DIAREHIS Drh. Hiswani M.kes Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Di Indonesia seperti halnya negara-negara sedang berkembang lainnya, masalah kesehatan dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh dua persoalan utama yaitu keadaan gizi yang tidak baik dan masalah penyakit infeksi. Pada umumnya angka kematian bayi di negara berkembang disebabkan oleh dua hal tersebut. Akan tetapi banyak ahli kesehatan berpendapat bahwa keadaan gizi yang buruk lebih merupakan penyebab kematian pada bayi dan anak balita. Anak yang menderita kurang gizi mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menderita penyakit infeksi, terutama penyakit diare. Diare dapat dengan cepat menurunkan tingkat gizi anak, karena kebiasaan ibu-ibu sewaktu anak diare menghentikan pemberian air susu ibu (ASI) ataupun makanan lain semasa anak masih diare hal ini akan lebih memperburuk gizi anak. Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada anak balita dengan disertai muntah dan mencret, penyakit diare apabila tidak segera diberi pertolongan pada anak dapat mengakibatkan dehidrasi. Untuk pertolongan pertama pada anak- anak yang menderita diare dengan dehidrasi harus mendapatkan cairan penganti baik itu berasal dari oralit maupun dari cairan infus. Penyakit diare ini sering menyebabkan wabah yang dapat membahayakan bagi anak- anak dan orang yang bertempat tinggal didaerah-daerah yang sarana air bersih kurang memenuhi syarat kesehatan. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan perubahan lingkungan hidup dapat mempengaruhi pola penyakit di masyarakat. Pola penyakit itu mungkin dapat menimbulkan wabah dan membahayakan kesehatan masyarakat. Untuk mencegah wabah penyakit itu diperlukan kerja sama yang baik antara pihak yang berwenang dalam masalah kesehatan masyarakat. Sebenarnya perbaikan kesehatan dilakukan melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan serta pemulihan. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan peningkatan pengetahuan masyarakat dengan kesadaran untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada seperti puskesmas dan pukesmas pembantu dalam memeriksakan kesehatan dirinya sendiri maupun anggota keluarganya. Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular tertentu dipopulasi masyarakat, yang sebelumnya kasus penyakit ini tidak dijumpai didaerah tersebut, namum dalam waktu singkat dijumpai dalam frekuensi yang meningkat. Dalam hal ini dijumpai jumlah penderita yang meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazimnya. Sumber kejadian wabah ini bisa terjadi dengan adanya agent penyebab penyakit dan yang sering menjadi perantara agent ini adalah manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Agent atau bibit penyakit yang dapat menyebabkan wabah antara lain dapat berupa virus, bakteri, parasit dan sebagainya. Dalam hal pencegahan agent penyebab ini diperlukan kerja sama yang baik antara masyarakat ditempat terjadinya wabah dengan pihak yang berwenang dalam menangani masalah kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan ditujukan pada peningkatan pemberantasan penyakit menular dan penyakit masyarakat, serta penyuluhan kesehatan masyarakat untuk memasyarakat perilaku sehat pada populasi masyarakat. Salah satu penyakit menular yang sering terjadi wabah adalah muntah berak atau sering disebut dengan muntaber (diare), penyakit ini adalah penyakit menular yang ditandai dengan gejala-gejala seperti: perubahan bentuk dan konsistensi tinja menjadi lembek dari biasanya, disertai muntah-muntah, sehingga penderita akan mengalami kekurangan cairan tubuhnya (dehidrasi) yang pada akhirnya apabila tidak mendapat pengobatan segara dapat menyebabkan kematian. 