Chapter II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PASAR MODAL
1.
Gambaran Umum Pasar Modal
Menurut Fabozzi (1999 : 7), ada banyak cara menggolongkan jenis – jenis
pasar keuangan, misalnya berdasarkan waktu jatuh temponya. Berdasarkan waktu
jatuh temponya, pasar keuangan terdiri atas pasar modal dan pasar uang. Pasar
modal (capital market) merupakan pasar untuk instrumen berharga jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, sedangkan pasar uang (money market)
merupakan pasar untuk instrumen berharga jangka pendek. Pengertian jangka
pendek ini ditafsirkan berada dalam kurun waktu satu tahun atau kurang dari satu
tahun. Pasar uang lebih banyak dimanfaatkan oleh perbankan dan sebagian kecil
perusahaan – perusahaan besar.
Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi,
termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara
di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar
(Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK/90, tentang peraturan pasar
modal). Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian
Pasar Modal yang lebih spesifik, yaitu “Kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek”. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat
7
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Di pasar modal, perusahaan akan melakukan beberapa kegiatan untuk
mendapatkan dana, misalnya dengan melakukan penawaran umum baik saham
maupun obligasi di pasar perdana. Pasar perdana (primary market) adalah pasar
untuk surat – surat berharga yang baru diterbitkan. Selanjutnya, kegiatan akan
berlanjut dengan hiruk pikuk perdagangan saham atau obligasi di pasar sekunder
atau di kenal dengan nama Bursa Efek. Pasar sekunder (secondary market) adalah
pasar untuk sekuritas yang telah dimiliki oleh pemegang sekuritas. Di pasar
sekunder ini, uang tidak lagi mengalir ke perusahaan penerbit efek tetapi antara
pemegang sekuritas yang satu dengan yang lain.
Pasar modal di Indonesia yang kita kenal sekarang ini, sebenarnya sudah ada
sejak jaman pemerintahan kolonia Belanda. Tujuan pemerintah kolonial Belanda
mendirikan pasar modal pada waktu itu adalah untuk menghimpun dana guna
menunjang ekspansi usaha perkebunan milik orang-orang belanda di Indonesia.
Munculnya pasar modal di Indonesia secara resmi diawali dengan didirikannya
Vereniging voor de Effectenhandel di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1912.
Perkembangan pasar modal di Jakarta pada waktu itu cukup menggembirakan,
sehingga pemerintah kolonial Belanda terdorong untuk membuka bursa efek di
kota lain, yaitu di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925, dan di Semarang pada
tanggal 1 Agustus 1925.
Pada awal tahun 1939 terjadi gejolak politik di Eropa yang mempengaruhi
perdagangan efek di Indonesia. Melihat situasi yang tidak menguntungkan ini,
8
pemerintah kolonial Belanda menutup bursa efek di Surabaya maupun di
Semarang dan kemudian memusatkan perdagangan efek di Jakarta. Kemudian,
pada tanggal 10 Mei 1940 bursa efek di Jakarta juga ditutup, yang disebabkan
oleh Perang Dunia II. Dengan penutupan ketiga bursa efek tersebut, maka
kegiatan perdagangan efek di Indonesia menjadi terhenti.
Tanggal 1 september 1951, setelah adanya pengakuan kedaulatan dari
pemerintah Hindia Belanda, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Darurat
N0.13 tentang bursa untuk mengaktifkan kembali Bursa Efek Indonesia. Undangundang tersebut kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang no.15 tahun 1952.
Sejak itu bursa efek dibuka kembali, dengan memperdagangkan efek yang
dikeluarkan sebelum PD II. Namun keadaan ini haya berlangsung sampai dengan
tahun 1958. Pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden RI secara resmi membuka
kembali pasar modal di Indonesia yang ditandai dengan go public PT. Semen
Cibinong. Penutupan bursa efek saat itu berlatar belakang politis, terutama dengan
tujun agar sistem perekonomian nasional lebih mengarah ke sistem sosial.
Sejak diaktifkan kembali kegiatan pasar modal Indonesia pada tanggal 10
Agustus 1977, bursa efek terus berkembang. Pemerintah memberi beberapa
kemudahan tentang pelaksanaan bursa efek. Terakhir, pemerintah bersama-sama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyusun Undang-Undang N0. 8 tahun
1995 tentang pasar modal. Dengan lahirnya undang-undang ini, mekanisme
transaksi bursa efek di Indonesia beserta lembaga-lembaga penunjangnya
memperoleh kepastian hukum dalam menjalankan usahanya.
9
Perkembangan pasar modal di Indonesia setelah tahun 1988 menunjukkan
jumlah perkembangan yang sangat signifikan. Bahkan pernah dikatakan bahwa
pasar modal Indonesia merupakan bursa berkembang tercepat di dunia, meskipun
hal tersebut belum pernah dibuktikan secara empiris. Akibat perkembangan
tersebut, perdagangan dengan cara manual sudah tidak efisien lagi. Sehingga
mengharuskan Bursa Efek Jakarta untuk mengotomatisasi operasi perdagangan
efek terpadu, yaitu sistem perdagangan efek berbasis komputer yang disebut
dengan Jakarta Automated Trading System (JATS). Implementasi JATS
dilaksanakan mulai tanggal 22 Mei 1995.
