BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Krisis keuangan global yang terjadi saat ini sangat erat kaitannya dengan
kondisi perekonomian Amerika dan Eropa yang buruk. Gejolak perekonomian
yang terjadi di Amerika dan Eropa telah mempengaruhi stabilitas ekonomi global
di beberapa kawasan. Keterbukaan ekonomi antar negara, memungkinkan
terjadinya resesi di suatu negara untuk mengarah dan mempengaruhi negara
lainnya.
Dampak krisis keuangan global di setiap negara sangat tergantung pada
kebijakan dan fundamental ekonomi negara masing-masing. Krisis keuangan
global yang terus berlangsung menyebabkan merosotnya aktivitas ekonomi dan
perdagangan dunia. Dampak yang ditimbulkan krisis keuangan global terhadap
perekonomian Indonesia mulai dirasakan pada triwulan IV tahun 2008. Penurunan
ekspor dan perlambatan pertumbuhan investasi sebagai sumber pertumbuhan
ekonomi diperkirakan akan terus terjadi pada tahun-tahun berikutnya.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2008 dan menurunnya
harga-harga komoditi dunia mendorong penurunan penerimaan ekspor nasional.
Dampak krisis pada perkebunan terasa paling rentan karena komoditas ini sangat
berorientasi ekspor dan diperdagangkan secara internasional.
Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, terdapat
perubahan di bidang perekonomian yang sangat pesat di dunia, baik di negaranegara industri maupun negara-negara berkembang, sehingga batas-batas negara
bukan lagi menjadi penghalang. Keadaan ini melebarkan peluang masuknya
berbagai pengaruh untuk saling berinteraksi antar negara. Hal tersebut merupakan
peluang dan bisa menjadi tantangan atau ancaman bagi bagi negara tersebut bila
tidak mengantisipasi sebelumnya.
Dunia usaha di Indonesia tentunya tidak mengelakkan diri dari persaingan
global, karena tidak hanya akan menghadapi pesaing-pesaing lokal saja tetapi juga
pesaing-pesaing mancanegara. Apalagi pada masa krisis sekarang ini, banyak
perusahaan yang terpaksa gulung tikar, baik karena nilai hutangnya yang
melambung sehubungan dengan jatuhnya nilai rupiah maupun karena turunnya
daya beli konsumen.
Perusahaan harus melihat kondisi ini, karena berhubungan dengan
kelangsungan
hidup
perusahaan.
Perusahaan
harus
berhati-hati
dalam
pengambilan keputusan terutama keputusan dalam bidang keuangan. Hal ini
disebabkan karena kegagalan atau keberhasilan usaha hampir sebagian besar
ditentukan oleh kualitas keputusan yang berkaitan dengan keuangan.
Menilai kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan membandingkannya
dari waktu ke waktu atau membandingkannya dengan perusahaan pesaingnya
yang bergerak pada industri sejenis. Hal ini tentu saja sangat berguna bagi
investor dalam mengetahui kondisi perusahaan-perusahaan pada kelompok
industri tertentu untuk menentukan mana yang terbaik dan yang lebih
menguntungkan dilihat dari perbandingan kinerja perusahaan. Kinerja masa lalu
sering merupakan indikator yang baik mengenai kinerja di masa yang akan
datang.
Untuk mengambil keputusan dan penetapan suatu kebijakan yang tepat
diperlukan suatu informasi yang berhubungan dengan keputusan yang akan
diambil, yang tersedia secara tepat waktu, yang akan ditelusuri kebenarannya,
jelas, lengkap dan akurat. Informasi dalam laporan keuangan perusahaan
menggambarkan hasil kegiatan perusahaan pada periode tertentu. Laporan
keuangan tersebut dapat memberikan informasi mengenai hasil usaha, posisi
keuangan perusahaan, dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
posisi keuangan kepada berbagai pihak baik internal maupun eksternal
perusahaan.
