BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Televisi Sebagai Media

advertisement
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Dengan berkembangnya teknologi komunikasi dunia kini dirasakan
semakin sempit, karena dalam beberapa saat saja kita dapat berhubungan dengan
yang lain, walaupun kita dibelahan bumi yang berbeda, sehingga rasanya kita
berada di dalam suatu tempat didunia, suatu masyarakat dunia. Akibat dari
berkembang pesatnya teknologi komunikasi ini berkembangnya media massa,
bukan saja media elektronik seperti radio dan televisi, tetapi juga merambah ke
media cetak.
Televisi sebagai media komunikasi massa dengan kelebihan yang dimiliki,
tidak l;alu menjadi saingan dari media lainnya, bahkan bersama media cetak dan
radio merupakan Tritunggal media massa, yang mempunyai pengaruh dan dengan
sendirinya akan membentuk kekuatan yang besar, hanya saja sebagai akibatnya
khususnya media massa televisi, merupakan suatu tantangan bagi pengelolanya,
karena harus mampu menjawab tantangan tersebut, apalagi Indonesia menganut
kebijakan udara terbuka ( Open Sky Policy ), menyebabkan terjadinya “ perang “
program siaran, dalam arti terjadi persaingan program siaran dari berbagai stasiun
penyiaran yang masuk kekawasan suatu negara.13
13
. Darwanto Sastrosubroto, Produksi Acara Televisi. Jakarta: Duta Wacana University Pers, hal 17.
22
2.2
Televisi
2.2.1 Pengertian televisi
Televisi sebagai suatu alat yang merupakan bagian dari suatu sistem yang
besar, sehingga meskipun televisi merupakan kotak hitam ajaib, tetapi apabila
gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar
televisi, berhubungan langsung dengan televisi tadi yang telah di tekan tobolnya,
maka dengan serta merta akan berubah ke arah fungsi sebenarnya, dimana kita
dapat menikmati acara yang ditayangkan dari stasiun penyiaran yang
bersangkutan.
Televisi sebagai suatu alat dapat dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan
informasi, dengan menggunakan bayangan gambar dan suara, demikian halnya
dengan video dan film.Pengertian ini sangat penting untuk difahami bagi mereka
yang berkecimpung di bidang penyiaran televisi.
2.2.2
Karakteristik Televisi
Ditinjau dari stimulasi alat indera, dalam radio siaran, surat kabar dan
majalah hanya satu alat indera yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan
indera pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indera penglihatan, televisi
merupakan sarana media komunikasi massa yang dapat diterima khalayak luas
dengan perpaduan antara pendengaran dengan penglihatan. Dengan demikian
televisi mempunyai karakteristik, yaitu14:
14
Darwanto Sastrosubroto, Produksi Acara Televisi. Jakarta : Duta Wacana University Pers, 1994, hal 128-130.
23
a.
Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat
(audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata,
musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang
bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari pada katakata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. Betapa menjengkelkan
apabila televisi hanya melihat gambarnya tanpa suara, atau tanpa gambar.
b.
Berfikir Dalam Gambar
Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berfikir dalam gambar, yaitu:
1.
Visualisasi
(Visualization),
yakni
menerjemahkan
kata-kata
yang
mengandung gagasan yang terjadi secara individual. Seorang pengarah acara
harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu (manusia, benda atau
kegiatan lain) menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian
rupa, sehingga mengandung sebuah makna.
2.
Penggambaran (Picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar
sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.
Perpindahan satu gambar ke gambar lainnya juga bermacam-macam, bisa
secara menyamping (panning), dari atas ke bawah atau sebaliknya (tilting),
dan sebagainya.
c.
Pengoperasian Lebih Kompleks dibandingkan dengan radio siaran,
pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan
orang. Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak, dan untuk
24
mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang
terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal dari pada
surat kabar, majalah dan radio siaran.
Televisi merupakan salah satu medium terfavorit bagi para pemasang iklan
di Indonesia. Media televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi
dan padat sumber daya manusia. Namun, sayangnya kemunculan berbagai stasiun
televisi di Indonesia tidak diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia yang
memadai. Pada umumnya televisi dibangun tanpa pengetahuan pertelevisian yang
memadai dan hanya berdasarkan semangat dan modal yang besar saja.15
Media massa televisi meskipun sama dengan radio dan film sebagai media
massa elektronik, tetapi mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda, terlebih
lagi dengan media massa cetak seperti surat kabar dan majalah.16\
2.2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Televisi
Sama halnya dengan media massa lainnya, televisi juga memiliki
keunggulan dan kekurangannya sendiri. Keunggulan televisi dapat dilihat dari sisi
progmatis dan teknologis.17
Keunggulan dari sisi Pragmatis adalah:
1.
Menyangkut isi dan bentuk, media televisi meskipun direkayasa mampu
membedakan fakta dan fiksi, realitas dan tidak realitas.
15
Op.Cit. Morissan, hal 8.
Op.Cit. Morissan, hal 9.
