9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Laba 1.1. Konsep Laba (Income Concept) Laba atau income sering juga disebut earnings atau profit, merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Laba merupakan informasi perusahaan paling diminati dalam pasar uang. Peran utama laba yaitu menentukan dan menjelaskan laba suatu usaha pada satu periode merupakan tujuan utama laporan laba rugi. (Subramanyam Ed 10:109) Laba ditugaskan untuk menyediakan pengukuran perubahan kekayaan pemegang saham selama periode, maupun mengestimasi laba usaha sekarang yaitu sampai sejauh mana perusahaan dapat menutupi biaya operasi dan menghasilkan pengembalian kepada pemegang sahamnya. Peran laba yang kedua yaitu sebagai indikator profitabilitas perusahaan, sangat krusial bagi seorang analis, karena membantu dalam mengestimasi potensi laba di masa depan, yang tidak diragukan lagi merupakan satu dari tugas yang terpenting dalam analisis usaha. (Subramanyam Ed 10:109) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 Laba akuntansi atau laba dilaporkan (accounting income or reported income) ditentukan berdasarkan konsep akuntansi akrual. Meskipun laba akuntansi sangat merefleksikan aspek laba ekonomi maupun laba permanen, namun laba ini bukan merupakan pengukuran laba secara langsung seperti kedua laba lainnya. Laba akuntansi juga mengalami masalah pengukuran, sehingga mengurangi kemampuannya dalam mencerminkan realitas ekonomi. Konsekuensinya, tugas utama analisis laporan keuangan adalah menyesuaikan laba akuntansi, sehingga merefleksikan alternatif konsep ekonomi atas laba dengan lebih baik. (Subramanyam Ed 10:112) Tujuan utama akuntansi akrual adalah pengukuran laba. Dua proses utama dalam pengukuran laba adalah pengakuan pendapatan dan pengaitan beban. Pengakuan pendapatan adalah titik awal pengukuran laba. Dua kondisi wajib untuk dapat diakui bahwa pendapatan: a) Telah atau dapat direalisasikan (realized atau reliazable). Untuk dapat diakui, perusahaan harus telah mendapatkan kas atau komitmen andal untuk mendapat kas, seperti piutang yang sah. b) Telah dihasilkan (earned). Perusahaan harus menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada pembeli, yaitu proses perolehan laba harus telah selesai. Pendapatan yang diakui adalah biaya–biaya yang bersangkutan dikaitkan dengan pendapatan yang diakui untuk mendapatkan laba. Beban timbul ketika peristiwa ekonominya terjadi, tanpa memperhatikan apakah arus kas keluarnya terjadi atau tidak. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Laba akuntansi merupakan produk dengan ruang lingkup pelaporan keuangan yang meliputi standar akuntansi mekanisme pengaturan, dan insentif manajer. Laba diatur oleh aturan akuntansi yang beberapa di antaranya memiliki aturan, sedangkan yang lainnya tidak. Aturan ini sering kali membutuhkan estimasi yang memungkinkan adanya perlakuan berbeda untuk transaksi yang sama dan memberikan kesempatan kepada manajer untuk ‘mempercantik’ angka akuntansi demi kepentingan pribadi. (Subramanyam Ed 10:113). Menurut Belkaoui (2007:213) Laba Akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dan transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Menurut Yadianti (2010:92) secara sintaktis accounting income atau laba akuntansi merupakan hasil penandingan antara pendapatan dan beban, atau selisih antara pendapatan atau beban yang berdasarkan pada prinsip realisasi atau aturan matching yang memadai. Menurut Yulius & Yocelyn (2012) Laba akuntansi didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) no. 1 menyatakan informasi laba merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Informasi laba dapat membantu stakeholder http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 melakukan penaksiran atas laba perusahaan di masa mendatang (Widaryanti, 2009). Informasi akuntansi yang memiliki kandungan informasi dibutuhkan stakeholder dalam pengambilan keputusan sebagai tolak ukur kinerja perusahaan. Belkaoui (2007:217) menyatakan laba akuntansi memiliki lima karakteristik sebagai berikut: 1) Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualan barang atau jasa. 2) Laba akuntansi didasarkan pada posultat periodisasi dan mengacu pada kinerja perusahaan selama periode tertentu. 3) Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi pengukuran dan pengakuan pendapatan. 4) Laba akuntansi memerlukan pengukuran biaya (expenses) dalam bentuk biaya historis. 5) Laba akuntansi menghendaki adanya perbandingan antara pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan. Karakteristik laba berkaitan dengan identifikasi sifat laba sehingga memungkinkan untuk menganalisa transaksi yang dapat mempengaruhi laba. Kualitas laba akuntansi yang dilaporkan oleh manajemen menjadi pusat perhatian oleh pihak eksternal perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 Laba perusahaan yang berkualitas adalah laba akun yang memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan presepsian dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Dari definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laba merupakan selisih yang diperoleh dari pendapatan yang dikurangkan biaya-biaya. 1.2. Konsep Laba Konvensional Menurut Triyuwono (2001:9) laba atau profit dalam akuntansi konvensional merupakan kelebihan pendapatan (surplus) dari kegiatan usaha, yang dihasilkan dengan mengaitkan (matching) antara pendapatan (revenue) dengan beban terkait dalam suatu periode yang bersangkutan. Dalam akuntansi konvensional investor seolah-olah dianggap sebagai peminjam modal bukan sebagai pemilik usaha. 1.3. Konsep Laba Dalam Tataran Semantik Menurut Hendriksen (2000:130) konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba bermanfaat dan bermakna sebagai informasi. Terdapat beberapa konsep atau fungsi laba dalam tataran semantik, yaitu pengukur kinerja, konfirmasi harapan investor, dan sebagai estimator laba ekonomik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 1.4. Konsep Laba Dalam Tataran Sintatik Menurut Hendriksen (2000:130) konsep laba dalam tataran sintatik membahas mengenai bagaimana laba diukur, diakui, dan disajikan. Terdapat beberapa kriteria atau pendekatan dalam konsep ini, yaitu pendekatan transaksi, pendekatan kegiatan, dan pendekatan pemertahanan capital. 1.5. Konsep Laba Dalam Tataran Pragmatik Menurut Hendriksen (2000:130) konsep laba dalam tataran pragmatik membahas mengenai apakah informasi laba bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya digunakan. Beberapa pendekatan laba dalam konsep laba tataran pragmatik yaitu prediktor aliran kas, sarana kontrak efisien, alat pengendalian manajemen, dan kandungan informasi laba dalam teori pasar efisien. 