2.
Karakteristik, Fungsi, dan Manfaat Pasar Modal
a.
Karakteristik Pasar Modal
Setelah mengetahui pengertian pasar modal secara definitif, kiranya perlu
dikemukakan beberapa klasifikasi daripada karakteristik pasar modal (Basjiruddin
A. Sarida, 1981).
1. Dari sudut pandangan para pemakain dana, maka terdapat berbagai
macam pihak terlibat di dalam kegiatan pasar modal. Dengan adanya
dana yang tersedia bagi pihak-pihak yang membutuhkannya, maka
berbagai instrumen menjembatani antara mereka yang membutuhkan
dana dengan para penanam modal (investor).
2. Dari sudut pandang jenis instrumen yang ditawarkan melalui pasar
modal, yakni apakah instrumen utang jangka panjang/menengah atau
instrumen modal perusahaan (equity).
3. Dari sudut jatuh temponya instrumen yang diperdagangkan di pasar
modal. Sebagaimana diketahui, transaksi surat-surat berharga yang jatuh
temponya dalam waktu kurang dari satu tahun dilakukan dalam pasar
uang (money market) atau pasar dana-dana jangka pendek (short term
market).Sehingga bagi dana-dana menengah (intermediate term funds)
dan dana jangka panjang (long term funds), perdagangannya dilakukan di
dalam pasar modal. Meskipun kedua pasar tersebut tidak dapat dibedakan
begitu saja. Oleh karena rumitnya permasalahan baik pada pasar uang
maupun pasar modal, maka terdapat faktor-faktor lain yang sulit untuk
dapat membedakannya secara teliti, menyeluruh dan lengkap.
10
4. Dari sudut pandangan tingkat sentralisasi. Sebagaimana telah diketahui,
bahwa ruang lingkup suatu pasar modal ternyata mencakup permasalahan
yang cukup luas dan tersebar. Suatu pasar modal adalah sarana bagi dunia
perbankan dan asuransi guna meminjamkan dana-dananya yang menganggur
(idle), sarana untuk memperjualbelikan saham ataupun obligasi suatu
perusahaan, sarana bagi pemodal kecil seperti perorangan, rumah tangga, dan
sebagainya.
5. Dari sudut pandang transaksinya, maka dalam suatu pasar modal transaksi
yang dilakukan oleh para pemodal dan pemakai dana terjadi dalam suatu
pasar yang sifatnya terbuka (open market) dan tidak langsung. Hal tersebut
merupakan suatu karakteristik dari pasar modal di mana para pembeli
maupun penjual dana diwajibkan menggunakan jasa para perantara
perdagangan efek (brokers) ataupun agen-agen penjual (dealers) yang
berfungsi sebagai perantara pemasaran surat-surat berharga (marketing
intermediaries) yang diperjualbelikan di pasar modal. Jadi berbeda dengan
transaksi-transaksi yang dijalankan oleh lembaga keuangan perbankan
ataupun nonbank, dimana transaksi berlangsung secara langsung dan pribadi
(direct and personal).
6. Di dalam mekanisme pasar modal dikenal adanya penawaran pada pasar
perdana dan pasar sekunder/bursa. Hal tersebut menimbulkan perbedaan
antara transaksi pada pasar perdana dengan transaksi pada pasar sekunder
atau bursa. Di Indonesia, harga-harga suatu efek (saham/obligasi) pada pasar
perdana dirundingkan bersama oleh penjamin emisi dan perusahaan yang
menerbitkannya dan setelah mendapatkan persetujuan dari Bapepam
ditetapkan sebagai harga penawaran umum (offering price) pada masa
penawaran umum atau harga perdana. Sedangkan transaksi pada pasar
sekunder atau bursa berlaku harga atau kurs efektif yang dibentuk oleh
kekuatan permintaan dan penawaran terhadap suatu jenis efek.
b. Fungsi Pasar Modal
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara, yang pada
dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara
yang lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang
bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas
dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Terkecuali dalam negara
dengan perekonomian sosialis ataupun tertutup, pasar modal bukanlah suatu
keharusan.
11
Seberapa besar peranan pasar modal pada suatu negara dapat dilihat dari 5
(lima) aspek berikut ini (Sunariyah, 1997: 5).
1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual
untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang
diperjualbelikan.
2. Pasar modal memberi kesempatan kepada para investor untuk
memperoleh hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan
mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para
investor untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Jadi, pasar modal
menciptakan peluang bagi perusahaan untuk memuaskan keinginan para
investor melalui kebijakan deviden dan stabilitas harga sekuritas yang
relatif normal, pemuasan yang diberikan kepada pemegang saham
tercermin dalam harga sekuritas.
3. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan
beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga
yang dimiliki tersebut setiap saat. Apabila pasar modal tidak ada, maka
investor terpaksa harus menunggu pencairan surat berharga yang
dimilikinya sampai dengan saat perusahaan dilikuidasi.