17
Fahmi Alatas. Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa. YPKMD.Jakarta:1997, hal 30-32.
16
25
2.
Memiliki khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian
sepenuhnya, dan intim.
3.
Memiliki tokoh berwatak (riil maupun rekayasa), sementara media lain
film hanya memiliki bintang yang direkayasa.
Keunggulan televisi dari sisi teknologis adalah :
1.
Kemampuan televisi dalam menjangkau wilayah yang sangat luas dalam
waktu yang bersamaan. Sehinga televisi dapat mengantarkan secara
langsung suatu peristiwa di suatu tempat lain yang berjarak sangat jauh.
2.
Televisi juga mampu menciptakan suasana yang bersamaan di berbagai
wilayah jangkauannya.
3.
Mendorong pemirsa untuk mendapatkan informasi dan berinteraksi secara
langsung.
Kelemahan televisi adalah :
1. Kecenderungan televisi untuk menempatkan khalayak sebagai objek yang
pasif sebagai penerima pesan. Namun, saat ini dalam program acara tertentu,
masyarakat juga dapat menjadi aktif apabila acara tersebut bersifat interaktif.
2. Mendorong proses alih nilai dan pengetahuan yang cepat. Hal ini terjadi tanpa
mempertimbangkan perbedaan tingkat perkembangan budaya dan peradaban
yang ada di wilayah jangkauannya.
3. Sifatnya sangat terbuka dan menjadikannya sulit untuk dikontrol dampak
negatifnya.
26
4. Pergerakan teknologi penyiaran televisi yang begitu cepat mendahului
perkembangan masyarakat dan budaya khalayak pemirsanya. Hal ini pada
gilirannya melahirkan pro-kontra tentang implikasi kultural dari televisi.
5. Kecenderungan para pengelola televisi yang memanfaatkan kelebihankelebihan televisi dan lebih berorientasi pada pertimbangan komersial/ bisnis,
sehingga mengenyampingkan faktor pendidikan.
2.3
Program
2.3.1 Pengertian Program
Kata “program” berasal dari bahasa inggris programme atau program yang
berarti acara
atau rencana.
Undang-undang penyiaran
indonesia tidak
menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang
didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai
bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di
indonesia daripada kata “siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara.
Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi
kebutuhan audiensnya. Dengan demikian, program memiliki pengertian yang
sangat luas.
Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audiens
tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu
radio atau televisi. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk
atau barang (goods) atau pelayan (services) yang dijual kepada pihak lain, dalam
hal ini audiens dan pemasang iklan. Dengan demikian, program adalah produk
27
yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini
terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan
mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang
buruk tidak akan mendapatkan pendengar atau penonton.18
2.3.2 Jenis Program Televisi
Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang
jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja
dapat disajikan sebagai program untuk ditayangkan di televisi selama program itu
menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan,
hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreatifitas seluas
mungkin untuk menghasilkan program yang menarik. Dari berbagai macam
program yang disajikan stasiun penyiaran jenis-jenis program terbagi menjadi dua
bagian besar, yaitu19:
1.
Program Informasi (berita)
Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk
memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak.
Program informasi terbagi menjadi dua, yaitu:
 Berita Keras (hard news) , yang merupakan laporan berita terkini yang
harus segera disiarkan, karena sifatnya yang segera untuk diketahui
khalayak. Berita keras terdiri dari Straight News, Feature, Infotainment.
18
Op.Cit. Morissan, hal199-200 .
Op. Cit.Morissan, hal 211.
19
28
 Berita Lunak (soft news) , merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan
opini yang harus disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak
bersifat segera ditayangkan. Berita lunak terdiri dari Current Affair,
Magazine, Dokumenter, Talk Show.
2.
Program Hiburan (non news)
Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk
menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Untuk
itu diperlukan program acara yang menarik dalam penyajian.
Program hiburan terdiri dari beberapa bagian20:
a.
Drama
Program drama adalah pertunjukan atau show yang
menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang
atau beberapa orang yang diperankan oleh pemain yang melibatkan
konflik dan emosi. Program drama terdiri dari Sinetron, Film.
b.
Permainan
Program permainan merupakan suatu bentuk program yang
melibatkan sejumlah orang, baik secara individu maupun
20
Op. Cit.Morisan, hal 216.
29
kelompok atau tim yang saling bersaing untuk mendapatkan
sesuatu. Program permainan terdiri dari Quiz Show, Ketangkasan,
Reality Show.
c.
Musik
Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan
atau di dalam studio. Program musik terdiri dari dua format yaitu,
video klip atau konser.
d.
Pertunjukan
Program pertunjukan adalah program yang menampilkan
kemampuan seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik
di studio maupun di luar studio, baik di dalam ruangan maupun di
luar ruangan. Program pertunjukan terdiri dari Sulap, Lawak,
Tarian, dan lain-lain.
