BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pemasaran
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, ada pihak yang
meminta dan ada yang menawarkan. Pemasaran menarik perhatian yang sangat baik
dari perusahaan, lembaga maupun antar bangsa.
Pengertian pemasaran yng berasal dari kata pasar sering didefinisikan tidak sesuai
dengan definisi atau pengertian pemasaran yang terdapat dalam literature. Beberapa
ahli mengemukakan tentang pemasaran yang berbeda-beda, namun pada dasarnya
memiliki makna yang sama.
Berikut ini akan diuraikan mengenai pengertian pemasaran menurut para ahli :
Pemasaran menurut Philip Kotler (2007:6) adalah ³Suatu proses sosial yang di
dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain.´
American Marketing Asociation (AMA) dalam Philip Kotler (2007:6)
mendefinisikan pemasaran sebagai ³Salah satu fungsi organisasi dan seperangkat
proses untuk menciptakan, menkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada
pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan
organisasi dan pemilik sahamnya.´
Pemasaran menurut Saladin Djaslim (2006:2) adalah ³suatu proses sosial dan
manajerial dari individu dan kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran (nilai) produk dengan yang lain´.
Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa : Pengertian pemasaran
adalah suatu proses perencanaan, penentuan harga, mempromosikan, mendistribusikan
barang dan jasa yang dibutuhkan individu-individu atau kelompok untuk memperlancar
pembelanjaan barang dan jasa dari produsen ke konsumen secara efektif dan efisien.
2.1.2 Fungsi pemasaran
Pemasaran terdiri dari beberapa aktivitas yang saling berkaitan, masing- masing
aktivitas tersebut memiliki fungsi-fungsi yaitu :
1. Fungsi pertukaran, seperti membeli dan menjual, merupakaan aktivitas untuk
menyampaikan pemakai atau konsumen yang dimaksud. Konsumen mungkin
melakukan pembelian produk untuk digunakan sendiri atau untuk dijual kembali
pada proses selanjutnya.
2. Fungsi distribusi fisik, aktivitas yang meliputi pengangkutan dan penyimpanan
barang, fungsi tersebut akan menempatkan produk pada tempat yang diinginkan
oleh pelanggan. Metode pengangkutan produk dapat melalui darat, perairan dan
udara, yang dipilih berdasarkan karakteristik barang yang akan diangkut.
Sedangkan penyimpanan barang yang dilakukan perusahaan agar dapat
mendistribusikan produk yang dibutuhkan oleh para pelanggan, serta mengurangi
resiko kekurangan barang pada kondisi tertentu, misalnya permintaan pelanggan
yang tidak diduga atau produk musiman.
3. Fungsi perantara (fasilitator), aktivitas yang menghubungkan pelaksanaan fungsi
distribusi
fisik
pada
perusahaan.
Ketiga
aktivitas
tersebut
yaitu
pembiayaan,mengurangi resiko, mencari informasi pasar, dan standarisasi serta
penggolongan.
2.1.3 Tujuan Pemasaraan
Peter Drucker dalam Philip kotler (2007:7) Mendefinisikan sebagai berikut:
Tujuan Pemasaran adalah ³Mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian
rupa sehingga produk dan jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjual
dirinya sendiri´. Idealnya, pemasaran hendaknya menghasilkan seseorang pelanggan
yang siap untuk membeli. Semua yang dibutuhkan selanjutnya adalah menyediakan
produk atau jasa itu.
2.1.4 Konsep Pemasaran
Kosep pemasaran muncul pada pertengahan 1950-an. Konsep pemasaran adalah
konsep yang menantang tiga konsep sebelumnya yaitu konsep produksi, konsep
produk, dan konsep penjualan.
Philip Kotler (2007:19) mendefinisikan konsep pemasaran sebagai berikut:
³Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi
yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibanding
para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai
pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.´
Theodore Levitt dari Havard dalam Philip Kotler (2007:19) menggambarkan
perbedaan pemikiran yang kontras antara konsep penjualan dan pemasaran bahwa :
³Penjualan berfokus pada kebutuhan pembeli. Penjualan memberi perhatian
pada kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang tunai, sementara
pemasaran mempunyai gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan lewat saran-
sarana produk dan keseluruhan kelompok barang yang dihuubungkan dengan hal
menciptakan, menyerahkan dan akhirnya mengkonsumsinya.´.
Berdasarkan konsep ini, fokus dan nilai pelanggan adalah jalan menuju penjualan dan
keuntungan.
Gambar 2.1
Konsep Pemasaran
Konsep
Pasar
Kebutuhan
Pelanggan
Pemasaran
Pemasaran
yang
terintegrasi
Keuntungan
melalui kepuasan
pelanggan
Sumber : Philip Kotler & Armstrong (2008:13)
Pangkal tolak pada konsep pemasaran yang benar adalah pelanggan dalam
kumpulan yang disebut dengan ³target market´ dan dengan sasaran sama-sama senang,
yaitu perusahaan mendapat laba, pelanggan memperoleh kepuasan belanja.
2.2
Pengertian Bauran Pemasaran
Dalam melaksanakan aktivitas pemasaran, setiap perusahaan berupaya untuk
menetapkan strategi pemasaran dan target market-nya. Aktivitas pemasaran tersebut
dimulai sejak memproduksi suatu produk sampai produk tersebut diterima oleh
pelanggan. Semua aktivitas yang dilakukan di bidang pemasaran ditunjukkan untuk
menentukan produk, pasar, harga, dan promosi.
