BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Definisi Perilaku Konsumen Ilmu perilaku konsumen adalah ilmu yang mempelajari bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Konsumen mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka namun bertindak sebaliknya, konsumen mungkin juga tidak memahami motivasi mereka yang lebih dalam. Konsumen mungkin menanggapi pengaruh yang mengubah pikiran mereka pada menitmenit terakhir perusahaan mendapatkan kepuasan konsumen sebagai perioritas puncak. Meningkatkan komunikasi dan pengetahuan konsumen, memperkuat dukungan pelayanan dan hubungan yang erat sehingga mempelajari perilaku konsumen merupakan langkah dasar yang penting dalam mencapai kepuasaan konsumen. Menurut Mowan dan Minor (2006), “perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka”. Berdasarkan definisi mengenai perilaku konsumen di atas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang di maksud dengan perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan nyata individu yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan dan faktor luar lainnya yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mempergunakan barang-barang yang diinginkannya. 2.1.2 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Proses ini meliputi 5 tahap, yaitu: pemahaman adanya masalah, pencarian alternatif pemecahan, evaluasi alternatif pembelian, penggunaan pasca pembelian dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih. Gambar. 2.1. Proses Pembelian Model Lima Tahap Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian Sumber: Philip Kotler, Manajemen pemasaran, Prenhallindo, 2005 Menurut Kotler (2005) sebagai berikut: a. Pengenalan masalah Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. b. Pencarian informasi Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua tingkat. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan perhatian yang menguat. Pada tingkat selanjutnya orang itu mungkin memasuki pencarian aktif informasi (mencari bahan bacaan, mengunjungi toko untuk mempelajari produk dan menelepon teman). Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok: 1) Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga dan kenalan. 2) Sumber komersial: iklan, penyalur, wiraniaga, pajangan di toko dan kemasan. 3) Sumber publik: media massa, organisasi penentu peringkat konsumen. 4) Sumber pengalaman: pengkajian, penanganan dan pemakaian produk. c. Evaluasi alternatif Bagaimana konsumen memproses informasi produk yang bersaing dan membuat penilaian akhir? Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen dalam semua situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model yang terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Para konsumen memiliki sikap yang berbeda dalam memandang atribut yang dianggap penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. d. Keputusan pembelian Dalam tahap evaluasi konsumen membentuk preferensi atas produk dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Namun dua faktor berikut dapat berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai sesorang akan bergantung pada dua hal, yaitu: 1) Intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen. 2) Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian. e. Perilaku pasca pembelian Setelah membeli produk konsumen akan mengalami level kepuasaan atau ketidakpuasaan tertentu. Jadi pemasar akan terus menyelidiki hingga periode waktu pasca pembelian. Jika konsumen merasa puas dia akan menunjukkan probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi dan adanya kecenderungan mengatakan hal yang baik tentang produk tersebut. Sedangkan konsumen yang merasa tidak puas akan mengambil tindakan seperti berusaha mengurangi ketidakpuasan dengan membuang atau mengembalikan produk atau mungkin memperkuat nilai tinggi produk tersebut. 2.1 Hubungan Atribut Produk dengan Keputusan Pembelian Kegiatan merupakan tugas di dalam perusahaan yang cepat berubah seiring dengan perkembangan dunia bisnis. Perusahaan perlu meninjau kembali kegiatan pemasarannya dari sudut pandang persaingan. Persaingan bukanlah apa yang diproduksi berbagai perusahaan dalam pabrik mereka, tetapi antara apa yang mereka tambahkan pada pabrik tersebut dalam bentuk pengemasan, pelayanan, iklan, dan hal lain yang orang anggap penting. Sehubungan dengan itu perusahaan perlu memasukkan strategi produk dengan tepat ke setiap program pemasaran agar dapat dikelola secara benar. Salah satunya yaitu perencanaan atribut produk, yaitu seperti penambahan mutu produk, perbaikan desain produk dan sebagainya. “Atribut produk adalah sifat-sifat atau aspek-aspek yang terkandung dalam suatu produk dan yang nantinya akan menjadi penentu serta pertimbangan konsumen untuk menyenangi dan kemudian membeli produk tersebut” (Tjiptono, 2005). Atribut produk yang diberikan tersebut harus benar diperhatikan oleh perusahaan, Karena pada dasarnya seseorang dapat loyal kepada produk yang telah dibeli apabila ia merasa puas. Dengan adanya atribut produk diharapkan dapat mempengaruhi serta mendorong keputusan pembelian dan pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya pembelian. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan atribut produk mempunyai pengaruh terhadap pembelian produk. Atribut produk merupakan bagian dari strategi produk yang penting, sebab apabila dilakukan dengan baik maka dapat membuat produk berbeda dari pesaing dan disukai oleh konsumen. 2.2 Manajemen Pemasaran 2.3.1 Pengertian Pemasaran Definisi pemasaran menurut Kotler,Philip (2005) “Pemasaran merupakan proses social dengan proses individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.” Kesimpulan yang dapat diambil dari definisi diatas adalah bahwa pemasaran bertumpu pada konsep pokok sebagai kebutuhan, keinginan, permintaan produk, nilai kepuasan, pertukaran, transaksi pasar, dan pemasaran. 2.3 Bauran Pemasaran Menurut Philip Kontler & Gery Amstrong (2008) adalah Kumpulan alat pemasaran taksir terkendali yang dipandukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran. Bauran Pemasaran dikelompokan menjadi 4 Variabel yang disebut 4P yaitu • Product (produk) adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat untuk dilihat, dipegang, dibeli atau dikonsumsi. • Price (harga) adalah sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli produk atau mengganti hal milik produk. • Place (tempat) adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. • Promotion (promosi) adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran. 2.4 Produk 2.5.1 Pengertian produk Produk adalah salah satu dari 4 variabel bauran pemasaran yang dapat digunakan perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dari berbagai segmen pasar. Pengertian produk tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan karena produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan. “Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan”( Siswanto Sutojo, 2005:78). Sedangkan menurut pendapat yang lain definisi produk adalah sebagai berikut: “produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk menarik perhatian, pembelian, pemakaian atau kombinasi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan”(Kotler dan Amstrong 2005), Dari kedua definisi diatas menunjukan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar. Dalam produk terdapat sifat-sifat atau atribut-atribut baik yang nyata maupun yang tidak nyata, di mana keberadaannya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu produk dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumennya. 2.6 Aspek Produk Berdasarkan pengertian produk seperti yang sudah dibahas sebelumnya menurut Assauri (2004) sebagai berikut: Pada dasarnya produk yang dibeli konsumen itu dapat dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu: a. Produk inti, merupakan inti atau dasar yang sesungguhnya dari produk yang ingin diperoleh atau didapatkan oleh seorang pembeli atau konsumen dari produk tersebut. b. Produk formal merupakan bentuk, model, mutu, merek dan kemasan yang menyertai produk tersebut. c. Produk tambahan adalah tambahan produk formal dengan berbagai jasa yang menyertainya seperti: pemasangan, pelayanan, pemeliharaan dan pengangkutan secara cuma-cuma. Penjelasan mengenai ke tiga aspek produk tersebut adalah sebagai berikut: 1) Produk inti Merupakan manfaat yang ditampilkan suatu produk kepada konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Masing-masing produk memiliki produk inti atau manfaat inti tersendiri. 2) Produk formal Merupakan penampilan atau perwujudan dari produk inti maupun perluasan produknya. Produk formal ini lebih dikenal oleh sebagian besar pembeli sebagai daya tarik, yang tampak langsung di mata konsumen. Dalam hal ini ada 5 komponen yang terdapat pada produk yaitu desain, daya mutu, daya tarik, pengemasan, nama merek. 3) Produk tambahan Mencakup berbagai tambahan manfaat yang dapat dinikmati oleh konsumen dari produk inti yang dibelinya. Beberapa manfaat tambahan itu akan memperluas manfaat produk yang ditawarkan atau dipasarkan. Ketiga aspek produk tersebut dapat dijelaskan pada bagan berikut: Gambar. 2.2. 