa kesalahan 6. Menginformasikan pelanggan tentang kepastian waktu 2. Responsiveness (Daya 7. Penyampaian jasa Tanggap) 8. Layanan jasa segera/cepat bagi pelanggan 9. Kesediaan untuk membantu pelanggan Assurance 10. Karyawan yang menumbuhkan rasa percaya para 3. (Jaminan) pelanggan 11. Membuat pelanggan merasa aman sewaktu melakukan transasksi 12. Karyawan secara konsisten bersikap sopan 13. Karyawan yang mampu menjawab pertanyaan pelanggan 14. Memberikan perhatian secara individual kepada para 4. Empathy (Empati) pelanggan 15. Karyawan yang memperlakukan pelanggan secara penuh perhatian 16. Sunguh – sungguh mengutamakan kepentingan pelanggan 17. Karyawan yang memahami kebutuhan pelanggan 18. Waktu beroperasi yang nyaman 19. Peralatan modern 5. Tangibles (Bukti fisik) 20. Fasilitas yang berdaya tarik visual 21. Karyawan yang berpenampilan rapi dan profesional 22. Materi – materi berkaitan dengan jasa yang berdaya tarik visual. Sumber : Tjiptono 2011 29 2.5 Analisis Kesenjangan Kualitas Pelayanan Dimensi – dimensi Kualitas jasa yang baik harus diramu dengan baik pula. Bila tidak, hal tersebut dapat menimbulkan kesenjangan antara perusahaan dan pelanggan, karena perbedaaan persepsi mereka tentang wujud pelayanan. Lima kesenjangan (gap) yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai kualitas jasa adalah sebagai berikut : 1. Kesenjangan persepsi manajemen. Yaitu adanya perbedaan antara penilaian pelayanan menurut pengguna layanan dan persepsi manajemen mengenai harapan pengguna layanan. Kesenjangan ini terjadi karena kurangnya orientasi penilaian pemasaran, pemanfaatan yang tidak memadai atau ramuan penelitian, kurangnya interaksi antara pihak manajemen dengan pelanggan, komunikasi dari bawah ke atas yang kurang memadai, serta terlalu banyaknya tingkatan manajemen. 2. Kesenjangan spesifikasi kualitas. Yaitu kesenjangan antara persepsi manajemen mengenai harapan pengguna layanan dan spesifikasi kualitas pelayanan. Kesenjangan terjadi antara lain karena tidak memadainya komitmen manajemen terhadap kualitas jasa, persepsi mengenai ketidaklayakan, tidak memadainya standarisasi tugas dan tidak adanya penyusunan tujuan. 3. Kesenjangan penyampaian pelayanan. Yaitu kesenjagan antara spesifikasi kualitas pelayanan dan penyampaian pelayanan. Kesenjangan ini terutama disebabkan oleh faktor – faktor : (1) ambiguitas peran, yaitu sejauh mana 30 karyawan dapat melakukan tugas sesuai denga harapan manajer tetapi memuaskan pelanggan; (2) konflik peran, yaitu sejumlah mana karyawan meyakini bahwa mereka tidak memuaskan semua pihak; (3) kesesuaian karyawan dengan tugas yang harus dikerjakannya; (4) kesesuaian teknologi yang digunakan oleh karyawan; (5) sistem pengendalian dari atasan, yaitu tidak memadainya sistem penilaian dan sistem imbalan; (6) kontrol yang diterima, yaitu sejumlah mana karyawan merasakan kebebasan atau fleksibilitas untuk menentukan cara pelayanan; (7) kerja tim, yaitu sejauh mana karyawan dan manajemen merumuskan tujuan bersama didalam memuaskan pelanggan secara bersama – sama dan terpadu. 4. Kesenjangan komunikasi pemasaran. Yaitu kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal harapan pelanggan mengenai kualitas dipengaruhi oleh pertanyaan yang dibuat oleh perusahaan melalui komunikasi pemasaran. Kesenjangan ini terjadi karena (1) tidak memadainya komunikasi horizontal dan (2) adanya kesenjangan memberikan janji yang berlebihan. Dalam hal ini komunikasi eksternal telah mendistorsi harapan pelanggan. 