Bauran pemasaran merupakan salah salah satu konsep utama dalam pemasaraan.
Bauran pemasaran mencakup sistem atau alat yang membantu mengaplikasikan konsep
pemasaran itu sendiri.
Oleh karena itu, setiap perusahaan setelah memutuskan strategi pemasaraan
secara keseluruhan, perusahaan harus memulai menyiapkan perencanaan bauran
pemasaran yang rinci. Berikut definisi Bauran pemasaran menurut Philip Kotler
(2007;23) adalah :
³Bauran pemasaran adalah perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan
untuk terus menerus mencapai tujuan pemasaran dipasar sasaran³.
Gambar 2.2
Bauran
Pemasaran
Pasar Sasaran
Produk
Keragaman
Kualitas
Design
Ciri
Nama Merek
Kemasan
Ukuran
Pelayanan
Garansi
Imbalan
Tempat
Harga
Daftar harga
Rabat/diskon
Potongan harga khusus
Periode pembayaran
Syarat Kredit
Promosi
Saluran Pemasaran
Cakupan Pasar
Pengelompok
Lokasi
Persediaan
Transportasi
Promosi penjualan
Periklanan
Tenaga penjual
Kehumasan/Public relations
Pemasaran langsung
Sumber : Philip Kotler,2007;23, Manajemen Pemasaran Edisi 12
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasarannya.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa produk (product), harga (price),
distribusi (distribution), dan promosi (promotion) saling berhubungan dimana masingmasing elemen didalamnya saling mempengaruhi.
Uraian lebih lanjut mengenai variabel-variabel bauran pemasaran tersebut sebagai
berikut :
1.
Product ( Produk )
Produk tidak hanya diartikan sebagai sesuatu yang berbentuk barang yang nyata.
Tetapi produk sebagai segala sesuatu yang dapat diberikan kepada orang lain
guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan tertentu. Dengan demikian,
pengertian produk bukan hanya berbentuk barang, tetapi dapat juga dalam bentuk
pelayanan jasa atau sesuatu yang tidak tampak.
2.
Price ( Harga )
Di dalam suatu kegiatan pemasaran, tidak dipungkiri lagi bahwa harga
merupakan faktor yang amat menentukan didalam pengambilan keputusan
pembelian seorang konsumen. Meskipun pada kenyataan harga bukanlah satusatunya faktor utama yang mutlak mempengaruhi hal tersebut diatas.
Walaupun demikian, didalam menentukan harga jual produknya. Perusahaan
harus mempertimbangkan dengan matang dan menetapkan segmen pasar yang
akan dipilih. Sebab, apabila perusahaan melakukan kesalahan didalam
menentukan
harga
jual
pokoknya,
maka
perusahaan
akan
kehilangan
konsumennya.
3.
Distribution ( Lokasi Distribusi )
Produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan memerlukan strategi penyaluran
atau distribusi yang tepat. Produk yang di distribusikan itu memerlukan tempat
yang cocok dengan karakteristik produk tersebut. Baik tempat untuk
penyimpanan maupun tempat untuk menjual produk tersebut.
Keputusan tentang saluran distribusi merupakan keputusan yang amat kompleks
dan penuh tantangan dan resiko. Setiap saluran itu menetapkan tingkat penjualan
dan biaya yang berbeda. Selain itu perusahaan juga harus mengidentifikasi caracara yang digunakan untuk mencapai pasar sasarannya agar konsumen dapat
memperoleh produk tersebut dengan mudah.
4.
Promotion ( Promosi )
Promosi banyak digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengenalkan produknya
kepada khalayak (Masyarakat). Pada dasarnya, tujuan utama dari promosi yang
dilakukan oleh perusahaan tetap bermuara pada tujuan untuk memperoleh laba
yang sebesar-besarnya. Oleh kerena itu, untuk mencapai tujuan tersebut, promosi
yang dilakukan oleh suatu perusahaan haruslah diarahkan untuk mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan sikap pembeli terhadap produk yang ditawarkan agar
mau membeli. Dengan demikian promosi merupakan suatu keharusan, apalagi
mengingat persaingan yang semakin ketat sekarang ini.
2.3
Pengertian Produk
Produk adalah semua yang ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki,
digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan
pemakainya. Menurut kotler (2005:69) adalah sebagai berikut :
³Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk
memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang ditawarkan berupa barang
fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, tempat, properti, organisasi dan gagasan´.
Konsep produk merupakan gagasan bahwa konsumen akan menyukai produk
yang bermutu tinggi, kinerja terbaik, dan sifat paling inovatif, bahwa organisasi harus
mencurahkan energi secara terus-menerus melakukan perbaikan atas produk.
Dalam merencanakan penawaran suatu produk, pemasaran memahami 5
tingkatan produk, yaitu :
a.
Manfaat inti (core benefits)
Manfaat inti produk merupakan penjelasan dari apa yang sebenarnya dibeli
konsumen. Pembeli bukan hanya sekedar membeli produk, tetapi juga membeli
manfaat. Contohnya, Hotel: Pelanggan membeli istirahat dan tidur.
b.
Produk dasar (basic product)
Pada tingkat ini, pemasar harus dapat mengubah manfaat inti tersebut menjadi
produk dasar. Contohnya, sebuah kamar hotel mencangkup kamar tidur, kamar
mandi, meja tulis.
c.
