Penapisan dan identifikasi bakteri yang berasosiasi

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Simbiosis Mikroorganisme dengan Spons
Spons merupakan invertebrata multiseluler sederhana yang melekat di
habitat bentik pada substrat padat. Semua spons merupakan organisme filter
feeder dimana banyak pori yang tipis pada permukaan tubuhnya sehingga air
dapat masuk dan bersirkulasi melalui kanal atau saluran dimana mikroorganisme
dan partikel organik dapat disaring dan dimakan (Wilkinson 1978).
Spons merupakan sumber produk alami berupa senyawa bioaktif. Sumber
senyawa bioaktif tersebut dapat berupa inhibitor enzim, inhibitor pembelahan sel,
antivirus, antifungi, antimikroba, anti-imflamantori, antitumor, atau sitotoksik
(Munro et al.
1999). Salah satu contoh spons yang menghasilkan senyawa
bioaktif yaitu Achantella sp. penghasil senyawa kalibinol-A yang berfungsi
sebagai antibiotik. Selain itu, Jaspis jhonstoni diketahui mampu menghasilkan
senyawa jasplakinolide yang bersifat sitotoksik (Lee et al. 2001).
Banyak sekali mikroorganisme yang diketahui bersimbiosis dengan spons
diantaranya dari kelompok arkaea, bakteri heterotrofik, sianobakteria, alga hijau,
alga merah, kriptofita, dinoflagellata dan diatom. Simbion dapat bersifat spesifik
maupun non-spesifik terhadap spons sebagai inangnya. Wilkinson (1978)
menemukan simbiosis mikroorganisme yang spesifik pada spesies spons tunggal.
Hal ini terlihat pada simbion antara spesies d-proteobacteria (Aeromonas sp.) dan
spons Theonella swinhoei yang menunjukkan asosiasi spesifik.
Simbiosis terjadi secara intraseluler dan ekstraseluler, dan pada tiap-tiap
simbiosis mikroorganisme terlihat memiliki habitat yang spesifik pada spons
inang. Simbiosis ekstraseluler
terjadi
pada lapisan
luar
spons sebagai
eksosimbion atau pada mesohyl sebagai endosimbion. Simbion intraseluler atau
intranukleus secara permanen berada dalam sel inang atau inti. Pada spons
Theonella swinhoei semua populasi bakteri yang bersimbiosis bertempat pada
ekstraseluler (Bewley et al. 1996).
Webster dan Hill (2001) meyakini bahwa beberapa kemungkinan
simbiosisnya yaitu; secara selektif inang menyerap simbion spesifik; simbion
spesifik tumbuh lebih cepat dari pada kebanyakan simbiosis mikroorganisme
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
5
lain; atau inang memperoleh simbion spesifik melalui transmisi vertikal dari
induk spons ke larva. Spons terlihat memperoleh simbiosis mikroorganisme
melalui mekanisme fagositosis, mikroorganisme ini dapat hidup pada jaringan
spons.
Inhibitor Protease
Inhibitor protease adalah suatu senyawa yang memblok situs aktif protease
untuk mencegah substrat berikatan dengan situs aktif enzim tersebut (Barret et al.
2003). Inhibitor protease adalah kelas dari suatu jenis obat yang digunakan untuk
menangani atau mencegah infeksi oleh virus, termasuk HIV dan Hepatitis C
(Bisswanger 2002). Inhibitor protease mencegah replikasi virus dengan mencegah
aktivitas HIV-1 protease, enzim yang digunakan oleh virus untuk membelah
protein menjadi
kumpulan virion. Inhibitor protease banyak dihasilkan oleh
berbagai macam mikroorganisme diantaranya yaitu, Serratia marcescens
menghasilkan protein inhibitor protease logam yang dikenal dengan nama SmaPI.
Inhibitor
tersebut
dihasilkan
dalam
jumlah
kecil
yang
menunjukkan
penghambatan terhadap protease logam S. marcescens yang memiliki bobot
molekul 50 kDa. Protein tersebut berlokasi di bagian periplasma sel dalam suhu
pertumbuhan 25oC (Kim et al. 1995).
Inhibitor protease juga dihasilkan oleh Gliocladium sp. yang disebut dengan
inhibitor proteinase sistein, TMC-52A-D. Berdasarkan hasil analisa dengan
spektrofotometer dan degradasi kimia menunjukkan bahwa TMC-52A-D
merupakan peptida epoksisuksinil. Inhibitor tersebut kuat menghambat protease
sistein (Isshiki et al. 1998).
Inhibitor protease juga telah ditemukan dari mikroba asal laut yang telah
dilaporkan oleh Imada et al. (1985a,b,c). Pencarian inhibitor asal mikroba laut
diawali
dengan
proses
penapisan
bakteri
penghasil
inhibitor
protease
menggunakan lapisan ganda kasein. Seluruh galur penghasil inhibitor tersebut
bersifat aerob, berflagella, gram negatif, mengandung G+C yang rendah pada
DNA-nya. Mikroba tersebut membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya dan
mampu
menghidrolisis kasein, DNA, gelatin, dan pati. Berdasarkan hasil
identifikasi mikroba tersebut adalah Alteromonas sp. Inhibitor yang dihasilkan
oleh Alteromonas
sp.