2001 digitalized by USU digital libary 1 Penyakit diare ini penularannya dapat melalui kontaminasi Agent (penyebab penyakit) seperti virus, bakteri dan sebagainya dengan makanan, minuman yang kemudian dimakan oleh orang sehat. Penyakit ini biasanya juga termasuk dalam penyakit yang sumber penularan nya melalui perantaraan air atau sering disebut sebagai water borne diseases. Agent penyebab penyakit diare sering dijumpai pada sumber-sumber air yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit, air yang sudah tercemar apabila digunakan oleh orang sehat bisa membuat orang tersebut terpapar dengan agent penyebab penyakit diare. Menurut Wiyono, pada tahun 1994 di Propinsi Bali telah terjadi wabah penyakit diare 11 kali yang tersebar di 5 Kabupaten. Frekuensi tertinggi terjadi di kabupaten Jembrana dengan 4 kali kejadian, sedangkan dari 11 kejadian tersebut rata-rata kasus tiap kejadian adalah 14 kasus. Angka kematian dari 11 kejadian adalah 2 orang (CFR=1,2%). Untuk tahun 1995 wabah penyakit diare meningkat cukup tajam yaitu dari 11 kejadian pada tahun 1994 menjadi 24 kejadian pada tejadi pada bulan April sampa Juli 1996 dengan angka kematian 2 orang (CFR=0,3%). Kasus penyakit diare ini sangat berkaitan dengan perilaku manusia, sarana air bersih, sarana pembungan air limbah dan kesehatan lingkungan pada musim kemarau. Penyebab diare adalah terjadinya peradangan usus yang disebabkan oleh virus, bakteri atau agent penyebab penyakit diare lainnya. Penyebab lain yang dapat menimbulkan penyakit diare adalah keracunan makanan, kurang gizi, alergi makanan tertentu, kurang penyediaan air bersih serta faktor musim da geografi daerah. Menurut Aidit penyakit diare sebetulnya bukan penyakit tetapi merupakan gejala (Symptomatis) dari beberapa penyakit tertentu, namun jika tida ditanggulangi secara baik dapat menyebabkan kematian. Penyebab kematian pada penyakit diare adalah kehilangan cairan secara tiba-tiba(dehidrasi), resiko kematian makin tinggi jika penderita terkena bakteri vibrio kholera. Akibat dari bakteri vibrio kholera dapat menyebabkan dehidrasi penyakit ini berlangsung sangat cepat antara 8-24 jam. Penyakit diare dapat bersumber pada penyakit menular yang disebarkan oleh air (water borne diseases) penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk dalam air yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air banyak macamnya. Mulai dari virus, bakteri, protozopa dan metazoa. Patogenesis Diare Yang Disebabkan Oleh Virus Penyakit diare pada anak biasanya sering disebabkan oleh rotavirus. Virus ini menyebabkan 40 – 60 % dari kasus diare pada bayi dan anak. Patogenesis diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat diuraikan sebagai berikut: a. Virus masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan minuman. b. Virus sampai ke dalam sel epitel usus halus dan menyebabkan infeksi serta kerusakan jonjot-jonjot (villi) usus halus. c. Sel-sel ephitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang. Sehingga fungsinya masih belum baik. d. Vili-vili mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik. e. Cairan makanan yang tidak terserap dan tercerna akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus. f. Terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, sehingga terjadinya diare. Patogenesis Penyakit Diare Yang Disebabkan Oleh Bakteri. Penyakit diare selain disebakan oleh virus juga disebabkan oleh agentnya berupa bakteri seperti vibrio cholerae adalah sebagai berikut: 2001 digitalized by USU digital libary 2 a. b. c. d. e. f. g. h. Bakteri masuk kedalam tubuh manusia melalui perantaraan makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Di dalam lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, tetapi apabila jumlah bakteri cukup banyak ada bakteri yang dapat lolos sampai kedalam usus duabelas jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100.000.000 koloni atau lebih per mililiter cairan usus halus. Dengan memproduksi enzim mucinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus, sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membran (dinding) sel epitel Di dalam membran bakteri mengeluarkan toksin(racun) yang disebut sub unit A dan sub unit B. Sub unit B akan melekat di dalam membran dan sub unit A akan bersentuhan dengan membran sel, serta mengeluarkan cAMP ( cyclic Adenosine Monophosphate) CAMP berkasiat merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta villi dan menghambat cairan usus di bagian apikal villi, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel usus. Sebagai akibat adanya ransangan sekresi cairan yang berlebihan tersebut, volome cairan di dalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus akan mengakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan kebawah atau ke usus besar. Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat Penyakit diare sering dijumpai pada anak–anak dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang harus ditangani secara bersama antara masyarakat dengan pengelola masalah kesehatan setempat. Penyakit ini paling sering dijumpai oleh dokter yang merawat anak, baik di Puskesmas maupun ditempat pelayanan kesehatan lainnya seperti klinik kesehatan maupun di tempat dokter praktek. Diare didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi, keenceran dan volome tinja. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita terutama pada umur 3 tahun pertama kehidupan, seorang anak akan mengalami 1 – 3 kali episode diare berat. Meskipun kebayakan episode diare akut akan mereda dalam 72 jam, berkat pemberian cairan dan perubahan susunan makanan yang diberikan, tetapi sering dijumpai 1 – 4 % dari kasus diare ini dapat mengakibatkan kejadian yang fatal, karena kurang cepat dalam hal penangananya sehingga anak akan mengalami dehidrasi yang berat yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian pada anak. Pada anak penyakit diare dapat terjadi setelah invasi mukosa usus misalnya oleh staphylococcus aureus, E. Coli, Shigella, Yersinia enterocolitika, Entamoeba histolytica atau terjadi akibat pemaparan usus oleh toksin mikroba misalnya vibrio cholerae, shigella dysentriae tipe 1, dan Salmonella. Penyakit diare pada anak selain disebabkan oleh agent penyakit yang sudah disebutkan di atas juga sering disebabkan oleh virus seperti Norwalk, Hawaii dan Montgomery. Tetapi menurut Richard dan Victor pada tahun 1992 penyakit diare yang disebabkan oleh virus lebih dari dua pertiga penderita disebabkan oleh Rotavirus. Menurut Sumirat, dalam terjadi penyakit diare selain disebabkan oleh bermacam- macam faktor juga sangat dipengaruhi oleh kualitas air yang digunakan oleh masyarakat, adapun macam-macam faktor yang mempengaruhi dapat diuraikan sebagai berikut : a. Air sebagai penyebar mikroba patogen. b. Air sebagai sarang insekta dan penyebar penyakit. c. Jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik. d. Air sebagai sarang hospes sementara penyakit. Penyakit menular yang disebarkan oleh perantaraan air secara lansung biasanya dikalangan masyarakat disebut sebagai penyakit bawaan air atau “Water borne diseases”. 2001 digitalized by USU digital libary 3 Penyakit - penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikro organisme penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari – hari, jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air seperti virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui air yang disebabkan oleh bakteri vibrio cholera, E. Coli, Salmonella paratyphi dan shigella dysentriae yang disebabkan oleh protozoa Entamoeba histolytica dan sebagainya. Kasus penyakit diare yang sering dijumpai di populasi masyarakat yang sangat erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan terutama sanitasi air adalah penyakit kholera, penyakit ini sering terjadi pada semua kelompok umur baik itu anak-anak maupun pada orang dewasa dan sebagainya. Penyakit kholera disebabkan oleh vibrio cholerae, biasanya agent penyakit ini menyerang usus halus yang akut dan berat, penyakit ini sering mewabah yang mengakibatkan banyak kematian. Masa inkubasi penyakit kholera berkisar antara beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala utama adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps dapat terjadi dengan cepat. Sedangkan gejala kholera yang khas adalah tinja yang menyerupai air cucian beras, tetapi sangat jarang ditemui, sehingga kholera klasik jarang didapat. Namun demikian keganasan kholera tidak menjadi berkurang karenanya, orang dewasa dapat meninggal dalam waktu setengah sampai satu jam, disebabkan dehidrasi. Wabah penyakit ini sangat ganas, sebelum ditemukan chemoterapeutika dan antibiotika bagi pengobatannya serta vaksin bagi