1.6. Alternatif Klasifikasi dan Pengukuran Laba Klasifikasi laba secara tepat penting artinya dalam analisis. Laba dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi utama, yaitu: a) Klasifikasi operasi dan non-operasi, terutama bergantung pada sumber pendapatan atau beban yaitu apakah timbul dari operasi perusahaan yang masih berlangsung atau dari transaksi-transaksi efek atau aktivitas pendanaan. b) Klasifikasi berulang atau tidak berulang terutama bergantung pada perilaku dari pendapatan atau beban yaitu apakah diharapkan akan terus terjadi atau hanya terjadi satu kali. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Pengukuran laba akuntansi alternatif. Laporan laba rugi biasanya menyajikan tiga pengukuran laba alternatif: a) Laba bersih atau net income dianggap sebagai hasil akhir pengukuran laba, meskipun pada kenyataanya tidaklah demikian. Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principles – GAAP) memperkenankan sejumlah penyesuaian langsung terhadap ekuitas yang disebut pos surplus kotor (dirty surplus), tanpa melalui laporan laba rugi. SFAS 130 mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan pengukuran laba alternatif yang disebut pendapatan komprehensif. b) Pendapatan komprehensif (comprehensive income) mencerminkan hampir seluruh perubahan pada ekuitas yang tidak berasal dari aktivitas pemilik (seperti dividen atau penerbitan saham). Hal ini berarti pendapatan komprehensif merupakan pengukuran laba baris terbawah dan merupakan perkiraan akuntansi atas laba ekonomi. Pendapatan komprehensif berbeda dengan laba bersih karena laba ini mencerminkan keuntungan dan kerugian atas kepemilikan yang belum direalisasi, penyesuaian translasi (penjabaran) valuta asing, dan tambahan penyesuaian kewajiban pensiun minimum (yang tidak dilaporkan adalah keuntungan dan kerugian derivatif yang juga memengaruhi laba komprehensif) c) Laba dari operasi yang masih berlangsung (continuing income) merupakan suatu pengukuran yang mengeluarkan pos luar biasa, dampak kumulatif perubahan akuntansi, dan dampak penghentian operasi. Karena alasan ini, laba dari operasi yang masih berlangsung sering disebut laba http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 sebelum pos luar biasa, laba sebelum penghentian operasi, atau laba sebelum dampak kumulatif perubahan akuntansi dan kombinasinya. Perusahaan yang tidak memiliki komponen di atas tidak perlu melaporkan laba dari operasi yang masih berlangsung. 1.7. Tujuan Pelaporan Laba Laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya secara akrual. Pengertian seperti ini akan mempermudah di dalam pengukuran dan pelaporan laba secara objektif. Pendefinisian laba seperti ini juga akan lebih bermakna sebagai pengukur kembalian atas investasi daripada sekedar perubahan kas. Berdasarkan pengertian dan cara pengukuran, laba akuntansi diharapkan dapat digunakan sebagai: pengukur efisiensi, pengukur kinerja entitas dan manajemen, dasar penentuan pajak, sarana alokasi sumber ekonomik, penentuan tarif jasa publik, optimalisasi kontrak utang-piutang, basis kompensasi, motivator, dasar pembagian dividen. Menurut Anis dan Imam (2003:216) mengutarakan tujuan pelaporan laba sebagai berikut : a) Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital). b) Sebagai pengukur prestasi manajemen. c) Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak. d) Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 e) Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus. f) Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. g) Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran. h) Sebagai dasar pembagian deviden. 1.8. Jenis-Jenis Laba Laba kotor menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:120) merupakan pendapatan dikurangi harga pokok penjualan. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan. Laba operasi menurut Stice, Stice, dan Skousen (2004:243) mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi. Laba operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya. Laba sebelum pajak menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:25) merupakan laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan. Laba bersih menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:25) merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 1.9. Perubahan Laba Perubahan laba adalah kenaikan atau penurunan laba pertahun ketahun. Laba yang digunakan adalah laba relatif. Digunakannya angka relatif didasari alasan angka laba tersebut lebih representatif dibandingkan laba absolute. Dasar perhitungan laba adalah laba sebelum pajak (Machfoedz dalam Warsidi dan Pramuka 2000:6). Hanafi dan Halim (1995) menyatakan pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a) Besarnya perusahaan Semakin besar perusahaan, maka ketetapan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi. b) Umur perusahaan Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketetapannya masih rendah. c) Tingkat leverage Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketetapan pertumbuhan laba. d) Tingkat penjualan Tingkat penjualan dimasa lalu yang tinggi, maka semakin tinggi tingkat penjualan dimasa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 e) Perubahan laba masa lalu Semakin besar pertumbuhan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang akan diperoleh dimasa mendatang. Menurut Sukardi (2005) laba perusahaan dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling berkaitan satu ama lain, yaitu: a) Volume produk yang dijual Volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi dan volume produksi mempengaruhi biaya. b) Harga jual produk Harga jual mempengaruhi volume penjualan. c) Biaya Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki. Pengaruh NPM terhadap perubahan laba, NPM dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan perusahaan yang akan datang dalam memprediksi pertumbuhan laba. Menurut Slamet (2003) menyatakan ukuran NPM yang tinggi menandakan adanya kemampuan perusahaan yang tinggi dalam menghasilkan laba bersih pada penjualan terterntu. Bukti empiris pada hubungan NPM dengan perubahan laba yang ditunjukkan oleh Meity, (2005), Hapsari (2007) menganalisis bahwa NPM berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan laba. Demikian juga hasil yang sama oleh Asyik http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 dan Soelistyo (2000) dan Suwarno (2004) yang dalam penelitiannya menunjukkan NPM juga berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan laba. Syamsudin (2009) menunjukkan NPM berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap perubahan laba. Penelitian lain oleh Usman (2003) dan Juliana (2003) bahwa tidak ada pengaruh NPM terhadap perubahan laba. Walaupun bukti empiris memunjukkan hasil yang bertentangan, namun secara teoritis NPM mempengaruhi perubahan laba. Menurut Riyanto (2010:37) Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales. Pengertian Profit Margin menurut Munawir (2010:89) Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Menurut Riyanto (2013:336) Net Profit Margin adalah suatu rasio yang mengukur keuntungan netto per Rupiah penjualan. Net Profit Margin (NPM), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan, rasio ini akan menggambarkan penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total penjualan. Pengukuran rasio dapat dilakukan dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Menurut Kasmir (2008:185) Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan dan jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap aktiva. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menghasilkan penjualan selama satu periode tertentu. Menurut Mamduh M. Hanafi (2003:81) rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan efektivitas penggunaan total aset. Perputaran total aset menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aset untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Sugiyarso dan Winami (2005:117) mengungkapkan dengan demikian perputaran total aset dapat dicari dengan membagi penjualan dengan total aset. Total asset turn over menurut Brigham (2001:75) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva perusahaan, rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva. Sedangkan pengertian total asset turn over menurut Lukman syamsuddin (2000:62) adalah total asset turn over menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan seluruh aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Pengaruh ROA terhadap perubahan laba, perubahan ROA menunjukkan perubahan kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasi. Kasmir (2012) mengatakan bahwa ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 dalam memperoleh profitabilitas dan manajerial efisiensi secara overall. Bukti empiris pada hubungan antara ROA dengan perubahan laba bermacam-macam. Beberapa peneliti seperti Sudarini (2005) dan Triono (2007) menunjukkan ROA berpengaruh positif terhadap perubahan laba. Sedangkan peneliti lain Ariyanti (2010) menemukan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Walaupun bukti empiris menunjukkan hasil yang berbeda, namun secara teoritis ROA mempengaruhi perubahan laba. Return on asset menurut Kasmir (2010:201) adalah hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama return on investment (ROI) atau return on total asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Return on asset Menurut Lukman Syamsuddin (2000:63) pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jalan keseluruhan aktiva yang tersedia. Berdasarkan pengertian para ahli maka dapat disimpulkan bahwa return on asset adalah pengukuran kemampuan perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Menurut Brigham dan Houstom (2006) menyatakan ROE merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari pemegang saham biasa. Apabila semakin tinggi rasio ini, maka http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 akan semakin besar tingkat pengembalian dana yang diberikan kepada pemegang saham. Bukti empiris pada hubungan antara ROE dengan perubahan laba ditunjukkan oleh hasil penelitian Wifkiya (2008) dan Hanum (2010) menunjukkan ROE berpengaruh positif terhadap perubahan laba. Sedangkan penelitian oleh Herawati (2004) bahwa ROE signifikan dan bertanda negatif. Penelitian oleh Sitorus (2005) menemukan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap perubahan laba. Walaupun bukti empiris memunjukkan hasil yang bertentangan, namun secara teoritis ROE mempengaruhi perubahan laba. Maju mundurnya perusahaan tercermin dari keuntungan yang diperoleh setiap tahun. Suatu perusahaan yang kadang-kadang menderita rugi menandakan bahwa peusahaan itu menghadapi stagnan yang berbahaya. Apabila investor ingin memilih salah satu di antara banyak jenis saham, maka unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi harus dibandingkan untuk mengetahui perusahaan mana yang paling produktif dilihat dari segi return on equity menurut Samsul (2006:130131). Return on equity adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan modal yang dimiliki menurut Sutrisno (2005:239). Rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. Return on equity mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan menurut Sawir (2005:20) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 Return on equity digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat imbal hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini. Semakin tinggi return yang dihasilkan sebuah perusahaan, akan semakin tinggi harganya menurut Tambun (2007:146) 1.10. Keunggulan dan Kelemahan Laba Akuntansi Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim (2005) adalah: a) Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. b) Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuj kebenaran sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti. c) Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi memenuhi dasar konservatisme. d) Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dgn pertanggungjawaban manajemen. Menurut Belkaoui (2007:230) beberapa keunggulan dan kelemahan laba akuntansi adalah : Keunggulan Laba Akuntansi: 1) Laba Akuntansi masih bermanfaat membantu pengambilan keputusan ekonomi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 2) Dapat diuji kebenarannya karena didasarkan pada transaksi atau fakta aktual yang didukung bukti objektif. 3) Memenuhi kriteria konsevatisme artinya laba akuntansi tidak mengakui perubahan nilai tapi hanya mengakui laba yang direalisasi. 4) Masih dipandang bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama pertanggungjawaban. Kelemahan Laba Akuntansi: 1) Laba Akuntansi gagal mengakui kenaikan nilai aset yang belum direalisasi dalam suatu periode karena prinsip biaya historis dan prinsip realisasi. 2) Laba Akuntansi yang didasarkan pada prinsip biaya historis mempersulit perbandingan laporan keuangan karena adanya perbedaan metode perhitungan cost dan metode alokasi. 3) Laba Akuntansi didasarkan pada prinsip realisasi, biaya historis, dan konservatisme dapat memaksimalkan menghasilkan data yang menyesatkan dan tidak relevan. 2. Nilai Kurs Mata Uang Rupiah Terhadap Dolar Amerika Samuelson dan William (2005:620) menjelaskan bahwa kurs mata uang asing atau valas. Valas adalah harga mata uang asing dalam satuan mata uang domestik. Menurut Thian Hin (2004:2) terdepresiasinya mata uang Rupiah terhadap mata uang asing secara tajam merupakan akibat dari berbagai faktor yang kompleks, yaitu faktor domestik Indonesia, regional maupun internasional. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Bursa saham tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor ekonomi maupun non ekonomi yang ada. Jadi nilai tukar atau harga mata uang asing adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap suatu mata uang negara lainnya. Suatu mata uang dikatakan semakin mahal jika nilai tukarnya semakin menguat, dan begitu juga sebaliknya. Untuk mengetahui perkembangan nilai tukar Rupiah (per satu Dolar Amerika) digunakan analisis kurs harian nilai tukar Rupiah. Nilai tukar suatu mata uang atau kurs adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara asing lainya (Thobarry, 2009). Definisi yang lebih lengkap mengenai kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah sering disebut dengan kurs (exchange rate). Nilai tukar biasanya berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupa depresiasi dan apresiasi. Depresiasi mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat artinya suatu penurunan harga Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah. Sedangkan apresiasi Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat adalah kenaikan Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (Anwary, 2011:17) Saat ini Indonesia menganut sistem kurs mengambang secara penuh sejak 14 Agustus 1997. Sejak sistem mengambang penuh diberlakukan, kurs Rupiah mengalami depresiasi terhadap Dolar Amerika Serikat yang sangat tajam (Anwary, 2011:17). Pada dasarnya terdapat lima jenis sistem kurs utama yang berlaku (Kuncoro,2003) yaitu sistem kurs mengambang (floating exchang rate), http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak (crawling pegs), sekeranjang mata uang (basket of currencies), kurs tetap (fixed exchange rate). Jenis sistem kurs mengambang, ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter apabila ada terdapat campur tanga pemerintah maka system ini termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange rate). Pada sistem kurs tertambat, suatu negara menambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu atau sekelompok mata uang negara lainnya yang merupakan negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan, ini berarti mata uang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang menjadi tambatannya. Sistem kurs tertambat merangkak, di mana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak ke arah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu. Keuntungan utama dari sistem ini adalah negara dapat mengukur penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika di banding dengan sistem kurs terambat. Sistem sekeranjang mata uang, keuntungannya adalah sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar dalam sekeranjang mata uang. Mata uang yang di masukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Sistem kurs tetap, dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau menjual valas dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs tersebut. Bagi negara yang sangat rentan terhadap gangguan eksternal, misalnya memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan internal, seperti sering mengalami gangguan alam. Teori Purchasing Power Parity 2.1. Teori paritas daya beli ini menyatakan kurs antara dua mata uang akan melakukan penyesuaian yang mencerminkan perubahan tingkat harga dari kedua negara. Teori paritas daya beli ini tidak lain merupakan aplikasi hukum satu harga pada tingkat harga secara keseluruhan, bukan harga dari satu barang saja (Mishkin, 2010). Gustav Cassell (1981) menekankan hubungan keseimbangan jangka panjang antara kurs dengan tingkat bunga, di mana kurs mata uang mencerminkan perbandingan antara tingkat harga di suatu negara dengan tingkat harga negara lain. Dasar konsep PPP adalah bahwa perbandingan nilai suatu mata uang ditentukan oleh daya beli uang tersebut terhadap barang dan jasa di masingmasing negara. Konsep PPP dapat dilihat dalam 2 (dua) sudut pandang, yaitu PPP absolut dan PPP relatif. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 a) Purchasing Power Parity (PPP) Absolute PPP absolute merupakan bentuk PPP yang kaku. Versi PPP absolute ini terjadi jika suatu bundle barang di negara domestik dibandingkan dengan harga bundle barang yang di luar negeri yang diubah oleh nilai tukar ke ukuran nilai tukar dalam negeri, kemudian harganya akan sama. Formula PPP absolute adalah (Kindleberger,1992): πΈππ=ππ ππ Di mana Eab adalah nilai tukar mata uang dalam negeri yang didefinisikan sebagai satuan mata uang dalam negeri per satuan mata uang luar negeri. Pa adalah tingkat harga dalam negeri. Pb adalah tingkat harga luar negeri. Persamaan di atas menjelaskan hubungan antara nilai tukar dan tingkat harga domestik. Implikasinya adalah dengan tingkat harga dalam negeri yang lebih tinggi dibandingkan tingkat harga luar negeri, maka nilai tukar dalam negeri juga harus lebih tinggi (depresiasi) untuk tetap menjaga PPP. Persamaan di atas juga menjelaskan bahwa nilai tukar dapat mempengaruhi keseimbangan pasar uang melalui hubungannya ke harga domestik dan harga luar negeri. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 Gustav Cassell (1981) sudut pandang PPP absolute, kurs mata uang merupakan pencerminan dari rasio tingkat harga dalam negeri terhadap tingkat harga luar negeri atau dapat dirumuskan sebagai persamaan berikut: π= π π∗ Di mana S = kurs valuta asing P = harga dalam negeri P* = harga luar negeri Persamaan PPP absolute dapat diubah menjadi: π=ππ₯π∗ Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Satu Harga (Law of One Price) yang menyatakan bahwa untuk barang yang sama dijual dengan harga yang sama di semua negara. Jika harga dalam negeri lebih tinggi daripada harga luar negeri, akan mengakibatkan adanya kenaikan jumlah impor karena harga luar negeri relatif lebih murah sehingga kurs terdepresiasi. Akibat kurs terdepresiasi, harga dalam negeri akan turun sampai terjadi keseimbangan antara dua harga tersebut. Penyimpangan dari konsep ini dapat mengarah pada keadaan arbitrase. Arbitrase merupakan kegiatan dalam mengambil keuntungan dengan memanfaatkan informasi mengenai perbedaan harga suatu barang di pasar yang berbeda. Seorang arbitrator akan membeli barang dari pasar yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 memiliki harga yang rendah (pasar A) dan akan menjual kembali barang tersebut ke pasar lain yang memiliki harga yang lebih tinggi (pasar B), sehingga ia akan memperoleh keuntungan. Namun keadaan ini tidak akan berlangsung dalam jangka panjang, karena adanya kenaikan permintaan barang di pasar A, maka harga barang di pasar A tersebut akan mengalami kenaikan. Dan sebaliknya, harga barang di pasar B akan mengalami penurunan karena adanya kenaikan penawaran. Kondisi ini akan berlanjut sampai dengan hukum satu harga terpenuhi atau harga barang di kedua pasar menjadi sama. b) Purchasing Power Parity (PPP) Relative Krugman (1992), menyebutkan bahwa pada teori paritas daya beli secara relatif atau purchasing power parity relative (PPP relatif), kurs valuta asing akan berubah untuk dapat mempertahankan purchasing power. Pada teori paritas daya beli secara relatif, kurs valuta asing dinyatakan sebagai persentase perubahan tingkat harga domestik terhadap persentase perubahan tingkat harga luar negeri. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Gustav Cassell (1981) PPP relatif menyatakan bahwa persentase perubahan kurs merupakan selisih antara persentase perubahan tingkat harga (tingkat inflasi) dalam negeri dengan perubahan tingkat harga (tingkat inflasi) luar negeri atau dengan persamaan: %Δπ = %Δπ − %Δπ ∗ Dimana %βS = persentase perubahan kurs %βP = persentase perubahan tingkat harga dalam negeri %βP* = persentase perubahan tingkat harga luar negeri Nilai tukar dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal menunjukkan harga relatif mata uang dan dua negara, sedangkan nilai tukar riil menunjukkan tingkat ukuran (rate) suatu barang dapat diperdagangkan antar negara. Jika nilai tukar riil tinggi berarti harga produk luar negeri relatif murah dan harga produk domestik relatif mahal. Persentase perubahan nilai tukar nominal sama dengan persentase perubahan nilai tukar riil ditambah perbedaan inflasi antara inflasi luar negeri dengan inflasi domestik (persentase perubahan harga inflasi). Jika suatu negara luar negeri lebih tinggi inflasinya dibandingkan domestik (Indonesia) maka Rupiah akan ditukarkan dengan lebih banyak valas. Jika inflasi meningkat untuk membeli valuta asing yang sama jumlahnya harus ditukar http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 dengan Rupiah yang makin banyak atau depresiasi Rupiah (Herlambang, 2001). 2.2. Teori Interest Rate Parity Teori Interest Rate Parity menyatakan perbedaan tingkat bunga pada international money market akan cenderung sama dengan forward rate. Dengan kata lain berdasarkan teori Interest Rate Parity akan dapat ditentukan berapa perubahan kurs bila terdapat perbedaan tingkat bunga antara dua Negara (Hamdy, 2001). Kondisi paritas suku bunga adalah kondisi keseimbangan untuk pasar valuta asing. Hanya ketika kurs yang membuat perkiraan tingkat pengembalian aset domestik dan aset luar negeri adalah sama yaitu ketika kondisi paritas suku bunga terpenuhi maka aset domestik dan aset luar negeri akan bersedia dipegang (Mishkin, 2010). Kondisi paritas suku bunga dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana kurs ditentukan. Hubungan antara kurs dengan tingkat bunga dari pasar uang menurut teori Interest Rate Parity dapat ditetukan dengan formula berikut (Mishkin,2010) πΈ ππ‘+1 Et= ( πΉ ) π − ππ· + 1 Dimana Et adalah kurs pada saat ini, Ee t+1 kurs pada periode berikutnya, iF adalah suku bunga luar negeri dan iD adalah suku bunga dalam negeri. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 Menjelaskan jika tingkat suku bunga dalam negeri naik kurs akan mengalami peningkatan dan apabila tingat suku bunga luar negeri naik maka kurs akan mengalami penurunan. Kebijakan yang dapat digunakan untuk mencapai sasaran stabilitas harga atau pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan-kebijakan moneter dengan menggunakan instrumen moneter (suku bunga atau agregat moneter). Salah satu jalur yang digunakan adalah jalur nilai tukar, berpendapat bahwa pengetatan moneter yang mendorong peningkatan suku bunga akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar karena adanya pemasukan modal dan luar negeri (Arifin, dalam Triyono 2008). Menurut Hamdy Hady (2006) nilai tukar atau kurs adalah suatu rasio atau perbandingan antara mata uang domestik (dalam negeri) dengan mata uang asing. Nilai tukar atau kurs mempunyai fungsi cukup penting dalam perekonomian suatu negara karena nilai tukar merupakan salah satu faktor yang mendukung kelancaran perdagangan internasional yang dilakukan oleh berbagai negara. Nilai tukar harga suatu mata uang jika di pertukarkan dengan mata uang lain akan dapat di artikan sebagai pembanding nilai tukar mata uang. 2.3. Faktor yang memengaruhi Perubahan Kurs a. Inflasi Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH). Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang atau jasa di setiap kota. Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual atau pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. [Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat pada web site Badan Pusat Statistik www.bps.go.id] Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 b. Pengelompokan Inflasi Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu : a) Kelompok Bahan Makanan. b) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau. c) Kelompok Perumahan. d) Kelompok Sandang. e) Kelompok Kesehatan. f) Kelompok Pendidikan dan Olah Raga. g) Kelompok Transportasi dan Komunikasi. c. Disagregasi Inflasi Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP tersebut, BPS saat ini juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Di Indonesia, disagegasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti: a) Interaksi permintaan-penawaran. b) Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang. c) Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non inti terdiri dari : a) Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food) : Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional. b) Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered Prices) : Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dan lain-lain. d. Determinan Inflasi Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi. Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Sumber: diakses 17 Agustus Gambar 2.1 www.bi.go.id/id/moneter/inflasi Inflasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai Rupiah. Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar (market mechanism) dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu (Thobarry, 2009:46): http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 a) Tingkat Inflasi Inflasi dapat dipilah berdasarkan sifat temporer atau permanen. Inflasi yang bersifat permanen adalah laju inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan permintaan barang dan jasa. Sedangkan inflasi yang bersifat temporer adalah inflasi yang diakibatkan gangguan sementara (misalnya kenaikan biaya energi, transportasi, dan bencana alam). Adapun cara yang digunakan untuk mengukur inflasi adalah (Thobarry, 2009:49) dengan menggunakan harga umum, angka deflator, indeks harga umum (IHK), harga pengharapan, indeks dalam, dan luar negeri. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari komdisi supply-demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan. Inflasi selalu identik dengan kenaikan harga tetapi tidak berarti bahwa berbagai harga dan berbagai macam tersebut mengalami kenaikan dengan persentasi yang sama. Ni Nyoman Aryaningsih (2008:56-67) Inflasi merupakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 perubahan harga yang cenderung meningkat, tanpa diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam kenyataan jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari waktu ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan. Bisa saja terjadi kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi bahkan menurunkan tingkat output tertentu. Arifin (2004) menjelaskan pengertian inflasi secara sederhana adalah kenaikan harga barang-barang secara umum atau penurunan daya beli dari sebuah satuan mata uang. Aspek-Aspek yang terdapat dalam Inflasi yaitu: 1) Tendency, yaitu berupa kecenderungan harga-harga untuk meningkat, artinya dalam suatu waktu tertentu dimungkinkan terjadinya penurunan harga tetapi secara keseluruhan mempunyai kecenderungan (trend) meningkat. 