2.4 Komodifikasi
Komodifikasi merupakan istilah yang muncul dan dikenal oleh para ilmuwan
sosial. Komodifikasi mendeskripsikan cara kapitalisme melancarkan tujuannya
dengan mengakumulasi kapital, atau menyadari transformasi nilai guna menjadi nilai
tukar. Komoditas dan komodifikasi adalah dua hal yang memiliki hubungan objek
dan proses, dan menjadi salah satu indikator kapitalisme global yang kini tengah
terjadi . Dalam ekonomi politik media komodifikasi
penguasaan media.
sebagai salah satu bentuk
30
Komodifikasi menurut Vincent Mosco yaitu adanya proses mentransformasi
nilai guna menjadi nilai tukar yang didasarkan pada kemampuan memenuhi
kebutuhan . Dan sekarang ini telah banyak sekali bentuk komodifikasi yang muncul
dalam perkembangan
kehidupan manusia . Karena banyaknya yang dijadikan
komoditas oleh manusia . Pendekatan ekonomi politik menyatakan tentang hubungan
– hubungan sosial, khususnya hubungan kekuasaan , yang bersama – sama dalam
interaksinya menentukan aspek produksi, distribusi, dan konsumsi termasuk
didalamnya sumber – sumber yang terkait dengan komunikasi 21.
Dalam pengertian luas ekonomi politik menurut Mosco yaitu sebagai studi
tentang kontrol dan pertahanan dalam kehidupan sosial. Kontrol secara spesifik
mengacu pada organisasi internal dari anggota kelompok dan individu , sementara
untuk bisa bertahan mereka harus memproduksi apa yang dibutuhkan untuk
mereproduksi diri mereka sendiri. Proses kontrol ini secara luas bersifat politik karena
dalam proses tersebut melibatkan organisasi sosial dari hubungan - hubungan dalam
sebuah komunitas.
Proses komodifikasi menjelaskan cara kapitalisme dalam menyelesaikan
tujuan akumulasi modal. Dalam konteks media sebagai institusi kapitalis, ada 3
konsep penting,yaitu:
1. Komodifikasi, dimana media massa menjadi penting dalam
proses komodifikasi karena menjadi tempat produksi
komoditas dan berperan penting.
21
Mosco,Vincent. The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal London: SAGE Publication
1996 hal. 25-26
31
2. Spatialisasi,
merupakan
perpanjangan
institusi
dari
kekuasaan perusahaan dalam industri komunikasi.
3. Strukturasi, dimana terciptanya suatu struktur dalam
masyarakat yang diciptakan oleh agen manusia dengan
struktur sosial dan mempunyai hubungan antara satu dan
yang lainnya.
Persoalan media massa pada umumnya terkait dengan aspek budaya, politik, dan
ekonomi. Dari aspek budaya, media massa merupakan institusi sosial pembentuk definisi
dan citra realitas sosial, serta ekspresi identitas yang dihayati bersama secara komunal.
Dari aspek politik, media massa memberikan ruang dan arena bagi terjadinya diskusi
aneka kepentingan berbagai kelompok sosial tersebut. Dari aspek ekonomi, media massa
merupakan institusi bisnis yang dibentuk dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
secara material bagi pendirinya 22.
Komodifikasi menurut Mosco memiliki beberapa bentuk, yakni23 :
5) Komodifikasi isi,yakni proses mengubah pesan dan sekumpulan data ke dalam
system makna sedemikian rupa sehingga menjadi produk yang dapat dipasarkan .
6) Komodifikasi khalayak, yakni proses media menghasilkan khalayak untuk kemudian
menyerahkannya kepada pengiklan .
7) Komodifikasi cybernetics, terbagi dua macam :
(c) Komodifikasi intrinsik, merupakan proses dimana khalayak dijadikan sebagai
media untuk meningkatkan rating, dan
22
23
Sunarto , Televisi , Kekerasan , dan Perempuan. Jakarta : Kompas 2009 hal.13
Ibid. 145-161
32
(d) Komodifikasi ekstensif, dimana komodifikasi menjangkau seluruh kelembagaan
informasi termasuk pemerintah, media, dan budaya yang menjadi motivator
sehingga tidak semua orang dapat memiliki akses terhadap informasi tanpa
mengeluarkan sejumlah uang.
8) Komodifikasi tenaga kerja. dalam komodifikasi ini ada dua hal yang menjadi topik,
pertama penggunaan teknologi dan system komunikasi untuk memperluas
komodifikasi proses tenaga kerja. Kedua,ekonomi politik telah menjelaskan bahwa
tenaga kerja dikomodifikasi dalam proses menghasilkan barang – barang dan jasa.
Televisi sebagai contoh paradigma industri budaya dan menelusuri produksi
dan distribusi komoditas-komoditas atau teks-teksnya dalam dua perekonomian yang
sejajar dan semi otonom, yang biasa disebut perekonomian finansial yang
mengedarkan kemakmuran dalam (duasubsistem) dan perekonomian budaya yang
mengedarkan (makna dan kepuasan). Dengan demikian kedua perekonomian tersebut
dijelaskan sebagai berikut24 :
Perekonomian Finansial
Perekonomian Budaya
I
24
II
Produsen
studio produksi
progam
Komoditas
program
audiens
Konsumen
distributor
pengiklan
audiens
makna/kepuasan
makna/Kepuasan itu sendiri
John Fiske,. 2011, Memahami Budaya Populer.Yogyakarta. Jalasutra , Hal 28
33
Studio produksi menghasilkan komoditas, program, dan menjualnya
kepada distributor, jaringan televisi untuk mendapatkan keuntungan. Hal ini
adalah pertukaran finansial sederhana yang berlaku bagi semua komoditas.