4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat
umum memiliki kesempatan untuk mempertimbangkan alternatif cara
penggunaan uang mereka.
5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
Bagi para investor, keputusan investasi harus didasarkan pada
tersedianya informasi yang akurat dan terpercaya.
Kelima aspek di atas memperlihatkan aspek mikro yang ditinjau dari sisi
kepentingan para pelaku pasar modal. Namun demikian, peranan pasar modal
dalam perekonomian nasional (tinjauan secara ekonomi makro) lebih luas
jangkauannya. Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah
sebagai berikut, Sunariyah (1997: 5) :
1. fungsi tabungan (savings function),
2. fungsi kekayaan (wealth function),
3. fungsi likuiditas (liquidity function).
12
c.
Manfaat Pasar Modal
Manfaat pasar modal (Darmadji & Fakhruddin, 2001: 2) adalah:
1. menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal,
2. memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan
upaya diversifikasi,
3. menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara,
4. penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat
menengah,
5. penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan
iklim berusaha yang sehat,
6. menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik,
7. memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan
mempunyai prospek,
8. alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko
yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan
diversifikasi investasi,
9. membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol
sosial,
10. pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong
pemanfaatan manajemen profesional,
11. sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten.
Manfaat pasar modal bagi investor juga diungkapkan oleh Martono dan
Harjito (2005 : 361) sebagai berikut:
a. memperoleh dividen bagi yang memiliki saham dan mendapatkan bunga
bagi yang memiliki obligasi,
b. mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) bagi
pemegang saham dan mempunyai hak suara dalam rapat umum
pemegang obligasi (RUPO) bagi pemegang obligasi,
c. dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi,
d. dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk
mengurangi risiko.
3.
Instrumen Pasar Modal
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat – surat berharga
yang sering disebut dengan efek, yang umum diperjualbelikan melalui pasar
13
modal. Pengertian efek menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1995 Tentang Pasar Modal “Efek adalah setiap surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang,
setiap rights, waran, opsi, atau setiap derivatif dari efek, atau setiap instrumen
yang ditetapkan sebagai efek.” Untuk memudahkan dalam membahas instrumen
pasar modal, pengertian surat berharga pasar modal dirinci sebagai berikut:
1. Saham
Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT)
atau yang biasa disebut emiten. Pemilik saham merupakan pemilik sebagian dari
perusahaan tersebut. Ada dua macam jenis pemilikan saham yaitu saham atas
nama dan saham atas unjuk. Sekarang ini, saham yang diperdagangkan di
Indonesia adalah saham atas nama, yaitu saham yang nama pemilik tertera di atas
saham tersebut.
2. Obligasi
Obligasi pada dasarnya merupakan surat pengakuan utang atas pinjaman yang
diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat. Jangka waktu obligasi
telah ditetapkan dan disertai dengan pemberian imbalan bunga yang jumlah dan
saat pembayarannya juga telah ditetapkan dalam perjanjian. Obligasi ini dapat
diterbitkan baik oleh badan usaha milik negara (BUMN), swasta, pemerintah
pusat atau daerah (BUMD).
3. Derivatif dari Efek
a. Right/Klaim.
Right menunjukkan bukti hak memesan saham terlebih dahulu yang melekat
pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli
14
saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan, sebelum saham-saham
tersebut ditawarkan keepada pihak lain. Jika pemegang saham tidak
bermaksud untuk menggunakan haknya (membeli saham), maka bukti right
yang dimiliki dapat diperjualbelikan di bursa.
b. Waran.
Menurut peraturan Bapepam, waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu
perusahaan, yang memberi hak kepada pemegang saham untuk memesan
saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk enam bulan atau
lebih. Waran memiliki karakteristik opsi yang hampir sama dengan
Sertifikat Bukti Right (SBR), dengan perbedaan utama pada jangka waktu.
SBR merupakan instrumen jangka pendek yaitu kurang dari enam bulan,
sedangkan waran adalah jangka panjang yang umumnya antara enam bulan
hingga lima tahun.
c. Obligasi Konvertibel.
Obligasi konvertibel adalah obligasi yang setelah jangka waktu tertentu dan
selama masa tertentu, dengan perbandingan dan/atau harga tertentu, dapat
ditukarkan menjadi saham dari perusahaan emiten.
d. Saham dividen.
Keuntungan perusahaan dapat dibagi dalam bentuk tunai maupun dalam
bentuk saham dividen. Jika perusahaan tidak membagi dividen tunai,
perusahaan dapat memberikan saham baru bagi pemegang saham. Dalam
kasus ini, bila perusahaan tidak membagi dividen tunai dan dividen tidak
realisir oleh pemegang saham berarti kerugian riil bagi pemegang saham
tersebut. Alasan perusahaan membagi saham dividen adalah karena
15
perusahaan ingin menambah laba yang bersangkutan di dalam perusahaan
untuk digunakan sebagai modal kerja.
e. Saham Bonus.