Dewasa ini, pengambilan keputusan ekonomi hanya dengan melihat
kinerja keuangan suatu perusahaan, saat ini sudah tidak relevan lagi. Eipstein dan
Freedman (1994) dalam Dahlia dan Siregar (2008), menemukan bahwa investor
individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan
tahunan. Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi
mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut
dikenal dengan nama laporan keberlanjutan atau sustainability reporting.
Sustainability reporting adalah praktik pengukuran, pengungkapan dan
upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan kepada stakeholder internal maupun eksternal. Sustainability
Report/Laporan berkelanjutan merupakan sinonim atau istilah lain yang
menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan dan sosial,
misalnya triple bottom line, laporan pertanggungjawaban perusahaan, dan lain
sebagainya (GRI Reports ,2006).
Pembangunan ekonomi mempunyai pengaruh besar terhadap kesejahteraan
masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terus
mengembangkan pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Untuk itu perusahaan dituntut untuk dapat beradaptasi agar dapat
mempertahankan eksistensi perusahaan. Untuk mengetahui eksistensi perusahaan
dapat diukur dengan melihat kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila memiliki kinerja
keuangan yang baik karena kinerja keuangan perusahaan menjadi tolak ukur baik
atau tidaknya sistem manajemen yang dijalankan oleh perusahaan. Terdapat
beberapa rasio yang digunakan kinerja keuangan. Namun, dari rasio-rasio
tersebut, ada satu rasio yang seringkali digunakan investor sebelum melakukan
investasi. Rasio tersebut adalah ROA (Return on Asset). Return on Asset
merupakan salah satu indikator penting yang sering digunakan untuk menilai
tingkat profitabilitas perusahaan (Wulan, 2011).
Tujuan utama dari kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan adalah untuk
memperoleh laba, karena laba sangat berperan dalam menjaga kelangsungan
hidup perusahaan sesuai dengan prinsip going concern. Untuk mencapai hal
tersebut, perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya dengan mengelola aktivitas
bisnisnya secara efektif, efisien, dan ekonomis (Almar dkk, 2012).
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya.
Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan,
perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta
meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu,
manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu memenuhi target
yang telah ditetapkan. Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai degan
yang diharapkan dan bukan berarti asal untung.
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama
laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk
beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan
perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan,
sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen
selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika berhasil
mencapai target yang telah ditentukan, mereka dikatakan telah berhasil mencapai
target untuk periode atau beberapa periode. Namun, sebaliknya jika gagal atau
tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran
bagi manajemen untuk periode ke depan. Kegagalan ini harus diselidiki di mana
letak kesalahan dan kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang.
Kemudian, kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan
untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan
manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan.
Tabel 1.1
Tabel Pendapatan Bersih Perusahaan Rokok (dalam jutaan)
2009
2010
2011
2012
2013
GGRM Rp 3.455.702 Rp 4.146.282 Rp 4.958.102 Rp 4.068.711 Rp 4.383.932
RMBA Rp (147.943) Rp 218.621 Rp 305.997 Rp (323.351) Rp (1.042.068)
HMSP Rp 5.087.339 Rp 6.421.429 Rp 8.065.414 Rp 9.805.421 Rp 10.807.957
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Rokok di BEI
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat kenaikan laba yang terus menerus
dari Hanjaya Mandala Sampoerna. Hal ini dikarenakan Sampoerna telah terlebih
dahulu berinvestasi pada rencana keuangan jangka panjang serta melaksanakan
corporate social responsibility sejak lama. Seperti diberitakan pada tahun 2013
oleh situs pasar modal inilah.com, Gudang Garam dan Bentoel mengalami naik
dan turun dalam hal pendapatan dikarenakan mereka baru melakukan investasi
jangka panjang. Begitu pula yang diberitakan oleh situs finance.detik.com, bahwa
perusahaan rokok yang listing memiliki kinerja yang baik walaupun beberapa
mengalami penurunan/kerugian namun hal itu dikarenakan investasi jangka
panjang
termasuk
didalamnya
pelaksanaan
program
corporate
social
responsibility dalam jangka panjang.