Namun, hal ini bukan akhir dari permasalahan, karena program televisi,atau
komoditas budaya, tidak sama dengan komoditas material seperti pakaian dan
furniture. Fungsi ekonomi program televisi belum lengkap ketika dijual,karena
dalam momen konsumsinya hal tersebut berubah menjadi produsen,dan yang
diproduksinya adalah audiens,yang kemudian dijual kepada pengiklan.
Bagi banyak orang,produk yang paling penting dalam industri budaya
adalah audiens yang
terkomodifikasi,yang nantinya akan dijual kepada pada
pengiklan. (Smythe dalam Fiske,2011:29) menyatakan kapitalisme telah
memperluas kekuasaannya dari ranah kerja ke dalam ranah waktu luang.
Akibatnya, menonton televisi berarti ikut serta dalamkomodifikasi masyarakat,
dan bekerja sama kerasnya seperti halnya pekerja di lini perakitan bagi
kepentingan kapitalisme komoditas. Argumen ini tetap mengacu pada pada logika
bahwa basis ekonomi masyarakat yang dapat menjelaskan makna - makna atau
ideologi-ideologi yang secara mekanistis ditentukan oleh basis tersebut.
Semua komoditas bagi masyarakat konsumen memiliki nilai budaya serta
nilai fungsional.Ideologi perekonomian perlu diperluas untuk menjelaskan hal
tersebut . Ideologi perekonomian mencakup budaya di mana sirkulasinya bukan
merupakan sirkulasi uang, tetapi sirkulasi makna dan kepuasaan. Di sini audiens
yang tadinya menjadi komoditas kemudian menjadi produsen makna dan
34
kepuasan. Komoditas mula-mula (program televisi) dalam perekonomian budaya
adalah
teks,struktur wacana,berbagai kepuasan dan makna potensial yang
membentuk sumber utama budaya popular. Dalam perekonomian ini tidak ada
konsumen , hanya ada pengedar makna, karena makna merupakan satu-satunya
unsur dalam proses tersebut yang tidak dapat dikomodifikasi atau dikonsumsi :
makna dapat diproduksi,direproduksi,dan disirkulasikan hanya dalam proses yang
berlangsung terus menerus yang dinamakan budaya.
Kita hidup dalam industri sehingga popular tentu saja adalah budaya yang
terindustrialisasi,serta merupakan sumber daya kita. Yang dimaksud “sumber
daya” adalah sumber daya semiotik atau budaya dan sumber daya material hingga
komoditas – komoditas perekonomian financial dan budaya.
Kreativitas budaya popular tidak semata – mata terletak dalam produksi
komoditas – komoditas seperti halnyadalam penggunaan produktif komoditas –
komoditas industrial. Seni masyarakat adalah seni ‘mengolah’. Budaya kehidupan
sehari – hari terletak dalam penggunaan kreatif dan diskriminatif terhadap sumber
daya yang dihasilkan oleh kapitalisme. Oleh karena itu untuk menjadi budaya
popular, komoditas budaya harus memenuhi berbagai kebutuhan yang
kontradiktif.
Kebutuhan ekonomi industri – industri budaya sesuai dengan persyaratan
disipliner dan budaya tatanan sosial yang ada. Oleh karena itu, semua komoditas
budaya paling tidak harus menyandang kekuatan – kekuatan yang bisa dikatakan
melakukan sentralisasi,disipliner,hegemonik,memasifkan,dan mengkomodifikasi.
35
Semua budaya popular adalah proses perjuangan terhadap makna – makna
pengalaman sosial, makna – makna perseorangan dan hubunganya dengan tatanan
sosial dan makna – makna berbagai teks dan komoditas dalam tatanan tersebut.
Membaca hubungan – hubungan mereproduksi dan memberlakukan ulang
hubungan – hubungan sosial,sehingga kekuasaan,perlawanan,dan pengelakan
pasti distrukturkan ke dalam hubungan – hubungan sosial tersebut.
Stuart Hall dalam fiske,(Masyarakat versus blok kekuasaan: hal ini bukan
merupakan “kelas sosial melawan kelas sosial”, ini adalah lini pusat kontradiksi
yang disekitarnya wilayah budaya tersebut dipolarisasi. Budaya popular
khususnya,diorganisasikan di sekitar kontradiksi tersebut: kekuatan – kekuatan
popular versus blok kekuasaan). Hal ini membuat Hall menyimpulkan bahwa
kajian budaya popular hendaknya harus dimulai dengan gerakan ganda
pembendungan dan perlawanan,yang secara tidak terelakan selalu berada di
dalamnya.