Produk yang diharapkan ( expected product)
Yaitu merupakan seperangkat atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan oleh
pembeli bila mereka membeli produk. Para tamu hotel, misalnya, mengharapkan
sebuah tempat tidur, sabun, handuk yang bersih, telpon, lemari, baju, dan
ketenangan.
d.
Produk tambahan (augmented product)
Yaitu sesuatu yang meliputi pelayanan dan manfaat tambahan yang membedakan
penawaran perusahaan dari penawaran pesaing. Hotel misalnya: dapat menambah
produknya dengan menambah seperangkat pesawat televisi, sampho, bunga yang
segar, pelayanaan room service yang baik, dan sebagainya.
e.
Produk potensial ( potential product)
Yaitu seluruh tambahan dan transformasi yang mungkin dijalani oleh produk ini
dimasa mendatang. Mengingat produk tambahan menjelaskan apa yang termasuk
dalam produk hari ini, produk potensial mengarah pada perkembangannya yang
mungkin terjadi. Disinilah perusahaan mencari cara yang baru untuk memuaskan
pelanggannya dan membedakan penawaran mereka. Beberapa perusahaan yang
berhasil menambahkan manfaat pada penawaran mereka yang bukan hanya
memuaskan pelanggan, tetapi juga menyenangkan mereka. ³ Menyenangkan ³
adalah tambahan kejutan yang tidak diduga pada penawaran.
Setiap produk berkaitan secara hirarki dengan produk-produk tertentu lainnya.
Hirarki produk ini dimulai dari kebutuhan dasar sampai pada jenis kebutuhan tertentu
yang memuaskan kebutuhan konsumen.
Hirarki produk tersebut terdiri dari 7 tingkatan, yaitu:
1.
Need family, yaitu kebutuhan inti / dasar yang membentuk produk family.
2.
Produk family, yaitu keseluruhan kelas produk yang dapat memuaskan suatu
kebutuhan inti / dasar dengan tingkat efektifitas yang memadai.
3.
Product class (kelas produk), yaitu sekumpulan produk didalam produk family
yang dianggap memiliki hubungan fungsional tertentu.
4.
Product line (lini produk), yaitu sekumpulan produk didalam kelas produk yang
mempunyai hubungan erat.
Hubungan yang erat ini bisa ditawarkan salah satu dari 4 faktor berikut, yaitu:
5.
a.
Fungsinya sama
b.
Dijual kepada kelompok konsumen yang sama
c.
Dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama
d.
Harganya berbeda dalam skala yang sama
Product type (tipe produk), yaitu item-item dalam suatu lini produk yang memiliki
bentuk tertentu dari banyak kemungkinan bentuk produk.
6.
Brand (merek), yaitu dapat diasumsikan dengan satu atau lebih item dalam lini
produk yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau karakter item
tersebut, dan
7.
Item, yaitu suatu unit khusus dalam suatu merek atau lini produk yang dapat
dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan atau atribut lainnya, biasanya
disebut pula stock keeeping unit atau varian produk.
2.4
Merek (Brand)
2.4.1 Pengertian Merek
Merek (Brand) telah menjadi elemen krusial yang berkontribusi terhadap
kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik perusahaan bisnis maupun nirlaba,
pemanufaktur maupun penyedia jasa, dan organisasi lokal maupun global. Riset merek
selama ini masih didominasi sektor consumer markets, terutama dalam kaitannya
dengan produk fisik berupa barang (webster & keller, dalam buku Fandy
Tjiptono,2005:2).
Pengertian M erek (brand) M enurut American Marketing Association dalam
Kotler & Keller (2007:332) yaitu adalah;
³Nama, simbol, atau rancangan atau kombinasi dari semuanya yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual
dan mendeferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing.´
Merek merupakan suatu atribut produk yang sangat penting dan dapat
mempengaruhi kegiatan-kegiatan pemasaran dari suatu perusahaan. Sehingga merek
dapat membantu konsumen untuk mengidentifikasi produk yang bermanfaat bagi
konsumen. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai merek.
Philip Kotler (2007:332) mengemukakan bahwa: ³merek mengidentifikasi
sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen untuk menetapkan
tanggung jawab pada pembuat atau distributor tertentu.´
Konsumen dapat mengevaluasi produk identik secara berbeda, tergantung
bagaimana produk tersebut diberi merek. Konsumen belajar tentang merek melalui
pengalaman masa lampau dengan produk dan program pemasarannya. Konsumen
menemukan merek mana yang memuaskan kebutuhan konsumen dan mana yang tidak.
Menurut American Marketing Association dalam buku Freddy Rangkuti (2008:2)
definisi merek adalah sebagai berikut :
³ Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari
hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah mengidentifikasi produk atau jasa
yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh
pesaing.´
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Merek ( Brand ) berperan
sebagai daya pembeda dengan produk yang sejenis maupun dengan produk yang
berbeda sejenis. Dan dapat disimpulkan juga Merek merupakan janji penjual untuk
secara konsisten memberikan feature, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek
terbaik akan memberikan jaminan kualitas.
Namun pemberian nama atau merek pada suatu produk hendaknya tidak hanya
merupakan suatu simbol , karna merek memiliki enam tingkatan, yaitu
a.
Atribut
Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan agar
pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja yang
terkandung dalam suatu merek.