5. Kesenjangan dalam pelayanan yang dirasakan. Yaitu perbedaan persepsi anatara jasa yang dirasakan dan diharapkan oleh pelanggan. Jika keduanya terbukti sama, maka perusahaan akan memperoleh citra dan dampak positif. Namun bila yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kesenjangan ini akan menimbulkan permasalahan bagi perusahaan. Terdapat 31 dua hal penting yang menjadi penyebab kesenjangan antara penyampaian jasa dengan komunikasi eksternal, yaitu : a. Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal adalah informasi yang mengalir antara satu departemen dengan departemen lain dalam suatu perusahaan. Tujuan utama dari aliran informasi ini adalah untuk mengkordinasikan kerja sama antar departemen. Namun jika informasi ini tidak terjaga dengan baik, dimana terdapat banyak gangguan dalam penyampaian informasi, maka kesenjangan pun akan terjadi. b. Obral janji yang berlebihan (Muluk) Terkadang perusahaan dalam menghadapi lawan atau pesaing berusaha melebih – lebihkan perusahaannya dengan pesaing lain. Namun terkadang mereka tidak memperhatikan realitas yang ada dalam perusahaannya sendiri, sehingga terjadi obral janji yang terlalu muluk yang tidak sesuai dengan kenyataan yang dimiliki oleh perusahaan. Ketika hal ini terjadi, maka kesenjangan tersebut muncul. 2.6 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Kepuasan pelanggan berkontribusi pada sejumlah aspek krusial, seperti terciptanya loyalitas pelanggan, meningkatya reputasi perusahaan, berkurangnya elastisitas harga, berkurangnya biaya transaksi masa depan, dan meningkatnya efesiensi dan produktivitas karyawan (Tjiptono, 2007). Lupiyoadi dan Hamdani (2006) menyatakan bahwa dengan meningkatnya kepuasan maka pelanggan yang 32 bertahan juga meningkat, sedangkan Fornell (dalam Lupiyoadi dan Hamdani, 2006) menyatakan bahwa tingkat kepuasan tinggi dapat meningkat loyalitas pelanggan dan mencegah perputaran pelanggan, mengurangi sensivitas pelanggan terhadap harga, mengurangi biaya kegagalan pemasaran, mengurangi biaya operasional yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah pelanggan. Meningkatnya efektivitas iklan, dan meningkatnya reputasi bisnis. Menurut Grifin (2005) terdapat 14 hal yang perlu diperhatikan perusahaan agar firts time buyers (pelanggan yang membeli untuk pertama kalinya) melakukan pembelian ulang: a. Tidak lupa mengucapkan terimakasih steleah transaksi terjadi b. Meminta umpan balik dari mereka dan memberikan respon dengan segera c. Gunakan surat yang tidak mendoktrin, maksudnya surat yang berisi tentang cara – cara menggunakan produk/ jasa tanpa bersifat mengurangi d. Tingkatkan nilai perusahaan secara terus menerus e. Menyusun database konsumen f. Komunikasi secara terus menerus g. Memberi gambaran tentang kepemilikan h. Mengubah pembelian ulang menjadi pelayanan i. Memperlakukan biaya pelayanan untuk pelanggan sebagai investasi bernilai j. Menjamin komunikasi dengan pengambilan keputusan k. Mengembangkan komunikasi dengan pengambilan keputusan l. Mengembangkan promosinya untuk pelanggan baru 33 m. Menawarkan garansi produk n. Mengembangkan promosi nilai tambah produk 3. Kepuasan Pelanggan 3.1 Definisi Kepuasan Pelanggan Dari setiap kegiatan yang di lakukan oleh perusahaan pada akhirnya akan bermuara pada nilai yang diberikan oleh pelanggan mengenai kepuasan yang akan di rasakan. Menurut Kotler & Keller (2009) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul setelah membandingkan antara kinerja yang di persepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspresi mereka. Jika kinerja gagal memenuhi ekspektasi, pelanggan akan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan dengan ekspektsi pelanggan akan puas. Jika kinerja sesuai dengan ekspektasi pelanggan akan puas, jika kinerja melebihi ekspektasi pelanggan akan sangat puas atau senang. Dari definisi menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah suatu perasaan senang atau kecewa terhadap ketidak sesuaian yang di rasakan atau di harapkan oleh pelanggan. Assimilation theory menyatakan bahwa evaluasi purnabeli merupakan fungsi positif dari ekspetasi konsumen pra pembelian. Karena proses diskonfirmasi secara psikologi tidak enak dilakukan konsumen, konsumen cenderung secara ekspetual awal. Dengan kata lain, penyimpangan dari ekspetasinya cenderung akan diterima oleh konsumen bersangkutan. 