Hal yang didistribusikan bukanlah barang – barang jadi yang telah selesai
diolah, tetapi sumber daya – sumber daya kehidupan sehari – hari, bahan mentah
yang darinya budaya popular membentuk dirinya sendiri. Setiap tindakan
konsumsi adalah tindakan produksi budaya, karena konsumsi selalu merupakan
produksi makna. Pada tahap penjualan,komoditas menghabiskan perannya dalam
perekonomian distribusi,tetapi juga memulai pekerjaan dalam perekonomian
budaya. Terlepas dari berbagai strategi kapitalisme,pekerjaannya bagi para
majikan dilengkapi,komoditas tersebut menjadi sumber daya bagi budaya
kehidupan sehari – hari.
36
Kehidupan sehari – hari masyarakat adalah tempat berbagai kepentingan
kontradiktif
masyarakat
–
masyarakat
kapitalis
dinegosiasikan
dan
dikontestasikan secara terus menerus. De Certau (1984) merupakan salah satu
pakar teori budaya dan praktik kehidupan sehari – hari,dan dalam karyanya
diungkapkan serangkaian metafora konflik,terutama metafora strategi dan taktik
dalam perang gerilya, penjarahan,dan dalam berbagai tipu muslihat yang licik.
Yang mendasari itu semua adalah asumsi bahwa kaum berkuasa itu lamban,tidak
imajinatif,dan
terlalu
terorganisir.
Sementara
kaum
yang
lemah
itu
kreatif,cekatan,dan luwes. Dengan demikian, kaum yang lemah menggunakan
taktik gerilya melawan strategi kaum yang berkuasa,melakukan serbuan terhadap
berbagai teks atau struktur mereka,dan memainkan tipu muslihat terus menerus
terhadap sistem25.
2.5
Semiotika : Membaca Tanda
Semiotika sebagai cabang keilmuwan memperlihatkan pengaruh yang
semakin luas dalam decade ini. Semiotika berasal dari kata Yunani,yaitu semeion
yang berarti “ tanda“ atau seme yang berarti “penafsiran tanda“. Dalam
pandangan Pilliang,seorang filsuf,pemikir kebudayaan,akademisi dan pengamat
sosial yang mengkaji budaya kontemporer termasuk didalamnya adalah semiotika
dalam Tinarbuko26. Penjelajahan semiotika sebagai metode kajian dalam berbagai
cabang keilmuwan dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang
berbagai wacana social sebagai fenomena bahasa. Signifikansi semiotika tidak
25
26
Ibid.Fiske,hal. 36
Tinarbuko Sumbo .Semiotika Komunikasi Visual .Jalasutra .Yogyakarta .2008 . Hal 2
37
saja sebagai “metode kajian“(decoding),akan tetapi juga sebagai“metode
penciptan“ (encoding).
Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de
Saussure ( 1857 – 1913 ) dan Charles Sander Pierce ( 1839 – 1914 ) . Saussure di
Eropa dengan latar belakang keilmuwan linguistic yang ia sebut dengan nama
semiologi. Sedangkan Pierce di Amerika Serikat dengan latar belakang
keilmuwan
filsafatnya
menyebut,ilmu
yang
dikembangkannya
bernama
semiotika. Baik semiotika maupun semiologi, keduanya sama – sama digunakan
untuk mengacu kepada ilmu tentang tanda.
Menurut Barthes dalam Sobur27, Semiotika merupakan ilmu atau metode
analisis untuk mengkaji tanda. Segers28 mengatakan semiotika adalah suatu
disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan
sarana“Sign”atau “tanda – tanda“dan berdasarkan pada “sign system“(code)
“sistem tanda“. Sedangkan Charles Sanders dalam Eriyanto29, mendefinisikan
semiosis sebagai “a relationship among a sign, an object, an a meaning(Suatu
hubungan diantara tanda, objek dan makna). Dari definisi para ahli yang
disebutkan diatas, maka semiotika dilihat sebagai proses ilmu yang berhubungan
dengan tanda.
27
Alex Sobur .Analisis Teks Media :Suatu Pengantar untuk Analisis wacana , Analisis Semiotik , Analisis framing.
Remaja Rosda Karya . Bandung,2009 Hal. 16 - 17
28
Ibid
29
Eriyanto .Analisis Wacana :Pengantar Analisis Teks Media . Yogyakarta : Lkis . 2001
38
Menurut Sobur
30
, pada dasarnya analisis semiotic merupakan sebuah
ikhtiar untuk sesuatu yang “aneh“. Sesuatu yang dapat dipertanyakan lebih lanjut.
Tujuan utama dari semiotika media adalah mempelajari bagaimana media massa
menceritakan atau mendaur ulang tanda untuk tujuannya sendiri. Cara ini
dilakukan dengan bertanya: (1) apa yang dimaksudkan atau direpresentasikan
oleh sesuatu, (2) bagaimana makna itu digambarkan; dan (3) mengapa ia
memiliki makna sebagaimana ia tampil.