3 Aspek produk Instalasi Desain Pengiriman Manfaat inti Mutu Kemasan Pemeliharaan Merek Sumber: Amstrong marketing principles, 2005: 248 Produk yang diperluas Produk formal Produk inti Menurut Amstrong (2005), “produk diklasifikasikan ke dalam dua bagian: a. Produk Konsumen Merupakan produk yang dibeli konsumen akhir untuk konsumsi pribadi produk konsumen meliputi: 1) Produk sehari-hari Produk dan jasa konsumen yang biasanya sering dibeli oleh pelanggan itu disertai dengan usaha yang sedikit dalam membandingkan dan membeli. Harga produk sehari-hari biasanya cukup murah dan disebarkan cukup luas di banyak lokasi agar produk tersedia dengan mudah, ketika pelanggan membutuhkannya. 2) Produk shopping Produk yang jarang dibeli oleh konsumen sehingga dalam proses pemilihan dan pembeliannya konsumen melakukan perbandingan karakteristik seperti kecocokan harga dan gaya. 3) Produk khusus Produk konsumen dengan karakteristik unik atau identifikasi merek yang dicari oleh kelompok pembeli tertentu, sehingga konsumen bersedia mengeluarkan usaha khusus untuk memperolehnya. 4) Produk yang tidak dicari Produk konsumen di mana keberadaannya tidak di ketahui atau jika di ketahui oleh konsumen pun tidak terpikir oleh konsumen untuk membelinya, oleh karena itu produk yang tidak di cari memerlukan iklan penjualan pribadi dan upaya pemasaran lainnya. b. Produk industri Produk industri adalah produk yang di beli untuk diproses lebih lanjut atau penggunaan yang terkait dengan bisnis. Produk industri dapat di bagai menjadi 3 yaitu: 1) Bahan dan suku cadang Meliputi bahan baku, bahan manufaktur dan suku cadang bahan baku terdiri dari produk pertanian (gandum, kapas dan sebagainya) dan produk alami (ikan, kayu dan sebagainya). Bahan manufaktur dan suku cadang terdiri dari komponen bahan (besi, benang, semen) dan komponen suku cadang (motor, ban, cetakan). Harga serta jasa adalah faktor pemasaran utama dalam kelompok ini, merek dan iklan cenderung kurang begitu penting. 2) Barang modal Produksi industri yang membantu proses produksi/operasi, termasuk pemasangan dan peralatan tambahan. Pemasangan itu terdiri dari pembelian utama seperti bangunan dan peralatan tetap, peralatan tambahan meliputi peralatan pabrik yang dapat dipindahkan dan peralatan kantor. 3) Perlengkapan dan jasa Meliputi perlengkapan operasi dan alat-alat perbaikan juga pemeliharaan serta jasa konsultasi bisnis, jasa-jasa ini biasanya diserahkan dengan menandatangani kontrak. Menurut Kotler (2003), produk dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik produk sebagai berikut: a. Daya tahan dan keberwujudan 1) Barang yang tidak tahan lama: barang yang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya di konsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. 2) Barang tahan lama: barang tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya dapat di gunakan berkali-kali. 3) Jasa: jasa bersifat tidak berwujud tidak dapat dipisahkan dan mudah habis. b. Klasifikasi barang konsumen 1) Barang shopping adalah barang-barang yang karakteristiknya berdasarkan kesesuaian, kualitas harga dan gaya dalam proses pemilihan dan pembelian. 2) Barang khusus adalah barang-barang dengan karakteristik unik atau identifikasi merek di mana untuk memperoleh barang-barang itu sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. 3) Barang yang tidak dicari adalah barang-barang yang tidak di ketahui konsumen atau diketahui namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya. c. Klasifikasi barang industri 1) Bahan baku dan suku cadang adalah barang-barang yang sepenuhnya memasuki produk yang dihasilkan. 2) Barang modal adalah barang-barang tahan lama yang memudahkan pengembangan atau pengelolaan produk akhir. 3) Perlengkapan dan jasa bisnis adalah barang dan jasa tidak tahan lama yang membantu pengembangan atau pengelolaan produk akhir. 2.7 Atribut Produk 2.7.1 Pengertian Atribut Produk Suatu perusahaan dalam memproduksi sebuah produk akan memberikan atributatribut yang dapat memberikan manfaat atau kegunaan kepada konsumen. Dari atribut inilah suatu produk dapat dibedakan dengan produk sejenis lainnya dan setiap perusahaan akan memberikan produk yang terbaik bagi para konsumen. “Atribut produk adalah sifat-sifat atau aspek-aspek yang terkandung dalam suatu produk dan yang nantinya akan menjadi penentu serta pertimbangan konsumen untuk menyenangi dan kemudian membeli produk tersebut” (Tjiptono, 2005). Menurut Guiltian (2003), “atribut produk menggambarkan karakteristik spesifik dari produk yang menimbulkan manfaat. Artinya pembeli biasanya dapat menyimpulkan