34 Assimilation – contrast theory berpegangan bahwa terjadinya efek asimilasi (assimilation effect) atau efek kontras (contrast effect) merupakan fungsi dari tingkat kesenjangan antara kinerja yang diharapkan dan kinerja aktual. Apabila kesenjangan besar, konsumen akan memperbesar gap tersebut sehingga produk dipersepsikan jauh lebih bagus/buruk dibandingkan kenyataannya (sebagaimana halnya contrast theory). Namun, jika kesenjangannya tidak terlampau besar, assomilation theory yang berlaku. Dengan kata lain, jika rentang deviasi yang bisa diterima (acceptable deviations) dilewati maka kesenjangan antara ekspetasi dan kinerja akan menjadi signifikan dan disitulah efek kontras berlaku. Gambar 2.2 Konsep Kepuasan Pelanggan Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan Keinginan Produk Harapan Pelanggan terhadap produk Nilai Produk Bagi Pelanggan Tingkat Kepuasan Pelanggan Sumber :Tjiptono, Manajemen Pemasaran Jasa (2008) 35 Kepuasan pelanggan adalah suatu perasaan dimana seseorang merasa senang atau kecewa atas kesesuaian/ketidaksesuaian pada hasil kinerja yang dirasakan saat menggunakan jasa/produk. 3.2 Definisi Ekspetasi Pelanggan Ekspetasi pelanggan didefinisikan secara berbeda – beda oleh sejumlah peneliti. Dalam rerangka model diskonfirmasi ekspetasi. Gambar 2.3 Model Diskonfirmasi Ekspetasi Ekspetasi Pra Pembelian Diskonfirmasi Ekspetasi Kepuasan Persepsi kinerja Purnabeli Sumber :Tjitptono dan Chandra , (2011) Teas & Palen dalam Tjiptono dan Chandra, (2011) mengidentifikasikan setidaknya 7 macam konsep eskpetasi: predictive, equitable, deseved, experience – based norms, desired dan minimum tolerable expectations. Tjiptono dan Chandra, (2011) bahkan memaparkan 9 tipe ekspetasi pelanggan yang disusun dalam hirarki. Kendati demikian, konsep ekspetasi yang tampak nya masih mendominasi aplikasi model diskonfirmasi ekspetasi adalah predictive expectations. Berdasarkan model ini, 36 ekspetasi berfungsi sebagai standar perbandingan. Kinerja produk atau jasa pada berbagai atribut atau dimensi relevan dibandingkan dengan ekspetasi. Perbandingan tersebut akan mengasilkan reaksi konsumen terhadap produk/jasa dalam bentuk kepuasan atau persepsi kualitas. 3.3 Untuk Mengukur Kepuasan Pelanggan Ada beberapa alat untuk mengukur kepuasan pelanggan menurut Kotler dalam buku Tjiptono (2007) antara lain : a. Sistem keluhan dan saran Organisasi yang berpusat pada pelanggan memudahkan pelanggan untuk mengajukan saran dan keluhannya. b. Surver kepuasan pelanggan Perusahaan yang responsif akan mengukur kepuasan pelanggan secara langsung dengan menjalankan surver secara periodik, karena saat mengumpulkan data kepuasan pelanggan sangat bermanfaat jika kesempatan tersebut di pakai untuk mengukur keinginan pelanggan untuk membeli kembali dan mengukur kemungkinan atau keinginan untuk merekomendasikan perusahaan atau produk ke orang lain. c. Belanja misterius Perusahaan dapat membayar orang-orang untuk bertindak menjadi calon pembeli untuk melaporkan mengenai titik-titik lemah yang mereka alami saat membeli produk pelanggan dan pesaing. Mereka yang menjadi juru belanja 37 misterius ini bahkan bisa menguji bagaimana peronil penjualan perusahaan menangani berbagai situasi. d. Analisi hilangnya pelanggan Perusahaan seharusnya menghubungi pelanggan yang telah berhenti membeli atau beralih ke pemasok atau perusahaan lain untuk belajar mengapa hal ini terjadi. Bukan saja melakukan wawancara saat pelanggan mulai berhenti membeli, melainkan juga memantau tingkat hilangnya pelanggan. 