Penanda dan petanda merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Penanda mewakili elemen bentuk dan isi,sementara petanda mewakili elemen
konsep atau makna. Kedua hal inilah yang membentuk tanda. Semiotika
mempunyai tiga bidang studi utama,yaitu :
4. Tanda
Studi tentang tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan
makna serta cara menghubungkan dengan orang yang
menggunakannya.
5. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda
Studi meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda
dibangun untuk mempertemukan kebutuhan masyarakat dalam
kebudayaan.
6. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja
Bergantung pada penggunaan kode – kode dan tanda – tanda
itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.
30
Ibid , Sobur Hal 117
39
2.5.1 Tanda dan Makna dan Simbol Dalam Komunikasi
Hakikat komunikasi adalah pernyataan antar manusia. Yang
dinyatakan itu adalah pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya.
Dalam “bahasa“ komunikasi pernyataan
(message),orang
yang
menyampaikan
pesan
dinamakan
disebut
pesan
komunikator
sedangkan orang yang menerima pesan disebut komunikan. Untuk
tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan, pesan komunikasi tersebut terdiri dari dua aspek, yaitu
: isi pesan (content of the message) dan yang kedua adalah lambang
(simbol ). Konkretnya, isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan dan
lambang adalah bahasa31.
John Fiske dalam Cultural and communication studies, dijelaskan
bahwa terdapat dua mahzab utama dalam studi komunikasi. Mahzab
pertama melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Ia tertarik dengan
bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan
menerjemahkan (decode), dan bagaimana transmitter menggunakan
saluran dan media komunikasi, dan ia melihat kedalam tahap – tahap
dalam proses tersebut guna mengetahui dimana kegagalan tersebut
31
Ibid hal.28
40
terjadi32. Dalam mahzab ini, komunikasi dilihat sebagai suatu proses untuk
merubah perilaku orang lain.
Mahzab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan
pertukaran makna. Bagi mahzab ini studi komunikasi adalah studi tentang
teks dan kebudayaan. Ia berkenaan dengan bagaimana pesan dan teks
berinteraksi dengan orang – orang dalam rangka menghasilkan makna;
yakni,“berkenaan dengan peran teks dalam kebudayaan dan menggunakan
istilah – istilah seperti pertanda (Signfication),dan tidak memandang
kesalah pahaman sebagai bukti yang penting dari kegagalan komunikasi
(hal itu dimungkinkan karena adanya perbedaan budaya antara pengirim
dan penerima)”33.
Upaya memahami makna, sesungguhnya memahami salah satu
masalah filsafat tertua dalam umur manusia. Itu sebabnya, beberapa pakar
komunikasi sering menyebutkan kata makna ketika merumuskan definisi
komunikasi34. Dan sebagaimana telah dikemukakan oleh Fisher, makna
merupakan “konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian para ahli
filsafat dan toritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam35.
Memberikan makna merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran,
dan mempunyai kesejajaran dan ekstrapolasi (perluasan data dari yang
32
John Fiske , Cultural and Communication Studies ,Jalasutra,Jogjakarta 1990 ,hal 8
Onong UchjanaEffendy, Op.Cit, Hal 9
34
Alex Sobur ,Semiotika Komunikasi ,PT Remadja Rosdakarya , Bandung :2006 , hal 255
35
Alex Sobur , Analisis Teks Media PT Remadja Rosdakarya , Bandung :2006 , hal 19
33
41
sudah ada). Pemaknaan lebih menuntut kemampuan integrative manusia :
inderawinya, daya pikirnya, dan akal budinya.
Ada beberapa pandangan yang menjelaskan ihwal teori atau
konsep makna. Model proses makna Eendel Johnson,menawarkan
sejumlah implikasi bagi komunikasi antarmanusia :
a.
Makna ada dalam diri manusia
Makna tidak terletak pada kata – kata melainkan pada
manusia. Kita menggunakan kata – kata untuk mendekati makna
yang ingin kita komunikasikan.
b.
Makna berubah
Kata-kata relatif statis. Tetapi makna dari kata-kata ini
terus berubah, dan ini khususnya terjadi pada dimensi emosional
dari makna.
c.
Makna membutuhkan acuan
Walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia
nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai
kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.
d.
Penyingkatan yang berlebihan akan merubah makna
Berkaitan erat dengan gagasan bahwa makna membutuhkan
acuan adalah masalah komunikasi yang timbul akibat dari
penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkannya dengan acuan yang
konkret dan dapat diamati . Penyingkatan perlu dikaitkan dengan
objek, kejadian dan perilaku dalam dunia nyata.
e.
Makna tidak terbatas jumlahnya.
Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa
terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas .karena itu,kebanyakan
kata mempunyai banyak makna.
42
f.
Makna dikomunikasikan hanya sebagian.
Makna yang diperoleh dari suatu kejadian (event) bersifat
multiaspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari
makna – makna ini yang benar –benar dapat dijelaskan.