Contohnya: BMW seri 7 merupakan merek mobil yang dirancang dengan
kualitas tinggi, selalu menjaga keamanan, bergengsi, berharga jual mahal
serta dipakai oleh para senior ekslusif perusahaan multinasional .
b.
Manfaat
Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat. Konsumen tidak
membeli atribut, mereka membeli manfaat. Produsen harus dapat
menterjemahkan atribut menjadi manfaat fungsional maupun manfaat
emosional. Atribut ³Aman´ dapat diterjemahkan menjadi manfaat
fungsional., yaitu tidak perlu mengganti berbagai fungsi rem serta balon
pelindung baik dari depan maupun dari samping kiri dan kanan. Manfaat
fungsional ini dapat diterjemahkan menjadi manfaat emosional yaitu ³
selama mengendarai BMW seri 7, saya merasa aman dan menyenangkan.´
c.
Nilai
Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek yang
memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang
berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut.
d.
Budaya
Mereek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya, mersedes mewakili
budaya jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki cara kerja yang
efisien, dan selalu menghasilkan produk yangh berkualitas tinggi.
e.
Kepribadiaan
Merek juga memiliki kepribadiaan, yaitu kepribadian bagi para
penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian si
pengguna akan tercermin bersamaan dengan merek yang ia gunakan .
f.
Pemakai
Merek juga memiliki jenis konsumen pemakai merek tersebut. Itulah
sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi orang-orang terkenal
untuk penggunaan mereknya. Misalnya, untuk menggambarkan orang yang
sukses selalu menggunakan BMW seri 7.
2.4.2 Strategi Merek
Strategi merek dapat berupa pengenalan merek baru (new brand), strategi multi
merek (multi brand strategy), strategi perluasan merek (brand extension strategy), dan
strategi perluasan lini (line extension strategy).
Masing-masing strategi tersebut dapat dijelaskan (Freddy Rangkuti (2008:37))
dibawah ini:
a.
Merek Baru (Multi Brand)
Sebuah perusahan dapat menciptakan sebuah nama merek baru ketika
memasuki sebuah kategori produk baru. Strategi ini dapat dilakukan karena
tidak ada nama merek yang sesuai.
b.
Multi Merek
Perusahaan ingin mengelola berbagai nama merek dalam kategori yang ada
untuk mengemukakan fungsi dan manfat yang berbeda.
c.
Perluasan Merek
Usaha apa pun yang dilakukan untuk menggunakan sebuah nama merek
yang sudah berhasil untuk meluncurkan produk baru atau produk yang
sudah dimodifikasi dalam kategori baru.
d.
Perluasan lini
Strategi ini dapat dilakukan dengan cara perusahaan memperkenalkan
berbagai macam feature atau tambahan variasi produk, dalam sebuah
ketegori produk yang ada dibawah nama merek yang sama, seperti rasa,
bentuk, warna atau ukuran kemasan baru.
Komponen utama dari elemen-elemen merek ialah :
a. Nama merek
Nama merek adalah hal mendasar yang menggambarkan tema
sentral atau asosiasi kunci suatu produk dalam suatu penyajian iklan
yang sederhana maupun
yang lebih kompleks. Nama merupakan
indikator mendasar dari suatu merek yang berbasis pada kesadaran
maupun usaha-usaha komunikasi.
b. Logo dan simbol
Logo dan simbol merupakan kesatuan yang dapat mewakili desain
produk, yakni mengenai baik atau buruknya desain tersebut dalam
pemikiran konvensional pasar pada saat tertentu. Simbol yang unik akan
membantu konsumen untuk mengingat dan dapat dipastikan bahwa tidak
ada pesaing yang yang berniat meniru bentuk maupun rancangannya.
c. Karakter-Karakter disini dapat diartikan sebagai hasil dari simbol suatu
merek. Biasanya karakter diperkenalkan dalam suatu periklanan yang
dihubungkan dengan desain kemasan suatu produk.
d. Slogan
Slogan merupakan suatu rangkaian kalimat pendek yang bertujuan
untuk mengkomunikasikan informasi tentang suatu merek. Slogan
merupakan suatu alat yang dirasa kuat untuk bersaing dengan merek
lain.
e. Jingles
Jingles merupakan suatu pesan musikal yang ditulis dalam
cakupan merek tersebut. Biasanya aransemen dari jingles dibuat oleh
penulis lagu yang profesional.
f. Kemasan
Kemasan merupakan suatu hal yang pertama kali dilihat oleh
konsumen dalam memilih suatu merek pada produk. Kemasan
melibatkan aktivitas mendesain dan memproduksi suatu produk. Suatu
produk yang dipackage dapat membuat seorang konsumen merasa puas.
2.4.3 Manfaat Merek
Produsen lebih menyukai memberikan merek produk mereka walaupun ini jelas
melibatkan biaya untuk pengemasan, label, perlindungan hukum dan memiliki resiko,
apabila produk mereka tidak memuaskan konsumen. Mereka mempunyai peranan yang
cukup penting, baik bagi pembeli maupun bagi penjual.
Berikut ini merupakan manfaat merek (brand) bagi produsen Menurut Keller
yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2005:20) adalah sebagai berikut :
Manfaat bagi Produsen:
•
Sebagai sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau
pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian
kesediaan dan pencatatan akuntansi.
•
Sebagai bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang
unik.
•
Sebagai signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga
mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu.
•
Sebagai sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan
produk dari para pesaing.