Pada era industrialisasi, sebagian besar perusahaan hanya berfokus pada
profitabilitas. Kontribusi mereka terhadap masyarakat hanya sebatas pekerjaan
lapangan yang tersedia untuk masyarakat dan barang jasa penyediaan dan. Saat
ini, masyarakat menuntut perusahaan untuk berbuat lebih banyak karena ada
ketidakseimbangan ekonomi antara pemilik bisnis dan masyarakat; dan juga
dampak negatif mereka menciptakan seperti polusi.
Penerapan
corporate
social
responsibility
(CSR) sekarang tidak
diperlakukan sebagai biaya, melainkan sebagai investasi (Wibisono, 2007 dalam
Mulyadi dan Anwar, 2012). CSR mengacu pada hubungan antara perusahaan dan
semua pemangku kepentingan, termasuk pelanggan, karyawan, investor, pemasok,
pemerintah, dan bahkan pesaing mereka. Konsep ini juga dikenal sebagai 3P
(profit, people, planet) diperkenalkan oleh Solihin (2009 dalam Mulyadi dan
Anwar 2012). Tujuan bisnis tidak hanya mencari keuntungan, tetapi juga untuk
kesejahteraan masyarakat dan menjamin keberlanjutan planet ini.
Kondisi keuangan perusahaan yang stabil serta keuntungan yang besar
tidak menjamin nilai sebuah perusahaan dapat bertahan secara berkelanjutan.
Kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup dan berbagai dimensi sosial di
sekitarnya juga merupakan hal penting yang patut diperhatikan untuk menjamin
keberlanjutan perusahaan. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa berbagai
opini negatif dari masyarakat sekitar dapat muncul ke permukaan apabila
perusahaan dianggap tidak memperhatikan lingkungan sekitar. Salah satu hal yang
dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan menerapkan corporate social
responsibility (CSR).
Dunia bisnis menghadapi dua kutub yang kadang-kadang bertentangan
satu sama lain. Bisnis sangat mendambakan efisiensi yang antara lain harus
disertai upaya penekanan biaya. Setiap rupiah yang dibayarkan harus dianggap
sebagai input yang harus dapat dipertanggung jawabkan dan tampak jelas
pengaruhnya pada output. Pengeluaran yang tidak memenuhi kriteria itu adalah
pemborosan yang harus ditekan. Di lain sisi bisnis mempunyai tanggung jawab
terhadap lingkungan di mana ia beroperasi. Lingkungan menuntut berbagai hal
yang kadang-kadang justru menghambat perusahaan untuk bekerja efisien.
Pandangan terhadap tuntutan di atas juga terbelah dua. Sebagian manajer
memandangnya
dengan
positif.
Sudah
sepantasnyalah
jika
perusahaan
menyisihkan sebagian pendapatannya untuk lingkungan sebagai balas jasa bagi
penyediaan berbagai sumber daya. Kalangan ini menganggap bahwa perusahaan
berhutang pada lingkungan, sehingga perlu untuk melakukan sesuatu sebagai
ekspresi pembayaran utang tersebut. Sebagian manajer lain berpendapat
sebaliknya. Perusahaan telah membayar berbagai kewajiban-kewajiban dengan
baik (pajak, bea, restribusi, bunga, upah, dan sebagainya) sehingga tidak perlu lagi
untuk membuat pengeluaran lain yang tidak perlu. Perusahaan bukan peminjam,
tetapi membeli sumber daya dengan harga yang pantas.
