Ekonomi Indonesia Bisa Bertahan

advertisement
Ekonomi Indonesia Bisa Bertahan
Kamis, 17 Juli 2008 | 02:38 WIB
Jakarta, Kompas - krisis perbankan di Amerika Serikat bisa memberi pengaruh pada perekonomian
Indonesia. Akan tetapi, dinamika ekonomi domestik cukup baik. Diharapkan, perekonomian Indonesia
tetap bertahan baik. Posisi ekonomi yang baik itu ditopang ekspor komoditas dan pengeluaran
pemerintah yang cukup besar dan proyek-proyek pembangunan infrastruktur.
Gubernur Bank Indonesia Boediono mengatakan itu kepada pers setelah bertemu Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Rabu (16/7), bersama Pelaksana Tugas Menteri
Koodinator Perekonomian, yang juga Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.
Komoditas pertanian, seperti kelapa sawit, bijian-bijian, kini sedang mengalami kenaikan harga.
Boediono mengatakan, kedatangannya ke Istana Negara untuk melaporkan situasi perekonomian dan
sektor keuangan terkini. ”Pada intinya, semuanya menuju perbaikan,” ujarnya.
Mengandalkan kekuatan ekonomi domestik kini menjadi isu yang didalami Asia agar tidak terpukul keras
akibat kelesuan di AS, kekuatan ekonomi terbesar dunia dengan produk domestik bruto (PDB) mencapai
13 triliun dollar AS.
Belum bisa diketahui
Ditanya soal dampak krisis perbankan di AS pada Indonesia, Boediono mengatakan belum tahu
seberapa jauh dampaknya. ”Soalnya komoditas yang diekspor Indonesia masih tetap banyak. Beberapa
hal lain juga masih cukup baik, misalnya surat utang negara (SUN) sudah dijual dan tingkat suku
bunganya mulai turun,” kata Boediono. ”Memang, ada sedikit kegugupan pemanasan pada Maret, April,
dan Mei lalu sebelum keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
Namun, setelah Mei, ada sedikit, katakanlah demam, yang kini berangsur lebih baik.
Sebelum keputusan untuk menaikkan harga BBM, tekanan pada keuangan pemerintah meningkat
sehubungan dengan terus meningkatnya beban subsidi. Tekanan itu berkurang setelah subsidi dikurangi.
Menurut Boediono, tingkat perbaikan ekonomi sekarang ini juga ditandai dengan kurs rupiah terhadap
dollar AS yang mulai stabil dan bahkan menguat. ”Suku bunga SUN juga turun sehingga kita bisa
membayar biaya bunga yang lebih rendah. Pasar uang juga relatif stabil. Bahkan, cadangan devisa kita
sekarang sangat bagus sekali, yaitu mencapai posisi 59,6 miliar dollar AS,” kata Boediono.
China kini memiliki cadangan devisa di atas 1,8 triliun dollar AS.
Soal inflasi, kata Boediono, diharapkan bisa kembali normal. ”Harapan kami puncak krisis sudah
terlewati,” ujar Boediono.
Sri Mulyani mengatakan, untuk sementara, momentum dampak krisis ekonomi AS tidak akan banyak.
Akan tetapi, mengenai bagaimana tahun depan, hal itu masih tergantung pada kondisi global dan AS.
Namun, krisis global dan AS tidak selalu berkorelasi dengan keadaan di Indonesia atau di banyak negara
lain. ”Positifnya, dengan adanya krisis di AS, permintaan pada minyak akan turun sehingga tekanan
terhadap harga minyak mentah diharapkan bisa turun,” ujar Sri Mulyani.
Kekhawatiran akan adanya penurunan aktivitas ekonomi dunia, kini mulai berdampak pada penurunan
permintaan energi. Hal ini setidaknya untuk sementara, terlihat dari penurunan harga minyak mentah di
pasaran dunia.
Hal ini merupakan salah satu faktor yang memberi kelegaan kepada negara importir BBM.
Masih gamang
Dari Washington diberitakan, kondisi ekonomi AS masih tetap dihantui multikrisis sektor keuangan,
kenaikan harga pangan, dan energi. Terpaan terbesar pada ekonomi AS, dibandingkan beberapa negara
lain, terletak pada sinyal kebangkrutan lembaga keuangan, yang terbaru menimpa Indymac, Fannie Mae,
serta Freddie Mac. Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke menegaskan, secara umum kondisi
perbankan masih solid.
Bank Ketua Federal Deposit Insurance Corp (FDIC) Sheila Bair menjamin, secara keseluruhan simpanan
di bank aman. FDIC adalah lembaga yang menjamin uang nasabah.
Akan tetapi, rasa gugup investor terus terjadi sehingga aksi jual saham pun berlangsung. Walau pada
perdagangan pada hari Rabu keadaan terlihat membaik, tetapi masih tetap sulit menepis keraguan
investor. Karena krisis di AS menyangkut lembaga keuangan, makin mencuat kekhawatiran, korporasi
dunia yang banyak mengandalkan perbankan AS akan terpengaruh. ”Saya kira kita sedang dalam
masalah,” kata Senator Richard C Shelby di hadapan Bernanke.
Persoalan lain yang lebih mengkhawatirkan adalah seberapa tinggi tingkat kegugupan investor, sebuah
ukuran ketenangan psikologis, yang jika ambruk, bisa memperparah keadaan.
Fred Dickson, ahli strategi pasar dari DA Davidson & Co, mengatakan, ”Kini sentimen pasar berada pada
keadaan terburuk sejak tahun 1974.”
Seberapa kuat daya tahan ekonomi AS, sangat bergantung pada seberapa kuat AS dapat berperan
menurunkan harga minyak, suntikan dana kepada lembaga keuangan, dan pertolongan pada
kebangkrutan sektor perumahan.
Brian Bethune dari Global Insight mengatakan, ”Kami merasa bahwa Bank Sentral meremehkan risiko
sistemik sistem keuangan dan perekonomian.”
Kevin Giddis, analis dari Morgan Keegan, menambahkan, kegugupan soal sektor keuangan dan keadaan
ekonomi yang memburuk menciptakan lingkungan yang makin menggelisahkan bagi banyak investor. Ini
makin serius.” (REUTERS/AP/AFP/MONHAR)
Download