1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi telah dihasilkan baja tahan karat dengan berbagai jenis berdasarkan struktur mikro atau mekanisme peningkatan kekuatannya sesuai dengan fungsi dan tujuan pemakaian. Perkembangan ini mulai dari paduan yang telah memungkinkan kemajuan dan pertumbuhan proses kimia serta sistem pembangkit listrik di mana teknologi ini di masyarakat kita sangat dibutuhkan . Selanjutnya beberapa sub kategori penting dari baja tahan karat telah dikembangkan salah satunya adalah baja tahan karat austenitic. Baja tahan karat (stainless steel) jenis austenitic adalah baja tahan karat yang bersifat non magnetik dan mengandung 18% kromium dan 8% nikel. Bahan ini memiliki kombinasi yang menarik diantaranya adalah memiliki kekuatan yang baik, keuletan, ketangguhan dan ketahanan korosi yang sangat baik dan mampu las yang baik. Karena keunggulan ini, baja tahan karat austenitic digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti material implant, biomedis dan petrokimia, otomotif, dan teknik kimia (Tri Hardi,dkk.,2016) Banyak penelitian dasar dan terapan telah dilakukan pada austenitic stainless steel dan paduannya baik secara mikroskopik atau secara makroskopik, salah satunya adalah stainless steel 316-L (SS 316-L). Penelitian tekstur dengan menggunakan SS 316-L telah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu, misalnya pengembangan tekstur pada SS 316-L setelah dilakukan pengelasan maupun pengerolan. Pemilihan material SS 316L didasarkan pada komposisi kimia yang telah dikembangkan untuk memperoleh struktur FCC yang stabil, rasio kekuatan luluh dan kekuatan tarik yang sangat rendah. Selain itu, stainless steel austenitic lebih unggul dari stainless steel ferritic dalam ketahanan terhadap korosi karena kepadatan atom kristalografi yang lebih tinggi. (Bombac, dkk.,2007) Bahan ini biasanya digunakan dalam bentuk polikristal. Pada bahan-bahan polikristal, masing-masing butir memiliki orientasi kristalit yang berbeda satu dengan yang lain. Umumnya suatu material memiliki bentuk polikristal dimana masing-masing butir memiliki pengelompokan arah orientasi kristalit yang berbeda satu dengan yang lain sehingga bahan tersebut dikatakan bertekstur (JL.Jhones,2004) Universitas Sumatera Utara 2 Tekstur merupakan sumber utama ketidakisotropisan sifat-sifat fisika dan teknik bahan. Tekstur juga sangat peka terhadap beberapa proses dalam zat padat yang berhubungan dengan perubahan orientasi kristalit. Terdapatnya tekstur menyebabkan logam mempunyai sifat yang berbeda jika diukur pada arah yang berbeda. Kondisi seperti ini disebut anisotropis. (Cullity,1976) Secara umum analisis tekstur digunakan untuk menentukan sifat anisotropi suatu bahan polikristalin yang mengandung jutaan butir kristal. Material dianggap bertekstur ketika orientasi butir tidak acak. Sifat anisotropi bahan seperti deformasi plastik, berbagai sifat mekanik, korosi dan oksidasi disebabkan oleh tekstur. Salah satu metode pengukuran tekstur adalah menggunakan metode difraksi neutron karena neutron memiliki daya tembus yang sangat jauh sehingga mampu menembus sampai pada bagian dalam (bulk) material. Pengukuran tekstur menggunakan difraksi neutron pertama dilakukan oleh Brockhouse (1953) dengan beberapa perkembangan dan perbaikan metode seperti pendekatan matematika untuk analisis tekstur kuantitatif. (Brokmeier,1999). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis Stainless Steel 316-L berbentuk batang (rod). Untuk melakukan karakterisasi struktur kristal Stainless Steel 316-L dilakukan dengan melakukan kalibrasi alat menggunakan sampel standar Silikon 640-d. Dipilihnya sampel standar dimaksudkan agar sudut Bragg kalkulasi dapat dihitung dengan tepat dan sudut Bragg observasi dapati diamati dengan teliti. Hasil analisis kalibrasi alat diperoleh dengan metode penghalusan Rietveld seperti nilai panjang gelombang neutron dan faktor caglioti yang digunakan sebagai parameter masukan untuk melakukan karakterisasi struktur kristal dan fasa Stainless Steel 316-L. Penelitian ini menggunakan pengukuran makrotekstur dengan alat Four Circle Diffractometer/ Texture Diffractometer (DN-2) . Stainless Steel 316 L dikarakterisasi dengan pola difraksi neutron pada puncak Bragg dan analisis tekstur dalam bentuk pole figure menggunakan proyeksi stereografi. Proyeksi stereografi umumnya dipakai untuk menentukan orientasi kristal yaitu untuk penemuan orientasi tekstur dari logam. Universitas Sumatera Utara 3 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam laporan ini adalah : 1. Bagaimana menentukan panjang gelombang dan melakukan kalibrasi alat menggunakan sampel standar Silikon 640-d. 2. Bagaimana karakterisasi struktur kristal Stainless Steel 316-L untuk menentukan parameter kisi dan fasa dengan metode difraksi neutron. 3. Bagaimana pengukuran tekstur bahan Stainless Steel 316-L dalam menentukan arah orientasi kristalit dalam bentuk pole figure dengan difraktometer tekstur. 1.3 Batasan Masalah Untuk mendapatkan suatu hasil penelitian dari permasalahan yang ditentukan, maka perlu ada pembatasan masalah penelitian, yaitu : 1. Menentukan struktur kristal dan fasa bahan Stainless Steel 316-L. 2. Menganalisis tekstur Stainless Steel 316L dengan teknik difraksi neutron menggunakan proyeksi stereografi. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah bertujuan : 1. Menentukan panjang gelombang dan faktor caglioti/faktor alat menggunakan sampel standar Silikon 640-d. 2. Menentukan strukur kristal dan fasa bahan Stainless Steel 316-L dengan metode difraksi neutron. 3. Menganalisis pole figure untuk menentukan arah orientasi kristalit pada Stainless Steel 316-L menggunakan proyeksi stereografi. Universitas Sumatera Utara 4 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Setelah dilakukan penelitian tekstur, dapat dengan mudah mengatur berbagai sifat struktural dan mekanik dari suatu material untuk menyesuaikan tekstur dalam meningkatkan kualitas suatu bahan selama berbagai proses seperti solidifikasi, deformasi plastis dan fase transformasi. 2. Dengan menggunakan hamburan neutron, karakterisasi tekstur bahan menjadi lebih lengkap karena neutron memiliki daya tembus yang tinggi terhadap suatu material. 3. Mengetahui karakteristik Stainless Steel 316-L sehingga dapat digunakan dalam berbagai jenis aplikasi seperti industri, biomaterial,dll. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada masing – masing bab adalah sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan Bab ini mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan untuk proses pengambilan data, analisa data serta pembahasannya. Bab 3 Metodelogi Penelitian Bab ini membahas tentang peralatan dan bahan penelitian, diagram alir penelitian, dan prosedur penelitian. Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini membahas tentang data hasil penelitian dan analisa yang diperoleh dari penelitian berupa hasila analisis tekstur Stainless Steel 316-L dengan metode pole figure. Bab 5 Kesimpulan dan Saran Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan memberikan saran untuk penelitian yang lebih lanjut. Universitas Sumatera Utara