Saat ini perusahaan tidak dapat mengandalkan penjualan saja untuk
meningkatkan pendapatan, mereka pun harus membuat citra yang baik agar
produk mereka lebih dikenal baik oleh masyarakat yang berujung pada
peningkatan profit perusahaan. Masyarakat memiliki kepedulian yang sangat
tinggi terhadap isu kepedulian sosial yang dilakukan perusahaan. Hal ini dapat
berpengaruh terhadap profit yang di dapat oleh perusahaan. Karena apabila
perusahaan tidak memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya,
maka masyarakat pun tidak akan memberikan dukungannya terhadap perusahaan
tersebut. Jadi baik atau tidaknya pelaksanaan corporate social responsibility CSR
yang dilakukan perusahaan dapat di ukur melalui profit yang diperoleh oleh
perusahaan (Almar dkk, 2012).
Corporate Social Responsibility merupakan salah satu bentuk bentuk
sustainability reporting yang memberikan keterangan tentang berbagai aspekaspek perusahaan mulai dari aspek sosial, lingkungan dan keuangan sekaligus
yang tidak dapat dijelaskan secara tersirat oleh suatu laporan keuangan
perusahaan saja. Lebih jauh, dalam Corporate Social Responsibility yang
diungkapkan perusahaan dalam menjelaskan tentang aspek Ekonomi, Lingkungan,
Tenaga Kerja, Hak Asasi Manusia, Sosial, dan Tanggung jawab Produk.
Dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial, manajer akan menghadapi
dilema, selain harus memikirkan kepentingan stakeholders, ia juga harus tetap
memikirkan kepentingan shareholder, yaitu tetap berorientasi pada keuntungan
(Bird, 2007 dalam Sapta, 2009).
Bird (2007) dan Sapta (2009) juga menyatakan bahwa investasi yang
tinggi pada tindakan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan akan
mempunyai dampak positif terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut apabila
dilakukan perusahaan dengan baik maka akan berdampak pada kelangsungan
hidup perusahaan.
Mirfazli dan Nurdiono (2005) menyatakan bahwa kehilangan rekanan
bisnis ataupun risiko terhadap citra perusahaan (brand risk) akan berdampak pada
kelangsungan hidup usaha yang telah berjalan. Berdasarkan hal tersebut, dapat
dikatakan bahwa tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan adalah
sebagai investasi bukan sebagai beban karena akan mendatangkan keuntungan
bagi perusahaan. Selain itu, tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan
dengan benar juga akan memperkecil risiko terjadinya berbagai biaya sosial yang
mungkin terjadi akibat kelalaian perusahaan.
Tanggung jawab sosial memiliki berbagai pengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Penanaman investasi tanggung jawab sosial pada perusahaan yang
berbeda, ataupun pada perusahaan yang sama pada tahun yang berbeda, akan
menghasilkan keuntungan yang berbeda. Para peneliti terdahulu telah mencoba
untuk mengklarifikasi kondisi struktural disaat suatu perusahaan mungkin
memperoleh laba dari tanggung jawab sosial perusahaan. Namun, Rowley dan
Berman (2000) dalam Barnett (2005), menyatakan bahwa pada saat ini belum
terdapat kerangka teoritis yang menjelaskan mengenai berbagai hasil yang didapat
dari tanggung jawab sosial perusahaan.
Seiring berjalannya waktu, Corporate Social Responsibility saat ini bukan
merupakan suatu hal yang baru lagi. Telah banyak perusahaan yang berlombalomba untuk menyisihkan sebagian dana mereka guna melaksanakan kegiatan
Corporate Social Responsibility agar mendapatkan keuntungan perusahaan di
masa yang akan datang. Hal itu mendorong peneliti untuk meneliti kembali peran
pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja perusahaan di
Indonesia.