Perusahaan menerbitkan saham bonus yang dibagikan kepada pemegang
saham lama. Pembagian saham bonus untuk memperkecil harga saham yang
bersangkutan, yang akan menyebabkan dilusi (penurunan harga) karena
pertambahan saham baru tanpa memasukkan uang baru dalam perusahaan.
Dengan harga saham diperkecil, maka pasar lebih luas. Karena lebih banyak
investor mampu menjangkau harga yang relatif murah.
f. Sertifikasi ADR/CDR.
American Depository Receipts (ADR) atau Continental Depository Receipts
(CDR) adalah suatu resi (tanda terima) yang memberikan bukti bahwa
saham perusahaan asing, disimpan sebagai titipan atau berada di bawah
penguasaan suatu bank Amerika. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
transaksi dan mempercepat pengalihan penerimaan manfaat dari suatu efek
asing di Amerika.
g. Sertifikat Reksa Dana.
Menurut UU No.8/1995 Tentang Pasar Modal, “Reksa Dana adalah wadah
yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal.”
Selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio oleh manajer investasi. Jadi,
sertifikat reksa dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemodal
menitipkan uang kepada manajer investasi sebagai pengelola dana untuk
diinvestasikan baik di pasar modal atau pasar uang. Ada dua jenis reksa
dana, yaitu reksa dana open end (terbuka), sertifikat ini bisa dijual kembali
16
kepada manajer investasi, dan reksa dana close end (tertutup). Sertifikat ini
tidak bisa dijual kembali kepada manajer investasi tetapi dijual di pasar
sekunder.
B. ANALISIS RASIO KEUANGAN
1.
Pengertian dan Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Menurut Munawir (2004: 37), “Analisis rasio adalah suatu metode analisa
untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi
secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.” Gibson (1992 : 766)
memberikan
pengertian
analisis
rasio
sebagai
“Suatu
analisis
yang
menghubungkan komponen data keuangan yang satu dengan yang lainnya dari
laporan keuangan yang berguna sebagai tolak ukur untuk menilai kondisi
keuangan dan prestasi suatu perusahaan.”
Manfaat analisis rasio keuangan sangat penting. Rasio keuangan dapat
digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya.
Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat
dipelajari komposisi perubahan dan dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan
atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut.
Membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan terhadap perusahaan
lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat membantu
mengidentifikasi adanya penyimpangan. Analisis rasio keuangan pada umumnya
digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer
perusahaan, analis kredit, dan analis saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga
17
kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2006) adalah sebagai
berikut:
a. manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis,
mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan,
b. analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat
obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan
kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya,
c. analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek
pertumbuhan perusahaan.
Analisis rasio keuangan menurut Martono dan Harjito (2005: 52) antara lain
berguna dalam:
a.
b.
c.
d.
e.
pengambilan keputusan investasi,
keputusan pemberian kredit,
penilaian arus kas,
penilaian sumber – sumber ekonomi,
menganalisis perubahan – perubahan yang terjadi terhadap sumber – sumber
dana,
f. menganalisis penggunaan dana.
2.
Jenis-jenis Rasio Keuangan
Ada beberapa jenis rasio keuangan yang sering dipakai, menurut Bambang
(2001: 330) apabila dilihat dari sumber dari mana rasio itu dibuat, maka rasio
dapat digolongkan dalam 3 golongan, yaitu:
a. rasio-rasio neraca, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari
neraca, misalnya current ratio, acid-test ratio, dan lain sebagainya,
b. rasio-rasio laporan laba-rugi, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang
berasal dari income statement, misalnya gross profit margin, net operating
margin, dan lain sebagainya,
c. rasio-rasio antar laporan, yaitu rasio-rasio yan disusun dari data yang berasal
dari neraca dan data lainnya berasal dari income statement, misalnya assets
turnover, inventory turnover, dan lain sebagainya.
18
Bambang (2001 : 331) juga mengelompokan rasio kedalam rasio-rasio
likuiditas, rasio-rasio leverage, rasio-rasio aktivitas, dan rasio-rasio profitabilitas
sebagai berikut:
a. rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
likuiditas perusahaan (current ratio, acid test ratio),
b. rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai
berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. (debt to total assets
ratio, net worth to debt ratio dan lain sebagainya),
c. rasio-rasio aktivitas yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan
sumbersumber dayanya (inventory turnover, average collection period, dan
lain sebagainya),
d. rasio-rasio profitabilitas yaitu rasio-rasio yang menunjukan hasil akhir dari
sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales,
return on total assets, return on net worth dan lain sebagainya.
Rasio keuangan yang utama menurut Kieso et al (2002: 222) diklasifikasikan
dalam 4 rasio.
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan yang jatuh
tempo, misalnya membayar gaji, membayar biaya operasional, membayar utang
jangka pendek dan pembayaran lain yang perlu segera dilakukan. Rasio likuiditas
antara lain terdiri atas rasio cakupan utang tunai lancar, rasio cepat (quick ratio),
dan rasio lancar (current ratio).
a. Rasio cakupan utang tunai lancar
Rasio cakupan utang tunai lancar mengukur kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban lancarnya dalam suatu tahun dari operasinya. Untuk
menghitung rasio cakupan utang tunai lancar digunakan rumus berikut.