pencegahannya. Angka kematian yang di sebabkan oleh penyakit kholera pada saat belum ditemukan antibiotika berkisar antara 50%. Saat ini, orang sudah mengetahui segala seluk-beluk mengenai penyakit kholera, namun demikian kasus penyakit ini masih saja terjadi dengan angka insiden yang tinggi, berupa wabah penyakit kholera. Di Indonesia dimana sanitasi lingkungannya masih sangat tidak memadai, sehingga wabah penyakit kholera ini sering terjadi secara berulang terutama pada musim kemarau yang sumber air bersihnya sulit dijumpai. Reservoir penyakit kholera ini adalah manusia yang menderita penyakit, sedangkan penularannya terjadi secara lansung dari orang ke orang, ataupun tidak lansung lewat perantaraan lalat, air, serta makanan dan minuman. Penularan dengan perantaraan air biasanya kasus penyakit terjadi pada orang yang menggunakan sumber air yang sudah terkotaminasi dengan agent penyebab penyakit kholera. Biasanya kasus ini terjadi pada masyarakat yang menggunakan sumber air dari sungai yang sudah tercemar dengan vibrio cholerae. Kasus klasik penyakit kholera pernah terjadi pada tahun 1854 di Broad Street, London. Pada saat terjadi wabah di Broad Street sangat banyak orang yang meninggal dunia yang disebabkan oleh agent penyebab kholera ini, dari data yang tercatat saat itu ada 500 orang meninggal dunia karena wabah penyakit kholera. Wabah ini diteliti oleh seorang dokter kerajaan Inggris yang bernama John Snow. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa wabah tersebut disebabkan oleh sesuatu yang ada dalam sumber air yang dipakai oleh masyarakat setempat. Pada saat kejadian wabah penyakit ini masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Broad Street, menggunakan sumber air yang berasal dari sumur pompa yang ada ditengahtengah taman disekitar perumahan mereka. Atas dasar pendapat masyarakat tersebut selanjutnya Snow mencabut handel sumur pompa tersebut, sehingga orang tidak dapat memanfaatkan air sumur untuk keperluan sehari-hari. Dengan demikian wabah penyakit ini dapat dihentikan. Kasus penyakit kholera ini menjadi sangat terkenal, karena ada beberapa hal sebagai berikut: a. Wabah itu terjadi 30 tahun sebelum Pasteur menemukan mikroba sebagai penyebab penyakit, tetapi Snow berani mengemukakan bahwa penyakit itu adalah sesuatu yang kotor dan berada di dalam air. b. Kasus inipun adalah kasus yang mengasosiasikan wabah penyakit dengan air, dan bahwa penyakit dapat menyebar lewat perantaraan air. c. Kasus ini dapat dipakai sebagai contoh bahwa penyakit dapat dicegah sekalipun penyebabyang sebetulnya belum diketahui. 2001 digitalized by USU digital libary 4 Keadaan Sanitasi Lingkungan Yang Dapat Mempengaruhi Kejadian Diare. Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar – dasar Kesehatan Masyarakat modern yang meliputi semua aspek manusia dalam hubungannya dengan lingkungan, yang terikat dalam bermacam-macam ekosistem. Lingkungan hidup manusia sangat erat kaitannya antara host, agent dan enviroment untuk timbulnya suatu masalah kesehatan seperti halnya dengan penyakit diare. Menurut Azwar (1997) lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruhpengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan perkembangan suatu organisasi. Secara umum lingkungan ini dibedakan atas dua macam yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik ialah lingkungan alam yang terdapat disekitar manusia, misalnya cuaca, musim, keadaan geografis dan struktur geologi. Sedangkan lingkungan non-fisik ialah lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia, misalnya termasuk faktor sosial budaya, norma, dan adat istiadat. Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat bermacammacam. Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit (environmental reservoir). Adapun yang dimaksud dengan reservoir ialah tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit penyakit. Sebenarnya disamping lingkungan, dikenal pula tiga macam reservoir bibit penyakit lainnya yakni: human reservoir, animal reservoir dan anthropode reservoir. Pada reservoir disini bibit penyakit hidup didalam tubuh manusia. Timbul atau tidaknya penyakit pada manusia tersebut tergantung dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit penyakit dan ataupun pejamu. Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan lingkungan dalam menimbulkan suatu penyakit amat komplek dan majemuk. Disebutkan bahwa ketiga faktor ini saling mempengaruhi, dimana pejamu dan bibit penyakit saling berlomba untuk menarik keuntungan dari lingkungan. Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan lingkungan ini diibaratkan seperti timbangan. Disini pejamu dan bibit penyakit berada diujung masing-masing tuas, sedangkan lingkungan sebagai penumpunya. Menurut Sutomo 1995, Sanitasi lingkungan adalah bagian dari kesehatan masyarakat secara umum yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau menguasai faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk: q Sanitasi air (Water Sanitasi). q Sanitasi makanan (Food Sanitasi). q Pembuangan sampah (Sewage and Excreta disposal). q Sanitasi Udara (Air Sanitation). q Pengendalian vektor dan binatang mengerat (vektor and rodent controle). Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap pelbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajad kesehata manusia, jadi sanitasi itu lebih mengutamakan upaya pencegahan. Bertolak dari pemikiran diatas dapat disimpulkan beberapa gatra lingkungan akan mempengaruhi derajad kesehatan masyarakat. Menurut Martopo dkk, (1992), sanitasi lingkungan sebagai jawaban alternatif terhadap dampak lingkungan pada kesehatan. Tindakan itu berupa upaya-upaya preventif terhadap kesehatan manusia. Teori tentang derajad kesehatan masyarakat dapat mengajukan konsep Blum (1974) yang mengatakan bahwa derajad kesehatan masyarakat itu dipengaruhi oleh 4 faktor: q Faktor kependudukan atau keturunan. q Faktor lingkungan. q Faktor Pelayanan Kesehatan. q Faktor Perilaku. 2001 digitalized by USU digital libary 5 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PENDERITA DIARE Diare adalah istilah yang digunakan bagi keadaan pengeluaran tinja dengan frekuensi yang tidak normal dengan konsistensi yang lembek dan cair. Diare sering terjadi secara tiba-tiba dan perkembangannya cepat sekali. Frekuensi buang air meningkat dengan cepat bahkan dapat mencapai sampai 20 kali. Di beberapa daerah diare merupakan penyakit endemis yang terutama menyerang anak dan balita dan menyebabkan kematian. Di Indonesia diperkirakan 25% dari kematian anak balita disebabkan oleh diare. Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah 2-3 tahun, walaupun banyak juga ditemukan penderita yang usianya relatif muda yaitu antara 6 bulan – 12 bulan. Pada usia ini anak mulai mendapat makanan tambahan seperti makanan pedamping air susu ibu, sehingga kemungkinan termakan makanan yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit diare menjadi lebih besar. Selain itu anak juga sudah mampu bergerak kesana kemari sehingga pada usia ini anak senang sekali memasukan sesuatu kedalam mulutnya. Pada anak-anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare sungguhpun tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu dibarengi oleh menurunnya nafsu makan anak dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan yang demikian sangat membahayakan kesehatan anak. Ibu biasanya tidak menanggapinya secara sungguh-sungguh oleh karena sifat diarenya ringan. Padahal penyakit diare walaupun dianggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak. Hal yang lain yang perlu diperhatikan adanya pandangan dalam masyarakat bahwa untuk menanggulangi penyakit diare anak harus dibiasakan dipuasakan. Jadi usus dikosongkan agar tidak terjadi ransangan yang menyebabkan anak merasa ingin buang air besar. Jika anak sudah dalam keadaan gizi kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat puasa. PERAWATAN PENDERITA DIARE. Apabila anak mulai menunjukkan tanda-tanda diare yaitu buang air besar encer lebih dari tiga kali sehari sebaliknya sudah mulai melakukan upaya awal untuk mencegah dehidrasi, yaitu dengan memberikan larutan gula garam. Larutan gula garam dapat dibuat dengan mencampurkan 1 sendok teh peres gula dan seujung sendok teh (1 gr) garam ke dalam 200 ml air masak yang