3.4 Dimensi Kepuasan Pelanggan Menurut Irawan (2008) faktor-faktor yang mendorong kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut: a. Kualitas produk Pelanggan puas kalau setelah membeli dan menggunakan produk tersebut ternyata kualitas produknya baik. b. Harga Untuk pelanggan yang sensitive, biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena pelanggan akan mendapatkan value for money yang tinggi. c. Service quality Kepuasan terhadap kepuasan pelayanan biasanya sulit ditiru. Kualitas pelayanan merupakan driver yang mempunyai banyak dimensi, salah satunya yang popular adalah SERVQUAL. 38 d. Emosional faktor Relatif penting karena rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, bagian dari kelompok orang penting merupakan contoh emosional value yang mendasari kepuasan pelanggan. e. Biaya dan kemudahan Pelanggan akan semakin puas apabila relative mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan. 3.5 Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Dasar bagi loyalitas sejati terletak pada kepuasan pelanggan, dimana kualitas layanan menjadi input utamanya. Pelanggan yang sangat puas atau bahkan yang menyenangi layanan cenderung menjadi pendukung loyal perusahaan, menggabungkan semua pembelian mereka dengan satu penyedia layanan dan menyebarkan berita positif. Sebaliknya, ketidakpuasan menjauhkan pelanggan dan menjadi faktor penentu dalam perilaku beralih. Lovelock (2011) Kaitan antara kepuasan – loyalitas dapat dibagi ke dalam tiga zona : pengalihan (defection), ketidakpedulian (indifference) dan afeksi (affection.) 39 4. Loyalitas Pelanggan 4.1 Definisi Loyalitas Pelanggan Loyalitas merupakan satu kata lama yang biasanya digunakan untuk menggambarkan kesetiaan dan kepatuhan terhadap negara, gerakan atau individu. Belakangan ini, Loyalitas digunakan dalam konteks bisnis, untuk menggambarkan kesediaan pelanggan agar senantiasa menggunakan produk perusahaan dalam jangka panjang. Loyalitas melampaui perilaku dan mencangkup preferensi, kesukaan dan itikad di masa mendatang. Menurut Kotler dan Keller (2009), Loyalitas (Loyalty) adalah komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk atau jasa yang disukai di masa depan meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih. Loyalitas akan terbina menjadi lebih baik jika pengelola mampu membangun kepercayaan pelanggan. Hal tersebut dapat disiasati dengan melakukan perawatan (maintance) pada setiap peralatan dan perlengkapan secara berkala, dengan tujuan agar pelanggan menaruh kepercayaan, bahwa akurasi alat dalam keadaan terkontrol dan mengacu pada standar mutu internasional. Membangun loyalitas pelanggan itu cukup sulit. Sebagian besar orang biasanya hanya memiliki segelintir perusahaan yang benar-benar mereka sukai, yakni memberikan share-of-heart yang tinggi dan yang mereka datangi kembali, yakni memberikan proporsi pengeluaran pelanggan (share-of-wallet) yang tinggi. Hal ini menunjukan bahwa kendati perusahaan menanamkan dana dan upaya yang besar 40 untuk melakukan inisiatif loyalitas, mereka sering kali kurang berhasil dalam membangun loyalitas pelanggan sejati. Loyalitas merupakan kondisi psikologis (attitudinal and behavior) yang berkaitan dengan sikap terhadap produk, konsumen akan membentuk keyakinan, menetapkan suka dan tidak suka. Memutuskan apakah mereka ingin membeli produk. Semakin besar niat pelanggan untuk membeli ulang atau niat untuk merekomendasi suatu perusahaan jasa memberikan suatu indikasi bahwa perusahaan jasa tersebut mempunyai bisnis yang cerah di masa depan. Sehingga dimensi sikap ini merupakan indikasi yang baik untuk pengukuran loyalitas pelanggan. Dengan kata lain, dimensi ini akan memberikan indikasi apakah pelanggan akan tetap membeli lagi atau pindah pada perusahaan jasa lainnya. Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan Hurriyati (2005) pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Melakukan pembelian secara teratur (Makes regular repeat purchase) 2. Membeli di luar lini produk/jasa (Purchase across product and service lines) 3. Merekomendasikan produk lain (Refers other) 4. Menunjukan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing (Demonstrates an immunity to the full of the competition ) 41 4.2 Efek Loyalitas Loyalitas merupakan istilah kuno yang secara tradisional telah digunakan untuk melukiskan kesetiaan dan pengabdian antusias kepada negara, cita-cita atau individu. Lebih belakangan ini, dalam konteks bisnis, istilah ini telah digunakan untuk melukiskan kesediaan pelanggan untuk terus berlangganan pada sebuah perusahaan dalam jangka panjang. Dengan membeli dan menggunakan barang dan jasanya berulang-ulang dan lebih baik lagi secara eklusif dan dengan suka rela merekomendasikan produk perusahaan tersebut kepada teman-teman dan rekanrekanya. Dan itulah tepatnya arti yang dapat diberikan pelanggan yang loyal bagi perusahaan : Sumber pendapatan terus-menerus dalam kurun waktu bertahun-tahun. Namun, loyalitas ini tidak dapat dipastikan begitu saja. Loyalitas akan berlanjut hanya sepanjang pelanggan merasakan bahwa ia menerima nilai yang lebih baik (termasuk kualitas yang lebih tinggi dalam kaitanya dengan harga) dibandingkan dengan yang dapat diperoleh dengan beralihan kepenyedia jasa lain. Jika perusahaan pertama tersebut melakukan sesuatu yang mengecewakan pelanggan atau jika pesaing mulai menawarkan nilai yang jauh lebih baik, risikonya ialah bahwa pelanggan tersebut akan menyebrang. Reichheld dan Sasser dalam Lovelock and Wright (2007) mempopulerkan istilah zero defection (Penyebrangan nol), yang mereka jelaskan sebagai upaya mempertahankan (sebagaimana telah dikatakan, selalu ada beberapa pelanggan yang kepergianya tidak disesali perusahaan). Pelanggan besar tidak selalu menghilang dalam semalam, mereka mungkin akan memberikan sinyal-sinyal ketidaksenanganya 42 yang memuncak dengan terus-menerus mengurangi pembeliaanya. Perusahaan yang tanggap akan mencatat kecenderungan pembelian secara hati-hati dan bertindak cepat untuk menanggapinya dengan strategi pemulihan jasa. 4.3 Dimensi Loyalitas Pelanggan Terdapat empat macam dimensi loyalitas pelanggan menurut Griffin (2005) pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Rata-rata pembelian ulang (Makes regular repeat purchases) Membeli ulang produk atau jasa dengan banyak dan membeli jasa atau produk tambahan. 2. Membeli produk dan pelayanan yang sama (Purchases across product and service lines) Membeli produk atau jasa pada perusahaan yang sama. 3. Memberi rekomendasi atau mempromosikan produk kepada orang lain (Refers others) Merekomendasikan penyedia jasa atau produk kepada orang lain menyampaikan hal positif ke orang lain. 4. Menunjukan kekebalan akan produk yang dimaksud dalam persaingan (Demonstrates immunity) Mendemontrasikan keunggulan produk dan menguji jasa layanan atau produk lain. 43 B. Penilitian Terdahulu Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu No Independen 1 Dependen Variabel Nilai Pelanggan, kualitas layanan Loyalitas Pelanggan, Kepuasan Pelanggan Woro Mardikawati, Naili Farida (2013 ) 2 Independen Dependen Kualitas Pelayanan, Kepercayaan, Kepuasan Pelanggan Loyalitas Pelanggan Widyanto