19
Kas Bersih yang Disediakan
oleh Aktivitas Operasi
Rasio Cakupan Utang Tunai Lancar =
Kewajiban Lancar Rata − rata
b. Rasio cepat (acid – test ratio)
Rasio cepat merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan
dengan hutang lancar. Rasio cepat mengukur likuiditas jangka sangat pendek.
Untuk menghitung rasio cepat digunakan rumus berikut.
Rasio Cepat =
Kas, Sekuritas, dan Piutang (bersih)
Kewajiban lancar
c. Rasio lancar (current ratio)
Rasio lancar adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan dengan utang jangka pendek. Rasio lancar digunakan untuk
mengukur kemampuan membayar utang jangka pendek. Untuk menghitung rasio
lancar digunakan rumus berikut.
Rasio Lancar =
Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
2. Rasio Solvabilitas (leverage ratio)
Rasio solvabilitas mengukur sejauh mana perusahaan didanai oleh utang.
Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas rendah mempunyai risiko kerugian
yang lebih kecil pada saat perekonomian sedang turun, tetapi memiliki tingkat
20
return yang rendah saat perekonomian tinggi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung rasio utang antara lain.
a. Total utang terhadap total aset
Rasio total utang terhadap total aset digunakan untuk mengukur persentase
total aktiva yang diberikan oleh kreditor. Rumus menghitung rasio utang terhadap
total aset adalah.
Total Utang terhadap Total Aset =
Total Utang
Total Aset
b. TIE (Time Interest Earned)
Rasio TIE digunakan untuk mengukur kemampuan memenuhi pembayaran
bunga pada saat jatuh tempo. Rumus untuk menghitung TIE adalah.
π‘‡π‘–π‘šπ‘’ πΌπ‘›π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘’π‘ π‘‘ πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘’π‘‘ =
EBIT
Beban Bunga
3. Rasio Aktivitas/Perputaran
Rasio aktivitas/perputaran digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mengelola aset – asetnya sehingga memberikan aliran kas masuk bagi
perusahaan. Secara ringkas, rasio aktivitas mengukur tingkat efektifitas
pemanfaatan atau penggunaan sumber daya perusahaan. Rumus yang digunakan
antara lain.
21
a. Perputaran persediaan (inventory turn over)
Perputaran Persediaan =
Penjualan
Persediaan
b. Periode pengumpulan piutang (receivable collection period)
π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ πΆπ‘œπ‘™π‘™π‘’π‘π‘‘π‘–π‘œπ‘› π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘œπ‘‘ =
Piutang
Penjualan per hari
c. Perputaran total aset (Total assets turn over)
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑 π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘› π‘‚π‘£π‘’π‘Ÿ =
Penjualan
Total Aktiva
d. Perputaran aset tetap (Fixed assets turn over)
𝐹𝑖π‘₯𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑𝑠 π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘› π‘‚π‘£π‘’π‘Ÿ =
4.
Penjualan
Aktiva Tetap
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan atau tingkat efektivitas pengelolaan manajemen dalam menghasilkan
keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Menurut Kieso et al
(2002 : 223) terdapat beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas.
22
a. Marjin laba terhadap penjualan
Rasio marjin laba terhadap penjualan digunakan untuk mengukur laba bersih
yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Rumus untuk menghitung rasio
marjin laba terhadap penjualan adalah.
Margin Laba Terhadap Penjualan =
Laba bersih
Penjualan Bersih
b. Tingkat pengembalian atas aktiva (Return on Asset)
Rasio tingkat pengembalian atas aktiva digunakan untuk mengukur
profitabilitas aktiva secara keseluruhan. Rumus yang digunakan adalah.
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘› 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑 =
Laba bersih
Total aktiva rata − rata
c. Tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa (Return on Equity)
Rasio tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa digunakan untuk
mengukur profitabilitas dari investasi pemilik. Rumus yang digunakan untuk
menghitung ROE adalah.
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘› πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦ =
Laba bersih
Total ekuitas pemegang saham
23
d. Laba per saham
Rasio laba per saham digunakan untuk mengukur laba bersih yang dihasilkan
oleh setiap lembar saham biasa. Rumus yang digunakan untuk mengukur rasio
laba per saham adalah.
Laba bersih dikurangi
dividen saham
Preferen laba per saham =
Ekuitas pemegang saham biasa
rata − rata
3.
Return on Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir,
2003). Gibson (1992 : 329), menyatakan bahwa: “Return on Assets measures the
firm’s ability to utilize its assets to create profits. This ratio compares profits with
the assets that generate the profits.” Semakin tinggi ROA berarti perusahaan
semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih
setelah pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA
berarti kinerja perusahaan semakin efektif, karena tingkat kembalian akan
semakin besar (Brigham, 2006: 90). Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya
tarik investor kepada perusahaan.
Rumus yang umum digunakan untuk menghitung ROA adalah dengan
membagi laba tahunan perusahaan (laba sebelum bunga) dengan total aset, yang
akan ditampilkan dalam bentuk persentase. Rumus untuk menghitung ROA pada
umumnya adalah.