Penafsiran pada makna itu sendiri tidak terlepas dari apa yang
disebut sebagai dan pesan adalah merupakan suatu konstruksi tanda yang
pada akhirnya akan menghasilkan sebuah makna. Menurut umberto Eco,
tanda adalah “suatu kebohongan“. Dalam tanda ada sesuatu yang
tersembunyi dibalik dan merupakan tanda itu sendiri.
Menurut Saussure, tanda – tanda dan kata – kata yang digunakan
dalam konteks sosial, mengkonstruksikan persepsi dan pandangan kita
tentang realitas. Bagi Saussure ,tanda merupakan objek “objek fisik
dengan sebuah makna“. Saussure menjelaskan tanda sebagai kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan dari dua bidang, yaitu bidang penanda untuk
menjelaskan bentuk atau ekspresi, dan bidang petanda untuk menjelaskan
konsep atau makna. “Saussure menekankan, perlunya semacam konvensi
sosial dikalangan komunitas bahasa, yang mengatur makna sebuah tanda36
.
Tanda merupakan sesuatu yang bernilai fisik, bisa dipersepsi indra
kita, tanda mengacu pada sesuatu diluar tanda itu sendiri dan bergantung
pada pengamatan oleh penggunanya sehingga bisa disebut tanda . Tanda –
tanda adalah basis dari seluruh kegiatan komunikasi. Manusia dengan
36
Yasraf Amir Pilliang , Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya,Jalasutra ,Yogjakarta,2003, hal 258
43
perantara tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Kajian
tentang tanda dalam proses komunikasi tersebut sering disebut semiotika
komunikasi. Tanda menunjukkan sesuatu yaitu objeknya. Menurut
Berger37, tanda adalah sesuatu yang terdiri pada sesuatu yang lain atau
menambah dimensi yang berbeda pada sesuatu hal lainnya. Pierce
menyambut tanda sebagai “suatu pegangan seorang keterkaitan dengan
tanggapan atau kapasitasnya“.
Salah satu bentuknya adalah kata. Sedangkan object adalah sesuatu
yang dirujuk oleh tanda. Sementara interpretant adalah tanda yang ada
didalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Tanda, mengacu kepada sesuatu diluar dirinya sendiri – Objek dipahami
oleh seseorang serta memiliki efek dibenak penggunanya – interpretant,
dan apabila ketiga elemen tersebut berinteraksi dalam benak seseorang,
maka munculah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.
Makna muncul dari suatu tanda apabila digunakan orang pada waktu
berinteraksi.
2.5.1.2 Makna
Semiotik berusaha menggali hakikat system tanda yang beranjak
ke luar kaidah tata bahasa dan sintaksis yang mengatur teks yang murni
dan tersembunyi. Yang menimbulkan perhatian pada makna tambahan.
Menurut Umar Junus dalam Sobur38menyatakan, makna dianggap sebagai
37
Berger , Op. Cit, hal. 1
Sobur , Op. Cit, hal. 126
38
44
fenomena yang bisa dilihat sebagai kombinasi beberapa unsur. Secara
sendiri – sendiri, unsure tersebut tidak mempunyai makna sepenuhnya.
Makna menjadi isi komunikasi yang mampu menciptakan
informasi tertentu. Sebuah makna berasal dari petanda – petanda yang
dibuat oleh manusia, ditentukan oleh kultur dan subkultur yang
dimilikinya yang merupakan konsep mental yang digunakan dalam
membagi realitas dan mengkategorikannya sehingga manusia dapat
memahami realitas tersebut.
2.5.2
Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes merupakan salah satu pemikir strukturalis dalam
mempraktikkan model linguistik. Pemikiran Roland Barthes tentang
semiotika merupakan pendapat yang banyak digunakan pada studi
linguistik pada saat ini dan bukan merupakan sebuah teori, melainkan
sebuah pandangannya pada teori – teori yang ada sebelumnya. Dalam
pandangannya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi dua
tingkatan pertandaan , yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah
tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada
realitas yang menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi
adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan
petanda yang didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak
45
langsung dan tidak pasti. Model pengembangan teori konotasi Barthes
dapat digambarkan dibawah ini :
Gambar 2.1 Model Pengembangan Teori Konotasi Roland Barthes
DENOTASI
KONOTASI
MITOS
IDEOLOGI
Bila konotasi menjadi tetap, ia akan menjadi mitos. Sedangkan
kalau mitos menjadi mantap, ia akan menjadi ideologi. Jadi, banyak sekali
fenomena budaya dimaknai dengan konotasi, dan jika menjadi mantap
makna fenomena itu menjadi mitos, dan kemudian menjadi ideologi.
Akibatnya, suatu makna tidak lagi dirasakan oleh masyarakat sebagai hasil
konotasi. Tekanan teori tanda Barthes adalah pada konotasi dan mitos.
Menurut Barthes, mitos adalah tipe wicara. “mitos merupakan sistem
komunikasi, bahwa dia adalah sebuah pesan. Mitos tak bisa menjadi sebuah
objek, konsep, atau ide; mitos adalah cara penandaan (signification), sebuah
bentuk apa ciri-ciri mitos? Mengubah sebuah makna menjadi bentuk. Dengan kata
lain, mitos adalah perampokan bahasa.39
39
Syaiful Halim. Postkomodifikasi Media & Cultural Studies. Matahati Production:
Tangerang. Hal.125-126.