Penerapan Corporate Social Responsibility yang pada awalnya bersifat
sukarela untuk memenuhi kewajiban perusahaan yang tidak memiliki kaitan
dengan strategi dan pencapaian tujuan jangka panjang, menjadi suatu kegiatan
strategis yang memiliki keterkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan dalam
jangka panjang. Hal ini dikarenakan banyak sekali manfaat penerapan Corporate
Social Responsibility secara benar dan konsisten. Kotler dkk (2005) menyebutkan
bahwa terdapat manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dengan melaksanakan
kegiatan strategis tersebut. Menurut Rahman (2009) suatu kegiatan dalam
praktiknya disebut Corporate Social Responsibility apabila memiliki sejumlah
unsur, yaitu continuity and sustainability (berkesinambungan dan berkelanjutan),
community
empowerment
communication
(pemberdayaan
(komunikasi
dua
arah),
komunitas),
sehingga
dan
two
ways
perusahaan
perlu
mempertimbangkan kegiatan Corporate Social Responsibility yang akan
dilakukan.
Corporate social responsibility merupakan klaim agar perusahaan tidak
hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi
juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bisnis yaitu para
pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen dan lingkungan (Dahlia
dan Siregar, 2008). Corporate Social Responsibility merupakan wujud aktivitas
perusahaan dalam mencapai tujuannya saat ini dan jangka panjang, perusahaan
harus mendasarkan keputusannya tidak semata hanya berdasarkan faktor
keuangan, tetapi juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut, maka tanggung jawab sosial perusahaan berhubungan
erat dengan pembangunan berkelanjutan. Di Indonesia, tanggung jawab sosial
perusahaan dikuatkan dengan adanya aturan IAI yang terdapat dalam PSAK No. 1
(Revisi 2009 ) paragraf sembilan dan UU. PT No. 40 Tahun 2007.
Indonesia sebagai negara yang terdiri dari perpaduan berbagai kebudayaan
dan lingkungan, pemerintah menyadari pentingnya untuk menjaga lingkungan
tersebut khususnya perusahaan yang kegiatannya berkaitan erat dengan
lingkungan. Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar
di dunia setelah China dan India (WHO 2008). Tingkat konsumsi rokok yang
tinggi berdampak besar pada penjualan produsen rokok di Indonesia, salah
satunya yaitu peningkatan penjualan dan tercapainya laba operasional. Tingkat
konsumsi yang tinggi juga berdampak pada peningkatan pendapatan negara
karena rokok merupakan salah satu komoditi yang banyak mendatangkan devisa
pada perekonomian negara. Tingginya tingkat konsumsi rokok diiringi dengan
meningkatnya volume dari kegiatan Corporate Social Responsibility yang
dilakukan oleh perusahaan, sehingga pengakuan masyarakat akan produk dan
perusahaan lebih nyata dan membuat konsumen loyal dan disukai investor.
Kepedulian perusahaan kepada lingkungan sekitarnya dapat dibuktikan
dengan berbagai cara seperti pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi,
mensponsori kegiatan olahraga, musik, dan acara lainnya yang berhubungan
dengan masyarakat. Hal itu pula yang dilakukan oleh beberapa perusahaan yang
bergerak di industri rokok. Mereka sering kali melakukan berbagai hal di atas
sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan sekitar, bahkan tidak jarang
perusahaan-perusahaan tersebut mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk
kegiatan-kegiatan tersebut.
Dengan menerapkan corporate social responsibility, perusahaan dapat
menciptakan citra yang baik bagi perusahaan sehingga menimbulkan penilaian
positif dari konsumen yang mampu meningkatkan loyalitas mereka terhadap
produk yang dihasilkan perusahaan. Semakin baik pengungkapan corporate social
responsibility maka makin tinggi pula loyalitas konsumen yang akan berdampak
pada peningkatan penjualan yang dapat memberikan nilai tambah bagi
perusahaan.
Beberapa penelitian mengenai dampak CSR terhadap kinerja keuangan
perusahaan telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian Dahlia dan Siregar
(2008) yang menyatakan bahwa tingkat pengungkapan CSR dalam laporan
tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap variable ROA dan ROE sebagai
proksi dari kinerja keuangan. Hal ini berarti ada dampak produktif yang signifikan
antara aktifitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan dengan kinerja keuangan
perusahaan.