24
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘› 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑 =
Laba bersih
Total aktiva rata − rata
ROA menggambarkan kemampuan aset – aset yang dimiliki perusahaan
dalam menghasilkan laba, setelah disesuaikan dengan biaya – biaya untuk
mendanai aset tersebut. ROA yang positif (semakin besar) menunjukkan bahwa
dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu
memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya, ROA yang negatif (semakin kecil)
menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan tidak
mampu memberikan laba sehingga mendapatkan kerugian.
ROA menyampaikan apa yang dihasilkan laba dari modal yang ditanamkan
dalam aset. ROA untuk perusahaan publik dapat berbeda secara substansial dan
akan sangat bergantung pada industri tersebut. Itulah sebabnya ketika
menggunakan ROA sebagai ukuran perbandingan, yang terbaik adalah
membandingkannya dengan ROA pada perusahaan yang sama selama beberapa
kurun waktu atau dengan ROA perusahaan lain dalam industri yang sejenis.
4.
Tobin’s Q Ratio
a. Pengertian Tobin’s Q Ratio
Pengukuran nilai perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan nilai
pasar, yaitu metode pengukuran yang digunakan dalam mengukur nilai pasar
biasanya menggunakan metode tobin’s q ratio. Tobin’s q ratio adalah alat
pengukuran kinerja perusahaan yang ditemukan oleh James Tobin dari
Universitas Yale, penerima Nobel di bidang ekonomi.
25
Tobin’s q ratio atau yang dikenal juga sebagai q ratio mengukur kesempatan
berkembang suatu perusahaan dengan membandingkan market value dari aset
perusahaan dengan replacement value dari aset perusahaan. Tobin’s q merupakan
rasio market value aset perusahaan (diukur dengan market value dari saham yang
beredar dan hutangperusahaan) terhadap replacement cost asset perusahaan
(Tobin, 1967).
Tobin’s q menawarkan penjelasan nilai dari suatu perusahaan. Tobin’s q
mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai kombinasi antara aktiva berwujud
dan aktiva tak berwujud. Nilai tobin’s q perusahaan yang rendah (antara 0 dan 1)
mengindikasikan bahwa biaya ganti aktiva perusahaan lebih besar daripada nilai
pasar perusahaan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar menilai kurang
perusahaan tersebut. Sedangkan jika nilai tobin’s q suatu perusahaan tinggi (lebih
dari 1), maka nilai perusahaan lebih besar daripada nilai aktiva perusahaan yang
tercatat.
b. Keunggulan Tobin’s Q
Menurut Wright (2007: 40) keunggulan tobin’s q adalah:
1. tobin’s q mencerminkan aset perusahaan secara keseluruhan,
2. tobin’s q mencerminkan sentimen pasar, misalnya analisis dilihat dari
prospek perusahaan atau spekulasi,
3. tobin’s q mencerminkan modal intelektual perusahaan,
4. tobin’s q dapat mengatasi masalah dalam memperkirakan tingkat
keuntungan atau biaya marginal.
Secara khusus, tobin’s atau q ratio sering digunakan sebagai alat pengukur
nilai intangible asset atau modal intelektual suatu perusahaan seperti kekuatan
monopoli, sistem manajerial dan peluang pertumbuhan. Karena adanya modal
26
intelektual inilah suatu perusahaan sering dinilai lebih oleh pasar. Rupert dalam
Juniarti (2009: 23) mengungkapkan bahwa hal tersebut tercermin dari banyaknya
perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan
keuangan namun penghargaan pasar terhadap perusahaan – perusahaan tersebut
sangat tinggi. Atas dasar itulah sehingga tobin’s q menjadi alat pengukuran
kinerja yang populer.
c.
Pengukuran Tobin’s Q Ratio
Nilai tobin’s q atau q ratio pada umumnya dapat dihitung dengan membagi
nilai pasar suatu perusahaan (yang diukur dengan nilai pasar dari saham yang
beredar dan utang) dengan biaya penggantian aktiva. Rumus dasar ini kemudian
banyak dikembangkan lagi, diantaranya oleh Wright (2007: 37). Menurut dan
Wright, Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham
perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan.
𝒒=
(π„πŒπ• + 𝐃)
(𝐄𝐁𝐕 + 𝐃)
Dimana:
q
= Nilai perusahaan
EMV = Nilai pasar ekuitas (EMV = closing price X jumlah saham beredar)
D
= Nilai buku dari total hutang
EBV = Nilai buku dari total aktiva
27
Untuk perhitungan yang lebih akurat, Yan Liu dalam Juniarti (2009 : 27)
menambahkan biaya iklan serta R & D sebagai proxy intangible asset, dengan
rumus sebagai berikut:
Tobin’s Q = (ME + PS + DEBT) / (TA + Advertising + R & D)
Dimana:
ME
= Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar dikali dengan harga
penutupan saham
PS
= Nilai Likuidasi saham preferen perusahaan yang beredar
DEBT = (Total Utang + Persediaan – Aktiva Lancar)
TA
= Nilai buku total aktiva perusahaan
Analis keuangan lain yang mengembangkan rumus Tobin’s Q adalah Chung
dan Pruitt dalam Darmawati dan Khomsiyah (2003). Mereka mengembangkan
rumus tobin’s q karena pada kenyataannya biaya penggantian aktiva seringkali
tidak tersedia dan sulit diperhitungkan. Oleh karena itu mereka menyamakan
biaya penggantian aktiva dengan nilai buku aktiva sehingga rumus tobin’s q
menjadi:
Tobin’s Q = ME + PS + DEBT / TA
Dimana:
ME
= Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar dikali dengan harga
penutupan saham
PS
= Nilai Likuidasi saham preferen perusahaan yang beredar.