manfaat yang akan mereka terima dari produk dengan meneliti atribut-atribut produk tersebut” Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa atribut produk merupakan suatu karakteristik spesifik dari produk yang memberikan manfaat penting bagi konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Jika perusahaan dapat menemukan keinginan konsumen dengan memberikan atribut-atribut terbaik pada produknya, diharapkan konsumen akan memandang produk tersebut berbeda dan lebih baik dari produk para pesaingnya dan perusahaan akan dapat menempatkan posisi produknya ke arah yang lebih baik. 2.7.2 Komponen Atribut Produk Setelah diketahui pasar mana yang akan dituju, maka yang harus diperhatikan oleh produsen dalam menyusun strategi produk adalah mengenai preferensi atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih produk sabun muka merek ponds. Komponen atribut produk dalam penelitian ini adalah: harga, mutu dan kemasan. Dari atribut produk tersebut suatu produk dapat dibedakan dengan produk sejenis lainnya. a. Harga Harga merupakan salah satu variabel pemasaran yang perlu diperhatikan oleh produsen. Karena harga akan secara langsung mempengaruhi besarnya volume penjualan dan laba yang ingin dicapai perusahaan. Kebijakan perencanaan produk, penyaluran barang maupun menggunakan media personal yang baik tidak akan berhasil apabila kebijakan harga tidak ikut diperhatikan. “Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk sebagai suatu nilai tukar untuk manfaat yang ditimbulkan oleh barang atau jasa tertentu bagi seseorang”(Asri, 2006) Sedangkan menurut Sugiono (2005), “ Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa.” Sesuatu yang lain itu dapat berupa kebanggan memiliki produk yang telah terkenal mereknya, jaminan mutu, perasaan aman karena memiliki produk tersebut dan lain sebagainya. Produsen harus memikirkan tentang penetapan harga jual produknya secara tepat agar bisa menarik minat calon pembeli. Bagi sebagian konsumen yang termasuk dalam sekelompok orang yang hemat, harga produk yang rendah akan memberikan kepuasan yang tinggi. Sebaliknya bagi mereka yang termasuk golongan yang lebih mengutamakan gengsi, cenderung lebih menyukai barang-barang bergengsi dengan harga yang tinggi pula. Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa harga yang tinggi biasanya ditemukan pada produk-produk dengan mutu premium atau produk-produk menawarkan manfaat lebih tinggi dibandingkan produk lain. Menurut Sugiono (2005), menyatakan bahwa “faktor-faktor yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan perusahan dalam menentukan harga antara lain: 1) Faktor eksternal perusahaan, meliputi: • Status perusahaan di pasar • Harga produk pesaing • Faktor psikologis • Elastisitas permintaan produk • Faktor eksternal lainnya 2) Faktor internal perusahaan, meliputi: • Sasaran strategi perusahaan terpadu • Sasaran strategi harga jangka pendek dan menengah yang ingin dicapai perusahaan • Biaya pengadaan produk • Ciri-ciri khusus produk yang dipasarkan. b. Mutu Dalam proses mengembangkan citra produk yang baik dimata konsumen, seorang pemasar harus menetepkan derajat mutu bagi produknya, apabila mutu suatu produk semakin lama terus meningkat dan sesuai keinginan konsumen, maka produk tersebut akan lebih disukai oleh konsumen. Menurut pendapat Kotler (2005) bahwa “mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat mutu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan maupu tersirat”. Menurut Juran dalam Gasperz (2002), dalam membuat produk yang bermutu tinggi diperlukan perencanan kualitas yang melibatkan beberapa aktifitas berikut: 1) Mengidentifikasi pelanggan. 2) Menentukan kebutuhan pelanggan. 3) Menciptakan keistimewaan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. 4) Menciptakan proses yang mampu menghasilkan keistimewaan produk di bawah kondisi operasi. 5) Mengalihkan proses ke operasi. c. Kemasan Peran kemasan semakin penting di dalam memasarkan produk-produk perusahaan. Kemasan telah menjadi alat pemasaran sebab peran kemasan bisa menciptakan nilai tersendiri bagi konsumen dan arti promosional bagi pihak-pihak perusahaan atau produsen. Salah satu cara untuk menarik dan mempengaruhi konsumen dapat dilakukan melalui kemasan barangnya. Menurut Kotler (2002)”pengemasan mencakup semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau pembungkus untuk suatu produk, wadah atau pembungkus itu yang disebut kemasan”. Alasan kemasan dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1) Kemasan memenuhi sasaran : keamanan dan bermanfaat. Kemasan melindungi produk dalam memproses penjualan, produsen ke konsumen dalam beberapa kasus bahwa kemasan sewaktu dipakai oleh konsumen atas suatu keamanan. 