46
Gambar 2.2 Model Pemaknaan Konotatif Unsur Gambar
OBJEK
GAMBAR
DENOTATIF
KONOTATIF
EFEK TIRUAN POSE/SIKAP OBJEK FOTOGENIA
MITOS
ESTETISISME
IDEOLOGI
SINTAKSIS
Berikut Tahap-tahap pembacaan konotasi Roland Barthes 40:
a.
Efek tiruan. Pembaca atas rekayasa yang menggabungkan dua foto terpisahsebagai upaya menginvertensi denotasi tanpa tedeng aling-aling.
b.
Pose atau sikap. Pembacaan atas sikap badan atau pose subjek sebagai petanda.
c.
Objek. Pembacaan atas objek-objek dalam gambar yang merujuk pada jejaring
ide tertentu atau simbol-simbol berkesan dalam masyarakat.
d.
Fotogenia. Pembacaan atas aspek-aspek teknis dalam produksi foto, seperti
pencahayaan dan hasil.
e.
Estetisme. Pembacaan atas perubahan pengemasan gambar untuk tujuan estetis
tertentu hingga nilai spiritualnya bersifat ekstasi.
40
Ibid. Hal.129-130.
47
f.
Sintaksis. Pembacaan atas rangkaian foto-foto sebagai sebuah kesatuan.
Keenam unsur itu merupakan cara untuk membongkar pemaknaan yang
terkandung dalam sebuah gambar. Karena masing-masing unsur bisa mengurai
sebuah pemaknaan. Namun dalam praktiknya, tidak otomatis seluruh unsur itu
digunakan
dalam pembongkaran sebuah teks. Tapi, unsur yang dipilih itu
digunakan berdasarkan kebutuhan penelitian. Bila konotasi menjadi tetap, ia akan
menjadi mitos. Sedangkan kalau mitos menjadi mantap, ia akan menjadi ideologi.
2.6 Televisi Sebagai Kajian Semiotika
Semenjak tahun 70-an, di Inggris muncul pendekatan – pendekatan baru yang
berkembang dalam kajian kesastraan. pendekatan ini memfokuskan pada pesan yang
dibawa televise. Apa yang disampaikannya dan bagaimana cara menyampaikannya. Isi
dari program televisi dianalisis sebagai sebuah system sosial41.
Salah satu pendekatan baru tersebut adalah pengaplikasian kajian semiotika pada
televise. Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan makna. Makna apa yang terkait dengan
tanda. Mengapa makna tersebut terkait dengan tanda dan bagaimana keterkaitannya
.televise menampilkan program – program yang merupakan gabungan gambar dan kata
yang sangat kompleks, penuh dengan tanda42.
Pendekatan ini memandang program televisi, film, komik, sebagai sebuah teks
yang berkaitan dengan salah satu bentuk berkomunikasi. Apabila semua tanda yang
berhubungan dalam teks tersebut dianalisa, maka makna tujuan dan alas an dari tanda
tersebut akan tampak dengan jelas.
41
42
Andrew Goodwin & Garry Whannel .Understand Television. London : Routledge.1990.hal.150
Ibid. 159
48
Prinsip pertama dalam semiotika adalah tidak adanya hubungan alami antara
sebuah tanda (apakah itu suara, gambar) dengan makna dari benda tersebut dengan
menggunakan konsep yang kita gunakan untuk memahami benda. Makna yang terlihat
merupakan hasil dari hubungan kata dengan benda tersebut. Posisi kita di dunia dan
ideologi yang memungkinkan kita untuk memahaminya43.
Menonton televisi secara singkat memerlukan pembelajaran dan keterampilan kita
harus mempelajari kode atau aturan universal tentang bagaimana suatu benda
dikomunikasikan dan cara mengkomunikasikannya. Dalam semiotika proses konstruksi
makna ini disebut dengan signifikansi dan dalam proses ini sebuah benda atau signifier
yang kita lihat, dengar atau rasa di interpretasikan.
Interpretasi ini tidak alami namun perlu pembelajaran. Hal ini berhubungan
dengan proses mengaitkan sebuah konsep atau signified dengan benda yang disebut
tanda44.
Hal diatas menunjukkan semacam “tata bahasa“ televisi seperti pengambilan
gambar, kerja kamera, dan teknik penyuntingan. Kita semua bekerja memakai fenomena
tersebut sebagaimana kita melihat dan dalam hal tersebut membantu kita memahami apa
yang terjadi pada sebuah tayangan . Maka untuk memahami berbagai gambar dan kata –
kata yang kompleks yang dihadirkan dalam tayangan tersebut. Kita harus dapat
mengartikannya melalui serangkaian system makna yang didapat melalui menonton
televisi.
43
44
Ibid. Hal. 160-164
Ibid. Hal. 120
Download