28
DEBT = (Total Utang + Persediaan – Aktiva Lancar)
TA
= Nilai buku total aktiva perusahaan
Klapper dan Lovelock dalam Darmawati dan Khomsiyah (2003) telah
menyesuaikan rumus Tobin’s Q dengan kondisi transaksi keuangan perusahaan –
perusahaan di Indonesia. Rumus tersebut sebagai berikut:
Tobin’s Q = ME + DEBT / TA
C. TRADING VOLUME ACTIVITY
Volume perdagangan diartikan sebagai jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada hari tertentu (Abdul dan Nasuhi, 2000). Perdagangan suatu
saham yang aktif, yaitu dengan volume perdagangan yang besar, menunjukkan
bahwa saham tersebut digemari oleh para investor yang berarti saham tersebut
cepat diperdagangkan. Trading volume activity atau volume perdagangan saham
merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu
tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu.
Pengaruh terhadap tinggi rendahnya volume saham dapat disebabkan oleh
banyak faktor seperti pergantian direksi, kondisi internal perusahaan, laju inflasi,
dan lainnya. Dalam penelitian ini, akan dilihat pengaruhnya secara mikro, yaitu
dari laporan keuangan sebagai informasi akuntansi yang mendasari penilaian.
Informasi dari laporan keuangan inilah yang digunakan oleh investor untuk
melakukan penilaian dan mengambil keputusan apakah akan membeli atau
menjual. Besar kecilnya transaksi permintaan saham inilah yang kemudian akan
mempengaruhi tinggi rendahnya volume saham yang diperdagangkan.
29
Volume perdagangan merupakan ukuran besarnya volume saham tertentu
yang diperdagangkan, mengindikasikan kemudahan dalam memperdagangkan
saham tersebut. Besarnya variabel volume perdagangan diketahui dengan
mengamati kegiatan perdagangan saham yang dapat dilihat melalui indikator
aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity / TVA). Trading volume
activity (TVA) merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk melihat
reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas
volume perdagangan saham di pasar modal. Perubahan volume perdagangan
saham di pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham di bursa dan
mencerminkan keputusan investasi investor.
Perhitungan volume perdagangan saham (trading volume activity) dilakukan
dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam
suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan pada
kurun waktu yang sama. Rumus perhitungan TVA ini dapat dituliskan sebagai
berikut:
TVAi, t =
∑
Volume saham perusahaan i
yang diperdagangkan pada waktu t
Volume saham perusahaan i
∑
yang beredar pada waktu t
Dimana:
TVAi,t = Trading Volume Activity i pada waktu t
i
= Nama perusahaan
t
= Periode waktu tertentu
30
D. TINJAUAN PENELITI TERDAHULU
Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
N
o
Peneliti
1.
Haosana
(2012)
2
Holidiya
h (2009)
3.
Kusuma
hadi
(2008)
4.
Juniarti
(2009)
Variabel
Independen
ROA,
Tobin’s
Q
Ratio
Variabel
Dependen
Trading
Volume
Activity (TVA)
Hasil Penelitian
ROA
berpengaruh
signifikan
terhadap TVA, Tobin’s Q Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap
TVA
ROA, EPS, TVA, Harga Secara parsial, hanya ROA yang
PER
Saham
tidak berpengaruh terhadap TVA dan
harga saham. Sedangkan EPS dan
PER berpengaruh signifikan terhadap
TVA dan harga saham
ROA, ROE, TVA
Secara parsial, hanya ROE yang
NPM, EPS,
berpengaruh signifikan terhadap
DPR
TVA. Namun secara simultan tidak
ada pengaruh yang signifikan dari
rasio keuangan yang diteliti terhadap
TVA
EVA Tobin’s TVA
Niai dari Tobin’s Q berbanding lurus
Q Ratio
dengan penilaian pasar terhadap
perusahaan. Semakin tinggi nilai
Tobin’s Q maka penilaian pasar
terhadap perusahaan tersebut akan
semakin tinggi, TVA meningkat
Haosana (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh return on asset dan
tobin’s q ratio terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan retail yang
terdaftar di BEI. Haosana melakukan uji asumsi klasik untuk mengetahui
hubungan antara ROA dan tobin’s q sebagai variabel independen terhadap volume
perdagangan saham sebagai variabel dependennya. Hosana juga melakukan uji
regresi parsial (uji t) dan uji regresi simultan (uji F) dalam penelitiannya. Dari
hasil penelitian Hosana, dapat disimpulkan bahwa hasil uji t menunjukkan
31
hubungan ROA terhadap TVA memiliki arah signifikan, yang dapat dilihat dari
perbandingan pada koefisien konstanta, nilai t hitung lebih besar daripada t tabel
(12,136 > 2,13). Sedangkan koefisien slope nilai t hitung lebih besar daripada t
tabel (4,611 > 2,13) dan nilai signifikansi lebih kecil daripada 0,05 (0,019 < 0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh terhadap TVA. Hasil uji t
tobin’s q terhadap TVA menunjukkan perbandingan pada koefisien konstanta
ternyata nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel (1,612 < 2,13) dan signifikansi
lebih besar dari 0,05, yang berarti hubungan tobin’s q terhadap TVA tidak
memiliki arah signifikan. Sedangkan koefisien slope nilai t hitung juga lebih kecil
daripada nilai t tabel (-1,096 < 2,13) dan nilai signifikansi lebih besar daripada
0,05, maka disimpulkan tobin’s q tidak berpengaruh terhadap TVA.