2) Kemasan bisa melakukan program pemasaran perusahaan, melalui kemasan, identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah pertukaran oleh produk pesaing. 3) Manajemen bisa mengemas produknya sedemikian rupa untuk meningkatkan perolehan laba, tak jarang dijumpai adanya konsumen yang bersedia membayar lebih biaya untuk mendapatkan produk khusus. Menurut Assauri (2004), syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah kemasan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Harus dapat melindungi produk terhadap kerusakan, kehilangan dan kotoran. Harus ekonomis dan praktis bagi kegiatan pendistribusian produk tersebut. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa perusahaan harus dapat memilih jenis dan cara pembungkusan dengan biaya yang relatif murah. Akan tetapi dapat memberi kemudahan bagi konsumen untuk membawa dan menyimpannya. 2) Ukuran kemasan hendaklah sesuai dengan keinginan pembeli, misalnya besar kecilnya dan bentuknya sesuai dengan kesatuan produk. 3) Kemasan haruslah memberikan aspek deskriptif yaitu menunjukan merek, kualitas, yang terdapat dalam produk tersebut. 4) Kemasan haruslah mempunyai citra dan aspek seni. 2.8 Kerangka Pikir Konseptual Setiap hari konsumen melakukan penilaian dan evaluasi terhadap berbagai pilihan produk yang akan mereka beli maupun yang sudah pernah mereka beli. Melihat hal tersebut, maka kebanyakan perusahaan berusaha menyelidiki keputusan pembelian konsumen dengan sangat rinci untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen, bagaimana mereka membeli, mengapa mereka membeli, berapa banyak mereka beli dan kapan mereka membeli. Rangsangan pemasaran terdiri dari marketing mix: produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion). Rangsangan lainnya mencakup kekuatan dan perubahan yang ada di lingkungan pembeli, yang meliputi ekonomi, teknologi, politik dan budaya. Tugas pemasar adalah memahami perilaku konsumen dengan memperhatikan adanya kekuatan dan perubahan lingkungan. Di samping itu pemasar juga harus memahami bagaimana rangsangan tersebut memasuki kesadaran pembeli, serta proses sampai akhirnya konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian. Dari pemahaman tersebut kemudian diubah menjadi suatu tanggapan pembelian dalam bentuk pilihan produk, pilihan merek, pilihan saluran distribusi, waktu membeli dan jumlah pembelian. Berdasarkan model perilaku dari Kotler tersebut, dapat dibuat suatu kerangka pikir konseptual pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar. 2.3. Kerangka pikir konseptual - Latar Belakang Penelitian - Permasalahan - Tujuan Penelitian - Tinjauan Teori - Bauran Pemasaran Product Price Place Promotion Atribut Produk (X) Keputusan Pembelian (Y) Harga (X1) Mutu (X2) Kemasan (X3) Analisa Kualitatif Analisa Kuantitatif Temuan hasil penelitian a. b. c. d. e. f. Uji Normalitas Uji Validitas Uji Realibilitas Uji Regresi Berganda Uji F Uji t Atribut produk berpengaruh pada saat konsumen mulai dirangsang melalui bauran pemasaran, mengenali masalah yang ada, mencari informasi dan evaluasi alternatif keputusan pembelian. Sedangkan pada tahap keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian, atribut tidak lagi berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen, sehingga peranan atribut produk hanya sampai evaluasi alternatif konsumen mempunyai dasar pemikiran yang berbeda-beda. 2.9 Model Konsepsi Berdasarkan kajian dari teori atribut produk dan perilaku konsumen, maka dapat disusun suatu model konsepsi sebagai dasar penentuan hipotesis seperti pada gambar di bawah ini: Gambar. 2.4. Model Konsepsi Atribut Produk (X) Keputusan Pembelian (Y) 2.10Model Hipotesis Berdasarkan model konsepsi di atas, dapat diuraikan ke dalam model hipotesis agar masing-masing variabel dapat diamati dan diukur sebagai berikut: Gambar. 2.5. Model Hipotesis Harga (X1) Mutu (X2) Kemasan (X3) Keputusan Pembelian (Y) Keterangan : = Berpengaruh secara simultan = Berpengaruh secara parsial 2.11 Hipotesis Berdasarkan model hipotesis tersebut, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga bahwa atribut produk yang terdiri dari variabel Harga (X 1 ), Mutu (X 2 ) dan Kemasan (X 3 ) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sabun muka merek Ponds (Y). 2. Diduga bahwa atribut produk yang terdiri dari variabel Harga (X 1 ), Mutu (X 2 ) dan Kemasan (X 3 ) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sabun muka merek Ponds (Y).