B-10-31
tersebut
adalah
marinostatin.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Produksi
6
maksimumnya dihasilkan pada pH 6 dalam air laut, suhu 20oC dan digoyang 2433 jam. Jenis inhibitor lain yang dihasilkan oleh Alteromonas sp. adalah
monastatin yang mempunyai bobot molekul tinggi yaitu 20.000 dalton. Inhibitor
tersebut termasuk glikoprotein, stabil pada suhu sampai 100oC selama inkubasi 30
menit (Imada et al. 1985a). Selain itu, Alteromonas sp. juga menghasilkan jenis
inhibitor leupeptin yang memiliki aktivitas inhibitor pada protease thiol dan
protease serin (Kobayashi et al. 2003). Ketiga jenis inhibitor protease yang
dihasilkan oleh Alteromonas sp. ini memiliki aktivitas dalam penghambatan yang
berbeda. Untuk marinostatin memiliki aktivitas inhibitor terhadap protease serin
seperti subtilisin. Monastatin yang termasuk kedalam protease thiol memiliki
aktivitas inhibitor terhadap protease yang dihasilkan oleh bakteri patogen terhadap
ikan (Kobayashi et al. 2003).
Pseudomonas aeruginosa juga diketahui menghasilkan serralisin (inhibitor
protease alkalin) yang
memiliki afinitas tinggi terhadap zink protease yang
dihasilkan oleh beberapa bakteri gram negatif. Inhibitor tersebut memiliki bobot
molekul 11,5 kDa. Fungsi dari inhibitor ini adalah untuk melindungi bakteri dari
proteolisis selama sekresi serralisin. Senyawa ini diproduksi sebagai prekursor
dengan 125 asam amino dengan urutan signal N-terminal (Feltzer et al. 2003).
Anthony et al. (2002) berhasil mengisolasi dysinosin A dari spons famili
Dysideidae yang ditemukan dekat pulau Lizard Queensland utara Australia.
Dysinosin A merupakan inhibitor yang berpotensi dalam faktor koagulasi darah
dan merupakan inhibitor pada trombin serin protease.
Jenis-jenis Inhibitor Protease
Inhibitor protease diklasifikasikan berdasarkan jenis protease yang dihambat
yaitu inhibitor protease sistein, inhibitor protease serin (serpin), inhibitor protease
treonin, inhibitor protease aspartat, inhibitor metalloprotease, inhibitor protease
asam glutamat. Inhibitor protease serin dicirikan dengan adanya serin nukleolifilik
yaitu residu dari siklus katalitiknya contohnya trombin dan tripsin. Inhibitor
protease sistein umumnya terdapat pada buah-buahan seperti pepaya, anggur, dan
kiwi. Contoh dari protease sistein adalah aktinidain, bromelain, dan papain.
Protease aspartat dicirikan dengan penggunaan residu aspartat untuk katalitiknya
dan memiliki aktivitas pada pH asam. Jenis protease aspartat antara lain pepsin,
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
7
katepsin, dan renin. Jenis metaloprotease memiliki mekanisme katalitik metal
seperti seng dan cobalt (Barret et al. 2003).
Inhibitor protease sistein dibagi dalam tiga famili sistasin yaitu berdasarkan
berat molekul, jumlah ikatan disulpidril, dan struktur primernya. Famili tersebut
adalah stefin, sistasin, dan kininogen (Isshihara et al. 1999). Inhibitor tersebut
memiliki fungsi biologis pada pengaturan protease endogenous seperti kelompok
katepsin dan perlindungan pada protease luar. Beberapa inhibitor protease sistein
dari mikroba telah diisolasi dan dikarakterisasi senyawa kimianya (Murao et al.
1985), inhibitor tersebut memiliki berat molekul rendah. Telah dilaporkan oleh
Tsushima et al. (1992) inhibitor protease sistein dari Candida albicans memiliki
berat molekul 15 kDa.
Subtilisin
Subtilisin adalah protease serin pada prokariot. Subtilisin tidak berhubungan
secara evolusi terhadap kimotripsin, tetapi mekanisme katalitiknya sama
menggunakan triad katalitik, untuk menciptakan serin nukleofilik. Protease serin
dihambat oleh kelompok yang berbeda pada inhibitor, termasuk inhibitor kimia
sintetik untuk penelitian atau terapetik, dan juga inhibitor protein alami. Satu
keluarga pada inhibitor alami dinamakan serpin (turunan dari inhibitor protease
serin) yang dapat membentuk ikatan kovalen dengan protease serin, dan dapat
menghambat fungsinya. Subtilisin diperoleh dari B. licheniformis yang memiliki
pH optimumnya 6,5 sampai 7,5 (Marangoni 2003).
Proteinase K
Proteinase K memiliki spesifisitas substrat dengan kisaran yang luas.
Proteinase K diisolasi dari fungi Engiyodontium album yang mampu tumbuh pada
keratin. Proteinase K juga memiliki kemampuan dalam menghancurkan keratin
asli (rambut). Selain itu juga memiliki kemampuan dalam memotong ikatan
peptida yang berdampingan dengan kelompok karboksil pada asam amino alifatik
dan aromatik. Berat molekul proteinase K sebesar 28.930 dalton, kisaran pHnya
dari 7,5 sampai 12,0. Aktivitas maksimum proteinase K adalah pada suhu 37oC,
dan jika nilai aktivitasnya lebih besar dari 80% yaitu pada suhu 20oC sampai
60oC. Proteinase K dihambat oleh PMSF (Phenylmetanesulfonyl Fluoride) tapi
tidak dihambat oleh EDTA (Ebeling 1974).
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Download