Holidiyah (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh ROA, EPS, dan
PER terhadap harga saham dan TVA. Holidiyah melakukan penelitian dengan
analisis regresi berganda terhadap 151 perusahaan manufaktur selama tahun 20052007. Hasil penelitian Holidiyah menunjukkan secara parsial, hanya ROA yang
tidak berpengaruh terhadap TVA dan harga saham. Sedangkan EPS dan PER
berpengaruh signifikan terhadap TVA dan harga saham.
Hasil penelitian Kusumahadi (2008) memberikan hasil yang serupa dengan
hasil penelitian Holidiyah (2009). Kusumahadi melakukan penelitian terhadap 20
perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI dengan analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan penelitian Kusumahadi, dari hipotesis yang diajukan, secara parsial
hanya variabel ROE yang dapat diterima sementara variabel lainnya tidak dapat
diterima. Dengan kata lain hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dari
rasio keuangan yang diteliti, hanya ROE yang berpengaruh terhadap TVA.
32
Namun secara simultan tidak ada pengaruh yang signifikan dari rasio keuangan
yang diteliti terhadap TVA.
Apabila ROA merupakan pengukuran kinerja keuangan perusahaan, maka
tobin’s q adalah pengukuran kinerja untuk mengetahui nilai perusahaan di pasar.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Juniarti (2009) terhadap 17 perusahaan
food and beverage dengan analisis regresi berganda, diperoleh hasil nilai dari
tobin’s q berbanding lurus dengan penilaian pasar terhadap perusahaan. Semakin
tinggi nilai tobin’s q maka penilaian pasar terhadap perusahaan tersebut akan
semakin tinggi. Tingginya penilaian pasar ini akan meningkatkan minat terhadap
permintaan saham perusahaan yang akan berdampak pada meningkatnya volume
saham yang diperdagangkan.
E. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
penting. Beberapa faktor fundamental yang mempengaruhi trading volume
activity diantaranya adalah earning per share, return on asset, dividend payout
ratio, debt to equity ratio,return on equity, dan tobin’s q ratio. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset dan
tobin’s q ratio.
33
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘› 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑 (ROA)
π‘‡π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘›π‘” π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’
Activity (TVA)
Tobin′ s Q π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Return on asset didefinisikan sebagai kemampuan aset – aset yang dimiliki
perusahaan dalam menghasilkan laba, setelah disesuaikan dengan biaya – biaya
untuk mendanai aset tersebut. ROA diperoleh dengan membagikan laba terhadap
total aset. Semakin tinggi ROA berarti perusahaan semakin efektif dalam
memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA berarti kinerja
perusahaan semakin efektif, karena tingkat kembalian akan semakin besar
(Brigham, 2001: 90). Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor
kepada perusahaan. Daya tarik investor yang tinggi terhadap kinerja perusahaan
mengakibatkan perdagangan saham yang meningkat. Dengan demikian ROA
berpengaruh positif terhadap trading volume activity.
Sedangkan tobin’s q ratio mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai
kombinasi antara aktiva berwujud dan aktiva tak berwujud. tobin’s q ratio dapat
dihitung dengan membagi nilai pasar suatu perusahaan (yang diukur dengan nilai
pasar dari saham yang beredar dan utang) dengan biaya penggantian aktiva.
34
Tobin’s q ratio yang tinggi menunjukkan nilai perusahaan lebih besar daripada
nilai aktiva perusahaan yang tercatat. Nilai tobin’s q ratio yang tinggi
mengakibatkan naiknya minat investor pada perusahaan sehingga menaikkan
permintaan saham perusahan tersebut, dengan demikian tobin’s q ratio
berpengaruh positif terhadap Trading Volume Activity.
G. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka konseptual yang dikemukakan sebelumnya, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: return on asset dan tobin’s q
ratio berpengaruh terhadap trading volume activity baik secara simultan maupun
secara parsial.
35
Download