sudah didinginkan. Gula diperlukan sebagai sumber kalori dan juga sebagai sumber glukosa. Akan tetapi ukuran gula yang digunakan haruslah tepat, yaitu 5 gram per 200 ml air. Jika terlalu banyak gula diberikan akan terjadi diare osmatis. Glukosa diperlukan bertalian dengan absorbsi 1 molekul NaCl memerlukan 1 mol glukosa sehingga perbandingan yang antara gula dan garam adalah 1 gram dan 5 gram gula dalam 200 cc air masak. Diare yang berat tentu saja memerlukan perawatan yang intensif dan tidak dapat dilakukan di rumah. Karena itu setiap orang tua harus mengetahui bila anaknya menderita diare harus dibawa ke rumah sakit. Tanda-tanda berikut ini dapat menjadi pedoman untuk menentukan kapan anak harus dibawa ke rumah sakit atau Puskesmas. F Anak tidak dapat atau tidak mau minum. F Anak muntah terus sehingga tidak sempat minum. F Anak tidak kencing selama jangka waktu lebih dari 6 jam. F Anak buang air terus menerus sehingga tidak sempat menghabiskan minumnya sebelum buang air berikutnya. F Tinja anak bercampur darah. F Anak mencret terus selama lebih dari 2 hari. Kebiasaan penderita diare dipuasakan tampaknya berakibat lebih buruk terhadap penderita. Untuk mengendalikan kehilangan energi dan protein akibat puasa itu akan memerlukan waktu berhari-hari. Oleh karena itu, pemberian makanan pada penderita diare harus tetap dilakukan. Jika anak masih menyusu maka selama anak menderita diare menunjukkan 2001 digitalized by USU digital libary 6 bahwa 80% makanan masih dapat diserap oleh dinding usus. Karena itu, pemberian makanan harus tetap dilakukan sungguhpun ini berarti memperbanyak tinja anak. Selain dapat mempertahankan tingkat gizi anak, juga anak dapat sembuh lebih cepat. KESIMPULAN Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada anak balita dengan disertai muntah dan mencret, penyakit diare apabila tidak segera diberi pertolongan pada anak dapat mengakibatkan dehidrasi. Untuk pertolongan pertama pada anak-anak yang menderita diare dengan dehidrasi harus mendapatkan cairan penganti baik itu berasal dari oralit maupun dari cairan infus. Penyakit diare ini penularannya dapat melalui kontaminasi agent penyebab penyakit) seperti virus, bakteri dan sebagainya dengan makanan, minuman yang kemudian dimakan oleh orang sehat. Penyakit ini biasanya juga termasuk dalam penyakit yang sumber penularannya melalui perantaraan air atau sering disebut sebagai Water borne diseases. Agent penyebab penyakit diare sering dijumpai pada sumber-sumber air yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit. Kasus penyakit diare ini sangat berkaitan dengan perilaku manusia, sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah dan kesehatan lingkungan pada musim kemarau. Penyebab diare adalah terjadinya peradangan usus yang disebabkan oleh virus, bakteri atau agent penyebab penyakit diare lainnya. Penyebab lain yang dapat menimbulkan penyakit diare adalah keracunan makanan, kurang gizi, alergi makanan tertentu, kurang penyediaan air bersih serta faktor musim dan geografi daerah. Penyakit diare paling sering terjadi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa, penyakit diare pada anak biasanya disebabkan oleh rotavirus. Virus ini menyebabkan 40-60 % dari kasus diare pada bayi dan anak. Patogenesis diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat diuraikan sebagai berikut: a. Virus masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan minuman. b. Virus sampai ke dalam sel epithel usus halus dan menyebabkan infeksi serta kerusakan jonjot-jonjot (Villi) usus halus. DAFTAR PUSTAKA Azwar, A., 1997. Pengantar Epidemiologi, PT. Bina Rupa Aksara, Jakarta. Bustan, M.N., 1997. Pengantar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta. Entjang, I., 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Suharyono, 1991, Diare Akut Klinik dan Laboratorium, Rineka Cipta, Jakarta. Soeparman, 1996. Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Soemirat, J., 1996. Kesehatan lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Notoatmodjo, S., 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Renika Cipta, Jakarta. 2001 digitalized by USU digital libary 7