•
Sebagai sumber keunggulan kompetitif, terutama mengenai perlindungan
hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak
konsumen.
•
Sebagai
sumber financial returns terutama menyangkut pendapatan
dimasa yang akan datang.
Manfaat bagi konsumen :
•
Identifikasi
Bisa dilihat dengan jelas; memberikan makna bagi produk; gampang
mengidentifikasi produk yang dibutuhkan atau dicari.
•
Praktikalitas
Memfasilitasi penghematan waktu dan energi melalui pembelian ulang
identik dan loyalitas.
• Jaminan
Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan
kualitas yang sama sekalipun pembelian dilakukan pada waktu dan
ditempat berbeda.
• Optimasasi
Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternatif terbaik
dalam ketegori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik.
• Karekterisasi
Mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri konsumen atau citra yang
ditampilkannya kepada orang lain.
•
Kontinuitas
Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi dengan merek yang
telah digunakan atau dikonsumsi pelanggan selama bertahun-tahun.
• Hedonistik
Kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo, dan komunikasinya.
• Etis
Kepuasan berkait dengan dengan perilaku bertanggung jawab merek
bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat.
2.5
Citra Merek (Brand Image)
2.5.1 Pengertian Citra Merek
Konsumen cenderung untuk membentuk citra terhadap merek, toko, dan
perusahaan didasarkan pada referensi mereka yang diperoleh dari penelitian pemasaran
dan lingkungan.
Dengan adanya citra dalam suatu merek dalam perusahaan, maka perusahaan
tersebut sudah berhasil dalam memperkenalkan produk tersebut kepada konsumen.
Apabila suatu produk tidak memiliki citra merek, maka konsumen harus mengevaluasi
semua produk pada saat setiap kali konsumen melakukan pembelian.
Keterkaitan konsumen pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandaskan
pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya sehingga
akan terbentuk citra merek (Brand image).
Citra merek (Brand image) yang baik akan mendorong untuk meningkatkan
volume penjualan. Oleh karna itu penulis mengemukakan pengertian Citra Merek
(Brang image) dari beberapa para ahli di antaranya:
Philip kotler (2008:607) citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang
dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek, sikap dan prilaku individu terhadap
atribut.
Fandy Tjiptono (2005:49), mengemukakan bahwa ³Citra Merek (Brand image)
adalah deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu.´
Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2004:224) berpendapat bahwa ³Brand
image merupakan sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak
para konsumen.´
Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa brand image merupakan
deskripsi atau keyakinan konsumen terhadap suatu produk. Konsumen akan merasa
percaya dengan suatu produk yang akan dikonsumsi dengan keyakinan yang selalu ada
di benak mereka. Sehingga produk yang akan dibelinya mempunyai pengaruh dan
manfaat yang baik.
Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan
preferensi terhadap suatu merek. Lebih memungkinkan untuk melakukan suatu
pembelian, oleh karena itu kegunaan dari iklan diantaranya adalah untuk membangun
citra positif terhadap merek. Manfaat lain yang positif adalah perusahaan bisa
mengembangkan suatu lini produk dengan memanfaatkan citra positif yang telah
terbentuk terhadap merek produk lama.
Hal
yang
perlu
diperhatikan
adalah
bagaimana
mempertahankan
dan
meningkatkan citra merek produk yang sudah positif.
Jika suatu perusahaan ingin mengubah merek produk yang telah lama dan
mempunyai citra positif, maka perubahan itu harus terlebih dahulu menilai inferensi
konsumen atas perubahan yang akan dilakukan.
Persoalan yang dihadapi adalah bagaimana mempengaruhi citra positif konsumen
terhadap merek. Ramuan kunci untuk mempengaruhi citra merek memposisikan
mereknya untuk memenuhi kebutuhan segmen pasar sasaran. Dalam memposisikan
produk, pemasar terlebih dahulu harus mempunyai konsep produk yang dapat
mengkomunikasikan manfaat yang diinginkan melalui iklan dan penggunaan media
yang akan menjangkau pasar sasaran.
Konsumen cenderung untuk membentuk citra terhadap merek, toko, dan
perusahaan didasarkan pada referensi mereka yang diperoleh dari penelitian pemasaran
dan lingkungan.
Sasaran penting dari strategi pemasaran adalah untuk mempengaruhi persepsi
terhadap merek, toko, dan perusahaan.
a.
Citra merek
Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan
dibentuk dari informasi dan pengalaman informasi dan pengalaman masa
lalu terhadap merek. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang
berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan
citra yang positif terhadap suaatu merek, lebih memungkinkan untuk
melakukan pembelian.
Menurut Tjiptono (2005:22) ada tiga tipe Citra Merek yaitu:
1.
Atribute brand, Merek dengan citra yang mampu mengkomunikasikan
kepercayaan terhadap atribut fungsional produk.
2.
Aspirational brand, merek-merek yang menyampaikan citra tentang
tipe orang yang membeli merek bersangkutan.
3.
Experience brand, mencerminkan merek yang menyampaikan citra
asosiasi dan emosi bersama
b.
Citra Toko
Konsumen sering mengembangkan citra toko didasarkan pada iklan,
kelengkapan didalam toko, pendapat teman dan kerabat, dan juga
pengalaman belanja. Citra toko yang ada dibenak konsumen akan
mempengaruhi citra merek.Oleh karena itu, penempatan produk pada rantai
toko-toko pengecer merupakan sarana untuk membantu citra toko.
c.