Bangun Prasetyo (2013) 3 Independen Dependen Kualitas Pelayanan Kepuasan Pelanggan ,Loyalitas Pelanggan Ni Putu Sawitri, Ni Nyoman Kerta Yasa, Abdullah Jawas (2013) 4 Independen Dependen Agy Satrio Hutomo (2011) Kualitas Produk, Tingkat kepuasan konsumen Loyalitas Pelanggan Judul Penilitian Pengaruh Nilai Pelanggan dan Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan, melalui Kepuasan Pelanggan pada Pelanggan Bus Efisiensi (studi PO Efisiensi Jurusan Yogyakarta – Cilacap) Pengaruh Kualitas Pelayanan, kepercayaan dan Kepuasan pelanggan terhadap Loyalitas pelanggan (studi kasus pada swalayan luwes purwodadi) Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Tegal Sari Accomadition di Ubud Pengaruh Kualitas Produk dan Tingkat kepuasan konsumen terhadap Loyalitas pelanggan pada produk makanan Tela Krezz Cabang Bekasi Hasil Penelitian Untuk Mengetahui pengaruh nilai pelanggan dan kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan Bus efisiensi Bahwa semua Variabel bebas secara bersama – sama mampu mempengaruhi variabel terikat loyalitas variabel secara terikat Menunjukan Kualitas Pelayanan Berpengaruh signifikam terhadap kepuasan, kepuasan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas, kualitas pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Tegal Sari Accomodation Ubud Menunjukan bahwa kualitas produk dan tingkat kepuasan konsumen secara bersama – sama berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan 44 No 5 Independen Dependen Variabel Kualitas Layanan Kepuasan , Loyalitas Pelanggan A.A Ayu Atika Paramitha Wendha, I Ketut Rahyuda, I Gst. A. Kt. G. Suasana (2013) 6 Independen Dependen 7 8 Kualitas Produk, Harga Loyalitas Pelanggan, Kepuasan Pelanggan Suwarni, Septiana Dwi Mayasari (2009) Independen Kualitas Layanan, Kualitas Produk, Nilai Nasabah Dependen Kepuasan, Loyalitas Nasabah Didik Kurniawan (2013) Independen Dependen Reza Dimas Sigit P, Farah Oktafiani SE, MM (2014) Kualitas Pelayanan Kepuasan pengguna jasa Judul Penelitian Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan GARUDA INDONESIA di Denpasar Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan Pelanggan Pengaruh Kualitas Layanan, Kualitas Produk dan Nilai Nasabah Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Nasabah (Studi kasus Bank BPD DIY Syariah) Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Pengguna jasa Lapangan Futsal (Studi kasus pada IFI Futsal Bandung) Hasil Penelitian Menunjukan Bahwa hipotesis yang diacukan seluruhnya memperoleh dukungan yaitu : 1) kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan, 2) kepuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas, 30 kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Garuda Indonesia di Denpasar 1) Ada pengaruh penting pada kualitas hasil dan kepuasan,2) Berpengaruh signifikan kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan Kualitas layanan tidak berpengaruh positif tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah kualitas produk tidak berpengaruh positif terhadap signifikan terhadap loyalitas nasabah, nilai nasabah berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas nasabah. Kualitas pelayanan memberikan pengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan 45 C. Rerangka Pemikiran Gambar 2.4 Rerangka Pemikiran Kualitas Pelayanan (X1) H1 Loyalitas Pelanggan H3 (Y) H2 Kepuasan Pelanggan (X2) 46 D. HIPOTESIS Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1 : Kualitas Pelayanan Berpengaruh Positif (+) terhadap Loyalitas Pelanggan H2 : Kepuasan Pelanggan Berpengaruh Positif (+) terhadap Loyalitas Pelanggan H3 :Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan Berpengaruh Positif terhadap Loyalitas Pelanggan