2) Sustained, kenaikan harga yang terjadi tidak hanya berlangsung dalam waktu tertentu saja, melainkan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. 3) General level of price, harga dalam konteks inflasi dimaksudkan sebagai harga barang-barang secara umum, bukan dalam artian satu atau dua jenis barang saja. 4) Tingkat Suku Bunga, suku bunga juga dapat dikelompokan menjadi suku bunga tetap dan suku bunga mengambang. Suku bunga tetap adalah suku http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 bunga pinjaman tersebut tidak berubah sepanjang masa kredit, sedangkan suku bunga mengambang adalah suku bunga yang berubah-ubah selama masa kredit berlangsung dengan mengikuti suatu kurs referensi tertentu seperti misalnya LIBOR dimana cara perhitungannya dengan menggunakan sistim penambahan marjin terhadap kurs referensi. (Ditrian, Vivian dan Widjaya, 2008:170) Tingkat suku bunga rill pada umumnya lebih sering dibandingkan antar negara guna mengukur pergerakan nilai tukar mata uang. Secara teoritis akan terjadi korelasi yang signifikan antara perbedaan tingkat suku bunga di dua negara dengan nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang negara lain. Dalam hal ini tingkat suku bunga nominal bukan merupakan alat ukur yang akurat karena masih mengandung unsur inflasi di dalamnya. Berdasarkan pada prinsip International Fisher’s Effect, maka dapat di rumuskan bahwa: π = [(1 + ππ ): (1 + ππ )] − 1 Dengan R adalah kurs, id adalah tingkat suku bunga domestik, dan if adalah tingkat suku bunga yang terjadi di luar negeri (negara kedua). Apabila kedua sisi persamaan tersebut menghasilkan nilai sama, maka mengindikasikan bahwa investasi antar kedua negara akan menghasilkan return yang sama pula. Menurut Hamdy Hady (2006:108) hampir sama dengan pengaruh tingkat inflasi, maka perkembangan atau perubahan tingkat bunga dapat berpengaruh terhadap kurs valas. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 b) Jumlah Uang Beredar (JUB) Teori - teori jumlah uang beredar oleh beberapa pakar ekonomi: 1) Teori Cambridge (Marshall-Pigou) Teori Cambridge mengatakan bahwa kegunaan dari pemegangan kekayaan dalam bentuk uang adalah karena uang berbeda dengan bentuk kekayaan lain). Sehingga dengan mudah bisa ditukarkan dengan barang lain. Uang dipegang atau diminta oleh seseorang karena sangat mempermudah transaksi atau kegiatan – kegiatan ekonomi lain dari orang tersebut. Teori Cambridge lebih menekankan kepada faktor – faktor perilaku (pertimbangan untung atau rugi). Yang menghubungkan anatara permintaan uang seseorang dengan volum transaksi yang direncanakannya. Teori Cambridge, berpokok pada fungsi uang sebagai alat tukar umum (mean of exchange). Karena itu, teori–teori klasik melihat kebutuhan uang (permintaan akan uang) dari masyarakat sebagai kebutuhan akan alat likuid untuk tujuan transaksi. 2) Teori Keynes Teori uang Keynes adalah teori yang bersumber pada teori Cambridge, tetapi Keynes memang mengemukakan sesuatu yang betul–betul berbeda dengan teori moneter tradisi Klasik. Pada hakekatnya perbedaan ini terletak pada penekanan oleh Keynes pada fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 of value dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori ini kemudian terkenal dengan nama teori Liquidity Preference (Boediono, 1994:7). Menurut Keynes, ada tiga tujuan masyarakat memegang uang, yaitu: a) Tujuan transaksi Keynes tetap menerima pendapat golongan Cambridge, bahwa orang memegang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksitransaksi yang dilakukan, dan permintaan akan uang dari masyarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional semakin besar volume transaksi semakin dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk memenuhi tujuan transaksi. Demikian pula Keynes berpendapat bahwa permintaan akan uang untuk tujuan transaksi inipun tidak merupakan suatu proporsi yang konstan, tetapi dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. b) Tujuan berjaga-jaga Keynes juga membedakan permintaan akan uang untuk tujuan melakukan pembayaran–pembayaran yang tidak reguler atau yang diluar rencana transaksi normal, misalnya untuk pembayaran keadaan–keadaan darurat seperti kecelakaan, sakit dan pembayaran yang tak terduga. Permintaan uang seperti ini disebut dengan permintaan uang untuk tujuan berjaga–jaga (precautionary motive). Menurut Keynes permintaan akan uang untuk tujuan berjaga–jaga ini dipengaruhi oleh faktor–faktor yang sama dengan faktor yang mempengaruhi permintaan akan uang untuk tujuan bertransaksi, yaitu terutama dipengaruhi oleh tingkat penghasilan dan tingkat bunga. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 c) Tujuan spekulasi motif dari pemegang uang untuk tujuan spekulasi adalah terutama bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang bisa diperoleh dari seandainya si pemegang uang tersebut meramal apa yang terjadi dengan betul. c) Gross National Product (GNP) Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB) adalah konsep yang mempunyai arti yang bersamaan dengan GDP, tetapi memperkirakan jenis-jenis pendapatan yang sedikit berbeda. Dalam menghitung Pendapatan Nasional Bruto, nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung. GNP dihitung dari faktor-faktor produksi yang dimiliki warga negara suatu negara, yang terdapat di negara itu sendiri maupun di luar negeri, maka nilai produksi yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan di luar negeri juga dihitung di dalam Produk Nasional Bruto. Tetapi sebaliknya, dalam Produk Nasional Bruto tidak dihitung produksi yang diwujudkan oleh faktorfaktor produksi milik penduduk atau perusahaan negara lain yang digunakan di negara tersebut (Syahza, 2012). Menurut Hamdy Hady (2006:109) tingkat pendapatan suatu negara atau Gross Domestic Product (GDP) adalah pertumbuhan tingkat pendapatan di suatu negara. Seandainya kenaikan pendapatan masyarakat di Indonesia tingggi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 sedangkan kenaikan jumlah barang relatif kecil maka impor barang akan meningkat. Peningkatan impor ini akan membawa efek kepada peningkatan demand valas yang pada gilirannya akan mempengaruhi kurs valas. d) Balance of Payment (BOP) Posisi Neraca Pembayaran Internasional Indonesia atau posisi BOP akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Balance of Payment (BOP) dan Balance of Trading (BOT) mencerminkan arus uang masuk dan keluar dari suatu negara. BOP surplus mencerminkan adanya aliran valuta asing yang masuk dalam perekonomian negara tersebut baik melalui transaksi barang dan jasa maupun aset, sehingga menyebabkan bertambahnya valuta asing dinegara tersebut dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing. BOP yang defisit menandakan telah terjadinya aliran dana keluar netto keluar negeri sehingga terjadi exsess demand terhadap valuta asing dan hal inilah yang mengakibatkan melemahnya mata uang domestik. BOP surplus menggambarkan keadaan ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan impor, ketika ekspor meningkat maka arus uang yang masuk dalam bentuk valuta asing kedalam negeri semakin besar. Sesuai dengan teori, ketika penawaran meningkat melebihi permintaan terhadap mata uang asing maka nilai tukar mata uang asing melemah dan mata uang domestik menjadi menguat begitupun sebaliknya (Rusniar, 2009). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 2.4. Penelitian Terdahulu Penelitian M. Bayuandika (2008) Jurnal Ekonomi Volume 3 Nomor 2, tahun 2008. Pengaruh Laba/Rugi Selisih Kurs Terhadap Laba Bersih Perusahaan yang Tergabung dalam LQ45 (2006-2008). Perusahaan yang tergabung dalam LQ45 mencapai puncak laba bersih pada tahun 2007 dan puncaknya laba atau rugi selisih kurs terjadi pada tahun 2008. Penelitian Suciwati, D.P. & Machfoedz, M. (2002). Pengaruh Risiko Nilai Tukar Rupiah Terhadap Return Saham. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 17 (4), 347360. Fluktuasi nilai tukar Rupiah akan menimbulkan risiko pertukaran yang menguntungkan dan merugikan. Bila fluktuasi nilai Rupiah dalam kondisi normal maka risikonya terhadap arus kas dan value perusahaan adalah menguntungkan. Sedangkan bila terjadi depresiasi Rupiah maka risikonya terhadap arus kas dan value perusahaan adalah merugikan. Menghasilkan hipotesis pertama yang menyatakan pengaruh perubahan nilai tukar Rupiah terhadap perubahan arus kas berbeda secara signifikan antara sebelum dan setelah tahun 1997 ditolak. Hasil ini mengindikasikan bahwa risiko nilai tukar Rupiah yang khususnya dijelaskan dengan eksposur ekonomi antara sebelum dan setelah terjadinya depresiasi Rupiah adalah sama. Penelitian Rudi Bambang Trisilo (2007) Jurnal Ekubank Volume 3, Edisi November tahun 2007. Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Selama periode Januari 2003 hingga Maret 2007, variabel yang memiliki arah atau kecendrungan positif adalah IHSG Bursa Efek Jakarta, Kurs dollar Amerika Serikat, tingkat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 inflasi, uang beredar, pertumbuhan uang beredar, tingkat suku bunga SBI. Sedangkan variabel yang tidak jelas arah atau kecenderungannya negatif adalah return pasar saham BEJ dan perubahan kurs Dolar Amerika Serikat Terhadap Return Pasar Saham Periode 2003-2007. Penelitian Sulaiman D Muhammad, Adnan Hussain dan Adnan Ali (2009) European Journal of Scientific Research, Volume 38, Nomor 1, ISSN 1450216X, tahun 2009. "Impact of Macroeconomics Variables on Stock Price : Emperial Evidence in case of KSE (Karachi Stock Exchange)". (Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Harga Saham Studi Kasus pada KSE (Bursa Efek Karachi)). Bahwa faktor internal perusahaan seperti meningkatkan produksi dan pembentukan modal tidak berpengaruh signifikan sedangkan faktor eksternal seperti nilai tukar dan cadangan adalah efek signifikan terhadap harga saham. Jadi setelah periode pasca reformasi adalah efek positif harga saham. Penelitian Emma Xiaoqin Fan (2002) Journal Asian Development Bank, ISSN 1655-5260, Nomor 11, November 2002. "Exchange Rate Arrangements of DMCs". (Persiapan Nilai Tukar atas DMCs). Perubahan nilai kurs dapat merubah harga-harga kompetitif dan peningkatan laba disebuah negara secara lebih luas. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 Tabel 2.1 No. Peneliti dan Tempat 1 Penelitian M. Bayuandika (2008) Jurnal Ekonomi Volume 3 Nomor 2, tahun 2008 Judul Penelitian Pengaruh Laba/Rugi Selisih Kurs Terhadap Laba Bersih Perusahaan yang Tergabung dalam LQ45 (2006-2008) Penelitian Suciwati, D.P. & Pengaruh Risiko Nilai Machfoedz, M. (2002) Jurnal Tukar Rupiah Terhadap Ekonomi dan Bisnis. 17 (4), Return Saham 347-360 Hasil Perusahaan yang tergabung dalam LQ45 mencapai puncak laba bersih pada tahun 2007 dan puncaknya laba/rugi selisih kurs terjadi pada tahun 2008. 3 Penelitian Rudi Bambang Trisilo (2007) Jurnal Ekubank Volume 3, Edisi November tahun 2007 Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Return Pasar Saham Periode 2003-2007 Selama periode Januari 2003 hingga Maret 2007, variabel yang memiliki arah atau kecendrungan positif adalah IHSG Bursa Efek Jakarta, Kurs dollar AS, tingkat inflasi, uang beredar, pertumbuhan uang beredar, tingkat suku bunga SBI. Sedangkan variabel yang tidak jelas arah atau kecenderungannya negatif adalah return pasar saham BEJ dan perubahan kurs dollar AS 4 Penelitian Sulaiman D Muhammad, Adnan Hussain dan Adnan Ali (2009) European Journal of Scientific Research, Volume 38, Nomor 1, ISSN 1450216X, tahun 2009 "Impact of Macroeconomics Variables on Stock Price : Emperial Evidence in case of KSE (Karachi Stock Exchange)". (Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Harga Saham Studi Kasus pada KSE (Bursa Efek Karachi)) Bahwa faktor internal perusahaan seperti meningkatkan produksi dan pembentukan modal tidak berpengaruh signifikan sedangkan faktor eksternal seperti nilai tukar dan cadangan adalah efek signifikan terhadap harga saham. Jadi setelah periode pasca reformasi adalah efek positif harga saham. 5 Penelitian Emma Xiaoqin Fan (2002) Journal Asian Development Bank, ISSN 1655-5260, Nomor 11, November 2002 "Exchange Rate Arrangements of DMCs". (Persiapan Nilai Tukar atas DMCs) Perubahan nilai kurs dapat merubah harga-harga kompetitif dan peningkatan laba disebuah negara secara lebih luas. 2 Fluktuasi nilai tukar Rupiah akan menimbulkan risiko pertukaran yang menguntungkan dan merugikan. Bila fluktuasi nilai Rupiah dalam kondisi normal maka risikonya terhadap arus kas dan value perusahaan adalah menguntungkan. Sedangkan bila terjadi depresiasi Rupiah maka risikonya terhadap arus kas dan value perusahaan adalah merugikan. Menghasilkan hipotesis pertama yang menyatakan pengaruh perubahan nilai tukar Rupiah terhadap perubahan arus kas berbeda secara signifikan antara sebelum dan setelah tahun 1997 ditolak. Hasil ini mengindikasikan bahwa risiko nilai tukar Rupiah yang khususnya dijelaskan dengan eksposur ekonomi antara sebelum dan setelah terjadinya depresiasi Rupiah adalah sama. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 B. Rerangka Pemikiran Terjadinya beberapa kasus selisih kurs pada laporan keuangan, perusahaan harus lebih berhati-hati dalam mengerjakan laporan keuangan perusahaan terutama yang berkaitan dengan laba atau net profit margin, asset turn over, return on asset, dan return on equity. Karena unsur tersebut sangat penting bagi kelangsungan kegiatan perusahaan agar tidak mengalami kerugian akibat kesalahan pelaporan keuangan yang dituangkan dalam laporan laba rugi akibat selisih kurs. Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang mengukur jumlah laba bersih per nilai Dolar penjualan, yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan. Apabila kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan semakin meningkat maka hal ini akan berdampak pada meningkatnya pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham (Brigham dan Houston, 2006:107). Menurut Horne dan Wachowicz (2005:222) Asset Turn Over menunjukkan efisiensi relatif penggunaan total aset perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio total asset turn over berarti semakin efisiensi penggunaan keseluruhan aset di dalam menghasilkan penjualan. (Wild, at al, 1997) mengungkapkan total asset turn over merupakan rasio yang digunakan untuk menilai efektivitas dan intensitas aset dalam menghasilkan penjualan. Return on asset menurut Munawir (2010:89) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 perusahaan dengan keseluruhan dana yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilka laba. Pengaruh ROE terhadap perubahan laba, Return On Equity (ROE) termasuk dalam rasio keuangan yang berhubungan dengan profitabilitas. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan dari modal sendiri. Sri Handaru Yuliati/Handoyo Prasetyo (2005:67), “Perbandingan nilai mata uang. Kurs menunjukkan harga suatu mata uang jika dipertukarkan dengan mata uang lain“. Harga jual menurut Mulyadi (2001:345), “Umumnya harga jual produk/komoditi ditentukan oleh perimbangan permintaan dan penawaran dipasar, sehingga biaya bukan merupakan penentu harga jual”. Definisi mengenai laba bersih Soemarso (2005:54), “Selisih lebih pendapatan atas beban – beban dan yang merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha”. Nilai suatu mata uang dapat berapresiasi atau terdepresiasi. Seperti yang dinyatakan oleh Sri Handaru Yuliati/Handoyo Prasetyo, (2005:183), bahwa: Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Financial Accounting Standard)-(FAS) nomor 52, keuntungan atau kerugian karena translasi atau pertukaran nilai mata uang, tidak mempengaruhi laba bersih periode berjalan, tetapi ia akan dicatat dalam rekening cumulative translation adjustment (CTA). Akumulasi keuntungan dan kerugian baru akan diakui dilaporan rugi laba, jika aset telah dilikuidasi atau dijual. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 Proses translasi dengan metode apapun, pasti akan menghasilkan keuntungan atau kerugian, jika terjadi perubahan kurs. Keuntungan atau kerugian karena translasi mata uang ini tidak menimbulkan aliran kas masuk atau keluar, tetapi hanya perubahan nilai karena proses akuntansi. Pertanyaan yang masih terus didiskusikan adalah apakah keuntungan atau kerugian karena proses translasi harus diakui pada laporan rugi laba tahun bersangkutan, ditunda ke periode pelaporan berikutnya atau tidak perlu dicatat dalam pelaporan rugi laba. Menurut teori tersebut dapat dikatakan bahwa perubahan nilai tukar akan mengakibatkan perubahan tingkat inflasi. Dengan demikian perubahan dari tingkat inflasi ini berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah. Dalam hal ini dapat dikaitkan juga dengan harga jual yang ditentukan oleh perusahaan yang mengacu pada harga jual komoditi internasional, sehingga hal tersebut dapat berpengaruh terhadap laba bersih atau net profit margin, asset turn over, return on asset, dan return on equity pada suatu perusahaan. Perbedaan nilai tukar suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang (Tajul, 2000:129). Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan negara tersebut memiliki kondisi Ekonomi yang relatif baik atau stabil (Dornbusch, 2008:453). Seperti yang telah diketahui. Nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain relatif tidak konstan atau bersifat fluktuasi. Setiap mata uang selalu menghadapi kemungkinan terjadinya apresiasi dan depresiasi nilai tukar terhadap mata uang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 Negara lain. Demikian halnya yang terjadi dengan mata uang Indonesia yakni Rupiah yang mengalami fluktuasi terhadap Dolar Amerika Serikat. Fluktuasi nilai tukar yang terjadi akan sangat mempengaruhi berbagai aspek dalam perusahaan pada khususnya. Seperti dikutip dalam Jurnal yang berjudul “The Impact of Real Exchange Rate Movements on Service Sector” bahwa dalam jurnal ini, ditemukan implikasi yang signifikan yaitu fluktuasi nilai tukar, yang mana nilai tukar mempengaruhi profit (Baggs, Beaulieu, and Fung 2008:22). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa faktor nilai tukar juga dapat mempengaruhi besarnya jumlah penerimaan profit sebuah perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di bentuklah suatu paradigma penelitian dari laba/net profit margin, asset turn over, return on asset, dan return on equity sebelum dan sesudah fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat secara sistematis pada gambar berikut : Sebelum Fluktuatif Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Sesudah Fluktuatif Gambar 2.2 Rerangka Pemikiran http://digilib.mercubuana.ac.id/ Net Profit Margin Asset Turn Over Return on Asset Return on Equity 54 C. Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2002 : 39), hipotesis adalah “Jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”. Berdasarkan paradigma penelitian tersebut, penulis merumuskan kesimpulan sementara yang masih perlu diuji kebenarannya sebagai berikut: a) Ho : Tidak terdapat perbedaan antara Laba atau NPM sebelum dan sesudah terjadinya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Ha : Terdapat perbedaan antara Laba atau NPM sebelum dan sesudah terjadinya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. b) Ho : Tidak terdapat perbedaan antara ATO sebelum dan sesudah terjadinya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Ha : Terdapat perbedaan antara ATO sebelum dan sesudah terjadinya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. c) Ho : Tidak terdapat perbedaan antara ROA sebelum dan sesudah terjadinya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Ha : Terdapat perbedaan antara ROA sebelum dan sesudah terjadinya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. d) Ho : Tidak terdapat perbedaan antara ROE sebelum dan sesudah terjadinya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Ha : Terdapat perbedaan antara ROE sebelum dan sesudah terjadinya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. http://digilib.mercubuana.ac.id/