Citra Perusahaan
Selain mengembangkan citra terhadap merek dan toko, konsumen juga
memperhatikan berbagai informasi mengenai perusahaan atau korporasi,
dan bagaimana pengalamannya atas penggunan produk yang dihasilkan
oleh perusahaan. Ketika konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas
penggunaan berbagai merek produk yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan, maka konsumen akan mempunyai citra yang positif atas
perusahaan tersebut, maka saat itulah terbentuk apa yang disebut dengan
citra perusahaan/korporasi.
2.5.2 Tujuan M engembangkan Citra Merek (Brand Image)
Menurut kotler (2005:93) bahwa brand image menjadi pertahanan utama dalam
persaingan harga, brand yang kuat menciptakan kepercayaan yang lebih besar dan
menciptakan citra merek akan kualitas yang lebih baik dari pada brand yang tidak
terlalu terkenal dan orang bersedia membayar mahal untuk brand yang lebih kuat.
Tetapi harus kita pahami pula bahwa brand image tidak serta merta dianggap kuat
hanya karena menghabiskan banyak uang untuk biaya iklan, kekuatan utama dari
sebuah brand didasarkan pada performa, alih-alih promosi, boleh kita katakan bahwa
pada awalnya barang dibangun melalui publisitas dan iklan, serta akhirnya diperhatikan
oleh performa. Dewasa ini berbagai perusahaan mulai menyadari bahwa brand adalah
satu-satunya harapan mereka untuk mendapatkan perhatian dan respek dipasar yang
semakin kompetitif, brand merupakan janji nilai, hal ini menjadi konsep pengatur bagi
semua kegiatan perusahaan yang melingkupi brand tersebut.
2.5.3 Manfaat Citra Merek (Brand image)
Image atau persepsi masyarakat terhadap suatu perusahaan atau produknya adalah
strategi pemasaran dalam sejumlah cara yaitu :
1. Image dapat dibuat sebagai tujuan didalam strategi perusahaan
2. Image dapat dipakai sebagai suatu dasar untuk bersaing dengan brand image
produk lain yang sejenis yang dihasilkan oleh pesaing
3. Brand image juga dapat membantu memperbaharui penjualan suatu brand
4. Brand image dapat digunakan untuk mengevaluasi efek kualitas strategi
perusahaan.
2.6
Perilaku Konsumen
2.6.1 Pengertian Perilaku konsumen
Philip Kotler & Keller (2007:213) mengemukakan bahwa : ´Perilaku konsumen
merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli,
menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.´
Studi konsumen memberikan petunjuk untuk memperbaiki dan memperkenalkan
prokduk atau jasa,menetapkan harga, merencanakan saluran, menyusun pesan, mencari
tren yang sedang naik daun yang mengemukakan peluang pemasaran baru.
Semakin tingginya tingkat persaingan dalam berbagai industri, maka konsep
pemasaran semakin banyak dianut berbagai perusahaan sebagai falsafah atau pedoman
dalam manajemen pemasaran.
Pemenuhan kebutuhan dan kepuasan pelanggan menjadi orientasi utama dalam
sistem manajemen pemasaran.
2.6.2 Jenis Perilaku Konsumen
Konsumen yang telah melakukan pilihan terhadap berbagai alternatif, biasanya
membeli produk yang paling disukai, yang membentuk suatu keputusan untuk
membeli. Pada keputusan yang lebih kompleks biasanya keterlibatan banyak pihaknya
lebih tinggi dan dibutuhkan lebih banyak pertimbangan sebelum mengambil keputusan.
Philip Kotler dan Armstrong (2008:177) tipe-tipe perilaku membeli berdasarkan
tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantara berbagai merek
diperlihatkan pada tabel 2.1. sebagai berikut :
Tabel 2.1
Tipe-tipe Perilaku konsumen
Keterlibatan Tinggi
Keterlibatan Rendah
Perbedaan yang
mendasar yang ada di
antara merek
Perilaku pembelian
kompleks
Perilaku pembelian yang
mencari keragaman
Sedikit perbedaan di
antara merek yang ada
Perilaku pembelian
pengurangan disonansi
Perilaku pembelian
kebiasaan
Sumber : Philip Kotler & Armstrong (2008:177)
Pada tabel tersebut terdapat empat perilaku pembelian konsumen yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.
Perilaku pembelian kompleks
Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks ketika konsumen benarbenar sangat terlibat dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan
antar merek. Konsumen mungkin sangat terlibat ketika produk itu mahal,
beresiko, jarang dibeli, dan sangat memperhatikan ekspresi diri.
Umumnya konsumen harus mempelajari banyak hal tentang kategori produk.
Konsumen ini akan melewati proses pembelajaran, mula-mula mengembangkan
keyakinan tentang produk, lalu sikap, dan kemudian membuat pilihan pembelian
yang dipikirkan masak-masak.
2.
Perilaku pengurangan disonansi
Perilaku pembelian pengurangan disonansi terjadi ketika konsumen sangat
terlibat dalam pembelian yang mahal, jarang dilakukan, atau beresiko, tetapi
hanya melihat sedikit perbedaan antar merek. Karena anggapan perbedaan merek
tidak benar, maka konsumen akan berkeliling untuk mempelajari merek yang ada
namun membeli dalam waktu yang relatif singkat. Setelah pembelian konsumen
mungkin akan mengalami disonansi pasca pembelian ketika mengetahui kerugian
tertentu dari merek yang dibeli atau mendengar hal-hal yang baik tentang merek
yang dibeli.