Hubungan CSR dengan kinerja juga diteliti oleh Goukasian dan Withney
(2007) yang menganalisis kinerja keuangan dan operasional perusahaan yang
bertanggung jawab secara sosial dan etis. Kesimpulan dari penelitian Goukasian
dan Withney mengindikasikan bahwa perusahaan yang mengeluarkan biaya untuk
bertanggung jawab secara sosial dan etis tidak menyebabkan trade-offnya
(pertukarannya) negatif dan tetap dapat menampilkan kinerja sebaik perusahaan
lain yang tidak mengimplementasikan CSR.
Tsoutsoura (2004) juga menemukan bahwa CSR berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diukur
menggunakan return on equity (ROE) yang merupakan salah satu indikator
penting bagi investor untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang
dengan melihat pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Lindarawati dkk (2008)
dalam penelitian yang berjudul Pengaruh CSR terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan menemukan, CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE tetapi
CSR berpengaruh signifikan terhadap ROI. Penelitian dengan judul Pengaruh
Pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility
Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan oleh Almar dkk (2012), hasil analisis regresi linier sederhana
menunjukkan positif dan signifikan antara pengungkapan Corporate Social
Responsibility terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROA dan
NPM. Jadi dengan pengungkapan CSR dapat mempengaruhi dan meningkatkan
profitabilitas perusahaan.
Nelling dan Webb (2006) dalam CSR and Financial Perfomance :
“Virtous Circle” menemukan bahwa ada hubungan yang negatif dan signifikan
antara CSR score dan ROA. Dalam penelitian Yuniasih dan Gede (2007) meneliti
tentang pengaruh kinerja keuangan dalam hal ini ROA (Return On Asset) terhadap
nilai perusahaan dengan CSR dan Good Corporate Governance sebagai variable
pemoderasi. Penelitian ini hanya menggunakan 27 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2005 – 2006. Yuniasih dan Gede
menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh positif pada nilai perusahaan, untuk
CSR sebagai variabel pemoderasi terbukti berpengaruh positif secara statistis pada
hubungan return on asset dan nilai perusahaan atau dengan kata lain CSR
merupakan variable pemoderasi dalam kaitannya dengan hubungan return on
asset dan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi
tidak terbukti berpengaruh terhadap hubungan return on asset dan nilai
perusahaan atau dengan kata lain kepemilikan manajerial bukan merupakan
variabel pemoderasi.
Dari uraian di atas, dengan alasan untuk mengetahui dampak praktek
tanggung jawab sosial terhadap kinerja perusahaan baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang berdasarkan aspek-aspek yang terkandung dalam
sustainability reporting perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
“Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap
Profitabilitas Perusahaan Industri Rokok yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)”.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis mencoba
mengidentifikasi permasalahan sebagai bahan untuk diteliti dan dianalisis sebagai
berikut:
“Apakah terdapat pengaruh dari pengungkapan corporate social
responsibility terhadap profitabilitas perusahaan pada perusahaan industri rokok
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, adanya
pengaruh atau tidak antara pengungkapan Copporate Social Responsibility dan
profitabilitas persusahaan industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4
Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan akan memperoleh informasi yang akurat dan
relevan yang dapat digunakan oleh:
1. Bagi Lingkungan Perguruan Tinggi
Dari hasil penelitian yang sangat terbatas ini, diharapkan dapat membantu
menambah
pengetahuan
dan
pemahaman
rekan-rekan
mahasiswa
mengenai masalah yang berhubungan dengan CSR dan pengaruhnya
terhadap kinerja keuangan.
2. Bagi Penulis
Bagi penulis penelitian ini dapat memacu minat dan keinginan untuk
memahami tentang CSR dan mengetahui manfaat dari pelaksanaan CSR.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulisan melakukan penelitian di pojok bursa – Universitas Widyatama
di jalan Cikutra No. 204 A dan dengan mengakses www.idx.co.id. Sedangkan
waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan selesai.
Download