3.
Perilaku pembelian kebiasaan
Perilaku pembelian kebiasaan terjadi dalam keadaan keterlibatan konsumen yang
rendah dan sedikit perbedaan merek. Pada perilaku seperti ini konsumen tidak
secara ekstensif mencari informasi tentang merek, mengevaluasi karakteristik
merek, dan mempertimbangkan keputusan merek mana yang akan dibeli.
Konsumen menerima informasi secara pasif ketika konsumen menonton televisi
atau membaca majalah. Pengulangan iklan menciptakan kebiasaan akan suatu
merek bukan keyakinan merek.
4.
Perilaku pembelian mencari keragaman
Konsumen melakukan perilaku pembelian mencari keragaman dalam situasi yang
mempunyai keterlibatan konsumen rendah tetapi anggapan perbedaan merek yang
signifikan.
Pada perilaku seperti ini konsumen sering melakukan pertukaran merek. Ketika
konsumen membeli sesuatu, seorang konsumen mungkin memegang sejumlah
keyakinan tetapi tidak banyak melakukan evaluasi, dan kemudian mengevaluasi
ketika mengkonsumsi produk tersebut. Tetapi untuk pembelian berikutnya
konsumen mungkin akan memilih merek lain untuk mencoba sesuatu yang
berbeda. Sehingga penukaran merek yang terjadi untuk mencari keragaman bukan
karena ketidakpuasan.
2.6.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Kotler dan Keller (2007:214-226), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah
laku dan keputusan konsumen terdiri dari :
1. Faktor Budaya
Faktor-faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam tingkah laku
konsumen. Pemasar harus mengetahui peran yang dimainkan oleh budaya, subbudaya, dan kelas sosial pembeli.
a. Budaya adalah nilai-nilai dasar, persepsi keinginan dan perilaku yang
dipelajari anggota suatu masyarakat dari keluarga dan institusi penting
lainnya.
b. Sub-budaya merupakan sekelompok orang dengan sistem nilai bersama
berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama.
c. Kelas sosial pembeli adalah bagian-bagian masyarakat yang relatif
permanen dan tersusun rapi yang anggota-anggotanya mempunyai nilainilai kepentingan dan perilaku yang sama.
2. Faktor sosial
Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti
kelompok acuan, keluarga, serta peran, dan status sosial konsumen.
a. Kelompok acuan adalah seseorang terdiri dari semua kelompok yang
memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap
perilaku seseorang tersebut.
b. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat.
c. Peran dan status, setiap peran membawa status yang mencerminkan
penghargaan yang diberikan masyarakat.
3. Faktor pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti usia dan
tahap siklus hidup, pekerjaan dan lingkungan ekonomi, kepribadian dan konsep
diri, gaya hidup dan nilai.
a. Umur dan tahap siklus-hidup adalah suatu urutan yang teratur dari tahapan
dimana sikap dan perilaku konsumen cendrung berkembang melalui
kedewasaan, pengalaman, dan perubahan pendapatan serta status.
b. Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya sebuah
perusahaan bahkan dapat berspesialisasi menghasilkan produk-produk yang
dibutuhkan satu kelompok pekerjaan tertentu.
c. Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang seperti yang diperlihatkan
dalam kegiatan, minat, dan pendapat-pendapatnya.
d. Keperibadian adalah karakteristik psikologis untuk seseorang yang
menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan menetap terhadap
lingkungannya.
e. Konsep diri, dasar pemikiran konsep diri adalah bahwa apa yang dimiliki
seseorang memberi kontribusi dan mencerminkan identitas mereka.
4. Faktor psikologis
Pilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat proses
psikologis penting, yaitu : Motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori.
a. Motivasi adalah suatu kebutuhan yang secara cukup dirangsang untuk
membuat seseorang mencari keputusan atas kebutuhannya.
b. Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur dan
menginterpresentasikan informasi untuk membentuk suatu gambaran yang
berarti mengenai dunia.
c. Pembelajaran merupakan perubahan pada perilaku individu yang muncul
dari pengalaman.
d. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif seseorang mengenai sesuatu .
e. Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan kecendrungan seseorang terhadap
suatu objek atau gagasan.
2.7
Proses Keputusan Pembelian
Proses keputusan pembelian terdiri dari 5 tahap : pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli, dan perilaku pasca
pembelian. Jelasnya proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dan terus
berlangsung lama sesudahnya. Pemasar perlu memusatkan perhatian pada proses
pembelian dan bukan pada keputusan pembelian saja.
Gambar 2.3
Model lima tahap
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembeli
an
Sumber : kotler dan keller (2007;235)
Tahap-tahap konsumen dalam mengkonsumsi produk dan jasa menurut kotler dan
keller (2007:235-244) adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika mengenali masalah atau kebutuhan,
kebutuhan tersebut dapat dicetus oleh rangsangan internal dan eksternal. Salah
satu contohnya: salah satu kebutuhan umum seseorang lapar, haus, sex-mencapai
ambang batas tertentu dan mulai menjadi dorongan (internal) dan kebutuhan
umum seseorang yang berasal dari eksternal.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang akan terdorong untuk mencari informasi yang
lebih banyak. Pencarian informasi ini dapat dibagi menjadi dua level. Situasi
pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level
selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif mencari informasi. Sumber informasi
konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok sebagai berikut :
a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, dan kenalan.
b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, dan pajangan ditoko.
c. Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.
d. Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.
3. Evaluasi alternatif
Terdapat beberapa proses evaluasi Keputusan, dan model-model terbaru yang
memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif
Yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk
dengan sangat sadar dan rasional.
4. Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merekmerek yang ada didalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat
untuk membeli merek yang disukai.
5. Perilaku pasca pembelian
Setelah pembelian, mungkin konsumen mengalami ketidakcocokan karena
memperhatikan fitur-fitur tertentu yang menggangu atau mendengar hal-hal yang
menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang
mendukung keputusan. Komunikasi pemasaran harus memasok keyakinan dan
evaluasi yang mengukuhkan pilihan konsumen dan membantu dia merasa nyaman
dengan merek tersebut.
Proses evaluasi ini akan menentukan apakah konsumen merasa puas atau tidak
puas atas keputusan pembeliannya. Seandainya konsumen merasa puas, maka
kemungkinan untuk melakukan pembelian kembali pada masa depan akan terjadi,
sementara itu jika konsumen tidak puas atas keputusan pembeliannya, dia akan mencari
kembali berbagai informasi produk yang dibutuhkan. Proses itu akan berulang sampai
konsumen merasa terpuaskan atas keputusan pembelian produknya.
2.8
Penelitian Terdahulu
Ria Fitriani ( 02 04 231), Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis dan Manajemen
Universitas Widyatama, Dengan judul Pengaruh Brand Image ULTRAMILK Terhadap
Proses Keputusan Pembelian Konsumen. Metode yang digunakan oleh penulis adalah
metode survey. Tujuan dari pernyusunan skripsi,yaitu :
- Untuk mengetahui bagaimana tanggapan konsumen terhadap brand image
ULTRAMILK,
- Untuk mengetahui bagaimana proses keputusan konsumen untuk membeli produk
ULTRAMILK dan juga untuk mengetahui seberapa besar pengaruh brand image
tersebut terhadap proses keputusan pembelian konsumen.
Untuk mengukur dan menganalisa hubungan antara kedua variabel, penulis
menyebarkan kuesioner pada 100 orang responden dan dilakukan analisis dengan
metode statistik dengan Korelasi Rank Spearman, Koefisien Determinasi r, dan statistik
uji t.
Hasil
penelitian
bahwa
tanggapan
konsumen
terhadap
brand
image
ULTRAMILK adalah baik, yang ditunjukan dengan nilai rata-rata secara keseluruhan
atas pernyataan responden terhadap brand image ULTRAMILK adalah sebesar 4,07.
Hasil penelitian bahwa keputusan pembelian konsumen untuk membeli produk
ULTRAMILK adalah baik, dengan nilai rata-rata secara kesuluruhan adalah sebesar
4,14.
Hasil koefisien korelasi Rank Spearman sebesar rs = 0,695, M enunjukan bahwa
terdapat hubungan yang kuat dan searah antara kedua variabel. Dari hasil perhitungan
koefisien determinasi didapat angka sebesar 48,30%, yang menunjukan besarnya
pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian konsumen, sedangkan sisanya
sebesar 51,70% keputusan pembelian konsumen dipengaruhi variabel lainnya yang
tidak diukur dalam penelitian ini.
Pengujian hipotesis dengan menggunakan tabel distribusi t, dari hasil perhitungan
ternyata diperoleh nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel (9,568 > 1,663) yang
berarti Ho ditolak dan Hi diterima. Ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan
antara
brand
image
dengan
proses
keputusan
pembelian
konsumen
(
http://hdl.handle.net/10364/949).
Aggy Restu Pribadi, Universitas widyatama, 2009. Pengaruh Brand Image (Citra
Merek) terhadap keputusan pembelian konsumen surat kabar Pikiran Rakyat. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Tekhnik pengumpulan data adalah
penelitian lapangan yaitu data primer dengan wawancara dan penyebaran kuesioner
yang dibagikan kepada 50 responden.
Hasil analisis pernyataan responden secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata
4,02 yang dikategorikan baik. Sedangkan tingkat keputusan pembelian yang dilakukan
oleh konsumen surat kabar Pikiran Rakyat secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata
4,00 yang dikategorikan baik, ini menunjukkan secara keseluruhan keputusan
pembelian surat kabar Pikiran Rakyat sudah baik.
Hasil pengujian koefisien korelasi rank spearman diperoleh nilai sebesar 0,650 yang
menunjukan bahwa antara brand image PT. Pikiran Rakyat (variabel X) dan keputusan
pembelian surat kabar Pikiran Rakyat (variabel Y) memiliki hubungan yang tinggi,
karena berada pada interval 0,60-0,799. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi,
bahwa variabel X mempengaruhi variabel Y sebesar 42,25% dan sisanya dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini sebesar 57,75%.
Berdasarkan analisis uji hipotesis,t hitung sebesar 5,925 dan t tabel sebesar 1,6788.
Ini menunjukan bahwa t hitung lebih besar dari pada ttabel, yang berarti terdapat
hubungan yang positif antara brand image PT. Pikiran Rakyat dengan keputusan
pembelian surat kabar Pikiran Rakyat.
(http://share4share4share.blogspot.com/2009/12/skripsi-manajemen-pengaruh-brandimage.html)
Download